Anda di halaman 1dari 2

Kasus Dilema Etik Kegawatdaruratan

Kasus 1

Ny. L menderita leukimia dan telah dirawat karena anemia akut dan hebat. Ia telah menikah dan
mempunyai 2 orang anak perempuan. Dokter memberinya pesan agar dipasang transfusi
membantu Ny. L melewati masa kritisnya. Sayangnya, agama Ny. L melarang untuk menerima
transfusi darah. Suaminya mengatakan bahwa meskipun ia tidak seagama tetapi ia menyetujui
keinginan istrinya, tanpa transfusi Ny. L akan meninggal.

Dokter telah memberitahu perawat Y bahwa ia akan menyatakan situasi kedaruratan medik dan
memerintahkan untuk memulai transfusi segera saat Ny. L kekurangan O2. Ia telah memberitahu
jika Perawat Y tidak menyetujui maka ia akan dilaporkan kepada Kepala Pengawas Keperawatan
dan memastikan bahwa perawat Y akan dipecat. Akhirnya, Perawat Y memutuskan untuk tetap
melakukan transfusi darah meskipun Ny. L menolak.

Kasus 2

Tn A 50 tahun masuk ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan luka kaki Diabetik. Luka ini terjadi
semenjak sebulan yang lalu. Luka tersebut bermula ketika pasien membersihkan kukunya dan
tanpa sengaja melukai daerah kaki. Dan lama kelamaan luka tersebut membesar areanya bahkan
menghitam serta mengeluarkan bau yang tidak sedap. Ketika masuk rumah sakit dokter
menyarankan untuk segera mengamputasi daerah kaki pasien karena jika dibiarkan terlalu lama
akan menyebabkan penyebaran ke area kaki yang kondisinya baik.

Pasien yang mendengar bahwa kakinya disarankan untuk tindakan amputasi menolak tindakan
tersebut. Namun disisi lain tindakan yang disarankan dokter juga perlu untuk menyelamatkan
area kaki lainnya dan tidak memperparah kondisi pasien. Anda sebagai perawat yang
bertanggung jawab terhadap kondisi pasien, tindakan apa yang akan anda lakukan melihat
kondisi tersebut diatas?

Kasus 3

Seorang laki – laki usia 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan perdarahan di abdomen pasca
kecelakaan lalu lintas. Pasien mengatakan minum alkohol sebelum kecelakaan dan hampir setiap
hari mengkonsumsi alkohol. Pasien tampak kotor dan bersikap kasar kepada perawat maupun
tenaga kesehatan yang lain. Hasil pemeriksaan penunjang HB pasien 7 gr/dl dan diindikasikan
dokter untuk dilakukan transfusi darah. Anda sebagai perawat mendengar rekan perawat lain
mengatakan untuk tidak berkenan melakukan standing order dari dokter untuk transfusi darah ke
pasien. Menurut anda, apakah pasien ini berhak mendapatkan pertolongan?
Kasus 4

Sebuah mobil travel Gorontalo-Makassar mengalami kecelakaan karena sopir ugal-ugalan.


Korban dibawa segera oleh warga ke RS terdekat. Disco (laki-laki 25 tahun) yang berada
disamping sopir mengalami cidera di tungkai kanan yang tidak bisa digerakkan sama sekali
karena nyeri hebat. Baco (laki-laki 24 thn) berada tepat dibelakang Disco dalam keadaan tidak
sadar. Sopir hanya mengalami lecet dan nyeri di bahu kiri.

Pada saat yang bersamaan pasien masuk dengan keluhan sesak dan nyeri dada. Bagaimana
prioritas penatalaksanaan pasien sesuai skenario diatas, karena pada saat bersamaan UGD
tampak ramai dengan pasien.

Kasus 5

Seorang laki-laki usia 65 tahun menderita kanker kolon terminal dengan metastase yang telah
resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi dibawa ke IGD karena jatuh dari kamar mandi
dan menyebabkan robekan di kepala. laki-laki tersebut mengalami nyeri abdomen dan tulang dan
kepala yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi denganpemberian dosis morphin
intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat
saat laki-laki itu mengubah posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta
diberikan obat analgesik. Kondisi klien semakin melemah dan mengalami sesak yang tersengal-
sengal sehingga mutlak membutuhkan bantuan oksigen dan berdasar diagnosa dokter, klien
maksimal hanya dapat bertahan beberapa hari saja.

Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan mendengar informasi dari dokter,
keluarga memutuskan untuk mempercepat proses kematian pasien melalui euthanasia pasif
dengan pelepasan alat-alat kedokteran yaitu oksigen dan obat obatan lain dan dengan keinginan
agar dosis analgesik ditambah. Dr spesilalist onkologi yang ditelp pada saat itu memberikan
advist dosis morfin yang rendah dan tidak bersedia menaikan dosis yang adakarena sudah
maksimal dan dapat bertentangan dengan UU yang ada. Apa yang seharusnya dilakukan oleh
anda selaku perawat yang berdinas di IGD saat itu menghadapi desakan keluarga yang terus
dilakukan?.

Anda mungkin juga menyukai