PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dodol merupakan salah satu jenis makanan yang sering digemari oleh masyarakat
daerah. Sebagai contoh, masyarakat Jawa umumnya menyebutnya sebagai jenang yang
sering dibuat hanya pada acara-acara tertentu seperti khitanan atau acara pernikahan. Di
beberapa daerah, dodol memiliki cita rasa yang berbeda-beda tergantung pada bahan
dasar yang digunakan, namun prinsip dalam membuat dodol sama. Dodol banyak
diminati masyarakat karena disamping rasanya yang enak, bahan dasar pembuatannya
pun sangat tersedia, oleh karena itu, tidak mengherankan jika mayoritas masyarakat
Indonesia tidak asing lagi dengan makanan jenis ini (Mustofa dan Sjahril, 2019)
Dodol merupakan salah satu makanan tradisional yang cukup populer. Masing-
masing daerah di Indonesia memiliki nama tersendiri untuk dodol yang mencerminkan
kekhasannya seperti dodol Garut yang berasal dari Garut, dodol Betawi yang berasal dari
Betawi (Gusti dkk, 2018). Menurut Haryadi dalam Hadi dkk, (2016), jenis dodol sangat
beragam tergantung keragaman campuran tambahan dan juga cara pembuatannya. Ada
dua jenis penggolongan dodol yaitu dodol yang terbuat dari beras ketan dan dodol yang
terbuat dari buah-buahan. Menurut Astawan dan Wahyudi dalam Hadi dkk, (2016), jenis
dodol tergantung dari bahan dasar yang digunakan. Dodol yang banyak dijumpai di
dalam proses pembuatan dodol. Karakteristik mutu dodol seperti tekstur dan umur
simpan sangat ditentukan oleh komponen penyusunnya yaitu pati. Bahan lainnya adalah
banyak gula sehingga penyandang diabetes tidak bisa mengkonsumsinya. Selama ini
1
belum ada yang mau mengembangkan dodol dari bahan lain seperti tanaman obat yang
masih sangat minim dimanfaatkan. Dodol yang di konsumsi seharusnya bukan hanya
enak tetapi juga dapat memberikan manfaat lebih terhadap konsumen. Salah satu tanaman
obat yang dapat digunakan dalam pembuatan dodol adalah tanaman kumis kucing.
Tanaman kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang
basah yang tegak. Di Indonesia tanaman kumis kucing dikenal sebagai tanaman obat
keluarga. Menurut Hossain dalam Surahmaida dkk, (2019), tanaman yang termasuk dari
suku Lamiaceae ini banyak digunakan untuk mengobati penyakit seperti edema, hepatitis,
penyakit kuning, hipertensi, diabetes melitus, rematik, influenza, dan lain –lain. Tanaman
kumis kucing sering dimanfaatkan sebagai obat dari beberapa penyakit, akan tetapi
pengolahannya masih dalam bentuk air rebusan, belum ada yang mengembangkan nya
menjadi bentuk makanan atau minuman lain. Tanaman kumis kucing berasa pahit
daun kumis kucing dan kurangnya varian dodol yang memanfaatkan tanaman obat. Dari
permasalahan yang telah dijabarkan, penulis akan lebih mengembangkan manfaat dari
daun kumis kucing dengan mensubsitusikan nya dalam pembuatan dodol. Dodol yang
biasanya menggunakan santan akan penulis ganti dengan air rebusan kumis kucing.
Sehingga masyarakat dapat menikmati dodol yang enak dan juga kaya manfaat. Penulis
memilih dodol karena dodol merupakan makanan yang pada umumnya di sukai oleh
masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat merasakan manfat dari tanaman kumis
daun kumis kucing yang digunakan sebanyak 50%, 75%, dan 100% telah mendapatkan
kualitas dodol yang cukup baik, maka penulis mencoba melakukan penelitian lebih lanjut
2
tentang penggunaan air rebusan daun kumis kucing dengan judul “Subsitusi air rebusan
sebagai berikut :
1. Tanaman kumis kucing bermanfaat bagi kesehatan namun variasi olahannya masih
sangat sedikit.
