Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN TEORI SOSIAL

Disusun Oleh :

KELOMPOK III

IRSANI DAMAYANTI 1714201007

HARDYANTI 1714201008

ANDI SRI WAHYUNI 1714201011

DWI YULIASARI 1714201012

CICA KUSUMA WARDANI 1714201037

DAHNIAR 1714101039

DICKY WAHYUDI E.N 1714201043

SEMESTER VI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIFERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

TAHUN 2020
i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Gerontik Teori Sosial ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami tentu menyadari bahwa
tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami minta maaf atas kekurangan tugas
ini.

Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen Keperawatan Gerontik yang telah membimbing kami dalam
menulis laporan pendahuluan ini

Sengkang, 21 Februari 2020

Kelompok 3
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................1

C. Tujuan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi...................................................................................................3

B. Batas umur lansia...................................................................................3

C. Karakteristik penyakit pada lansia ........................................................4

D. Teori-Teori Proses Penuaan ..................................................................4

E. Pengertian Dukungan Sosial .................................................................9

F. Sumber-Sumber Dukungan Sosial ......................................................10

G. Komponen-komponen Dalam Dukungan Sosial .................................10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada manusia seseorang mengalami
kemunduruan fisik, mental dan social sedikit demi sedikit sehingga tidak
dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penangan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana
seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia seorang dianggap memasuki masa lansia,
yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang
70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur 65
tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian lansia?
2. Bagaimana batas umur lansia?
3. Apa Karakteristik penyakit pada lansia ?
4. Bagaimana Teori-Teori Proses Penuaan ?
5. Apa Pengertian Dukungan Sosial ?
6. Bagaimana Sumber-Sumber Dukungan Sosial ?
7. Bagaimana Komponen-komponen Dalam Dukungan Sosial ?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian lansia
2. Menjelaskan batas umur lansia
3. Menjelaskan Karakteristik penyakit pada lansia

1
2

4. Menjelaskan Teori-Teori Proses Penuaan


5. Menjelaskan Pengertian Dukungan Sosial
6. Menjelaskan Sumber-Sumber Dukungan Sosial
7. Menjelaskan Komponen-komponen Dalam Dukungan Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi
Menurut UU no 4 tahun 1945, Lansia adalah :
1. Seseorang yang mencapai umur 55 tahun, Tidak berdaya mencari
nafkah sendiri
2. Menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000)
3. Lansia merupakan kelompok penduduk yang
4. berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999).

a. Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila


usianya 65 tahun ke atas.
b. Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lansia)dimulai pada
abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal
untuk kategori lansia
c. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya (Constantinides 1994).

Menurut Depkes RI :
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa virilitas
2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai masa presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai masa senium
Sedangkan menurut WHO ada 3 kategori, yaitu :
1. Usia lanjut : 75-89 tahun
2. Usia tua : 75-89 tahun
3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun

B. Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur
yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

3
4

1. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal1 ayat


2 yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
(enam puluh) tahun ke atas ”.
2. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagimenjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua(old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90tahun.
3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu:pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities)ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun,
4. keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

C. Karakteristik penyakit pada lansia:


1. Sering multiple, yaitu saling berhubungan satu
sama lain.
2. Bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6. Sering multiple, yaitu saling berhubungan satu
7. lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan Ekonomi

D. Teori-Teori Proses Penuaan


Menurut Maryam, dkk (2008), beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu :
1. Teori biologi,
2. Teori psikologi,
3. Teori sosial, dan
4. Teori spiritual.

Teori sosial :
5

a. Teori Interaksi Sosial (Sosial Exchange Theory)


Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Simmons cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005, mengemukakan bahwa
kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interksi sosial merupakan
kunci mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk
melakukan tukar menukar.
b. Teori penarikan diri (Disengagement Theory)
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal.
Kemiskinan lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seorang lanjut usia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan
kondisi agar para lanjut usia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan
inetraksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas amupun
kuantitas.

Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu :


1. Kehilangan peran (Loss of Roles)
2. Hambatan kontak sosial (Restriction of Contacts and
Relationships).
3. Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores
and Values)

Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses


penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan
dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri
mengahdapi kematiannya.
Pokok-pokok Disengagement Theory adalah :
1. Pada pria, kehilangan peran hidup utama terjadi pada masa
pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga
6

berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa dan


meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.
2. Lanjut usia dan masyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena
lanjut usia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang
sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.
3. Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
a) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
b) Proses tak dapat dihindari
c) Hal ini diterima lanjut usia dan masyarakat

c. Teori Aktivitas (Activity Theory)


Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon et. al.cit
Hardywinoto 2005 yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses
tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
1. Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan
keterlibatan sepenuhnya dari lanjut usia di masyarakat
2. Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut
usia
Penerapan teori aktivitas ini dalam penyusunan kebijakan terhadap
lanjut usia sangat positif, karena memungkinkan para lanjut usia
berintegrasi spenuhnya di masyarakat.

d. Teori Kesinambungan (Continuity Theory)


Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada
suatu saat merupakan gambarnya kelak padasaat ia menjadi lanjut usia.
Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan
seseorang ternyata tak berubah,walaupun ia menjadi lanjut usia. Menurut
7

teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan merupakan suatu
pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi pada teori kesinambungan
merupakan pergerakan dan proses banyak arah, tergantung dari bagaimana
penerimaan seseorang terhadap status kehidupannya.
Pokok-pokok dari Continuity Theory :
1. Lanjut usia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus
aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan.
2. Peran lanjut usia yang hilang tak perlu diganti.
3. Lanjut usia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara
adaptasi.

e. Teori Perkembangan (Development Theory)


Havighurst dan Duvall cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005
menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (Developmental task) selama
hidup yang hars dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu:
1. Penyesuaian terhadap penururnan fisik dan psikis
2. Penyesuaian terhadap pensiun dan penururnan pendapatan
3. Menemukan makna kehidupan
4. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
6. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
7. Menerima dirinya sbagai seorang lanjut usia

f. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)


Wiley cit Hardywinoto dan Setiabudhi 2005 menyusun stratifikasi
lanjut usia berdasarkan usia kronologis yang menggambarkan serta
membentuk adanya perbedaan kapasitas, peran, kewajiban serta hak
mereka berdasarkan usia.
8

Menurut Stanley & Beare (2006) penuaan adalah normal, dengan


perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan
multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satus sel dan
berkembang sampai pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi
pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup
sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Kelanjutusiaan (aging) adalah proses alamiah yang dimulai sejak
terjadi pembuahan pada masa janin. Seseorang dilahirkan dan menjalani
siklus kehidupan manusia yakni sebagai bayi, anak, rremaja, dewasa
muda, usia menengah, masa lanjut usia sampai orang tersebut meninggal
secara normal ataupun karena suatu penyakit.
g. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsiindividu
tentang arti kehidupan.

E. Pengertian Dukungan Sosial


Dukungan sosial (social support) didefenisikan oleh oleh Gottlieb
(1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata
atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di
dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkahlaku
penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial,
secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya. Pendapat senada Jumlah sumber dukungan
sosial yang tersedia; merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang
yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan
berdasarkan kuantitas).
9

F. Sumber-Sumber Dukungan Sosial


Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber dukungan sosial
yaitu sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial yang natural
diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga
(anak,istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini
bersifat non-formal. Sementara itu yang dimaksud dengan dukungan sosial
artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer
seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui berbagai
sumbangan sosial.
Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber
dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut
terletak dalam hal sebagai berikut:
a. Keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat apa adanya
tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat
spontan
b. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki kesesuaian dengan
norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan
c. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang
telah berakar lama
d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam
penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang-barang
nyata hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan
salam
e. Sumber dukungan sosial yang natural terbebas dari beban dan label
psikologis

G. Komponen-komponen Dalam Dukungan Sosial


Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke
dalam berbagai komponen yang berbeda-beda. Misalnya Weiss (Cutrona
dkk,1994 : 371), mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dukungan
10

sosial yang disebut sebagai "The Social Provision Scale", dimana masing-
masing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri , namun satu sama lain
saling berhubungan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:
1. Kerekatan Emosional (Emotional Attachment)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan
seseorang memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga
menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang yang
menerima dukungan sosial semacam ini merasa tenteram, aman
dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia.
Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan
umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, atau anggota
keluarga/teman dekat/sanak keluarga yang akrab dan memiliki
hubungan yang harmonis. Bagi lansia adanya orang kedua yang
cocok, terutama yang tidak memiliki pasangan hidup, menjadi
sangat penting untuk dapat memberi dukungan sosial atau
dukungan moral (moral support).
2. Integrasi sosial (Social Integration)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia
untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang
memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta
melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama.
Sumber dukungan semacam ini memungkinkan lansia
mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan
dimiliki dalam kelompok. Adanya kepedulian oleh masyarakat
untuk mengorganisasi lansia dan melakukan kegiatan bersama
tanpa ada pamrih akan banyak memberikan dukungan sosial.
Mereka merasa bahagia, ceria dan dapat mencurahkan segala
ganjalan yang ada pada dirinya untuk berceritera, atau
mendengarkan ceramah ringan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia. Hal itu semua merupakan dukungan sosial yang sangat
bermanfaat bagi lansia.
11

3. Adanya Pengakuan (Reanssurance of Worth)


Pada dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan
atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari
orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini
dapat berasal dari keluarga atau lembaga/instansi atau
perusahaan/organisasi dimana sang lansia pernah bekerja. Karena
jasa, kemampuan dan keahliannya maka ia tetap mendapat
perhatian dan santunan dalam berbagai bentuk penghargaan. Uang
pensiun mungkin dapat dianggap sebagai salah satu bentuk
dukungan sosial juga, bila seseorang menerimanya dengan rasa
syukur. Bentuk lain dukungan sosial berupa pengakuan adalah
mengundang para lansia pada setiap event / hari besar untuk
berpartisipasi dalam perayaan tersebut bersama-sama dengan para
pegawai yang masih berusia produktif. Contoh: Setiap hari besar
TNI maka para mantan pejabat yang telah pensiun /memasuki
masa lansia biasa diundang hadir dalam upacara atau pun resepsi
yang diadakan oleh Instansi tersebut.
4. Ketergantungan yang dapat diandalkan ( Reliable Reliance)
Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan
sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan
bantuannya ketika lansia membutuhkan bantuan tersebut. Jenis
dukungan sosial jenis ini pada umum berasal dari keluarga. Untuk
lansia yang tinggal di lembaga, misalnya pada Sasana Werdha ada
petugas yang selalu siap untuk membantu para lansia yang tinggal
di lembaga tersebut, sehingga para lansia mendapat pelayanan
yang memuaskan.
5. Bimbingan (Guidance)
Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan
kerja atau pun hubungan sosial yang memungkinkan lansia
mendapatkan informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi.
12

Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber dari guru, alim ulama,
pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga orang tua.
6. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan
perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini
memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan bahwa orang
lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Menurut
Weiss (Cotuna dkk,1994), sumber dukungan sosial ini adalah
keturunan (anak-anak) dan pasangan hidup. Itulah sebabnya sangat
banyak lansia yang merasa sedih dna kurang bahagia jika berada
jauh dari cucu-cucu atau pun anak-anaknya.

Dengan memahami pentingnya dukungan sosial bagi lansia, kita semua


diharapkan mampu untuk memberikan partisipasi dalam pemberian dukungan
sosial sesuai dengan kebutuhan lansia. Mulailah dengan memberikan dukungan
sosial pada lansia yang berada dekat dengan kita. Dengan pemberian dukungan
yang bermakna maka para lansia akan dapat menikmati hari tua mereka dengan
tentram dan damai yang pada akhirnya tentu akan memberikan banyak manfaat
bagi semua anggota keluarga yang lain
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya.
Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber dukungan sosial
yaitu sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial yang natural
diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara
spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota
keluarga (anak,istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi.
Dukungan sosial ini bersifat non-formal. Sementara itu yang dimaksud
dengan dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang
ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat
bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

13

Anda mungkin juga menyukai