TUGAS AKHIR
Oleh :
PT. Nuplex Raung Resin merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
kimia. Perusahaan ini memproduksi bahan baku cat yang disebut alkyd resin. Fasilitas
produksi utama yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk adalah reaktor.
Reaktor dilengkapi dengan safeguard yang harus dapat bekerja sesuai fungsinya agar
reaktor dapat bekerja secara normal. Jika terjadi kegagalan fungsi safeguard, proses
produksi bisa terhenti, dan ketika terjadi pelepasan material berbahaya maka bisa
menyebabkan kebakaran, paparan bahan beracun, dan kerusakan properti perusahaan.
Melihat kenyataan tersebut maka Tugas Akhir ini bertujuan untuk menganalisa dan
menilai resiko pada reaktor alkyd resin melalui safeguard yang telah ada untuk
mengetahui apakah safeguard tersebut cukup efektif dan telah sesuai dengan kebutuhan
reaktor untuk melindungi dari potensi bahaya yang ada. Penelitian ini menggunakan
metode Layer of Protection Analysis (LOPA) untuk menganalisa dan menilai resiko yang
ada berdasarkan hasil dari evaluasi bahaya dengan metode Hazard and Operability
Analysis (HAZOP).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 4 jenis consequence yang memiliki
tingkat resiko tertinggi (Significant Risk) yang kemudian salah satunya diambil sebagai
skenario yang akan dianalisa dengan menggunakan LOPA yaitu pelepasan
neopentylglycol, xylene, dan gas inert ke area kerja akibat kebocoran reaktor yang
dikarenakan adanya korosi atau erosi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa frekuensi
initiating event terjadi sebanyak 6x10-3 per tahun. Satu-satunya safeguard yang dapat
berfungsi sebagai Independent Protection Layer (IPL) adalah dike dengan nilai
Probability Failure on Demand (PFD) sebesar 1x10-2. Frekuensi skenario secara umum
diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 6x10-5 per tahun. Selain itu juga dilakukan
perhitungan pada frekuensi outcomes tambahan yang hasilnya berupa frekuensi
kebakaran sebesar 3x10-5 per tahun, frekuensi paparan kebakaran pada manusia sebesar
2x10-5 per tahun, frekuensi manusia cedera akibat paparan kebakaran sebesar 8x10-6 per
tahun, dan frekuensi paparan efek beracun terhadap manusia sebesar 2x10-5 per tahun.
Dengan menggunakan matriks resiko didapatkan keputusan bahwa pengurangan resiko
skenario bersifat optional.
Kata kunci: Reaktor, Safeguard, HAZOP (Hazard and Operability Analysis), LOPA
(Layer of Protection Analysis), Resiko
i
ABSTRACT
PT. Nuplex Raung Resin is a company at chemical industry which produces alkyd
resin as their product. Main production facility which applied for yielding that product is
reactor. Reactor equipped with safeguards that should be work according to their
function. If the function failure of safeguard happened, production process can be
desisted, and hazardous material release can cause fire, toxic material exposure, and loss
of company properties. So it is important to analyze and asses risk on alkyd resin reactor
to make it sure if the safeguard can be work effectively and proper with the requirement
for protecting reactor against the hazards. This research applied Layer of Protection
Analysis (LOPA) method to analyze and assess risk based on the result of hazard
evaluation process which done by using Hazard and Operability Analysis (HAZOP)
method.
From the research result, it is known that there are 4 type of consequence which
has the highest level of risk (Significant Risk), one of them taken as a scenario that will be
analyzed by using LOPA. That consequence is release of neopentylglycol, xylene, and
inert gas to the work area as a result of reactor leakage that caused by corrosion.
Calculation result indicates that scenario have 6x10-3 initiating event frequency every
year. Dike was the only safeguard which has a function as an Independent Protection
Layer (IPL), Probability Failure on Demand (PFD) value of dike equal to 1x10-2.
General calculation indicates that scenario have 6x10-5 scenario frequency every year.
Beside that, the results of calculating the frequency of additional outcomes are 3x10-5
every year for the frequency of fire, 2x10-5 every year for the frequency a person exposed
to a fire, 8x10-6 every year for the frequency of a person injured in a fire, and 2x10-5
every year for the frequency of toxic effect. Risk matrix resulting the decision indicates
that risk reduction is optional.
Key words: Reactor, Safeguard, HAZOP (Hazard and Operability Analysis), LOPA
(Layer of Protection Analysis), Risk
ii
KATA PENGANTAR
iii
8. Bapak Djarot Soewarsono, ST. dan keluarga atas bantuan pencarian
perusahaan sebagai obyek Tugas Akhir saat injury time
9. Sweet Barbarism 2003, Suckqiwij Family, dan Bunga Matahari atas
kebersamaan, dukungan, dan bantuannya. We are the everlasting friend. Love
you all, guys.
10. Mas Otonk, untuk ide topik dan referensinya, thanks yo, bro!! Meaningful
banget buatku.
11. Andrilla Nuzulul Akbar, thanks ya,hun. For every thing that you gave to me
and you’ve done for me. If yesterday you ask me the time to proof it, now I
believe that it’s true.
12. R. Prayodi Arya Dhaniseta Mangunsastro, thanks for makes me being your
“djeng”. Thanks for your support. Thanks for all. I’ll apologize for every
mistake that I’ve ever done. I’m really sorry.
13. Blue October, Jason Miraz, Coldplay, Keane, Oasis, Goo Goo Dolls, and other
Britpop artists, atas kesediaannya menemani malam-malam penuh perjuangan
dengan alunan lagunya.
Tugas Akhir ini tentunya masih jauh dari sempurna maka kritik dan saran
yang membangun atas ketidaksempurnaan penyusunan Tugas Akhir ini sangat
penyusun harapkan. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca pada umumnya, dan penyusun pada khusunya.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................4
1.4.1 Bagi Perusahaan .............................................................4
1.4.2 Bagi Peneliti ...................................................................4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................4
1.5.1 Batasan ...........................................................................4
1.5.2 Asumsi ............................................................................4
v
2.3.2 Penilaian Consequence dan Severity ...........................12
2.3.3 Pembuatan Skenario ....................................................13
2.3.4 Identifikasi Frekuensi Initiating Event ........................15
2.3.5 Identifikasi Independent Protection Layer (IPL) ........17
2.3.6 Penetapan Frekuensi Skenario ....................................25
2.3.6.1 Perhitungan Kuantitatif Resiko dan
Frekuensi ......................................................25
2.3.6.2 Tabel Resiko atau Frekuensi ........................27
2.3.7 Pengambilan keputusan Resiko ...................................27
2.4 Hazard and Operability Analysis (HAZOP) ............................30
2.5 Proses Produksi ........................................................................32
2.5.1 Gambaran Proses .........................................................32
2.5.2 Identitas Bahan ............................................................35
2.6 Event Tree Analysis (ETA).......................................................36
vi
BAB IV PENGUMPULAN dan PENGOLAHAN DATA ...........................42
4.1 Penilaian Consequence dan Severity ........................................42
4.2 Pemilihan Skenario ..................................................................53
4.3 Identifikasi Frekuensi Initiating Events ...................................54
4.4 Identifikasi Independent Protection Layers (IPL) ...................55
4.5 Penetapan Frekuensi Skenario .................................................55
4.5.1 Perhitungan Frekuensi Skenario Umum .....................55
4.5.2 Perhitungan Frekuensi Outcomes Tambahan .............56
4.6 Pengambilan Keputusan Resiko ..............................................58
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 4.7 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 5 dengan Tingkat
Resiko Tertinggi ............................................................................48
Tabel 4.8 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 6 dengan Tingkat
Resiko Tertinggi ............................................................................49
Tabel 4.9 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 7 dengan Tingkat
Resiko Tertinggi ............................................................................49
Tabel 4.10 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 8 dengan Tingkat
Resiko Tertinggi ............................................................................50
Tabel 4.11 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 9 dengan Tingkat
Resiko Tertinggi ............................................................................50
Tabel 4.12 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 12 dengan Tingkat
Resiko Tertinggi ............................................................................51
Tabel 4.13 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 13 dengan Tingkat
Resiko Tertinggi ............................................................................52
Tabel 4.14 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 14 dengan Tingkat
Resiko Tertinggi ............................................................................52
Tabel 4.15 HAZOP yang dipilih pada Study Node 4 ......................................54
Tabel 4.16 Penentuan Nilai Pignition .................................................................56
P
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
53
neopentylglycol. Campuran antara acid dan alkohol tersebut menghasilkan
alkyd resins yang merupakan produk utama dari perusahaan ini. Selain
acid dan alkohol, ada juga xylene yang berfungsi dalam proses azeotrop.
Reaktor dilengkapi dengan berbagai safeguard yang harus bekerja sesuai
fungsinya agar reaktor dapat tetap bekerja secara normal. Jika terjadi
kegagalan fungsi safeguard, kerja reaktor akan terganggu, proses produksi
bisa terhenti dan permintaan konsumen tidak tercapai, ditambah lagi
kerugian yang lain jika terjadi pelepasan material berbahaya dari reaktor
yang bisa menyebabkan kebakaran jika tersulut, paparan bahan berbahaya
bagi pekerja, dan kerusakan properti perusahaan. Namun apakah
safeguard yang ada telah sesuai dengan kebutuhan reaktor dan cukup
efektif untuk mengurangi resiko belum dapat diketahui.
Layer of Protection Analysis (LOPA) merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menganalisa dan menilai resiko.
Tujuan utama LOPA adalah untuk memastikan bahwa telah ada lapisan
perlindungan yang sesuai untuk melawan kecelakaan. Suatu kejadian
mungkin membutuhkan satu atau lebih lapisan perlindungan tergantung
pada kompleksitas proses dan potensi keparahan dari sebuah consequence.
Walaupun tidak ada lapisan yang efektif dengan sempurna, lapisan
perlindungan yang cukup harus tetap disediakan agar resiko dari suatu
kejadian dapat ditolerir.
Penggunaan metode LOPA bisa menjadi salah satu solusi untuk
menentukan lapisan perlindungan apa saja yang harus ada pada reaktor
agar resiko yang mungkin timbul masih dapat ditolerir. Terlebih lagi tidak
ada undang-undang yang mengatur tentang alat perlindungan pada reaktor
dan bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi semua berasal
dari golongan bahan kimia berbahaya. Perusahaan memiliki tiga buah
reaktor untuk proses produksi dengan bahan yang direaksikan dan fungsi
yang sama, sehingga pada penelitian ini hanya diambil satu reaktor saja
sebagai sample fasilitas produksi yang akan dianalisa dengan
menggunakan metode LOPA. Pada LOPA akan dilakukan evaluasi potensi
bahaya, pengembangan skenario kecelakaan, identifikasi frekuensi,
54
identifikasi lapisan perlindungan, hingga pengambilan keputusan resiko
(masih dapat ditolerir atau harus dilakukan tindakan perbaikan?). Dengan
diterapkannya metode LOPA, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari
fasilitas produksi, lebih terjaganya keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
dan mencegah perusahaan untuk mengalami kerugian yang lebih besar.
55
6. Melakukan pengambilan keputusan terhadap resiko yang ada
56
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
57
2.2 Resiko
2.2.1 Gambaran Umum
The Standards Australia/ New Zealand (1999) memaparkan
bahwa, resiko ialah suatu kemungkinan dari suatu kejadian yang
tidak diinginkan yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau
obyek. Resiko tersebut akan diukur dalam terminologi
consequenses dan likelihood. Dapat dijelaskan pula bahwa resiko
adalah pemaparan tentang kemungkinan dari suatu hal seperti
kerugian secara finansial, kerusakan fisik, kecelakaan atau
keterlambatan, sebagai konsekuensi dari suatu aktivitas. Beberapa
contoh resiko yang dapat terjadi dalam suatu perusahaan yaitu
1. Kegagalan dalam meraih kesempatan
2. Kerusakan dari peralatan atau mesin-mesin produksi
3. Kebakaran dan kecelakaan kerja
4. Kerusakan dari peralatan kantor atau sistem komputer
5. Pelanggaran terhadap keamanan
Untuk menanggulangi resiko dapat dilakukan dengan
menghindari, mengurangi, mentransfer, atau menerima resiko
tersebut. Resiko dapat dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain
adalah :
1. Tipe Resiko
Resiko perusahaan dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
a. Tipe Pertama
Adalah tipe resiko yang sulit dikendalikan
manajemen perusahaan, seperti resiko kebakaran akibat
arus listrik dan penipuan yang dilakukan oleh pihak-pihak
tertentu.
b. Tipe Kedua
Adalah tipe resiko yang dapat dikendalikan oleh
manajemen perusahaan. Resiko ini dapat terjadi pada saat
perusahaan membangun pabrik baru, meluncurkan produk
58
baru atau membeli perusahaan lain. Jika salah
memprediksi, perusahaan akan menderita kerugian.
2. Nilai Resiko Yang Dapat Ditolerir
Perusahaan yang tidak memiliki srategi manajemen resiko
lebih merugi dalam menghadapi masa kritis. Akan banyak
biaya yang harus dikeluarkan setelah suatu peristiwa terjadi.
Karena menyadari kebutuhan untuk mengatur resiko, maka
perusahaan mengeluarkan biaya-biaya tambahan sehingga
berakibat pada turunnya jumlah kejadian yang tidak
diharapkan, yang akhirnya menurunkan jumlah berbagai biaya.
Total
Biaya
Biaya-biaya
Biaya-biaya
pencegahan
Biaya-biaya
kecelakaan
59
2.2.2 Perhitungan Resiko
Resiko merupakan kombinasi dari likelihood dan
consequence. Likelihood ialah kemungkinan dalam suatu periode
waktu dari suatu resiko akan muncul. Perhitungan kemungkinan
yang sering digunakan adalah frekuensi. Consequence ialah akibat
dari suatu kejadian yang biasanya dinyatakan sebagai kerugian dari
suatu resiko. Oleh karena itu, perhitungan resiko dilakukan dengan
mengalikan nilai likelihood dengan consequence.
Risks = Likelihood x Consequence
Dimana :
Consequence = konsekuensi untuk suatu resiko ( contoh: Rp.)
Likelihood = frekuensi kegagalan untuk suatu resiko (contoh: per
tahun)
Sehingga nilai dari suatu resiko berupa kerugian biaya yang
dialami per tahun. Untuk memudahkan penentuan level resiko
dibuatlah suatu tabel risk-matrix.
60
Tabel 2.3 Qualitative Risk Analysis Matrix-Level of Risk
Consequence
Likelihood Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
1 2 3 4 5
A (Almost certain) H H E E E
B (Likely) M H H E E
C (Moderate) L M H E E
D (Unlikely) L L M H E
E (Rare) L L M H H
(Sumber: The Standards Australia/New Zealand, 1999)
Keterangan :
E = Extreme Risk : membutuhkan penanggulangan secepatnya
H = High Risk : membutuhkan perhatian dari pihak manajemen
M = Moderate Risk : tanggung jawab manajemen harus
dispesifikasikan
L = Low Risk : dapat diatur dengan prosedur rutin
2.2.3 Manajemen Resiko
Manajemen Resiko yaitu upaya pengelolaan suatu resiko
yang terstruktur dan bertujuan untuk mengetahui, menganalisa,
serta mengendalikan resiko dalam setiap kegiatan atau aktivitas
perusahaan yang diaplikasikan untuk menuju efektivitas
manajemen yang lebih tinggi dalam menangani kesempatan yang
potensial dan kerugian yang dapat mempengaruhi perusahaan.
