Askep Biopneumonia New
Askep Biopneumonia New
Dosen pengampu :
Hanifatun
Disusun oleh : Kelompok
1. Angga Prayoga 201813056
2. Devina Dewi Asih 201813065
3. Gilang Husnul Ma’ab 2018130
4. Jamilah 2018130
5. Nur Andini 201813088
6. Salsabilah 201813096
7. Rahmat Erlangga 2018130
8. Weka Diah Permatasari 201813105
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat selesai
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun pembaca umumnya.
Kami menyadari dalam makalah masih banyak kekurangan nya. Apabila terdapat kekurangan
di dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari pembaca
untuk membantu kembali karya ini menjadi sempurna.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan Masalah
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya
berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat ( Zul, 2001).
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Dari beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur dan benda asing.
2.2 Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).
2
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
1) Faktor predisposisi
usia /umur
genetik
2) Faktor pencetus
gizi buruk/kurang
berat badan lahir rendah (BBLR)
tidak mendapatkan ASI yang memadai
imunisasi yang tidak lengkap
polusi udara
kepadatan tempat tinggal
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
A. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
B. Berdasarkan faktor lingkungan
Pneumonia komunitas
Pneumonia nosokomial
Pneumonia rekurens
Pneumonia aspirasi
Pneumonia pada gangguan imun
Pneumonia hipostatik
C. Berdasarkan sindrom klinis
Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia
lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
a) Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan
anak-anak atau kalangan orang tua.
b) Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c) Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan
hanya menurut lokasi anatominya saja.
3
d) Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak
4
2.7 Komplikasi
Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga
terjadibronkopneumonia pada anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit
bronkopneumonia yaitu :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
3. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
6. Infeksi sitemik
2.8 Patofisiologi
5
e. Pemeriksaan serologi
Titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED
Meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru
Volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar) tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia
h. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin
Mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV)
(Doenges, 1999)
2.9 Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi
hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam
praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan
kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin.
Pengobatan diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 – 5 hari.
Pengobatan dan penatalaksaannya meliputi :
Bed rest
Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt).
Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9%
ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.
Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia community base :
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral
Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus
dipuasakan.
6
2.8 Pencegahan
Penyakit bronkopenemonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopenemonia. Selain itu hal-hal yang perlu dilakukan adalah dengan
meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:
cara hidup sehat
makan makanan bergizi dan teratur
menjaga kebersihan
istirahat yang cukup
rajin berolahraga.
Melakukan vaksinasi juga bisa mengurangi kemungkinan terinfeksi penyakit
bronkopenemoni seperti vaksin pneumokokus, vaksinasi influenza, dan vaksinasi
varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah.
BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa
3.3 Intervensi
3.4 Evaluasi
7
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bronkopenemonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Selain penyebaran infeksi ke
seluruh tubuh, penderita bronkopenemonia bisa meninggal. Sebenarnya,
bronkopenemonia bukanlah penyakit tubggal, penyebabnya bisa bermacam-macam
diantaranya bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan berbagai senyawa kimia maupun
partikel.
3.2 Saran
Proses penyakit dan pengobatannya pada penderita Bronchopneumonia.
Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan
terjadinya Bronchopneumonia dengan cara :
1. Berhenti merokok
2. Konsumsi obat secara teratur
3. Perhatikan berat badan
4. Hindari zat polusi
5. Jaga stamina tubuh
6. Istirahat cukup
7. Rutin mengikuti rehabilitasi paru-paru
8. Lakukan latihan bernapas
9. Tetap beraktivitas
10. Lakukan terapi oksigen jika keadaan parah
11. Konsumsi makanan sehat
8
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/acer/Downloads/127089043-askep-bronkopneumonia-pdf.pdf
http://makalahtugasmu.blogspot.com/2015/09/makalah-bronkopneumonia.html?m=1