Kultur Jaringan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan metode guna mengisolasi salah satu bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel ataupun jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, yang dapat
menyebabkan bagian tanaman tersebut untuk memperbanyak diri tumbuh menjadi sebuah
tanaman yang lengkap kembali. Adanya teknik kultur jaringan menjadi salah satu cara untuk
memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pengertian kultur jaringan ialah teknik memperbanyak
tanaman dengan menggunakan cara isolasi salah satu bagian tanaman seperti daun, mata tunas,
dan untuk menumbuhkan bagian-bagian tersebut ke dalam media buatan secara aseptik dimana
kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah yang tertutup yang dapat tembus cahaya
sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri serta bergenerasi menjadi
sebuah tanaman lengkap.

Prinsip
Prinsip utama dari kultur jaringan ini adalah perbanyakan tanaman dengan memakai bagian
vegetatif tanaman yang menggunakan media buatan dan dilakukan di tempat yang steril. Berbeda
dari teknik untuk memperbanyak tanaman secara konvensional, teknik kultur jaringan
merupakan teknik yang dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam sebuah botol kultur dengan
medium serta pada kondisi tertentu. Oleh sebab itu, teknik pengertian kultur jaringan dapat
disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro yang merupakan kata dari bahasa latin yang berarti
”didalam kaca”. Teori dasar dari teknik kultur in vitro adalah Totipotensi. Totipotensi
mempercayai bahwa setiap bagian-bagian tanaman dapat berkembang biak, hal ini karena
seluruh bagian tanaman tersebut terdiri dari jaringan-jaringan hidup. Oleh sebab itu, semua
organisme-organisme baru yang berhasil tumbuh akan mempunyai sifat yang sama persis dengan
induknya tersebut.
Prasyarat
Kultur jaringan membutuhkan beberapa prasyarat guna mendukung kehidupan jaringan yang
dikembangbiakkan tersebut. Salah satu hal yang penting adalah sebuah wadah dan media tumbuh
yang cukup steril. Media tersebut akan digunakan sebagai tempat bagi jaringan tanaman untuk
dapat tumbuh serta mengambil nutrisi yang dapat mendukung kehidupan jaringan tersebut.
Media tumbuh akan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan jaringan tanaman untuk hidup
serta memperbanyak diri.

Syarat-syarat :
- Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar dalam pembentukkan kalus, terdapat beberapa syarat
tumbuhan eksplan :
1) Jaringan tersebut pada saat sedang aktif pertumbuhanya, diharapkan masih terdapat zat-
zat tumbuh yang masih aktif sehingga akan membantu perkembangan jaringan-jaringan
selanjutnya.
2) Eksplan yang diambil berasal dari bagian-bagian tumbuhan, seperti : akar, kuncup, mata
tunas, daun, umbi, dan ujung batang yang dijaga kelestatriannya.
3) Eksplan yang diambil berasal dari bagian-bagian yang masih muda (apabila ditusuk
dengan menggunakan pisau akan terasa lunak sekali).
-Pengaturan udara yang baik terlebih untuk kultur cair.
-Keadaan yang aseptik dan penggunaan medium yang cocok.
-Pilih bagian dari tanaman yang masih muda serta dapat dengan mudah untuk tumbuh yaitu pada
bagian meristem, seperti: ujung akar, daun muda, keping biji, ujung batang, dan sebagainya. Jika
memakai menggunakan embrio pada bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, perlu diperhatikan
juga adalah kemasakan embrio, dormansi, temperatur, dan waktu imbibisi.

Sejarah Kultur Jaringan

Setelah mengetahui tentang pengertian kultur jaringan, berikut ini sejarah kultur jaringan
tersebut. Perkembangan kultur jaringan dimulai sejak tahun 1838 ketika Schleiden dan Schwann
mengungkapkan mengenai teori totipotensi yang menjelaskan sel-sel bersifat otonom, serta
prinsipnya yang dapat beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Teori yang dikemukakan tersebut
menjadi dasar dari spekulasi Haberlandt pada abad ke-20 awal yang menjelaskan jaringan
tanaman yang diisolasi dan dikultur dapat berkembang menjadi sebuah tanaman normal dengan
cara melakukan manipulasi terhadap nutrisi dan kondisi lingkungan. Walaupun pada awalnya
usaha yang dilakukan oleh Haberlandt pada tahun 1902 mengalami kegagalan, akan tetapi
Carrel, Harrison, dan Burrows pada tahun 1907-1909 berhasil untuk mengkulturkan jaringan
hewan dan manusia dengan cara in vitro.

Keberhasilan dari teknik kultur jaringan sebagai sebuah sarana untuk memperbanyak tanaman
secara vegetatif pertama kali pada tahun 1934 dilaporkan oleh White, yaitu dengan
keberhasilannya untuk kultur akar tanaman tomat. Pada tahun berikutnya yakni tahun 1939,
White, Nobecourt, dan Gautheret berhasil untuk menumbuhkan kalus tembakau dan wortel
dengan cara in vitro. Setelah perang dunia II, perkembangan kultur jaringan menjadi berkembang
pesat dan menghasilkan penelitian-penelitian yang mempunyai arti penting untuk dunia
pertanian, hortikultura, dan kehutanan.

Pada awalnya, teknik kultur jaringan tanaman yang berada dibelakang kultur jaringan manusia.
Keterlambatan tersebut disebabkan karena hormon tanaman. Kemudian ditemukan auksin IAA
pada tahun 1934 oleh Haagen-Smith dan Kogl yang membuka peluang besar untuk kemajuan
dari teknik kultur jaringan tanaman. Pada tahun 1955 ditemukan kinetin (suatu sitokinin) yang
membuat kemajuan teknik kultur jaringan menjadi semakin berkembang pesat.

Kemudian oleh Miller mempublikasikan tulisan “kunci” yang menjelaskan bahwa interaksi
kuantitatif yang terjadi antara auksin dan sitokinin memiliki pengaruh untuk menentukan tipe
pertumbuhan dan peristiwa morfogenetik yang ada di dalam tanaman. Penelitian kedua yang
dilakukan oleh ilmuwan tersebut terhadap tanaman tembakau yang menyatakan bahwa rasio
yang tinggi diantara auksin terhadap sitokinin akan menginduksi morfogenesis akar, rasio yang
rendah akan menginduksi morfogenesis pucuk. Akan tetapi, pola yang demikian tidak berlaku
untuk semua spesies tanaman.

Ditemukannya prosedur perbanyakan dengan cara in vitro terhadap tanaman anggrek Cymbidum
pada tahun 1960 oleh Morel, dan diformulasikannya dengan komposisi medium konsentrasi
garam mineral tinggi oleh Skoog dan Murashige pada tahun 1962, semakin mempercepat
perkembangan teknik kultur jaringan pada berbagai jenis tanaman yang lainnya.

Perkembangan pesat dimulai di negara Prancis dan Amerika, kemudian dikembangkan dibanyak
negara, salah satunya di Indonesia, dengan prioritas penggunaan tanaman yang mempunyai arti
penting bagi tiap-tiap negara. Dengan berkembangnya penelitian dalam dua dekade terakhir telah
memberikan banyak sumbangan yang sangat besar. Jumlah penelitian serta penggunaan dari
teknik kultur jaringan akan terus meningkat pada masa mendatang.

