Anda di halaman 1dari 44

Laporan Pra Akhir

BAB VII
RENCANA PEMBANGUNAN
BANDAR UDARA

7.

7.1. TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN


7.1.1. Rencana Tata Guna Lahan hingga Desain Ultimate
Perkembangan pembangunan di sekitar areal bandar udara pada saat ini
telah berkembang secara alami sebagai lahan permukiman penduduk,
mengingat pengembangan areal di sekitar bandar udara adalah faktor yang
sangat penting aktivitasnya atau kegiatan bandar udara khususnya mengenai
tingkat kebisingan (noise) yang seringkali menjadi permasalahan terhadap
lingkungan sekitar bandar udara.
Dari hal tersebut di atas adalah faktor-faktor utama yang mempengaruhi
penentuan lokasi perngembangan perencana tata letak bandar udara, baik
sisi darat maupun sisi udara serta kawasan sekelilingnya, adalah
pertimbangan keselamatan penerbangan, keamanan dan kelestarian daya
dukung lingkungan dalam menyangkut kondisi lahan pengembangan, baik di
dalam maupun di luar areal bandar udara.
Melalui perangkat peraturannya, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula
harus mengatur sedemikian rupa tata guna lahan di sekitar Bandar Udara
sebagai lahan deposit/cadangan untuk pengembangan fasilitas di Bandar
Udara Sahu dimasa mendatang.
Sebagai gambaran mengenai kondisi tata guna lahan di sekitar Bandar
Udara, dijelaskan sebagai berikut :
 Sebelah Utara
Untuk sisi sebelah utara Bandar Udara terdapat pemukiman yang mulai
berkembang dan kebun kelapa serta kondisi rawa, dimana tidak terdapat
akses jalan. Arah utara ini tidak dapat untuk pengembangan tata letak sisi
darat.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 1


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

 Sebelah Timur
Lahan di sebelah Timur bandar udara merupakan wilayah pantai. Kondisi
ujung runway di TH 25 maka dari jarak ± 156 m (BM-6) sudah merupakan
pantai, wilayah ini sudah tidak dapat dikembangkan untuk perpanjang
runway).
 Sebelah Barat
Pada sisi sebelah Barat merupakan wilayah pengembangan fasilitas sisi
udara karena lahan tersebut masih mungkin dapat dikembangkan ke arah
tersebut, namun adanya pemukiman pada TH 07 pada jarak 170 m dari
ujung runway TH 25 perlu direlokasi ngairannya untuk memenuhi
kebutuhan 1400 m.
 Sebelah Selatan
Di sebelah Selatan dari bandar udara terdapat bukit berupa semak belukar
dengan ketinggian 10 m hingga 30 m. Namun sebagaian wilayah selatan
terdapat pula rawa dan kebun pada sisi TH 25 dan sisi TH 07 dengan
kondis lahan cukup datar. Kondisi lahan pada wilayah ini dimungkinkan
untuk pengembangan peletakan fasilitas sisi darat.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 2


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 1 Kondisi Tata Guna Lahan Di Sekitar Bandar Udara

PT. TRIDAYA PAMURTYA 3


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

7.1.2. Kesesuaian Tahapan Fasilitas dan Kebutuhan


Pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara diorientasikan pada
pengembangan yang optimal sehingga tidak perlu adanya penambahan
fasilitas yang tidak diperlukan atau penggunaannya kurang optimal.
Tahapan pembangunan fasilitas berdasarkan kebutuhan adalah sebagai
berikut :
1. Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Udara
Pada Tabel 7.1 diperlihatkan tentang prakiraan permintaan jasa angkutan
udara pada Bandar Udara Sahu yang diprediksi sampai dengan tahun
2030.

Tabel 7. 1 Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Udara

Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2011

2. Kebutuhan Fasilitas Sisi Udara


Pada Tabel 7.2 diperlihatkan rencana pengembangan sesuai tahapan
berdasarkan prakiraan permintaan jasa angkutan udara dan pesawat
terbesar yang beroperasi.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 4


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Tabel 7. 2 Kebutuhan Fasilitas Sisi Udara & Peralatan Navigasi Penerbangan

NO URAIAN PHASE I PHASE II SATUAN


I Fasilitas Sisi Udara
1 Pesawat Terbesar Sejenis Cessna Grand Caravan Sejenis ATR-42
2 Rute Terjauh Manado Manado
3 Kode Referensi Bandara 2B 2C
4 Klasifikas Landas pacu Instrument Non Presisi Instrument Non Presisi
5 Arah Landas Pacu 07 - 25 07 - 25
6 Panjang Landas Pacu 900 x 23 1400 x 30 m2
TH 07 (40/30 x 10) (50/50 x 10) m
7 Turning Pad
TH 25 (40/30 x 10) (50/50 x 10) m
8 Strip Landas Pacu 1020 x 80 1520 x 150 m2
TH 07 900 1400 m
9 TORA
TH 25 900 1400 m
TH 07 900 1400 m
10 LDA
TH 25 900 1400 m
TH 07 900 1400 m
11 ASDA
TH 25 900 1400 m
TH 07 1050 1550
12 TODA
TH 25 1050 1550 m
TH 07 90 x 46 90 x 60 m2
13 RESA
TH 25 90 x 46 90 x 60 m2
14 Landas Hubung 123.5 x 15 100 x 15 m2
15 Landas Parkir 60 x 40 90 x 60 m2
16 Kekuatan Rw, Tw, Apron 10/F/C/Y/T 20/F/C/Y/T
17 Jumlah pesawat parkir pada apron

PT. TRIDAYA PAMURTYA 5


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

NO URAIAN PHASE I PHASE II SATUAN


- Sejenis Cessna Grand Caravan 1 - Pesawat
- Sejenis ATR-42 - 2 Pesawat
- Cadangan 1 - Pesawat
Total Stands 2 2 Pesawat
18 Kategori PKP-PK II IV
MARKA, PAPI, Wind Shock,
MARKA, PAPI, Wind Shock,
Sirine, Signal Gun, Rotating
Sirine, Signal Gun, Rotating
II Alat Bantu Pendaratan Beacon, Runway Light,
Beacon, Runway Light, Taxiway
Taxiway Light, Apron Light,
Light, Apron Light, MALS
MALS
III Alat Bantu Navigasi DVOR/DME DVOR/DME

VHF - TRX VHF - TRX


Fasilitas Alat Komunkasi A/G
IV
Penerbangan
HF-SSB, TTY (Teleprinter) HF-SSB, TTY (Teleprinter)
G/G
V PLLU (Pelayanan Lalu Lintas Udara) ADC ADC
Anemometer, Wet & Dry, Anemometer, Wet & Dry,
VI Fasilitas Meteorologi Thermometer, Rainfall Meter Thermometer, Rainfall Meter
Mercury Barometer Mercury Barometer
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2011

PT. TRIDAYA PAMURTYA 6


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

3. Kebutuhan Fasilitas Sisi Darat


Seperti halnya Fasilitas Sisi Udara, maka pentahapan kebutuhan Fasilitas
Sisi Darat pun mengikuti perkembangan lalu-lintas angkutan udara melalui
analisa kebutuhan fasilitas (Tabel 7. 3), ditambah dengan pertimbangan
akan kemudahan (dan juga kendala) dalam pelaksanaan pentahapan
pembangunan fisik secara teknis dan penyesuaian dengan anggaran
pembiayaan.

Tabel 7. 3 Kebutuhan Fasilitas Sisi Darat

NO URAIAN PHASE I PHASE II SATUAN


1 Bangunan Teminal Penumpang 600 600 m2
2 Area Parkir Kendaraan/Mobil 1.700 1.700 m2
3 Bangunan Terminal VIP - 100 m2
4 Bangunan Administrasi 120 120 m2
5 Bangunan Genset 80 80 m2
6 Bangunan Water Pump 135 135 m2
7 Bangunan PKP-PK 340 340 m2
8 Pos Jaga 4 4 m2
9 Area Parkir Motor 30 30 m2
10 Bangunan Meteo - 60 m2
11 Taman Meteo (Lahan) - 900 m
Menara Pengawas dan Bangunan
12 225 225 m2
Operasi
13 Area Rumah Dinas 750 750 m2
14 Area DVOR/DME 40.000 40.000 m2
15 Area Evakuasi - 25 m2
16 Area DPPU 225 225 m2
17 Area Parkir Bis 70 70 m2
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, 2011

7.1.3. Tahapan Pembangunan Fasilitas Sisi Udara dan Sisi Darat


Tahapan pembangunan fasilitas sisi udara dan sisi darat terbagi menjadi 2
tahap lingkup pekerjaan, yaitu :
A. Lingkup Pekerjaan Phase I (Tahun 2011-2015)
1. Pekerjaan Sisi Udara
Pengadaan Lahan
Pembebasan lahan Tahap I yang diperlukan untuk pembangunan

Pekerjaan Persiapan
 Pengukuran dan pemasangan patok batas lahan bandara
 Pekerjaan tanah stripping, grading, galian dan timbunan untuk
daerah pembangunan fasilitas sisi udara

PT. TRIDAYA PAMURTYA 7


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

 Pembuatan direksi keet, base camp, pengadaan air bersih,


pengadaan instalasi listrik, sarana komunikasi dan pembuatan
jalan proyek.

Pekerjaan Sipil Sisi Udara


Phase I stage 1 (tahun 2011)
 Pembuatan pagar bandara.
 Pekerjaan perkerasan : pembuatan runway 900 m x 23 m,
pembuatan taxiway 120 m x 15 m, pembuatan apron 60 m x 40 m.
 Pembuatan Turning Pad (40/30 x 10) m di Th.07 dan Th.25
 Pembuatan RESA 60 m x 46 m pada ujung TH. 07
 Pembuatan RESA 90 m x 46 m pada ujung TH. 25
 Pembuatan Runway Strip 1020 m x 150 m
 Pembuatan marka baru pada pembuatan runway, taxiway dan apron
baru.
 Pengadaan alat komunikasi (SSB)
 Pembuatan jalan akses.
 Pembuatan saluran drainase.

Phase I stage 2 (tahun 2012-2015)


 Pembuatan RESA 90 m x 46 m pada ujung TH 07
 Pemasangan VOR/DME

2. Pekerjaan Sisi Darat


Pekerjaan Sipil dan Lansekap
 Pematangan lahan.
 Pembuatan pagar pembatas yang membatasi lahan milik bandar
udara terkait dengan fasilitas sisi darat dengan lahan yang bukan
termasuk milik bandar udara. Sedang ke dalam membangun pagar
pembatas antara zona-zona fasilitas sisi udara dan fasilitas sisi
darat, dan antar zona-zona fasilitas sisi darat yang berbeda hierarki
pengamanannya.
Pembangunan pagar pembatas, termasuk pagar pembatas masing-
masing zona. Khusus untuk area penyediaan lahan, pemasangan
pagar hanya pada perbatasan dengan bukan area bandar udara.
Perbatasan dengan zona lain belum dipagari selama belum ada
pelaksanaan pembangunan fisik fasilitas terkait.
 Pembuatan sistem drainase.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 8


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

 Pembangunan perkerasan jalur kendaraan bermotor antar fasilitas sisi


darat, dan/atau menjadi jalur perlintasan, lengkap dengan marka-
marka.
 Pembangunan jalur pedestrian antar fasilitas sisi darat, dan/ atau
menjadi jalur perlintasan, lengkap dengan marka-marka.
 Pembangunan Lapangan Parkir Mobil dan Sepeda Motor.
 Pembangunan lapangan parkir GSE.
 Pembangunan GSE road.

