1
4.3.1.3. Kehilangan Pulsa
Gangguan pada sistem eksitasi bisa juga disebabkan karena hilangnya
pulsa pada sistem penyalaan thyristor untuk mengatur tingkat penguatan. Hilangnya
pulsa akan menyebabkan thyristor tidak akan bekerja sehingga akan berpengaruh
terhadap tegangan keluaran dari generator.
4.3.1.4. MEL (Minimum Excitation Limiter)
Batasan minimal pada eksitasi akan mengamankan generator sesuai
dengan kuva kapabilitas generator. Jika eksitasi berada di luar batasan MEL
tersebut maka menyebabkan pemanasan berlebih pada end-core rotor.
4.3.1.5. OEL (Over Excitation Limiter)
Kondisi eksitasi berlebih ini akan mengakibatkan kondisi generator
menjadi ubnormal dan akan terjadi pemanasan pada kumparan rotor akibat dialiri
arus yang sangat besar pada kumparan rotor tersebut. Panas tersebut akan berimbas
pada rusaknya isolasi pada rotor dan menimbulkan short-circuit pada belitannya.
4.3.1.6. V/Hz Alarm
Alarm ini akan aktif jika terjadi gangguan pada tegangan generator
yang tidak seimbang dengan frekuensi keluaran generator tidak dalam kondisi 1
p.u.
4.3.1.7. Kehilangan sumber daya DC / AC
Alarm akan aktif jika sumber daya DC untuk mensuplai AVR
(Automatic Voltage Regulation) hilang dan sumber daya AC untuk trafo tegangan
(PT – Potential Transformer) mengalami ketidakseimbangan.
4.3.1.8. Kondisi Auto Follower Ubnormal
Auto Follower merupakan alat yang digunakan untuk menyeimbangkan
besar arus eksitasi yang diberikan melalui eksitasi manual dan eksitasi auto. Mode
eksitasi manual dan mode eksitasi otomatis disetting sama sehingga apabila terjadi
perubahan pengaturan mode manual atau auto tidak terjadi lonjakan perbedaan arus
ekstiasi. Perbedaan tersebut dideteksi melalui Balance Meter, jika Balance Meter
melebihi setting 20% maka akan mengaktifkan alarm.
4.3.1.9. Penguncian Auto Follower
2
Apabila Auto Follower tidak bekerja atau terkunci dan kenaikan tingkat
eksitasi manual tidak menyesuaikan dengan setting eksitasi auto maka alarm Auto
Follower Lock akan aktif.
4.3.1.10. Eksitasi Berlebihan
Gangguan eksitasi berlebihan lebih berpengaruh pada sisi sistem AVR
terutama pada thyristor. Alarm akan aktif jika terjadi gangguan kelebihan eksitasi
yang melebihi nilai setting, dan apabila berlanjut maka akan menyebabkan rele
overexcitation trip. Pendeteksian gangguan dengan cara mendeteksi besarnya arus
keluaran pada thyristor.
4.3.1.11. Kipas Pendingin Thyristor Padam
Thyristor digunakan untuk mengatur besarnya eksitasi pada generator.
Tyristor yang digunakan memiliki spesifikasi batasan panas yang diizinkan
besarannya pada saat thyristor dalam keadaan bekerja. Maka dari itu suhu dari
thyristor tersebut diusahakan tetap stabil dengan ditambahkannya sistem kipas
pendingin thyristor. Apabila terjadi kesalahan pada pendingin tersebut maka alarm
akan aktif dan panas yang berlebih akan mengganggu kinerja thyristor.
3
Variasi impedansi tersebut tergantung pada data-data test generator saat
kondisi berbeban dan kondisi lain. Dikatakan sebagai kondisi kehilangan eksitasi
apabila variasi perubahan nilai impedansi memasuki daerah lingkaran setting rele
𝑋𝑑′
yaitu antara − dan −𝑋𝑑. Rele ini menggunakan 2 rangkaian yang menggunakan
2
jenis offset mho yang memiliki masukan dan keluaran yang sama. Keluaran offset
mho tersebut akan masuk ke dalam gerbang logika AND sehingga rele akan bekerja
apabila kedua offset mho memiliki keluaran yang sama.
Rele ini berkerja untuk mencegah terjadinya pemanasan yang
berlebihan pada ujung-ujung belitan stator generator. Hilangnya penguatan
generator dapat menyebabkan generator menyerap MVAR dari sistem jaringan.
Rele loss of excitation ini terlebih dahulu memberikan alarm sebelum menjatuhkan
PMT generator agar operator dapat melakukan langkah-langkah pengamanan. Rele
ini baru memadai pemakaiannya jika ada hubungannya dengan isolasi generator,
oleh karena itu rele ini dipakai pada generator tegangan tinggi dan daya terpasang
yang cukup besar. Daya yang terpasang mulai 10 MVA atau lebih besar dengan
tegangan 6 kV atau lebih tinggi.
Settting Rele Loss of Field dengan data generator pembangkitan yang
digunakan sebagai berikut :
Kapasitas Rating Generator 471 MVA
Tegangan Rating Generator 23 kV
Rasio PT 23 kV/110 V
Rasio CT 15.0000/5 A
Reaktansi transient Generator 0,297 p.u.
Impedansi Sinkron Generator 2,24 p.u.