2. Penelitian tentang subsitusi air remusan tanaman kumis kucing terhadap pembuatan
penambahan air rebusan tanaman kumis kucing terhadap pembuatan dodol. Penggunaan
bahan yang dimaksud yaitu pengaruh subsitusi air rebusan kumis kucing 50%, 75%, dan
100% dari jumlah cairan yang digunakan terhadap kualitas dodol yang meliputi: bentuk,
adalah:
1. Bagaimana pengaruh subsitusi air rebusan tanaman kumis kucing sebanyak 50%,
sebanyak 0%, 50%, 75%, dan 100% terhadap kualitas bentuk dodol yang dihasilkan.
2. Menganalisis dan Mengetahui pengaruh subsitusi air rebusan tanaman kumis kucing
sebanyak 0%, 50%, 75%, dan 100% terhadap kualitas warna dodol yang dihasilkan.
3. Menganalisis dan Mengetahui pengaruh subsitusi air rebusan tanaman kumis kucing
sebanyak 0%, 50%, 75%, dan 100% terhadap kualitas rasa dodol yang dihasilkan.
4. Menganalisis dan Mengetahui pengaruh subsitusi air rebusan tanaman kumis kucing
sebanyak 0%, 50%, 75%, dan 100% terhadap kualitas aroma dodol yang dihasilkan.
5. Menganalisis dan Mengetahui pengaruh subsitusi air rebusan tanaman kumis kucing
sebanyak 0%, 50%, 75%, dan 100% terhadap kualitas tekstur dodol yang dihasilkan.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
kucing pada pembuatan dodol dan meningkatkan variasi dodol serta meningkatkan
4
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Dodol
Dodol merupakan salah satu makanan tradisional yang sudah dikenal masyarakat.
Dodol dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan Sweet Pastry yang merupakan
makanan khas Indonesia yang memiliki tekstur plastis (Krisnakai, 2017). Dodol
merupakan suatu olahan pangan yang terbuat dari campuran tepung beras ketan putih,
gula kelapa, santan kelapa, yang dididihkan hingga menjadi kental dan berminyak
tidak lengket, dan apabila dingin pasta akan menjadi padat, kenyal dan dapat diiris
makanan yang terbuat dari tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula dengan atau
tanpa penambahan bahan lainnya yang diizinkan. Dodol tergolong dalam pangan semi
basah (Intermediate moisture food) yang bertekstur kenyal, memiliki cita rasa manis
berhubungan dengan sifat struktural produk pangan olahan yaitu tekstur (Maharani
dkk, 2017). Dari beberapa pengertian tersebut diketahui bahwa komponen utama
dalam pembuatan dodol adalah tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula. Bahan
lain juga dapat ditambahkan selama tidak mengurangi mutu dodol, apalagi
membahayakan jika dikonsumsi. Hasil dodol yang baik akan bergantung pada prose
pembuatannya.
Proses pembuatan dodol prinsipnya meliabatkan pencampuran dan pemanasan
pati pada suhu tinggi hingga mencapai aw dan kadar air tertentu. Secara umum,
proses pembuatan dodol dilakukan secara tradisional, baik untuk keperluan komersil
atau untuk acara-acara tertentu (Mustofa dan Sjahril, 2019). Proses pemanasan hingga
5
mengental biasanya membutuhkan pengadukkan secara terus menerus dan
membutuhkan waktu yang cukup lama (Gusti dkk, 2018). Selain waktu yang lama,
dalam pembuatan dodol juga mengunakan tenaga manusia dan penapian yang sulit
dikontrol. Karena beberapa hal terebut dodol yang dihasilkan memiliki tekstur yang
tidak kalis, aromanya kurang sedap, atau bahkan kematangannya pun tidak
yang banyak, dan biaya produk yang tinggi , dodol juga memiliki kandungan gizi
yang rendah. Hal ini erat hubungannya dengan bahan baku yang digunakan (Gusti
dkk, 2018). Dodol yang terbuat dari campuran tepung beras ketan, santan kelapa, dan
gula, kaya akan karbohidrat dan gula, namun tidak mengandung serat pangan,
vitamin, dan iodium yang cukup untuk memenuhi angka kecukupan gizi (AKG).
