Disusun Oleh :
Rustianti (220110180025)
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT serta kepada Nabi besar
Muhammad SAW karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan laporan study case 2 dengan kasus “Diare Dylan” ini. Pembahasan
study case kali ini menitikberatkan terkait dengan keseimbangan cariran tubuh
serta sistem digestive.
Laporan yang ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan II ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sebagai penyusun menerima segala kritikan dan masukan yang sifatnya
membangun sehingga penyusun dapat memperbaiki segala kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Akhir kata penyusun panjatkan doa kepada Allah SWT agar laporan ini
dapat diterima dan digunakan dengan sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi banyak
orang. Amin.
Dylan (laki-laki, 4 tahun) pukul 9 pagi tadi dibawa ke puskesmas rawat inap oleh
ibunya karena sudah dua hari BAB terus. Hari ini BAB sudah 11 kali dengan
konsistensi feses cair. Kemarin, intake makanan Dylan sangat rendah sehingga
terlihat mukosa mulutnya kering. Kondisi saat ini, peristaltik usus meningkat,
CRT < 2 detik dengan turgor teraba elastis. Dylan nampah lemas, rewel dan
sesekali mengeluh haus. Saat ini Dylan mulai mau minum 100 cc air putih dan
sepotong roti. BB: 15 Kg, TB: 110 cm dengan IWL: 390 cc. TTV: suhu 37.7oC,
RR: 32 kali/menit, HR: 120 kali/menit. Dylan sudah mendapat terapi IV NaCl
0.9% dan Loperamide 2 mg dosis 3 x 1 per oral. Pemeriksaan darah: Haemoglobin:
15.6 g/dl, Hematokrit: 46,9 %, Leukosit: 9.800/ml, Trombosit: 189.000/l, Analisa
Elektrolit: Na: 140 mmol/l, 4.5 mmol/l, Cl: 99 mmol/l, Ca: 7.6-11.0 mg/dl.
Pertanyaan:
6. Analisis tanda dan gejala pada masalah kesehatan yang dialami Dylan?
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
7. Buatlah concept map untuk mengidentifikasi hubungan antara tanda, gejala, dan
proses terjadinya perubahan? Berikut adalah contoh pola concept maps.
Mahasiswa bisa mengembangkannya.
Analisis Kasus
- Anak laki-laki bernama Dylan
- Usia 4 tahun
- 2 hari terus BAB
- Hari ke-3 sudah 11 kali BAB (konsistensi feses cair)
- Intake = jumlah bahan makanan yang dimakan
- Mukosa mulut kering = Xerostomia, kondisi di mana mulut terasa sangat kering,
biasanya disebabkan oleh dehidrasi, gugup, atau berkurangnya jumlah air liur
pada mulut
- Peristaltik Usus meningkat
Peristaltik usus adalah kontraksi seperti gelombang dari dinding organ tubulus
berongga, yang mendorong pergerakan benjolan makanan dari bagian atas ke
outlet. Peristaltik membantu memindahkan makanan yang dicerna dari usus
bagian atas ke bawah.
- Turgor teraba elastis
- Lemas(S), rewel, sesekali mengeluh haus(S)
- Sudah minun 100 cc air mineral
- Makan sepotong roti
- BB 15 kg, Berat Balita Ideal = 2n +8
= 2x4 + 8 = 16 kg
- TB: 110 cm
- IWL: 390 cc.
- TTV: suhu 37.7oC, menurut buku Clincal Nursing Procedures, jilid 1, edisi
kedua karangan Annama Jacob dkk suhu normal 4-7 tahun 37oC
JAWABAN
Sumber input garam berasal dari garam yang masuk melalui saluran
pencernaan (10,5 g/hari), sedangkan untuk outputnya berasal dari
pngeluaran secara obligat pada kerigat dan feses (0,5 g/hari) serta
pengeluaran garam secara terkontrol melalui ginjal (10 g/hari). Dari
pemparan tersebut dapat dilihat bahwa input garam lebih banyak daripada
pengeluarannya maka terjadi penumpukan garam yang akan
mengakibatkan peningkatan TD. Mekanisme Homeostatis tubuh dibantu
oleh ginjal yang sngat penting dan tepat dalam pengeluaran atau
pembuangan garam sehingga input diubah menjadi ouput.
Input air dalam tubuh melalui air yang diminum, yang dimakan, dan yang
diproduksi dari metabolisme. Sedangkan outputnya berupa insensible water
loss, keringat, feses, urin. Berkeringat bukanlah mekanisme normal
pembuangan air dalam tubuh, karena berkeringat lebih kepada proses tubuh
untuk mengatur suhu dan bukan cara tubuh untuk mengatur status dehidrasi.
Pengeluaran air melalui insensible water loss juga tidak dikendalikan tubuh.
Pengeluaran feses juga tidak dimaksudkan untuk mengatur status dehidrasi
tubuh. Maka tubuh mengatur jumlah air mlalui kerja ginjal atau
pengeluaran urin dan juga mekanisme haus.
1. Hormon ADH
2. Hormon Aldosteron
Na: 140 mmol/l, normalnya pada anak anak dan dewassa adalah 135-
145 mmol/l
K : 4.5 mEq/l,normalnya pada bayi dan anak anak adlah 3,6-5,8 mEq/l
Cl: 99 mmol/l, normalnya pada bayi adalah 95-110 pada anak adalah
98-110
Ca: 7.6-11.0 mg/dl, normalnya pada bayi adalah 10-12 mg/dl pada anak
adalah 9-11,5 mg/d
5. Terapi IV NaCl 0.9% itu kan pemberian Cairan Infus.
• Traumaabdomen (perut)
Jenis cairan infus yang digunakan pada kasus ini adalah Cairan
Isotonik. Cairan ini adalah cairan infus yang osmolaritas (tingkat
kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Contohnya adalah cairan
Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%).