Pekerjaan Bangunan
Phase I stage 1 (tahun 2011)
 Bangunan SSB (menara pengawas sementara)
Phase I stage 2 (tahun 2012-2015)
 Terminal penumpang
 Kantor administrasi & operasi
 Menara pengawas
 Water pump
 Genset
 Bangunan PKP-Pk
 Gardu jaga
 Pembangunan Rumah Dinas

Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal


 Pembangunan jaringan sistem kelistrikan, khususnya kabel
penyaluran daya dan penerangan jalan umum (PJU).
 Pemasangan komponen-komponen catu daya listrik
 Pembangunan jaringan sistem air bersih area fasilitas sisi darat
 Pemasangan komponen-komponen instalasi suplai air bersih
 Pembangunan sistem pembuangan air kotor sesuai dengan kebutuhan
per bangunan
 Pembangunan sistem suplai air bersih sesuai dengan kapasitas
bangunan

Berikut gambar rencana pengembangan dan tata letak fasilitas sisi darat
phase I :

PT. TRIDAYA PAMURTYA 9


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 2 Rencana Pengembangan Bandar Udara Phase I

PT. TRIDAYA PAMURTYA 10


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 3 Tata Letak Fasilitas Sisi Darat Phase I

PT. TRIDAYA PAMURTYA 11


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

B. Lingkup Pekerjaan Phase II (Tahun 2016-2030)


1. Pekerjaan Sisi Udara
Pengadaan Lahan
Pembebasan lahan phase II yang diperlukan untuk pembangunan

Pekerjaan Persiapan
 Pengukuran dan pemasangan patok batas lahan bandara
 Pekerjaan tanah seperti stripping, grading, galian dan timbunan untuk
daerah perpanjangan runway dan pelebaran apron
 Pembuatan direksi keet, base camp, pengadaan instalasi listrik dan
pembuatan jalan proyek.

Pekerjaan Sipil Sisi Udara


 Pembuatan pagar bandara.
 Pekerjaan perkerasan : perpanjangan runway 500 m x 30 m,
pelebaran runway eksisting 7 m (kanan 3.5 m dan kiri 3.5 m),
pengembangan apron (lebar 30 m dan kedalaman 20 m) menjadi
90 m x 60 m
 Pembuatan Turning Pad (50/50 x 10) m di Th. 07 dan Th. 25
 Pembuatan RESA 90 m x 60 m pada ujung Th. 07 dan Th. 25
 Pembuatan Runway Strip 1520 m x 150 m
 Pembuatan marka baru pada perpanjangan runway dan
pengembangan apron
 Pembuatan jalan akses.
 Pembuatan saluran drainase.

2. Pekerjaan Sisi Darat


Pekerjaan Sipil dan Lansekap
 Pematangan lahan.
 Pembuatan pagar pembatas yang membatasi lahan milik bandar
udara terkait dengan fasilitas sisi darat dengan lahan yang bukan
termasuk milik bandar udara. Sedang ke dalam membangun pagar
pembatas antara zona-zona fasilitas sisi udara dan fasilitas sisi
darat, dan antar zona-zona fasilitas sisi darat yang berbeda hierarki
pengamanannya.
Pembangunan pagar pembatas, termasuk pagar pembatas masing-
masing zona. Khusus untuk area penyediaan lahan, pemasangan
pagar hanya pada perbatasan dengan bukan area bandar udara.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 12


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Perbatasan dengan zona lain belum dipagari selama belum ada


pelaksanaan pembangunan fisik fasilitas terkait.
 Pembuatan sistem drainase.
 Pembangunan perkerasan jalur kendaraan bermotor antar fasilitas sisi
darat, dan/atau menjadi jalur perlintasan, lengkap dengan marka-
marka.
 Pembangunan jalur pedestrian antar fasilitas sisi darat, dan/ atau
menjadi jalur perlintasan, lengkap dengan marka-marka.
 Pembangunan Lapangan Parkir Mobil dan Sepeda Motor.
 Pembangunan lapangan parkir GSE.
 Pembangunan GSE road.

Pekerjaan Bangunan
 Bangunan PKP-Pk
 Kantor Meteo
 Taman Meteo

Berikut gambar rencana pengembangan dan tata letak fasilitas sisi darat
phase II :

PT. TRIDAYA PAMURTYA 13


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 4 Rencana Pengembangan Bandar Udara Phase II

PT. TRIDAYA PAMURTYA 14


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 5 Tata Letak Fasilitas Sisi Darat Phase II

PT. TRIDAYA PAMURTYA 15


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

7.1.4. Kesesuaian Tahapan Dan Operasional Bandar Udara


Dalam perencanaan Rencana Induk Bandar Udara selain kebutuhan fasilitas
dan rencana tata letak, yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian tahapan
pembangunan dengan operasional bandar udara khususnya dalam kasus
pemindahan fasilitas yang mungkin masih dipergunakan dari lokasi eksisting
ke lokasi yang baru.
Rencana pelaksanaan pembangunan disusun berdasarkan rencana
pentahapan pembangunan (design year), pembangunan dilakukan sesuai
urutan prioritas kebutuhan fasilitas yang harus tersedia terhadap masing-
masing tahap pembangunan.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 16


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Tabel 7. 4 Jadwal Rencana Pembangunan Fasilitas Bandar Udara

Sumber : Analisa Konsultan, 2011

PT. TRIDAYA PAMURTYA 17


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

7.2. RENCANA BIAYA PEMBANGUNAN


Rencana biaya pembangunan dari tahap I dan tahap II sebagai berikut :

Tabel 7. 5 Estimasi Biaya Konstruksi Rencana Induk Bandar Udara Sahu

Sumber : Analisa Konsultan, 2011

PT. TRIDAYA PAMURTYA 18


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

7.3. KEBUTUHAN DAN PEMANFAATAN LAHAN


Ketersediaan lahan pada dasarnya akan mempengaruhi arah pengembangan.
Lahan yang disediakan untuk pengembangan bandar udara sedapat mungkin
dapat dibebaskan oleh pemerintah daerah atau penyelenggara bandar udara
sehingga pengembangan bandar udara itu sendiri tidak mempunyai masalah
terhadap ketersediaan lahan. Dan rencana pihak penyelenggara bandar udara
yaitu PT. ADIDAYA TANGGUH akan membebaskan lahan sesuai kebutuhan.

