Anda di halaman 1dari 21

Kasus 2 : Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Disusun Oleh :

Noviana Amalia (220110180013)

Cholilatur Rohmania (220110180014)

Anisa Nur Afifah (220110180015)

Pradiva Salsabila (220110180016)

Syefira Salsabila (220110180017)

Milda Khaerunnisa (220110180018)

Shela Andriana (220110180019)

Hanna Auliana Zahra (220110180020)

Intan Nurul Khofifah (220110180022)

Laurentza Rikma M (220110180023)

Furri Fuzie Lestari (220110180024)

Rustianti (220110180025)

UNIVERSITAS PADJAJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT serta kepada Nabi besar
Muhammad SAW karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan laporan study case 2 dengan kasus “Diare Dylan” ini. Pembahasan
study case kali ini menitikberatkan terkait dengan keseimbangan cariran tubuh
serta sistem digestive.

Laporan yang ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan II ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami sebagai penyusun menerima segala kritikan dan masukan yang sifatnya
membangun sehingga penyusun dapat memperbaiki segala kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Rasa terimakasih tak henti-hentinya penyusun ucapkan kepada Bapak


Ryan Hara Permana, S.Kep., Ners.,MN selaku koordinator mata kuliah dan Ibu
Dyah Setyorini,S.Kp., ETN., MH selaku dosen tutor B dalam mata kuliah Ilmu
Dasar Keperawatan II. Tak lupa juga untuk teman-teman tutor B yang telah bahu-
membahu membantu pembuatan dan penyelesaian laporan ini sehingga dapat
diselesaikan tepat waktu.

Akhir kata penyusun panjatkan doa kepada Allah SWT agar laporan ini
dapat diterima dan digunakan dengan sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi banyak
orang. Amin.

Jatinangor, 28 Mei 2019


Diare Dylan

Dylan (laki-laki, 4 tahun) pukul 9 pagi tadi dibawa ke puskesmas rawat inap oleh
ibunya karena sudah dua hari BAB terus. Hari ini BAB sudah 11 kali dengan
konsistensi feses cair. Kemarin, intake makanan Dylan sangat rendah sehingga
terlihat mukosa mulutnya kering. Kondisi saat ini, peristaltik usus meningkat,
CRT < 2 detik dengan turgor teraba elastis. Dylan nampah lemas, rewel dan
sesekali mengeluh haus. Saat ini Dylan mulai mau minum 100 cc air putih dan
sepotong roti. BB: 15 Kg, TB: 110 cm dengan IWL: 390 cc. TTV: suhu 37.7oC,
RR: 32 kali/menit, HR: 120 kali/menit. Dylan sudah mendapat terapi IV NaCl
0.9% dan Loperamide 2 mg dosis 3 x 1 per oral. Pemeriksaan darah: Haemoglobin:
15.6 g/dl, Hematokrit: 46,9 %, Leukosit: 9.800/ml, Trombosit: 189.000/l, Analisa
Elektrolit: Na: 140 mmol/l, 4.5 mmol/l, Cl: 99 mmol/l, Ca: 7.6-11.0 mg/dl.

Pertanyaan:

1. Jelaskan bagaimana fungsi tubuh secara normal dalam mengatur keseimbangan


cairan dan hormon apa saja yang terlibat?

2. Bagaimana proses terjadinya rasa haus?

3. Bagaimana kadar cairan tubuh Dylan?

4. Bagaimana kadar elektrolit tubuh Dylan?

5. Mengapa perawat memberikan terapi IV NaCl 0.9%?

6. Analisis tanda dan gejala pada masalah kesehatan yang dialami Dylan?
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

7. Buatlah concept map untuk mengidentifikasi hubungan antara tanda, gejala, dan
proses terjadinya perubahan? Berikut adalah contoh pola concept maps.
Mahasiswa bisa mengembangkannya.

8. Analisis mengapa Dylan mendapat terapi Loperamid? Bagaimana kesesuaian


dosisnya?

9. Jika ada analisis lebih lanjut silahkan didiskusikan


Hasil Diskusi

 Analisis Kasus
- Anak laki-laki bernama Dylan
- Usia 4 tahun
- 2 hari terus BAB
- Hari ke-3 sudah 11 kali BAB (konsistensi feses cair)
- Intake = jumlah bahan makanan yang dimakan
- Mukosa mulut kering = Xerostomia, kondisi di mana mulut terasa sangat kering,
biasanya disebabkan oleh dehidrasi, gugup, atau berkurangnya jumlah air liur
pada mulut
- Peristaltik Usus meningkat
Peristaltik usus adalah kontraksi seperti gelombang dari dinding organ tubulus
berongga, yang mendorong pergerakan benjolan makanan dari bagian atas ke
outlet. Peristaltik membantu memindahkan makanan yang dicerna dari usus
bagian atas ke bawah.
- Turgor teraba elastis
- Lemas(S), rewel, sesekali mengeluh haus(S)
- Sudah minun 100 cc air mineral
- Makan sepotong roti
- BB 15 kg, Berat Balita Ideal = 2n +8
= 2x4 + 8 = 16 kg
- TB: 110 cm
- IWL: 390 cc.
- TTV: suhu 37.7oC, menurut buku Clincal Nursing Procedures, jilid 1, edisi
kedua karangan Annama Jacob dkk suhu normal 4-7 tahun  37oC

- RR: 32 kali/menit, RR normal 22-26 kali/menit


- HR: 120 kali/menit, HR normal 80-130 kali/menit
- mendapat terapi IV NaCl 0.9% dan Loperamide 2 mg dosis 3 x 1 per oral
Loperamide adalah obat yang digunakan untuk mengontrol diare
- Pemeriksaan darah:
a. Hemoglobin: 15.6 g/dl, normal laki : 13,5-18,0 g/dl
b. Hematokrit: 46,9 %, Hematokrit normal pada pria 40-54%
c. Leukosit: 9.800/ml, Leukosit normal : 5000-10000/ml
d. Trombosit: 189 juta/ml, Trombosit normal pada pria 4,5-6 juta/ml
- Analisa Elektrolit: Na: 140 mmol/l, K 4.5 mmol/l, Cl: 99 mmol/l, Ca: 7.6-11.0
mg/dl.
Normal Na : 135-145 mmol/l, K : 3,6 - 5,8 mmol/l Cl : 95-105 mmol/l, Ca : 9-
11 mg/dl

Nilai normal keseimbangan cairan

Masukan Jumlah Keluaran Jumlah


Kehilangan tak kasat mata
Cairan 1200 ml 900 ml
(paru dan kulit)
Makanan Padat 1000 ml Feses 100 ml
Air dan Oksidasi 300 ml Urine 1500 ml

JAWABAN

1. fisiologis keseimbangan cairan dan hormon yang berperan menurut


wiliam.

keseimbangan cairan merupakan bagian dari kontrol tubuh untuk


mempertahankan homeostatis dengan cara mengatur cairan ekstraselular
yang nantinya akan memengaruhi cairan intraselular. agar tubuh dapat
mencapai keseimbangan cairan maka tubuh harus mengatur agar input
cairan sama dengan output cairan (balance concept). Tubuh juga dapat
mengalami perubahan keseimbangan cairan , yaitu keseimbangan positif
(input > ouput) atau keseimbangan negatif (input< output)

faktor - faktor yang memengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh


adalah volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler. volume cairan
ekstraselular harus dipertahankan keseimbangannya karena dapat
mempengaruhi TD sedangkan osmolaritas untuk mencegah sel mengerut
ataupun membengkak.

cara tubuh mengatur volume cairan ekstraselular dengan cara mengatur


garam (Na) dan dapat mempertahankan osmolaritas cairan ekstraselular
dengan cara mengatur air di dalam tubuh.

Pengaturan Volume Cairan Ekstraselular

Sumber input garam berasal dari garam yang masuk melalui saluran
pencernaan (10,5 g/hari), sedangkan untuk outputnya berasal dari
pngeluaran secara obligat pada kerigat dan feses (0,5 g/hari) serta
pengeluaran garam secara terkontrol melalui ginjal (10 g/hari). Dari
pemparan tersebut dapat dilihat bahwa input garam lebih banyak daripada
pengeluarannya maka terjadi penumpukan garam yang akan
mengakibatkan peningkatan TD. Mekanisme Homeostatis tubuh dibantu
oleh ginjal yang sngat penting dan tepat dalam pengeluaran atau
pembuangan garam sehingga input diubah menjadi ouput.

Contoh mekanisme penurunan jumlah natrium tubuh :

natrium tubuh turun  volume cairan ekstraseluler turun  TD turun 


laju filtrasi glomerulus turun  Na yang difiltrasi menurun  penurunan
Na yang dieksresi ginjal  peningkata sekresi aldosteron sehingga bekerja
dengan cara meningkatkan reabsorpsi Na, karena kerja aldosteron di
ginjal, maka Na yang diekskresi akan menurun  menambah efek dari
GFR yang menurun.
Pengaturan Osmolaritas Caira Ekstraselular

Input air dalam tubuh melalui air yang diminum, yang dimakan, dan yang
diproduksi dari metabolisme. Sedangkan outputnya berupa insensible water
loss, keringat, feses, urin. Berkeringat bukanlah mekanisme normal
pembuangan air dalam tubuh, karena berkeringat lebih kepada proses tubuh
untuk mengatur suhu dan bukan cara tubuh untuk mengatur status dehidrasi.
Pengeluaran air melalui insensible water loss juga tidak dikendalikan tubuh.
Pengeluaran feses juga tidak dimaksudkan untuk mengatur status dehidrasi
tubuh. Maka tubuh mengatur jumlah air mlalui kerja ginjal atau
pengeluaran urin dan juga mekanisme haus.

Peningkatan osmolaritas tubuh akan dideteksi oleh osmoreseptor di


hipotalamus, yang kemudian akan merangsang neuron hipotalamus
sehingga menimbullkan rasa haus dan akan meningkatkan sekresi hormon
vasoperin. Saat, seseorang mengalami penurunan cairan ekstraselular maka
rasa haus timbul dan akan menyebabkan penurunan osmolaritas cairan
ekstraselular sebagai cara tubuh untuk mengkompensasi peningkatan
osmolaritas, yang juga dilakukan oleh hormon vasoperin

Hormon yang berperan dalam kesimbangan cairan tubuh adalah hormon


aldosteron dan hormon vasopresin/ antidiuretic :

1. Hormon ADH

ADH dihasilkan hipotalamus yang kemudian disimpan pada hipofisis


posterior. ADH disekresi ketika terjadi peningkatan serum protein,
peningkatan osmolaritas, menurunnya volume CES, aktivitas yang lama,
stress emosional, trauma. Meningkatkan ADH berpengaruh pada
peningkatan reabsorpsi cairan pada tubulus ginjal. Reaksi mekanisme
haus dan hormonal merupakan reaksi cepat, jika terjadi defisit cairan.
Faktor yang menghambat produksi ADH adalah hipoosmolaritas,
meningkatnya volume darah, terpapar dingin, inhalasi CO2 dan
pemberian antidiuretic.

2. Hormon Aldosteron

Hormon ini dihasikan oleh korteks adrenal, berfungsi dalam


meningkatkan reabsorpsi sodium dan meningkatkan sekresi dari ginjal.
Sekresi aldosterone distimulasi yang utama oleh sistem renin-angotensin I.
Angiotensin I selanjutnya akan diubah menjadi angiotensin II. Sekresi
aldosterone juga distimulasi oleh peningkatan potassium dan penurunan
konsentrasi sodium dalam cairan interstisial dan adrenocortikotropik
hormone (ACTH) yang diproduksi oleh pituitary anterior. Ketika
menjadi hipovolemia, maka terjadi tekanan darah arteri menurun,
tekanan darah arteri pada ginjal juga menurun, keadaan ini
menyebabkan tegangan otot arteri afferent ginjal menurun dan memicu
sekresi renin. Renin menstimulasi aldostreon yang berefek pada retensi
sodium, sehingga cairan tidak banyak keluar melalui ginjal.