Tipe Kultur Jaringan Teknik kultur jaringan merupakan teknik perkembangbiakan tanaman
dengan cara vegetatif serta bersifat aseptik yang menggunakan botol/wadah yang dapat tembus
cahaya. Untuk menggunakan teknik kultur jaringan, terdapat beberapa teknik kultur sebagai
berikut :

1. Kultur Haploid
Kultur haploid adalah kultur yang menggunakan bagian reproduksi suatu tanaman sebagai
eksplannya, seperti : tepung sari, ovule, kepala sari, dan lain sebagainya sehingga dapat
menghasilkan tanaman haploid.
2. Kultur Protoplasma
Kultur protoplasma menggunakan sel yang telah dilepas dari bagian dinding selnya, hal ini
karena enzim tersebut sebagai eksplannya. Kultur protoplasma digunakan pada umumnya untuk
keperluan hibridisasi somatik ataupun fusi sel soma.
3. Kultur Suspensi
Kultur suspensi yang dijadikan eksplannya pada umumnya yaitu kalus atau jaringan meristem
yang dalam bentuk sel maupun agregat. Pada kultur suspensi pada umumnya memakai media
cair dengan pengocokan secara terus menerus dengan menggunakan shaker.
4. Kultur Kalus
Kultur kalus yang dijadikan eksplannya adalah sekumpulan sel, seperti : jaringan parenkim.
5. Kultur Organ
Kultur organ memakai bagian-bagian tertentu dari sebuah tanaman sebagai eksplan seperti buku
batang, akar, helaian daun, buah muda, tangkai daun, pucuk,bunga, dan lain sebagainya.
6. Kultur Biji
Kultur biji dengan memanfaatkan biji atau seeding sebagai eksplan.

Metode Kultur Jaringan

Teknik kultur jaringan dapat dilakukan dengan metode-metode yang akan dijelaskan dibawah
ini. Macam –macam metode pada teknik kultur jaringan dapat ditinjau dari macam media tanam,
eksplan yang dipakai atau bahan, dan cara pemeliharaannya. Berdasarkan dari macam media
tanam yang dipakai, metode kultur dibedakan sebagai berikut :

1. Metode Padat (Solid Method)


Metode padat atau solid method adalah teknik kultur jaringan dengan menggunakan media padat.
Media padat ialah media yang didalamnya terkandung semua komponen-komponen kimia yang
dibutuhkan oleh tanaman tersebut yang kemudian akan dipadatkan dengan menambahkan suatu
zat pemadat. Zat pemadat dapat berupa agar-agar batangan, bubuk, ataupun sebuah kemasan
kaleng yang biasanya dipakai untuk media padat pada teknik kultur jaringan. Metode padat atau
solid method ini banyak digunakan guna teknik kloning, untuk menumbuhkan protoplasma
setelah diisolasikan, dan kegunaan yang lainnya.

Perlu diketahui juga bahwa penggunaan media yang terlalu padat akibatnya membuat akar sukar
untuk tumbuh karena akar akan sulit menembus ke dalam media sehingga membuat proses kultur
cenderung gagal.
2. Metode Cair (Liquid Method)
Metode cair atau liquid method adalah teknik kultur jaringan dengan menggunakan media cair.
Media cair dapat berupa larutan nutrien tanpa harus memerlukan zat pemadat. Pembuatan media
cair ini cenderung lebih cepat, namun kurang praktis sebab apabila terlalu cair dapat menyulitkan
pertumbuhan eksplan menjadi kalus sehingga keberhasilannya yang sangat minim. Pertumbuhan
tersebut tidak akan terjadi sebab eksplannya tenggelanm. Oleh karena itu, teknik kultur jaringan
dengan menggunakan metode cair pada umumnya digunakan pada eksplan satu diantaranya yaitu
suspensi sel.

Apabila ditinjau berdasarkan eksplan atau bahan yang dipakai, metode kultur dibedakan menjadi:

 Kultur Antera
 Kultur Meristem
 Kultur Endosperma
 Kultur protoplasma
 Kultur spora
 Kultur Suspensi sel, dan lain sebagainya

Cara Pemeliharaan
Supaya eksplan yang ditanam tersebut dapat tumbuh hingga menjadi kalus dan kemudian dapat
menjadi planlet, diperlukan pemeliharaan yang tepat dan rutin. Ketika eksplan sudah waktunya
untuk dipindahkan, maka segera dipindahkan eksplan tersebut ke lingkungan hidup luar, jika
tidak pertumbuhan eksplan tersebut akan terhenti atau mengalami browing (tekontaminasi oleh
bakteri atau jamur).
Tahapan Kultur Jaringan

Untuk membantu proses replikasi tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan harus
dengan melalui serangkaian proses-proses. Adapun tahapan-tahapan kultur jaringan tersebut
antara lain :
1. Pembuatan Media
Media adalah faktor yang sangat penting dalam kultur jaingan. Media tersebut dapat berupa
hormon, vitamin, atau garam mineral. Media yang digunakan harus steril terlebih dahulu,
sehingga sebelum proses kultur jaringan dilakukan, media yang telah disiapkan tersebut
ditempatkan di tabung reaksi dan kemudian dipanaskan dengan autoklaf. Media yang diambil
harus sudah dipersiapkan di greenhouse supaya bebas kontaminan pada saat dikultur nanti.
2. Inisiasi
Inisiasi merupakan suatu proses pengambilan eksplan dari bagian pada tanaman yang akan
dikultur. Sumber eksplan yang harus memenuhi kriteria seperti jelas jenisnya, varietas, bebas
dari hama dan penyakit, spesies. Salah satu bagian tanaman yang sering digunakan adalah tunas.
Setelah eksplannya sudah dipersiapkan, eksplan tersebut akan dikultur dengan harapan dapat
menginisasi pertumbuhan baru sehingga dapat memungkinkan pemilihan salah satu bagian
tanaman yang tumbuhnya paling kuat guna perbanyakan tanaman ke tahap yang berikutnya.
3. Sterilisasi
Setiap proses harus dilakukan pada tempat yang steril, yaitu di laminar flow serta memakai
berbagai alat yang steril. Peralatan yang digunakan pada umumnya disterilisasi terlebih dahulu
dengan cara menyemprotkan etanol ke alat tersebut. Selain itu, orang yang akan melakukan
kultur tersebut juga harus dalam keadaan yang steril pula.
4. Multiplikasi
Multiplikasi ialah kegiatan untuk memperbanyak calon tanaman baru dengan cara menanam
eksplan yang telah dipilih ke media. Guna mencegah gagal tumbuh eksplan tersebut, proses
multiplikasi lebih baik dilakukan pada laminar flow.
5. Pengakaran
Pengakaran adalah tahapan setelah multiplikasi dan merupakan fase dimana eksplan akan
membentuk pucuk serta akar tanaman baru yang kuat sehingga mampu untuk bertahan hidup
pada saat dipindahkan dari lingkungan hidup in vitro ke lingkungan hidup luar. Peristiwa
pengakaran mengindikasikan bahwa proses kultur jaringan berjalan dengan lancar.
6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah tahap untuk memindahkan eksplan dari awalanya di lingkungan in vitro ke
lingkungan luar. Aklimatisasi harus dilakukan secara hati-hati dan juga bertahap, yaitu dengan
cara memberikan sungkup. Sungkup tersebut kemudian akan dilepaskan apabila tanaman baru
yang sudah berhasil kultur sudah mampu untuk berdaptasi dengan lingkungan luar tersebut.
Supaya tanaman baru tersebut tumbuh dengan baik, harus dilakukan pemeliharaan yang prinsip
utamanya hampir serupa dengan pemiliharaan pada tanaman generatif.