Menurut Chuah dkk (dalam Gusti dkk, 2018) dodol ,merupakan produk rendah serat
dan protein, namun kaya karbohidrat. Kandungan gula pada dodol yang merupakan
sukrosa minimal 45%. Hal ini menjadikan kekhawatiran bagi sebagian besar
gula darah sehingga tidak baik dikonsumsi oleh penderita diabetes militus (Gusti dkk,
2018).
Menurut Mustofa dan Sjahril (2019), kualitas dodol dapat dipengaruhi oleh
a. Bahan baku
Secara umum, bahan utama dodol adalah tepung dan santan. Kedua bahan
utama ini tentunya harus memiliki kriteria sebagai standar mutu dalam
pembuatan dodol. Jika tidak, maka dodol yang dihasilkan kuran baik. Diantara
ciri-ciri dodol yang kurang baik adalah warna yang kurang cokelat, tekstur
6
yang kurang kalis, dan rasanya yang tidak manis. Tepung yang digunakan
biasanya tepung beras ketan. Tepung beras ketan dikatakann baik apabila tidak
bau apek atau adanya kutu. Sementara santan yang digunakan adalah santan
kental dan cair dari kelapa yang masih baru serta tidak terlalu tua. Disamping
bahan dasar, bahan-bahan lain juga dapat ditambahkan sebagai salah satu
disamping bahan baku yang digunakan. Hal ini karena proses pembuatan
tekstur, aroma, dan cita rasa. Dalam pembuatan dodol, homogenitas campuran
suatu produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang ada
secara luas di Afrika dan Asia Tenggara. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, seperti
India, Malaysia, China, Australia, dan Pasifik. Nama lain untuk O. stamineus adalah
dkk, 2019). Tanaman kumis kucing merupakan tanaman berakar serabut yang
memiliki bunga berwarna putih seperti kumis kucing. Bunga tersebut merupakan
penanda utama tanaman kumis kucing. Kumis kucing dapat hidup di daratan rendah
sebagai obat karena adanya senyawa bioaktif yang terdapat pada daun. Pada
flavonoid dan polifenol, zat samak, orthosiphon glikosida, minyak lemak, sapofonin,
garam kalium serta minyak atsiri yang terdiri dari 6 macam sesquiterpenes dan
Maharani, 2019). Zat yang berperan dalam penurunan kadar glukosa darah yaitu
8
flavonoid. Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus) memiliki kandungan
kimia berupa flavonoid yang banyak ditemukan pada bagian daun, akar, dan
Lamaiaceae ini banyak digunakan untuk mengobati penyakit seperti edema, hepatitis,
penyakit kuning, hipertensi, diabetes melitus, rematik, influenza, dan lain-lain. Kumis
kucing juga bermanfaat sebagai obat rematik, diabetes, hipertensi, amandel, epilepsi,
haid tidak lancar, gonorhea, sipilis, dan kencing batu (Rizal dan Tri, 2015). Dalam
Surahmaida dkk (2019), menyatakan bahwa penelitian tentang manfaat daun kumis
hydrophilla, Staphylococcus aureus) dan sel kanker kolon. Ekstrak metanol daun
kumis kucingmenghasilkan kadar antioksidan yang tinggi dan tidak bersifat toksik.
minyak atsiri, saponin, polifenol, avonoid, sapofonin, garam kalium dan myonositol.
