Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MODUL 5.

3
MANAGEMENT OF DENTAL DISEASE 2

FRAKTUR MAHKOTA DAN LESI PERIAPIKAL

Oleh :
Sinta Herningtiyas
NIM 31101700077
SGD 6

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG – 2019
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................................................... I
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. II
BAB I ........................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 3
B. Skenario ............................................................................................................................................ 4
C. Identifikasi Masalah ........................................................................................................................ 4
BAB II ......................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................. 5
A. Landasan Teori ................................................................................................................................ 5
B. Konsep Mapping .............................................................................................................................. 8
BAB III........................................................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur gigi merupakan suatu kondisi dimana gigi memperlihatkan hilangnya atau lepasnya
fragmen dari suatu gigi utuh. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma pada bagian wajah atau
gigi. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan melibatkan chipping dari enamel dan dentin sampai
berat yaitu sampai melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal dari akar. Gigi fraktur
dapat menimbulkan rasa nyeri dengan intensitas yang bermacam macam. Rasa nyeri yang
berlangsung secara terus menerus/secara spontan pada saat gigi digunakan untuk makan ataupun
berbicara merupakan keluhan yang paling sering terjadi, selain itu gejala yang sering timbul berupa
ketidaknyamanan (Thalib, 2005).

Fraktur gigi sering terjadi pada kehidupan manusia dan disebabkan oleh beberapa faktor. Baik
eksternal maupun internal, seperti trauma dari kecelakaan, dan mengunyah benda asing atau
makanan yang terlalu keras. Fraktur gigi bisa terjadi pada bagian mahkota dan juga pada akar gigi.
Faktor lain yang dapat menyebabkan fraktur gigi yaitu pada saat dilangsungkan atau setelah
perawatan gigi seperti pencabutan atau tindakan konservasi juga mempunyai risiko tinggi yang
dapat menyebabkan fraktur pada akar gigi. Berdasarkan penelitian, fraktur biasanya terjadi
karena pengunaan alat atau instrumen yang tidak sesuai pada waktu perawatan.
Akan terjadi beberapa kemungkinan pada pulpa gigi yang mengalami fraktur, yaitu pulpa dapat
tetap dalam keadaan vital, namun jika tidak segera dilakukan perawatan maka akan nonvital. Selain
itu, kemungkinan lain yang dapat terjadi yaitu pulpa mengalami degenerasi progresif dan nantinya
pulpa akan mati (Pary and Kristanti, 2015).

3
B. Skenario
Unit Belajar 1 : Fraktur Mahkota dan Lesi Periapikal
Judul : “Gigi Patah”
Skenario :
Seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun mengeluhkan gigi depan atas patah setelah jatuh dari
motor 2 tahun yang lalu. Saat ini tidak ada keluhan sakit. Pemeriksaan intraoral terlihat fraktur pada
gigi 11 bagian mesioproksimal dengan kedalaman dentin, hasil CE -, perkusi - , mobilitas -, palpasi -.
Gigi 21 fraktur Ellis klas 3 hasil CE -, perkusi - , mobilitas -, palpasi -. Gambaran radiografi terlihat
radiolusen pada apical gigi 11 dan 21 dengan gambaran batas jelas dan tegas.

C. Identifikasi Masalah
1. Apa saja macam klasifikasi Ellis, serta diagnosis pada kasus?
2. Bagaimana pemeriksaan subyektif, obyektif, dan penunjang pada trauma/fraktur gigi?
3. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan obyektif dan penunjang pada skenario?

4. Bagaimana pathogenesis efek trauma/fraktur gigi pada jaringan pulpa?


5. Bagaimana Pathogenesis efek trauma/fraktur gigi pada keadaan jaringan periapikal?

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Apa saja macam klasifikasi Ellis, serta diagnosis pada kasus?
Klasifikasi Ellis :
Kelas I - Fraktur mahkota sederhana dengan sedikit atau tidak ada dentin yang terkena sama
sekali.
Kelas II - Fraktur mahkota luas dengan mencapai dentin, tetapi pulpa tidak terpengaruh.
Kelas III - Fraktur mahkota luas dengan terpaparnya dentin dan pulpa yang cukup banyak.
Kelas IV - Gigi yang mengalami trauma dengan atau tanpa kehilangan struktur gigi.
Kelas V - Gigi hilang akibat trauma.
Kelas VI - Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas VII - Displacement gigi dengan fraktur akar maupun mahkota.
Kelas VIII - Fraktur mahkota dan disertai penggantinya.
Kelas IX - Cedera traumatis pada gigi desidui.
(Pagadala and Tadikonda, 2015)

Diagnosis pada kasus :


Gigi 11 Nekrosis pulpa et causa fraktur Ellis klas 4
Gigi 21 fraktur Ellis klas 3

2. Bagaimana pemeriksaan subyektif, obyektif, dan penunjang pada trauma/fraktur gigi?


Pemeriksaan Subyektif :
-Melakukan anamnesis pada pasien

Pemeriksaan Obyektif :
-Melakukan tes vitalitas pada pasien untuk mengetahui vitalitas gigi pasien yang mengalami
fraktur
-Melakukan tes perkusi untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada bagian periapikal
gigi yang mengalami fraktur
-Melakukan tes mobilitas untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada jaringan
periodontal gigi yang mengalami fraktur
-Melakukan palpasi untuk mengetahui apakah terdapat pembengkakan pada jaringan lunak
gigi yang mengalami fraktur

Pemeriksaan Penunjang :
-Melakukan pemeriksaan radiografi untuk mengetahui gambaran radiografi gigi yang
mengalami fraktur
(INGLE and LEIF K. BAKLAND, 2008)

5
3. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan obyektif dan penunjang pada skenario?
Interpretasi hasil pemeriksaan obyektif :
Gigi 11
▪ pemeriksaan CE -  Pemeriksaan dengan Chlor Etil menunjukkan hasil negatif maka dapat
disimpulkan bahwa gigi sudah dalam keadaan non vital
▪ pemeriksaan perkusi -  Pemeriksaan perkusi yang negatif, maka dapat dikatakan gigi tidak
terdapat respon ngilu
▪ pemeriksaan mobilitas -  Pemeriksaan mobilitas negatif, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kerusakan pada jaringan periodontal gigi yang fraktur
▪ pemeriksaan palpasi -  Pemeriksaan palpasi negatif, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada jaringan lunak yang mengalami pembengkakan

Gigi 21
▪ pemeriksaan CE -  Pemeriksaan dengan Chlor Etil menunjukkan hasil negatif maka dapat
disimpulkan bahwa gigi sudah dalam keadaan non vital
▪ pemeriksaan perkusi -  Pemeriksaan perkusi yang negatif, maka dapat dikatakan gigi tidak
terdapat respon ngilu
▪ pemeriksaan mobilitas -  Pemeriksaan mobilitas negatif, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kerusakan pada jaringan periodontal, tidak ada kegoyangan pada gigi yang fraktur
▪ pemeriksaan palpasi -  Pemeriksaan palpasi negatif, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
ada jaringan lunak yang mengalami pembengkakan di sekitar gigi yang mengalami fraktur

Interpretasi hasil pemeriksaan penunjang :


Terlihat radiolusen pada apikal gigi 11 dan 21 dengan gambaran batas jelas dan tegas 
Karena pada bagian apikal gigi terdapat gambaran radiolusen maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat lesi pada bagian periapikal gigi.
(Garg, Garg and Garg, 2014)

4. Bagaimana pathogenesis efek trauma/fraktur gigi pada jaringan pulpa?


Reaksi dari pulpa saat terjadi trauma fraktur dapat bermacam-macam, salah satunya akan
terbentuk reparatif dentin. (Fallis, 2013)

Pada saat gigi mengalami trauma dan jaringan pulpa terpapar maka toksin mikroorganisme
akan masuk melalui tubuli dentin sehingga terjadi inflamasi pulpa dan aliran
neurovaskular akan terputus dari apikal. Regenerasi jaringan yang tidak terjadi dapat
menyebabkan sel-sel pulpa mengalami iskemia, dan jaringan pulpa akan menjadi nonvital.
(Yu and Abbott, 2016)

6
5. Bagaimana Pathogenesis efek trauma/fraktur gigi pada keadaan jaringan periapikal?
Jaringan periapikal pada gigi yang mengalami fraktur maka keadaannya akan bertahan dari
masuknya beberapa mikroorganisme, respon dari imun untuk melindungi jaringan periapikal
supaya tetap steril dari invasi mikroorganisme. Respon imun dapat berupa aktivasi dari
beberapa sel seperti neutrofil, limfosit, makrofag, dan osteoklas. Hal ini menimbulkan dampak
buruk yaitu dapat menyebabkan resorpsi tulang, serta resorpsi akar. Saat terjadi trauma dan
puncak alveolar (alveolar crest) mengalami kehilangan substansi, ligamen periodontal yang
rusak akan diperbaiki oleh jaringan ikat fibrosa. Hal ini menyebabkan puncak alveolar
mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelum terjadi trauma. (Yu and Abbott, 2016)

7
B. Konsep Mapping

Trauma Reaksi Pulpa

Fraktur Gigi
Reaksi jar.
periapikal
Klasifikasi Ellis

Pemeriksaan

Subyektif Obyektif Penunjang

8
BAB III
A. Kesimpulan

Fraktur dental atau patah gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi
lengkap yang biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi sering terjadi
dan disebabkan oleh beberapa faktor eksternal maupun internal. Etiologi yang paling sering
menjadi penyebab pada fraktur trauma (kecelakaan). Penyebab lain yang bisa terjadi adalah
kebiasaan buruk (bad habbit), suhu ekstrim, tambalan, dan fraktur gigi pasca perawatan
endodontik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada gigi fraktur yaitu berupa pemeriksaan subjektif
dengan melakukan anamnesis kepada pasien, menanyakan keluhan yang dirasakan pasien. Lalu
dilanjutkan dengan pemeriksaan objektif pada pasien dengan melakukan pemeriksaan vitalitas
terlebih dahulu untuk memastikan keadaan gigi pasien apakah masih vital atau sudah dalam
keadaan nonvital dengan menggunakan chlor etil, lalu pemeriksaan selanjutnya yaitu perkusi
untuk mengetahui keadaan jaringan periapikal pasien apakah terdapat respon ngilu, setelah itu
pemeriksaan mobilitas untuk mengetahui keadaan jaringan periodontal dari gigi pasien yang
fraktur, apakah terdapat kegoyangan pada gigi pasien. Pemeriksaan objektif yang terakhir yaitu
palpasi untuk mengetahui apakah terdapat pembengkakan pada jaringan lunak.

Pemeriksaan penunjang juga harus dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat lesi
pada bagian periapikal gigi yang fraktur dan untuk mengetahui ukuran kamar pulpa, saluran
akar, perkembangan apeks akar, dan ruang ligament periodontal apabila akan dilakukan
perawatan pada gigi yang fraktur.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fallis, A. . (2013) , Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi:
10.1017/CBO9781107415324.004.
Garg, A., Garg, N. and Garg, A. (2014) Cleaning and Shaping of Root Canal System, Textbook of
Endodontics. doi: 10.5005/jp/books/12108_18.
INGLE, J. I. and LEIF K. BAKLAND (2008) Endodontics 6.
Pagadala, S. and Tadikonda, D. C. (2015) ‘An overview of classification of dental trauma’,
International Archives of integrated medicine, 2(9), pp. 157–164.
Pary, F. C. and Kristanti, Y. (2015) ‘Perawatan Gigi Insisivus Lateralis Kanan Maksila Fraktur Ellis
Kelas III’, Majalah Kedokteran Gigi Klinik, 1(2), p. 155. doi: 10.22146/mkgk.11988.
Thalib, B. (2005) ‘Perawatan gigi fraktur dengan mahkota’, health and education Indonesia, pp. 1–6.
doi: 10.1097/PHM.0000000000000407.
Yu, C. Y. and Abbott, P. V. (2016) ‘Responses of the pulp, periradicular and soft tissues following
trauma to the permanent teeth’, Australian Dental Journal, 61, pp. 39–58. doi:
10.1111/adj.12397.

10

Anda mungkin juga menyukai