Manfaat Kultur Jaringan

Manfaat kultur jaringan salah satunya sebagai teknik perbanyakan massal tanaman yang pada
biasanya lambat dengan menggunakan metode konvensional dalam jumlah yang besar dapat
tumbuh dalam waktu singkat, dapat memperoleh tanaman yang bebas dari virus. Untuk lebih
lengkapnya, berikut manfaat kultur jaringan :

1) Kultur jaringan merupakan cara cepat untuk memperbanyak tanaman dibandingkan


dengan cara konvensional.
2) Bibit tanaman yang lebih bermutu.
3) Sifat dari induk yang tidak hilang.
4) Cara untuk mengembangbiakkannya yang mudah serta ekonomis.
5) Untuk memperoleh bibit baru, tidak tergantung musim pada saat itu.
6) Dapat menghasilkan tanaman yang terbebas dari segala macam penyakit.
7) Bibit tanaman yang dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan ditanam di tanah.
8) Waktu dan tempat yang dapat dihemat.
9) Memperoleh bibit baru dalam jumlah yang besar.

Meskipun teknik kultur jaringan mempunyai banyak manfaat kultur jaringan terhadap reproduksi
tanaman, namun teknik kultur jaringan ini juga mempunyai dampak negatifnya. Teknik kultur
jaringan memerlukan individu yang yang mempunyai keahlian dalam bidang tersebut, hal ini
karena tanpa adanya keahlian teknik tersebut cenderung gagal. Modal awal untuk menggunakan
teknik tersebut relatif mahal, dan bibit yang dihasilkan juga harus diaklimatasi terlebih dahulu,
hal ini karena kondisinya yang cenderung aseptik dan lembab. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan
juga penggunaan teknik tersebut agar tidak menimbulkan kerugian.
Manfaat kultur jaringan dalam budidaya buah :

1) Buah yang dihasilkan akan memiliki ukuran yang seragam.


2) Rasanya yang seragam antara buah tanaman satu dengan tanaman yang lainnya.
3) Buahnya memiliki warna yang menarik, dan lain sebagainya.

Kerugian menggunakan teknik kultur jaringan dalam budidaya buah :

1) Teknik kultur jaringan tidak dapat mengubah tanaman ataupun buah yang dihasilkan dari
tanaman tersebut.
2) Dalam teknik kultur sel hewan, tidak dapat untuk menghasilkan individu baru kecuali
dengan teknik kultur embrio.

Dari pengertian kultur jaringan yang telah dijelaskan diatas, kultur jaringan memiliki teori dasar
dari teknik kultur in vitro adalah Totipotensi. Teori tersebut menjelaskan bahwa setiap bagian-
bagian tanaman dapat untuk dikembangbiakkan, hal ini karena seluruh bagian-bagian tanaman
tersebut terdiri dari jaringan-jaringan hidup. Oleh sebab itu, organisme baru yang berhasil untuk
ditumbuhkan dapat mempunyai sifat yang sama dengan induknya.

Contoh dari beberapa tanaman yang berhasil untuk dikembangbiakkan dengan memakai teknik
dari kultur jaringan antara lain :

 Anggrek cattleya
 Jati mas
 Kelapa sawit
 Pisang abaka
 Pisang lampung
Tanaman pisang lampung merupakan salah satu dari hasil kultur jaringan yang mempunyai sifat
baik, yakni dapat tahan terhadap berbagai jenis penyakit dan hama, lebih cepat berbuah, dan lain
sebagainya.
Itulah pengertian kultur jaringan dan manfaat kultur jaringan. Masyarakat dapat dimudahkan dan
mendapat keuntungan dari adanya kultur jaringan.

Read more: http://woocara.blogspot.com/2016/02/pengertian-kultur-jaringan-dan-manfaat-


kultur-jaringan.html#ixzz5yT4aNljh
Pengertian, Tahapan, Macam-Macam Dan Manfaat Kultur Jaringan
Diposkan pada 25 November 2013 oleh Hipmagro Unswagati

Pengertian Kultur Jaringan

Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue
culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.

Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam
media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup
yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
steril.

Prinsip Dasar Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan seperti
protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
lengkap kembali.

Teori yang mendasari tehnik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann dan Scheleiden
(1838) yang menyatakan sifat totipotensi (total genetic potential) sel, yaitu bahwa setiap sel
tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap
untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika kondisinya sesuai.
Manfaat Kultur Jaringan

• Melestarikan sifat tanaman induk

• Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat sama

• Menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat

• Dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus

• Dapat dijadikan sarana untuk melestarikan plasma nutfah

• Untuk menciptakan varietas baru melalui rekayasa genetika. Sel yang telah direkayasa
dikembangkan melalui kultur jaringan sehingga menjadi tanaman baru secara lengkap

• Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim.

Kelemahan Kultur Jaringan

• Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi

• Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena memerlukan keahlian khusus

• Bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena terbiasa dalam kondisi
lembap dan aseptik.

Keuntungan Kultur Jaringan

• Pengadaan bibit tidak tergantung musim

• Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari
satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000 planlet/bibit)

• Bibit yang dihasilkan seragam

• Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)

• Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah

• Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya

• Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki

• Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:

a. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan

Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari
hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan
dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan
sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara
in-vitro.

b. Inisiasi Kultur

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan yang
bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini mengusahakan
kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik
berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan
bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan
memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk
perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell, 1976).

c. Sterilisasi

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang
steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga sterail. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

d. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul

Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti
tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa
dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara
merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang
terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi
kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus terkandung
mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan secara tepat
(Wetherell, 1976). Hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut
berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).
e. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar

Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk
dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan luar.
Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh lingkungan,
sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976). Tunas-tunas yang dihasilkan pada
tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas. Media untuk
pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin. Tunas tersebut
dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas secara berkelompok
lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup panjang, tunas tersebut dapat
diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat dilakukan sekaligus atau secara
bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan. Pengakaran tunas in-vitro dapat dilakukan
dengan memindahkan tunas ke media pengakaran yang umumnya memerlukan auksin seperti
NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan
pada tahap sebelumnya.

f. Aklimatisasi

Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet merupakan
salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara masal. Pada
tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol seperti rumah kaca ,
rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses ini disebut aklimatisasi.
Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan
secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media tanah, atau pakis
sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan. Prosedur
pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi
ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi.

Macam-Macam Kultur Jaringan

• Kultur meristem, menggunakan jaringan (akar, batang, daun) yang muda atau meristematik

• Kultur anter, menggunakan kepala sari sebagai eksplan

• Kultur embrio, menggunakan embrio. Misalnya pada embrio kelapa kopyor yang sulit
dikembangbiakan secara alamiah

• Kultur protoplas, menggunakan sel jaringan hidup sehingga eksplan tanpa dinding

• Kultur kloroplas, menggunakan kloroplas. Kultur ini biasanya untuk memperbaiki atau
membuat varietas baru

• Kultur polen, menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya.


Kultur jaringan – merupakan salah satu cara pergandaan tanaman secara vegetatif. Kultur
jaringan merupakan teknik dalam menggandakan tanaman melalui cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, dan menumbuhkan potongan-potongan tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya akan nutrisi serta zat pengatur tumbuh dalam wadah menutup
tembus cahaya sehingga potongan tanaman bisa memperbanyak diri dan bergenerasi jadi
tanaman lengkap.

Prinsip utama pada teknik kultur jaringan ialah penggandaan tanaman dengan menggunakan
bagian vegetatif tanaman dengan cara media buatan yang dilakukan di tempat steril.
A. Pengertian Kultur Jaringan
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan secara bahasa asing dikenal sebagai (tissue
culture). Kultur ialah budidaya dan jaringan pada sekelompok sel yang memiliki bentuk dan
fungsi yang sama. Sehingga, kultur jaringan bermakna membudidayakan suatu jaringan tanaman
jadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya.

