Anda di halaman 1dari 2

Dalam agama Hindu khususnya di Bali biasanya

mengawali persembahyangan dengan Tri Sandhya. Tri


Sandhya terdiri dari kata Tri artinya tiga dan Sandhya
artinya pergantian waktu. Jadi Tri Sandhya dapat
diartikan sebagai persembahyangan yang dilakukan tiga
kali sehari di saat terjadinya pergantian waktu dari
malam ke pagi, pagi ke siang dan siang ke malam hari.

1. Pagi hari di saat matahari terbit (Brahma


Muhurta) disebut Pratasewana bertujuan
menguatkan guna sattwam untuk menempuh
kehidupan dari pagi hingga siang hari.
2. Siang hari sebelum jam 12
disebut Madyasewana bertujuan untuk
mengendalikan guna rajas agar tidak menjurus
ke hal-hal negatif.
3. Sore hari sebelum matahari tenggelam
disebut Sandyasewana bertujuan untuk
mengendalikan guna tamas yaitu sifat bodoh
dan malas.
Asana adalah sikap - sikap asuci laksana untuk dapat
memusatkan pikiran yang biasanya dilakukan baik dalam
pemujaan, sembahyang, yoga dll.

Untuk dapat memusatkan pikiran, biasanya sikap tangan, badan


dan cara duduk dalam asana ini merupakan hal yang sangat
pokok seperti misalnya dalam hal sembahyang,
 Sikap tangan pada waktu Tri Sandhya dan kramaning
sembah berbeda bentuknya,
o saat tri sandhya, kedua ibu jari tangan dipadukan
seperti berbentuk “kojong”.
o saat kramaning sembah atau panca sembah, kedua
belah telapak tangan dicakupkan.
 Sedangkan sikap badan ataupun duduk, asana dalam sikap
sembahyang sebagaimana disebutkan terbagi menjadi 4 bagian
yaitu :
1. Pada Asana, sikap berdiri sempurna.
2. Padma Asana, sikap duduk bersila untuk laki - laki.
3. Bajra Asana, sikap duduk bersimpuh untuk wanita.
4. Sawa Asana, sikap pengecualian bagi orang yang
sedang sakit agar dapat melaksanakan
persembahyangan.

Anda mungkin juga menyukai