Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM III

EMULSIFIER
(Mata Kuliah Teknologi Emulsi)

Disusun Oleh:
Kelompok 5B

Maulana 1802301044
Muhammad Khusayri 1802301013
Raudatul Jannah 1802301049
Saprina Dewi 1802301023
Yessica Rahma W 1802301056

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lemak dan minyak seringkali ditambahkan dengan sengaja dalam bahan
makanan dengan berbagai tujuan. Dispersi lemak di dalam air atau bahkan
sebaliknya dipengaruhi oleh proses emulsi. Emulsi adalah suatu disperse atau
suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan
tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Banyak jenis emulsi yang
dapat ditemukan dalam bahan makanan, tetapi yang terkenal adalah mayonaise,
french dressing, cheese cream, kuning telur serta susu.
Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur tetapi saling
ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda. Pada suatu emulsi
biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari
butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi
yang juga dikenal sebagai continous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan
bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap
tersuspensi di dalam air. Senyawa ini molekul-molekulnya mempunyai afinitas
terhadap kedua cairan tersebut. Daya afinitasnya harus parsial dan tidak boleh sama
terhadap kedua cairan itu.
Terdapat tiga jenis ketakstabilan emulsi:
1. Pengelompokan yang menyebabkan zarah-zarah menjadi kelompok
2. Pengkriman yang menyebabkan zarah-zarah bertumpu di permukaan
campuran semasa masih terasing, dan
3. Pemecahan yang menyebabkan zarah-zarah bertaut dan membentuk lapisan
cair.
Pengemulsi ialah satu bahan yang menstabilkan emulsi. Contoh pengemulsi
makanan adalah kuning telur (bahan kimia pengemulsi utamanya adalah lesitin
fosfolipid), dan mustard. Berbagai-bagai bahan kimia di dalam mustard yang
mengelilingi sekam bijinya bertindak sebagai pengemulsi; protein dan pengemulsi
yang mempunyai berat molekul rendah juga biasa didapati.
1.2 Tujuan
Untuk mengenal beberapa jenis emulsifier yang dgunakan pada produk
produk emulsi dan menentukan emulsifier yang cocok untuk membentuk emulsi
suatu bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem dibuat stabil dalam suatu zat pengemulsi. Berbagai tipe zat
pengemulsi akan dibicarakan kemudian dalam hal ini baik fase terdispersi atau fase
kontinu bias berkisar dalam konsistensi dari suatu cairan mobil sampai suatu massa
setengah padat (semi solit). Suatu emulsi adalah system yang tidak stabil secara
termodinamika yang mengandung paling dua fase cair yang tidak bercampur,
dimana satu diantaranya didipresikan sebagai bola-bola dalam fase cair lainnya.
Jadi sistem emulsi berkisar dari cairan (lotion) yang mempunyai voskositas relatif
rendah sampai salep atau krim, yang merupakan semisolid (Anonim, 2013).
Emulsi merupakan sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan
yang satu terdispersi di dalam suatu larutan sangat halus dan merata dalam fase
cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. Sifat fisika dari suatu
emulsi dan kestabilannya tidak dapat dipertimbangkan secara terpisah. Oleh karena
itu, bagian ini berkenaan dengan sifat-sifat fisika yang lebih penting dari emulsi,
perubahan-perubahannya terhadap pengaruh luar dan hubungannya dengan
kestabilan emulsi (Lachman, 1994).
Suatu energi bebas antarmuka yang tinggi cenderung untuk mengurangi
daerah antarmuka, pertama dengan menyebabkan tetesan-tetesan tersebut
bergabung. Dispersi halus dari minyak dan air memerlukan daerah kontrak
antarmuka yang luas, dan untuk memperoleh / memperoduksi hal ini memerlukan
sejumlah dan beberapa kerja yang sama dengan hasil jali tegangan permukaan dan
perubahan luas. Berbicara secara termodinamik, kerja ini adalah energi bebas
antarmuka yang dimaksudkan ke system tersebut. Ini adalah suatu alasan untuk
memasukkan kata-kata “tidak stabil secara termodinamik” dalam definisi klasik
dari emulsi buram (Lachman, 1994).