Kultur didefinisikan sebagai suatu teknik membudidayakan jaringan supaya menjadi organisme
yang utuh dan memiliki sifat yang sama dengan induknya.

Secara umum, kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksankan untuk membuat
bagian tanaman dari (akar, tunas, dan jaringan tumbuh tanaman) tumbuh jadi tanaman utuh
(sempurna) dikeadaan in vitro (didalam gelas).

Baca Juga : Alang-alang : Klasifikasi, Deskripsi, dan Kegunaannya Bagi Kesehatan


Terlengkap
B. Keuntungan Kultur Jaringan
Keuntungan yang didapat antara lain :
1. Lebih hemat tempat.
2. Hemat waktu.
3. Tanaman yang digandakan dengan kultur jaringan memiliki sifat sama atau seragam dengan
induknya.
Contoh tanam

C. Keunggulan Kultur Jaringan

Bibit yang dihasilkan pada kultur jaringan memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

1. Memiliki sifat yang identik dengan induknya.


2. Bisa digandakan dalam jumlah yang cukup besar sehingga tidak terlalu memerlukan
tempat yang luas.

3. Dapat menghasilkan bibit dengan jumlah yang besar dalam waktu yang singkat.

4. Kesehatan dan mutu bibit menjadi lebih terjamin.

5. Kecepatan tumbuh bibit menjadi lebih cepat dibanding dengan pergandaan konvensional.

D. Tahapan Teknik Kultur Jaringan


Tahapan yang dilakukan dalam pergandaan tanaman dengan teknik kultur jaringan antara lain:

1. Inisiasi
ialah pengambilan eksplan pada bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang
sering dipakai untuk kegiatan kultur jaringan ialah tunas.

2. Sterilisasi
ialah bahwa segala kegiatan di dalam kultur jaringan harus dilaksanakan di tempat yang steril,
yakni di laminar flow dan memakai alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilaksanakan
dengan peralatan, seperti menggunakan etanol dan disemprotkan secara merata pada peralatan
yang digunakan. Teknisi kultur jaringan ini juga harus steril.

3. Multiplikasi
ialah kegiatan menggandakan calon tanaman dengan menanam eksplan di media. Kegiatan ini
dilaksanakan di laminar flow guna menghindari adanya kontaminasi yang mengakibatkan
gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang ditanami eksplan kemudian diletakkan pada
rak-rak lalu ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

4. Pengakaran
ialah fase yang mana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar dan ditandai dengan
proses kultur jaringan yang dilakukan saat berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap
hari guna melihat pertumbuhan dan juga perkembangan akar serta guna melihat adanya
kontaminasi pada bakteri ataupun jamur.

5. Aklimatisasi
ialah kegiatan memindahkan eksplan keluar mulai di ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan
dilakukan dengan hati-hati dan bertahap, yakni dengan memberikan sungkup.

E. Prinsip Dasar Kultur Jaringan


Kultur jaringan berisi dua prinsip dasar yang jelas, yakni :

a. Bahan Tanam Yang Totipotensi


Konsep dasar ini mutlak terdapat dalam pelaksanaan kegiatan kultur jaringan sebab hanya
dengan adanya sifat totipotensi tersebut sel jaringan organ yang dipakai akan dapat tumbuh dan
berkembang sesuai arah serta tujuan budidaya in vitro yang dilakukan. Tetapi, sifat totipotensi
lebih besar dipunyai oleh bagian yang masih muda serta banyak dijumpai di daerah meristem.
Sementara bahan tanam ini digunakan dalam kegiatan kultur jaringan dan terbukti lebih dapat
tumbuh dan berkembang, antara lain :

1. Sel, biasanya ditanam dengan bentuk suspensi dalam kepadatan yang telah ditentukan.
2. Protoplast, biasanya ditanam pula dalam bentuk yang telah ditentukan.
3. Jaringan meristem, jaringan yang ditanam biasanya dengan bentuk potongan organ yang
ada pada daerah – daerah pertumbuhan.
4. Kalus, ditanam dalam bentuk masa sel yang memang belum terdeferensiasi serta biasanya
ditanam dalam media induksi sebagai pertumbuhan kalus.
5. Organ, bahan yang secara umum dalam kegiatan kultur jaringan.

b. Budidaya Yang Terkendali


Sifat bahan yang hanya totipotensi tidak cukup sebagai kesuksesan kegiatan kultur jaringan.
Prinsip dasar budidaya yang terkendali ini sangat berperan penting, yakni :

1) Kondisi media tempat tumbuh.


2) Pengaruh pada lingkungan.
3) Keharusan sterilisasi.

F. Teknik Kuljar Secara In Vitro


Sejumlah syarat sesuai pada prinsip dasar kuljar yang harus diketahui yaitu :
1. Memilih eksplan baik.
2. Untuk memperoleh eksplan baik dan mudah tumbuh. Memilih bagian organ yang masih
sifatnya meristematik.
3. Penggunaan medium yang cocok. Media ini biasanya digunakan untuk pembuatan kuljar
murni yaitu PDA.
4. Kondisi yang aseptik. Kondisi yang aseptik ini mencakup sterilisasi eksplan, media, alat-alat,
ruang steril serta ruang kultur (entkas/ tempat khusus sebagai menanam eksplan ke dalam
medium).
5. Pengaturan udara yang baik.
Kali ini saya akan membahas salah satu bioteknologi modern yaitu kultur jaringan. Kultur
jaringan berasal dari kata "kultur" yaitu mengembangbiakan atau memperbanyak dan "jaringan"
yaitu kumpulan dari beberapa sel yang memiliki fungsi dan sifat yang sama. Lalu apakah arti
dari kultur jaringan?

Ya jadi kultur jaringan adalah teknik memperbanyak tanaman dengan cara mengisolasi bagian-
bagian tanaman seperti daun, batang, akar, yang kemudian ditumbuhkan pada media buatan
yang kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuhan atau disebut hormon, yang secara aseptik atau
steril, dalam wadah tertutup yang tembus cahaya (misalnya botol kaca), pada suhu tertentu
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.

Pada tahun 1969 F.C.Steward mengadakan sebuah eksperimen untuk mebuktikan apakah ada
cara untuk memperbanyak bibit tanaman dengan waktu relatif cepat dan dapat menghasilkan
banyak bibit dengan cara mengambil satu sel empulur wortel, kemudian menumbuhkannya
ternyata hasil dari percobaannya itu berhasil menjadi individu baru.Kultur jaringan dapat
dilakukan karena setiap sel mempunyai sifat Totipotensi.

Teori totipotensi ini dikemukakan oleh G. Heberland pada tahun 1898, namun sekarang teknik
kultur jaringan dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari hari seperti kegiatan farmasi
dan juga agrobisnis. Agro bisnis yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang pertanian dan
perkebunan.

Dalam bidang agrobisnis, teknik kultur jaringan menggunakan harga yang relatif lebih murah
dan juga dapat menghasilkan banyak bibit dalam waktu yang relatif singkat, lalu tidak
memerlukan terlalu banyak lahan atau tempat yang luas untuk melakukan teknik kultur jaringan.

Lalu mengapa kita harus melakukan teknik kultur jaringan dalam menghasilkan individu yang
baru? Karena tentu saja kita menginginkan bibit tanaman yang berkualitas dan juga
menghasilkan banyak bibit yang sehat dan terbebas dari penyakit atau bakteri .

