Makalah Bayi Tabung Fixed

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

BAYI TABUNG

Disusun Oleh :

Ardiansyah Trirachmadi
P17325118413

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN NEGERI


BANDUNG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi ataupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung , 13 Desember 2018

2
DAFTAR ISI

Judul ……………………………………………………………………………………..1
Kata Pengantar …………………………………………………………………………2
Daftar Isi ………………………………………………………………………………...3
BAB I PENDAHULUAN
..…………………………………………………………………………………………...4
A. Latar Belakang ……………………………………………………….........4
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...7
C. Tujuan ………………………………………………………………………8
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………...8
A. Pengertian Bayi Tabung ……………………………………………........8
B. Sejarah Bayi Tabung ………………………………………………........10
C. Dasar Hukum Bayi Tabung ……………………………………………..10
D. Dampak dan Akibat Bayi Tabung ………………………………………16
E. Pendapat Agama Mengenai Bayi Tabung …………………………….18

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………….19

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….20
B. Saran ……………………………………………………………………...20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang :

Fertilisasi in vitro atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro


fertilisation, IVF), atau sering disebut bayi tabung, adalah suatu
proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh sang wanita: in vitro ("di
dalam gelas kaca"). Proses ini melibatkan pemantauan dan stimulasi proses
ovulasi seorang wanita, mengambil suatu ovum atau sel-sel telur
dari ovarium (indung telur) wanita itu dan membiarkan sperma membuahi sel-sel
tersebut di dalam sebuah medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah
dibuahi (zigot) dikultur selama 2–6 hari di dalam sebuah medium pertumbuhan
dan kemudian dipindahkan ke rahim wanita yang sama ataupun wanita yang lain,
dengan tujuan menciptakan keberhasilan kehamilan.
Teknik-teknik IVF dapat digunakan dalam berbagai jenis situasi, dan merupakan
salah satu teknik dalam teknologi reproduksi dengan bantuan untuk
penanganan infertilitas. Teknik-teknik IVF juga digunakan
dalam surogasi kehamilan, yang dalam kasus ini sel telur yang telah dibuahi
ditanam di dalam rahim 'titipan' wanita lain sehingga anak yang dilahirkan secara
genetik tidak terkait dengan wanita tersebut. Dalam beberapa situasi, sel-sel
sperma atau sel-sel telur donasi dapat digunakan. Sejumlah negara melarang atau
sebaliknya melakukan regulasi ketersediaan pengerjaan IVF sehingga
menimbulkan wisata fertilitas. Pembatasan atas ketersediaan IVF misalnya karena
biaya dan usia untuk menghasilkan suatu kehamilan yang sehat dalam jangka
waktu normal. Karena biaya prosedur ini, IVF umumnya diupayakan hanya
setelah pilihan lain yang lebih murah telah gagal.

Penggunaan IVF dimungkinkan untuk menangani infertilitas wanita, yang


disebabkan karena masalah pada tuba fallopi sehingga mengalami kesulitan
dalam fertilisasi in vivo. IVF juga dimungkinkan untuk menangani infertilitas pria,
yang dalam situasi ini dapat digunakan injeksi sperma intrasitoplasmik (ICSI)
dengan cara menginjeksi suatu sel sperma secara langsung ke dalam sel telur.
Metode tersebut digunakan ketika sperma memiliki kesulitan untuk melakukan
penetrasi pada sel telur, dan dalam kasus ini dapat digunakan sperma dari
pasangan ataupun donor. ICSI juga digunakan ketika jumlah sel sperma sangat

4
sedikit. Ketika terindikasi, ICSI digunakan untuk meningkatkan tingkat
keberhasilan IVF.
Menurut pedoman NICE Britania, penggunaan IVF adalah tepat dalam
kasus infertilitas yang tak dapat dijelaskan bagi wanita yang belum hamil setelah
2 tahun hubungan seksual reguler tanpa kontrasepsi. Aturan ini tidak berlaku di
semua negara.
IVF juga dianggap cocok dalam kasus salah satu perluasannya menjadi
kepentingan, yaitu, suatu prosedur yang biasanya tidak diperlukan dalam prosedur
IVF itu sendiri, tetapi dianggap hampir tidak mungkin atau secara teknis sulit
melaksanakannya tanpa secara serentak melaksanakan metode IVF. Perluasan
tersebut misalnya diagnosis genetik praimplantasi (PGD) untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya kelainan genetik, serta donasi sel telur dan surogasi di mana
wanita yang menyediakan sel telur tidak sama dengan wanita yang akan menjalani
kehamilan dalam jangka waktu normal.

Tingkat keberhasilan
Tingkat keberhasilan IVF adalah persentase dari semua prosedur IVF yang
memberikan hasil sesuai keinginan. Tergantung pada jenis kalkulasi yang
digunakan, hasil tersebut mungkin merepresentasikan jumlah kehamilan yang
terkonfirmasi, disebut tingkat kehamilan, atau jumlah kelahiran hidup,
disebut tingkat kelahiran hidup. Tingkat keberhasilannya bergantung pada
berbagai faktor variabel seperti usia maternal, penyebab infertilitas, status embrio,
riwayat reproduksi, dan faktor-faktor gaya hidup.
Usia maternal (maternal age): kandidat IVF yang lebih muda lebih
memungkinkan untuk hamil. Wanita yang usianya lebih dari 41 tahun lebih
mungkin hamil dengan suatu sel telur donor.
Riwayat reproduksi: wanita yang sebelumnya pernah hamil dalam banyak kasus
lebih mungkin berhasil menggunakan IVF daripada wanita yang belum pernah
hamil.
Tingkat kelahiran hidup
Tingkat atau angka kelahiran hidup adalah persentase semua siklus IVF yang
menyebabkan kelahiran hidup. Tingkat ini tidak
termasuk keguguran atau kelahiran mati, dan kelahiran kembar dihitung sebagai
satu kehamilan. Sebuah ringkasan tahun 2012 disusun oleh Society for
Reproductive Medicine yang melaporkan rata-rata tingkat keberhasilan IVF di
Amerika Serikat untuk masing-masing kelompok umur yang menggunakan sel
telur non-donor:

<35 35-37 38-40 41-42 >45

5
Tingkat kehamilan 46,7 37,8 29,7 19,8 8,6

Tingkat kelahiran hidup 40,7 31,3 22,2 11,8 3,9

Pada tahun 2006, klinik-klinik di Kanada melaporkan tingkat kelahiran hidup


27%.Tingkat kelahiran pada pasien yang lebih muda sedikit lebih tinggi, dengan
tingkat keberhasilan 35,3% bagi yang berumur 21 tahun dan yang lebih muda,
kelompok umur termuda yang dievaluasi. Tingkat keberhasilan pasien yang lebih
tua juga lebih rendah dan menurun seiring dengan usia, dengan tingkat
keberhasilan 27,4% bagi yang berumur 37 tahun dan tidak ada kelahiran hidup
bagi yang usianya lebih dari 48 tahun, kelompok umur tertua yang
dievaluasi. Beberapa klinik dikatakan melebihi angka-angka tersebut, tetapi tidak
mungkin memastikan apakah hal itu disebabkan oleh teknik yang lebih unggul
atau pemilihan pasien tertentu, karena mungkin saja meningkatkan tingkat
keberhasilan dengan cara menolak untuk menerima pasien tersulit atau dengan
mengarahkan mereka ke siklus donasi oosit (yang dikompilasi secara terpisah).
Selain itu, tingkat kehamilan dapat saja ditingkatkan dengan cara menempatkan
beberapa embrio dengan risiko meningkatkan kemungkinan terjadinya kelahiran
kembar.
Tingkat kelahiran hidup menggunakan sel-sel telur donor juga diberikan oleh
SART dan mencakup semua kelompok umur yang menggunakan sel telur segar
ataupun dicairkan.

Embrio dari sel telur Embrio dari sel telur donor


donor yang segar yang dicairkan

Tingkat kelahiran
55,1 33,8
hidup

Karena tidak semua siklus IVF yang dimulai akan mengarah pada pengambilan
oosit atau transfer embrio, laporan tingkat kelahiran hidup perlu menyebutkan
denominator, yaitu siklus mulai IVF, pemulihan IVF, atau transfer embrio.
Society for Assisted Reproductive Technology (SART) merangkum tingkat
keberhasilan tahun 2008-2009 pada klinik-klinik di Amerika Serikat bagi siklus
embrio segar yang tidak mencakup sel-sel telur donor dan menyajikan tingkat
kelahiran hidup berdasarkan usia calon ibu, dengan angka tertinggi 41,3% per
siklus mulai dan 47,3% per transfer embrio untuk pasien di bawah usia 35 tahun.
Upaya-upaya IVF dalam beberapa siklus menyebabkan peningkatan tingkat
kelahiran hidup kumulatif. Tergantung pada kelompok demografis, suatu

6
penelitian melaporkan 45% sampai 53% untuk tiga upaya, dan 51% sampai 71-
80% untuk enam upaya.
Tingkat kehamilan
Tingkat kehamilan dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Di Amerika Serikat,
tingkat kehamilan yang digunakan oleh Society for Assisted Reproductive
Technology dan Centers for Disease Control (ditampilkan dalam tabel pada
bagian Tingkat keberhasilan di atas) didasarkan pada gerak jantung janin yang
diamati dalam pemeriksaan USG.
Ringkasan tahun 2009 yang disusun oleh Society for Reproductive Medicine
mencakup data berikut ini untuk Amerika Serikat.