Mengatur resiko ialah suatu proses sistematik yang digunakan
untuk membuat keputusan dalam meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dari performansi perusahaan. Sedangkan mengelola resiko
adalah mengidentifikasi suatu kejadian yang dapat merugikan
perusahaan dan mengambil suatu tindakan untuk menghindari dan
mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan.
Setiap perusahaan membutuhkan metode tertentu untuk
mengontrol berbagai resiko yang mungkin timbul. Manajemen
resiko dapat diartikan sebagai suatu sistem pengawasan resiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan kemungkinan badan usaha
atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena
61
adanya suatu resiko. Suatu keseimbangan antara biaya dalam
mengelola resiko dengan keuntungan yang akan didapatkan sangat
dibutuhkan dalam pelaksanaan program manajemen resiko.
62
Walaupun tidak ada lapisan yang efektif dengan sempurna, lapisan
perlindungan yang cukup harus disediakan agar resiko kejadian
dapat ditolerir. Suatu proses memerlukan 1 layer saja ketika 1
layer tersebut telah mampu menghentikan terjadinya initiating
event. 2 buah layer diperlukan ketika layer pertama tidak mampu
menghentikan terjadinya initiating event sehingga perlu lapisan
perlindungan lain untuk menghentikannya. 3 buah layer diperlukan
ketika layer pertama dan kedua tidak mampu menghentikan
terjadinya initiating event sehingga perlu lapisan perlindungan lain
untuk menghentikannya, begitu pula seterusnya.
LOPA memberi analis resiko suatu metode untuk
mengevaluasi resiko kembali dari skenario kecelakaan yang
dipilih, skenario biasanya diidentifikasi selama evaluasi potensi
bahaya kualitatif.
63
Meskipun LOPA merupakan teknik penilaian resiko yang
sederhana, LOPA tetap memerlukan data. Data-data tersebut
meliputi seberapa sering peralatan mengalami kegagalan, seberapa
sering terjadi human error, consequence yang timbul akibat
kegagalan alat dan human error, dan bagaimana safeguard akan
mencegah terjadinya consequences. Data-data tersebut digunakan
untuk menentukan nilai untuk tingkat keparahan consequence,
frekuensi initiating event, dan PFD untuk IPL.
2.3.2 Penilaian Consequence dan Severity
Salah satu komponen resiko dari skenario kecelakaan
adalah consequence. Consequence adalah akibat yang tidak
diinginkan dari skenario kecelakaan. Skenario paling diminati
untuk LOPA pada proses industri kimia adalah hilangnya
pertahanan material atau energi berbahaya yang dapat terjadi
karena kebocoran bejana, pecahnya pipa, dan pemindahan relief
valve. Jika material yang terlepas flammable, sulutan dapat
menyebabkan peledakan dan kebakaran. Tumpahan cairan dapat
terbakar sebagai kolam api. Jika material yang terlepas beracun,
personil pabrik atau masyarakat mungkin terpapar pada konsentrasi
yang tidak sehat.
64
mengkategorikan consequence harus konsisten dengan kriteria
resiko yang dapat ditolerir milik perusahaan.
2.3.3 Pembuatan Skenario
Pembuatan skenario merupakan langkah LOPA dimana
analis atau tim membangun satu rangkaian kejadian, termasuk
kejadian pemicu dan kegagalan dari IPLs, yang mengarah pada
satu consequence yang tidak diinginkan. Masing-masing skenario
terdiri dari sedikitnya dua unsur yaitu:
a. initiating event yang memulai rantai kejadian
b. consequence yang menghasilkan dampak jika rantai kejadian
berlanjut tanpa henti
65
dan menentukan apakah sebuah safeguard adalah sebuah IPL.
Penyebab yang diidentifikasi dalam HAZOP digunakan untuk
menetapkan initiating event dan metode LOPA akan
menetapkan frekuensi. Dengan cara yang sama, jika HAZOP
mengidentifikasi safeguard, LOPA akan menentukan apakah
ini adalah IPL untuk skenario, dan jika demikian, PFD apa
harus ditetapkan.
2. Mengembangkan skenario
Setelah skenario diidentifikasi, skenario harus
dikembangkan dan didokumentasikan pada level dimana
pemahaman dasar dari kejadian dan safeguard dapat dicapai.
Faktor apapun yang bisa mempengaruhi perhitungan klasifikasi
atau ukuran consequence atau frekuensi consequence harus
dimasukkan dan didokumentasikan. Setelah initiating event
diidentifikasi untuk skenario, analis harus menentukan
66
enabling event atau kondisi apapun yang diperlukan initiating
event untuk sampai kearah consequence.
Langkah berikutnya dalam mengembangkan skenario
adalah untuk mengidentifikasi safeguard yang ada pada
tempatnya, yang jika mereka beroperasi sebagaimana yang
diharapkan, mungkin mencegah skenario berlanjut pada
consequence. Sebaiknya mendaftar semua safeguard untuk
skenario tertentu sebelum memutuskan yang benar-benar IPLs.
2.3.4 Identifikasi Frekuensi Initiating Event
Untuk LOPA, masing-masing skenario mempunyai satu
initiating event. Frekuensi initiating event secara normal
dinyatakan dalam kejadian per tahun. Beberapa sumber
menggunakan satuan lain, seperti kejadian per 106 jam. Initiating
event secara umum dibagi menjadi tiga tipe yaitu:
1. Equipment-Related Initiating Events
Initiating events yang terkait dengan peralatan dapat
digolongkan ke dalam:
a. kegagalan sistem kendali
b. kegagalan mekanis
2. Human Failure-Related Initiating Events
Penyebab yang berhubungan dengan kegagalan manusia
adalah salah satu dari kesalahan karena ketidaktahuan atau
kesalahan pengawasan, dan meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. kegagalan untuk melaksanakan langkah-langkah dari satu
tugas dengan baik
b. kegagalan untuk mengamati atau menjawab dengan benar
pada suatu kondisi proses atau sistem
3. External Initiating Events
Kejadian eksternal meliputi gejala alam seperti gempa
bumi, angin topan, atau banjir, ledakan atau kebakaran pada
fasilitas-fasilitas pendamping; dan intervensi pihak ketiga
67
seperti dampak mekanis pada peralatan atau tumpuan
kendaraan bermotor, atau peralatan konstruksi.
Sebelum menetapkan frekuensi initiating event, semua
penyebab dari langkah pengembangan skenario harus ditinjau dan
dibuktikan sebagai initiating event yang sah untuk consequence
yang diidentifikasi. Jumlah sumber dari data kegagalan tersedia
untuk menetapkan nilai yang konsisten pada frekuensi initiating
event. Meliputi:
1. Data dari industri
2. Pengalaman perusahaan dimana tersedia data historis
3. Data dari produsen
Ketika data-data yang tersebut diatas tidak tersedia, keputusan
harus digunakan untuk memutuskan data mana yang berasal dari
sumber luar yang lebih dapat diaplikasikan pada situasi tersebut.
Banyak database laju kegagalan mengandung data yang
menunjukkan dua atau lebih tempat yang signifikan. Metode
LOPA mengasumsikan bahwa laju kegagalan adalah konstan. Hal
ini tidak selalu benar, karena laju kegagalan peralatan lama
biasanya lebih tinggi daripada peralatan yang masih baru. Untuk
tujuan LOPA, laju kegagalan konstan sudah cukup.
Untuk sistem atau operasi yang tidak berkelanjutan, data
laju kegagalan harus disesuaikan untuk mencerminkan bahwa
kemungkinan kerugian waktu (time at risk) untuk komponen atau
operasi telah ditetapkan. Penting untuk memastikan bahwa data
laju kegagalan yang digunakan untuk satu proses adalah konsisten
dengan asumsi dasar yang tidak dapat dipisahkan sebagian besar
data laju kegagalan dinyatakan dengan satuan "per tahun" ( yr-1),
itu diperlukan untuk melakukan penyesuaian data untuk
mencerminkan bahwa komponen atau operasi tidak mengalami
kegagalan sepanjang tahun, tetapi hanya pada pecahan tahun ketika
sedang beroperasi atau "berhadapan dengan resiko". Frekuensi
initiating events yang sering digunakan ditunjukkan pada tabel 2.4.
68
Tabel 2.4 Nilai frekuensi yang biasa digunakan, f1, untuk
menetapkan initiating events
Example of a
Value Chosen
Frequency Range
by a Company
Initiating Event from Literature
for Use in
(per year)
LOPA
(per year)
Pressure vessel residual failure 10-5 to 10-7 1x10-6
Piping residual failure - 100 m - Full Breach 10-5 to 10-6 1x10-5
Piping leak (10% section)- 100 m 10-3 to 10-4 1x10-3
Atmospheric tank failure 10-3 to 10-5 1x10-3
Gasket/packing blowout 10-2 to 10-6 1x10-2
Turbine/diesel engine overspeed with casing
10-3 to 10-4 1x10-4
breach
Third party intervention (external impact by
10-2 to 10-4 1x10-2
backhoe, vehicle, etc)
Crane load drop 10-3 to 10-4 per lift 1x10-4 per lift
Lightning strike 10-3 to 10-4 1x10-3
Safety valve open spuriously 10-2 to 10-4 1x10-2
Cooling water failure 1 to 10-2 1x10-1
Pump seal failure 10-1 to 10-2 1x10-2
Unloading/loading hose failure 1 to 10-2 1x10-1
BPCS instrument loop failure Note: IEC61511
limit is more than 1x10-5/hr or 8.76x10-2/yr 1 to 10-2 1x10-1
(IEC,2001)
Regulator failure 1 to 10-1 1x10-1
Small external fire (aggregate causes) 10-1 to 10-2 1x10-1
Large external fire (aggregate causes) 10-2 to 10-3 1x10-2
LOTO (lock-out tag-out) procedure* failure 10-3 to 10-4 per 1x10-3 per
* overall failure of a multiple element process opportunity opportunity
Operator failure (to execute routine procedure, 10-1 to 10-3 per 1x10-2 per
assuming well trained, unstressed, not fatigued) opportunity opportunity
69
dan bagaimana mereka seharusnya dikelompokkan sebagai IPL
dalam metode LOPA dibahas pada penjelasan di bawah ini:
1. Process Design
Pada banyak perusahan, diasumsikan bahwa beberapa
skenario tidak dapat terjadi karena desain inherently safer pada
peralatan dan proses. Pada perusahaan lainnya, beberapa fitur
pada desain proses yang inherently safer dianggap nonzero
PFD masih terjadi-artinya masih mungkin mengalami
kegagalan industri. Desain proses harus dianggap sebagai IPL,
atau ditetapkan sebagai metode untuk mengeliminasi skenario,
tergantung pada metode yang digunakan oleh organisasi.
2. Basic Process Control System (BPCS)
BPCS meliputi kendali manual normal, adalah level
perlindungan pertama selama operasi normal. BPCS didesain
untuk menjaga proses berada pada area selamat. Operasi
normal dari BPCS control loop dapat dimasukkan sebagai IPL
jika sesuai kriteria. Ketika memutuskan menggunakan BPCS
sebagai IPL, analis harus mengevaluasi efektifitas kendali
akses dan sistem keamanan ketika kesalahan manusia dapat
menurunkan kemampuan BPCS.
3. Critical Alarms and Human Intervention
Sistem ini merupakan level perlindungan kedua selama
operasi normal dan harus diaktifkan oleh BPCS. Tindakan
operator, diawali dengan alarm atau observasi, dapat
dimasukkan sebagai IPL ketika berbagai kriteria telah dapat
memastikan kefektifan tindakan.
4. Safety Instrumented Function (SIF)
SIF adalah kombinasi sensor, logic solver, dan final
element dengan tingkat integritas keselamatan spesifik yang
mendeteksi keadaan diluar batas dan membawa proses berada
pada fungsi yang aman. SIF merupakan fungsi independent
dari BPCS. SIF normalnya ditetapkan sebagai IPL dan desain
70
dari suatu sistem, tingkat pengurangan, dan jumlah dan tipe
pengujian akan menentukan PFD dari SIF yang diterima
LOPA.
5. Physical Protection (Relief Valves, Rupture Disc, etc)
Alat ini, ketika ukuran, desain, dan perawatannya sesuai,
adalah IPL yang dapat menyediakan perlindungan tingkat
tinggi untuk mencegah tekanan berlebih. Keefektifan mereka
dapat rusak akibat kotor dan korosi, jika block valves dipasang
di bawah relief valve, atau jika aktivitas inspeksi dan perawatan
sangat memprihatinkan.
6. Post Release Protection (Dikes, Blast Walls, etc)
IPLs ini adalah alat pasif yang dapat menyediakan
perlindungan tingkat tinggi jika didesain dan dirawat dengan
benar. Walaupun laju kegagalan mereka rendah, kemungkinan
gagal harus dimasukkan dalam skenario.
7. Plant Emergency Response
Fitur ini (pasukan pemadam kebakaran, sistem pemadaman
manual, fasilitas evakuasi, dll) secara normal tidak ditetapkan
sebagai IPLs karena mereka diaktifkan setelah pelepasan awal
dan terlalu banyak variabel mempengaruhi keseluruhan
efektifitas dalam mengurangi skenario.
8. Community Emergency Response
Pengukuran ini, yang meliputi evakuasi komunitas dan
tempat perlindungan secara normal tidak ditetapkan sebagai
IPLs karena mereka diaktifkan setelah pelepasan awal dan
terlalu banyak variabel mempengaruhi keseluruhan efektifitas
dalam mengurangi skenario. Hal ini tidak menyediakan
perlindungan terhadap personil plant.
71
Tabel 2.5 Contoh safeguard yang biasanya tidak ditetapkan
sebagai IPLs
Safeguard do not
usually considered Comments
IPLs
Training and These factors may be considered in assessing the PFD for operator action,
certification but are not-of themselves-IPLs
These factors may be considered in assessing the PFD for operator action,
Procedures
but are not-of themselves-IPLs
These activities are assumed to be in place for all hazard evaluations and
Normal testing and form the basis for judgement to determine PFD. Normal testing and
inspection inspection affects the PFD of certain IPLs. Lengthening the testing and
inspection intervals may increase the PFD of an IPL.
These activities are assumed to be in place for all hazard evaluations and
Maintenance form the basis for judgement to determine PFD. Maintenance affects the
PFD of certain IPLs.
It is a basic assumption that adequate communications exist in a facility.
Communications
Poor communications affects the PFD of certain IPLs.
Signs by themselves are not IPLs. Signs may be unclear, obscured, ignored,
Signs
etc. Signs may affect the PFD of certain IPLs.
Active fire protection is often not considered as an IPL as it is post event for
most scenarios and its availability and effectiveness may be affected by the
fire/explosion which it is intended to contain. However, if a company can
demonstrate that it meets the requirements of an IPL for a given scenario, it
may be used (e.g., if an activating system such a plastic piping or frangible
Fire protection
switches are used)
Note: fire protection is mitigation IPL as it attempts to prevent a larger
consequence subsequent to an event that has already occurred. Fire proof
insulation can be used as an IPL for some scenarios provided that it meets
the requirements of API and corporate standards
Requirement that
information is
This is a basic requirement
available and
understood
72
1. Instrumented System
Sistem ini merupakan kombinasi dari sensor, logic solver,
kendali proses, dan final elements yang bekerja bersama, untuk
mengatur operasi plant otomatis, atau untuk mencegah
terjadinya kejadian spesifik di dalam proses manufaktur kimia.
Dua tipe instrumented system yang ditetapkan sebagai dasar
metode LOPA yaitu:
a. continuous controller (seperti kendali proses yang
mengatur aliran, temperatur, atau tekanan pada nilai yang
ditetapkan operator)
b. state controller (logic solver yang melakukan proses
pengukuran dan mengatur perubahan on-off pada indikator
alarm dan process valve)
2. B asic Process Control System (BPCS)
BPCS adalah sistem kendali yang memonitor secara terus
menerus dan mengendalikan proses operasi plant dari hari ke
hari. BPCS menyediakan tiga tipe yang berbeda dari fungsi
keselamatan yang dapat menjadi IPLs:
a. continuous control action
b. state controllers (logic solver atau alarm trip units)
c. state controllers (logic solver atau control relays)
Untuk tujuan LOPA, beberapa perusahaan menggunakan PFD
1x10-1 untuk tiap IPL BPCS yang dapat diaplikasikan pada
initiating event-consequence.
3. IPLs Pasif
IPL pasif tidak perlu melakukan tindakan supaya dapat
mencapai fungsinya yaitu mengurangi resiko. IPLs ini
mencapai fungsi yang diharapkan jika proses atau desain
mekanis mereka benar dan jika dibangun, dipasang, dan
dirawat dengan benar. Alat-alat tersebut diharapkan untuk
mencegah consequence yang tidak diinginkan (penyebaran
kebocoran, kerusakan peralatan atau bangunan akibat ledakan,
73
dll). Jika didesain dengan benar, sistem pasif tersebut dapat
dikategorikan sebagai sebuah IPL dengan tingkat keyakinan
tinggi dan akan mengurangi frekuensi kejadian dengan
consequence besar yang potensial secara signifikan.
Comments
PFD from PFD used in
Assuming an adequate design
IPL Literature and This Book
basis and adequate inspection
Industry (For screening)
and maintenance procedures
Will reduce the frequency of
large consequences (widespread
Dike
spill) of a tank
1x10-2-1x10-3 1x10-2
overfill/rupture/spill/etc
Will reduce the frequency of
Underground large consequences (widespread
Drainage System spill) of a tank
1x10-2-1x10-3 1x10-2
overfill/rupture/spill/etc
Open Vent (no
valve)
Will prevent over pressure 1x10-2-1x10-3 1x10-2
Will reduce rate of heat input
Fireproofing and provide additional time for 1x10-2-1x10-3 1x10-2
depressurizing/firefighting/etc
Will reduce the frequency of
large consequences of an
Blast-wall/Bunker explosion by confining blast and 1x10-2-1x10-3 1x10-3
protecting
equipment/buildings/etc
If properly implemented can
significantly reduce the
frequency of consequences
associated with a scenario. Note:
the LOPA rules for some
“Inherently Safe”
Design
companies allow inherently safe 1x10-1-1x10-6 1x10-2
design features to eliminate
certain scenarios (e.g., vessel
design pressure exceeds all
possible high pressure
challenges)
If properly designed, installed,
and maintained these should
Flame/Detonation
Arrestors
eliminate the potential for flash- 1x10-1-1x10-3 1x10-2
back through a piping system or
into a vessel or tank
74
a. SIL 1 PFD ≥ 1x10-2 hingga < 1x10-1. SIF ini
diimplementasikan secara normal dengan 1 sensor, 1 logic
solver SIS dan 1 final control element
b. SIL 2 PFD ≥ 1x10-3 hingga < 1x10-2. SIF ini biasanya
secara penuh bertumpuk dari sensor melalui logic solver
SIS ke final control element
c. SIL 3 PFD ≥ 1x10-4 hingga < 1x10-3. SIF ini biasanya
secara penuh bertumpuk dari sensor melalui logic solver
SIS ke final control element dan memerlukan desain yang
sangat hati-hati dan frekuensi uji ketahanan untuk mencapai
nilai PFD yang rendah
d. SIL 4 PFD ≥ 1x10-5 hingga < 1x10-4. SIF ini sulit didesain
dan dirawat dan tidak digunakan dalam LOPA.
5. Vendor Installed Safeguard
Banyak peralatan yang dipasok dengan berbagai safeguard
dan sistem interlock yang didesain oleh produsen peralatan.
Benar jika menetapkan alat tersebut sebagai IPLs berdasarkan
kesesuaian mereka terhadap ketentuan LOPA.
6. Deluges, Sprays, Foam System, dan Firefighting Mitigation
System lainnya
Deluges, water spray, foam system mungkin dapat
ditetapkan sebagai IPLs untuk mencegah pelepasan bahan
kimia jika didesain dirawat dengan baik.
7. Pressure Relief Devices
Pressure relief valve membuka ketika tekanan dibawah
valve melebihi tekanan yang menahan valve untuk tetap
menutup. Bejana bertekanan membutuhkan relief valves untuk
melindungi bejana atau sistem yang didesain untuk semua
skenario dan tidak menentukan ketentuan lain. Ini menandakan
bahwa relief valve adalah satu-satunya IPL yang dibutuhkan
untuk pelindung tekanan berlebih.
75
8. IPLs Aktif
IPLs aktif perlu bergerak dari satu posisi ke posisi yang
lain sebagai respon terhadap perubahan properti proses yang
dapat diukur, atau sinyal dari sumber lain.
9. Human IPLs
Human IPLs melibatkan kemampuan operator atau staf
lainnya untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap
consequence yang tidak diinginkan, sebagai respon terhadap
alarms atau mengikuti pemeriksaan rutin dari system.
76
Tabel 2.8 Contoh Human Action IPLs
J
fi c = fi I x∏ PFDij = fi I xPFDi1 xPFDi 2 x....xPFDij
j =1
Dimana:
fi c = frekuensi untuk consequence C dan initiating
event i
fi I = frekuensi initiating event untuk initiating event
i
PFDij = kemungkinan kegagalan dari jth IPL yang
77
2. Perhitungan Frekuensi Outcomes Tambahan
Outcomes tambahan tersebut antara lain:
a. efek flammable seperti kebakaran atau ledakan
⎛ J ⎞
fi fire = fi I x⎜⎜ Χ PFDij ⎟⎟ xP ignition
⎝ j =1 ⎠
dimana:
Pignition = kemungkinan penyulutan
b. efek bahan beracun
⎛ J ⎞
fi toxic = fi I x⎜⎜ Χ PFD ij ⎟⎟ xP personpres ent xP injury
⎝ j =1 ⎠
dimana:
Pperson present
= kemungkinan pekerja berada pada
area yang terkena dampak
Pinjury = kemungkinan terjadi cedera
P
⎛ J ⎞
fi fire exp osure
= fi x⎜⎜ Χ PFDij ⎟⎟ xP ignition xP personpres ent
I
⎝ j =1 ⎠
dimana:
Pignition = kemungkinan penyulutan
Pperson present
= kemungkinan pekerja berada pada
area yang terkena dampak
d. cedera atau kematian
⎛ J ⎞
fi fireinjury = fi I x⎜⎜ Χ PFD ij ⎟⎟ xP ignition xP personpres ent xP injury
⎝ j =1 ⎠
d
dimana:
Pignition = kemungkinan penyulutan
Pperson present
= kemungkinan pekerja berada pada
area yang terkena dampak
injury
PP = kemungkinan terjadi cedera
78
2.3.6.2 Tabel Resiko atau Frekuensi
Resiko atau frekuensi skenario mungkin ditetapkan
secara kualitatif dengan menggunakan tabel. Kategori
pada matrik meliputi:
1. frekuensi initiating event untuk skenario
2. keparahan dari consequence untuk skenario
3. jumlah IPLs yang dibutuhkan frekuensi consequence
Sebagai metode yang sering digunakan, tabel perusahaan
menunjukkan nilai IPL untuk IPLs yang sering
digunakan. Selama pengembangan metode ini, nilai IPL
dikalkulasikan dari PFD IPL menggunakan hubungan:
1 IPL credit = 1x10-2 PFD
Number of IPL
IPL Credits
(subset of tables 6.3, 6.4, PFD (for the method
6.5) illustrated in this
book)
Dike 1x10-2 – 1x 10-3 1 – 1,5
Flame/detonation arrestors 1x10-2 – 1x 10-3 1 – 1,5
Relief valve 1x10-1 – 1x 10-5 0,5 – 2,5
Rupture disc 1x10-1 – 1x 10-5 0,5 – 2,5
SIF SIL 1 1x10-1 – 1x 10-2 0,5 – 1
SIF SIL 2 1x10-2 – 1x 10-3 1 – 1,5
SIF SIL 3 1x10-3 – 1x 10-4 1,5 – 2
Human action with 10
minutes response time
1,0 – 1x 10-1 0 – 0,5
79
LOPA biasanya diaplikasikan untuk menetapkan apakah
resiko dari skenario masih dapat ditolerir atau harus dikurangi.
Tiga tipe dasar pengambilan keputusan resiko yang digunakan
LOPA:
1. Membandingkan antara kalkulasi resiko dengan kriteria resiko
yang dapat ditolerir
a. Metode Kriteria Numerik (Resiko maksimum yang dapat
ditolerir tiap skenario)
Beberapa perusahaan telah mengembangkan kriteria
resiko berdasarkan resiko maksimum yang dapat ditolerir
tiap skenario, berdasarkan pada berbagai kategori
consequence.
b. Metode Matrik
Matrik resiko adalah metode umum yang
menunjukkan frekuensi yang dapat ditolerir dari skenario
berdasarkan keparahan consequence dan frekuensi
skenario. Sebuah contoh dapat dilihat pada tabel 2.10
- zone ”very low” tidak memerlukan tindakan apapun
- zone ”low” memerlukan keputusan manajemen untuk
memastikan bahwa pengurangan tertentu dibutuhkan
- zone “moderate” memerlukan pengurangan pada
kesempatan mendatang
- zone ”high” memerlukan pengurangan dengan segera
atau mematikan proses
80
Tabel 2.10 Risk Matrix with Individual Action Zone
81
2. Keputusan Para Ahli
Keputusan para ahli dibutuhkan ketika kriteria resiko yang
dapat ditolerir tidak tersedia atau tidak ditetapkan dengan
mudah melalui tipe proses yang telah dianalisa atau potensi
bahaya yang terlibat.
3. Perbandingan relatif antara beberapa alternatif untuk
pengurangan resiko
82
Tabel 2.12 merupakan daftar guide word yang dikembangkan oleh
Imperial Chemical Industry (ICI) untuk digunakan pada studi HAZOP dan
diaplikasikan pada parameter proses seperti yang dapat dilihat pada tabel
2.13.
83
Teknik analisa HAZOP membutuhkan gambar proses atau
prosedur yang dibagi menjadi titik studi, bagian proses, atau langkah
operasi dan potensi bahaya proses tersebut ditempatkan dengan
menggunakan guide words. Hasil dari HAZOP dicatat dalam format
tabulasi, dapat dilihat pada tabel 2.14.
84
mudah terbakar, sumber panas, dan oksigen. Inert gas yang
digunakan berupa nitrogen (N2) atau karbondioksida (CO2).
3. Bahan baku dimasukkan ke dalam reaktor. Bahan baku cair
(neopentylglycol) dimasukkan melalui pipa yang terhubung
dari storage tank. Bahan baku padat (phthalic anhydride)
dimasukkan melalui manhole.
4. Pemanas dinyalakan. Pemanasan menggunakan hot oil di
dalam jacket yang terikat pada sisi luar dinding reaktor.
Sumber panas dari hot oil berada di luar sistem, berupa
furnace. Hot oil disirkulasikan oleh pompa dan laju aliran dapat
dikontrol secara otomatis untuk menghasilkan suhu yang
diinginkan. Suhu maksimum dari pemanasan ini sebesar 240oC.
5. Bahan baku dipanaskan selama 18 jam hingga terjadi reaksi
esterifikasi antara acid dan alkohol sehingga menghasilkan
alkyd resins dan air.
O esterifikasi O
85
Xylene
T/P
Azeotrope
Air
86
Kondensor Separator
Tangki
Pengencer Reaktor
Receiver
Solvent
Filter Produk
Aid (Alkyd resin)
87
2.6 Event Tree Analysis (ETA)
Sebuah event tree menggambarkan kemungkinan terjadinya
accident yang dihasilkan dari sebuah initiating event karena kegagalan
peralatan atau kesalahan manusia (Center for Chemical Process Safety,
1992). Event Tree Analysis (ETA) digunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan accident yang dapat terjadi pada proses yang kompleks.
88
BAB III
METODE PENELITIAN
89
3.2 Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan karena untuk melakukan pemecahan
terhadap masalah yang diteliti diperlukan data-data yang mendukung. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Piping and Instrument Diagrams (P&IDs)
2. Data Kategori Consequence
3. Data safeguard dan fungsinya
4. Data kegagalan komponen
90
Tabel 3.1 Penilaian Likelihood secara Kualitatif (lanjutan)
91
3.3.4 Identifikasi Independent Protection Layers (IPLs)
Identifikasi IPL dilakukan dengan menggunakan IPL
assessment yaitu dengan cara mengumpulkan daftar semua
safeguard pada reaktor. Setelah itu ditentukan berapa nilai dari
probability failure on demand (PFD) dari tiap IPL. Hasil dari
penilaian didokumentasikan dalam IPL summary sheet.
3.3.5 Penetapan Frekuensi Skenario
Penetapan frekuensi scenario dilakukan dengan cara
menghitung frekuensi (umum, kemungkinan tambahan outcomes,
dan skenario ganda) dan resiko secara matematis atau dengan tabel.
3.3.6 Pengambilan Keputusan Resiko
Pengambilan keputusan mengenai resiko merupakan tahap
akhir dari rangkaian metode LOPA. Pengambilan keputusan
dilakukan dengan cara membandingkan antara perhitungan resiko
dengan kriteria resiko yang telah ditetapkan sebelumnya.
92
Tahap Identifikasi Masalah
93
BAB IV
PENGUMPULAN dan PENGOLAHAN DATA
Consequence
Likelihood
1 2 3 4 5
A M S S S S
B M S S S S
C L M S S S
D L L M S S
E L L M S S
94
dilambangkan dengan huruf ”S” yang mewakili kata Significant Risk.
Sebuah keadaan abnormal dikatakan sedang berada dalam kategori
Significant Risk jika penelitian lebih lanjut dan perencanaan manajemen
pada tingkat yang paling tinggi diperlukan untuk menanggulangi keadaan
abnormal tersebut.
Setelah menentukan kategori consequence, likelihood, dan tingkat
resiko (risk rating), proses hazard evaluation mulai dilakukan, metode
hazard evaluation yang digunakan pada penelitian ini adalah Hazard and
Operability Analysis (HAZOP). Piping and Instrument Diagrams (P&IDs)
reaktor yang dapat dilihat pada lampiran 3 digunakan sebagai acuan untuk
pengerjaan HAZOP. P&ID dibagi menjadi 14 study node (titik studi) agar
pengerjaan HAZOP dapat lebih fokus pada poin spesifik dari proses atau
operasi. Daftar pembagian study node dapat dilihat pada tabel 4.2.
95
Tabel 4.3 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 1 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Terjadinya pelepasan
neopentylglycol ke area kerja
Tabel 4.4 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 2 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Berpotensi menimbulkan
terjadinya kebakaran
96
Tabel 4.4 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 2 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi (lanjutan)
Low Flow Operator mengatur laju aliran Kapasitas xylene di dalam reaktor
xylene terlalu rendah terlalu kecil
Berpotensi menimbulkan
terjadinya kebakaran
No Flow Tidak ada material pada tangki Produksi alkyd resin gagal
penyimpanan
High Pressure Laju aliran xylene terlalu besar Terjadinya pelepasan xylene ke
area kerja
Berpotensi menimbulkan
terjadinya kebakaran
97
Tabel 4.5 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 3 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Low Flow Operator mengatur laju aliran Kapasitas inert gas di dalam
terlalu rendah reaktor terlalu kecil
Terdapat kebocoran pada pipa Terjadinya pelepasan inert gas
ke atmosfer
Berpotensi menyebabkan
terjadinya kebakaran
No Flow Control valve gagal membuka Berpotensi menyebabkan
terjadinya kebakaran
Low Pressure Laju aliran inert gas terlalu kecil Kapasitas inert gas di dalam
reaktor terlalu kecil
Berpotensi menyebabkan
terjadinya kebakaran
Loss of Korosi atau erosi Terjadinya pelepasan inert gas
Containment ke area kerja
Tumbukan dari luar pipa
Berpotensi menimbulkan
Kesalahan konstruksi pipa terjadinya kebakaran
98
Tabel 4.6 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 4 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Berpotensi menyebabkan
kebakaran
Low Level Kecilnya aliran pipa Kapasitas xylene di dalam
neopentylglycol, xylene, dan gas reaktor terlalu kecil
inert ke dalam reaktor
Kapasitas gas inert di dalam
reaktor terlalu kecil
Berpotensi menyebabkan
terjadinya kebakaran
High Pressure Kapasitas neopentylglycol, xylene, Terjadinya pelepasan
dan gas inert di dalam reaktor neopentylglycol, xylene, dan gas
terlalu besar inert ke area kerja
Berpotensi menyebabkan
kebakaran dan peledakan
99
Tabel 4.6 Rekapitulasi HAZOP pada Study Node 4 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi (lanjutan)
Tabel 4.7 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 5 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Low Flow Terdapat kebocoran pada pipa Terjadinya pelepasan alkyd resin
ke area kerja
100
pelepasan alkyd resin ke area kerja dan produksi alkyd resin gagal.
Dibawah ini merupakan hasil rekapitulasi pengerjaan HAZOP dengan
consequence pada tingkat resiko paling tinggi pada study node 6.
Tabel 4.8 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 6 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Tabel 4.9 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 7 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
101
Dari rekapitulasi diatas, dapat dilihat bahwa ada dua jenis
consequence yang masuk dalam kategori Significant Risk yaitu terjadinya
pelepasan xylene ke area kerja, dan berpotensi menyebabkan kebakaran.
Dibawah ini merupakan hasil rekapitulasi pengerjaan HAZOP dengan
consequence pada tingkat resiko paling tinggi pada study node 8.
Tabel 4.10 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 8dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Berpotensi menyebabkan
terjadinya kebakaran
Loss of Korosi atau erosi Terjadinya pelepasan xylene ke
Containment area kerja
Tumbukan dari pipa
Berpotensi menyebabkan
Kesalahan konstruksi pipa terjadinya kebakaran
Tabel 4.11 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 9 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
102
Tabel 4.11 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 9 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi (lanjutan)
Tabel 4.12 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 12 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Berpotensi menyebabkan
terjadinya kebakaran
Loss of Korosi atau erosi Terjadinya pelepasan xylene ke
Containment area kerja
Tumbukan dari luar pipa
Berpotensi menyebabkan
Kesalahan konstruksi pipa terjadinya kebakaran
103
Tabel 4.13 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 13 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Tabel 4.14 Rekapitulasi HAZOP Pada Study Node 14 dengan Tingkat Resiko
Tertinggi
Berpotensi menyebabkan
kebakaran
Loss of Korosi atau erosi Terjadinya pelepasan xylene ke
Containment area kerja
Tumbukan dari luar pipa
Berpotensi menyebabkan
Kesalahan konstruksi pipa terjadinya kebakaran
104
4.2 Pemilihan Skenario
Pemilihan skenario merupakan langkah kedua dari penilaian resiko
dengan pendekatan metode Layer of Protection Analysis (LOPA).
Pemilihan skenario ini diambil dari proses hazard evaluation yang telah
dilakukan. Skenario yang dipilih pada penelitian ini yaitu skenario dengan
tingkat resiko (Risk Rating) paling tinggi (Significant Risk).
Seperti yang terlihat pada rekapitulasi hasil HAZOP yang telah
ditunjukkan pada sub bab sebelumnya, secara umum ada 2 consequence
yang memiliki nilai resiko signifikan, yaitu:
1. Terjadinya pelepasan bahan berbahaya (neopentylglycol, xylene, inert
gas) ke area kerja yang bersifat flammable dan toxic
2. Kapasitas bahan (neopentylglycol, xylene, inert gas) di dalam reaktor
yang tidak seimbang
Pada penelitian ini, consequence dengan tingkat resiko tertinggi
yang dipilih untuk menjadi skenario adalah terjadinya pelepasan
neopentylglycol, xylene, dan gas inert ke area kerja (pada study node 4).
Pelepasan neopentylglycol, xylene, dan inert gas ke area kerja dipilih
karena jika neopentylglycol terhirup oleh pekerja dapat mengakibatkan
iritasi pada sistem pernafasan, dan jika terpercik dapat mengakibatkan
iritasi dan luka bakar pada kulit serta kerusakan serius pada mata, xylene
bersifat flammable dan mudah menguap pada suhu kamar sehingga jika
terhirup dapat menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan jika uap
mengumpul dan terkena sumber panas dapat langsung terbakar, jika
terpercik pada kulit dan mata dapat menimbulkan iritasi yang cukup
serius, dan jika inert gas terlepas ke atmosfer maka potensi kebakaran
timbul akibat masuknya oksigen ke dalam proses reaksi. Sifat kimia dari
masing-masing bahan tersebut dapat dilihat pada material safety data
sheet yang ada pada lampiran 5 dan 6. Tabel 4.15 adalah tabel HAZOP
yang dipilih sebagai skenario.
105
Tabel 4.15 HAZOP yang dipilih pada Study Node 4
106
4.3 4.4 Pemilihan Skenario
Pemilihan skenario merupakan langkah kedua dari penilaian resiko
dengan pendekatan metode Layer of Protection Analysis (LOPA).
Pemilihan skenario ini diambil dari proses hazard evaluation yang telah
dilakukan. Skenario yang dipilih pada penelitian ini yaitu skenario dengan
tingkat resiko (Risk Rating) paling tinggi (Significant Risk).
Seperti yang terlihat pada rekapitulasi hasil HAZOP yang telah
ditunjukkan pada sub bab sebelumnya, secara umum ada 2 consequence
yang memiliki nilai resiko signifikan, yaitu:
3. Terjadinya pelepasan bahan berbahaya (neopentylglycol, xylene, inert
gas) ke area kerja yang bersifat flammable dan toxic
4. Kapasitas bahan (neopentylglycol, xylene, inert gas) di dalam reaktor
yang tidak seimbang
Pada penelitian ini, consequence dengan tingkat resiko tertinggi
yang dipilih untuk menjadi skenario adalah terjadinya pelepasan
neopentylglycol, xylene, dan gas inert ke area kerja (pada study node 4).
Pelepasan neopentylglycol, xylene, dan inert gas ke area kerja dipilih
karena jika neopentylglycol terhirup oleh pekerja dapat mengakibatkan
iritasi pada sistem pernafasan, dan jika terpercik dapat mengakibatkan
iritasi dan luka bakar pada kulit serta kerusakan serius pada mata, xylene
bersifat flammable dan mudah menguap pada suhu kamar sehingga jika
terhirup dapat menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan jika uap
mengumpul dan terkena sumber panas dapat langsung terbakar, jika
terpercik pada kulit dan mata dapat menimbulkan iritasi yang cukup
serius, dan jika inert gas terlepas ke atmosfer maka potensi kebakaran
timbul akibat masuknya oksigen ke dalam proses reaksi. Sifat kimia dari
masing-masing bahan tersebut dapat dilihat pada material safety data
sheet yang ada pada lampiran 5 dan 6. Tabel 4.15 adalah tabel HAZOP
yang dipilih sebagai skenario.
107
Tabel 4.15 HAZOP yang dipilih pada Study Node 4
108
4.4 Identifikasi Independent Protection Layers (IPL)
Initiating event pada skenario: Kebocoran reaktor akibat korosi dan erosi
Safeguard yang berada pada reaktor alkyd resin:
1. Dike
2. Rupture Disc
3. Relief Valve
4. Interlock
5. Emergency Shutdown
6. Operator
7. Prosedur
8. Pengujian dan Inspeksi
9. Perawatan (maintenance)
109
J
fi c = fi I x∏ PFDij
j =1
Nilai Keterangan
Jika pelepasan bahan mudah terbakar berada
0,1 di lokasi proses yang jauh dan terpisah dengan
lokasi proses lainnya
Jika pelepasan bahan mudah terbakar terjadi
0,5
pada lokasi proses yang umum
Jika pelepasan bahan mudah terbakar terjadi
dalam jumlah yang besar dan dekat dengan
1,0
peralatan yang merupakan sumber api atau
panas (contoh: burner, heater, dll)
Jika pelepasan bahan mudah terbakar terjadi
1,0 akibat adanya tumbukan (contoh: crane jatuh
menimpa tangki bahan mudah terbakar, dll)
⎛ J ⎞
fi fire = fi I x⎜⎜ Χ PFDij ⎟⎟ xP ignition
⎝ j =1 ⎠
fifire = (6 x 10-3) per tahun x (1 x 10-2) x (0,5)
= 3 x 10-5 per tahun
Nilai Keterangan
Jika orang berada jauh dari lokasi kejadian
0,1
pada saat skenario terjadi
Jika orang berada pada ruang lain di lokasi
0,5 kejadian pada saat skenario terjadi (contoh:
pada ruang kontrol)
Jika orang selalu berada di lokasi kejadian
1,0
pada saat skenario terjadi
56
⎛ J ⎞
fi fire exp osure = fi I x⎜⎜ Χ PFDij ⎟⎟ xP ignition xP personpres ent
⎝ j =1 ⎠
fifire exposure
= (6 x 10 ) per tahun x (1 x 10-2) x (0,5) x (0,5)
-3
Nilai Keterangan
Jika orang berada jauh dari lokasi kejadian
0,1
pada saat skenario terjadi
Jika orang berada pada jarak yang tidak
0,5
terlalu dekat dengan lokasi kejadian
Jika orang berada dekat dengan lokasi
1,0
kejadian pada saat skenario terjadi
⎛ J ⎞
fi fireinjury = fi I x⎜⎜ Χ PFD ij ⎟⎟ xP ignition xP personpres ent xP injury
⎝ j =1 ⎠
fifire injury = (6 x 10-3) per tahun x (1 x 10-2) x (0,5) x (0,5)
x (0,5)
= 7,5 x 10-6 per tahun
= 8 x 10-6 per tahun
2. Toxic
⎛ J ⎞
fi toxic = fi I x⎜⎜ Χ PFD ij ⎟⎟ xP personpres ent xP injury
⎝ j =1 ⎠
fitoxic = (3 x 10-3) per tahun x (1 x 10-2) x (0,5) x (0,5)
= 1,5 x 10-5 per tahun
= 2 x 10-5 per tahun
57
4.6 Pengambilan Keputusan Resiko
Tabel 4.19 Risk Matrix
Risk Rating
Frequency of Scenario
(per year) Low Moderate Significant
Keterangan matriks:
1. No further action = very low zone = resiko sangat kecil dan masih
dapat diterima
2. Optional = low zone = resiko berada pada level yang masih dapat
diterima, namun tindakan pengurangan terhadap resiko tetap
dipertimbangkan.
3. Action at next opportunity = moderate zone = resiko berada pada
level yang harus dikurangi, tindakan pengurangan dapat dilakukan
secara bertahap
4. Immediate action = high zone = tindakan pengurangan resiko perlu
segera dilakukan karena tingkat resiko terlalu tinggi
58
• Frekuensi skenario hasil perhitungan = firelease = 6 x 10-5 per tahun
• Tingkat resiko berada pada ”Significant Risk”
• Berdasarkan matriks resiko diatas maka resiko pada skenario
berada pada kondisi ”optional” atau ”low zone”.
• Rekomendasi :
1. Pemasangan SIF (Safety Instrumented Function atau interlocks)
Dengan pemberian SIF yang memiliki nilai PFD (Probability
Failure on Demand) = 1 x 10-2, maka terjadi pengurangan
frekuensi skenario yaitu sebesar = (6x10-5) per tahun x (1x10-2)
= 6x10-7 per tahun
Setelah dibandingkan dengan matriks resiko didapatkan hasil
bahwa frekuensi scenario setelah penambahan SIF termasuk
dalam kategori ”very low zone” = no further action = resiko
dapat diterima
2. Perancangan Sistem Emergency Shutdown
Dengan pemberian Emergency Shutdown yang memiliki nilai
PFD (Probability Failure on Demand) = 1 x 10-2, maka terjadi
pengurangan frekuensi skenario yaitu sebesar:
Frekuensi scenario = (6x10-5) per tahun x (1x10-2)
= 6x10-7 per tahun
Setelah dibandingkan dengan matriks resiko didapatkan hasil
bahwa frekuensi scenario setelah penambahan Emergency
Shutdown termasuk dalam kategori ”very low zone” = no
further action = resiko dapat diterima
59
BAB V
ANALISA
1
menampung material tersebut. Pelepasan neopentylglycol ke area kerja
termasuk dalam kategori Significant Risk karena jika terhirup oleh pekerja
dapat mengakibatkan iritasi pada sistem pernafasan, dan jika terpercik
dapat mengakibatkan iritasi dan luka bakar pada kulit serta kerusakan
serius pada mata. Produksi alkyd resin gagal termasuk dalam kategori
Significant Risk karena dapat berdampak pada kelangsungan perusahaan.
Kerugian finansial yang dihasilkan sangat besar karena produk gagal
diproduksi sehingga permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 2 yaitu pipa masukan
xylene ke dalam reaktor, dapat dilihat bahwa ada empat jenis consequence
yang masuk dalam kategori Significant Risk yaitu terjadinya pelepasan
xylene ke area kerja, berpotensi menyebabkan kebakaran, kapasitas xylene
dalam reaktor terlalu kecil, dan produksi alkyd resin gagal.. Pelepasan
xylene ke area kerja termasuk dalam kategori Significant Risk karena
xylene mudah menguap pada suhu kamar sehingga jika terhirup dapat
menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan jika uap mengumpul dan
terkena sumber panas dapat langsung terbakar, jika terpercik pada kulit
dan mata dapat menimbulkan iritasi yang cukup serius. Xylene bersifat
flammable sehingga jika tumpahan tersulut api maka dapat menimbulkan
kebakaran. Itulah mengapa xylene juga dikatakan berpotensi menyebabkan
kebakaran. Kapasitas xylene yang terlalu kecil di dalam reaktor juga
termasuk dalam kategori Significant Risk karena jika kapasitas xylene
terlalu kecil maka tidak semua air dapat tertarik dan berikatan dalam
proses azeotrope, hal ini dapat menyebabkan reaksi yang terjadi di dalam
reaktor tidak sempurna yang kemudian dapat mengakibatkan gagalnya
produksi alkyd resin. Produksi alkyd resin gagal termasuk dalam kategori
Significant Risk karena dapat berdampak pada kelangsungan perusahaan.
Kerugian finansial yang dihasilkan sangat besar karena produk gagal
diproduksi sehingga permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 3 yaitu pipa masukan
gas inert ke dalam reaktor, dapat dilihat bahwa ada tiga jenis consequence
yang masuk dalam kategori Significant Risk yaitu terjadinya pelepasan
2
inert gas ke atmosfer, kapasitas inert gas di dalam reaktor terlalu kecil,
dan berpotensi menyebabkan kebakaran. Pelepasan inert gas ke atmosfer
dan potensi menyebabkan kebakaran termasuk dalam kategori Significant
Risk karena inert gas berfungsi untuk menyelimuti reaksi yang terjadi
dalam reaktor agar tidak ada oksigen yang ikut terlibat di dalamnya, jika
inert gas terlepas ke atmosfer maka potensi kebakaran timbul akibat
masuknya oksigen ke dalam proses reaksi. Kapasitas inert gas yang
terlalu kecil di dalam reaktor termasuk dalam kategori Significant Risk
karena sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa inert gas
berfungsi sebagai selimut reaksi dari oksigen, jika kapasitas inert gas
terlalu kecil maka tidak semua permukaan reaksi dapat terselimuti oleh
inert gas, hal ini memungkinkan oksigen juga ikut terlibat di dalam proses
dan potensi terjadinya kebakaran tidak dapat dihindarkan lagi.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 4 yaitu reaktor alkyd
resin, dapat dilihat bahwa ada enam jenis consequence yang masuk dalam
kategori Significant Risk yaitu kapasitas neopentylglycol di dalam reaktor
terlalu besar, kapasitas xylene di dalam reaktor terlalu kecil, kapasitas inert
gas di dalam reaktor terlalu kecil, terjadinya pelepasan neopentylglycol,
xylene, dan inert gas ke area kerja, berpotensi menyebabkan kebakaran,
dan produksi alkyd resin gagal. Kapasitas neopentylglycol di dalam reaktor
yang terlalu besar termasuk dalam kategori Significant Risk karena
kapasitas neopentylglycol yang lebih besar daripada kapasitas phtalic
anhydride menyebabkan proses pereaksian menjadi tidak sempurna yang
kemudian dapat mengakibatkan gagalnya produksi alkyd resin. Kapasitas
xylene yang terlalu kecil di dalam reaktor juga termasuk dalam kategori
Significant Risk karena jika kapasitas xylene terlalu kecil maka tidak
semua air dapat tertarik dan berikatan dalam proses azeotrope, hal ini
dapat menyebabkan reaksi yang terjadi di dalam reaktor tidak sempurna
yang kemudian dapat mengakibatkan gagalnya produksi. Kapasitas inert
gas yang terlalu kecil di dalam reaktor termasuk dalam kategori
Significant Risk karena sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
inert gas berfungsi sebagai selimut reaksi dari oksigen, jika kapasitas inert
3
gas terlalu kecil maka tidak semua permukaan reaksi dapat terselimuti
oleh inert gas, hal ini memungkinkan oksigen juga ikut terlibat di dalam
proses dan potensi terjadinya kebakaran tidak dapat dihindarkan lagi.
Pelepasan neopentylglycol, xylene, dan inert gas ke area kerja dan potensi
kebakaran termasuk dalam kategori Significant Risk karena jika
neopentylglycol terhirup oleh pekerja dapat mengakibatkan iritasi pada
sistem pernafasan, dan jika terpercik dapat mengakibatkan iritasi dan luka
bakar pada kulit serta kerusakan serius pada mata, xylene bersifat
flammable dan mudah menguap pada suhu kamar sehingga jika terhirup
dapat menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan jika uap mengumpul dan
terkena sumber panas dapat langsung terbakar, jika terpercik pada kulit
dan mata dapat menimbulkan iritasi yang cukup serius, dan jika inert gas
terlepas ke atmosfer maka potensi kebakaran timbul akibat masuknya
oksigen ke dalam proses reaksi. Produksi alkyd resin gagal termasuk
dalam kategori Significant Risk karena dapat berdampak pada
kelangsungan perusahaan. Kerugian finansial yang dihasilkan sangat besar
karena produk gagal diproduksi sehingga permintaan konsumen tidak
dapat terpenuhi.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 5 yaitu pipa keluaran
alkyd resin dari reaktor menuju tangki pengencer, dapat dilihat bahwa ada
dua jenis consequence yang masuk dalam kategori Significant Risk yaitu
terjadinya pelepasan alkyd resin ke area kerja dan produksi alkyd resin
gagal. Pelepasan alkyd resin ke area kerja termasuk dalam kategori
Significant Risk karena jika alkyd resin terlepas maka secara otomatis
produksi alkyd resin akan gagal karena jumlah produk akan berkurang dan
permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi. Produksi alkyd resin gagal
termasuk dalam kategori Significant Risk karena dapat berdampak pada
kelangsungan perusahaan. Kerugian finansial yang dihasilkan sangat besar
karena produk gagal diproduksi sehingga permintaan konsumen tidak
dapat terpenuhi.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 6 yaitu column xylene
dan air, dapat dilihat bahwa ada tiga jenis consequence yang masuk dalam
4
kategori Significant Risk yaitu terjadinya pelepasan uap xylene ke area
kerja, berpotensi menyebabkan kebakaran dan produksi alkyd resin gagal.
Pelepasan uap xylene ke area kerja dan potensi kebakaran termasuk dalam
kategori Significant Risk karena xylene bersifat flammable sehingga jika
terhirup dapat menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan jika uap
mengumpul dan terkena sumber panas dapat langsung terbakar. Produksi
alkyd resin gagal termasuk dalam kategori Significant Risk karena dapat
berdampak pada kelangsungan perusahaan. Kerugian finansial yang
dihasilkan sangat besar karena produk gagal diproduksi sehingga
permintaan konsumen tidak dapat terpenuhi.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 7 yaitu condenser
xylene dan air, dapat dilihat bahwa ada dua jenis consequence yang masuk
dalam kategori Significant Risk yaitu terjadinya pelepasan xylene ke area
kerja, dan berpotensi menyebabkan kebakaran. Pelepasan xylene ke area
kerja dan potensi kebakaran termasuk dalam kategori Significant Risk
karena xylene mudah menguap pada suhu kamar sehingga jika terhirup
dapat menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan jika uap mengumpul dan
terkena sumber panas dapat langsung terbakar, jika terpercik pada kulit
dan mata dapat menimbulkan iritasi yang cukup serius. Xylene bersifat
flammable sehingga jika tumpahan tersulut api maka dapat menimbulkan
kebakaran.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 8 yaitu pipa keluaran air
dan xylene dari condenser menuju separator, dapat dilihat bahwa ada dua
jenis consequence yang masuk dalam kategori Significant Risk yaitu
terjadinya pelepasan xylene ke area kerja dan berpotensi menyebabkan
kebakaran. Pelepasan xylene ke area kerja dan potensi kebakaran
termasuk dalam kategori Significant Risk karena xylene mudah menguap
pada suhu kamar sehingga jika terhirup dapat menyebabkan iritasi sistem
pernafasan dan jika uap mengumpul dan terkena sumber panas dapat
langsung terbakar, jika terpercik pada kulit dan mata dapat menimbulkan
iritasi yang cukup serius. Xylene bersifat flammable sehingga jika
tumpahan tersulut api maka dapat menimbulkan kebakaran.
5
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 9 yaitu separator xylene
dan air, dapat dilihat bahwa ada dua jenis consequence yang masuk dalam
kategori Significant Risk yaitu terjadinya pelepasan xylene ke area kerja,
dan berpotensi menyebabkan kebakaran. Pelepasan xylene ke area kerja
dan potensi kebakaran termasuk dalam kategori Significant Risk karena
xylene mudah menguap pada suhu kamar sehingga jika terhirup dapat
menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan jika uap mengumpul dan
terkena sumber panas dapat langsung terbakar, jika terpercik pada kulit
dan mata dapat menimbulkan iritasi yang cukup serius. Xylene bersifat
flammable sehingga jika tumpahan tersulut api maka dapat menimbulkan
kebakaran.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 12 yaitu pipa keluaran
xylene dari separator menuju receiver xylene, dapat dilihat bahwa dua
jenis consequence yang masuk dalam kategori Significant Risk yaitu
terjadinya pelepasan xylene ke area kerja dan berpotensi menyebabkan
kebakaran. Pelepasan xylene ke area kerja dan potensi kebakaran
termasuk dalam kategori Significant Risk karena xylene mudah menguap
pada suhu kamar sehingga jika terhirup dapat menyebabkan iritasi sistem
pernafasan dan jika uap mengumpul dan terkena sumber panas dapat
langsung terbakar, jika terpercik pada kulit dan mata dapat menimbulkan
iritasi yang cukup serius. Xylene bersifat flammable sehingga jika
tumpahan tersulut api maka dapat menimbulkan kebakaran.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 13 yaitu receiver xylene,
dapat dilihat bahwa ada dua jenis consequence yang masuk dalam kategori
Significant Risk yaitu terjadinya pelepasan xylene ke area kerja, dan
berpotensi menyebabkan kebakaran. Pelepasan xylene ke area kerja dan
potensi kebakaran termasuk dalam kategori Significant Risk karena xylene
mudah menguap pada suhu kamar sehingga jika terhirup dapat
menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan jika uap mengumpul dan
terkena sumber panas dapat langsung terbakar, jika terpercik pada kulit
dan mata dapat menimbulkan iritasi yang cukup serius. Xylene bersifat
6
flammable sehingga jika tumpahan tersulut api maka dapat menimbulkan
kebakaran.
Dari rekapitulasi HAZOP pada study node 14 yaitu pipa keluaran
xylene dari receiver menuju column, dapat dilihat bahwa ada dua jenis
consequence yang masuk dalam kategori Significant Risk yaitu terjadinya
pelepasan xylene ke area kerja dan berpotensi menyebabkan kebakaran.
Pelepasan xylene ke area kerja dan potensi kebakaran termasuk dalam
kategori Significant Risk karena xylene mudah menguap pada suhu kamar
sehingga jika terhirup dapat menyebabkan iritasi sistem pernafasan dan
jika uap mengumpul dan terkena sumber panas dapat langsung terbakar,
jika terpercik pada kulit dan mata dapat menimbulkan iritasi yang cukup
serius. Xylene bersifat flammable sehingga jika tumpahan tersulut api
maka dapat menimbulkan kebakaran.
7
kebakaran terjadi, properti perusahaan rusak, berpotensi menimbulkan
cedera bahkan kematian (fatality), dan produksi alkyd resin terhenti
(gagal). Kerugian yang dialami perusahaan bukan hanya berupa
kerugian finansial namun juga keselamatan para pekerja.
6. Kapasitas bahan (neopentylglycol, xylene, inert gas) di dalam reaktor
yang tidak seimbang
Termasuk ke dalam kategori significant risk karena perbandingan
yang tidak seimbang antar bahan baku (neopentylglycol dan phtalic
anhydride) dapat menyebabkan proses pereaksian menjadi tidak
sempurna, sehingga secara otomatis kegagalan produksi alkyd resin
juga terjadi. Kapasitas yang terlalu kecil dari bahan pembantu (xylene)
juga dapat menyebabkan reaksi tidak berjalan sempurna karena xylene
berfungsi untuk menghilangkan air yang dihasilkan dari reaksi agar
reaksi menjadi setimbang, jika kapasitasnya tidak mencukupi maka
tidak semua air yang dihasilkan dapat dihilangkan, akibatnya reaksi
tidak sempurna dan produksi alkyd resin gagal. Kapasitas inert gas
yang terlalu kecil mengakibatkan potensi terjadinya kebakaran
meningkat karena inert gas berfungsi sebagai selimut reaksi dari
oksigen sehingga tidak akan ada oksigen yang masuk selama reaksi
terjadi, jika kapasitasnya tidak mencukupi maka oksigen masih
memungkinkan untuk terlibat dalam reaksi, potensi kebakaran
meningkat karena unsur segitiga api terpenuhi.
Pada penelitian ini, consequence dengan tingkat resiko tertinggi
yang dipilih untuk menjadi skenario adalah terjadinya pelepasan
neopentylglycol, xylene, dan gas inert ke area kerja (pada study node 4).
Consequence ini dipilih karena jika neopentylglycol terhirup oleh pekerja
dapat mengakibatkan iritasi pada sistem pernafasan, dan jika terpercik
dapat mengakibatkan iritasi dan luka bakar pada kulit serta kerusakan
serius pada mata, xylene bersifat flammable dan mudah menguap pada
suhu kamar sehingga jika terhirup dapat menyebabkan iritasi sistem
pernafasan dan jika uap mengumpul dan terkena sumber panas dapat
langsung terbakar, jika terpercik pada kulit dan mata dapat menimbulkan
8
iritasi yang cukup serius, dan jika inert gas terlepas ke atmosfer maka
potensi kebakaran timbul akibat masuknya oksigen ke dalam proses
reaksi. Kerugian yang dialami perusahaan akibat kejadian ini tidak hanya
pada kerugian finansial namun juga ancaman terhadap keselamatan dan
kelangsungan perusahaan.
Pada LOPA, skenario setidaknya harus memiliki dua elemen yaitu
initiating event dan consequence. Yang berfungsi sebagai initiating event
adalah cause pada HAZOP, dalam penelitian ini cause yang dipilih
sebagai initiating event adalah kebocoran reaktor akibat korosi dan erosi.
Sedangkan consequence yang dipilih untuk skenario adalah terjadinya
pelepasan neopentylglycol, xylene, dan gas inert ke area kerja dan potensi
terjadinya kebakaran. Skenario yang dipilih terangkum dalam summary
sheet.