Keuntungan dari kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan dari kegiatan kultur jaringan bebas
penyakit, bibit yang dihasilkan juga mempunyai sifat yang sama persis dengan induknya yaitu
meliputi sifat fisiologi dan morfologi, dan proses produksinya memiliki waktu yang relatif lebih
cepat daripada menggunakan cara selain kultur jaringan, bibit yang dihasilkan dengan kultur
jaringan sama atau seragam antara satu tumbuhan dengan tumbuhan lainnya, pengadaan bibit
dengan kultur jaringan juga tidak tergantung musim, biaya untuk melakukan pengangkutan bibit
juga lebih murah dibandingkan teknik lainnya, serta jumlah yang dihasilkan dengan teknik kultur
jaringan lebih banyak karena dalam satu tahun satu tunas tumbuhan dapat menghasilkan sepuluh
ribu bibit.

Kerugian dari kultur jaringan sendiri adalah tidak dapat merubah sifat dari tanaman atau buah
yang dihasilkan jadi jika induk buah rasa asam maka sifat dari individu barunya juga memiliki
rasa asam begitu juga dengan tanaman jika tanaman induknya memiliki tinggi batang yang
pendek maka individu baru hasil dari pengkulturan akan memiliki tinggi batang yang sama
dengan induknya, sedangkan jika pada hewan tidak dapat menghasilkan individu baru dari hasil
kultur jaringan karena hewan memiliki daya totipotensi yang sangat rendah, kecuali jika kita
menggunakan teknik kultur embrio pada hewan.

Dengan adanya teori dasar dari kegiatan kultur jaringan sendiri yaitu Totipotensi yang memiliki
arti lain yaitu setiap organisme memiliki sifat yang sama dengan induknya.

Jenis jenis teknik kultur jaringan :

Berdasarkan jenis eksplan (sel atau jaringan asal) , jenis dari teknik kultur jaringan dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

 Meristem culture, yaitu teknik kultur jaringan yang menggunakan eksplan dari jaringan yang
masih muda atau disebut juga meristem.
 Pollen, yaitu teknik dalam kultur jaringan yang menggunakan eksplan dari serbuk sari yang
dihasilkan oleh benang sari atau sel jantan pada tumbuhan.
 Protoplast culture, yaitu teknik kultur jaringan pada tanaman yang menggunakan eksplan
pada protoplasma, protoplasma sendiri adalah sel yang tidak memiliki dinding sel atau sel yang
dihilangkan dinding selnya.
 Chloroplast culture, yaitu teknik kultur jaringan menggunakan eksplan kloroplas atau zat
hijau daun yang digunakan untuk perbaikan dari sifat tanaman yang lama dan membuat varietas
tanaman yang baru.
 Somatic cross atau silangan protoplasma, yaitu penyilangan dua macam protoplasma menjadi
satu sel dan kemudian selnya dibudidayan hingga membentuk tanaman yang mempunyai sifat
yang baru dan berbeda dengan sifat induknya.
 Teknik-teknik kultur jaringan atau disebut juga Mikropropagasi

"Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan meliputi beberapa tahap, yaitu sterilisasi,
pembuatan media, inisiasi, multiplikasi, pengakaran, dan aklimatisasi."

 Sterilisasi
 Dalam pelaksanaan kegiatan kultur jaringan media yang digunakan harus bersih atau terhindar
dari kuman atau bakteri (steril) , yaitu laminar air flow cabinet, yaitu meja kerja steril yang
digunakan untuk melakukan kegiatan inokulasi/ penanaman atau pengertian lainnya yaitu
merupakan suatu alat yang digunakan dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman,
dan pemindahan tanaman dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro. Dan juga
menggunakan alat-alat yang tentunya juga steril. Sterilisasi peralatan yang akan digunakan
dalam kegiatan kultur jaringan dapat dilakukan dengan pemanasan di dalam autoklaf serta
pencelupan ke dalam etanol (disebut juga sebagai etil alkohol yang memiliki rumus kimia
C2H5OH) atau larutan kaporit (Kalsium Hipoklorit yang memiliki rumus kimiaCa(ClO)2
atau yang biasanya digunakan untuk membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam kolam
renang)
 Pembuatan media
 Komposisi dalam pembuatan media bergantung pada tanaman yang akan dikulturkan. Media
yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, hormon dan beberapa tambahan
bahan lagi seperti agar-agar dan juga gula. Media yang digunakan untuk teknik kultur
jaringan juga harus steril atau terhindar dari kuman dan bakteri.
 Inisiasi
 Inisiasi adalah pengambilan eksplan pada bagian tunas yang merupakan bagian yang sering
digunakan dalam kegiatan inisiasi.
 Multiplikasi
 Multiplikasi yaitu kegiatan untuk memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada laminar air flow cabinet untuk menghindari kegagalan pertumbuhan eksplan.
 Pengakaran
 Dengan adanya teknik pengakaran berarti teknik kultur jaringan yang dilakukan telah berjalan
dengan baik karena dalam teknik pengakaran eksplan telah menunjukan pertumbuhan akar.
Dan dalam teknik pengakaran kita harus melakukan pengamatan secara rutin tiap harinya
untuk melihat apakah ada kontaminasi dari bakteri atau jamur. Karena eksplan yang
terkontaminasi oleh jamur atau bakteri akan menunjukan warna putih atau biru yang
disebabkan oleh jamur atau busuk yang disebabkan oleh bakteri.
 Aklimatisasi
 Teknik terakhir adalah teknik aklimatisasi yaitu kegiatan untuk memindahkan eksplan dari
ruang aseptik ke bedeng. Pemidahan dilakukan dengan sangat hati hati dan bertahap dengan
diberi sungkup yang digunakan untuk melindungi eksplan dari udara luar dan juga hama yang
akan merusak eksplan. Setelah bibit tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan ia di
pelihara maka sungkup akan dilepas dan perawatan bibit akan dilakukan seperti pemeliharaan
bibit generatif.
 Prinsip prinsip dalam kegiatan kultur jaringan adalah memperbanyak tanaman dengan
menggunakan vegetatif tumbuhan yang menggunakan tempat buatan yang steril atau terbebas
dari bakteri. Metode kultur jaringan banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman
khususnya tanaman yang sulit dikembangbiakan dengan cara generatif. Kultur jaringan akan
mudah dilaksanakan dengan menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem atau yang
disebut juga jaringan muda , jaringan meristem terdiri dari sel sel yang selalu membelah,
dindingnya penuh dan vakuolanya kecil kecil serta plasmanya penuh. Kebanyakan orang
menggunakannya untuk tissue culture Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana,
yaitu suatu sel atau irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan yang secara aseptik
diletakkan dan dipelihara dalam medium cair yang cocok dan dalam keadaan terbebas dari
bakteri dan jamur. Dengan cara demikian sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan
mengalami proliferasi dan membentuk jaringan seperti kalus yang berwarna putih yang
disebut protocorm like body (PLB). Faktor-faktor lingkungan diluar faktor nutrisi contohnya
seperti cahaya matahari, temperatur yang terkadang sangat panas maupun sangat dingin,
kelembaban dan pH, juga harus dikondisikan agar paling sesuai untuk kelangsungan
hidup protocorm like body (PLB) tersebut.