Nacl memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu,natrium. Yang
merupakan kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, kalium kation
terbanyak dalam cairan intrasel dan klorida merupakan anion
terbanyak dalam cairan ekstrasel. Jumlah natrium, kalium dan klorida
dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan antara yang masuk
terutama dari saluran cerna dan yang keluar terutama melalui ginjal.
Gangguan keseimbangan natrium, kalium dan klorida berupa hipo- dan
hiper-. Hipo- terjadi bila konsentrasi elektrolit tersebut dalam tubuh turun
lebih dari beberapa Miliekuivalen dibawah nilai normal dan hiper- bila
konsentrasinya meningkat di atas normal. Natrium adalah kation terbanyak
dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram
berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan
intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan
oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk
natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3), sehingga
perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan
perubahan konsentrasi natrium (Darwis, dkk, 2008).
6. Berdasarkan hasil analisis tanda dan gejala diare yang dialami oleh Dylan,
yang telah disebutkan sebelumnya oleh teman-teman, maka mengapa hal
tersebut dapat terjadi pada penderita diare? Karena penyakit diare yang
berhubungan dengan masalah kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
Dimana telah kita ketahui bahwa peran cairan dan elektrolit sangat penting
bagi tubuh untuk membantu menghasilkan energi dan menjaga stabilitas
tubuh. Serta cairan dan elektrolit merupakan bagian terbesar dari
komposisi tubuh manusia, sehingga sangat penting untuk menjaga dalam
tubuh, yang disertai pula dengan kontribusi hormon-hormon yang
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Maka dari itu, ketika
keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh terganggu, maka
jaringan tubuh, sel-sel dan organ-organ tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Sehingga timbulah tanda dan gejala seperti yang dialami oleh
Dylan.
7. Concept Map “Diare Dylan”
Kadar Elektrolit :
Darah :
Ca (calsium) rendah
Hemoglobin: tinggi
7,6 mg/dl
Hematokrin :tinggi
Keseimbangan Cairan :
Feses : DYLAN
Kadar cairan terganggu dibuktikan
- Konsentrasi cair (e-coli) dgn :
- Frekuensi tinggi Mukosa mulut kering menyebabkan
haus : Mekanisme Haus
8. Apa itu Loperamid?
Bagaimana dosisnya?
Dosis awal 4 mg, diikuti dengan 2 mg setiap setelah buang air besar hingga
maksimal 5 hari, dosis lazim 6-8 mg sehari. Dosis tidak melebihi dari 16 mg
sehari.
Dosis yang diberikan kepada Dylan adalah 2 mg dosis 3 x 1 per oral. Dylan
berusia 4 tahun, maka dari itu dosis tersebut tidak tepat, karena dosis tersebut
untuk anak berusia 9-12 tahun. Dosis yang seharusnya diberikan kepada
Dylan adalah 1 mg 3-4 kali sehar, hingga maksimal 3 hari (4-8
tahun). Pemberian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan selama 48 jam
9. Fungsi normal peristalik usus dan pada kasus terjadi peningkatan peristaltik
usus, Bising usus normalnya 5-30 kali/menit lalu disini ada faktor-faktor
yang mempengaruhi peningkatan peristaltik usus yaitu.Faktor-faktor
fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu dengan
lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal akan
menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga meningkatkan
gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas khim dalam
usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim dengan selaput
lendir usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain akan mengalami
gangguan.
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab
dari diare.
Maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan pokok yang
berupa:
- Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat
menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga
cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu
yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu.
Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di
jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon.
Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada
permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang
peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon
saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa.
usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan
glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga. dapat menyebabkan
terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinge Ellison atau pada
Jejunitis.
- Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan. berada
dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga waktu sentuhan yang adekuat
antara khim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi
yang normal. Permukaan mukosa usus halus kemampuannya berfungsi
sangat kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat hidup
setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat.
Motilitas usus merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan
local mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro
organisme berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau
overgrowth) yang kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan
gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare.
Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormon prostaglandin,
gastrin, pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan efek langsung
sebagai diare. Selain itu hipermotilitas juga dapat terjadi karena pengaruh
enterotoksin staphilococcus maupun kholera atau karena ulkus mikro yang
invasif o1eh Shigella atau Salmonella.Selain uraian di atas haruslah diingat
bahwa hubungan antara aktivitas otot polos usus,gerakan isi lumen usus dan
absorpsi mukosa usus merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks.
- Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus).
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi
kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya
malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan
kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal, sehingga akan dapat
menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang pada
umumnya sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim
laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna
mengalami hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian
bakteri-bakteri dalam usus besar memecah laktosa menjadi monosakharida
dan fermentasi seterusnya menjadi gugusan asam organik dengan rantai
atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekul-
molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon
hingga terjadi diare. Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang
lebih luas sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase,
isomaltase dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa
usus halus. Hal tersebut dapat terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada
brush border epitel mukosa usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak
dapat menyebabkan tingginya tekanan osmotik dalam lumen usus karena
asam ini tidak larut dalam air.
REFERENCE
https://www.academia.edu/32928273/KETIDAKSEIMBANGAN_CAIRAN_ELE
KTROLIT_DAN_ELIMINASI
https://id.wikibooks.org/wiki/Informasi_Obat/Loperamid
http://pionas.pom.go.id/monografi/loperamid-hidroklorida
https://www.medicines.org.uk/emc/product/715/smpc
http://www.pdpersi.co.id/content/kumpulan_bpom/bpom_loperamide.pdf