7.3.1. Ketersediaan Lahan Sesuai Kebutuhan Ultimit


Kebutuhan lahan untuk pembangunan dan pengembangan diperhitungkan
sampai dengan phase ultimate phase II adalah sebesar 51,86 Ha.

7.3.2. Ketersediaan Lahan Sesuai Pentahapan


Kebutuhan lahan untuk pembangunan dan pengembangan sesuai tahapan
sebagai berikut :
Kebutuhan lahan Phase I = 40,50 Ha
Kebutuhan lahan Phase II = 11,36 Ha
Total kebutuhan lahan = 51,86 Ha

PT. TRIDAYA PAMURTYA 19


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 6 Kebutuhan Lahan Pengembangan Bandar Udara Sahu

PT. TRIDAYA PAMURTYA 20


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

7.4. DAERAH LINGKUNGAN KERJA BANDAR UDARA (DLKr)


Daerah lingkungan kerja bandar udara (selanjutnya disebut DLKr) menurut
UU No 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan harus dimuat dalam Rencana
Induk Bandar Udara. DLKr merupakan daerah yang dikuasai badan usaha
bandar udara atau unit penyeleggara bandar udara, yang digunakan untuk
pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan pengoperasian fasilitas
bandar udara. Pada DLKr yang telah ditetapkan, dapat diberikan hak
pengelolaan atas tanah dan/atau pemanfaatan perairan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.

7.4.1. Batas Area Dikuasai Untuk Pembangunan


Pada Bandar Udara Sahu, batas area dikuasai untuk pembangunan adalah
batas area fasilitas sisi udara & sis darat. Di dalam area tersebut boleh
dilakukan pembangunan fasilitas-fasilitas utama maupun penunjang bandar
udara. Luas area ini adalah lahan phase I = 40,50 Ha dan lahan phase II =
11,36 Ha

7.4.2. Batas Area Dikuasai Untuk Pengembangan


Batas area yang direncanakan untuk pengembangan terbagi menjadi 2 yaitu
pengembangan area fasilitas sisi udara dan fasilitas sisi darat. Fasilitas sisi
udara yang dikembangkan adalah runway dan apron. Dimana pengembangan
runway adalah ke arah TH 07. Area yang dikuasai pengembangan adalah area
semak, pemukiman dan sedikit rawa dan kebun kelapa.

7.4.3. Batas Area Dikuasai Untuk Operasi


Batas area yang dikuasai untuk operasi adalah area yang digunakan untuk
operasional penerbangan. Hal ini terkait dengan penempatan segala fasilitas
operasional seperti marka, PAPI, windshock, sirine, signal gun, rotating
beacon dan MALS serta area yang termasuk dalam Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 21


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 7 Batas Area Dikuasai Untuk Pembangunan

PT. TRIDAYA PAMURTYA 22


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 8 Batas Area Dikuasai Untuk Pengembangan

PT. TRIDAYA PAMURTYA 23


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 9 Batas Area Dikuasai Untuk Operasi

PT. TRIDAYA PAMURTYA 24


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

7.5. DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp) KAWASAN BANDARA


Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) kawasan bandara ini akan lebih
menekankan pada analisa pemanfaatan ruang kawasan sekitar bandara
terkait jenis penggunaan lahan, masa bangunan, ketinggian bangunan yang
dipertimbangkan berdasarkan kesesuaian terhadap rencana tata ruang yang
telah ada. Selain dari analisa pemanfaatan ruang di sekitar bandara juga
menekankan pada sistem jaringan transportasi yang di anggap mendukung
kegiatan operasi bandara.

7.5.1. Analisa Penggunaan Lahan Kawasan Sekitar Bandara


Analisa penggunaan lahan yang berada di sekitar kawasan bandara akan
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sula, mengingat
Bandar Udara Kabupaten Sula terletak di Desa Sahu Kecamatan Taliabu
Utara. Dasar pertimbangan lain dalam analisa ini yaitu batas Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan Batas Kawasan Kebisingan.
Ditinjau dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sula, dimana arahan
pemanfaatan ruangnya diperuntukan untuk kegiatan kawasan pertambangan,
kawasan permukiman, pertanian lahan kering dan basah, kawasan
perkebunan, hutan produksi yang dikonversi dan hutan produksi tetap.

7.5.2. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)


Apabila dilihat berdasarkan ketentuan Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP), peruntukan penggunaan lahan kawasan di sekitar
bandara harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Federal Aviation Regulation (FAR) dan Federal Aviation Administration
(FAA), dimana ketentuan-ketentuan tersebut berdasarkan pembagian zona
kawasan keselamatan operasi penerbangan antara lain :
1. Permukaan Utama
2. Kawasan Ancangan Pendekatan Pendaratan
3. Kawasan Lepas Landas
4. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan
5. Kawasan Di Bawah Permukaan Horizontal Dalam
6. Kawasan Di Bawah Permukaan Horizontal Luar
7. Kawasan Di Bawah Permukaan Kerucut
8. Kawasan Di Bawah Permukaan Transisi
9. Kawasan Di Sekitar Perletakan Alat Bantu Navigasi

PT. TRIDAYA PAMURTYA 25


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

Gambar 7. 10 Pembagian Zona Kawasan Keselamatan Operasi


Penerbangan (KKOP)

Tabel 7. 6 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Kawasan


Sekitar Bandara
Approach /Take-Of Surface

Runway Protection Zone


Transitional Surface
Primary Surface

Horizontal Surface

Conical Surface

Land Use

Residential   -  - 
Public Use      
Commercial Use  -   - 

PT. TRIDAYA PAMURTYA 26


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

Manufacturing &     - 
Product
Recreational      
Keterangan :
 Dapat dikembangkan
 Tidak dapat dikembangkan
- Perlu Kajian Khusus
Sumber : Airport Land Use Compatibility Guidebook, Oregon Departement Of Aviation, 2003

Persyaratan KKOP disusun berdasarkan pada Rencana Induk Pengembangan


bandar udara hingga tahap Ultimit dengan panjang landas pacu hingga
mencapai 1400 meter. Klasifikasi ancangan pendekatan pendaratan dengan
Instrument Non Precision Runway. Sistem koordinat lokal Bandar Udara
Taliabu referensi titik koordinat (X = +20000 m ; Y = +20000 m) terletak
pada garis perpotongan sumbu X yang berhimpit dengan garis as landas pacu
dengan arah 74˚ 58’ 16,746” - 254˚ 58’ 16,746” terhadap arah utara
geografis. Garis sumbu Y tegak lurus garis sumbu X yang terletak pada ujung
landas pacu TH-25. Persyaratan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP) mengacu kepada klasifikasi landasan pacu, maka batas permukaan
halangan (obstacle) yang perlu diperhatikan untuk rencana pengembangan
Bandar Udara Sula dapat dilihat pada tabel persyaratan dimensi dan
kemiringan dari setiap kawasan KKOP adalah seperti tercantum pada tabel
berikut ini.
Tabel 7. 7 Dimensi Kemiringan Batas Permukaan Pendekatan

Runway Length 1400 m


Surface And Dimension Classification Instrument Non
Precision Runway
Code Number 2
Kerucut (Conical)
- Kemiringan (Slope) 5%
- Ketinggian (Height)
60 M
Horizontal Dalam (Inner Horizontal)
45 M
- Ketinggian (Height)
- Radius 3500 M
Inner Approach
- Lebar (Width) -
- Jarak Dari Threshold
-
- Panjang (Length)
- Kemiringan (Slope) -
-

PT. TRIDAYA PAMURTYA 27


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

Runway Length 1400 m


Surface And Dimension Classification Instrument Non
Precision Runway
Code Number 2
Pendekatan (Approach)
- Panjang Tepi Dalam (Length of Inner Edge) 150 M
- Jarak Dari Ambang Landasan (Distance
From Threshold)
- Pelebaran (Divergen) 60 M
15 %
Bagian Pertama (First Section)
- Panjang (Length) 2500 M
- Kemiringan (Slope)
3,33 %
Bagian Kedua (Second Section)
- Panjang (Length) -
- Slope
-
Bagian Horizontal (Horizontal Section)
- Panjang (Length) -
- Jumlah Panjang (Total Length)
-
Transisi (Transitional)
- Kemiringan (Slope) 20 %
Inner Transitional
- Kemiringan (Slope) -
Balked Landing Surface
- Length of Inner Edge -
- Jarak dari Threshold
-
- Divergence (Each Side)
- Kemiringan (Slope) -

Tabel 7. 8 Dimensi Permukaan Lepas Landas

Instrument Non
Surface And Dimension Precision Runway
Code Number 2

Permukaan Lepas Landas (Take Off Climb)


- Panjang Tepi Dalam
80 M
- Jarak Dari Ambang Landasan
(Distance From Threshold)
60 M
- Pelebaran (Divergen) 10 %
- Lebar Akhir (Final-Width) 580 M
- Panjang (Length) 2500 M
- Kemiringan (Slope) 4%

PT. TRIDAYA PAMURTYA 28


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

Sumber : Annex 14, Aerodrome, ICAO, 2004

Batas-batas kawasan pada KKOP Bandar Udara Sula disusun berdasarkan


data-data koordinat kedua titik ujung landas pacu, sebagai berikut

Tabel 7. 9 Data Kordinat Titik-Titik Ujung Landas Pacu

KOORDINAT KOORDINAT GEOGRAFIS – WGS-84


LINTANG
Titik SISTIM ACS BUJUR TIMUR
SELATAN
(M) (M) o
‘ “ o
‘ “

TH-07 Ekstg 18980,1026 20000,000 1 38 41,160 124 33 17,609

TH-07.RIP 18600,000 20000,000 1 38 44,378 124 33 5,734

TH-25.RIP 20000,000 20000,000 1 38 32,524 124 33 49,470

Batas-batas ketinggian pada KKOP Bandar Udara Sula disusun berdasarkan


data elevasi kedua titik ujung landas pacu, sebagai berikut :

Tabel 7. 10 Data Elevasi Titik-Titik Ujung Landas Pacu

ELEVASI RENCANA
TITIK
M (MSL) M (AES)

TH-07.Ukuran 3,848 1,474

TH-07.RIP 4,397 2,023

TH-25.RIP 2,374 0,000

A. Permukaan Utama

Ketinggian untuk setiap titik pada Permukaan Utama diperhitungkan sama


dengan ketinggian titik terdekat pada sumbu landasan.

B. Kawasan Ancangan Pendaratan Dan Lepas Landas

1. Batas-batas ketinggian pada Kawasan Ancangan Pendaratan dan


Lepas Landas pada landas pacu TH-07 (= +4,397 M MSL atau 2,023 M
AES) ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan
sumbu landas pacu sebagai berikut :

PT. TRIDAYA PAMURTYA 29


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

a. Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 3,33 % arah ke atas


dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama sampai jarak
mendatar 1319 m pada ketinggian +46 m di atas ambang landas
pacu TH-25

b. Bagian kedua dengan kemiringan 0 % sampai jarak mendatar


tambahan 2181 m pada ketinggian +46 m di atas ambang landas
pacu TH-25.

c. Bagian ketiga dengan kemiringan 5 % arah ke atas dan ke luar


sampai jarak mendatar tambahan 1200 m pada ketinggian +106
m di atas ambang landas pacu TH-25.

d. Bagian keempat dengan kemiringan 0 % arah keatas dan keluar


sampai jarak mendatar tambahan 10300 m pada ketinggian +151
m diatas ambang landas pacu TH-25.

2. Batas-batas ketinggian pada Kawasan Ancangan Pendaratan dan


Lepas Landas pada landas pacu TH-25 (= +2,374 M MSL atau 0,000 M
AES) ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan
sumbu landas pacu sebagai berikut :

a. Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 3,33 % arah ke atas


dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama sampai jarak
mendatar 1380 m pada ketinggian +46 m di atas ambang landas
pacu TH-25

b. Bagian kedua dengan kemiringan 0 % sampai jarak mendatar


tambahan 2120 m pada ketinggian +46 m di atas ambang landas
pacu TH-25.

c. Bagian ketiga dengan kemiringan 5 % sampai jarak mendatar


tambahan 1200 m pada ketinggian +106 m di atas ambang
landas pacu TH-25.

d. Bagian keempat dengan kemiringan 0 % arah keatas dan keluar


sampai jarak mendatar tambahan 10300 m pada ketinggian +151
m di atas ambang landas pacu TH-25.

3. Untuk mendirikan bangunan baru di dalam Kawasan Ancangan


Pendaratan dan Lepas Landas, harus memenuhi batas ketinggian
dengan tidak melebihi kemiringan 1,6 % arah ke atas dan ke luar

PT. TRIDAYA PAMURTYA 30


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing


ambang landas pacu TH-07 serta landas pacu TH-25.

C. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan

Batas-batas ketinggian pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan


ditentukan oleh kemiringan 3,33 % arah keatas dan keluar dimulai dari
ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landas
pacu sampai dengan ketinggian +46 m di atas ambang landas pacu TH-
25 sepanjang jarak mendatar 2500 m melalui perpanjangan sumbu
landas pacu.

D. Kawasan Di bawah Permukaan Transisi

Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaan Transisi


ditentukan oleh kemiringan 20 % arah ke atas dan ke luar, dimulai dari
sisi panjang dan pada ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama
serta Permukaan Ancangan Pendaratan dan Lepas Landas menerus
sampai memotong Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian +46 m
di atas ketinggian ambang landas pacu TH-25, atau pada jarak mendatar
225 m dari sisi panjang permukaan utama.

E. Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam

Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal


Dalam ditentukan +46 m di atas ketinggian ambang landas pacu TH-25.

F. Kawasan Di Bawah Permukaan Kerucut

Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di Bawah Permukaan Kerucut


ditentukan oleh kemiringan 5 % arah ke atas dan ke luar dimulai dari tepi
luar Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian
+46 m di atas ketinggian ambang landas pacu TH-25 sampai memotong
Permukaan Horizontal Luar pada ketinggian +106 m di atas ambang
landas pacu TH-25.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 31


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra
Akhir

G. Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal Luar

Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di bawah Permukaan Horizontal


Luar ditentukan +151 m di atas ketinggian ambang Landas pacu TH-25.

H. Kawasan Di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan

Kawasan di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan di


dalam dan/atau di luar Daerah Lingkungan Kerja, yang penggunaannya
harus memenuhi persyaratan tertentu guna menjamin kinerja/efisiensi
Alat Bantu Navigasi Penerbangan dan Keselamatan Penerbangan.

Batas-batas ketinggian pada Kawasan Di Sekitar Penempatan Alat Bantu


Navigasi Penerbangan ditentukan sebagai berikut :

1. Batas ketinggian di sekitar Non Directional Beacon (NDB) ditentukan


oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 3˚ ke atas dan ke luar
dari titik tengah dasar antena dan sampai radius 151 m dari antena
dilarang ada bangunan dari metal seperti konstruksi rangka besi/baja,
tiang listrik dan lain-lain melebihi batas ketinggian tersebut.

2. Batas ketinggian di sekitar alat Very High Frequency Directional Omni


Range (VOR)/Distance Measuring Equipment (DME) ditentukan oleh
kemiringan bidang kerucut dengan sudut 10˚ ke atas dan keluar dari
titik antena pada ketinggian bidang counterpois dan pada jarak radial
kurang 600 m dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan
dari metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan lain-lain
melebihi batas ketinggian sudut tersebut.

I. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 11


Tahun 2010 tentang Kebandarudaraan terdapat ketentuan bahwa:
Untuk mendirikan bangunan baru di dalam Kawasan Ancangan
Pendaratan dan Lepas Landas, harus memenuhi batas ketinggian dengan
tidak melebihi kemiringan 1,6 % arah ke atas dan ke luar dimulai dari
ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landas
pacu TH-07 serta landas pacu TH-25.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 32


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 11 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)

PT. TRIDAYA PAMURTYA 33


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 12 Potongan Memanjang & Melintang KKOP

PT. TRIDAYA PAMURTYA 34


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

7.5.3. Batas Kawasan Kebisingan (BKK)


Selain ketentuan dari Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP),
hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang kawasan
sekitar bandara yaitu Batas Kawasan Kebisingan (BKK), dimana ketentuan
pemanfaatan ruang berdasarkan BKK anatara lain :
1. Batas Kawasan Kebisingan Tingkat 1 (70 > WECPNL < 75), tanah dan
ruang udara pada kawasan kebisingan pada batas kawasan ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan atau bangunan, kecuali
bangunan sekolah dan rumah sakit.
2. Batas Kawasan Kebisingan Tingkat 2 (75 > WECPNL < 80), tanah dan
ruang udara pada kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan atau bangunan kecuali bangunan sekolah, rumah sakit dan
rumah tinggal.
3. Batas Kawasan Kebisingan Tingkat 3 (> 80 WECPNL), tanah dan
ruang udara pada batas kawasan ini hanya dapat dimanfaatkan untuk
membangun bangunan fasilitas bandar udara yang dilengkapi dengan
pemasangan insulasi suara sesuai prosedur standar yang berlaku.

Berdasarkan dari pertimbangan-pertimbangan di atas (RTRW Kabupaten


Sula, KKOP dan BKK), maka analisa penggunaan lahan di kawasan sekitar
bandara dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan kecenderungan
perkembangan eksistingnya, sehingga diharapkan terwujudnya arahan
pemanfaatan ruang yang terpadu, serasi dan sesuai dengan segala aspek
kepentingan, baik kepentingan sosial ekonomi maupun kepentingan
administrasi dan politik.
Analisa penggunaan lahan pada kawasan sekitar bandara dengan melakukan
tumpang tindih (overlapping) dari ke 3 peta (peta RTRW Kabupaten Sula,
peta KKOP dan peta BKK) sehingga hasil tumpang tindih peta tersebut akan
dijadikan sebagai suatu arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan di sekitar
bandara yang serasi, selaras dan terpadu terhadap rencana pengembangan
Bandara Taliabu Kabupaten Kepulauan Sula.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 35


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Persyaratan penggunaan lahan di ketiga kawasan tingkat kebisingan dapat


dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. 11 Pembatasan Penggunaan Lahan Berdasarkan Tingkat Kebisingan

Tingkat Tingkat Tingkat


No Uraian Kebisingan 1 Kebisingan 2 Kebisingan 3
(70<WECPNL≤75) (75≤ WECPNL≤80) (WECPNL≥80)
1. Perumahan Diperbolehkan Bersyarat II Dilarang
2. Hotel, Penginapan Diperbolehkan Bersyarat II Dilarang
3. Perkantoran, Bangunan
Umum Diperbolehkan Bersyarat III Dilarang
4. Perdagangan Diperbolehkan Diperbolehkan Dilarang
5. Fasilitas Sosial Bersyarat III Dilarang Dilarang
6. Bioskop, Auditorium Bersyarat I & III Dilarang Dilarang
7. Rekreasi Diperbolehkan Diperbolehkan Dilarang
8. Industri Diperbolehkan Diperbolehkan Bersyarat III
9. Pertanian Intensip Diperbolehkan Diperbolehkan Dilarang
10. Lapangan Olah Raga Diperbolehkan Diperbolehkan Dilarang
11. Fas.Olah Raga Tertutup Diperbolehkan Diperbolehkan Dilarang
12. Fas.Penunjang Bandara Diperbolehkan Diperbolehkan Bersyarat I
13. Jalur hijau Diperbolehkan Dipebolehkan Bersyarat IV
14. Commercial areal Diperbolehkan Diperbolehkan Dilarang

Catatan :
Syarat :
1. Analisis kebisingan secara terinci harus diperhitungkan, dianjurkan menggunakan peredam
(kedap) suara.
2. Harus dihindari pembangunan tempat tinggal temporer dan semi permanen.
3. Analisis kebisingan harus di masukan dalam design bangunan.
4. Tidak mengundang burung.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 36


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 13 Batas Kawasan Kebisingan (BKK)

PT. TRIDAYA PAMURTYA 37


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

7.5.4. Analisa Sistem Transportasi Pendukung Bandara Sahu


Analisa sistem transportasi pendukung kegiatan Bandara Sahu lebih
menekankan pada sistem jaringan transportasi Kabupaten Sula. Sistem
transportasi internal Kabupaten Sula memiliki simpul-simpul transportasi
sebagai tempat perpindahan angkutan orang dan barang yang dapat
membangkitkan pergerakan internal kota, sehingga akan mempengaruhi
kinerja aksesibilitas yang menuju Bandara Sahu. Untuk mengantisipasi
pergerakan tersebut, maka perlu adanya pemisahan rute angkutan orang dan
barang sehingga aksesibilitas yang menuju ke bandara secara kinerja tidak
terganggu.
Secara fungsional sistem jaringan transportasi yang sangat mendukung
kegiatan bandara yaitu sistem jaringan jalan, dimana berdasarkan rencana
sistem transportasi yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sula akan menitik beratkan pergerakan internal dan regional.
Akseibilitas Bandara Sula ditunjang oleh jalan Kolektor 3 dengan status jalan
propinsi. Jaringan jalan tersebut yaitu Jaringan jalan Lede – Tikong, dan
jaringan jalan Tikong Gela. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
7.14.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 38


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 14 Akses Utama Menuju Bandara Sula

PT. TRIDAYA PAMURTYA 39


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

7.5.5. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Sekitar Bandara


Arahan pemanfaaatan ruang di kawasan sekitar Bandara Sahu hanya sebagai
masukan (rekomendasi) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Sula, guna
menyesuaikan dan mengkonsistensikan antara rencana pemanfaatan ruang
yang ada terhadap Bandara Sahu agar terciptanya keselarasan dan
keserasian pemanfaatan ruang kawasan di sekitar Bandara Sahu.
Berdasarkan hasil overlapping antara peta rencana penggunaan lahan
(RTRW), KKOP dan BKK, maka terdapat rencana pemanfaatan ruang yang
mengalami deviasi (penyimpangan) terhadap zona aman kegiatan
penerbangan dan kebisingan, sehingga perlu adanya peninjauan kembali
terhadap RTRW Kabupaten Sula terkait rencana penggunaan lahan di masa
mendatang. Adapun deviasi/penyimpangan rencana pemanfaatan ruang yang
terjadi merupakan peruntukan kawasan permukiman, dimana kawasan
permukiman tersebut termasuk di dalam pengembangan landasan dan
kawasan di bawah permukaan transisi, selain itu rencana kawasan
permukiman tersebut juga termasuk ke dalam kawasan kebisingan tingkat 1,
kawasan kebisingan tingkat 2 dan kawasan kebisingan tingkat 3 yang
merupakan area tidak layak huni (tidak diperkenankan untuk rumah tinggal).
Untuk permukiman yang terdapat pada kawasan permukaan horizontal dalam
perlu dilakukan pengendalian yang ketat dalam pengembangannya dan
ketinggian bangunannya harus dibatasi.
Dengan kondisi tersebut, maka konsultan merekomendasikan bahwa rencana
kawasan permukiman yang mengalami deviasi rencana terhadap Bandara
Sahu untuk dapat direlokasi ke area yang telah diperuntukan sebagai
kawasan cadangan permukiman yang telah di sediakan dalam RTRW
Kabupaten Sula, dan kawasan permukiman tersebut sebaiknya di alih
fungsikan sebagai kawasan penyangga (buffer) yang dapat berfungsi sebagai
filter untuk kebisingan yang ditimbulkan oleh kegiatan/operasional
penerbangan.

PT. TRIDAYA PAMURTYA 40


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

kawasan Permukiman kawasan Permukiman yang


sebaiknya di relokasi, mengingat berada di dalam kawasan permukaan
kawasan tersebut termasuk didalam horizontal dalam perlu pengendalian
pengembangan landasan dan yang ketat dalam
kawasan di bawah permukaan pengembangannnya dan ket inggian
transisi bangunan harus dibatasi

kawasan lepas landas dan


rawan kecelakaan, kawasan di bawah
permukaan transisi sebaiknya di alih
fungsikan sebagai kawasan
penyangga (buffer)

Gambar 7. 15 Arahan Pemanfaatan Ruang Berdasarkan


Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Sula

PT. TRIDAYA PAMURTYA 41


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Gambar 7. 16 Arahan Pemanfaatan Ruang Berdasarkan


Batas Kawasan Kebisingan (BKK)

PT. TRIDAYA PAMURTYA 42


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

7...........................................................................................................7-1
7.1. TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN.......................................7-1
7.1.1. Rencana Tata Guna Lahan hingga Desain Ultimate................7-1
7.1.2. Kesesuaian Tahapan Fasilitas dan Kebutuhan.......................7-4
7.1.3. Tahapan Pembangunan Fasilitas Sisi Udara dan Sisi Darat.....7-7
7.1.4. Kesesuaian Tahapan Dan Operasional Bandar Udara............7-16
7.2. RENCANA BIAYA PEMBANGUNAN.................................................7-18
7.3. KEBUTUHAN DAN PEMANFAATAN LAHAN......................................7-19
7.3.1. Ketersediaan Lahan Sesuai Kebutuhan Ultimit.....................7-19
7.3.2. Ketersediaan Lahan Sesuai Pentahapan.............................7-19
7.4. DAERAH LINGKUNGAN KERJA BANDAR UDARA (DLKr)...................7-21
7.4.1. Batas Area Dikuasai Untuk Pembangunan..........................7-21
7.4.2. Batas Area Dikuasai Untuk Pengembangan.........................7-21
7.4.3. Batas Area Dikuasai Untuk Operasi....................................7-21
7.5. DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN (DLKp) KAWASAN BANDARA. 7-25
7.5.1. Analisa Penggunaan Lahan Kawasan Sekitar Bandara..........7-25
7.5.2. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP)...........7-25
Runway Length 1400 m...............................................................7-27
Classification Instrument Non Precision Runway..............................7-27
Instrument Non..........................................................................7-28
Precision Runway........................................................................7-28
Code Number 2..........................................................................7-28
Batas-batas ketinggian pada KKOP Bandar Udara Sula disusun berdasarkan data
elevasi kedua titik ujung landas pacu, sebagai berikut :.....................................7-29
7.5.3. Batas Kawasan Kebisingan (BKK)......................................7-35
7.5.4. Analisa Sistem Transportasi Pendukung Bandara Sahu.........7-38
7.5.5. Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Sekitar Bandara.........7-40

Tabel 7. 1 Prakiraan Permintaan Jasa Angkutan Udara.............................7-4


Tabel 7. 2 Kebutuhan Fasilitas Sisi Udara & Peralatan Navigasi Penerbangan 7-
5
Tabel 7. 3 Kebutuhan Fasilitas Sisi Darat................................................7-7
Tabel 7. 4 Jadwal Rencana Pembangunan Fasilitas Bandar Udara............7-17
Tabel 7. 5 Estimasi Biaya Konstruksi Rencana Induk Bandar Udara Sahu. .7-18
Tabel 7. 6 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Kawasan Sekitar Bandara........7-26
Tabel 7. 7 Dimensi Kemiringan Batas Permukaan Pendekatan.................7-27

PT. TRIDAYA PAMURTYA 43


Management and Engineering Consultants
Laporan Pra Akhir

Tabel 7. 8 Dimensi Permukaan Lepas Landas........................................7-28


Landas
Tabel 7. 9 Data Kordinat Titik-Titik Ujung Landas Pacu...........................7-29
Tabel 7. 10 Data Elevasi Titik-Titik Ujung Landas Pacu...........................7-29
Pacu
Tabel 7. 11 Pembatasan Penggunaan Lahan Berdasarkan Tingkat Kebisingan
...................................................................................................................7-36

Gambar 7. 1 Kondisi Tata Guna Lahan Di Sekitar Bandar Udara................7-3


Gambar 7. 2 Rencana Pengembangan Bandar Udara Phase I..................7-10
Gambar 7. 3 Tata Letak Fasilitas Sisi Darat Phase I...............................7-11
Gambar 7. 4 Rencana Pengembangan Bandar Udara Phase II.................7-14
Gambar 7. 5 Tata Letak Fasilitas Sisi Darat Phase II..............................7-15
Gambar 7. 6 Kebutuhan Lahan Pengembangan Bandar Udara Sahu.........7-20
Gambar 7. 7 Batas Area Dikuasai Untuk Pembangunan..........................7-22
Gambar 7. 8 Batas Area Dikuasai Untuk Pengembangan.........................7-23
Gambar 7. 9 Batas Area Dikuasai Untuk Operasi...................................7-24
Gambar 7. 10 Pembagian Zona Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP).........................................................................................................7-26
Gambar 7. 11 Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).........7-33
Gambar 7. 12 Potongan Memanjang & Melintang KKOP..........................7-34
Gambar 7. 13 Batas Kawasan Kebisingan (BKK)....................................7-37
Gambar 7. 14 Akses Utama Menuju Bandara Sula.................................7-39
Gambar 7. 15 Arahan Pemanfaatan Ruang Berdasarkan.........................7-41
Gambar 7. 16 Arahan Pemanfaatan Ruang Berdasarkan.........................7-42

PT. TRIDAYA PAMURTYA 44


Management and Engineering Consultants

Anda mungkin juga menyukai