Setelah kita mengetahui teori-teori dan manfaat serta kekurangan dari kultur jaringan kita akan
melanjutkan pembahasan mengenai kasus- kasus yang menyangkut teknik kultur jaringan. Ya
seperti yang kita ketahui negara-negara maju sudah banyak yang menggunakan teknik kultur
jaringan untuk mengembangkan teknologi dari negara tersebut. Negara tersebut mengambil
plasma nutfah dengan menggunakan teknik kultur jaringan dari negara lain.
Plasma nutfah merupakan substansi pembawa keturunan yang dapat berupa sebagian atau utuh
bagian dari suatu tumbuhan atau hewan. Plasma nutfah sangat berharga dalam pengembangan
teknologi. Maka dari itu negara maju yang memiliki teknologi yang jauh lebih maju mengambil
plasma nutfah dari negara lain yang masih belum bisa mengembangkan plasma nutfah dengan
baik.

Saya setuju akan hal ini karena jika misalnya suatu tumbuhan dari negara yang belum disebut
negara maju akan punah karena perubahan iklim yang begitu drastis sehingga menyebabkan
banyak tanaman mati lebih baik tanaman itu di kloning dengan teknik kultur jaringan dan
dikembangkan serta dipelihara oleh negara yang dapat ditinggali oleh tumbuhan tersebut dan
juga tumbuhan tersebut selain menjaganya dari kepunahan dapat digunakan untuk kemajuan
teknologi yang nanti nya dapat digunakan oleh negara masih berkembang agar dapat mengolah
sendiri kekayaan alam yang ia punya dan dapat melakukan pengkulturan tanaman yang hampir
punah serta melakukan pengembangan teknologi serta dapat mendukung pembangunan nasional
oleh negara.

Lalu bagaimana negara asing dapat mengambil plasma nutfah dari suatu negara, jadi ada pihak
lain dari negara tersebut yang menjual plasma nutfah kepada negara asing melalui jalan pintas
lain seperti pasar gelap.

Dengan luasnya hutan dari negara tersebut maka akan mempersulit peneliti untuk melindungi
plasma nutfah dari negara lain yang ingin mengambil plasma nutfah suatu negara secara ilegal.
Peneliti asing yang ingin mengeksplorasi keanekaragaman hayati dari suatu negara harus
mendapat persetujuan dari departemen luar negeri negara tersebut serta negara yang
keanekaragaman hayatinya akan dieksplorasi.

Pengambilan plasma nutfah oleh negara asing juga dapat dilakukan dengan ketidaktahuan
peneliti dari suatu negara yang akhirnya menyumbangkan plasma nutfah negaranya kepada
negara asing yang lebih maju. Saya mohon maaf jika dalam artikel saya banyak kata kata yang
salah dan juga kurang berkenan di hati para pembaca sekalian. Terima kasih
Kultur Jaringan, Pengertian dan Manfaatnya untuk Budidaya Tumbuhan
masFikr Metode Tanam
Kultur jaringan adalah membudidayakan suatu jaringan dari tanaman menjadi tanaman kecil
yang sifatnya akan sama seperti induknya. Kultur jaringan kalau dalam bahasa Inggris juga
disebut tissue culture.
Atau, pengertian kultur jaringan menurut bahasa adalah kultur yang berarti budidaya, sedangkan
jaringan adalah sekelompok sel yang memiliki bentuk dan juga fungsi yang sama.
Jadi, kultur jaringan merupakan budidaya dengan menggunakan jaringan tanaman untuk
membuat tanaman baru dengan sifat yang sama dengan induknya. Atau, kita bisa juga
mengartikan kultur jaringan sebagai memelihara dan menumbuhkan organ tanaman seperti tunas,
embrio, bunga, dan sebagainya, atau jaringan tanaman seperti sel, protoplas, dan sel, pada
kondisi yang aseptik.

Isi Artikel [show]


APA TUJUAN DILAKUKAN KULTUR JARINGAN?

funscience.in
Setelah mengetahui apa itu kultur jaringan, lantas, sebenarnya mengapa kita melakukan kultur
jaringan? Padahal masih banyak cara yang lebih mudah untuk membudidayakan tanaman.

Nah, ada beberapa tujuan melakukan kultur jaringan ini.

 Untuk memperoleh bibit tanaman baru yang kualitasnya lebih baik.


 Untuk mendapatkan bibit tanaman dengan lebih cepat serta hasil yang lebih banyak, tentunya
dalam waktu yang tidak lama tetapi anakan yang dihasilkan dapat sama atau seragam.
 Mendapatkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya.
 Membuat tanaman yang bebas penyakit.
 Mendapatkan hasil yang banyak dengan pengeluaran yang sedikit serta dapat dikomersialkan.
KULTUR JARINGAN

wikipedia.org
Tentu kamu sudah tahu, bahwa teknik kultur jaringan ini memanfaatkan prinsip memperbanyak
tanaman secara vegetatif.

Cara melakukan kultur jaringan adalah dengan mengambil sel atau irisan jaringan tanaman, atau
yang sering disebut dengan eksplan. Jaringan tanaman tersebut akan diletakkan dan dipelihara
secara aseptik di dalam media padat atau cair yang cocok, tentu dalam keadaan steril.

Setelah ditempatkan pada media yang tepat, maka sebagian sel pada permukaan irisan, nantinya
akan mengalami poliferasi dan membentuk kalus. Kalus yang terbentuk, jika dipindahkan ke
dalam media diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap, biasa
disebut sebagai planlet.

Nah, dengan menggunakan teknik kultur jaringan, kita dapat memperoleh kalus yang nantinya
akan menjadi planlet dalam jumlah yang besar hanya dengan satu irisan kecil jaringan tanaman.

Praktik teknik kultur jaringan ini berdasar teori sel yang dikemukakan oleh Schleiden. Dia
mengatakan bahwa sel mempunyai kemampuan autonom, sampai totipotensi. Totipotensi adalah
kemampuan setiap sel yang berasal dari bagian mana saja, apabila diletakkan pada lingkungan
yang sesuai, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.

SYARAT-SYARAT KULTUR JARINGAN


Untuk melakukan teknik budidaya tanaman yang satu ini, perlu diperhatikan syarat-syarat agar
berhasil.

1. PEMILIHAN EKSPLAN

wesigustinasari.blogspot.co.id
Eksplan adalah bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk memperbanyak
tanaman. Atau, eksplan merupakan bahan dasar yang digunakan untuk pembentukan kalus.
Pemilihan eksplan ini harus memenuhi syarat-syarat agar pembentukan tanaman dapat berhasil.

Pemilihan jaringan tanaman harus yang sedang aktif tumbuh. Hal ini dimaksudkan agar masih
ada zat tumbuh yang aktif sehingga akan membantu perkembangan jeringan selanjutnya.

Bagian tanaman yang bisa digunakan sebagai eksplan dapat berasal dai akar, daun, mata tunas,
ujung batang, kuncup, kotiledon, endosperm, ovarium muda, embrio, anther, dan umbi.
Eksplan yang diambil haruslah dari bagian yang masih muda, cara mengetahuinya bila ditusuk
menggunakan pisau, maka akan terasa lunak.

2. PENGGUNAAN MEDIA YANG COCOK

wesigustinasari.blogspot.co.id
Media yang digunakan harus cocok dan keadaannya harus aseptik dan pengaturan udaranya baik,
terutama untuk kultur cair sebagai medianya.

3. PILIH BAGIAN YANG MASIH MUDA


Kamu harus memilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh. Bagian tersebut
merupakan bagian meristem, contohnya seperti daun muda, ujung batang, ujung akar, keping
biji, dan bagian muda lainnya.

Kalau kamu akan menggunakan embrio atau bagian biji sebagai eksplan, kamu harus
memerhatikan kemasakan, waktu imbibisi, temperatur, dan masa dormansi dari embrio tersebut.
KEUNTUNGAN KULTUR JARINGAN
Menggunakan suatu metode untuk budidaya tanaman pastilah ada untung dan ruginya. Nah,
keuntungan ketika kamu menggunakan metode kultur jaringan untuk memperbanyak tanaman
adalah sebagai berikut.