Beberapa zat ini di dalam tanaman lain memiliki kemampuan dalam menurunkan
Tanaman ini sering dijadikan tanaman obat baik di Indonesia maupun di beberapa
negara tetangga. Hal ini disebabkan banyak,nya kandungan senyawa bioaktif yang
terdapat pada daun kumis kucing, sehingga eksplorasi tanaman kumis kucing mulai
gencar dilakukan Surahmaida dkk, 2019). Daun kumis kucing dengan nama latin
9
Orthosiphon stamineus banyak ditemukan di pulau Jawa, Indonesia (Abyan dkk,
2019).
3. Resep Dodol
Adapun resep yang digunakan sebagai dasar dalam penelitiaan ini adalah resep
a) Bahan:
1) Tepung beras ketan putih
2) Tepung terigu
3) Santan
4) Gula merah
5) Susu
6) Minyak sayur
7) Butter
b) Alat:
Menurut Hadi dkk (2016), alat yang digunakan dalam pembuatan dodol antara
lain:
1) Timbangan digital
2) Baskom
3) Panci
4) Kukusan
5) Pisau
6) Pengaduk kayu
7) Talenan
8) Kompor
9) Wajan
c) Cara membuat nya antara lain:
1) Campurkan tepung beras ketan dan tepung terigu. Lalu masukkan santan aduk
dodol. Tepung beras ketan berasal dari beras ketan (Oryza sativa glutinous) yaitu
varietas dari padi (Oryza sativa) famili graminae yang termasuk dalam biji-bijian
10
(serelia) yang ditumbuk atau digiling. Komposisi utama tepung beras ketan yaitu
karbohidrat yang 90 persen nya merupakan pati (Amagliani, dkk., 2016). Kandungan
amilosa beras ketan sangat rendah berkisar antara 0‒2 persen (Amagliani, dkk.,
2016). Selebihnya merupakan amilopektin (>90 persen) dan sebagian kecil protein
dan lemak (Gao dkk dalam Gusti dkk, 2018). Rasio amilosa dan amilopektin tersebut
mempengaruhi sifat fungsional beras ketan. Kandungan amilopektin yang tinggi pada
dodol. Ketika dipanaskan pada suhu kritikal dengan adanya air yang berlebih pati
beras ketan mengalami perubahan bentuk dari teratur menjadi tidak beraturan (Gusti
dkk, 2018). Granula pati akan mengimbisisi air, membengkak, dan terlarut dalam
larutan yang ditandai dengan hilangnya birefringence (Chen dkk, 2017), perubahan
viskositas dan sifat reologi dari pati yang ditunjukkan dengan terjadinya kenaikan
firmness atau rigidity produk. Konsentrasi beras ketan yang digunakan berkorelasi
positif dengan kekenyalan, tekstur liat dan lenting, serta kadar air dodol yang
dihasilkan. Pada penggunaan beras ketan 100 persen tanpa dicampur buah-buahan
atau tepung terigu menghasilkan viskositas gel yang tinggi dan tekstur yang keras. Uji
tepung beras ketan semakin tinggi kesukaan konsumen terhadap tekstur dodol.
Disamping beras ketan, konsentrasi dan jenis gula yang digunakan
11
untuk memberikan aroma dan rasa manis pada dodol, sebagai pengawet, dan
membantu pembentukan lapisan keras atau tekstur pada dodol. Jenis gula yang
digunakan pada pembuatan dodol dapat berupa gula merah atau gula putih. Gula
merah berasal dari gula aren atau gula kelapa yang berwarna kuning kecoklatan,
bersih tidak mengandung kotoran, sedangkan gula putih yang digunakan harus putih
dan bersih. Penggunaan jenis gula yang berbeda (gula merah atau gula putih atau gula
Penggunaan kombinasi jenis gula yang berbeda akan memberikan penerimaan yang
berbeda dari segi warna, tekstur dan rasa dodol, dimana kombinasi gula merah dan
gula kelapa disukai dari warna, kombinasi gula merah dan gula pasir lebih disukai
kehitaman dan tekstur mejadi keras sedangkan penggunaan gula yang terlalu sedikit
menghasilkan dodol dengan rasa kurang manis. Semakin meningkatnya jumlah gula
yang ditambahkan maka konsistensi dan kekuatan gel dodol semakin tinggi. Sebagai
pengawet gula juga menaikan tekanan osmosis larutan yang menyebabkan plasmosis
dari sel-sel mikroba, maka dengan berkurangnya air untuk pertumbuhan mikroba, sel-
rasa lezat dan gurih pada produk yang disebabkan oleh kandungan lemak yang cukup
tinggi pada santan . Santan kelapa mengandung lemak, air, protein, karbohidrat, dan
abu, dengan kandungan utama santan kelapa yaitu air dan lemak. Komposisi kimia
santan kelapa dipengaruhi oleh tingkat kematangan, semakin matang kelapa maka
12
semakin rendah kandungan airnya namun semakin tinggi kandungan protein, lemak,
dan karbohidratnya (Patil dan Soottawat, 2017). Kelapa tua mengandung asam lemak
caprilat, laurat, miristat, oleat, dan linoleat yang lebih tinggi dibandingkan kelapa
muda. Dapat disimpulkan bahwa, tingkat ketuaan kelapa yang digunakan akan
ditambahkan nya daun kumis kucing diharapkan aroma dodol yang dihasilkan
tidak pahit dan menyengat. Aroma khas dari dodol tidak hilang.
d. Tekstur
Tekstur yang diharapkan adalah kenyal dan tidak terlalu lunak.
e. Warna
Warna dodol yang diharapkan adalah coklat terang dan tidak kusam.
B. Kerangka Konseptual
Bahan utama pembuatan dodol adalah tepung beras keta, gula,air rebusan dsun
kumis kucing, dan santan. Pada penelitian ini di berikan 3 perlakuan dari air rebusan daun
kumis kucing yang di tambahkan dalam pembuatan dodol yaitu 50%, 75%, dan 100%.
Perbedaan penambahan air rebusan daun kumis kucing akan menghasilakan kualitas
dodol yang berbeda pula. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi warna, aroma, tekstur,
dan rasa. Berdasarkan kajian teori tersebut, peneliti ingin mengetahui kualitas dodol
dengan penambahan air rebusan daun kumis kucing sebesar 50%, 75%, dan 100% dari
jumlah cairan yang digunakan. Kerangka ini bertujuan untuk membimbing peneliti
perlakuan
Kualitas Dodol
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis yang akan diuji dalam
Ho = Tidak terdapat pengaruh signifikan pada dodol dengan subsitusi air rebusan daun
kumis kucing sebanyak 50%, 75%, 100%, terhadap bentuk, warna, aroma, rasa, dan
bentuk dodol.
14
Ha = Terdapat pengaruh signifikan pada dodol dengan subsitusi air rebusan daun kumis
kucing sebanyak 50%, 75%, 100%, terhadap bentuk, warna, aroma, rasa, dan
bentuk dodol.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen murni. Menurut
Sugiono (2010: 75), “Eksperimen adalah suatu penelitian yang dapat mengontrol variabel
luar yang dapat mempengaruhi jalannya eksperimen”. Dalam penelitian ini eksperimen
yang dilakukan adalah susitusi air rebusan daun kumis kucing dalam pembuatan dodol
ilmiah. Sugiyono (2014: 13) menyimpulkan objek penelitian adalah sasaran dari
penelitian untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu dan kegunaan tertentu tentang
suatu objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal atau variabel tertentu. Objek
penelitian ini adalah dodol dengan menggunakan air daun kumis kucing sebagai
cairannya dengan kadar berbeda, yaitu 0%, 50%, 75%, dan 100% terhadap kualitas dodol
Keluarga Fakultas Pariwisata Perhotelan Universitas Negeri Padang pada bulan Oktober
– Desember 2019.