Yang lebih bermakna dalam bidang farmasi masa kini adalah pengamatan
tentang beberapa senyawa yang larut dalam lemak seperti vitamin, diabsorbsi lebih
sempurna jika diemulsikan dari pada jika diberikan peroral dalam suatu larutan
berminyak “termodinamik” dalam definisi klasik dari emulsi buram (Lachman,
1994).
Suatu emulsi merupakan suatu cara pemberian oral yang baik untuk cairan-
cairan yang tidak larut dalam air, terutama jika fase terdispersi mempunyai fase
yang tidak enak (Anonim, 2013).
Dalam suspensi zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap. Jika dikocok-kocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi
kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi.
Keketalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agfar sediaan mudah dikocok dan
dituang (Dirjen POM, 1979).
Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu disperse kasar di mana
partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair. Partikel-
partikel tersebut kebanyakan mempunyai diameter lebih besar dari 0,1 mikrometer,
dan beberapa partikel tersebut bila diselidiki di bawah mikroskop menunjukkan
adanya gerakan Brown jika dispersi mempunyai viskositas rendah (Martin, 1993).
Kestabilan termodinamika suatu emulsi berbeda dari kestabilan seperti
didefinisikan oleh pembuat formula atau pemakai berdasarkan pertimbangan
subyektif secara menyeluruh kestabilan yang dapat diterima dalam bentuk sediaan
di bidang farmasi tidak membutuhkan kestabilan yang termodinamik. Jika emulsi
membentuk krim ke atas atau membentuk krim ke bawah, emulsi basa tetap dapat
diterima secara farmaseutika (Kamianti, 1991).
Seringkali partikel-partikel dari suatu suspensi mengendap terlalu cepat
sehingga tidak konsisten dengan batasan sebagai suatu preparat yang baik secara
farmasetik. Pengendapan yang cepat tersebut merintangi pengukuran dosis yang
tepat dan dari segi estetis menghasilkan suatu lapisan supernatant yang tidak sedap
dipandang. Dalam banyak suspesi yang beredar di perdagangan, zat pensuspensi
ditambahkan ke medium disperse untuk menghasilkan struktur yang membantu
terdispersinya fase dalam suspensi. Karboksimetilselulosa, metilselulosa dan
bentonit merupakan beberapa diantara zat pensuspensi yang digunakan untuk
mengendalikan struktur yang membantu tedispersinya suspensoid (Ansel, 1989).
Emulgator akan memperkecil tegangan permukaan antara kedua cairan
tersebut sehingga emulsi akan stabil. Seperti diketahui pada emulsi, suatu cairan
tersebar dalam bentuk tetes-tetes dalam cairan lainnya sehingga bidang muka antar
kedua cairan sangat besar. Biasanya tegangan permukaan kedua cairan yang tak
bercampur ini besar maka tegangan permukaan ini akan berusaha memperkecil luas
bidang antar muka dengan jalan memecah emulsi sehingga membentuk dua lapisan
lagi (Anonim, 2013).
Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola-bola kecil bukan dalam bulk.
Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air
memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebutt mempunyai rasa
yang lebih enak walaupun yang sebenarnya diberikan minyak yang rasanya
diberikan minyak yang rasanya tidak, dengan menambahkan pemanis dan pemberi
rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke
lambung (Ansel, 1989).
Umumnya masing-masing zat pengemulsi punya emulsi kadang-kadang-
kadang sulit dibuat dan membutuhkan teknik pemprosesan khusus. Untuk
menjamin karya tipe ini dan untuk membuatnya sebagai bentuk sediaan yang
berguna, emulsi harus memiliki sifat yang diinginkan dan menimbulkan sedikit
mungkin masalah-masalah yang berhubungan. Sekarang emulsi masih terus
digunakan dalam berbagai penggunaan farmasi dan kosmetik. Penggunaannya di
dalam bidang farmasi lebih lanjut digolongkan berdasarkan cara pemberian, yakni
topical, oral atau secara parental. Pada dasarnya penggunaan komestik dan
penggunaan farmasi topical adalah serupa dan bersama-sama membuat atau
membentuk salah satu kelompok emulsi yang paling penting (Lachman, 1994).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil :

Tinggi Lapisan atas (cm)


No. Jenis Tinggi
Emulsifier cairan Pengamatan pada jam ke
total 15 30 45 60 75 90 105 120
1. Agar-agar 10 cm - - 9,6 9,5 9,3 9,3 9 8,9
2. Gelatin 10 cm - - 9,5 9,5 9,5 9,3 9 9
3. Putih 10 cm - - 9,8 9,5 9,2 9,1 8,5 8,3
Telur
4. Kuning 10 cm - - 9,5 9,4 9,3 9 8,8 8,7
Telur

Stabilitas Emulsi (%)


Pengamatan pada jam ke
15 30 45 60 75 90 105 120
100 100 4 5 7 7 10 11
100 100 5 5 5 7 10 10
100 100 2 5 8 9 15 17
100 100 5 6 7 10 12 13

Perhitungan :
𝑆−𝐴 10−0
1) Agar-agar (15)= × 100% = × 100% = 100%
S 10
10−0
(30)= × 100% = 100%
10
10−9,6
(45) = × 100% = 4%
10
10−9,5
(60) = × 100% = 5%
10
10−9,3
(75) = × 100% = 7%
10
10−9,3
(90) = × 100% = 7%
10
10−9
(105) = × 100% = 10%
10
10−8,9
(120) = × 100% = 11%
10

10−0
2) Gelatin (15)= × 100% = 100%
10
10−0
(30)= × 100% = 100%
10
10−9,5
(45) = × 100% = 5%
10
10−9,5
(60) = × 100% = 5%
10
10−9,5
(75) = × 100% = 5%
10
10−9,3
(90) = × 100% = 7%
10
10−9
(105) = × 100% = 10%
10
10−9
(120) = × 100% = 10%
10

10−0
3) Putih Telur (15) = × 100% = 100%
10
10−0
(30)= × 100% = 100%
10
10−9,8
(45) = × 100% = 2%
10
10−9,5
(60) = × 100% = 5%
10
10−9,2
(75) = × 100% = 8%
10
10−9,1
(90) = × 100% = 9%
10
10−9,5
(105) = × 100% = 5%
10
10−8,3
(120) = × 100% = 17%
10

10−0
4) Kuning Telur(15) = × 100% = 100%
10
10−0
(30)= × 100% = 100%
10
10−9,5
(45) = × 100% = 15%
10
10−9,4
(60) = × 100% = 6%
10
10−9,3
(75) = × 100% = 7%
10
10−9
(90) = × 100% = 10%
10
10−8,8
(105) = × 100% = 12%
10
10−8,7
(120) = × 100% = 13%
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan yang telah dilakukan
adalah :
1. Emulsi adalah suspensi yang stabil dari suatu bahan cair di dalam bahan cair
lain, dimana bahan-bahan cair itu tidak tercampur.
2. Emulsifier adalah suatu zat yang diperlukan untuk membentuk suatu selaput
(film) disekitar butiran yang terdispersi, sehingga mencegah bersatunya
kembali butir-butiran tersebut.
3. Daya kerja emulsifier disebabkan oleh bentuk melokulnya yang dapat
terikat baik pada minyak atau air.
5.2 Saran
Dengan berlangsungnya praktikum ini diharapkan kita dapat mengerti
penerapan emulsifier yang sesungguhnya dalam industry pangan maupun
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pongolahan bahan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. “Ilmu Meracik Obat”. Gadjah Mada University Press
Yogyakarta.
Ansel C. Howard. 1989. “Penuntun Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Empat, UI-Press,
Jakarta.
Cahyadi, W., 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi
Aksara, Jakarta.
Dirjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI. Jakarta.
Kamianti. 1991. “Kimia Kedokteran Edisi I”. Binarupa Aksara. Jakarta.
Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. UI Press.
Jakarta.
Martin, Alfred dkk. 1993. “Farmasi Fisika Edisi III. UI-Press. Jakarta.
Tim penyusun. 1987. “Dasar-dasar Ilmu Resep dan Meracik Obat”. Sekolah
Menengah Farmasi. Makassar.
Tim Penyusun. 2013, “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”. Fak.ultas Farmasi
UMI. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai