Anda di halaman 1dari 1

Hakikat manusia dalam bekerja.

Dalam sistem perekonomian islam, bekerja dapat diartikan sebagai peneguhan eksistensi kekhalifahan.
Ketika manusia diberikan mandat oleh Tuhan untuk mengatur dan mengelola bumi, maka dapat dipahami
bahwa manusia harus bekerja. Ketika manusia tidak bekerja, berarti manusia telah mengkhianati
eksistensi kekhalifahan dirinya yang dipercayakan Tuhan kepadanya.

Selain itu bekerja juga merupakan suatu kewajiban karena dengan bekerja manusia dapat melakukan
kegiatan ibadah. Ketika hasil dari bekerja kita gunakan sebagai sarana pembangunan tempat ibadah dan
sarana dalam berbagi ilmu maka dalam konteks ini bekerja dapat juga diartikan sebagai salah satu
kegiatan ibadah. Ketika bekerja, manusia juga berinteraksi dengan manusia lain, dengan begitu akan
menambah amalan ibadah muamalah.

Kemudian sebagai bonus dari bekerja tersebut, manusia bisa memperoleh kekayaan yang menurut islam
didalamnya terkandung kemuliaan. Karena dengan kekayaan manusia mempunyai kesempatan untuk
membantu orang lemah. Kemiskinan dalam islam dianggap sebagai kenistaan, karena seseorang yang
miskin bikan hanya tidak dapat membantu orang lain bahkan bisa merepotkan orang lain. Kemiskinan
yang dimaksud disini adalah kemiskinan yang disebabkan oleh factor kultural/kebiasaan. Contohnya
ketika seorang individu bermalas-malasan dalam bekerja akan membuat hasil pekerjaannya tidak
maksimal dan menurunkan kualitas dari [ekerjaan itu sendiri. Bisa dibilang kemiskinan ini disebabkan
faktor internal individu tersebut.

Bukan dimana tempat kita bekerja, tapi seberapa besar kontribusi kita di tempat tersebut. Bukan tentang
seberapa banyak materi yang didapat, tapi seberapa besar ilmu yang didapat dengan kecintaan kita pada
pekerjaan tersebut. Bukan berapa besar nominal yang kita terima namun seberapa besar keikhlasan yang
kita curahkan dalam pekerjaan kita. Bukan seberapa banyak pujian yang kita dapat tapi seberapa banyak
manfaat yang kita bagi.

Anda mungkin juga menyukai