D. Defenisi Operasional
15
Definisi Operasional menurut Suharsimi (2010:158) “Merupakan suatu rangkaian
variable yang akan di teliti”. Definisi Operasioanal dalam penelitian ini adalah:
a. Subsitusi air rebusan daun kumis kucing adalah penggantian cairan dengan air
rebusan kumis kucing sebanyak 0%, 50%, 75%, dan 100% pada adonan dodol untuk
disubsitusikan dengan air rebusan daun kumis kucing dilihat dari bentuk dodol, warna
(2012: 59) “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat) sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
50% subsitusi air rebusan daun kumis kucing, (X2) 75% subsitusi air rebusan daun
kumis kucing, dan (X3) 100% subsitusi air rebusan daun kumis kucing.
2. Variabel terikat (Y) yaitu: kualitas dodol yang dihasilkan meliputi bentuk (Y1), warna
Menurut Suryabrata (2008: 39), “Data primer adalah data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya”. Adapun data yang diambil
16
kumis kucing melalui uji organoleptic terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa
dodol.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada.
Irawan (1999: 87) mengatakan bahwa, “Data sekunder adalah data yang diambil
secara tidak langsung dari sumbernya”. Data sekunder dari penelitian ini adalah
data yang sudah ada di jurusan Ilmu kesejahteraan keluarga mengenai mahasiswa
S1 PKK Tata Boga dan D3 Program Studi Tata Boga yag telah lulus mata kuliah
Teknologi Pangan dan Food Control dan beberapa literatur penelitian terdahulu.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari panelis yang akan memberikan
yang akan dipilih pada penelitian ini adalah panelis semi terlatih yang berjumlah 30
orang. Menurut Sokarto (1992: 181), “Panel semi terlatih disusun dari sekelompok
penilaian organoleptic yang diujikan. Jumlah anggota panel semi terlatih ini berkisar
25-100 orang”.
Sebagai panelis dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 PKK Tata Boga
angkatan 2017 dan 2018 yang memiliki fisik dan mental yang sehat, jujur, bersedia
menjadi panelis, telah lulus mata kuliah Teknologi Pangan, Food Control, dan mampu
dodol dengan subsitusi air rebusan daun kumis kucing, meliputi bentuk, warna,
daun kumis kucing secara umum dilakukan dengan tiga tahap, yaitu:
17
1. Tahap Persiapan
a. Menyiapkan dan Pemilihan Bahan
Dalam pembuatan dodol kumis kucing harus diperhatikan bahan baku
yang baik dan berkualitas tinggi karena akan berpengaruh pada dodol yang
dihasilkan. Apabila bahan yang dipilih baik maka hasilnya akan baik. Adapun
subsitusi air rebusan kumis kucing ini adalah tepung ketan yang langsung
ditumbuk dari ketan putih sendiri agar tepung masih baru dan aroma ketan
lebih kuat.
merah yang permukaannya rata dan tidak berpasir, selain itu tekstur gula lebih
berwarna putih.
7) Daun pandan
Gunakan daun pandak yang segar untuk memperkuat dan menambah
aroma dodol.
b. Menyiapkan peralatan
18
Peralatan merupakan sarana utama dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Pemakaian alat sesuai dengan fungsinya akan mendapatkan hasil yang baik.
dilakukan tahap pengolahan atau pelaksanaan. Pada tahap ini semua bahan yang telah
dipersiapkan sesuai dengan langkah kerja yang ada secara sistematis. Adapun langkah
yang digunakan merupakan faktor yang penting supaya dodol kumis kucing yang
dihasilkan sempurna. Bahan yang digunakan dalam keadaan baik dan segar.
memakai neraca atau timbangan. Di dalam pembuatan dodol kumis kucing bahan
19
yang telah disiapkan selanjutnya ditimbang sesuai resep, tidak berlebih atau
berkurang.
c. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah proses mengolah bahan yang sudah dipersiapkan dan
ditimbang sesuai resep. Bahan diolah dengan langkah-langkah kerja yang telah
ditentukan agar tidak terjadi kesalahan di dalam proses pembuatan dodol kumis
kucing. Berikut ini komposisi bahan-bahan yang digunakan dapt dilihat pada
Tabel 2 :
Resep Penelitian
50%
NO Komponen Kontrol 75% (kumis 100% (kumis
(kumis
(0%) kucing) kucing)
kucing)
Tepung
1 500 gr 500 gr 500 gr 500 gr
ketan
500 gr
Air
(50 gr 750 gr (75 gr 1 kg (100 gr
Rebusan
2 - daun daun kumis daun kumis
Daun kumis
kumis kucing) kucing)
kucing
kucing)
3 Gula merah 1 kg 1 kg 1kg 1kg
4 Garam 1 sdm 1 sdm 1 sdm 1 sdm
5 Santan 1 kg 500 gr 250 gr -
Daun 2
6 2 lembar 2 lembar 2 lembar
pandan lembar
20
7 Gula pasir 100 gr 100 gr 100 gr 100 gr
Langkah kerja
a. Rebus daun kumis kucing hingga mendidih lalu saring.
b. Setelah merebus daun kumis kucing panaskan santan dengan daun pandan hingga
Beras Santan,daun
ketan pandan,garam,gula
Daun
merah,gula pasir,
kumis
Digiling
Dicampurkan kucing
Direbus
Adonan
Dimasak
Dodol
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Dodol dengan Subsitusi Air Kumis Kucing
Bentuk Warna Aroma Rasa Tekstur
plate dan diberi kode sampel. Kemudian panelis melakukan uji organoleptik dengan cara
mengamati, mencium, mencicipi, dan meraba sampel. Respon yang dirasakan oleh
panelis dituliskan pada lembaran uji organoleptik dengan memberi tanda ceklis (√).
H. Rancangan Pengamatan
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (R.A.L) dengan
21
Perlakuan Kualitas Dodol Kumis Kucing
Keterangan:
X : Perlakuan.
Y : Kualitas.
X0 : Tanpa air kumis kucing.
X1 : Penambahan air kumis kucing sebanyak 50%.
X2 : Penambahan air kumis kucing sebanyak 75%.
X3 : Penambahan air kumis kucing sebanyak 100%.
Y1 : Kualitas warna.
Y2 : Kualitas bentuk.
Y3 : Kualitas aroma.
Y4 : Kualitas tekstur.
Y5 : Kualitas rasa.
X0 Y1 : Tanpa air kumis kucing terhadap kualitas warna dodol.
X0 Y2 : Tanpa air kumis kucing terhadap kualitas bentuk dodol.
X0 Y3 : Tanpa air kumis kucing terhadap kualitas aroma dodol.
X0 Y4 : Tanpa air kumis kucing terhadap kualitas tekstur dodol.
X0 Y5 : Tanpa air kumis kucing terhadap kualitas rasa dodol.
X1 Y1 : Subsitusi air kumis kucing 50% terhadap kualitas warna dodol.
X1 Y2 : Subsitusi air kumis kucing 50% terhadap kualitas bentuk dodol.
X1 Y3 : Subsitusi air kumis kucing 50% terhadap kualitas aroma dodol.
X1 Y4 : Subsitusi air kumis kucing 50% terhadap kualitas tekstur dodol.
X1 Y5 : Subsitusi air kumis kucing 50% terhadap kualitas rasa dodol.
X2 Y1 : Subsitusi air kumis kucing 75% terhadap kualitas warna dodol.
X2 Y2 : Subsitusi air kumis kucing 75% terhadap kualitas bentuk dodol.
X2 Y3 : Subsitusi air kumis kucing 75% terhadap kualitas aroma dodol.
X2 Y4 : Subsitusi air kumis kucing 75% terhadap kualitas tekstur dodol.
X2 Y5 : Subsitusi air kumis kucing 75% terhadap kualitas rasa dodol.
X3 Y1 : Subsitusi air kumis kucing 100% terhadap kualitas warna dodol.
22
X3 Y2 : Subsitusi air kumis kucing 100% terhadap kualitas bentuk dodol.
X3 Y3 : Subsitusi air kumis kucing 100% terhadap kualitas aroma dodol.
X3 Y4 : Subsitusi air kumis kucing 100% terhadap kualitas tekstur dodol.
X3 Y1 : Subsitusi air kumis kucing 100% terhadap kualitas rasa dodol.
I. Kontrol Validitas
Kontrol validitas penelitian ini adalah:
1. Penggunaan bahan yang sama pada setiap perlakuan.
2. Menggunakan alat yang sama pada setiap perlakuan.
3. Pelaksanaan prosedur yang sama pada setiap perlakuan.
4. Penentuan tempat dan waktu yang sama pada setiap perlakuan.
5. Panelis yang sama pada setiap perlakuan.
J. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
angket yang diberikan kepada 30 orang panelis. Panelis yang dipilih pada penelitian
ini adalah panelis semi terlatih. Sebagai panelis adalah mahasiswa S1 PKK Tata Boga
dan D3 Tata Boga yang memiliki fisik sehat, tidak buta warna, telah lulis matakuliah
teknologi pangan, mata kuliah gizi dan kesehatan, dan bersedia memberikan jawaban
2004: 24). Pengujian dilakukan jam 10.00 – 11.00 WIB atau jam 14.00 –
16.00 WIB.
23
b. Kisi - Kisi Instrumen Penelitian
Indikator dalam penelitian ini disusun peneliti melalui beberapa tahap, untuk
Sumber : Setyaningsih,2010
Keterangan :
S : Banyak Sampel
P : Banyak Panelis
JKT : Jumlah Kuadrat Total
JKP : Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKS : Jumlah Kuadrat Sampel
JKG : Jumlah Kuadrat Galat
KTS : Kuadrat Tengah Sampel
KTP : Kuadrat Tengah Panelis
KTG : Kuadrat Tengah Galat
24
Jika hasil analisis varian menunjukan pengaruh yang signifikan apabila Fhtung > Ftabel maka
dilanjutkan dengan uji Duncan Range Test (DMRT). Rumus Uji Duncan menurut Nawari dalam
Keterangan :
SE : Standar Error
galat/error
DAFTAR PUSTAKA
Hanggara, H., Astuti, S., & Setyani, S. (2016). Pengaruh Formulasi Pasta Labu Kuning
Dan Tepung Beras Ketan Putih Terhadap Sifat Kimia Dan Sensori Dodol [The
25
Effect of Formulation Pumpkin Paste and White Glutinous Rice Flour on Chemical
and Sensory Properties Dodol]. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian, 21(1),
13-27.
Kelmaskosu, D., Breemer, R., & Polnaya, F. J. (2015). Pengaruh Konsentrasi Tepung
Lukito, M. S., Giyarto, G., & Jayus, J. (2017). Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik Dodol
Mustofa, M., & Botutihe, S. (2019). Rancang Bangun Dan Pengujian Alat Pengaduk
Muyassar, A. M., Ariosta, A., & Retnoningrum, D. (2019). Pengaruh Ekstrak Daun
Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) Terhadap Fungsi Hepar Tikus Wistar Yang
605.
Sumekar, D. W., & Barawa, A. T. P. (2016). Orthosiphon stamineus sebagai Terapi Herbal
Surahmaida, S., Umarudin, U., & Junairiah, J. (2019). Senyawa Bioaktif Daun Kumis
Tawar”. Padang:UNP.
Tuti, A.N, (2017). Pengaruh Penambahan Kolang Kaling Terhadap Kualitas Nugget.
Padang:UNP
27