 Mendapat tanaman baru dalam jumlah yang banyak tetapi membutuhkan waktu yang relatif
singkat.
 Sifat fisiologis dan morfologis tanaman yang dihasilkan sama persis dengan induknya.
 Mendapatkan tanaman baru yang lebih unggul
 Dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan tidak terbatas.
 Bibit yang dihasilkan bebas dari hama dan penyakit.
 Membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat.
 Pengadaan bibit tanaman tidak tergantung musim.
 Pengangkutan bibit lebih mudah dan biayanya relatif lebih murah.
Lalu, keuntungan menggunakan teknik kultur jaringan dalam budidaya buah adalah sebagai
berikut.

 Buah yang dihasilkan akan memiliki ukuran yang seragam.


 Rasa buahnya pun akan seragam.
 Buah akan memiliki warna yang menarik dan sifat lain yang tentu lebih menguntungkan.

KERUGIAN KULTUR JARINGAN

Tapi, dari banyak kelebihan, ada beberapa kekurangan jika menggunakan teknik kultr jaringan
untuk budidaya buah.

Kita tidak dapat mengubah tanaman maupun buah yang dihasilkan. Semua itu karena teknik ini
menggunakan teori dasar dari kultur in vitro, yaitu totipotensi. Teori tersebut menyatakan bahwa
setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena semua bagian tanaman merupakan jaringan
yang hidup.

Jadi, organisme baru yang berhasil tumbuh menggunakan teknik kultur jaringan tentu akan
memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Kultur Jaringan, Bermanfaat atau Tidak?
24 Agustus 2018 16:59 Diperbarui: 24 Agustus 2018 17:34 2401 3 12

Kultur Jaringan (navalwiki.info)


"Kultur Jaringan" kita pasti pernah mendengar kata itu bukan. Sebenarnya itu apa? Jadi Kultur
Jaringan itu adalah salah satu cara perbanyakan tanaman yang mulai sering digunakan di zaman
modern. Kultur jaringan dilakukan secara vegetatif. Ini dilakukan dengan mengisolasi bagian
tanaman tersebut, bagian tanaman yang diisolasi antara lain jaringan akar, batang, daun, dan
mata tunas. Setelah diisolasi, bagian tanaman tersebut harus ditumbuhkan pada media buatan.

Media buatan itu harus kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuh (hormon), selain itu media
buatan tersebut harus dalam kondisi aseptik atau steril dan harus dalam wadah tertutup yang
mana cahaya bisa masuk kedalamnya (misalnya, botol-botol kaca). Tanaman yang akan dikultur
harus disesuaikan suhunya sehingga tanaman dapat tumbuh, memperbanyak diri yang nantinya
akan menjadi tanaman yang lengkap.

Teknik kultur jaringan ini jelas berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan pada umumnya.
Teknik kultur jaringan wajib dilakukan di dalam botol kultur yang steril dengan medium dan
kondisi tertentu. Maka dari itu teknik kultur jaringan ini sering disebut kultur in vitro, yang
berarti "di dalam kaca".

Banyak yang bertanya-tanya siapa yang menemukan teknik ini? F. C. Steward adalah orang
dibalik semua ini. Ia menemukan teknik kultur jaringan pada tahun 1969 saat ia melakukan
percobaan dengan mengambil satu sel empulur wortel. F. C. Steward pasti tidak sembarangan
dalam melakukan percobaan ini. Ia memiliki dasar-dasar teori yang melandasi kultur jaringan ini,
diantaranya :

Sel organisme multiseluler dimanapun letaknya adalah sama dengan sel zigot karena berasal satu
sel tersebut (semua sel berasal dari satu sel).

Totipotensi sel (total genetic potential) yang menyatakan bahwa setiap sel punya potensi genetik
yang sama dengan zigot dimana mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi
tanaman yang mempunyai anggota yang lengkap.

Pada tumbuhan, memiliki jaringan meristem dan jaringan dasar (parenkim) dimana kedua
jaringan tersebut belum berdiferensiasi dan masih aktif membelah.

Kita pasti bertanya-tanya, kenapa F. C. Steward mau bersusah-susah meneliti tentang kultur
jaringan. Jadi pada dasarnya teknik kultur jaringan ini awalnya hanya merupakan sebuah ajang
pembuktian totipotensi sel, lalu berkembang pesat dan biasanya dimanfaatkan untuk penyediaan
bibit tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif (misalnya anggrek).

Dengan menggunakan teknik kultur jaringan kita dapat memperoleh beberapa keuntungan
misalnya, kita bisa memperoleh bibit dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang relatif
singkat, selain itu kita bisa memperoleh bibit yang identik dengan induknya, misal induk tersebut
memiliki sifat memiliki buah yang manis maka nantinya diperoleh hasil yang memiliki buah
yang manis pula.

Maka dari itu untuk melakukan teknik kultur jaringan ini kita harus memilih induk yang
mempunyai sifat yang unggul agar hasil dari kultur jaringan ini bisa memiliki sifat yang unggul
pula. Bibit yang dihasilkan pun seragam, kualitas dan kesehatan lebih terjamin serta bibit
tersebut dalam proses pertumbuhannya lebih cepat dan tidak bergantung pada musim. Dalam
melakukan teknik kultur jaringan juga tidak perlu tempat yang luas karena hanya menggunakan
botol-botol kaca.

Zaman sekarang sudah banyak orang yang beralih menggunakan kultur jaringan oleh karena
banyaknya keuntungan-keuntungan yang bisa didapat. Kultur jaringan sudah banyak
diaplikasikan sebagai contoh, tanaman pisang lampung yang dikultur jaringan memiliki sifat
yang baik yaitu lebih tahan terhadap hama dan penyakit, lebih cepat berbuah sehingga
meningkatkan produksi buah, kualitas buah lebih baik, dan kecil kemungkinan terjadinya
penurunan hasil (baik kualitas dan kuantitasnya).

Oleh karena kultur jaringan yang telah umum digunakan maka kita perlu tahu tahapan-tahapan
dalam melakukan kultur jaringan. Dalam perbanyakan tanaman dengan menggunakan teknik
kultur jaringan harus melalui berbagai tahapan. Ada 6 tahapan untuk melakukan kultur jaringan,
yaitu sterilisasi, pembuatan media, inisiasi, multiplikasi, pengakaran, dan aklimatisasi.
Prosesnya dimulai dengan mensterilisasi semua alat-alat yang digunakan di autoklaf dan
dicelupkan kedalam etanol atau larutan kaporit, eksplan juga harus disterilkan dengan
menggunakan alkohol. Semua proses dilaksanakan di laminar air flow cabinet. Laboran yang
akan melakukan kultur jaringan juga juga harus membersihkan semua anggota badannya (tahap
sterilisasi).

Lalu dibuatkan media yang disesuaikan dengan tanaman yang akan dikultur biasanya terdiri atas
vitamin, garam mineral, hormon, serta media tumbuh yang berupa agar-agar dan gula (tahap
pembuatan media). Lalu pengambilan eksplan baru dilakukan (tahap inisiasi) dan eksplan
tersebut ditanamkan pada media yang telah dibuat lalu ditempatkan di tempat yang steril (tahap
multiplikasi).