2. Haus diatur oleh mekanisme dari hipotalamus. Haus merupakan sensasi


dalam upaya meningkatkan keinginan untuk intake air. Ada beberapa
stimulus yang dapat memicu rasa haus. Salah satu yang paling penting
adalah peningkatan osmolaritas cairan ekstraselular yang menyebabkan
dehidrasi intraselular dari pusat rasa haus. Kegunaan dari respon ini sangat
jelas yaitu membantu mengencerkan cairan ekstraselular dan
mengembalikan osmolaritas kembali ke normal. Penurunan volume cairan
ekstraselular dan tekanan arterial juga merangsang rasa haus melalui suatu
jalur yang tidak bergantung pada jalur yang distimulasi oleh peningkatan
osmolaritas plasma. Jadi, kehilangan volume darah melalui pendarahan
akan merangsang rasa haus, walaupun mungkin tidak terjadi akibat input
neutral dari baroreseptor kardiopulmar dan baroreseptor arterial sistemik
dalam sirkulasi. Stimulus rasa haus ketiga yang penting adalah angiotensin
II. Karena angiotensin II juga distimulasi oleh faktor-faktor yang
berhubungan dengan hipovolemia dan tekanan darah rendah, pengaruhnya
pada rasa haus membantu memulihkan volume darah dan tekanan darah
kembali normal, bersama dengan kinerja lain dari angiotensin II pada
ginjal untuk menurunkan ekskresi cairan. Kekeringan pada mulut dan
membran mukosa esofagus dapat mendatangkan sensasi haus. Sebagai
hasilnya, seseorang yang kehausan dapat segera merasakan kelegaan
setelah dia minum air walaupun air tersebut belum diabsorpsi di sistem
pencernaan. Ginjal terus menerus harus mengeluarkan sejumlah cairan
bahkan saat seseorang dehidrasi untuk membebaskan tubuh dari kelebihan
zat terlarut yang dikonsumsi atau dihasilkan oleh metabolisme. Dehidrasi
terjadi jika tidak diambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan
keseimbangan air. Jika pemasukan protein tinggi, metabolit-metabolit
protein menimbulkan diuresis osmotik, dan jumlah air yang diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan adalah besar. Air juga hilang
melalui evaporasi dari paru dan saluran pencernaan serta melalui
evaporasi dan keringat dari kulit. Oleh karena itu, selalu ada kecendrungan
untuk dehidrasi, dengan akibat peningkatan osmolaritas dan konsetrasi
natrium ekstraseluler

3. Cairan tubuh memiliki konsentrasi yang berbeda-beda antar kompartemen,


ditentukan salah satunya oleh konsentrasi atau kadar elektrolit. Elektrolit
berperan dalam menjaga jumlah cairan tetap di masing-masing
kompartemen yang dibatasi oleh selaput yang disebut membran sel.
Menggunakan prinsip osmosis, cairan dari satu kompartemen dapat
berpindah ke kompartemen lainnya apabila terjadi perubahan pada kadar
elektrolit. Cairan akan berpindah dari kompartemen dengan kekentalan yang
lebih rendah menuju kompartemen dengan kekentalan lebih tinggi. Dapat
dikatakan juga bahwa elektrolit berperan dalam menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh.Untuk menjaga keseimbangan cairan, orang sehat
dengan fungsi ginjal yang normal dan tidak berkeringat berlebihan, harus
minum sedikitnya 1 liter cairan per hari. Untuk mencegah dehidrasi dan
pembentukan batu ginjal, dianjurkan untuk minum cairan sebanyak 1,5-2
liter per hari. Bila otak dan ginjal berfungsi dengan baik, tubuh dapat
mengatasi perubahan yang ekstrim dalam asupan cairan. Seseorang biasanya
dapat minum cairan yang cukup untuk menggantikan kehilangan air yang
berlebihan dan mempertahankan volume darah dan konsentrasi dari garam-
garam mineral yang terlarut ( elektrolit ) dalam darah. Jika seseorang tidak
dapat minum air yang cukup untuk menggantikan kehilangan air yang
berlebihan ( seperti yang terjadi pada muntah berkelanjutan atau diare
hebat ), maka bisa mengalami dehidrasi. Jumlah air dalam tubuh berkaitan
erat dengan jumlah elektrolit tubuh. Konsentrasi natrium darah merupakan
indikator yang baik dari jumlah cairan dalam tubuh. Tubuh berusaha untuk
mempertahankan jumlah total cairan tubuh sehingga kadar natrium darah
tetap stabil. Jika kadar natrium terlalu tinggi, tubuh akan menahan air untuk
melarutkan kelebihan air. Akan timbul rasa haus dan lebih sedikit
mengeluarkan air kemih. Jika kadar natrium terlalu rendah, ginjal
mengeluarkan lebih banyak air untuk mengembalikan kadar natrium
kembali normal.

4. Hasil Pemeriksaan Elektrolit (berdasarkan jurnal fk unand yang berjudul


Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta
Pemeriksaan Laboratorium dan informasi dari web
https://www.academia.edu/27179416/PEMERIKSAAN_NILAI_NORMAL
_SATUAN)

Na: 140 mmol/l, normalnya pada anak anak dan dewassa adalah 135-
145 mmol/l

K : 4.5 mEq/l,normalnya pada bayi dan anak anak adlah 3,6-5,8 mEq/l

Cl: 99 mmol/l, normalnya pada bayi adalah 95-110 pada anak adalah
98-110

Ca: 7.6-11.0 mg/dl, normalnya pada bayi adalah 10-12 mg/dl pada anak
adalah 9-11,5 mg/d
5. Terapi IV NaCl 0.9% itu kan pemberian Cairan Infus.

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian


sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam
pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan
atau zat-zat makanan dari tubuh. Secara umum, keadaan-keadaan yang
dapat memerlukan pemberian cairan infuse, yaitu :

• Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan


komponen darah)

• Traumaabdomen (perut)

• Fraktur(patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha)

• Serangan panas (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)

• Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)

• Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)

• Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan


tubuh dan komponen darah)

Pada intinya, pemberian terapi ini dikarenakan tubuh mengalami


kehilangan banyak cairan. Pada kasus ini, Dylan diberikan terapi IV NaCl
0.9%, karena Dylan mengalami diare dengan feses cair, sehingga tubuh
Dylan mengalami penurunan cairan tubuh dan menyebabkan dehidrasi
ditandai dengan Dylan yang meminta minum terus menerus.

Jenis cairan infus yang digunakan pada kasus ini adalah Cairan
Isotonik. Cairan ini adalah cairan infus yang osmolaritas (tingkat
kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Contohnya adalah cairan
Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%).
Nacl memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu,natrium. Yang
merupakan kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, kalium kation
terbanyak dalam cairan intrasel dan klorida merupakan anion
terbanyak dalam cairan ekstrasel. Jumlah natrium, kalium dan klorida
dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan antara yang masuk
terutama dari saluran cerna dan yang keluar terutama melalui ginjal.
Gangguan keseimbangan natrium, kalium dan klorida berupa hipo- dan
hiper-. Hipo- terjadi bila konsentrasi elektrolit tersebut dalam tubuh turun
lebih dari beberapa Miliekuivalen dibawah nilai normal dan hiper- bila
konsentrasinya meningkat di atas normal. Natrium adalah kation terbanyak
dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram
berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan
intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan
oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk
natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3), sehingga
perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan
perubahan konsentrasi natrium (Darwis, dkk, 2008).

Natrium berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa di dalam


tubuh dengan mengimbangi zat-zat yang membentuk asam. Natrium
berperan dalam trasmisi saraf dan kontraksi otot. Natrium berperan pula
dalam absorbpsi glukosa dan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain, melalui
membran terutama melalui dinding usus (Almatsier, 2002). Keseimbangan
air tubuh dan garam (NaCl) berkaitan erat dan mempengaruhi osmolalitas
maupun volume ECF. Keseimbangan air tubuh terutama diatur oleh
mekanisme haus dan hormon antidiuretic (ADH) untuk mempertahankan
isoosmotik plasma (hampir 287 mOsm/kg). Sebaliknya, keseimbangan
natrium terutama diatur oleh aldosterone untuk mempertahankan volume
ECF dan perfusi jaringan. Pengaturan osmotik diperantarai oleh
hipotalamus, hipofisis, dan tubulus ginjal. Apabila seseorang kehilangan
natrium dan kadar air dalam jumlah banyak, maka dia dapat dikatakan
kehilangan cairan ektrarenal yang dapat mengakibatkan muntah, diare akut
dan gangguan pada pengisapan saluran cerna.

6. Berdasarkan hasil analisis tanda dan gejala diare yang dialami oleh Dylan,
yang telah disebutkan sebelumnya oleh teman-teman, maka mengapa hal
tersebut dapat terjadi pada penderita diare? Karena penyakit diare yang
berhubungan dengan masalah kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
Dimana telah kita ketahui bahwa peran cairan dan elektrolit sangat penting
bagi tubuh untuk membantu menghasilkan energi dan menjaga stabilitas
tubuh. Serta cairan dan elektrolit merupakan bagian terbesar dari
komposisi tubuh manusia, sehingga sangat penting untuk menjaga dalam
tubuh, yang disertai pula dengan kontribusi hormon-hormon yang
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Maka dari itu, ketika
keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh terganggu, maka
jaringan tubuh, sel-sel dan organ-organ tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Sehingga timbulah tanda dan gejala seperti yang dialami oleh
Dylan.
7. Concept Map “Diare Dylan”

Peristaltik Usus TTV :


Meningkat:
HR: 120 x/menit
-Bising usus (NORMAL)
- nutrisi dan frekuensi BAB RR : 32 x/menit (TINGGI)

Kadar Elektrolit :
Darah :
Ca (calsium) rendah
Hemoglobin: tinggi
7,6 mg/dl
Hematokrin :tinggi

Keseimbangan Cairan :
Feses : DYLAN
Kadar cairan terganggu dibuktikan
- Konsentrasi cair (e-coli) dgn :
- Frekuensi tinggi Mukosa mulut kering menyebabkan
haus : Mekanisme Haus
8. Apa itu Loperamid?

Loperamid adalah obat yang digunakan untuk mengontrol


diare. Loperamid diresepkan untuk mengontrol diare, termasuk diare
berkelanjutan terkait dengan penyakit radang usus (IBD, yaitu kondisi
dimana lapisan dari semua atau sebagian dari usus bengkak, iritasi, atau
luka). Terapi Loperamid, juga digunakan untuk mengurangi jumlah cairan
pada orang dengan ileostomi (operasi untuk membuat lubang sehingga
kotoran keluar tubuh melalui perut). Loperamid tidak boleh diberikan
kepada anak-anak dibawah usia 2 tahun.

Bagaimana mekanisme kerja loperamid?

Loperamid berada dalam kelas obat yang disebut agen antidiare.


Mekanisme kerja loperamid dengan cara mengurangi aliran cairan dan
elektrolit ke dalam usus dan dengan memperlambat gerakan usus untuk
mengurangi jumlah buang air besar.

Bagaimana menggunakan loperamid?

 Loperamid tersedia sebagai tablet, kapsul, dan cair (sirup) untuk


diberikan melalui mulut.
 Loperamid OTC biasanya diberikan segera setelah setiap diare tetapi
tidak lebih dari jumlah maksimum 24 jam, yang dijelaskan pada label
obatnya.
 Loperamid kadang-kadang diberikan pada jadwal (satu atau lebih kali
sehari). Ikuti petunjuk pada kemasan atau pada label resep Anda
dengan seksama, meminta dokter atau apoteker untuk menjelaskan
bagian yang tidak Anda mengerti.
 Gunakan loperamid persis seperti yang diarahkan. Jangan mengambil
lebih atau kurang dari itu atau mengambil lebih sering daripada yang
disarankan oleh dokter atau yang tertera pada kemasan.
 Jika Anda menggunakan loperamid sirup, jangan gunakan sendok
rumah tangga untuk mengukur dosis. Gunakan gelas ukur yang tersedia
dengan obat, atau menggunakan sendok yang dibuat khusus untuk
mengukur obat cair.

Komposisi Loperamide HCL :

 Loperamide oral merupakan obat yang bersifat antimotilitas dan sekresi


usus, obat turunan opiate, memiliki generic name (Imodium) dengan
brand name (Loperamide hydrochloride). Untuk 1 kapsul leporamide =
2 mg.

Komposisi masing-masing kapsul (jika dalam sediaan kapsul) :


 100 mg lactose monohydrate
 Maize starch
 Magnesium stearate
Komposisi penutup/tubuh kapsul Leporamide HCL :
 Quinoline yellow (E104)
 Indigo carmine (E132)
 Titanium dioxide (E171)
 Gelatin
 Erythrosin (E127)
 Black iron oxide (E172)
Komposisi pewarna (biasanya hijau ) kapsul Leporamide HCL :
 Ammonium hydroxide
 Povidone
 Shellac
 Simeticone
 Sodium hydroxide
 Titanium dioxide (E171)
 Propylene glycol

Namun, Leporamide HCL memiliki kontraindikasi pada kondisi – kondisi tertentu,


seperti :
1. Pada anak dibawah usia 12 tahun
2. Pasien dengan disentri akut, yang disertai demam tinggi dan feses berdarah
3. Pasien dengan Ulcerative colitis akut
4. Pasien dengan Bacterial enterocolitis, yang disebabkan oleh infeksi shigela,
Salmonella dan Champylobacter
5. Pasien dengan colitis pseudomembran, yang disetai penggunaan antibiotic
spectrum luas
Jika tetap digunakan, maka dapat memperburuk diare yang
disebabkan oleh bakteri enterovasif, akibat dari perpanjangan waktu kontak
antara bakteri dengan epitel usus. Pemberian Loperamide HCL harus segera
dihentikan, apabila terjadi konstipasi, distensi abdomen atau pembesaran
ileum.

Bagaimana dosisnya?

Dosis awal 4 mg, diikuti dengan 2 mg setiap setelah buang air besar hingga
maksimal 5 hari, dosis lazim 6-8 mg sehari. Dosis tidak melebihi dari 16 mg
sehari.

 4-8 tahun 1 mg 3-4 kali sehari hingga maksimal 3 hari,


 9-12 tahun 2 mg 4 kali sehari hingga maksimal 5 hari.
 Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4-8 mg, diikuti 2 mg setiap buang
air besar.

Pemberian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan selama 48 jam.

Bagaimana Kesesuaiannya Dengan Dylan ?

 Menurut (Wingate, et al., 2001) menyatakan bahwa Loperamide oral


merupakan pilihan terbaik pada pasien diare, terlebih lagi pada pasien anak
(namun dengan kontraindikasi pada anak dibawah 2 tahun) yang efektif
dalam menghilangkan gejala tetapi memiliki risiko merugikan yang tidak
diinginkan, seperti tidak direkomendasikan pada kasus disentri disertai infeksi
dan demam, karena dapat memperparah kondisi pasien, pemberian dosis
harus sesuai kondisi kronik pasien. mengapa Dylan mendapatkan terapi
leporamide, karena terapi loperamid dapat diberikan untuk mengurangi durasi
diare dan meningkatkan peluang untuk sembuh melalui produksi kontraksi
segmen usus sehingga memperlambat pergerakan cairan intraluminal dan
penghambatan sekresi mukosa dalam motilitas usus (Mark, et al., 2016).

 Dylan mendapatkan terapi Loperamid, karena mengalami BAB yang terus-


menerus selama 2 hari dengan feses cair, sehingga dia bisa dikatakan Diare.
Loperamid ini adalah obat antidiare untuk mengurangi aliran cairan dan
elektrolit ke dalam usus dan dengan memperlambat gerakan usus untuk
mengurangi jumlah buang air besar.

 Dosis yang diberikan kepada Dylan adalah 2 mg dosis 3 x 1 per oral. Dylan
berusia 4 tahun, maka dari itu dosis tersebut tidak tepat, karena dosis tersebut
untuk anak berusia 9-12 tahun. Dosis yang seharusnya diberikan kepada
Dylan adalah 1 mg 3-4 kali sehar, hingga maksimal 3 hari (4-8
tahun). Pemberian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan selama 48 jam

9. Fungsi normal peristalik usus dan pada kasus terjadi peningkatan peristaltik
usus, Bising usus normalnya 5-30 kali/menit lalu disini ada faktor-faktor
yang mempengaruhi peningkatan peristaltik usus yaitu.Faktor-faktor
fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu dengan
lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal akan
menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga meningkatkan
gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas khim dalam
usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim dengan selaput
lendir usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain akan mengalami
gangguan.
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab
dari diare.
Maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan pokok yang
berupa:
- Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin)
Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat
menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga
cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam empedu
yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari kandung empedu.
Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di
jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi cairan di dalam kolon.
Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung pada
permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang
peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon
saluran cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa.
usus manusia, antara lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan
glukogen. Suatu perubahan PH cairan usus juga. dapat menyebabkan
terjadinya diare, seperti terjadi pada Sindroma Zollinge Ellison atau pada
Jejunitis.
- Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus
makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan. berada
dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga waktu sentuhan yang adekuat
antara khim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorpsi
yang normal. Permukaan mukosa usus halus kemampuannya berfungsi
sangat kompensatif, ini terbukti pada penderita yang masih dapat hidup
setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat singkat.
Motilitas usus merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan
local mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro
organisme berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau
overgrowth) yang kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan
gangguan digesti dan absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare.
Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan hormon prostaglandin,
gastrin, pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan efek langsung
sebagai diare. Selain itu hipermotilitas juga dapat terjadi karena pengaruh
enterotoksin staphilococcus maupun kholera atau karena ulkus mikro yang
invasif o1eh Shigella atau Salmonella.Selain uraian di atas haruslah diingat
bahwa hubungan antara aktivitas otot polos usus,gerakan isi lumen usus dan
absorpsi mukosa usus merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks.
- Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus).
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi
kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare. Adanya
malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan
kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal, sehingga akan dapat
menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi hidrat arang pada
umumnya sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi karena defesiensi enzim
laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu tidak sempurna
mengalami hidrolisis dan kurang di absorpsi oleh usus halus. Kemudian
bakteri-bakteri dalam usus besar memecah laktosa menjadi monosakharida
dan fermentasi seterusnya menjadi gugusan asam organik dengan rantai
atom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekul-
molekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon
hingga terjadi diare. Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang
lebih luas sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase,
isomaltase dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa
usus halus. Hal tersebut dapat terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada
brush border epitel mukosa usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak
dapat menyebabkan tingginya tekanan osmotik dalam lumen usus karena
asam ini tidak larut dalam air.
REFERENCE

https://www.academia.edu/32928273/KETIDAKSEIMBANGAN_CAIRAN_ELE
KTROLIT_DAN_ELIMINASI

https://id.wikibooks.org/wiki/Informasi_Obat/Loperamid

http://pionas.pom.go.id/monografi/loperamid-hidroklorida

Sari, Chynthia Pradiftha.,Hilda Yunita Indriani.,Yosi Febrianti.Treatment


Response of Diarrhea Specific Inpatients at Private Hospital Banten
Province (Respon Pengobatan Pada Pasien Diare Spesifik Rawat Inap di
Rumah Sakit Swasta Provinsi Banten). Jurnal Ilmiah Farmasi 14(1)
Januari-Juli 2018, 35-45. ISSN: 1693-8666. Diambil dari
http://journal.uii.ac.id/index.php/JIF.

https://www.medicines.org.uk/emc/product/715/smpc

http://www.pdpersi.co.id/content/kumpulan_bpom/bpom_loperamide.pdf

Anda mungkin juga menyukai