Sandhya terdiri dari kata Tri artinya tiga dan Sandhya artinya pergantian waktu. Jadi Tri Sandhya dapat diartikan sebagai persembahyangan yang dilakukan tiga kali sehari di saat terjadinya pergantian waktu dari malam ke pagi, pagi ke siang dan siang ke malam hari.
1. Pagi hari di saat matahari terbit (Brahma
Muhurta) disebut Pratasewana bertujuan menguatkan guna sattwam untuk menempuh kehidupan dari pagi hingga siang hari. 2. Siang hari sebelum jam 12 disebut Madyasewana bertujuan untuk mengendalikan guna rajas agar tidak menjurus ke hal-hal negatif. 3. Sore hari sebelum matahari tenggelam disebut Sandyasewana bertujuan untuk mengendalikan guna tamas yaitu sifat bodoh dan malas. Asana adalah sikap - sikap asuci laksana untuk dapat memusatkan pikiran yang biasanya dilakukan baik dalam pemujaan, sembahyang, yoga dll.
Untuk dapat memusatkan pikiran, biasanya sikap tangan, badan
dan cara duduk dalam asana ini merupakan hal yang sangat pokok seperti misalnya dalam hal sembahyang, Sikap tangan pada waktu Tri Sandhya dan kramaning sembah berbeda bentuknya, o saat tri sandhya, kedua ibu jari tangan dipadukan seperti berbentuk “kojong”. o saat kramaning sembah atau panca sembah, kedua belah telapak tangan dicakupkan. Sedangkan sikap badan ataupun duduk, asana dalam sikap sembahyang sebagaimana disebutkan terbagi menjadi 4 bagian yaitu : 1. Pada Asana, sikap berdiri sempurna. 2. Padma Asana, sikap duduk bersila untuk laki - laki. 3. Bajra Asana, sikap duduk bersimpuh untuk wanita. 4. Sawa Asana, sikap pengecualian bagi orang yang sedang sakit agar dapat melaksanakan persembahyangan.