9
Untuk mengetahui frekuensi dari initiating event, maka terlebih
dahulu harus dicari time at risk karena reaktor tidak dioperasikan secara
kontinyu. Lamanya waktu keseluruhan dari satu kali produksi sebesar 29
jam, sedangkan waktu pengoperasian reaktor dalam satu kali produksi
adalah 18 jam. Penghitungan time at risk diperlukan untuk
menggambarkan bahwa kemungkinan kegagalan tidak terjadi pada
sepanjang tahun tapi hanya pada saat reaktor tersebut dioperasikan. Time
at risk didapatkan dengan cara mengalikan antara waktu operasi reaktor
dengan banyaknya proses produksi per tahun (dengan cara membagi antara
lamanya waktu keseluruhan dalam satu kali produksi dengan jumlah jam
dalam satu tahun) kemudian dibagi dengan 8760 jam (jumlah jam dalam
satu tahun). Dari hasil perhitungan diketahui bahwa time at risk reaktor
sebesar 6 x 10-1. Setelah time at risk ditemukan, maka dapat dihitung pula
frekuensi initiating event dari skenario yaitu dengan cara mengalikan
antara time at risk dengan laju kegagalan reaktor. Dari hasil perhitungan
didapatkan bahwa frekuensi initiating event sebesar 6 x 10-3 per tahun. Ini
berarti bahwa initiating event dari skenario yang telah dipilih memiliki
kemungkinan akan terjadi sebanyak 0,006 kali setiap tahunnya.
Success
Failure
10
Pada LOPA, terdapat 7 lapis perlindungan, tidak termasuk pada
process design karena telah dianggap inherently safer pada saat pertama
kali proses dirancang. Event Tree Analysis (ETA) diatas merupakan
gambaran dari kinerja lapis perlindungan pada LOPA. 7 lapis
perlindungan tersebut antara lain:
• Layer 1
Basic Process Control System (BPCS): sistem kontrol yang dimonitor
dan di kontrol secara kontinyu setiap hari, contoh: flow meter.
• Layer 2
Critical Alarm and Human Intervention: melibatkan peran serta
operator di dalamnya untuk menghentikan initiating event. Layer
kedua ini akan bekerja ketika layer pertama mengalami kegagalan
untuk menghentikan terjadinya initiating event.
• Layer 3
Safety Instrumented Function (SIF): berupa sistem interlock yang akan
bekerja ketika salah satu dari parameter yang harus berjalan di
dalamnya tidak terpenuhi. Layer ini akan bekerja ketika layer kedua
mengalami kegagalan untuk menghentikan terjadinya initiating event.
• Layer 4
Physical Protection (Relief Device): contoh: relief valve, safety valve,
dll. Layer ini juga akan bekerja ketika layer sebelumnya mengalami
kegagalan untuk menghentikan terjadinya initiating event.
• Layer 5
Post Release Physical Protection: contoh: dike, berfungsi menampung
tumpahan material ketika layer sebelumnya tidak berhasil
menghentikan terjadinya pelepasan material tersebut.
• Layer 6
Plant Emergency Response: berupa tindakan penanggulangan ketika
akhirnya initiating event berlanjut menjadi consequence yang tidak
diinginkan. Layer ini menyediakan hal-hal apa saja yang harus ada dan
dipersiapkan ketika consequence terjadi dan tidak tertahan lagi.
11
• Layer 7
Community Emergency Response: berupa komunitas yang
dipersiapkan untuk menyelamatkan ataupun menghentikan
consequence yang telah terjadi. Jika layer terakhir ini juga mengalami
kegagalan fungsi maka proses tidak dapat terselamatkan lagi.
Masing-masing layer diatas diharapkan merupakan sebuah IPL
yang tidak bergantung satu sama lainnya sehingga jika salah satu layer
mengalami kegagalan maka layer yang lain masih dapat berfungsi. IPL
adalah sebuah alat, sistem, atau tindakan yang dapat mencegah skenario
berproses menjadi consequence yang tidak diinginkan dari initiating
events. Sedangkan safeguard adalah alat, sistem atau tindakan yang akan
menghentikan rantai kejadian setelah initiating events. Sebuah safeguard
tidak selalu merupakan IPL namun IPL pasti adalah safeguard. Pada
reaktor terdapat berbagai macam safeguard yang berfungsi untuk
melindungi reaktor dari kemungkinan terjadinya bahaya, namun tidak
semua dari safeguard yang ada merupakan IPL.
Satu-satunya safeguard yang merupakan IPL dari skenario
kejadian yang telah dibuat adalah dike. Dike berfungsi untuk menampung
tumpahan atau pelepasan material cair yang disebabkan karena pengisian
tangki yang melebihi kapasitas (overfilling) dan kebocoran pada tangki
atau pipa, hal ini sesuai dengan initiating event dari skenario yaitu
kebocoran reaktor. Dike dapat dikatakan sebagai IPL karena dike akan
dapat menampung tumpahan atau pelepasan neopentylglycol dan xylene
jika dioperasikan sesuai fungsinya. Dike juga bekerja secara independent
artinya dike dapat dioperasikan tanpa harus menggunakan IPL yang lain
(tidak bergantung pada IPL lain). Dike ditetapkan memiliki nilai PFD
(Probability Failure on Demand) sebesar 1 x 10-2 (tabel 2.6), ini berarti
bahwa dike akan mengalami 1 kali kegagalan untuk menampung tumpahan
setiap 100 kali dioperasikan.
Rupture disc dan relief valve merupakan safeguard yang dipasang
untuk mencegah terjadinya tekanan yang berlebih (overpressure) pada
reaktor. Pada skenario ini, kedua safeguard tersebut bukan merupakan IPL
12
karena keberadaannya tidak dapat mencegah terjadinya tumpahan atau
pelepasan neopentylglycol, xylene, dan gas inert akibat kebocoran pada
reaktor.
Pada pipa masukan dilengkapi dengan sistem interlock yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya operasi pengisian dari tangki
penyimpanan ke dalam reaktor ketika tangki penyimpanan dalam keadaan
kosong. Sistem ini juga tidak termasuk dalam IPL pada skenario karena
sistem hanya bekerja ketika tidak ada aliran neopentylglycol dan xylene
sama sekali ke dalam reaktor sedangkan pada skenario digambarkan
bahwa jumlah neopentylglycol, xylene, dan gas inert pada reaktor kecil
karena adanya kebocoran pada reaktor.
Reaktor juga memiliki sistem emergency shutdown yang bekerja
secara otomatis ketika terjadi pemanasan berlebih (overheating) yang
diakibatkan karena pengadukan yang terlalu lama dengan cara
mengaktifkan sistem pendingin, mematikan agitator, mengalirkan inert
gas, dan mematikan pompa pemanas. Namun sistem ini juga tidak
termasuk dalam IPL pada skenario karena keberadaannya tidak dapat
mencegah terjadinya tumpahan atau pelepasan neopentylglycol, xylene,
dan gas inert akibat kebocoran reaktor.
Pada gedung produksi terdapat 5 orang operator yang bekerja pada
setiap shift. Operator bertugas untuk mengawasi jalannya proses produksi.
Namun hampir semua operator mengawasi jalannya proses hanya melalui
ruang kontrol. Selain itu tidak ada alat deteksi atau alarm yang akan
bekerja ketika terjadi kebocoran reaktor sehingga peran operator dinilai
kurang efektif untuk mencegah terjadinya consequence akibat initiating
event yang berupa kebocoran reaktor tersebut. Oleh karena itu operator
juga tidak termasuk dalam IPL.
Prosedur, perawatan, pengujian, dan inspeksi juga bukan IPL.
Safeguard tersebut merupakan faktor pendukung yang harus dilakukan
untuk dapat meningkatkan kinerja IPL dan hasilnya dapat mempengaruhi
nilai PFD dari masing-masing IPL.
13
5.5 Penetapan Frekuensi Skenario
5.5.1 Analisa Perhitungan Frekuensi Skenario Umum
Perhitungan nilai frekuensi terjadinya skenario merupakan
perhitungan untuk mengetahui seberapa sering skenario yang telah
dipilih pada sub bab sebelumnya akan terjadi agar kemudian dapat
dilakukan tidakan pencegahannya. Perhitungan frekuensi secara
umum dilakukan dengan cara mengalikan antara frekuensi dari
intiating event dengan nilai PFD dari safeguard yang berfungsi
sebagai IPL untuk skenario yaitu dike. Dari hasil perkalian tersebut
didapatkan bahwa nilai frekuensi terjadinya skenario yaitu sebesar
6x 10-5 per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa skenario yang
berupa pelepasan neopentylglycol, xylene, dan gas inert ke area
kerja akibat kebocoran reaktor mungkin akan terjadi sebanyak
0,00006 kali per tahun.
5.5.2 Analisa Perhitungan Frekuensi Outcome Tambahan
Mengingat bahwa salah satu material yang terlepas yaitu
xylene yang merupakan bahan kimia mudah terbakar dan
berbahaya, maka pelepasan xylene ke area kerja juga memiliki
kemungkinan untuk menimbulkan kebakaran dan paparan bahan
beracun atau berbahaya ke area sekitarnya, seperti yang akan
dijelaskan dibawah ini:
1. Fire
Perhitungan yang digunakan untuk mencari frekuensi
kebakaran pada skenario hampir sama dengan perhitungan
untuk mencari frekuensi skenario secara umum, yang
membedakan hanyalah pada perhitungan ini terdapat nilai
kemungkinan terjadinya sulutan (Pignition) karena bahan yang
P
14
karena pelepasan xylene terjadi pada lokasi proses yang umum
dimana kecil kemungkinan untuk terjadi immediate ignition.
Dari hasil perkalian antara frekuensi skenario dan nilai Pignition ,
P
15
manusia dengan lokasi kejadian. Nilai 0,5 juga dipilih untuk
Pinjury karena jarak operator yang tidak terlalu dekat dengan
P
16
frekuensi manusia terpapar efek beracun dari pelepasan xylene
sebesar 2 x 10-5 per tahun
.
5.6 Pengambilan Keputusan Resiko
Pengambilan keputusan dilakukan setelah skenario telah terbangun
secara utuh dan resiko yang mungkin terjadi telah dihitung. Secara umum,
keputusan resiko terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Mengatur sisa resiko yang ada yaitu dengan melanjutkan sistem
manajemen yang menjaga resiko tetap berada pada level yang masih
dapat diterima.
2. Merubah atau mengurangi resiko agar dapat berada pada level yang
diterima
3. Menghilangkan resiko karena resiko berada pada level yang terlalu
tinggi
Pada penelitian ini, tipe pengambilan keputusan yang dipilih yaitu
dengan cara membandingkan resiko yang telah dihitung dengan kriteria
resiko yang dapat ditolerir. Metode matriks digunakan sebagai metode
untuk pengambilan keputusan. Matriks resiko menunjukkan secara visual
frekuensi yang masih dapat ditolerir berdasarkan tingkat keparahan
consequence dan frekuensi skenario. Pada matriks resiko terdapat empat
keputusan yang dapat diambil, yaitu:
5. No further action yang biasa disebut very low zone. Pada zona ini,
tidak diperlukan tindakan perbaikan karena resiko sangat kecil dan
masih dapat diterima
6. Optional yang biasa disebut low zone. Pada zona ini, resiko berada
pada level yang masih dapat diterima namun tetap diperlukan tindakan
evaluasi atau analisa untuk mengurangi resiko
7. Action at next opportunity yang biasa disebut moderate zone. Pada
zona ini, resiko harus dikurangi namun tindakan pengurangan resiko
tidak perlu dilakukan dengan segera
8. Immediate action yang biasa disebut high zone. Pada zona ini, tindakan
pengurangan resiko perlu segera dilakukan
17
Pada penelitian, diketahui bahwa nilai frekuensi skenario dari hasil
perhitungan yaitu sebesar 6 x 10-5 per tahun dengan tingkat resiko
”Signigficant Risk”. Setelah dibandingkan pada matriks resiko maka
didapatkan keputusan bahwa resiko yang timbul dari skenario adalah
”optional”, hal ini berarti bahwa resiko berada pada ”low zone”. Resiko
yang timbul dari skenario ini masih berada pada level yang dapat diterima
namun tetap diperlukan analisa atau evaluasi agar resiko yang ada dapat
dikurangi.
Terdapat dua alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi
frekuensi skenario. Alternatif pertama yaitu dengan melakukan
pemasangan SIF (Safety Instrumented Function atau interlocks) pada
reaktor dengan nilai PFD (Probability Failure on Demand) = 1 x 10-2
untuk mendeteksi dan menghentikan aliran material ke dalam reaktor
ketika diketahui bahwa kapasitas material di dalam reaktor lebih kecil
daripada yang telah dialirkan sehingga pelepasan neopentylglycol, xylene,
dan gas inert akibat adanya kebocoran reaktor dapat segera dihentikan.
Dari perhitungan diketahui bahwa pemasangan SIF dapat mereduksi
frekuensi skenario dari 6 x 10-5 per tahun menjadi 6 x 10-7 per tahun.
Alternatif kedua yaitu dengan melakukan penambahan sistem emergency
shutdown untuk menghentikan proses secara otomatis ketika diketahui
bahwa kapasitas material pada reaktor kurang dari yang telah ditentukan
dengan nilai PFD = 1 x 10-2. Dari perhitungan diketahui bahwa
pemasangan SIF dapat mereduksi frekuensi skenario dari 6 x 10-5 per
tahun menjadi 6 x 10-7 per tahun.
18
BAB VI
KESIMPULAN dan SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dari hasil evaluasi bahaya dengan menggunakan metode Hazard and
Operability Analysis (HAZOP) dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa consequence yang memiliki tingkat resiko tertinggi
(Significant Risk), yaitu:
a. Terjadinya pelepasan bahan berbahaya (neopentylglycol, xylene,
dan inert gas) ke area kerja yang bersifat flammable dan irritant
b. Kapasitas bahan (neopentylglycol, xylene, dan inert gas) di dalam
reaktor tidak seimbang
2. Skenario kecelakaan dipilih berdasarkan hasil evaluasi bahaya dengan
tingkat resiko tertinggi pada study node 4 dengan initiating event
berupa kebocoran reaktor akibat korosi atau erosi dan consequence
berupa pelepasan neopentylglycol, xylene, dan gas inert ke area kerja
dan potensi menimbulkan terjadinya kebakaran.
3. Frekuensi initiating event didapatkan dari perkalian antara nilai
initiating event yang ditetapkan oleh perusahaan dengan time at risk
karena reaktor tidak bekerja secara kontinyu. Hasil dari perhitungan
frekuensi initiating event yaitu sebesar 6 x 10-3 per tahun.
4. Sebagian besar safeguard yang ada pada reaktor bukan merupakan IPL
(Independent Protection Layers) karena tidak dapat menghentikan
terjadinya skenario, satu-satunya safeguard yang merupakan IPL pada
skenario adalah dike yang memiliki nilai PFD (Probability Failure on
Demand) sebesar 1 x 10-2
5. Hasil perhitungan matematis menunjukkan bahwa frekuensi terjadinya
skenario secara umum yaitu sebesar 6 x 10-5 per tahun. Selain
perhitungan frekuensi skenario secara umum, dilakukan juga
19
perhitungan terhadap outcomes tambahan yang mungkin muncul.,
yaitu:
a. frekuensi terjadinya kebakaran = fifire = 3 x 10-5 per tahun
b. frekuensi paparan kebakaran terhadap manusia =
fifire exposure = 2 x 10-5 per tahun
c. frekuensi cedera pada manusia akibat paparan kebakaran =
fifire injury = 8 x 10-6 per tahun
d. frekuensi paparan efek beracun pada manusia =
fitoxic = 2 x 10-5 per tahun
6. Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi skenario dan tingkat resiko
yang kemudian dimasukkan ke dalam matriks resiko, didapatkan hasil
bahwa resiko pada skenario berada pada level “low zone” dan
keputusan pengurangan resiko bersifat “optional”. Pemasangan SIF
(Safety Instrumented Function atau interlock) dan sistem emergency
shutdown pada reaktor dengan nilai PFD sebesar 1 x 10-2 merupakan
rekomendasi yang diberikan untuk mereduksi frekuensi skenario dari 6
x 10-5 per tahun menjadi 6 x 10-7 per tahun.
6.2 Saran
Saran-saran yang perlu dipertimbangkan antara lain:
1. Perawatan pada sistem reaktor dan semua komponen yang terlibat di
dalamnya hendaknya dapat lebih diperhatikan oleh pihak perusahaan.
2. Perancangan SIF (Safety Instrumented Function atau interlock) dan
Sistem Emergency Shutdown pada reaktor hendaknya dapat dilakukan
oleh peneliti lain dalam penelitian selanjutnya
20
1
DAFTAR PUSTAKA
- King, Ralph & Magic, John. (1982). Industrial Hazard and Safety
Handbook Third Empresion. Butterwothts Scientific, London
1. PURPOSE
1.1 The purpose of this Work Procedure is to provide criteria and methods for
evaluating the significance of environmental aspects and health & safety hazards.
2. SCOPE
2.1 This Work Procedure is to be used with Management System Procedure MSP-22,
Risk Management.
3. PROCEDURE
3.1.1 The level of risk of environmental aspects and health & safety hazards is
evaluated using the Risk Analysis Summary Chart – Form ANR-2201.
3.1.2 After ratings for probability of occurrence and severity of impact the actual
significance designation for level of risk of individual aspects/hazards is marked
in the appropriate column as “Significant”, “Moderate” or “Low”.
3.2.1 Every environmental aspect or health & safety hazard (ie. sources of risk) is rated
with regard to the level of risk it poses. The risk is calculated as a product of
probability of occurrence and severity of impact.
These controls may be PPE, guarding systems, barriers, release detection systems,
containment arrangements, filters, treatment processes, procedures, operator
training, and many other such measures. When the controls are properly
maintained they effectively reduce the probability of an incident/accident; but
when they are neglected, the probability may increase dramatically.
3.2.3 Severity of an impact has two components: severity of impact on the environment
and severity of impact on health and safety.
Page 1 of 3
PT.Nuplex Raung Resins
Work Procedure – PK 2201
Risk Management Techniques
Issue: B Rev.: 1 Date: 02.02.01
Page 2 of 3
PT.Nuplex Raung Resins
Work Procedure – PK 2201
Risk Management Techniques
Issue: B Rev.: 1 Date: 02.02.01
Consequences
Likelihood Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1 2 3 4 5
A (Almost Certain) M S S S S
B (Likely) M S S S S
C (Moderate) L M S S S
D (Unlikely) L L M S S
E (Rare) L L M S S
Legend :
S = Significant Risk; detailed research and management planning required at senior levels
M = Moderate Risk; management responsibility must be specified
L = Low Risk; managed by routine procedures
Page 3 of 3
P-40
TR
P-51
P-47
P-50
P-55
P-58
E-5
TR P-56
V-15
P-25
P-49
TI
P-36 P-83
P-24 E-9
V-10 P-26 V-24
V-7 P-39
P-23
P-22 P-35 P-87 P-77 P-76
V-8 P-60
P-27V-11 P-75
P-21 P-20 P-84
V-16
E-7
KG V-22
P-28 P-80
V-25 P-61
P-74 PI
P-85 P-44 V-12
P-43 P-42 P-41 P-33
V-9 V-23
P-79 P-78 P-45
V-13
PI V-14
P-11 P-29
V-5 P-38
P-10 P-12P-9 P-48
E-4 PI
P-62 P-46
P-5 P-65
V-17
V-3 V-4 V-18
P-63 P-64
P-3 P-4
P-66
V-1 V-2
V-19
P-1 P-2 LG
P-54
P-68
P-53 V-20
P-52
E-6 CR E-8 P-72
TR
TC V-21
TI
P-73
Company : PT. Nuplex Raung Resins
Node : 01
Parameter : Flow
Intention : Memasukkan neopentylglycol ke dalam reaktor
Mempertimbangkan
penambahan flow indicator
Tekanan meningkat Pressure indicator 2 C M Memastikan perawatan dan
inspeksi periodik pada pressure
Safety valve indicator dan safety valve telah
sesuai
Terjadinya pelepasan Control valve 4 D S Memastikan perawatan dan
neopentylglycol ke area inspeksi periodik pada control
kerja Dike (Tanggul) valve telah sesuai
Mempertimbangkan
penambahan detektor dan alarm
ketika terjadi pelepasan
neopentylglycol ke area kerja
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Produksi alkyd resin gagal Prosedur 3 C S Memastikan bahwa operator
pengisian telah mengetahi prosedur
neopentylglycol pengisian neopentylglycol ke
ke dalam reaktor dalam reaktor
Kontrol operator
Low Low Flow Operator mengatur laju Kapasitas neopentylglycol Flow indicator 1 B M Mempertimbangkan
aliran neopentylglycol di dalam reaktor terlalu penambahan flow indicator
terlalu rendah kecil Level indicator
Memastikan perawatan dan
inspeksi periodik pada level
indicator telah sesuai
Pipa tersumbat Pengisian memerlukan Perawatan pipa 1 B M Memastikan perawatan dan
waktu yang lebih lama inspeksi periodik pada pipa
telah sesuai
Terdapat kebocoran pada Terjadinya pelepasan Dike (tanggul) 4 D S Memastikan kapasitas dike
pipa neopentylglycol ke area cukup untuk menampung
kerja Ventilasi tumpahan material
Mempertimbangkan
penambahan detektor dan alarm
ketika terjadi pelepasan
neopentylglycol ke area kerja
No No Flow Control valve gagal Tidak terjadi proses Flow indicator 1 B M Memastikan perawatan dan
membuka pengisian inspeksi periodik pada control
Control valve valve telah sesuai
Mempertimbangkan
penambahan flow indicator
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Tidak ada material pada Tidak terjadi reaksi Prosedur 1 B M Memastikan bahwa tangki
tangki penyimpanan pengisian penyimpanan neopentylglycol
neopentylglycol neopentylglycol tidak kosong ketika proses
pada tangki produksi akan dimulai
penyimpanan
Mengatur jadwal pengisian
Kontrol operator tangki penyimpanan
neopentylglycol dengan benar
dan tepat waktu
Kontrol operator
Low Low Laju aliran neopentylglycol Kapasitas neopentylglycol Flow indicator 1 B M Mempertimbangkan
Pressure terlalu kecil di dalam reaktor terlalu penambahan flow indicator
kecil Level indicator
Memastikan perawatan dan
inspeksi periodik pada level
indicator telah sesuai
Pengisian memerlukan Pressure indicator 1 B M Memastikan perawatan dan
waktu yang lebih lama inspeksi periodik pada pressure
indicator telah sesuai
Mempertimbangkan
penambahan detektor dan alarm
ketika terjadi pelepasan xylene
ke area kerja
Berpotensi menimbulkan Peralatan 5 D S Memastikan perawatan dan
terjadinya kebakaran pemadam inspeksi periodik pada peralatan
kebakaran pemadam kebakaran telah
sesuai
Prosedur tanggap
darurat Memastikan bahwa seluruh
pekerja telah mengerti tentang
sistem tanggap darurat saat
kebakaran
Low Low Flow Operator mengatur laju Kapasitas xylene di dalam Flow indicator 2 B S Mempertimbangkan
aliran xylene terlalu rendah reaktor terlalu kecil penambahan flow indicator dan
Level indicator level indicator
Produksi alkyd resin gagal Prosedur 3 C S Memastikan bahwa operator
pengisian xylene telah mengetahi prosedur
ke dalam reactor pengisian xylene ke dalam
reaktor
Kontrol operator
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Pipa tersumbat Pengisian memerlukan Perawatan pipa 1 B M Memastikan perawatan dan
waktu yang lebih lama inspeksi periodik pada pipa
telah sesuai
Terdapat kebocoran pada Terjadinya pelepasan Dike (tanggul) 4 D S Memastikan kapasitas dike
pipa xylene ke area kerja cukup untuk menampung
Ventilasi tumpahan material
Mempertimbangkan
penambahan detektor dan alarm
ketika terjadi pelepasan xylene
ke area kerja
Berpotensi menimbulkan Peralatan 5 D S Memastikan perawatan dan
terjadinya kebakaran pemadam inspeksi periodik pada peralatan
kebakaran pemadam kebakaran telah
sesuai
Prosedur tanggap
darurat Memastikan bahwa seluruh
pekerja telah mengerti tentang
sistem tanggap darurat saat
kebakaran
No No Flow Control valve gagal Tidak terjadi proses Flow indicator 2 C M Memastikan perawatan dan
membuka azeotrope dalam reaktor inspeksi periodik pada control
Control valve valve telah sesuai
Mempertimbangkan
penambahan flow indicator
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Tidak ada material pada Produksi alkyd resin gagal Prosedur 3 C S Memastikan bahwa tangki
tangki penyimpanan xylene pengisian xylene penyimpanan xylene tidak
pada tangki kosong ketika proses produksi
penyimpanan akan dimulai
Mempertimbangkan
penambahan detektor dan alarm
ketika terjadi pelepasan xylene
ke area kerja
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Berpotensi menimbulkan Peralatan 5 D S Memastikan perawatan dan
terjadinya kebakaran pemadam inspeksi periodik pada peralatan
kebakaran pemadam kebakaran telah
sesuai
Prosedur tanggap
darurat Memastikan bahwa seluruh
pekerja telah mengerti tentang
sistem tanggap darurat saat
kebakaran
Produksi alkyd resin gagal Prosedur 3 C S Memastikan bahwa operator
pengisian xylene telah mengetahi prosedur
ke dalam reactor pengisian xylene ke dalam
reaktor
Kontrol operator
Low Low Laju aliran xylene terlalu Kapasitas xylene di dalam Flow indicator 2 B S Mempertimbangkan
Pressure kecil reaktor terlalu kecil penambahan flow indicator dan
Level indicator level indicator
Pengisian memerlukan Pressure indicator 1 B M Memastikan perawatan dan
waktu yang lebih lama inspeksi periodik pada pressure
indicator telah sesuai
Mempertimbangkan penambahan
flame arrester pada reaktor
Berpotensi menyebabkan Peralatan 5 D S Memastikan perawatan dan
terjadinya kebakaran pemadam inspeksi periodik pada peralatan
kebakaran pemadam kebakaran telah sesuai
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Prosedur tanggap Memastikan bahwa seluruh pekerja
darurat telah mengerti tentang sistem
tanggap darurat saat terjadi
kebakaran
No No Flow Tidak ada material pada Tidak terjadi pengisian Prosedur 2 C M Memastikan bahwa tabung
tabung penyimpanan inert inert gas ke dalam reaktor pengisian inert penyimpanan inert gas tidak
gas gas pada tabung kosong ketika proses produksi akan
penyimpanan dimulai
Kontrol operator
Low Low Laju aliran inert gas terlalu Kapasitas inert gas di Control valve 2 B S Mempertimbangkan penambahan
Pressure kecil dalam reaktor terlalu kecil flow indicator
Flow indicator
Memastikan perawatan dan
Pressure indicator inspeksi periodik pada control
valve dan pressure indicator
Prosedur
pengisian inert Memastikan bahwa operator telah
gas ke dalam mengetahi prosedur pengisian
reaktor inert gas ke dalam reaktor
Kontrol operator
Berpotensi menyebabkan Flame arrester 5 D S Mempertimbangkan penambahan
terjadinya kebakaran flame arrester
Peralatan
pemadam Memastikan perawatan dan
kebakaran inspeksi periodik pada peralatan
pemadam kebakaran telah sesuai
Prosedur tanggap
darurat Memastikan bahwa seluruh
pekerja telah mengerti tentang
sistem tanggap darurat saat terjadi
kebakaran
Company : PT. Nuplex Raung Resins
Node : 03
Parameter : Containment
Intention : Memasukkan gas inert (N2/CO2) ke dalam reaktor
Mempertimbangkan penambahan
flame arrester
Company : PT. Nuplex Raung Resins
Node : 04
Parameter : Level
Intention : Mereaksikan neopentylglycol dan phtalic anhydride
Kontrol operator
Low Low Level Kecilnya aliran pipa Kapasitas neopentylglycol Flow indicator 1 B M Mempertimbangkan penambahan
neopentylglycol, xylene, di dalam reaktor terlalu flow indicator
dan gas inert ke dalam kecil Level indicator
reaktor Memastikan perawatan dan
inspeksi periodik pada level
indicator telah sesuai
Kapasitas xylene di dalam Flow indicator 2 B S Mempertimbangkan penambahan
reaktor terlalu kecil flow indicator
Level indicator
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Memastikan perawatan dan
inspeksi periodik pada level
indicator telah sesuai
Kapasitas gas inert di Control valve 2 B S Mempertimbangkan penambahan
dalam reaktor terlalu kecil flow indicator
Flow indicator
Memastikan perawatan dan
Level indicator inspeksi periodik pada level
indicator dan control valve telah
sesuai
Berpotensi menyebabkan Flame arrester 5 D S Mempertimbangkan penambahan
terjadinya kebakaran flame arrester
Peralatan
pemadam Memastikan perawatan dan
kebakaran inspeksi periodik pada peralatan
pemadam kebakaran telah sesuai
Prosedur tanggap
darurat Memastikan bahwa seluruh
pekerja telah mengerti tentang
sistem tanggap darurat saat terjadi
kebakaran
Produksi alkyd resin gagal Prosedur 3 C S Memastikan bahwa operator telah
pengisian mengetahi prosedur pengisian
neopentylglycol, neopentylglycol, xylene, dan inert
xylene, dan inert gas ke dalam reaktor
gas ke dalam
reaktor
Kontrol operator
Company : PT. Nuplex Raung Resins
Node : 04
Parameter : Pressure
Intention : Mereaksikan neopentylglycol dan phtalic anhydride
Mempertimbangkan penambahan
pressure indicator dan safety
valve
Berpotensi menyebabkan Peralatan 5 D S Memastikan perawatan dan
kebakaran pemadam inspeksi periodik pada peralatan
kebakaran pemadam kebakaran telah sesuai
Temperature
indicator
Kontrol operator
Pemanas tidak bekerja Reaksi tidak berjalan Perawatan 2 C M Memastikan perawatan dan
pemanas inspeksi periodik pada pemanas
telah sesuai
Company : PT. Nuplex Raung Resins
Node : 04
Parameter : Concentration
Intention : Mereaksikan neopentylglycol dan phtalic anhydride
Mempertimbangkan penambahan
flow indicator
No No Flow Tidak ada tekanan dari gas Tidak ada alkyd resin yang Control valve 2 C M Memastikan perawatan dan
inert diencerkan inspeksi periodik pada control
Pressure indicator valve dan pressure indicator telah
Control valve tidak sesuai
membuka Flow indicator
Memastikan bahwa tangki
Tidak ada material yang Kontrol operator penyimpanan gas inert tidak
direaksikan kosong ketika proses produksi
Prosedur akan dimulai
pengisian
material ke dalam Mengatur jadwal pengisian tangki
reaktor penyimpanan gas inert dengan
benar dan tepat waktu
Mempertimbangkan penambahan
flow indicator
Company : PT. Nuplex Raung Resins
Node : 05
Parameter : Pressure
Intention : Memindahkan alkyd resin dari reaktor ke tangki pengencer
Prosedur tanggap
darurat
Company : PT. Nuplex Raung Resins
Node : 07
Parameter : Temperature
Intention : Mengembalikan fase xylene dan air dari uap menjadi cairan
Memastikan keberadaan
ventilasi yang memadai untuk
tempat kerja tertutup
Mempertimbangkan penambahan
flow indicator
Terdapat kebocoran pada Terjadinya pelepasan air ke Dike (tanggul) 1 B M Memastikan kapasitas dike cukup
pipa area kerja untuk menampung tumpahan
material
Terjadinya pelepasan Dike (Tanggul) 4 D S Memastikan kapasitas dike cukup
xylene ke area kerja untuk menampung tumpahan
material
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Berpotensi menyebabkan Peralatan 5 D S Memastikan perawatan dan
terjadinya kebakaran pemadam inspeksi periodik pada peralatan
kebakaran pemadam kebakaran telah sesuai
Pressure indicator
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Safety valve Memastikan perawatan dan
inspeksi periodik pada control
valve dan safety valve sesuai
Low Low Flow Operator mengatur laju Proses pemindahan Flow indicator 1 C L Memastikan perawatan dan
aliran xylene terlalu rendah berlangsung lama inspeksi periodik pada pipa
Perawatan pipa telah sesuai
Pipa tersumbat
Mempertimbangkan
penambahan flow indicator
Terdapat kebocoran atau Terjadinya pelepasan Perawatn pipa 4 D S Memastikan perawatan dan
keretakan pada pipa xylene ke area kerja inspeksi periodik pada pipa
Dike (Tanggul) telah sesuai
Memastikan keberadaan
ventilasi yang memadai untuk
tempat kerja tertutup
Berpotensi menyebabkan Peralatan 5 D S Memastikan perawatan dan
terjadinya kebakaran pemadam inspeksi periodik pada peralatan
kebakaran pemadam kebakaran telah
sesuai
Prosedur tanggap
darurat Memastikan bahwa seluruh
pekerja telah mengerti tentang
sistem tanggap darurat saat
terjadi kebakaran
Company : PT. Nuplex Raung Resins
Node : 12
Parameter : Containment
Intention : Memindahkan xylene dari separator ke receiver
Memastikan keberadaan
ventilasi yang memadai untuk
tempat kerja tertutup
Guide Hazard Category
Deviation Cause Consequence Safeguard Recommendation
Word S L R
Berpotensi menyebabkan Peralatan 5 D S Memastikan perawatan dan
terjadinya kebakaran pemadam inspeksi periodik pada peralatan
kebakaran pemadam kebakaran telah
sesuai
Prosedur tanggap
darurat Memastikan bahwa seluruh
pekerja telah mengerti tentang
sistem tanggap darurat saat
terjadi kebakaran
No No Flow Tidak ada xylene yang Tidak ada xylene yang Kontrol operator 1 C L Memastikan bahwa proses yang
tertampung pada receiver masuk ke column terjadi di separator berjalan
Control valve sempurna
Control valve gagal
membuka Memastikan perawatan dan
inspeksi periodik pada control
valve telah sesuai
Memastikan keberadaan
ventilasi yang memadai untuk
tempat kerja tertutup
2. Composition/information on ingredients
CAS Number Content (W/W) Chemical name
126-30-7 > 99.0 % 2,2-dimethylpropane-1,3-diol
3. Hazard identification
Emergency overview
4. First-aid measures
General advice:
Remove contaminated clothing.
If inhaled:
Remove the affected individual into fresh air and keep the person calm. Assist in breathing if necessary.
Immediate medical attention required.
If on skin:
Wash thoroughly with soap and water. Areas affected by molten material should be quickly placed under cold
running water. Solidified product should not be pulled from the skin. Burns caused by molten material require
hospital treatment.
HELPING MAKE PRODUCTS BETTER™
If swallowed:
Rinse mouth and then drink plenty of water. Induce vomiting. Never induce vomiting or give anything by mouth
if the victim is unconscious or having convulsions. Immediate medical attention required.
5. Fire-fighting measures
Flash point: 103 °C (DIN 51758)
Autoignition: 375 °C (DIN 51794)
Lower explosion limit: 1.1 %(V)
Upper explosion limit: 11.4 %(V)
Further information:
Collect contaminated extinguishing water separately, do not allow to reach sewage or effluent systems.
Environmental precautions:
Discharge into the environment must be avoided.
Cleanup:
Storage
General advice:
Keep container dry.
HELPING MAKE PRODUCTS BETTER™
Hand protection:
Chemical resistant protective gloves, Use additional heat protection gloves when handling hot molten masses
(e.g. of textile or leather).
Eye protection:
Tightly fitting safety goggles (chemical goggles). Wear face shield if splashing hazard exists.
Substances to avoid:
oxidizing agent, alkali or alkaline-earth metal
Hazardous reactions:
No hazardous reactions if stored and handled as prescribed/indicated.
Decomposition products:
Hazardous decomposition products: carbon monoxide, carbon dioxide
Oral:
LD50/rat: > 6,400 mg/kg
Inhalation:
rat: / 8 h(IRT)
Inhalation-risk test (IRT): No mortality within 8 hours as shown in animal studies. The inhalation of a highly
saturated vapor-air mixture represents no acute hazard.
Dermal:
LD50/guinea pig: > 4,000 mg/kg
Skin irritation:
rabbit: non-irritant (OECD Guideline 404)
Eye irritation :
rabbit: Irritant. (OECD Guideline 405)
Sensitization:
no sensitizing effect
Chronic toxicity
Other information:
No experimental evidence available for genotoxicity in vitro (Ames test negative).
Biodegradation:
Test method: OECD 302B; ISO 9888; 88/302/EEC,part C
Method of analysis: DOC reduction
Degree of elimination: > 90 %
Evaluation: Readily eliminated from water.
Environmental toxicity
Contaminated packaging:
Dispose of in a licensed facility. Recommend crushing, puncturing or other means to prevent unauthorized use
of used containers.
Registration status:
TSCA, US released / listed
HMIS uses a numbering scale ranging from 0 to 4 to indicate the degree of hazard. A value of zero means that the substance
possesses essentially no hazard; a rating of four indicates high hazard.
⋅ Composition :
⋅ (Komposisi)
3. Hazards Identification
(Identifikasi bahaya)
Petunjuk penanganan :
~ Hindari menghirup uap
~ Hindari kontak mata dan kulit.Gunakan kacamata kimia, sarung tangan kedap cairan dan pakaian
pelindung jika resiko timbulnya kontak cukup besar.
~ Gunakan ventilasi yang bagus untuk menghindari mengumpulnya uap.Jauhkan dari sumber panas
~ Pakaian yang terkontaminasi harus diganti dan secepatnya dicuci sebelum dipakai
~ Xylene mudah terbakar.Jauhkan dari sumber panas dan sumber api
~ Konsentrasi bahaya bisa terjadi dalam waktu singkat, karena xylene mudah menguap pada suhu
kamar.Konsentrasi udara meningkat dengan cepat serta suhu lebih tinggi.
~ Biarkan wadah tertutup rapat jika tak dipakai lagi
~ Jika konsentrasi uap tak diketahui atau melebihi batas ambang yang diijinkan, gunakan peralatan
pernapasan
MSDS-XYLENE Page 1 of 4
MATERIAL SAFETY DATA SHEET
(LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN)
⋅ Pernapasan : Pindahkan secepatnya ke udara segar.Panggil dokter jika terjadi iritasi karena menghirup
⋅ udara berlebih
⋅ Kontak kulit : Bilas dengan air dan sabun. Lepas pakain yang terkena
Kontak mata : Bilas dengan air banyak-banyak selama 15 menit. Panggil medis jika iritasi
⋅ Tertelan : Beri minum air 1-2 gelas ,segera panggil dokter
5. Fire-fighting measures
(Tindakan Pemadaman Api)
⋅ Tindakan pencegahan perorangan : Untuk tumpahan yang luas, petugas mengenakan peralatan
⋅ pengamanan
Tindakan pencegahan terhadap lingkungan : Batasi kemungkinan sumber api dan hindari timbulnya api
⋅ Prosedur pembersihan : Serap dengan pasir, sapu dan masukkan ke tempat pemusnahan
⋅ limbahdenganperaturan setempat
MSDS-XYLENE Page 2 of 4
MATERIAL SAFETY DATA SHEET
(LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN)
MSDS-XYLENE Page 3 of 4
MATERIAL SAFETY DATA SHEET
(LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN)
MSDS-XYLENE Page 4 of 4
Form NNR : 0910 PT. NUPLEX RAUNG RESIN
Rev. :0 MAINTENANCE REPORT FOR REACTOR-1
Date : 09.12.2006 2006
Activity
No. Equipment Comment
Check Service Replacement
Reactor
1. Vessel √ 1 x 5 years (2001-2006)
2. Control Valve √ 4 x 1 years
3. Coloumn √ 2 x 1 years
4. Pall Ring √ 4 x 1 years
5. Condensor √ 2 x 1 years
6. Separator Tank √ 2 x 1 years
7. Receiver Tank √ 1 x 1 years
8. Agitator Blade √ √ 2 x 1 years
9. Bearing Agitator √ 1 x 2 years (2004-2006)
10. Gland Packing √ √ 4 x 1 years
11. V-Belt √ 1 x 1 years
12. Gear Box √ 4 x 1 years
13. Electro Motor √ 4 x 1 years
14. Coupling √ 1 x 1 years
15. Bearing Motor √ 1x 2 years
16. Pressure Gauge √ 4 x 1 years
17. Temperature Gauge √ 4 x 1 years
18. Drain Water √ √ 2 x 1 years
19. Lamp √ 2 x 1 years
20. Pipe √ 1 x 3 years (2003-2006)
Typical Frequency Values, f’, Assigned to Initiating Events
Value Chosen by
Frequency Range
Company for Use
Initiating Event from Literature
in LOPA
(per year)
(per year)
-2 -6
Pressure vessel residual failure 10 to 10 1 x 10-2
Piping residual failure-100 m-full
10-5 to 10-6 1 x 10-5
breach
Piping Leak (10% section)-100 m 10-1 to 10-4 1 x 10-1
Atmospheric tank failure 10-3 to 10-5 1 x 10-3
Crane load drop 10-3 to 10-4 per lift 1 x 10-3
Lightning strike 10-3 to 10-4 1 x 10-3
Safety valve open spuriously 10-2 to 10-4 1 x 10-3
Cooling water failure 1 to 10-2 1 x 10-1
Unloading/loading hose failure 1 to 10-2 1 x 10-1
Small external fire (aggregate
10-1 to 10-2 1 x 10-1
causes)
Large external fire (aggregate
10-2 to 10-3 1 x 10-2
causes)
Operator failure 10-1 to 10-3 per
1 x 10-2
opportunity
1. PRODUKSI
a. Jenis dan Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi
Sifat Produk
(vol/tahun)
Jenis Produksi
Setengah
Izin Riil Jadi
Jadi
Alkyd Resin
Sintetis (Long Oil
Alkyd, Medium Oil 16.500 15.500 v -
Alkyd, Short Oil
Alkyd)
c. Waktu Produksi
Alokasi Waktu
Jenis Kegiatan Keterangan
(jam)
Pemasukan inert gas ke
0,25 -
dalam reaktor
Pemasukan phtalic anhydride
0,5 -
ke dalam reaktor
Pemasukan neopentylglycol 0,5 -
ke dalam reaktor
Pemanasan di dalam reaktor 18 Dua jam sebelum proses pemanasan
berakhir, dilakukan pemasukan xylene ke
dalam reaktor untuk melakukan proses
azeotrope.
alokasi waktu pemasukan xylene = 1 jam
Alokasi Waktu
Jenis Kegiatan Keterangan
(jam)
Pendinginan di dalam 1 -
reaktor
Transfer alkyd resin dari 0,25 -
reaktor ke tangki pengencer
Pengadukan alkyd resin 7 Selama proses pengadukan terjadi
dalam tangki pengencer pemasukan bahan pelarut untuk
mengencerkan alkyd resin.
Alokasi waktu pemasukan bahan pelarut
= 1 jam
Filtrasi alkyd resin dari 0,5 -
tangki pengencer
Pengemasan produk ke 1 -
dalam drum atau tangki
(sesuai permintaan)
Total Waktu Produksi 29
2. PENGGUNAAN ENERGI
Pemakaian Sumber
Jenis Energi Kapasitas Terpasang
(Bulan) (PERUM)
1. Listrik PLN 345 KVA 2.000 kWh PLN
2. Listrik Generator 195 KVA 1.000 kWh Sendiri (standby unit)
3. Solar 60 ton Pertamina
3. PENGGUNAAN AIR
Kapasitas Penggunaan
Jenis Sumber Diolah/Tidak Keterangan
(m3/hari atau bulan)
1. PDAM (PAB) 600 m3/bulan Tidak PDAM
3
2. Sumur Dangkal 30 m /bulan Tidak Satu sumur
Jumlah Air Total 630 m3/bulan
Penentuan Nilai Pignition
Nilai Keterangan
Jika pelepasan bahan mudah terbakar berada
0,1 di lokasi proses yang jauh dan terpisah dengan
lokasi proses lainnya
Jika pelepasan bahan mudah terbakar terjadi
0,5
pada lokasi proses yang umum
Jika pelepasan bahan mudah terbakar terjadi
dalam jumlah yang besar dan dekat dengan
1,0
peralatan yang merupakan sumber api atau
panas (contoh: burner, heater, dll)
Jika pelepasan bahan mudah terbakar terjadi
1,0 akibat adanya tumbukan (contoh: crane jatuh
menimpa tangki bahan mudah terbakar, dll)
Nilai Keterangan
Jika orang berada jauh dari lokasi kejadian
0,1
pada saat skenario terjadi
Jika orang berada pada ruang lain di lokasi
0,5 kejadian pada saat skenario terjadi (contoh:
pada ruang kontrol)
Jika orang selalu berada di lokasi kejadian
1,0
pada saat skenario terjadi
Nilai Keterangan
Jika orang berada jauh dari lokasi kejadian
0,1
pada saat skenario terjadi
Jika orang berada pada jarak yang tidak
0,5
terlalu dekat dengan lokasi kejadian
Jika orang berada dekat dengan lokasi
1,0
kejadian pada saat skenario terjadi
Risk Matrix
Risk Rating
Frequency of Scenario
(per year) Low Moderate Significant
-6
> 1 x 10
-7
< 1 x 10
-3
6 x 10
6 x 10-3
cy Shutdown
n, PFD=1x10 -2
a (HAZOP)