<35 35-37 38-40 41-42

Tingkat kehamilan 47,6 38,9 30,1 20,5

Pada tahun 2006, klinik-klinik di Kanada melaporkan tingkat kehamilan rata-rata


35%. Suatu penelitian di Perancis memperkirakan bahwa 66% pasien yang
memulai penggunaan IVF berhasil memiliki anak (40% selama perawatan IVF
dan 26% setelah penghentian IVF). Keberhasilan memiliki anak setelah
penghentian IVF terutama disebabkan oleh adopsi (46%) atau kehamilan
spontan (42%).
Prediktor keberhasilan
Yang telah dikemukakan sebagai faktor-faktor potensial utama yang
mempengaruhi tingkat kehamilan (dan kelahiran hidup) dalam IVF yaitu usia
maternal, durasi infertilitas atau subfertilitas, bFSH, dan jumlah oosit, semuanya
mencerminkan fungsi ovarium. Usia wanita yang optimal adalah 23–39 tahun
pada saat penanganan IVF.

B. Rumusan Masalah :

1) Apa itu “Bayi Tabung” ?


2) Bagaimana sejarah “Bayi Tabung” ?
3) Sebutkan dasar hukum yang mengatur “Bayi Tabung” !
4) Apakah dampak yang diakibatkan dengan adanya “Bayi Tabung” ?
5) Apa pendapat agama mengenai “Bayi Tabung” ?

7
C. Tujuan

1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan “Bayi Tabung” dari pandangan
medis
2) Untuk mengetahui bagaimana asal-usul diadakannya program “Bayi Tabung”
3) Untuk mengetahui dasar-dasar hokum yang mengatur legalitas dari program
“Bayi Tabung”
4) Untuk mengetahui dampak dan akibat yang ditimbulkan oleh program “Bayi
Tabung”
5) Untuk mengetahui bagaimana agama menyikapi dari adanya program “Bayi
Tabung”

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bayi Tabung

Fertilisasi in vitro atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro


fertilisation, IVF), atau sering disebut bayi tabung, adalah suatu
proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh sang wanita: in vitro ("di
dalam gelas kaca"). Proses ini melibatkan pemantauan dan stimulasi proses
ovulasi seorang wanita, mengambil suatu ovum atau sel-sel telur
dari ovarium (indung telur) wanita itu dan membiarkan sperma membuahi sel-sel
tersebut di dalam sebuah medium cair di laboratorium. Sel telur yang telah
dibuahi (zigot) dikultur selama 2–6 hari di dalam sebuah medium pertumbuhan

8
dan kemudian dipindahkan ke rahim wanita yang sama ataupun wanita yang lain,
dengan tujuan menciptakan keberhasilan kehamilan.
Teknik-teknik IVF dapat digunakan dalam berbagai jenis situasi, dan merupakan
salah satu teknik dalam teknologi reproduksi dengan bantuan untuk
penanganan infertilitas. Teknik-teknik IVF juga digunakan
dalam surogasi kehamilan, yang dalam kasus ini sel telur yang telah dibuahi
ditanam di dalam rahim 'titipan' wanita lain sehingga anak yang dilahirkan secara
genetik tidak terkait dengan wanita tersebut. Dalam beberapa situasi, sel-sel
sperma atau sel-sel telur donasi dapat digunakan. Sejumlah negara melarang atau
sebaliknya melakukan regulasi ketersediaan pengerjaan IVF sehingga
menimbulkan wisata fertilitas. Pembatasan atas ketersediaan IVF misalnya karena
biaya dan usia untuk menghasilkan suatu kehamilan yang sehat dalam jangka
waktu normal. Karena biaya prosedur ini, IVF umumnya diupayakan hanya
setelah pilihan lain yang lebih murah telah gagal.

Penggunaan IVF dimungkinkan untuk menangani infertilitas wanita, yang


disebabkan karena masalah pada tuba fallopi sehingga mengalami kesulitan
dalam fertilisasi in vivo. IVF juga dimungkinkan untuk menangani infertilitas pria,
yang dalam situasi ini dapat digunakan injeksi sperma intrasitoplasmik (ICSI)
dengan cara menginjeksi suatu sel sperma secara langsung ke dalam sel telur.
Metode tersebut digunakan ketika sperma memiliki kesulitan untuk melakukan
penetrasi pada sel telur, dan dalam kasus ini dapat digunakan sperma dari
pasangan ataupun donor. ICSI juga digunakan ketika jumlah sel sperma sangat
sedikit. Ketika terindikasi, ICSI digunakan untuk meningkatkan tingkat
keberhasilan IVF.
Menurut pedoman NICE Britania, penggunaan IVF adalah tepat dalam
kasus infertilitas yang tak dapat dijelaskan bagi wanita yang belum hamil setelah
2 tahun hubungan seksual reguler tanpa kontrasepsi. Aturan ini tidak berlaku di
semua negara.

IVF juga dianggap cocok dalam kasus salah satu perluasannya menjadi
kepentingan, yaitu, suatu prosedur yang biasanya tidak diperlukan dalam prosedur
IVF itu sendiri, tetapi dianggap hampir tidak mungkin atau secara teknis sulit
melaksanakannya tanpa secara serentak melaksanakan metode IVF. Perluasan
tersebut misalnya diagnosis genetik praimplantasi (PGD) untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya kelainan genetik, serta donasi sel telur dan surogasi di mana
wanita yang menyediakan sel telur tidak sama dengan wanita yang akan menjalani
kehamilan dalam jangka waktu normal.

9
B. Sejarah Bayi Tabung

Pada tahun 1977, Steptoe dan Edwards berhasil melakukan suatu fertilisasi
rintisan yang menyebabkan kelahiran bayi pertama yang dikandung menggunakan
metode IVF, yaitu Louise Brown pada tanggal 25 Juli 1978, di Rumah Sakit
Oldham General, Greater Manchester, Britania Raya.
Kelahiran sukses bayi tabung yang kedua terjadi di India hanya berselang 67 hari
setelah Louise Brown lahir. Bayi perempuan itu, bernama Durga, dikandung in
vitro menggunakan metode-metodenya Subhash Mukhopadhyay, seorang dokter
dan peneliti dari Kalkuta.

C. Dasar Hukum Bayi Tabung

Instansi-instansi pemerintah di Tiongkok meloloskan larangan penggunaan


IVF pada tahun 2003 bagi wanita yang tidak menikah dan pasangan dengan
penyakit-penyakit menular tertentu.
Negara-negara Muslim Sunni umumnya memperbolehkan IVF di antara
pasangan-pasangan yang telah menikah selama dilakukan dengan sel sperma dan
sel-sel telur mereka masing-masing, tetapi tidak dengan sel-sel telur donor dari
pasangan lain. Namun Iran, yang adalah negara Muslim Syi'ah, memiliki suatu
skema yang lebih kompleks. Iran melarang donasi sel sperma tetapi mengizinkan
donasi sel-sel telur yang telah dibuahi maupun belum dibuahi. Sel-sel telur yang
telah dibuahi merupakan donasi dari suatu pasangan menikah kepada pasangan
menikah lainnya, sedangkan sel-sel telur yang belum dibuahi merupakan
sumbangan dalam konteks nikah mutah atau pernikahan sementara kepada sang
ayah.
Kosta Rika melarang sepenuhnya teknologi IVF, Mahkamah Agung negara ini
menyatakannya tidak konstitusional karena IVF "melanggar kehidupan". Kosta
Rika dikatakan sebagai satu-satunya negara di belahan bumi barat yang
sepenuhnya melarang IVF. Suatu proyek undang-undang yang dengan setengah
hati dikirim oleh pemerintahan Presiden Laura Chinchilla telah ditolak oleh
parlemen. Presiden Chinchilla belum pernah secara terbuka menyatakan posisinya
mengenai isu IVF. Namun, mengingat pengaruh besar Gereja Katolik dalam
pemerintahannya, setiap perubahan dalam status quo tampaknya sangat tidak
mungkin terjadi. Kendati kerasnya tentangan keagamaan dan peranan pemerintah
Kosta Rika, larangan atas IVF dibatalkan oleh Mahkamah Hak Asasi Manusia
Inter-Amerika dalam suatu keputusan pada tanggal 20 Desember 2012.
Mahkamah tersebut mengatakan bahwa jaminan perlindungan Kosta Rika sejak

10
dahulu bagi setiap embrio melanggar kebebasan reproduksi pasangan-pasangan
infertil karena melarang mereka menggunakan IVF, yang seringkali melibatkan
pembuangan embrio-embrio yang tidak ditanamkan dalam rahim pasien. Pada
tanggal 10 September 2015, Presiden Luis Guillermo Solís menandatangani
sebuah dekret legalisasi fertilisasi in-vitro. Dekret tersebut dimasukkan dalam
surat kabar resmi negara pada tanggal 11 September. Para penentang praktik ini
sejak saat itu mengajukan gugatan hukum di hadapan Mahkamah Konstitusi Kosta
Rika.
Semua pembatasan utama di Australia pada wanita lajang namun infertil untuk
menggunakan IVF dicabut pada tahun 2002 setelah pengajuan banding terakhir ke
Pengadilan Tinggi Australia ditolak dengan alasan prosedural dalam kasus Leesa
Meldrum. Suatu pengadilan federal Victoria telah memutuskan pada tahun 2000
bahwa larangan yang ada atas semua wanita lajang dan lesbian untuk
menggunakan IVF merupakan diskriminasi gender. Pemerintah Victoria
mengumumkan perubahan dalam hukum IVF pada tahun 2007 dengan
menghilangkan pembatasan pada lesbian dan wanita lajang, sehingga
menjadikan Australia Selatan satu-satunya negara bagian yang masih
mempertahankan batasan tersebut.
Undang-undang federal di Amerika Serikat mencakup skrining kebutuhan dan
pembatasan dalam hal donasi, tetapi umumnya tidak berpengaruh pada pasangan
intim secara seksual. Namun, dokter mungkin diperlukan
untuk menyediakan perawatan karena undang-undang non-diskriminasi, seperti
misalnya di California. Negara bagian Tennessee mengusulkan suatu rancangan
undang-undang pada tahun 2009 yang akan menetapkan donor IVF sebagai
'adopsi'. Pada sesi yang sama diusulkan rancangan undang-undang lainnya yang
membatasi adopsi dari pasangan yang tidak menikah dan hidup bersama;
kelompok-kelompok aktivis menyatakan bahwa meloloskan rancangan undang-
undang yang pertama akan secara efektif menghentikan orang-orang yang tidak
menikah untuk menggunakan IVF. Tak satu pun dari kedua rancangan undang-
undang itu lolos.

11
Hukum Bayi Tabung Menurut Islam dan
Dalilnya
Bayi tabung atau dikenal juga sebagai pembuahan in vitro merupakan teknik pembuahan
atau inseminasi yakni pembuahan sel telur di bagian luar tubuh wanita. Bayi tabung
merupakan metode yang dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi masalah kesuburan
atau tidak bisa memperoleh keturunan saat berbagai metode lain tidak berhasil untuk
dilakukan.

Ada beberapa hukum yang bekaitan dengan bayi tabung dan juga inseminasi buatan di
dalam rahim menurut pandangan Islam, yakni:

1. Mendatangkan Pihak Ketiga Sehingga Haram

Metode bayi tabung dan juga inseminasi merupakan metode yang mempergunakan pihak
ketiga selain dari suami dan istri dalam memanfaatkan sperma, sel telur atau rahim dan
juga bisa dilaksanakan sesuah berakhir sebuah ikatan perkawinan. Dengan penggunaan
pihak ketiga ini, maka metode bayi tabung dikatakan haram seperti pendapat banyak
ulama mu’ashirin.

Nadwah Al Injab fi Dhouil Islam yang merupakan sebuah musyawarah para ulama di
Kuwait 11 sya’ban 1403 H [23 Maret tahun 1983] sudah berdiskusi mengenai bayi tabung
ini dan menghasilkan keputusan. Musyawarah ini menghasilkan keputusan berhubungan
dengan bayi tabung, hukumnya diperbolehkan secara syar’i apabila dilakukan antara
suami dan istri, masih mempunyai ikatan suami istri dan bisa dipastikan jika tidak
terdapat campur tangan nasab lainnya.

Akan tetapi, sebagian para ulama juga bersikap hati-hati dan tetap tidak
memperbolehkan supaya tidak terjadi perbuatan yang terlarang. Ini akhirnya
membulatkan kesepakatan jika hukum bayi tabung adalah haram apabila terdapat pihak
ketiga yang ikut andil dalam mendonorkan sperma, sel telur, janin atau pun rahim.

2. Menggunakan Rahim Wanita Lain Adalah Haram

Apabila metode dengan inseminasi buatan yang terjadi di luar rahim antara sperma dan
sel telur dan ri suami istri sah akan tetapi fertilisasi atau pembuahan dilaksanakan pada
rahim wanita lainnya yang merupakan istri kedua dari pemilik sperma, maka para ulama
memiliki perbedaan pendapat dan lebih tepatnya tetap diharamkan sebab ada peran
pihak ketiga dalam pelaksanaannya.

3. Bayi Tabung Pada Masa ‘Iddah Hukumnya Haram

Apabila metode yang dilakukan yakni bayi tabung dan inseminasi sesudah wafat sang
suami, maka para ulama juga memiliki perbedaan pendapat dan tetap mengharamkan
sebab sang suami sudah wafat sehingga akan pernikahan juga sudah berakhir. Jika
masa inseminasi dilakukan pada ‘iddah, maka ini menjadi pelanggaran karena saat
berada dalam masa ‘iddah masih membuktikan rahim tersebut kosong.

12
4. Diperbolehkan Dalam Ikatan Suami dan Istri

Apabila inseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan saat masih berada dalam ikatan
suami istri, maka metode tersebut diperbolehkan oleh kebanyakan ulama kontemporer
sekarang ini. Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni:

 Dilaksanakan atas ridho suami dan istri.


 Inseminasi akan dilaksanakan saat masih berada dalam status suami istri.
 Dilaksanakan sebab keadaan yang darurat supaya bisa hamil.
 Perkiraan dari dokter yang kemungkinan besar akan memberikan hasil dengan cara
memakai metode tersebut.
 Aurat wanita hanya diperkenankan dibuka saat keadaan darurat dan tidak lebih dari
keadaan darurat.
 Yang melakukan metode adalah dokter wanita atau muslimah apabila memungkinkan.
Namun jika tidak, maka dilakukan oleh dokter wanita non muslim. Cara lain adalah
dilakukan oleh dokter pria muslim yang sudah bisa dipercaya dan jika tidak ada pilihan
lain maka dilakukan oleh dokter non muslim pria.

5. Bayi Tabung Dengan Jenis Kelamin Sesuai Keinginan

Inseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan untuk menghasilkan anak dengan jenis
kelamin yang sesuai dengan keinginan memiliki dua rincian yakni:

 Memiliki Tujuan Untuk Menyelamatkan Penyakit Turunan

Memilih jenis kelamin bayi tabung sesuai keinginan bisa dilakukan apabila tujuannya
untuk menyelamatkan penyakit turunan yakni apabila anak yang terlahir berjenis kelamin
laki – laki atau perempuan, maka ini akan membuat janin dalam kandungan meninggal
atau mewarisi penyakit turunan dari orang tua. Oleh karena itu, penentuan jenis kelamin
dalam keadaan darurat seperti ini diperbolehkan.

 Tidak Diperbolehkan Jika Hanya Mengikuti Keinginan

Sementara itu, apabila pemilihan jenis kelamin anak ditentukan sesuai keinginan saat
proses bayi tabung hanya berdasarkan keinginan pasangan tanpa hal yang darurat atau
mendasar, maka hal ini tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan untuk mempunyai anak
sebetulnya masih memungkinkan namun tetap tidak boleh keluar dari cara yang sudah
dibenarkan yaitu dengan cara inseminasi alami. Ditambah lagi dengan inseminasi, ada
beberapa pelanggaran yang sudah dilakukan sehingga hanya boleh keluar dari
inseminasi alami apabila mengalami keadaan yang darurat saja.

13
Alasan Diperbolehkan Bayi Tabung
Ada juga beberapa alasan yang membuat metode bayi tabung dan juga inseminasi di
luar lahir wanita diperbolehkan yaitu:

 Bayi tabung atau inseminasi buatan dilaksanakan karena sedang berobat.


 Mempunyai anak menjadi kebutuhan darurat sebab dengan tidak adanya keturunan,
maka hubungan antara suami istri bisa mengalami keretakan karena sering terjadi
perselisihan.
 Majma’ Al Fiqh Al Islami mengatakan jika kebutuhan istri yang tidak hamil dan juga
keinginan sang suami akan keturunan dianggap sebagai tujuan yang syar’i sehingga bisa
dilakukan dengan cara yang mubah yakni bayi tabung atau inseminasi buatan.

Dalil Syar’i Dasar Hukum Mengharamkan Bayi Tabung


Ada beberapa dalil syar’i yang menjadi landasan hukum utama sehingga menyatakan
haram pada proses bayi tabung dan juga inseminasi buatan dengan cara donor.

1. Surat Al-Isra ayat 70

“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”.

2. Surat At-Tin ayat 4

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Dari kedua ayat tersebut, memperlihatkan jika manusia sudah diciptakan oleh Allah SWT
sebagai makhluk yang memiliki keistimewaan melebihi dari makhluk Allah yang lainnya.
Allah sendiri sudah memuliakan manusia, sehingga sudah sepantasnya manusia untuk
juga menghormati martabatnya sendiri sekaligus menghirmati martabat sesama manusia.
Bayi tabung atau inseminasi buatan yang dilakukan dengan cara donor mengartikan
merendahkan harkat manusia yang disejajarkan dengan hewan yang di inseminasi.

Hadits Nabi Mengenai Bayi Tabung


“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain)’’. [riwayat Abu Daud, Al-
Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban]

14
Ijtihad Ulama Mengenai Bayi Tabung
Berikut ini adalah pernyataan para tokoh ulama terkait melakukan proses bayi tabung,
diantaranya:

a. Majelis Ulama Indonesia [MUI]


Dalam fatwa dinyatakan jika bayi tabung dengan sperma dan sel telur pasangan suami
istri sah menurut hukum mubah diperbolehkan. Hal ini bisa terjadi karena masuk ke
dalam ikhtiar yang didasari kaidah agama. Akan tetapi, para ulama melarang
penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami istri yang menggunakan rahim
perempuan lain sebagai sarana dan ini adalah haram hukumnya.

Para ulama menegaskan jika dikemudian hari, hal tersebut mungkin akan menimbulkan
masalah sulit dan berkaitan dengan warisan. Dalam fatwanya, para ulama MUI juga
membuat keputusan jika bayi tabung yang berasal dari sperma yang sudah dibekukan
dari sumai yang sudah meninggal juga haram hukumnya sebab akan menimbulkan
masalah berhubungan dengan penentuan nasab atau warisan.

Sedangkan proses bayi tabung yang berasal dari sperma dan sel telur yang tidak berasal
dari pasangan suami istri sah, maka fatwa MUI sudah secara tegas menyatakan jika hal
ini adalah haram hukumnya dengan asalam status yang sama dengan hubungan kelamin
lawan jenis di luar pernikahan sah atau zina.

b. Nahdlatul Ulama [NU]


Nu sudah membuat ketetapan fatwa berkaitan dengan masalah bayi tabung pada forum
Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta tahun 1981 dengan 3 buah keputusan yakni:

1. Keputusan Pertama

Apabila bayi tabung masuk ke dalam rahim wanita bukan berasal dari mani suami
dan istri sah, maka bayi tabung tersebut adalah haram. Ini didasari dengan hadist
Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, ““Tidak ada dosa yang lebih besar
setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki
yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal
baginya.

2. Keputusan Kedua

Jika sperma bayi tabung milik suami istri sah namun cara mengeluarkannya tidaklah
muhtaram, maka haram juga hukumnya. Mani muhtaram merupakan mani yang
dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang syara’. Apabila mani yang dikeluarkan
suami dibantu dengan tangan istri, maka juga masih diperbolehkan sebab istri
menjadi tempat untuk melakukan hal tersebut.

15
3. Keputusan Ketiga

Jika mani pada bayi tabung merupakan mani suami istri yang dikelaurkan dengan ara
muhtaram dan juga masuk dalam rahim istri, maka hukum bayi tabung tersebut
adalah mubah atau diperbolehkan.

Oleh karena masalah bayi tabung atau Athfaalul Anaabib tidak mempunyai hukum
secara spesifik dalam Al Quran dan As Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik,
maka untuk menyelesaikan permasalahan ini harus dikaji menurut hukum Islam yakni
dengan memakai ijtihad yang sudah lazim digunakan para ahli ijtihad supaya bisa
ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan juga jiwa Al Quran serta As
Sunnah yang dijadikan sumber pokok hukum Islam.

D. Dampak dan Akibat Bayi Tabung

Maslahahnya dari bayi tabung adalah bisa membantu pasangan suami istri
yang keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami
atau istri menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba
falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu lemah.Namun akibat(mafsadah) dari
bayi tabung adalah:

 Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan


kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman
(siapa yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.
 Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
 Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi
percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
 Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik
didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor
merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-
sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.
 Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya
terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada
anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan nasabnya.
 Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi
tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan
suami istri yang punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin
hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya secara alami

Surat Al-Lugman ayat 14

16
Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut
hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak
hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal 42 No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak
yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”maka memberikan
pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena
ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau
ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD 1945 pasal
29 ayat 1.

Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan


agama nantinya bias menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat
bahwa kalangan agama bias menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan
alat/cara KB yang bertentangan dengan agama.Contohnya :
Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan praktek
bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.

2.6 MACAM PROSES BAYI TABUNG

Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.

Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami – istri dari pembuahan bakal
anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan.
Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh
Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan
menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita.
Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul
banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran di
bidang pro-kreasi manusia.

Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.

Ada kemungkinan bahwa benih dari suami – istri tidak bisa dipindahkan ke dalam
rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan – alasan lain.
Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk
mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan
banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait.
Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar.
Suami – istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya
kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada
ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin
mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit
dipecahkan.

Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.

17
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti
bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk
pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan
penggantinya melalui seorang donor.

Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih
dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri
dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau
disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya
untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor
itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain
lagi yang bisa muncul.

Munculnya Bank Sperma

Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank – bank
sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank – bank
tersebut. Bahkan orang bisa menjual – belikan benih – benih itu dengan harga
yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di bidang
kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat lebih
jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan
memperdagangkannya seolah – olah benih manusia itu suatu benda ekonomis.

Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non – komersial. Sementara itu
bank – bank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang
menginginkan pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak
kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu intelektual dari pemiliknya.
Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan kepada wanita
yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.

Masalah Orang Tua Anak Hasil Bayi Tabung atau Legaltas Bayi Tabung

Bayi yang benihnya berasal dari pasangan suami – istri namun dikandung dan
dilahirkan oleh wanita sewaan dapat menimbulkan persoalan siapakah orang tua
dari bayi itu. Bisa dikatakan bahwa bayi orang tua itu adalah pasangan yang
memiliki benih tadi. Tetapi wanita sewaan juga telah menyumbangkan darah dan
dagingnya selama mengandung bayi tersebut. Sudah pernah terjadi bahwa seorang
wanita sewaan tidak mau mengembalikan bayi yang telah dikandung dan
dilahirkannya. Orang tua bayi tersebut menuntut di pengadilan, namun hukum
yang dipakai untuk menyelesaikan masalah tersebut belum dibuat.

Kalau benih diambil dari seorang donor, maka timbul persoalan juga tentang
siapakah orang tua bayi itu. Secara biologis orang tua bayi itu adalah donor yang
telah memberikan benihnya, tetapi secara legal, orang tua anak itu adalah orang
tua yang menerima dan membesarkannya dalam keluarga. Mana yang disebut

18
orang tua? Orangtua biologis atau orang tua legal. Sebelum ada teknik bayi
tabung, maka orang tua biologis adalah orang tua legal.

E. Pendapat Agama Mengenai Bayi Tabung

 Memiliki Tujuan Untuk Menyelamatkan Penyakit Turunan

Memilih jenis kelamin bayi tabung sesuai keinginan bisa dilakukan apabila tujuannya
untuk menyelamatkan penyakit turunan yakni apabila anak yang terlahir berjenis kelamin
laki – laki atau perempuan, maka ini akan membuat janin dalam kandungan meninggal
atau mewarisi penyakit turunan dari orang tua. Oleh karena itu, penentuan jenis kelamin
dalam keadaan darurat seperti ini diperbolehkan.

 Tidak Diperbolehkan Jika Hanya Mengikuti Keinginan

Sementara itu, apabila pemilihan jenis kelamin anak ditentukan sesuai keinginan saat
proses bayi tabung hanya berdasarkan keinginan pasangan tanpa hal yang darurat atau
mendasar, maka hal ini tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan untuk mempunyai anak
sebetulnya masih memungkinkan namun tetap tidak boleh keluar dari cara yang sudah
dibenarkan yaitu dengan cara inseminasi alami. Ditambah lagi dengan inseminasi, ada
beberapa pelanggaran yang sudah dilakukan sehingga hanya boleh keluar dari
inseminasi alami apabila mengalami keadaan yang darurat saja.

Alasan Diperbolehkan Bayi Tabung


Ada juga beberapa alasan yang membuat metode bayi tabung dan juga inseminasi di
luar lahir wanita diperbolehkan yaitu:

 Bayi tabung atau inseminasi buatan dilaksanakan karena sedang berobat.


 Mempunyai anak menjadi kebutuhan darurat sebab dengan tidak adanya keturunan,
maka hubungan antara suami istri bisa mengalami keretakan karena sering terjadi
perselisihan.
 Majma’ Al Fiqh Al Islami mengatakan jika kebutuhan istri yang tidak hamil dan juga
keinginan sang suami akan keturunan dianggap sebagai tujuan yang syar’i sehingga bisa
dilakukan dengan cara yang mubah yakni bayi tabung atau inseminasi buatan.

Dalil Syar’i Dasar Hukum Mengharamkan Bayi Tabung


Ada beberapa dalil syar’i yang menjadi landasan hukum utama sehingga menyatakan
haram pada proses bayi tabung dan juga inseminasi buatan dengan cara donor.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengetahuan yang didapat diatas dapat disimpulkan bahwa:

ü Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri
dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain(ibu titipan)
DIPERBOLEHKAN oleh islam,jika keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan.Dan status anak hasil inseminasi
macam ini sah menurut Islam.

ü Inseminasi buatan dengan sperma dan ovum donor DIHARAMKAN


oleh Islam.Hukumnya sama dengan Zina dan anak yang lahir dari hasil
inseminasi macam ini statusnya sama dengan anak yang lahir diluar
perkawinan yang sah.

ü Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nutfah(Sperma) dan


Bank Ovum untuk perbuatan bayi tabung,karena selain bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945.Juga bertentangan dengan norma agama
dan moral,serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan.

ü Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan


bayi tabung dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan
tanpa ditransfer kedalam rahim wanita lain dan seharusnya pemerintah
hendaknya juga melarang keras dengan sanksi-sanksi hukumannya
kepada dokter dan siapa saja yang melakukan inseminasi buatan pada
manusia dengan sperma atau ovum donor.

B. Saran

20
Makalah ini semoga berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa
namun manusia tidaklah ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.

Daftar Pustaka :

www.tabloidbintang.com

www.bangkatribunnews.com

www.wikipedia.com

21
RIWAYAT HIDUP

Data Diri :

Nama Lengkap : Ardiansyah Trirachmadi


Tempat,tanggal lahir : Cimahi, 28 Agustus 1998
Alamat : Jl. Kebon Manggu RT 05/04
Kel.Padasuka Kec.Cimahi Tengah
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No. Telepon : 089646827202
Email : threerachmadi@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1) Tahun 2004-2010 : SDN Padasuka Mandiri 1 Cimahi


2) Tahun 2010-2013 : SMP PGRI 1 Cimahi
3) Tahun 2013-2016 : SMAN 1 Cimahi

22
Motto Hidup :

“Kau tidak akan tahu hari esok jika engkau tidak bangun dan bangkit hari ini”

23

Anda mungkin juga menyukai