Impedansi base (ZmB) 0,4 Ω
Impedansi base (ZmF) 5 Ω
4
GZ pada input rele (RZ) :
𝐶𝑇 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 15000/5
𝑅𝑍 = 𝐺𝑍 𝑥 = 1,12 𝑥 = 16 Ω
𝑃𝑇 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 23000/110
5
pada batasan fluks pada generator. Kondisi tersebut pada umumnya terjadi pada
sistem menjadi kondisi open-circuit dengan medan generator masih dialiri arus,
sehingga kecepatan putar rotor melebihi/kurang dari kecepatan sinkronnya. Rele
overfluxing juga didalamnya terdapat AVR tersendiri untuk mengatur batasan
eksitasi pada sistem eksitasi generator. Hanya saja AVR ini, rele ini diberi masukan
berupa arus keluaran thyristor.
Gambar Daerah kerja rele V/Hz
Pada rele overexcitation ini terdapat 3 elemen yaitu elemen S, elemen
L, dan elemen H. Elemen S bertugas untuk mengaktifkan alarm apabila terjadi arus
melebihi setting pada keluaran thyristor. Elemen L bertugas untuk memindahkan
kontrol AVR dari auto menjadi manual. Namun apabila perubahan ini tidak diikuti
oleh penurunan tingkat eksitasi, maka elemen H akan bekerja untuk mentrip eksitasi
dan trip generator.
Berdasarkan batasan eksitasi lebih pada turbin generator (Lampiran)
setting yang digunakan sebagai berikut :
H Element V/F : 1,18
T : 4 sec.
L Element V/F : 1,10
T : 45 sec.
S1, S2 Element V/F : 1,04
T : 0,3 sec.
Seting tap tegangan pada rele :
1
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑥 𝑃𝑇 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
𝑇𝑎𝑝 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 =
110
110
23000 𝑥 23000
𝑇𝑎𝑝 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = =1
110
*Kurva Pembatas Eksitasi Generator*
Tipe Tap Setting
CT & PT Ratio Adjustable Element
Relay Plan
H Element :
A59/81G / PT V/F : 1,18
23000 110 V/F : 1,1-1,14-1,18-1,22-
TVF-18-D / VAC T : 4 sec.
√3 √3
1,24 p.u.
6
T : 0,5 ~ 5 sec.
L Element :
V/F : 1,02-1,06-1,1-1,14- V/F : 1,10
1,18 p.u. T : 45 sec.
T : 6 ~ 60 sec.
S1 S2 Element :
V/F : 1,00-1,02-1,04- V/F : 1,10
1,06-1,08-1,10 p.u. T : 0,3 sec.
T : 0,8 sec.
7
Coil Rating : 0,05 A, 165 Ω
Operating Value : 60~85% dari nilai rating
Contact Capacity :
Open & Close : 110 VDC , 0,25A
Closing : DC 15 A
1.3.2.4. Rele Field Ground Fault Relay – 64F/G – (Type DGF-3-D)
Rele ini mendeteksi adanya gangguan arus hubung singkat ke tanah atau
terjadinya gangguan hubung singkat antar lilitan pada rotor atau kumparan sistem
eksitasi generator. Rele ini bekerja dengan prinsip jembatan wheatstone. Rangkaian
dasar Field Ground Fault Relay sebagai berikut :
Gambar.
Pendeteksian arus hubung singkat pada kumparan rotor dan
gangguannya menggunakan prinsip kerja potensiometer. Secara lebih jelas
digambarkan pada skema wiring proteksi sebagai berikut :
Gambar.
Rele Field Ground ini tidak bekerja secara terus menerus, hanya bekerja
pada waktu tertentu. Pendeteksian gangguan pada rotor masih memerlukan sikat
karbon (slip ring) yang digunakan untuk mendapatkan harga arus yang dibutuhkan.
Untuk mengaktifkan rele ini membutuhkan 64TX yang akan menggerakkan sikat
karbon oleh solenoid sehingga sikat karbon menempel pada sikat karbon pada rotor
generator. Dengan demikian diperoleh rangkaian jembatan wheatstone untuk
menentukan apakah terjadi gangguan atau tidak pada rotor generator.
Prinsip dasar jembatan Wheatstone untuk mendeteksi adanya gangguan
pada rotor generator :
Gambar Jembatan Wheatstone.
Saat saklar S ditutup, maka arus akan melewati rangkaian. Jika jarum
Galvanometer menyimpang artinya ada arus yang melewatinya, yaitu antara titik C
dan D terdapat beda potensial. Dengan mengatur besarnya Ra dan Rb juga
hambatan geser Rs akan dapat dicapainya Galvanometer tak dialiri arus yang
artinya tidak terdapat beda potensial antara titik C dan D. Berlaku persamaan :
Rx = Ra/Rb x Rs.
Sama halnya dengan rangkaian pada Field Ground Fault Relay :
8
Gambar rangkaian. (Ada D-5)
Saat Field Ground Fault Relay bekerja dengan kondisi sikat arang
menempel pada sikat arang rotor, maka arus akan melewati rangkaian tersebut. Jika
DS bekerja artinya ada arus yang melewatinya dan terdapat beda potensial antara
tap ground sisi rotor dengan sisi pembanding. Berlaku persamaan :
R1 = Rf1/Rf2 x R2
Untuk mensetting rele tersebut cukup atur besar hambatan R1 agar pada
saat kondisi normal, saat sikat karbon mulai menempel pada rotor, tidak ada
perbedaan hambatan yang berarti tidak ada gangguan pada rotor
1.3.2.5.