Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN BIOPENOMONIA”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen pengampu :
Hanifatun
Disusun oleh : Kelompok
1. Angga Prayoga 201813056
2. Devina Dewi Asih 201813065
3. Gilang Husnul Ma’ab 2018130
4. Jamilah 2018130
5. Nur Andini 201813088
6. Salsabilah 201813096
7. Rahmat Erlangga 2018130
8. Weka Diah Permatasari 201813105

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN Tk. II (B)


Jl. Ibrahim Adjie No.180, Sindangbarang, Bogor Barat 16117
Phone: 025.8327396 / 02518327399
Email: wijayahusada@gmail.com
Website: www.wijayahusada.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat selesai
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun pembaca umumnya.
Kami menyadari dalam makalah masih banyak kekurangan nya. Apabila terdapat kekurangan
di dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari pembaca
untuk membantu kembali karya ini menjadi sempurna.

Bogor, 14 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan Masalah

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya
berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat ( Zul, 2001).
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada
bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Dari beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur dan benda asing.

2.2 Etiologi
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001).

2
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah
1) Faktor predisposisi
 usia /umur
 genetik
2) Faktor pencetus
 gizi buruk/kurang
 berat badan lahir rendah (BBLR)
 tidak mendapatkan ASI yang memadai
 imunisasi yang tidak lengkap
 polusi udara
 kepadatan tempat tinggal

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
A. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
 Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau lobularis.
 Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat
dengan gambaran infiltrat paru bilateral yang difus.
B. Berdasarkan faktor lingkungan
 Pneumonia komunitas
 Pneumonia nosokomial
 Pneumonia rekurens
 Pneumonia aspirasi
 Pneumonia pada gangguan imun
 Pneumonia hipostatik
C. Berdasarkan sindrom klinis
 Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenai parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia
lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
 Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
a) Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan
anak-anak atau kalangan orang tua.
b) Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c) Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan
hanya menurut lokasi anatominya saja.

3
d) Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak

2.4 Tanda Dan Gejala

2.5 Anatomi Fisiologi

2.6 Manifestasi Klinis


a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
 Nyeri pleuritik
 Nafas dangkal dan mendengkur
 Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
 Mengecil, kemudian menjadi hilang
 Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
 Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
 Area sirkumoral
 Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

4
2.7 Komplikasi
Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga
terjadibronkopneumonia pada anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit
bronkopneumonia yaitu :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
3. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
6. Infeksi sitemik

2.8 Patofisiologi

2.9 Pemeriksaan Penunjang


a. Sinar x
Mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d. JDL
Leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.

5
e. Pemeriksaan serologi
Titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED
Meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru
Volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar) tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia
h. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin
Mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV)
(Doenges, 1999)

2.9 Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi
hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam
praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan
kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin.
Pengobatan diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 – 5 hari.
Pengobatan dan penatalaksaannya meliputi :
 Bed rest
 Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 – 2 l/mnt).
Jenis cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9%
ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml botol infus.
 Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.
 Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
 Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :
 Untuk kasus pneumonia community base :
 Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
 Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
 Untuk kasus pneumonia hospital base :
 Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
 Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
 Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
 Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral
 Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus
dipuasakan.

6
2.8 Pencegahan
Penyakit bronkopenemonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopenemonia. Selain itu hal-hal yang perlu dilakukan adalah dengan
meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:
 cara hidup sehat
 makan makanan bergizi dan teratur
 menjaga kebersihan
 istirahat yang cukup
 rajin berolahraga.
Melakukan vaksinasi juga bisa mengurangi kemungkinan terinfeksi penyakit
bronkopenemoni seperti vaksin pneumokokus, vaksinasi influenza, dan vaksinasi
varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah.

BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa

3.3 Intervensi

3.4 Evaluasi

7
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bronkopenemonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.
Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan
sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak dapat bekerja dengan baik. Selain penyebaran infeksi ke
seluruh tubuh, penderita bronkopenemonia bisa meninggal. Sebenarnya,
bronkopenemonia bukanlah penyakit tubggal, penyebabnya bisa bermacam-macam
diantaranya bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan berbagai senyawa kimia maupun
partikel.

3.2 Saran
Proses penyakit dan pengobatannya pada penderita Bronchopneumonia.
Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan
terjadinya Bronchopneumonia dengan cara :
1. Berhenti merokok
2. Konsumsi obat secara teratur
3. Perhatikan berat badan
4. Hindari zat polusi
5. Jaga stamina tubuh
6. Istirahat cukup
7. Rutin mengikuti rehabilitasi paru-paru
8. Lakukan latihan bernapas
9. Tetap beraktivitas
10. Lakukan terapi oksigen jika keadaan parah
11. Konsumsi makanan sehat

8
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/acer/Downloads/127089043-askep-bronkopneumonia-pdf.pdf
http://makalahtugasmu.blogspot.com/2015/09/makalah-bronkopneumonia.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai