Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA UNSUR TRANSISI

“GOLONGAN IVB”

Disusun Oleh :
Kelompok II
Anggota :
1. Destiana Sari 06101181722002
2. Kurnia Mega Lestari 06101381722047
3. Naura Afifah 06101381722051
4. Frida Rahmadian 06101381722057
5. Wafiqa Dinda Kenamon 06101381722064

Dosen Pengasuh : Drs. M. Hadeli L., M.Si

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga makalah mata kuliah Kimia Anorganik II dengan materi
yang berkenaan dengan Logam Transisi Golongan IV B dapat diselesaikan secara tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, baik secara isi
maupun bahasa yang digunakan di dalamnya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 2 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................... 1
1.3 TUJUAN ............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 3
2.1 TITANIUM ........................................................................................................................ 3
2.1.1 Struktur Titanium ........................................................................................................... 3
2.1.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Titanium ............................................................................ 3
2.1.3 Reaksi Kimia dan Persenyawaan Titanium .................................................................... 4
2.1.4 Pembuatan Titanium ...................................................................................................... 5
2.1.5 Kegunaan Titanium ........................................................................................................ 7
2.2 ZIRKONIUM ..................................................................................................................... 7
2.2.1 Struktur Zirkonium ......................................................................................................... 7
2.2.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Zirkonium ......................................................................... 8
2.2.3 Reaksi Kimia dan Persenyawaan Zirkonium ................................................................. 8
2.3.4 Pembuatan Zirkonium .................................................................................................... 9
2.3.5 Kegunaan dan Kerugian Zirkonium ............................................................................... 9
2.3 HAFNIUM ....................................................................................................................... 10
2.3.1 Struktur Hafnium.......................................................................................................... 10
2.3.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Hafnium .......................................................................... 10
2.3.3 Reaksi dan Persenyawaan ............................................................................................ 11
2.3.4 Pembuatan Hafnium ..................................................................................................... 11
2.3.5 Kegunaan Hafnium ...................................................................................................... 12
2.4 RUTHERFORDIUM ....................................................................................................... 12
2.4.1 Struktur Rutherfordium ................................................................................................ 12
2.4.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Rutherfordium................................................................. 13
2.4.3 Pembuatan Rutherfordium ........................................................................................... 14
2.4.4 Kegunaan Rutherfordium ............................................................................................. 14
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................... 15
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Golongan IVB adalah salah satu golongan transisi yang memiliki konfigurasi yang
sub kulid d nya tidak terisi penuh atau terisi sebagian. Golongan IVB terdiri dari unsur
Titanium, Zirkonium, Hafnium dan Rutherfodium. Beberapa sifat golongan ini dapat kita
lihat dalam Sistem Periodik Unsur. Konfigurasi elektron terluar unsur ini adalah (n-1) d2
ns2.
Titanium mempunyai struktur elektron 3d24s2. Energi untuk mengeluarkan empat
elektron begitu besar, sehingga ion Ti4+ tidak bisa ada dan senyawaan titanium(IV) adalah
kovalen. Bilangan oksidasi yang sering dijumpai adalah +2, +3 dan +4, namun untuk Zr
dan Hf dijumpai bilangan oksidasi +1. Bilangan oksidasi +4 dikatakan lebih stabil dari
lainnya karena bilangan oksidasi yang lebih rendah mengalami disproporsionasi. Seperti
yang terjadi pada Titanium.

2 Ti+3 → Ti+2 + Ti+4


2Ti+2 → Ti + Ti+4

Logam-logam ini sangat keras, merupakan konduktor yang baik memunyai titik
didih dan titik cair yang tinggi. Tidak reaktif pada suhu kamar tetapi jika dipanaskan
dengan O2 pada suhu di atas 600 C akan membentuk MO2, sedang dengan halogen akan
membentuk MX4. Dalam larutan asam atau basa, logam ini tidaklah larut karena justru
membentuk oksidanya sebagai pelindung. Meskipun begitu, Zr larut dalam Aquaregia
sedang Ti dapat larut dalam HF yang kemudian membentuk H2TiF6 dan H2. Hf mempunyai
jari-jari atom yang sama dengan Zr dan oleh karena itu keduanya memiliki sifat yang
sama. Maka dari alasan inilah keduanya sukar dipisahkan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana struktur unsur –unsur golongan IVB?


2. Bagaimana sifat fisika dan sifat kimia dari unsur-unsur golongan IVB?
3. Bagaimana reaksi kimia dan persenyawaan dari unsur-unsur golongan IVB?
4. Bagaimana cara pembuatan unsur-unsur golongan IVB?

1
5. Bagaimana kegunaan dari unsur-unsur golongan IVB?

1.3 TUJUAN

Adapun makalah ini dibuat dengan tujuan, agar mahasiswa mampu:


1. Mengetahui struktur dari unsur –unsur golongan IVB.
2. Mengetahui sifat fisika dan sifat kimia dari unsur –unsur golongan IVB.
3. Memahami reaksi kimia dan persenyawaan dari unsur –unsur golongan IVB.
4. Mengetahui cara pembuatan unsur –unsur golongan IVB.
5. Mengetahui kegunaan dari unsur –unsur golongan IVB.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TITANIUM

2.1.1 Struktur Titanium


Titanium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
symbol Ti dan nomor atom 22 yang ditemukan pada tahun 1791 tetapi tidak
diproduksi secara komersial hingga tahun 1950-an. Titanium ditemukan di Inggris
oleh William Gregor dalam 1791 dan dinamai oleh Martin Heinrich Klaproth untuk
Titan dari mitologi Yunani. Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat,
tahan korosi termasuk tahan air laut dan chlorine dengan warna putih-metalik-
keperakan. Titanium dihargai lebih mahal daripada emas karena sifat-sifat
logamnya.
Titanium bersifat allotropy, yaitu memiliki dua struktur kristal yang berbeda
pada temperatur yang berbeda. Pada temperatur ruang, titanium murni memiliki
struktur kristal hexagonal closed packed (HCP). Struktur ini disebut fasa alpha, dan
stabil sampai temperature 1620oF (882oC) sebelum struktur kristalnya
berubah.Pada temperatur yang lebih tinggi, struktur kristal berubah menjadi body
centered cubic (BCC). Struktur ini disebut fasa beta. Temperature transisi dari
alpha menjadi beta disebut beta transus. Fasa alpha beta dari 1620 F sampai titik
leleh 3130 F.

2.1.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Titanium


Sifat Fisika Titanium
Titanium bersifat paramagnetik (lemah tertarik dengan magnet) dan memiliki
konduktivitas listrik dan konduktivitas termal yang cukup rendah.
a. Fasa : Padat
b. Massa jenis : 4,506 g/cm3 (suhu kamar)

3
c. Massa jenis air : 4,11 g/cm3 (pada titik lebur)
d. Titik lebur : 1941 K (1668 °C, 3034 °F)
e. Titik didih : 3560 K (3287 °C, 5949 °F)
f. Kalor peleburan : 14,15 kJ/mol
g. Kalor penguapan : 425 kJ/mol
h. Kapasitas kalor : 25,060 J/mol K(25 °C)
i. Penampilan : Logam perak metalik
j. Resistivitas listrik : 0,420 μΩ-m (20 °C)
k. Konduktivitas termal : 21,9 W/(mK) (300 K)
l. Ekspansi termal : 8,6 μm (mK) (25 °C)

Sifat Kimia Titanium


a. Nama : Titanium
b. Lambang : Ti
c. Nomor atom : 22
d. Deret kimia : Logam transisi
e. Massa atom : 47.867(1) g/mol
f. Konfigurasi elektron : [Ar] 3 d2 4s2
g. Jumlah elektron tiap kulit : 2, 8, 10, 2
h. Struktur : kristal Hexagonal
i. Bilangan oksidasi : 4
j. elektronegativitas : 1,54 (skala Pauling)
k. Energi ionisasi Ke-1 : 658.8 kJ/mol
l. Energi ionisasi Ke-2 : 1309.8 kJ/mol
m. Energi ionisasi Ke-3 : 2652.5 kJ/mol
n. Jari-jari atom : 140 pm
o. Jari-jari atom (terhitung) : 176 pm
p. Jari-jari kovalen : 136

2.1.3 Reaksi Kimia dan Persenyawaan Titanium


 Reaksi dengan Air
Titanium akan bereaksi dengan air membentuk Titanium dioksida dan hydrogen.
Ti(s) + 2H2O(g) → TiO2(s) + 2H2(g)

4
 Reaksi dengan Udara
Ketika Titanium dibakar di udara akan menghasilkan Titanium dioksida dengan
nyala putih yang terang dan ketika dibakar dengan Nitrogen murni akan
menghasilkan Titanium Nitrida.
Ti(s) + O2(g) → TiO2(s)
2Ti(s) + N2(g) →TiN(s)

 Reaksi dengan Halogen


Reaksi Titanium dengan Halogen menghasilkan Titanium Halida. Reaksi dengan
Fluor berlangsung pada suhu 200°C.
Ti(s) + 2F2(s) → TiF4(s)
Ti(s) + 2Cl2(g) → TiCl4(s)
Ti(s) + 2Br2(l) → TiBr4(s)
Ti(s) + 2I2(s) → TiI4(s)

 Reaksi dengan Asam


Logam Titanium tidak bereaksi dengan asam mineral pada temperatur normal
tetapi dengan asam hidrofluorik yang panas membentuk kompleks anion (TiF6)3-
2Ti(s) + 2HF(aq) → 2(TiF6)3-(aq) + 3 H2(g) + 6 H+(aq)

 Reaksi dengan Basa


Titanium tidak bereaksi dengan alkali pada temperatur normal, tetapi pada
keadaan panas

2.1.4 Pembuatan Titanium


Proses-proses yang diperlukan untuk mengekstrak titanium dari berbagai bijih
merupakan proses yang sulit dan mahal. Logamnya tidak dapat dibuat dengan
mereduksi bijih (rutil) oleh karbon (C), karena akan dihasilkan karbida yang sangat
stabil. Logam Ti murni pertama kali dibuat pada tahun 1910 oleh Matius A. Hunter
di Rensselaer Polytechnic Institute dengan memanaskan TiCl4 dengan natrium
pada suhu 700-800°C yang disebut dengan proses Hunter. Logam Titanium tidak
digunakan di luar laboratorium sampai 1932 ketika William Justin Kroll
membuktikan bahwa Ti dapat dihasilkan dengan mereduksi titanium tetraklorida
(TiCl4) dengan kalsium. Delapan tahun kemudian proses ini disempurnakan
dengan menggunakan Magnesium (Mg) yang kemudian dikenal sebagai proses
Kroll. Meskipun penelitian tentang proses untuk menghasilkan logam Ti terus
5
berlanjut agar proses produksi Ti menjadi lebih efisien dan proses lebih murah
(misalnya, proses FFC Cambridge), proses Kroll masih tetap digunakan untuk
produksi komersial walaupun mahal. Itulah yang menyebabkan tingginya harga
Titanium di pasaran, karena prosesnya pembuatannya yang rumit dengan
melibatkan logam mahal lainnya seperti magnesium.

Proses Kroll

Oksida (rutile atau ilmenite) pertama kali dikonversi menjadi klorida melalui
karboklorinasi dengan mereaksikan rutile atau ilmenite tersebut pada suhu nyala
merah dengan menggunakan karbon (C) dan klorin (Cl2) sehingga dihasilkan
TiCl4 (titanium tetraklorida) yang kemudian berlanjut dengan proses distilasi
fraksionasi untuk membebaskannya dari kotoran seperti FeCl3. Senyawa titanium
tetraklorida, kemudian direduksi oleh lelehan magnesium bersuhu 800 °C dalam
atmosfer argon. Ti yang dihasilkan masih berbentuk massa yang berbusa dimana
kelebihan Mg dan MgCl2 kemudian dibuang melalui penguapan pada suhu
10000C. Busa tersebut kemudian dilelehkan dalam loncatan listrik dan dicetak
menjadi batangan Ti murni ; harus digunakan atmosfer helium atau argon karena
titanium mudah bereaksi dengan N2 dan O2 jika dipanaskan.
Metode penemuan terbaru, proses FFC Cambridge dikembangkan untuk
menggantikan proses Kroll bila memungkinkan. Metode ini menggunakan serbuk
titanium dioksida (hasil pemurnian rutil) sebagai bahan baku untuk menghasilkan
hasil akhir yang berupa bubuk atau spons. Jika campuran serbuk oksida digunakan,
produk yang dihasilkan akan menghabiskan biaya yang lebih rendah daripada
proses multi tahap peleburan konvensional. Proses FFC Cambridge dapat
memproduksi titanium yang lebih langka dan mahal untuk industri penerbangan
dan barang-barang mewah, dan dapat dilihat di banyak produk yang saat ini
diproduksi dengan menggunakan bahan baku aluminium dan baja.
Titanium paduan biasanya dibuat dengan proses reduksi. Sebagai contoh,
cuprotitanium (reduksi rutile dengan tambahan tembaga), ferrocarbon titanium
(ilmenite direduksi dengan coke dalam tanur listrik), dan manganotitanium (Rutile
dengan mangan atau mangan oksida) yang direduksi.
2FeTiO3 + 7Cl2 + 6C → 2TiCl4 + 2FeCl3 + 6CO (900°C)
2FeTiO3 + 7Cl2 + 6C → 2TiCl4 + 2FeCl3 + 6CO (900°C)
TiCl4 + 2Mg → 2MgCl2 + Ti (1100 °C) TiCl4 + 2Mg → 2MgCl2 + Ti (1100 ° C)

6
2.1.5 Kegunaan Titanium
Titanium dioksida banyak digunakan sebagai pigmen putih dalam lukisan
outdoor karena memiliki sifat inert, daya pelapis mumpuni, serta tahan terhadap
paparan sinar UV matahari. Titanium dioksida juga pernah digunakan sebagai
pemutih dan agen opicifying pada enamel porselen sehingga tampak lebih cerah
dan tahan asam. Sebuah lipstik umumnya mengandung 10% titanium. Paduan
titaium dikenal memiliki karakteristik kuat meskipun berada pada suhu tinggi,
ringan, tahan korosi, dan kemampuannya menahan suhu ekstrim. Karena sifat-sifat
ini, paduan titanium terutama digunakan di pesawat terbang, pipa untuk
pembangkit listrik, pelapis baja, kapal laut, pesawat ruang angkasa, serta rudal.
Titanium dikenal memiliki kekuatan setara baja namun 45% lebih ringan. Dalam
bidang medis, titanium digunakan untuk membuat pinggul dan lutut buatan, serta
pen untuk memperbaiki tulang yang patah.

2.2 ZIRKONIUM

2.2.1 Struktur Zirkonium


Zirkonium ditemukan oleh Martin Heinrich Klaproth, seorang kimiawan asal
Jerman ketika menganalisis komposisi mineral jargon (ZrSiO4) pada tahun 1789.
Nama zirkonium berasal dari bahasa Persia zargun yang berarti “seperti emas”.
Zirkonium diisolasi oleh Jöns Jacob Berzelius, seorang kimiawan asal Swedia pada
tahun 1824 dan akhirnya dalam bentuk murninya pada tahun 1914. Zirkonium
merupakan salah satu unsur di alam yang memiliki sifat tahan terhadap temperatur
tinggi. Zirconium tidak terdapat dalam bentuk bebas di alam melainkan dalam
bentuk zirconium silikat pada zircon (ZrSiO4) dan zirconium oksida pada
badelleyit (ZrO2). Zirconium mempunyai dua bentuk allotropi yaitu α dengan
struktur hexagonal, stabil pada temperatur 863 °C ke bawah dan bentuk β dengan
struktur kubik berkisi-kisi yang stabil pada temperatur 863 °C ke atas.

7
2.2.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Zirkonium
Sifat Fisika Zirkonium
a. No Atom : 40
b. Massa atom : 91,224
c. Titik leleh : 2128 K (1855°C or 3371°F)
d. Titik didih : 4682 K (4409°C or 7968°F)
e. Massa jenis : 6.52 gram/cm3
f. Fasa saat suhu kamar : Padat
g. Klasifikasi unsur : Logam

Sifat Kimia Zirkonium


Zirkonium adalah logam kuat, bisa ditempa, ulet, dan berwarna perak abu-
abu.Sifat kimia dan fisika logam ini mirip dengan titanium. Zirkonium sangat tahan
terhadap panas dan korosi. Zirkonium lebih ringan dari baja dan kekerasannya mirip
dengan tembaga.Saat berada dalam bentuk bubuk, logam ini dapat secara spontan
menyala di udara, terutama pada suhu tinggi. Zirkonium bubuk berwarna hitam dan
dianggap berbahaya karena mudah terbakar. Zirkonium bukan merupakan unsur
langka, tetapi karena mineralnya yang paling umum, zirkon, sangat tahan terhadap
pelapukan, persebaran unsur ini menjadi terbatas. Zirkonium dua kali lebih
melimpah dari tembaga dan seng dan 10 kali lebih melimpah dibandingkan timbal.

2.2.3 Reaksi Kimia dan Persenyawaan Zirkonium


 Reaksi dengan Air
Zirkonium tidak bereaksi dengan air pada keadaan di bawah normal.

 Reaksi dengan Udara


Zr (s) + O2 (g) → ZrO2 (s)

 Reaksi dengan Halogen


Zirkonium bereaksi dengan Halogen membentuk Zirkonium (IV) Halida.
Zr (s) + 2F2 (g) → ZrF4 (s)
Zr (s) + 2Cl2 (g) → ZrCl4 (s)
Zr (s) +2Br2 (g) → ZrBr4 (s)
Zr (s) + 2I2 (g) → ZrI4 (s)

8
 Reaksi dengan Asam
Hanya terdapat sedikit kemungkinan logam Zirkonium bereaksi dengan asam.
Zirkonium tidak dapat bercampur dengan asam hidrofluorik, HF, membentuk
kompleks fluoro.

2.3.4 Pembuatan Zirkonium


Sumber utama Zirkonium yaitu mineral zircon, ZrSiO4 dan baddeleyite, ZrO2.
Untuk memperoleh logam zirconium, ZrO2 diproses menurut metoda seperti halnya
pada titanium (proses Kroll):

ZrO2(s) + 2C(s) + 2Cl2(g)  ZrCl4(g) + 2 CO(g)

Pada tahap ini kira-kira 2 % pengotor, yaitu hafnium(IV) klorida, HfCl4, dapat
dipisahkan dari zirconium(IV) klorida dengan sublimasi fraksional. Fraksi senyawa
hafnium menyublim pada suhu sekitar 319oC, dan senyawa zirconium pada suhu
sekitar 331oC. Kemudian, ZrCl4 murni direduksi dengan logam magnesium
menurut persamaan reaksi:

ZrCl4(g) + 2Mg (l)  Zr (s) + 2 MgCl2 (l)

Dengan metode van-arkel-de boer, zirconium dipanaskan dalam wadah yang


dievakuasi dengan sedikit iodine hingga temperature sekitar 200oC dengan ZrI4
yang dihasilkan menjadi fase uap. Senyawa ini kemudian dipanaskan dengan
filament wolfrm(W) pada suhu 1300oC hingga terjadi dekomposisi dan logam
murni Zr mengendap pada filamen.

2.3.5 Kegunaan dan Kerugian Zirkonium


Zirkonium digunakan dalam paduan seperti zircaloy yang digunakan dalam
aplikasi nuklir karena tidak mudah menyerap neutron.Logam ini juga digunakan
dalam catalytic converters dan batu bata tungku. Baddeleyite dan zirkonium tidak
murni (zirkonia) digunakan dalam cawan lebur di laboratorium. Zirkon (ZrSiO4)
digunakan oleh refraktori, pewarna keramik, dan pasir pengecoran. Zirkon juga
dipasarkan sebagai batu permata yang digunakan dalam perhiasan. Logam ini juga
memiliki banyak kegunaan lain, di antaranya digunakan pada blitz fotografi dan
instrumen bedah, untuk membuat kaca televisi, untuk membersihkan sisa gas dari
tabung vakum elektronik, dan sebagai agen pengeras di paduan logam, terutama

9
baja. Industri kertas dan kemasan menemukan senyawa zirkonium menjadi pelapis
permukaan yang baik karena kuat dan tahan air.

2.3 HAFNIUM

2.3.1 Struktur Hafnium


Penamaan Hafnium berasal dari “Hafnia” (nama Latin untuk Kopenhagen
yang merupakan kota asal ditemukannya unsur tersebut). Ahli kimia Denmark
bernama Niels Bohr mempredisikan bahwa unsur dengan nomor atom 72 (hafnium)
merupakan bagian dari unsur transisi. Prediksi ini dibuat berdasarkan konfigurasi
elektron unsur tersebut yang dibuat oleh Bohr. Kemudian, tahun 1921, Niels Bohr
menyarankan agar ahli kimia asal Hunggaria bernama Georg von Hevesy dan ahli
fisika Belanda bernama Dirk Coster (dua peneliti muda yang bekerja di institut
milik Bohr) untuk mencari unsur dengan nomor atom 72 (hafnium) dalam mineral
zirconium. Hal ini didasarkan pada prediksi Bohr bahwa unsur hafnium memiliki
struktur yang mirip dengan zirkonium. Atas saran Bohr tersebut, Von Hevesy dan
Coster kemudian mempelajari mineral zirkonium menggunakan spektroskopi sinar
– X. Mereka menggunakan teori Bohr tentang bagaimana elektron mengisi kulit
dan subkulit dari sebuah atom untuk mencari perbedaan antara spektra sinar-X
yang dihasilkan oleh dua unsur tersebut (hafnium dan zirkonium). Hafnium
mempunyai Struktur Kristal berbentuk heksagon.

2.3.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Hafnium


Sifat fisika Hafnium
a. Titik didih : 4876K (4603 ° C)
b. Titik lebur : 2506K (2233 ° C)
c. Kepadatan : 13.31g/cm3
d. Kalor peleburan : 27.2 kJ·mol−1
e. Kalor penguapan : 571 kJ·mol−1

10
f. Kapasitas kalor : 25.73 J·mol−1·K−1

Sifat Kimia Hafnium


a. Nama : Hafnium
b. Lambang : Hf
c. Nomor : 72
d. Massa atom standar : 178.49 g / mol
e. Golongan : 4
f. Blok : Blok d
g. Periode : 6
h. Jenis unsur : Logam transisi
i. Konfigurasi electron : [Xe] 4f14 5d2 6s2
j. Warna : Abu-abu baja
k. Klasifikasi : Metalik

2.3.3 Reaksi dan Persenyawaan


 Reaksi dengan Air
Hafnium tidak bereaksi dengan air di bawah kondisi normal.

 Reaksi dengan Udara


Hf (s) + O2 (g) → HfO2 (s)

 Reaksi dengan Halogen


Hf (s) +2F2 (g) → HfF4 (s)

2.3.4 Pembuatan Hafnium

Sifat kimia dari hafnium dan zirkonium hampir identik, yang membuat
keduanya sulit dipisahkan. Metode yang digunakan pertama kristalisasi
fraksional garam amonium fluorida atau distilasi fraksinasi klorida belum terbukti
sesuai untuk produksi skala industri. Setelah zirkonium dipilih sebagai bahan untuk
program reaktor nuklir pada tahun 1940an, metode pemisahan harus
dikembangkan. Proses ekstraksi cair-cair dengan berbagai pelarut dikembangkan
dan masih digunakan untuk produksi hafnium. Sekitar setengah dari semua logam
hafnium diproduksi sebagai produk sampingan dari penyempurnaan
zirkonium. Produk akhir dari pemisahan tersebut adalah hafnium (IV) klorida.

11
Hafnium murni (IV) klorida diubah menjadi logam dengan cara reduksi
dengan magnesium atau natrium, seperti dalam proses Kroll.

HfCl4 + 2Mg (1100°C) → 2MgCl2 + Hf

Pemurnian lebih lanjut dipengaruhi oleh reaksi pengangkutan bahan kimia


yang dikembangkan oleh Arkel dan de Boer : Dalam bejana tertutup, hafnium
bereaksi dengan yodium pada suhu 500°C, membentuk hafnium (IV) iodida. Pada
filamen tungsten 1700°C terjadi reaksi terbalik, dan yodium dan hafnium
dibebaskan. Hafnium membentuk lapisan padat pada filamen tungsten, dan yodium
dapat bereaksi dengan penambahan hafnium, menghasilkan putaran yang stabil.

Hf + 2I2 (500°C) → HfI4


HfI4 (1700°C) → Hf + 2I2

2.3.5 Kegunaan Hafnium


Digunakan dalam lampu diisi gas dan lampu pijar, batang kendali reaktor
karena kemampuannya untuk menyerap neutron juga sebagai pemulung gas dalam
tabung vakum. Digunakan sebagai elektroda dalam plasma cutting karena
kemampuannya untuk melepaskan elektron ke udara. Hal ini juga digunakan dalam
besi, titanium, niobium, tantalum, dan paduan logam lainnya.

2.4 RUTHERFORDIUM

2.4.1 Struktur Rutherfordium

Rutherfordium adalah unsur transaktinida atau super berat pertama yang


ditemukan. Rutherfordium padatan dalam kondisi normal dan struktur kristal padat
heksagonal ( c / a = 1,61) dan merupakan logam yang sangat berat. Rutherfordium
pertama kali disintesis pada tahun 1964 ketika tim ilmuwan di Dubna, Rusia, yang
dipimpin oleh Georgy Flerov, membombardir target plutonium dengan ion
neon. Mereka mendeteksi satu isotop hasil fisi spontan dengan menggunakan

12
mikroskop pada gelas khusus tempat jejak-jejak fisi ini terekam. Mereka
memperkirakan isotop ini dengan paruh waktu 0.3 ± 0.1 detik merupakan 260-
104, diproduksi oleh reaksi berikut:

242Pu + 22Ne -> 104 + 4n.

Para peneliti menghitung bahwa isotop 259 telah dibuat. dengan ion-ion
neon yang memiliki energi 113 – 115 MeV. Unsur 104, unsur
pertama transactinide, ditebak memiliki sifat-sifat kimia mirip dengan hafnium. Ia
akan membentuk senyawa dengan klor misalnya. Para ilmuwan Soviet yang
melakukan eksperimen di atas berusaha mengenali unsur ini secara kimia dan telah
berusaha menunjukkan bahwa isotop ini lebih bergejolak ketimbang actinide
tetrachloride. Eksperimen ini tidak dapat memisahkan unsur baru tersebut secara
kimia, tetapi memberikan bukti yang cukup untuk evaluasi yang lebih jauh. Data
baru yang dikeluarkan ilmuwan Soviet mengurangi paruh waktu dari 0.3 ke 0.15
detik. Ilmuwan-ilmuwan Dubna menyarankan Penemuan ini tidak diterima secara
universal dan sintesis diulang di Dubna pada tahun 1966, yang menegaskan hasil
dari tahun 1964. Rutherfordium dibuat menggunakan cyclotron U300 di Dubna,
Rusia. Ini adalah bagian dari U400 yang lebih baru, digunakan dalam sintesis
flerovium dan livermorium yang pertama. Para peneliti di Dubna menyarankan
nama kurchatovium (Ku) untuk unsur yang baru ditemukan setelah Igor Kurchatov,
seorang ahli fisika nuklir Rusia. Pada tahun 1969, sebuah tim ilmuwan di
Universitas California, Berkeley yang dipimpin oleh Albert Ghiorso juga mencoba
untuk mensintesis rutherfordium. Mereka tidak berhasil dengan mengulangi
percobaan Rusia tetapi mereka berhasil mensintesis rutherfordium dengan
membombardir target californium dengan ion karbon-12 dan karbon-13. Mereka
menyarankan nama rutherfordium (Rf) setelah Ernest Rutherford, yang dikenal
sebagai bapak fisika nuklir dan kimia nuklir.

2.4.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Rutherfordium

Rutherfordium memiliki 15 isotop yang waktu paruh diketahui, dengan


jumlah massa dari 253 hingga 268. Tidak ada yang stabil. Isotop yang paling stabil
adalah 267Rf, dengan waktu paruh 1,3 jam. dengan kepadatan sekitar 23,2 g / cm 3.
Lambang : Rf
Massa atom : 267
13
Nomor atom : 104
Golongan : IV B
Periode : 7
Blok : d
Kategori elemen : Logam transisi
Konfigurasi elektron : [ Rn ] 5f14 6d2 7s2
Elektron per kulit : 2, 8, 18, 32, 32, 10, 2

2.4.3 Pembuatan Rutherfordium


Rutherfordium adalah logam radioaktif sintetis, yang diciptakan oleh
pengeboman nuklir, dan hanya diproduksi dalam jumlah kecil. Rutherfordium
dapat dibuat dengan membombardir plutonium-242 dengan ion neon yang
dipercepat atau dengan membombardir californium-249 dengan ion karbon yang
dipercepat.

2.4.4 Kegunaan Rutherfordium


Kegunaan dari unsur Rutherfordium ini belum diketahui karena unsur
Rutherfordium ini merupakan unsur transuranium yang termasuk transaktinida,
yang berarti bahwa memiliki nomor atom lebih besar dari nomor atom Uranium
(92), dan semua unsur yang memiliki nomor atom lebih dari 92 tidak ditemukan di
alam. Kesemua unsur tersebut termasuk Rutherfordium merupakan unsur radioaktif
dengan waktu paruh lebih pendek dari bumi, sehingga atom-atom ini jika pernah
ada di bumi telah lama meluruh.

14
BAB III
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Unsur dalam golongan IV B termasuk dalam unsur transisi yaitu unsur blok d
yang konfigurasi elektronnya diakhiri oleh sub kulit d. Unsur-unsur yang termasuk
dalam golongan IV B yaitu Titanium (Ti), Zirkonium (Zr), Hafnium (Hf) dan
Rutherforfium. Titanium merupakan logam transisi yang ringan, kuat, tahan korosi
termasuk tahan air laut dan chlorine dengan warna putih-metalik-keperakan.
Titanium dihargai lebih mahal daripada emas karena sifat-sifat logamnya. Zirkonium
adalah logam kuat, bisa ditempa, ulet, dan berwarna perak abu-abu. Sifat kimia dan
fisika logam ini mirip dengan titanium. Zirkonium sangat tahan terhadap panas dan
korosi. Sifat kimia dari hafnium dan zirkonium hampir identik, yang membuat
keduanya sulit dipisahkan. Rutherfordium adalah unsur transaktinida atau super berat
pertama yang ditemukan. Rutherfordium padatan dalam kondisi normal dan struktur
kristal padat heksagonal dan merupakan logam yang sangat berat.

3.2 SARAN
Dari Pembuatan makalah kimia tentang unsur - unsur golongan IV B, maka
untuk pembuatan makalah selanjutnya diharapkan penulis dapat menyajikan
penjabaran materi yang lebih banyak lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Catherine,dkk. 2008. Inorganic Chemistry Third Edition, England. Preantice Hall

Cotton, dkk. 2000. Kimia Anorganik DasaR. Jakarta .U-I Press

E.Brady, James. Kimia Universitas Asas dan Struktur,jilid 2, Tangerang. Binapura Aksara

H.Petrucci, Ralph. 1897. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Edisi Keempat jilid
3. Bogor. Erlangga

Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung. ITB

16

Anda mungkin juga menyukai