Lalu eksplan akan mulai tumbuh akar, tahap ini harus diperhatikan tiap hari untuk mencegah
kontaminasi jamur atau bakteri yang akan menghambat proses kultur jaringan (tahap
pengakaran). Setelah tanaman bertumbuh semakin besar, tanaman tersebut dipindah. Dalam
proses pemindahan harus menggunakan sungkup, sungkup ini lama kelamaan akan dilepas
setelah bibit mampu beradaptasi dengan udara luar. Pemeliharaan bibit dilakukan layaknya
pemeliharaan secara generatif (tahap aklimatisasi).

Teknologi kultur jaringan sudah sangat menyebar luas dan sudah banyak digunakan untuk
kelestarian dan pemanfaatan sumber hayati. Hal ini tentu ada banyak dampak yang ditimbulkan
baik dampak yang positif maupun dampak yang negatif. Dampak positif yang umum sudah jelas
yaitu menghasilkan bibit yang unggul dalam jumlah yang banyak serta dalam waktu yang
singkat.

Namun seringkali banyak orang di luar sana yang melupakan atau menghiraukan dampak negatif
yang ditimbulkan apabila teknik kultur jaringan ini dilakukan tanpa melihat sudut pandang pihak
lain misalnya dari segi lingkungan.

Permasalahan sudah dimulai! Pertanyaan yang utama adalah apabila negara--negara maju yang
mana ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat disana mulai mengembangkan teknologi kultur
jaringan ini untuk mengambil gen plasma nutfah (gen asli) dari negara lain agar dapat
dikembangkan di negaranya sendiri.

Kasus pengambilan plasma nutfah ini telah dihimbau oleh pemerintah, contohnya adalah kantong
semar (Nepenthes adrianii), ada apa dengan tanaman ini? Jadi tanaman kantong semar
merupakan tanaman khas dari Kabupaten Banyumas, tepatnya di lereng Gunung Slamet.
Menurut data dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jateng, tanaman kantong
semar sudah menjadi incaran banyak negara maju diantaranya adalah Prancis, Swiss, dan Jepang.

Para ilmuwan itu ingin mengambil gen plasma nutfah dari tanaman kantong semar karena
kantong semar memiliki enzim yang berguna untuk melumatkan daging. Maka dari itu kasus ini
merupakan bukti bahwa plasma nutfah di Indonesia mulai terancam. Apabila negara lain berhasil
mencuri gen plasma nutfah dari Indonesia maka kekayaan hayati di Indonesia bisa diklaim oleh
negara lain.
Pertanyaan yang kedua apakah bisa kultur jaringan dapat dikirim melewati batas-batas negara
tanpa proses karantina? Jawabannya adalah kultur jaringan ternyata bisa dikirim melewati batas-
batas negara oleh karena bibit yang dihasilkan bebas dari hama penyakit.

Kembali ke pertanyaan utama apakah ini merupakan suatu keadaan yang positif atau sebaliknya.
Untuk bisa mengetahuinya kita harus meninjau dari segala aspek Jika ditinjau lebih jauh, ini
merupakan contoh pemanfaatan praktik kultur jaringan yang mulai mengarah pada arah yang
negatif.

Mungkin jika dilihat dari sudut pandang negara maju hal ini tentu saja sangat menguntungkan
bagi mereka karena mereka dapat menanam apa saja yang mereka mau tanpa melihat segi
geografis. Misalnya saja negara Kanada yang mana negara ini merupakan salah satu negara yang
paling dekat dengan kutub utara.

Maka bisa dibayangkan seberapa dingin negara itu sangat musim dingin, saat musim dingin suhu
udara bisa mencapai -25 derajat celcius. Dan Kanada adalah salah satu negara maju. Maka kita
bisa bayangkan misalnya para peneliti di Kanada telah memodifikasi dan menemukan gen
tanaman jati yang berasal dari gen plasma nutfah yang diambil dari negara lain (misalnya
Indonesia) lalu ditanam di daerah bersalju, pasti kita akan berpikiran aneh, sekarang kita tidak
hanya bisa melihat pohon cemara yang bersalju tapi kita juga bisa melihat pohon jati yang
bersalju.

Jika dilihat dari sudut pandang lingkungan pasti hal ini tidak sesuai dengan bioetika. Bioetika
merupakan kebutuhan mutlak dalam menghadapi berbagai konsekuensi yang muncul dari
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa globalisasi ini. Menurut saya
tindakan ini sangat tidak sesuai dengan etika manusia.

Hewan dan tumbuhan juga merupakan makhluk ciptaan-Nya. Kita sebagai makhluk ciptaan tidak
bisa sembarangan mengubah atau memodifikasi gen yang berasal dari plasma nutfah. Dan
menurut saya ini merupakan perbuatan yang tidak etis dalam hal pemanfaatan teknologi yang
berkembang pesat.

Jika dilihat dari segi kelestarian hayati, ini juga bersifat negatif. Karena dengan mengubah atau
memodifikasi gen plasma nutfah (gen asli) maka kita juga mengurangi gen asli tersebut yang jika
dilanjutkan secara terus menerus pasti gen plasma nutfah akan habis tergantikan dengan gen
hasil modifikasi. Maka generasi-generasi penerus di masa depan tidak bisa melihat tumbuhan
asli yang tidak dimodifikasi itu.

Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, ini bersifat positif bagi negara maju dan bersifat negatif
pada negara berkembang. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Pertama kita tinjau dari perspektif
negara maju, seperti halnya yang kita tahu negara maju perekonomiannya bergantung pada
teknologi, dan mayoritas pada bidang jasa dan industri.

Kenapa tidak bergantung pada alam? Karena negara maju tidak memilki lahan yang luas dan
tidak memiliki SDA yang melimpah. Maka kita bisa petik bahwa negara maju dalam memenuhi
kebutuhan SDA negara maju impor dari negara berkembang. Kita tinjau dari perspektif negara
berkembang. Negara berkembang dalam hal ekonomi bertumpu pada bidang pertanian,
kehutanan, dan peternakan.

Kenapa masih bergantung pada alam? Karena negara berkembang tidak memiliki teknologi
secanggih negara maju dan negara berkembang memiliki SDA yang berlimpah dikarenakan
lahannya yang luas dan iklim yang mendukung, misalnya Indonesia. Maka kita bisa petik
perekonomian negara berkembang bergantung dari ekspor SDA ke negara maju.

Apabila negara maju mau mengambil plasma nutfah dan memodifikasinya sehingga mereka
dapat mengembangkan sektor pertanian mereka, ini berarti sama dengan memutus usaha negara
berkembang untuk meningkatkan perekonomian mereka. Menurut saya negara maju dengan ini
sama sekali tidak memberi kesempatan negara berkembang untuk mengembangkan negaranya ke
arah yang lebih baik.

Kita ambil contoh misalnya Kanada telah memodifikasi gen asli dari tanaman jati dan telah
mengembangkan tanaman jati disana, berarti sekarang Kanada tidak perlu impor kayu jati lagi
dari Indonesia, tentu ini mengakibatkan perekonomian Indonesia sebagai negara berkembang
menurun.

Jika dilihat dari sudut pandang penghijauan, ini bersifat positif. Dengan cara ini kita bisa
melakukan penghijauan dengan menanam pohon-pohon yang besar guna mengurangi pemanasan
global. Kita bisa menanam tanaman itu tidak hanya di daerah tropis tapi bisa juga di daerah
beriklim sub-tropis, sedang, atau dingin sekalipun.

Kesimpulan yang saya dapat setelah meninjau dari segala aspek, saya tidak setuju dengan
tindakan bahwa negara-negara maju yang mana ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat
disana mulai mengembangkan teknologi kultur jaringan ini untuk mengambil gen plasma nutfah
(gen asli) dari negara lain agar dapat dikembangkan di negaranya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai