Anda di halaman 1dari 3

Definisi, Tanda, Gejala, dan Dampak Koledokulitiasis

Oleh: Des Anggraeni R, 1706038941, KMB 2-D

Kandung empedu merupakan salah satu organ dalam sistem gastrointestinal


yang membantu fungsi kerja hati. Gangguan yang terjadi pada organ empedu akan
mempengaruhi sistem empedu dan mempengaruhi drainase empedu ke dalam
duodenum. Dua kondisi paling umum terjadi adalah batu empedu dan yang
berhubungan dengan peradangan kandung empedu (kolesistitis). Penyakit kandung
empedu dengan batu empedu adalah gangguan paling umum dari sistem empedu
(Smeltzer et al, 2010). Batu-batu tersebut dapat bersarang di dalam kandung
empedu, leher kandung empedu, maupun di saluran kistik.

Istilah batu empedu ini secara umum disebut dengan kolelitiasis. Hal yang
membedakan kolelitiasis dengan koledokolitiasis hanya letak batu empedu
bersarang. Kolelitiasis yaitu adanya batu di dalam kandung empedu (White,
Duncan, & Baumle, 2013). Sedangkan pada koledokolitiasis, batu terletak di
saluran empedu umum atau koledokus (Lewis, 2014). Koledokolitiasis biasanya
sebagai komplikasi lanjutan dari kolelitiasis. Batu empedu adalah struktur kristalin
dengan bentuk dan ukursn bervariasi yang dibentuk oleh pengerasan atau akumulasi
normal maupun abnormal dari unsur-unsur empedu. Beberapa batu empedu dapat
keluar dari kandung empedu dan masuk ke duodenum tanpa klien sadari. Kadang-
kadang batu empedu berpindah ke dalam saluran empedu kistik atau umum
(koledokolitiasis) menyebabkan obstruksi yang, pada gilirannya, menyebabkan
kolesistitis (White, Duncan, & Baumle, 2013). Penyebab pasti dari pembentukan
batu-batu ini belum diketahui.

Insiden kolelitiasis meningkat sesuai usia dengan insiden wanita lebih tinggi
daripada laki-laki. Obesitas, diabetes mellitus, dan kehamilan merupakan faktor
risiko meningkatnya prevalensi terutama pada wanita. Black & Hawks (2014),
dalam bukunya “Medical Surgical Nursing”, menyebutkan terdapat empat
kemungkinan penjelasan pembentukan batu. Pertama, kandung empedu
kemungkinan mengalami perubahan komposisi. Penelitian terhadap batu empedu
kolesterol mengindikasi bahwa empedu superjenuh dengan kolesterol tapi kekurang
garam. Kedua, statis kandung empedu (seperti perubahan komposisi, empedu
superjenuh dengan kolesterol, dan pembekuan beberapa unsur empedu) mungkin
mengarah pada statis kandung empedu (berupa akibat dari penurunan kontraktilitas
pengosongan kandung empedu). Ketiga, infeksi mungkin menjadi penyebab
pembentukkan batu. Keempat, genetic dan demografi dapat mempengaruhi
pembentukkan batu, seperti fakta prevalensi yang menunjukkan orang Amerika dan
Eropa berisiko lebih tinggi dibanding Asia (Black & Hawks, 2014).

Kolelitiasis dapat menghasilkan gejala yang parah atau tidak sama sekali.
Banyak pasien tidak menyadari memiliki kolelitiasis. Tingkat keparahan gejala
tergantung pada apakah batu tersebut diam atau bergerak dan apakah ada obstruksi.
Ketika sebuah batu bersarang di saluran atau ketika batu bergerak melalui saluran,
kejang dapat terjadi. Kejang kandung empedu terjadi sebagai respons terhadap batu
dan terkadang menghasilkan rasa sakit yang parah (kolik bilier). Rasa sakit bisa
sangat menyiksa dan disertai oleh takikardia, diaforesis, dan lesu. Klien sering
gelisah dan merubah posisi berkali-kali untuk mengurangi intensitas nyeri (Black
& Hawks, 2014). Rasa sakit yang parah dapat berlangsung hingga satu jam, dan
ketika itu mereda, ada kelembutan residual di kuadran kanan atas. Serangan nyeri
sering terjadi 3 sampai 6 jam setelah makan tinggi lemak atau ketika pasien
berbaring (Lewis, 2014).

Kolelitiasis dapat berdampak pada gangguan sistem lain. Komplikasi


kolelitiasis meliputi kolesistitis gangren, abses subphrenik, pankreatitis, kolangitis
(radang saluran empedu), sirosis bilier, fistula, dan pecahnya kandung empedu,
yang dapat menghasilkan empedu peritonitis (Lewis, 2014). Seperti yang dijelaskan
sebelumnya yaitu koledokolitiasis (batu di saluran umum empedu) merupakan
dampak yang dapat terjadi dan menghasilkan gejala obstruksi.

Gangguan pada system gastrointestinal dapat bermacam-macam, salah


satunya adalah kolelitiasis atau batu empedu. Batu empedu dapat muncul di dalam
kandung empedu, leher kandung empedu, saluran koledokus, maupun di saluran
kistik. Batu empedu tidak selalu menimbulkan nyeri dan biasanya dapat keluar
sendiri melalui duodenum. Namun jika nyeri parah dirasakan, maka telah terjadi
obstruksi yang cukup serius.
Daftar Pustaka

Black, J. & Hawks, J. (2014). Keperawatan medikal bedah: Manajemen klinis


untuk hasil yang diharapkan. Edisi ke-8. Buku 2. Penerjemah: Mulyanto, J.
et al. Jakarta: Pentasada Media Edukasi.

Lewis, Sharon. (2014). Medical surgical nursing: Assessment and management of


clinical problems. Canada: Elsevier.

Smeltzer, S., et al. (2010). Brunner & suddarth’s text book of medical surgical
nursing. Wolters Kluwer Health.

White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical-surgical nursing: An


integrated approach. Edisi ke-3. USA: Delmar Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai