Laporan PBL
Laporan PBL
“Jantungku Sehat?”
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Tutor:
Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Ambon
2018
KELOMPOK PENYUSUN : KELOMPOK 5
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat
dan rahmatnya, laporan ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Laporan ini
berisi hasil diskusi kami mengenai skenario “Jantungku Sehat?” yang telah di bahas
pada PBL tutorial 1 dan 2.
Dalam penyelesaian laporan ini, banyak pihak-pihak yang turut terlibat. Oleh
sebab itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan Terima kasih kepada :
Akhir kata, kami menyadari sungguh, bahwa pembuatan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
perlukan untuk perbaikan laporan kami selanjutnya.
KELOMPOK 3
ii
DAFTAR ISI
NAMA KELOMPOK......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................…...…...…ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..…vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1 Skenario………………………………......................................................................1
1.2 Step I. Identifikasi Kata Sukar dan Kalimat Kunci………………………….……...1
1.3 Step II. Identifikasi Masalah……………………………………………...…….…...1
1.4 Step III. Hipotesis Sementara……………………………………………….............2
1.5 Step IV. Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping.......................................................4
1.6 Step V. Learning Objective……………………………………………………........5
1.7 Step VI. Belajar Mandiri………………………………………………………........5
1.8 Step VII. Pembahasan Learning objective………………………………………….5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
2.1 Menjelaskan anamnesis penyakit kardiovaskular………………………………….6
2.2 Menjelaskan pemeriksaan fisik jantung ………………….....................................12
2.3 Menjelaskan pemeriksaan penunjang jantung……………………………………19
2.4 Menjelaskan faktor resiko penyakit terkait skenario……………………………..22
2.5 Menjelaskan pencegahan terkait skenario …………………..................................25
iii
BAB III PENUTUP .........................................................................................................
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….........………...27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................vii
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
“Jantungku sehat?”
2
- Perkusi untuk mengetahui batas-batas jantung. Batas kiri ( redup ke
sonor) ke kanan (sonor ke redup). Batas atas jantung di ICS II, dan batas
bawahnya di ICS IV-V
- Auskultasi untuk mendengar bunyi jantung normal maupun bunyi
jantung tambahan. Bunyi jantung I adalah permulaan sistol akibat
penutupan katup trikuspidalis dan katup bikuspidalis. Bunyi jantung II
adalah akhir sitol akibat penutupan katub pulmonal dan katup aorta.
Bunyi jantung III adalah permulaann diastole dimana darah masuk ke
ventrikel dan peningkatan volume residu. Bunyi jantung IV adalah darah
masuk ke ventrikel. Biasanya yang terdengar adalah bunyi jantung I dan
II.
5. Keadaan umum pasien mencangkup usia, kesadaran, emosi, pasien Nampak
sakit atau tidaknya, pasien dalam kondisi distress atau tidak, bagaimana sikap
dan tingkah lakunya.
6. Serangan jantung adalah kondisi ketika aliran darah yang kaya oksigen tiba-
tiba tidak bisa dilewati pembuluh darah di otot jantung. Biasanya karena
sumbatan pada pembuluh darah yang berasal dari lemak yang akan
membentuk plak yang disebut aterosklerosis. Sehingga jika kadar lemak
terlalu tinggi maka kondisi serangan jantung dapat terjadi kembali
Keadaan ini juga akan dapat terjadi dikarenakan perilalu sehari-hari, cara
hidup, dan juga kondisi emosi.
7. Bunyi murmur merupakan suara tambahan pada jantung akibat adanya
turbulensi aliran darah. Dan bunyi pericardial friction rub yang memiliki
intensitas tinggi dikarenakan gesekan biasanya terdengar saat inspirasi.
8. Jika serangan jantung tidak ditangani dengan baik maka akan dengan cepat
menyebabkan komplikasi (seperti gagal jantung dan syok kardiogenik)
9. Dikarenakan perilalu sehari-hari, cara hidup, dan juga kondisi emosi.
3
1.5 Step IV. Klarifikasi Masalah dan Mind Mapping
Pemeriksaan fisik
-Inspeksi
Pernah mengalami - Palpasi
Jika tidak ditangani serangan jantung
- Perkusi
- Auskultasi
- Perilaku sehari-hari
Komplikasi dan Sehat/Normal
- Cara hidup
kematian
- Emosi
Dikarenakan:
Pemeriksaan - Penyempitan dan
Penunjang penyumbatan jantung
- Penyakit jantung
bawaan
- Zat kimia
- Kebiasaan sehari-hari
- EKG
- Foto polos dada
4
1.6 Step V. Learning Objective
Mahasiswa/i mampu :
1. Menjelaskan Anamnesis Penyakit Kardiovaskular
2. Menjelaskan Pemeriksaan Fisik Jantung
3. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Jantung
4. Menjelaskan Faktor Resiko Terkait Skenario
5. Menjelaskan Pencegahan Terkait Skenario
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anamnesis identitas1,2,3
a. Nama lengkap
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Alamat
e. Pekerjaan
f. Status pernikahan
g. Suku, agama, dan ras
2. Anamnesis penyakit1,2,3
a. Keluhan utama (yang berkaitan dengan system kardiovaskuler)
i. Nyeri dada
Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada pasien
dengan nyeri dada:
“di mana nyerinya?”
“sudah berapa lama mengalami nyeri itu?”
“berapa sering terkena nyeri itu?”
6
“apakah nyerinya berulang?”
ii.Palpitasi
Palpitasi adalah sensasi tidak nyaman di dada yang berkaitan dengan berbagai
macam aritmia. Pasien mungkin melukiskan palpitasi sebagai “berdebar-debar”. Bila
seorang pasien mengeluh palpitasi, penting untuk menanyakan pertanyaan berikut:
“bagaimana rasanya?”
“berapa banyak teh, kopi, atau soda cola yang anda minum sehari?”
7
iii. Dispnea
Pasien akan melukiskan bahwa ia “sesak napas”. Bila seorang pasien mengeluh
dispnea, penting untuk menanyakan pertanyaan berikut:
iv. Sinkop
8
v. Kelelahan
iv. Edema
b. Keluhan tambahan
e. Riwayat keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari
pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang
menular.
10
f. Riwayat sosial ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol
atau merokok, obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan
dan kepercayaan).
11
2.2 Menjelaskan Pemeriksaan Fisik Jantung
a. Inspeksi
Inspeksi dada terutama untuk mencari adanya asimetri bentuk dada. Adanya
asimetri bentuk rongga dada dapat menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal
dalam jangka panjang. Asimetri dada dapat diakibatkan oleh penyebab yang sama
dengan penyebab kelainan jantung (misalnya prolaps katup mitral, gangguan katup
aorta pada sindroma Marfan dan sebagainya) atau menjadi akibat dari adanya
kelainan jantung akibat aktifitas jantung yang mencolok semasa pertumbuhan.4
Inspeksi juga berguna untuk mencari iktus kordis (punctum maximum). Pada
sebagian besar orang normal (20-25%) dapat dilihat pulsus gerakan apeks
menyentuh dinding dada saat sistolik pada sela iga 5 di sebelah medial linea
midklavikularis sinistra.5
b. Palpasi
Dengan palpasi kita mencari iktus kordis (bila tidak terlihat pada inspeksi) dan
mengkonfirmasi karakteristik iktus kordis. Palpasi dilakukan dengan cara :
meletakkan permukaan palmar telapak tangan atau bagian 1/3 distal jari II, II dan
IV atau dengan meletakkan sisi medial tangan, terutama pada palpasi untuk meraba
thrill. Identifikasi BJ1 dan BJ2 pada iktus kordis dilakukan dengan memberikan
tekanan ringan pada iktus. Bila iktus tidak teraba pada posisi terlentang, mintalah
pasien untuk berbaring sedikit miring ke kiri (posisi left lateral decubitus) dan
kembali lakukan palpasi. Jika iktus tetap belum teraba, mintalah pasien untuk
inspirasi dan ekspirasi maksimal kemudian menahan nafas sebentar.4
12
Gambar 2.2.1 Pemeriksaan Palpasi Iktus Kordis
Sumber: Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2009.
Pada beberapa keadaan fisiologis tertentu, iktus dapat tidak teraba, misalnya
pada obesitas, otot dinding dada tebal, diameter anteroposterior kavum thorax lebar
atau bila iktus tersembunyi di belakang kosta. Pada keadaan normal hanya impuls dari
apeks yang dapat diraba. Pada keadaan hiperaktif denyutan apeks lebih mencolok.
Apeks dan ventrikel kiri biasanya bergeser ke lateral karena adanya pembesaran
jantung atau dorongan dari paru (misalnya pada pneumotorak sinistra). Pada kondisi
patologis tertentu, impuls yang paling nyata bukan berasal dari apeks, seperti misalnya
pada hipertrofi ventrikel kanan, dilatasi arteri pulmonalis dan aneurisma aorta. Setelah
iktus teraba, lakukan penilaian lokasi, diameter, amplitudo dan durasi impuls apeks
pada iktus. 4
13
a. Lokasi : dinilai aspek vertikal (biasanya pada sela iga 5 atau 4) dan aspek
horisontal (berapa cm dari linea midsternalis atau midklavikularis).
Sumber: Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2009.
b. Diameter : pada posisi supinasi, diameter impuls apeks kurang dari 2.5 cm
dan tidak melebihi 1 sela iga, sedikit lebih lebar pada posisi left lateral
decubitus. Pelebaran iktus menunjukkan adanya pelebaran ventrikel kiri.
c. Amplitudo : amplitudo iktus normal pada palpasi terasa lembut dan cepat.
Peningkatan amplitudo terjadi pada dewasa muda, terutama saat tereksitasi atau
setelah aktifitas fisik berat, tapi durasi impuls tidak memanjang. Peningkatan
amplitudo impuls terjadi pada hipertiroidisme, anemia berat, peningkatan
tekanan ventrikel kiri (misal pada stenosis aorta) atau peningkatan volume
ventrikel kiri (misal pada regurgitasi mitral).
14
d. Durasi : untuk menilai durasi impuls, amati gerakan stetoskop saat
melakukan auskultasi pada apeks atau dengarkan bunyi jantung dengan
stetoskop sambil mempalpasi impuls apeks. Normalnya durasi impuls apeks
adalah 2/3 durasi sistole atau sedikit kurang, tapi tidak berlanjut sampai
terdengar BJ2.
Dengan palpasi dapat ditemukan adanya gerakan jantung yang menyentuh dinding
dada, terutama jika terdapat peningkatan aktifitas ventrikel, pembesaran ventrikel atau
ketidakteraturan kontraksi ventrikel. Gerakan dari ventrikel kanan biasanya tak teraba,
kecuali pada hipertrofi ventrikel kanan, dimana ventrikel kanan akan menyentuh
dinding dada (ventrikel kanan mengangkat). Kadang-kadang gerakan jantung teraba
sebagai gerakan kursi goyang (ventricular heaving) yang akan mengangkat jari
pemeriksa pada palpasi.5
c. Perkusi
Perkusi berguna untuk menetapkan batas jantung, terutama pada
pembesaran jantung. Perkusi batas kiri redam jantung (LBCD - left border of
cardiac dullness) dilakukan dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5, 4 dan
3. LBCD terdapat kurang lebih 1-2 cm di sebelah medial linea midklavikularis
kiri dan bergeser 1 cm ke medial pada sela iga 4 dan 3. Batas kanan redam
jantung (RBCD - right border of cardiac dullness) dilakukan dengan perkusi
bagian lateral kanan dari sternum. Pada keadaan normal RBCD akan berada di
medial batas dalam sternum. Kepekakan RBCD diluar batas kanan sternum
mencerminkan adanya bagian jantung yang membesar atau bergeser ke kanan.
Penentuan adanya pembesaran jantung harus ditentukan dari RBCD maupun
LBCD. Kepekakan di daerah dibawah sternum (retrosternal dullness) biasanya
mempunyai lebar kurang lebih 6 cm pada orang dewasa. Jika lebih lebar, harus
dipikirkan kemungkinan adanya massa retrosternal.
15
d. Auskultasi
Auskultasi memberikan kesempatan mendengarkan perubahan-
perubahan dinamis akibat aktivitas jantung. Auskultasi jantung berguna untuk
menemukan bunyi-bunyi yang diakibatkan oleh adanya kelainan struktur
jantung dan perubahan-perubahan aliran darah yang ditimbulkan selama siklus
jantung. Untuk dapat mengenal dan menginterpretasikan bunyi jantung dengan
tepat, mahasiswa perlu mempunyai dasar pengetahuan tentang siklus jantung.4
Cara auskultasi :4
Sumber: Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2009.
Sumber: Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2009.
17
a. Mintalah pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi maksimal
kemudian sejenak menahan nafas.
b. Bagian diafragma dari stetoskop diletakkan pada permukaan auskultasi
dengan tekanan ringan.
c. Lakukan auskultasi di sepanjang tepi sternum sisi kiri dan di apeks,
dengan secara periodik memberi kesempatan pasien untuk mengambil
nafas.
d. Posisi ini membuat bising-bising yang berasal dari daerah aorta lebih
jelas terdengar.
Sumber: Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC; 2009.
18
2.3 Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Jantung
1. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG tidak dapat mendeteksi adanya sumbatan koroner
secara langsung namun dapat mendeteksi adanya gangguan aktifitas listrik
jantung yang terjadi akibat adanya sumbatan di arteri koroner jantung.
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis klinis pada mereka yang
mengeluh ‘angina’, disertai dengan adanya faktor risiko PJK/Serangan
jantung.Elektrokardiografi (EKG) adalah salah satu pemeriksaan utama yang
dapat membedakan ACS STEMI/ NSTEMI dengan UAP. Gambaran pada
STEMI yang khas adalah adanya gelombang ST elevasi persisten. Gelombang
non spesifik, T terbalik, atau ST depresi bisa mengarahkan pada NSTEMI atau
UAP yang selanjutnya dapat dibedakan melalui pemeriksaan laboratorium.6
19
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan dalam waktu 24 jam
evaluasi bagi seluruh pasien dengan nyeri dada adalah sebagai berikut:34 a.
Profil lipid puasa Terdiri atas TC, LDL, HDL, dan trigliserida. b. Glukosa puasa
c. Complete Blood Count dan Hb d. Biomarker jantung Banyak macam
biomarker yang dapat dipakai, diantaranya troponin, mioglobin, dan creatine
kinase myocardial band (CKMB). Biomarker tersebut secara lebih spesifik
dapat membedakan UAP dengan NSTEMI. Troponin cTnT dan cTnI adalah
protein spesifik yang mengatur hubungan aktin miosin dalam proses kontraksi
miokardium melaui perantara kalsium. Apabila terjadi cedera, protein ini dapat
menjadi pertanda diagnosis. Troponin meningkat dalam 4 jam setelah onset dan
menetap selama hingga 2 minggu.40 Troponin bersifat lebih spesifik dan
sensitif dibandingkan marker lain sperti CK-MB dan myoglobin. Peningkatan/
penurunan marker jantung tersebut mengarahkan pada diagnosis NSTEMI,
sedangkan apabila kadarnya normal menandakan UA.6
4. Rontgen toraks, dapat menilai ukuran dan bentuk jantung, serta vaskularisasi
paru dan kelainan non-jantung lainnya (hipertensi pulmonal, edema interstitial,
edema paru).5
21
2.4 Menjelaskan Faktor Resiko Terkait Skenario
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di negara maju maupun berkembang. Pada tahun 2008 diperkirakan
sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Kematian
yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung
koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta
kematian pada tahun 2030.7
1. Usia
Proses penuaan ini dapat mengakibatkan beberapa organ tidak lagi
berfungsi dengan baik yang dapat memicu berbagai macam penyakit jantung
salah satunya adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK). Seperti halnya yang
dikatakan oleh Price (2005) bahwa kerentanan terhadap terjadinya PJK
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kejadian PJK meningkat lima
kali lipat pada usia 40-60 tahun. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Rosmiatin (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara umur dengan kejadian PJK (p value = 0,001).8 7
22
2. Jenis kelamin.
Sebelum berusia 40 tahun, perbandingan penyakit jantung antara laki-
laki dan perempuan adalah 8 : 1, dan setelah usia 70 tahun perbandingannya
adalah 1 : 1. Puncak insidens penyakit jantung pada laki-laki adalah usia
50-60 tahun, sedangkan pada perempuan adalah usia 60-70 tahun. Penyakit
jantung pada perempuan terjadi sekitar 10-15 tahun lebih lambat dari laki-laki
dan risiko meningkat setelah menopause.8
3. Riwayat keluarga.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara faktor riwayat keluarga dengan kejadian penyakit jantung (p
value = 0,000). Hal ini disebabkan karena pengaruh sifat genetik yang
diturunkan dari anggota keluarga lainnya yang mengalami PJK. Seperti yang
dikatakan Price (2005), bahwa riwayat penyakit jantung dalam keluarga
meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur. Sehingga
seseorang akan menjadi lebih beresiko terkena PJK jika memiliki anggota
keluarga yang mengalami PJK.7
1. Diabetes mellitus.
Hal ini disebabkan oleh komplikasi dari penyakit diabetes yang diderita
oleh responden. Kadar gula darah yang terus meninggi dan tidak terkontrol akan
berdampak pada kerusakan organ-organ penting lainnya, seperti jantung, mata,
ginjal dan lain-lain. Penderita diabetes cenderung memiliki prevalensi
aterosklerosis yang lebih tinggi, demikian pula pada kasus aterosklerosis
koroner dini.7
23
2. Hipertensi .
Sebanyak 39 responden yang mengalami Penyakit jantung juga
mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi dapat
meningkatkan beban kerja jantung sehingga membutuhkan suplay oksigen yang
lebih banyak. Adanya sumbatan pada pembuluh darah koroner menyebabkan
jantung tidak mendapatkan suplay oksigen yang dibutuhkan. Tekanan darah
yang tinggi juga dapat memperparah sumbatan yang terdapat pada pembuluh
darah jika tidak segera ditangani dengan tindakan medis yang tepat.7
3. Obesitas.
Hal ini sependapat dengan teori yang dinyatakan oleh Soegih, bahwa
obesitas akan menambah beban kerja jantung dan terutama adanya penumpukan
lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan resiko Penyakit jantung.7
4. Kebiasaan merokok.
Seseorang dengan resiko tinggi Penyakit jantung dianjurkan untuk
berhenti merokok. Merokok berperan dalam memperburuk kondisi penyakit
arteri koroner dengan cara menghirup asap rokok yang akan meningkatkan
kadar CO dalam darah yang akan mengikat hemoglobin yang mengangkut
oksigen. Sehingga membuat jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan
energi yang sama besarnya.7
5. Aktivitas fisik.
Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan, mengendalikan
kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah yang merupakan faktor resiko
lain terkena jantung dan stroke.7
24
2.5 Menjelaskan Pencegahan Terkait Skenario
Namun demikian, banyak jenis penyakit ini yang dapat dicegah, dengan
menjalani pola hidup sehat. Selain sebagai pencegahan, pola hidup sehat di bawah
ini juga dapat membantu pasien penyakit jantung dalam proses penyembuhan:9
1. Berhenti merokok
2. Rutin memeriksakan diri.
26
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Jantung merupakan organ vital yang perlu diperhatikan kesehatan fungsi kerja
serta strukturnya. Itu sebabnya pemeriksaan jantung penting dilakukan demi
meyakinkan diri atas kondisi jantung. Sebelum pemeriksaan dimulai, sebuah
anamnesis akan menjadi langkah awal yang baik untuk mengetahui seluk beluk
sebab akibat sebuah keluhan yang dirasakan untuk menuju oenegakkan diagnosis
yang lebih baik. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan selanjutnya adalah dengan
menilai keadaan umum, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi akan membantu
seorang pemeriksa tuk menegakkan sebuah diagnosis sementara dan beberapa
diagnosis diferensial serta dapat mengindikasi pemeriksaan penunjang selanjutnya
yang dapat diambil. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan
pemeriksaan darah, penilaian EKG, foto torax, CT-scan, MRI, serta yang lainnya
tergantung indikasi penyakit (jika ada). Jantung dapat kita jaga untuk tetap sehat
dengan pola hidup sehat, olah raga teratur, serta diet sehat dan terkontrol.
27
DAFTAR PUSTAKA
vii