Anda di halaman 1dari 241

TUGAS AKHIR (605502A)

PENILAIAN RISIKO KEBAKARAN DENGAN METODE FIRE


RISK ASSESMENT (FRA) UNTUK EVALUASI SISTEM
KEBAKARAN AKTIF PADA PABRIK PAKU

ELISA INDAH PRATIWI


NRP 0516040072

DOSEN PEMBIMBING:
MOCH LUQMAN ASHARI, S.T., M.T.
GEORGE ENDRI KUSUMA, S.T., M.Sc.Eng.

PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2020

i
HALAMAN JUDUL

TUGAS AKHIR (605502A)


HALAMAN JUDUL
PENILAIAN RESIKO KEBAKARAN DENGAN METODE FIRE
RISK ASSESMENT (FRA) UNTUK EVALUASI SISTEM
KEBAKARAN AKTIF PADA PABRIK PAKU

ELISA INDAH PRATIWI


NRP 0516040072

DOSEN PEMBIMBING:
MOCH LUQMAN ASHARI, S.T., M.T.
GEORGE ENDRI KUSUMA, S.T., M.Sc.Eng.

PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2020

i
*Halaman ini sengaja dikosongkan*

ii
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR

PENILAIAN RESIKO KEBAKARAN DENGAN METODE FIRE RISK


ASSESMENT (FRA) UNTUK EVALUASI SISTEM KEBAKARAN AKTIF
PADA PABRIK PAKU
Disusun Oleh:
Elisa Indah Pratiwi
0516040072

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jurusan Teknik Permesinan Kapal
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 16 Juli 2020
Periode Wisuda : September 2020

Menyetujui,

Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan

1. Moch. Luqman Ashari, ST., MT. (0025078003) (……………………)


2. Mades Darul Khairansyah, S.ST., MT. (0002046005) (……………………)

3. Mochamad Choirul Rizal, ST., MT. (0027078702) (……………………)


4. Mochamad Yusuf Santoso, ST., MT. (0027119001) (……………………)

Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan

1. Moch. Luqman Ashari, S.T., M.T (0025078003) (……………………)

2. George Endri Kusuma, S.T., M.Sc.Eng (0017057604) (……………………)

Menyetujui Mengetahui

Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

George Endri Kusuma, S.T., M.Sc.Eng Arief Subekti, S.T., M.MT.

NIP. 197605172009121003 NIP. 196104151988031003


iii
*halaman ini sengaja dikosongkan*

iv
No. : F.WD I. 021

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Date : 3 Nopember 2015


Rev. : 01
Page : 1 dari 1

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Elisa Indah Pratiwi


NRP. : 0516040072
Jurusan/Prodi : Teknik Permesinan Kapal / Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:

Tugas Akhir yang saya kerjakan dengan judul:

PENILAIAN RESIKO KEBAKARAN DENGAN METODE FIRE RISK


ASSESMENT (FRA) UNTUK EVALUASI SISTEM KEBAKARAN AKTIF
PADA PABRIK PAKU

Adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari karya orang lain.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

Surabaya, 22 Juni 2020

Yang membuat pernyataan

(Elisa Indah Pratiwi)


NRP. 0516040072

v
*halaman ini sengaja dikosongkan*

vi
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis


panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan tugas akhir yang berjudul “Penilaian Risiko Kebakaran dengan
Metode Fire Risk Assesment (FRA) untuk Evaluasi Sistem Kebakaran Aktif
pada Pabrik Paku” ini dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi D4-Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan penulisan Tugas Akhir ini


tidak lepas dari dukungan, semangat serta bantuan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta dan adik-adikku yang selalu memberikan doa dan
motivasi selama pengerjaan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA., selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Bapak Moch. Luqman Ashari.,S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing I yang
telah memberikan banyak bimbingan, masukan dan dukungan selama
pembuatan Tugas Akhir ini.
4. Bapak George Endri Kusuma, S.T., M.Sc.Eng., selaku dosen pembimbing II
yang telah memberikan banyak masukan dan semangat yang berguna demi
kemajuan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh dosen pengajar program studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
6. Seluruh tim penguji yang telah mengarahkan dan memberikan masukan untuk
menyempurnakan Tugas Akhir ini.
7. Bapak Agus Barliandi, selaku SHE Manajer PT Ispat Indo yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian Tugas Akhir.
8. Bapak Arif Setiawan, S.ST., selaku pembimbing OJT beserta seluruh staff
Departemen SHE di PT Ispat Indo yang dengan sabar membimbing dan
membantu penulis.
vii
9. Bapak Faukal Hasan dan Bapak Suprianto selaku pembimbing penelitian
Tugas Akhir selama di PT Ispat Indo serta jajaran nya yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
10. Teman-teman OJT (Tiwi, Nadia, Zulmi, Lathif, dan mas Miftach) yang telah
menghibur, memberi semangat, dan masukan selama mengerjakan Tugas
Akhir ini.
11. Sahabat tercinta (Hani, Devi, Nabila, Aan, Alma, Lilik, Wisdha) yang
senantiasa memberi semangat, menghibur, memberi masukan, dan
meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah penulis.
12. Ilmia Hamzah dan Mas Andre Susanto yang telah banyak membantu saya
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
13. Keluarga Besar K3-2016C “KECE” atas 4 tahun yang sangat indah dan
menyenangkan yang menjadi keluarga kedua. Canda, tawa, suka, duka,
cerita, dan harapan yang telah dilalui bersama selalu memiliki tempat
istimewa dalam hati penulis.
14. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terimakasih
banyak atas semua bantuan yang diberikan

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada


semuanya. Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari kata sempurna, kritik dan saran
yang dapat menyempurnakan penyusunan Tugas Akhir ini sangat diperlukan.
Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Surabaya, 26 Juni 2020

Penulis

viii
PENILAIAN RESIKO KEBAKARAN DENGAN METODE
FIRE RISK ASSESMENT (FRA) UNTUK EVALUASI SISTEM
KEBAKARAN AKTIF PADA PABRIK PAKU
Elisa Indah pratiwi

ABSTRAK

Perusahaan penghasil paku ini merupakan penghasil paku terbesar di


Indonesia. Pabrik paku ini memiliki beberapa area dengan tingkat kebakaran tinggi
karena terdapat tumpukan palet kayu, tumpukan kardus, sekam dan barang mudah
terbakar lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat bahaya
kebakaran pada pabrik paku. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah fire
risk assessment (FRA) berdasarkan NFPA 551 Tahun 2019 metode kualitatif
checklist dengan tool HIRA-RC. Hasil dari FRA menunjukkan bahwa pabrik paku
tergolong high risk dan pada rekomendasi nya melibatkan sistem kebakaran aktif
yang ada, untuk itu perlu adanya evaluasi sistem kebakaran aktif. Hasil evaluasi
APAR berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018 menunjukkan perlu adanya redesain
penempatan dan jumlah APAR. Hasil evaluasi jumlah hidran existing memenuhi
dan tekanan terjauh sebesar 6,9031 bar memenuhi SNI 03-1745-2000. Head pump
pada kondisi existing sebesar 70 m dan debit existing sebesar 0,027 m3/s sedangkan
headpump yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan sebesar 88,046 m dan pada
simulasi dengan software pipe flow expert head pump dan debit yang dibutuhkan
melebihi kemampuan head pump dan debit existing, sehingga rekomendasi yang
dapat dilakukan adalah dengan mengganti pompa hidran.

Kata kunci: APAR, Evaluasi, FRA, Hidran, Pabrik Paku, Proteksi Kebakaran Aktif.

ix
*halaman ini sengaja dikosongkan*

x
RISK ASSESMENT USING FIRE RISK ASSASMENT METHOD
FOR EVALUATION ACTIVE FIRE SYSTEM IN NAIL FACTORY

Elisa Indah Pratiwi

ABSTRACT

This nail producing company is the largest nail producer in Indonesia. This
nail factory has several areas with high fire rates because there are piles of wooden
pallets, piles of cardboard, chaff and other flammable items. This research purpose
to determine the level of fire hazard in the nail factory. The method used in this
study is fire risk assessment (FRA) based on NFPA 551 2019 qualitative checklist
method with HIRA-RC tool. The results of the FRA indicate that the nail factory is
classified as high risk and that its recommendations involve an active fire system,
therefore an active fire system evaluation is needed. Portable fire extinguisher
evaluation results based on NFPA 10 of 2018 indicate the need to redesign the
placement and number of Portable fire extinguishers. The results of hydrant
existing’s number evaluation is appropriate and the farthest pressure is 6,9031 bar
according to SNI 03-1745-2000. The head pump on the existing condition is 70 m
and the existing discharge is 0,027 m3/s while the required headpump is based on
a calculation of 88,046 m and the simulation with expert pipe flow software, head
pump and discharge required exceeds the existing capabilities. So the
recommendation is replace the hydrant pump.

Keyword: Active Fire System, Evaluation, FRA, Hydrant, Nail Factory, Portable
Fire Extinguisher.

xi
*halaman ini sengaja dikosongkan*

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

ABSTRACT ............................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 4
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 7


2.2 Fire Risk Assessment (FRA)..................................................................... 8
Definisi ................................................................................................ 8
Evaluasi Fire Risk Assessment ............................................................ 9
Metode Fire Risk Assessment .............................................................. 9
Risk Matriks ....................................................................................... 11
Expert Judgement .............................................................................. 14
2.3 Kebakaran ............................................................................................... 14
2.3.1 Klasifikasi Kebakaran........................................................................ 14
2.3.2 Klasifikasi Bahaya Hunian ................................................................ 15
2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ...................................................... 18

xiii
2.4.1 Definisi ............................................................................................... 18
2.4.2 Jenis-jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ................................ 18
2.4.3 Klasifikasi Bahaya Kebakaran ........................................................... 19
2.4.4 Penempatan APAR ............................................................................ 20
2.5 Sistem Instalasi Hidran ........................................................................... 21
2.6 Sistem Perpipaan..................................................................................... 21
2.7 Tipe Sistem Pipa Tegak untuk Hidran .................................................... 22
2.8 Kelas Sistem Pipa Tegak ........................................................................ 23
2.9 Klasifikasi Sistem Hidran berdasarkan Jenis dan Penempatan .............. 24
2.10 Komponen-komponen Sistem Hidran .................................................... 25
2.11 Kapasitas Pompa ..................................................................................... 27
2.11.1 Head Loss ........................................................................................... 27
2.11.2 Major Losses ...................................................................................... 27
2.11.3 Minor Losses ...................................................................................... 29
2.11.4 Total Head loss .................................................................................. 31
2.11.5 Kapasitas Pompa Hidran .................................................................... 31
2.11.6 Daya pompa ....................................................................................... 32
2.12 Fluida ...................................................................................................... 32
2.13 Sistim Persediaan Air.............................................................................. 33
2.14 Pengujian Operasional Hidran ................................................................ 34
2.15 Software Pemodelan Perpipaan .............................................................. 34
2.15.1 Menu dan Interface ............................................................................ 35
2.15.2 Fitur Pipa ............................................................................................ 36
2.15.3 Data Material Pipa ............................................................................. 36
2.15.4 Data Ukuran Diameter Pipa ............................................................... 37
2.15.5 Component Pressure Loss .................................................................. 38
2.15.6 Pump Data Dialog ............................................................................. 38
2.16 Validasi dalam Simulasi Model .............................................................. 39

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 43

3.1 Observasi Awal ....................................................................................... 43


3.2 Tahap Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah ............................. 43

xiv
3.3 Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 43
3.4 Studi Literatur ......................................................................................... 44
3.5 Pengumpulan Data ................................................................................. 44
3.5.1 Pengumpulan Data Primer ................................................................. 44
3.5.2 Pengumpulan Data Sekunder............................................................. 45
3.6 Pengolahan Data ..................................................................................... 45
3.6.1 Penilaian Tingkat Resiko Kebakaran ................................................ 45
3.6.2 Melakukan Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Aktif ..................... 46
3.7 Diagram Alir ........................................................................................... 47

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 53

4.1 Pengolahan Data ..................................................................................... 53


4.2 Penilaian Risiko Kebakaran ................................................................... 53
4.3 Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan ...................................................... 58
4.3.1 Perencanaan Perancangan Ulang APAR ........................................... 62
4.3.2 Analisis Presentase Jangkauan Penambahan Jumlah APAR ............. 70
4.4 Evaluasi Sistem Pipa Tegak (Hidran) .................................................... 71
4.4.1 Pengujian Langsung Instalasi Hidran Existing .................................. 74
4.4.2 Perhitungan Jumlah Pilar Hidran ....................................................... 75
4.4.3 Perhitungan Headloss Manual ........................................................... 75
4.4.4 Kebutuhan Kapasitas Pompa Hidran ................................................. 81
4.4.5 Perhitungan Headloss dengan Software Pipe Flow Expert ............... 82
4.4.6 Simulasi Skenario Kebakaran berdasarkan Software Pipe Flow Expert
83
4.4.7 Analisis Hasil ..................................................................................... 89

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 95

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 95


5.2 Saran ....................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Studi Penelitian Terdahulu ..................................................................... 7

Tabel 2. 2 Lanjutan Studi Penelitian Terdahulu ...................................................... 8

Tabel 2. 3 Implementasi FRA ................................................................................. 9

Tabel 2. 4 Metode dalam Fire Risk Assessment ..................................................... 9

Tabel 2. 5 Tabel Peluang atau Kemungkinan ........................................................ 11

Tabel 2. 6 Lanjutan Tabel Peluang atau Kemungkinan......................................... 12

Tabel 2. 7 Tabel Akibat ......................................................................................... 12

Tabel 2. 8 Lanjutan Tabel Akibat .......................................................................... 13

Tabel 2. 9 Tabel Matriks Penilaian Risiko ............................................................ 13

Tabel 2. 10 Klasifikasi Kebakaran ........................................................................ 15

Tabel 2. 16 Luas Area yang Dilindungi ................................................................ 20

Tabel 2. 18 Jarak Minimal Penempatan APAR Kelas B ....................................... 21

Tabel 2. 11 Diameter Pipa Minimal (dalam Inch), Ditinjau dari Jarak Total Pipa dan
Total Akumulasi Aliran ......................................................................................... 22

Tabel 2.12 Sifat Fisika Air .................................................................................... 28

Tabel 2. 13 Kekasaran Pipa ................................................................................... 29

Tabel 2. 14 Tabel Nilai K untuk Masukan Pipa .................................................... 30

Tabel 2. 15 Valve dan Fitting ................................................................................ 31

Tabel 4. 1 Checklist Manajemen Kebakaran……………………………………..53

Tabel 4. 2 Peninjauan Ulang IBPR Perusahaan .................................................... 57

Tabel 4. 3 Checklist APAR ................................................................................... 59

Tabel 4. 4 Rekap Perhitungan Jumlah APAR ....................................................... 69

Tabel 4. 5 Presentase Jangkauan APAR Area STMC ........................................... 70

Tabel 4. 6 Checklist Hidran ................................................................................... 71

xvi
Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Tekanan Masing-masing Hidran Pabrik Paku ........... 74

Tabel 4. 8 Jenis Aksesoris Ukuran 8” Pipa Hisap ................................................. 78

Tabel 4. 9 Jenis Aksesoris Ukuran Pipa 6” Jalur Terjauh Pipa Discharge ........... 80

Tabel 4. 10 Perbedaan Hasil Perhitungan Manual dan Software .......................... 82

Tabel 4. 11 Rekap Hasil Simulasi Kebakaran Seluruh Skenario .......................... 90

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram Moody ................................................................................ 29

Gambar 2. 2 Tampilan Interface ........................................................................... 36

Gambar 2. 3 Pipe Pane dan Pipe Sub-Menu ......................................................... 36

Gambar 2. 4 Data Material Pipa............................................................................ 37

Gambar 2. 5 Data Ukuran Diameter Pipa .............................................................. 38

Gambar 2. 6 Component Pressure Loss ................................................................ 38

Gambar 2. 7 Pump Data Dialog ............................................................................ 39

Gambar 2. 8 Perbandingan Output Simulasi dengan Sistem Nyata ...................... 39

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian…………………………………………….48

Gambar 3. 2 Lanjutan Diagram Alir ...................................................................... 49

Gambar 4. 1 Penempatan APAR pada Area Main Office………………………..61

Gambar 4. 2 APAR yang Tidak Terdapat Petunjuk Cara-cara Pemakaian ........... 61

Gambar 4. 3 Redesain Jumlah APAR Area Plant ................................................. 63

Gambar 4. 4 Redesain Jumlah APAR Area Departemen Electric ........................ 64

Gambar 4. 5 Redesain APAR pada Electric Room ............................................... 65

Gambar 4. 6 Redesain APAR Area Workshop ...................................................... 65

Gambar 4. 7 Redesain APAR Area Main Office ................................................... 66

Gambar 4. 8 Redesain APAR Area TPS ............................................................... 67

Gambar 4. 9 Redesain APAR Area STMC ........................................................... 68

Gambar 4. 10 Box Hidran Kosong pada Pabrik Paku............................................ 72

Gambar 4. 11 Tidak Terdapat Nozel Hidran pada Titik 5 Pabrik Paku ................ 72

Gambar 4. 12 Hidran Nomer 2 Terhalang ............................................................. 73

Gambar 4. 13 Hasil Perhitungan Headloss Dengan Software Pipeflow Expert .... 82

xviii
Gambar 4. 14 Pemodelan Instalasi Hidran Existing pada Software Pipe Flow Expert
............................................................................................................................... 84

Gambar 4. 15 Skenario Kebakaran 1 .................................................................... 85

Gambar 4. 16 Skenario Kebakaran 2 .................................................................... 86

Gambar 4. 17 Skenario Kebakaran 3 .................................................................... 87

Gambar 4. 18 Skenario Kebakaran 4 .................................................................... 88

Gambar 4. 19 Skenario Kebakaran 5 .................................................................... 89

Gambar 4. 20 Kebutuhan Head Pump berdasarkan Simulasi Skenario Kebakaran


............................................................................................................................... 90

Gambar 4. 21 Kebutuhan Debit berdasarkan Simulasi Skenario Kebakaran........ 91

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 IBPR Perusahaan

Lampiran 2 Layout APAR Kondisi Existing

Lampiran 3 Layout APAR Kondisi Redesain

Lampiran 4 Presentase Jangkauan Area

Lampiran 5 Hasil Pengujian Tekanan Hidran Terakhir

Lampiran 6 Spesifikasi Pompa

Lampiran 7 Layout Hidran Kondisi Existing

Lampiran 8 Hasil Evaluasi

Lampiran 9 Perhitungan Manual Hidran Existing

Lampiran 10 Hasil Simulasi Software Pipe Flow Expert dan Isometrik Pipa

Lampiran 11 Rekomendasi Pompa

Lampiran 12 Biografi Penulis

xx
*halaman ini sengaja dikosongkan*

xxi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perusahaan Peleburan Baja merupakan perusahaan yang didirikan pada
tahun 1976 yang saat ini memiliki kapasitas produksi tahunan lebih dari
700.000 ton, dari produksi tersebut ada yang di ekspor, impor maupun
digunakan oleh anak perusahaan sebagai bahan baku. Perusahaan ini
memiliki tiga anak perusahaan, salah satunya adalah perusahaan paku yang
berlokasi didekat perusahaan peleburan baja. Perusahaan penghasil paku ini
berdiri pada tahun 1991 dan merupakan penghasil paku terbesar di Indonesia
yang dapat memproduksi hard–drawn wire (gulungan kawat kecil) dan paku
dengan kapasitas produksi 40.000 ton dan hard-drawn wire 120.000 ton
pertahun.
Seluruh proses produksi pabrik paku ini menggunakan energi listrik,
dimana adanya kabel-kabel yang terkelupas dapat menimbulkan percikan api
yang dapat menimbulkan kebakaran. Juga terdapat serbuk kayu kering
(sekam) yang berada didalam ruang produksi perusahaan paku ini, dimana
pernah beberapa kali terjadi kebakaran di dalam pabrik paku, dan terakhir
terjadi pada tahun 2014 lalu yang disebabkan oleh adanya percikan dari crane
yang melintas diatas serbuk kayu dan percikan tersebut jatuh lalu membakar
serbuk kayu sehingga terjadi kebakaran. Selain itu terdapat beberapa proses
yang dapat menimbulkan kebakaran seperti penggerindaan dan pengelasan.
Perusahaan paku ini memiliki banyak lahan kosong yang pada musim
kemarau pernah terjadi kebakaran karena terdapat banyak rumput kering,
beberapa waktu lalu pada bulan November 2019 sempat dihebohkan karena
tiba-tiba terdapat asap dan api pada rumput di lahan kosong perusahaan paku
ini, dan karena jauhnya lokasi kebakaran dengan lokasi hidran menyebabkan
proses pemadaman yang cukup lama karena membutuhkan tiga sambungan
selang hidran untuk mencapai lokasi kebakaran.
Beberapa kasus kebakaran yang pernah terjadi tersebut dapat
disimpulkan bahwa pabrik paku memiliki potensi kebakaran cukup tinggi dan

1
bangunan gedung termasuk kebakaran kelas A menurut NFPA 10 2018
karena terdapat bahan padat mudah terbakar seperti tumpukan kardus
(packaging paku), palet kayu, serbuk kayu. Untuk itu perlu dilakukan
penentuan resiko apakah pada perusahaan paku ini benar-benar memiliki
potensi bahaya kebakaran tinggi. Untuk menentukan tingkat resiko kebakaran
akan menggunakan metode FRA (fire risk assessment) berdasarkan NFPA
551 Tahun 2019. Menurut Anggraeni (2017) metode fire risk assasment ini
sangat cocok digunakan untuk mengkarakteristikkan kebakaran,
kemungkinan terjadinya, dan potensi dampak yang diterima. Dan karena
kebakaran yang beberapa kali terjadi di pabrik paku ini, diperlukan sistem
pemadam kebakaran yang dapat mencegah dan memadamkan kebakaran.
Proteksi kebakaran aktif yang ada pada pabrik paku diantaranya APAR
dan Hidran. APAR merupakan suatu perangkat portable yang dapat
dioperasikan dengan menggunakan roda atau tangan dan mengandung bahan
pemadam yang dapat dikeluarkan dengan menggunakan tekanan untuk
memadamkan api (NFPA 10, 2018). Alat Pemadam Api Ringan termasuk
salah satu proteksi kebakaran yang sangat penting karena dapat memadamkan
api dini, selain itu juga ditemukan beberapa ketidaksesuaian seperti adanya
label APAR tetapi tidak ditemukan APAR, karena hal inilah perlu dilakukan
evaluasi terhadap sistem sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran
pada APAR, maka untuk pemasangan dan jenis APAR harus sesuai dengan
persyaratan yang ada agar APAR dapat efektif untuk memadamkan
kebakaran. Selain APAR juga terdapat sistem proteksi kebakaran lain berupa
Hidran.
Hidran adalah alat yang dilengkapi dengan selang dan mulut pancar
(nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan
pemadaman kebakaran. (Kepmen PU no. 10 Tahun 2000). Pada perusahaan
paku ini dilengkapi dengan enam pilar hidran yang tersebar di seluruh area
dengan ukuran selang 2,5 inch (3 berada di luar, dan 3 lainnya berada di dalam
gedung). Menurut SNI 03-1745-2000 tekanan minimal untuk selang
berukuran 2,5 inch adalah 6,9 bar. Tetapi pada kenyataannya, beberapa kali
saat digunakan tekanan air pada hidran kecil, sehingga kurang efektif untuk

2
memadamkan kebakaran yang sempat terjadi dan hasil pengujian tekanan
hidran terakhir hanya mencapai 3,4 bar pada salah satu hidran. Sedangkan
menurut Instruksi Menteri Tenaga Kerja no. 11 tahun 1997 tekanan hidran
pada titik terjauh tidak kurang dari 4,5 kg/cm² atau 4,413 bar. Hal ini
disebabkan karena instalasi pipa hidran terlalu panjang dan jauh karena
mengambil air dari perusahaan baja (tidak memiliki reservoir dan pompa
sendiri pada pabrik paku), kemungkinan lain yang terjadi adalah tekanan
pompa yang mungkin terlalu kecil dan banyaknya belokan pada pipa yang
mempengaruhi performa hidran tersebut. Aliran fluida yang mengalir pada
perpipaan akan selalu mengalami penurunan tekanan karena gesekan di
sepanjang permukaan pipa, dan juga ketika aliran melewati beberapa
sambungan pipa, belokan, katup, diffusor, dan beberapa komponen lainnya
yang terpasang pada sistem perpipaan (Malau Jauhari, 2012).
Tugas akhir ini akan melakukan penilaian resiko kebakaran
menggunakan FRA berdasarkan NFPA 551 tahun 2019 dengan pemilihan
metode kualitatif checklist, metode ini dipilih karena sumber data yang ada di
perusahaan hanya berupa data kualitatif. Pemilihan metode checklist karena
terdapat ketidaksesuaian pada sistem proteksi APAR dan hidran sehingga
perlu di bandingkan dengan standar yang ada. Evaluasi APAR berdasarkan
NFPA 10 Tahun 2018 tentang portable fire extinguisher dan evaluasi hidran
akan mengacu pada SNI 03-1745-2000 serta pengujian operasional hidran
berdasarkan instruksi menteri tenaga kerja no. 11 Tahun 1997 yang
melibatkan software sistem pemodelan perpipaan. Dengan dilakukannya
evaluasi APAR dan hidran tersebut diharapkan dapat memaksimalkan sistem
proteksi kebakaran aktif yang ada pada perusahaan paku.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penilaian risiko kebakaran dengan menggunakan fire
risk assessment berdasarkan NFPA 551 Tahun 2019?

3
2. Bagaimana evaluasi APAR berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018 pada
pabrik paku?
3. Bagaimana evaluasi hidran berdasarkkan SNI 03-1745-2000 dan
pengujian operasional hidran berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga
Kerja no. 11 Tahun 1997 pada pabrik paku?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Mendapat hasil penilaian risiko kebakaran dengan menggunakan fire
risk assessment berdasarkan NFPA 551 Tahun 2019
2. Mengevaluasi APAR berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018 pada pabrik
paku
3. Mengevaluasi hidran berdasarkan SNI 03-1745-2000 dan uji
operasional hidran berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga Kerja no.
11 Tahun 1997 pada pabrik paku

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Untuk mengembangkan wawasan pengetahuan tentang sistem
kebakaran aktif dan menerapkannya
b. Untuk mengembangkan wawasan yang didapat saat kuliah terkait
penilaian resiko
2. Manfaat bagi perusahaan
a. Dapat digunakan sebagai arsip penilaian resiko kebakaran pada
perusahaan paku
b. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan sistem
kebakaran aktif dan memaksimalkan sistem kebakaran aktif yang
ada pada perusahaan

4
1.5 Batasan Masalah
Batasan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Tugas akhir ini mengevaluasi sistem kebakaran yang ada pada
pabrik paku (APAR dan Hidran).
2. Pengambilan data hanya berfokus pada pabrik paku.
3. Tidak membahas estimasi biaya yang dibutuhkan.
4. Risk matriks bersumber dari perusahaan.
5. Tidak membahas mengenai perawatan dan pemeliharaan instalasi
hidran.
6. Pada penelitian ini tidak membahas secara mendalam tentang sistem
perpipaan, dan sambungan pengelasan pada Hidran.

5
*halaman ini sengaja dikosongkan*

6
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Sebelumnya telah dilakukan penelitian terdahulu yang membahas
tentang penilaian resiko kebakaran dengan implementasi Fire Risk
Assessment (FRA) yang mengacu pada NFPA 551 Tahun 2019 dan tentang
uji performa hidran serta simulasi dengan menggunakan software pipe flow
expert. Beberapa penelitian terdahulu yang membahas perancangan APAR
dan hidran dimana terdapat beberapa evaluasi yang dilakukan terlebih dahulu
sebelum melakukan perancangan. Beberapa penelitian tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2. 1 Studi Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Judul Tugas Akhir Kata Kunci

Perancangan Ulang Instalasi - Melakukan


Hidran dengan Pendekatan perancangan ulang
Arnold L
1 2013 Metode Benefit Cost hidran
Panjaitan
Analysis (BCA) di PT. Ispat - Analisis Benefit-
Wire Product (PT. IWP) Cost-Analysis

- Analisis tingkat
resiko kebakaran
dengan NFPA 551
Implementasi NFPA 551
Tahun 2007
Liana Puji tahun 2007 pada area
2 2016 - Perancangan hidran
Lestari Sulfuric Acid Production
pada area SAP
(SAP) di PT. X
- Simulasi hidran
dengan software
pipe flow expert

- Analisis tingkat
resiko kebakaran
dengan NFPA 551
Penilaian Resiko Kebakaran Tahun 2007
Aprilliya
3 2016 dan Evaluasi Performa - Mengevaluasi
Susanti
Hidran Di PT.A performa hidran
sesuai instruksi
menteri tenaga kerja
No.11 tahun 1997

Menentukan jumlah
Pungky Aplikasi Perhitungan dan jenis APAR
4 Haryono 2016 Jumlah dan Penentuan Jenis berdasarkan NFPA 10
Apar Berbasis Visual Basic Tahun 2013 berbasis
Visual Basic

7
Tabel 2. 2 Lanjutan Studi Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Judul Tugas Akhir Kata Kunci
- Menilai tingkat
Penilaian risiko kebakaran
risiko kebakaran
serta evaluasi sistem
Inneke dengan fire risk
proteksi kebakaran aktif.
5 Rizma 2018 assessment
Studi kasus : Fabrication
Amalia - Melakukan evaluasi
and shipbuilding sevice
sistem kebakaran
company bagian DKP
aktif yang ada
- Menganalisis
Perancangan Ulang Instalasi resiko kebakaran
Sistem Pemadam menggunakan
Umrotus
Kebakaran Hydrant Pada Event Tree Analysis
6 Syadiyah 2019
Industri Plasticizer Untuk (ETA)
Memenuhi SNI - Melakukaan
perancangan ulang
Instalasi Hidran
(Sumber: Data Tugas Akhir Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

2.2 Fire Risk Assessment (FRA)


Definisi
Fire Risk Assessment (FRA) merupakan suatu proses untuk
mengelompokkan risiko yang terkait dengan api atau kebakaran
yang ditujukan kepada skenario kebakaran. Terdapat dokumen lain
yang mungkin diperlukan seperti analisis risiko kebakaran, bahaya
kebakaran, analisis bahaya, maupun penilaian analisis bahaya
kebakaran, untuk mengelompokkan penilaian risiko kebakaran.
Skenario kebakaran merupakan serangkaian kondisi dan peristiwa
yang memperlihatkan pertumbuhan api atau kebakaran, penyebaran
dari produk yang mudah terbakar, reaksi orang-orang, dan dampak
yang diterima oleh produk yang mudah terbakar.
Fire Risk Assesment ini hampir sama dengan risk assessment
yang lain dimana langkah pertama yang dilakukan adalah dengan
melakukan identifikasi bahaya terlebih dahulu yang kemudian
dilanjutkan dengan penilaian resiko. Secara singkat, Fire Risk
Assessment (FRA) dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu
persiapan, observasi dan evaluasi (NFPA 551, 2019).

8
Evaluasi Fire Risk Assessment
Evaluasi fire risk assessment berdasarkan NFPA 551 Tahun
2019 memperhatikan sesuatu hal yang penting terkait dengan
keselamatan kebakaran, dan fire risk assessment dapat
diimplementasikan secara luas untuk tujuan permasalahan terkait
dengan kebakaran. Berikut merupakan contoh implementasi FRA
yang dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2. 3 Implementasi FRA
Kategori Aplikasi
Mendemonstrasikan pengembangan dalam fasilitas
keselamatan kebakaran
Mendemonstrasikan kesesuaian sebuah performa
Evaluasi proyek berdasarkan rancangan
bangunan
Mendemonstrasikan kecukupan dari fasilitas existing
Mendemonstrasikan kecukupan sebuah rancangan
alternative
Mendemonstrasikan kesesuaian dari penggunaan bahan
baru
Kelas masalah Menentukan proteksi yang dibutuhkan untuk kendaraan
dari penggunaan dengan bahan bakar alternatif
Membuat keperluan proteksi yang dipersyaratkan oleh
Code atau Standar
Mendemonstrasikan perkembangan keselamatan
kebakaran
Aplikasi umum Membuat kebutuhan tanggap darurat
Membuat risiko kebakaran untuk sebuah kota, daerah
atau Negara dalam membuat regulasi
(Sumber : NFPA 551 Tahun 2019)
Metode Fire Risk Assessment
Fire risk assessment memiliki lima metode yang dapat dilihat pada
tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2. 4 Metode dalam Fire Risk Assessment
Kategori Definisi Jenis output

Pengolahan hasil consequence


Menggunakan
dan likelihood berbagai
likelihood dan
Metode kualitatif kebakaran serta bagaimana
consequence secara
pengaruh dari berbagai
kualitatif
perlindungan

9
Kategori Definisi Jenis output

Menggunakan
Metode likelihood secara Penentuan frekuensi dari
semikuantitatif kuantitatif dan berbagai jenis kebakaran dan
likelihood consequence secara jenis perlindungannya
kualitatif

Menggunakan
Metode consequence secara
Penentuan simulasi kebakaran
semikuantitatif kuantitatif dan
dengan representasi kualitatif
consequence likelihood secara
kualitatif

Penentuan kerugian
Penentuan probabilitas
Penentuan probabilitas di
ruangan lain atau bangunan
Perencanaan frekuensi vs korban
Menggabungkan
jiwa
Metode kuantitatif antara
kuantitatif likelihood dan Perencanaan frekuensi vs OR
consequence
Penentuan likelihood korban
jiwa, kerusakan properti,
gangguan OR
Penentuan individu (penghuni
bangunan) dan seluruh penduduk
sekitar

Penentuan biaya Penentuan biaya untuk mencapai


pendekatan berbagai tingkat risiko atau
Metode risiko alternatif untuk Penentuan optimasi perlindungan
biayaa-manfaat membatasi kebakaran dengan cara
likelihood dan/atau meminimalkan “keseluruhan
consequence risiko” atau kriteria risiko

(Sumber: NFPA 551 Tahun 2019)

Metode yang dipilih adalah metode kualitatif, dalam metode


kualitatif terdapat beberapa metode diantaranya:

a. What If Analysis

Metode ini melibatkan pemeriksaan kemungkinan penyimpangan


dari desain, konstruksi, modifikasi, atau operasi. Bentuk

10
pertanyaan dari metode ini adalah “bagaimana jika?”. Tujuannya
untuk mengidentifikasi urutan terjadinya kecelakaan dan dengan
demikian dapat mengidentifikasi bahaya, konsekuensi, dan
metode pengurangan risiko.

b. Checklist

Checklist merupakan sebuah metode yang digunakan untuk


meninjau pada item yang spesifik untuk mengidentifikasi bahaya
yang mungkin ada pada item tersebut, dapat berupa
penyimpangan dari desain, dan frekuensi serta konsekuensi dari
potensi kebakaran. Kemudian, Item yang diidentifikasi
dibandingkan dengan standar yang sesuai.

c. NFPA Fire Concept Tree

Penjelasan terkait metode ini dapat dilihat dari NFPA 550 “Guide
to the Fire Safety Consept Tree”. Yang menunjukkan semua
elemen dapat dipertimbangkan dalam mengevaluasi keselamatan
kebakaran dan keterkaitan antara unsur-unsur tersebut yang dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan keselamatan kebakaran, output
dari metode ini adalah satu atau lebih strategi keselamatan
kebakaran yang secara intuitif memenuhi tujuan.
Risk Matriks
Penilaian risiko yang digunakan pada pabrik paku menggunakan risk
matriks yang digunakan oleh perusahaan. Matriks yang digunakan
oleh perusahaan paku ini mengacu pada standar AS/NZS 4360 :
1999 tentang risk management system yang terdiri dari kemungkinan
terjadi (probability) dan akibat (severity) yang dapat dilihat pada
tabel 2.5 berikut:
Tabel 2. 5 Tabel Peluang atau Kemungkinan
Tingkatan Kriteria Penjelasan
Hampir pasti Suatu kejadian akan terjadi pada semua
A
akan terjadi kondisi /setiap kegiatan yang dilakukan

Cenderung Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada


B
dapat terjadi hampir semua kondisi

11
Tabel 2. 6 Lanjutan Tabel Peluang atau Kemungkinan
Tingkatan Kriteria Penjelasan

Mungkin dapat Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa


C
terjadi kondisi tertentu

Kecil Suatu kejadian mungkin terjadi pada


D kemungkinan beberapa kondisi tertentu, namun kecil
terjadi kemungkinan terjadinya

Suatu kejadian mungkin dapat terjadi pada


Sangat jarang
E suatu kondisi yang khusus/luar
terjadi
biasa/setelah bertahun-tahun
(Sumber: Pabrik Paku, 2019)

Tabel 2. 7 Tabel Akibat


Penjelasan
Tingkatan Kriteria
Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja.

Tidak ada cidera, Tidak berpotensi


Tidak
1 kerugian material menimbulkan
signifikan
sangat kecil, gangguan kesehatan

Memerlukan
Menimbulkan
perawatan P3K,
gangguan kesehatan,
2 Minor langsung dapat
memerlukan tindakan
ditangani, kerugian
medis < 7 hari
material sedang

Memerlukan
perawatan medis,
dan dapat ditangani
dengan bantuan Menimbulkan
pihak luar, hilang gangguan kesehatan,
3 Sedang hari kerja, terjadi memerlukan
kebakaran dan perawatan medis 1 – 4
ledakan yang bisa minggu
ditangani internal
Tim ERP, kerugian
material cukup besar

Ciderayang
mengakibatkan
cacat/hilang fungsi
tubuh secara total, Menimbulkan
terjadi kebakaran dan gangguan kesehatan,
4 Mayor ledakan yang harus memerlukan
minta bantuan pihak perawatan medis 1 – 3
eksternal, kerugian bulan
material besar,
Terjadi kondisi
Emergensi

12
Tabel 2. 8 Lanjutan Tabel Akibat
Penjelasan
Tingkatan Kriteria
Keselamatan kerja Kesehatan kerja

Menyebabkan
kematian, bahan
toksik dan efeknya
merusak, terjadi Menimbulkan
kebakaran dan gangguan kesehatan,
5 Bencana ledakan skala kasus memerlukan
luar biasa, kerugian perawatan medis
material sangat dalam jangka panjang
besar, Terjadi
kondisi Emergensi
force major
(Sumber: Pabrik paku, 2019)

Penjabaran dari dua tabel diatas dapat digunakan sebagai alat untuk
menentukan tingkat risiko atau risk matriks pada pekerjaan di
perusahaan paku. Tabel untuk menentukan risk matriks dapat dilihat
pada tabel 2.9 berikut:
Tabel 2. 9 Tabel Matriks Penilaian Risiko
Akibat
Peluang
1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H
(Sumber: Pabrik paku, 2019)

Berdasarkan tabel matriks penilaian risiko didapatkan


pengkategorian tingkat risiko antara lain:
1. Resiko tidak bisa diterima (non-acceptable risk):
E : Ekstreme Risk and Emergency situation,
memerlukan penanganan/ tindakan segera

13
H :High Risk, memerlukan perhatian pihak senior
manajemen
M :Moderate Risk, harus ditentukan tanggung jawab
manajemen terkait
2. Resiko bisa diterima (acceptable risk):
L : Low Risk, kendalikan dengan prosedur rutin (SOP)
Catatan: untuk penilaian skala Ekstrim Risk selain dilakukan
tindakan penanganan segera, jika memungkinkan kegiatan tersebut
dihentikan sementara hingga dilakukan tindakan perbaikan atau
penanganan (Pabrik paku, 2019).
Expert Judgement
Penelitian seringkali meminta para ahli pada bidang yang
bersangkutan untuk membantu menilai apa saja kemungkinan yang
akan terjadi pada sebuah pekerjaan. Dan untuk memilih seseorang
yang ahli ini tidak boleh sembarangan, untuk itu terdapat beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk memilih expert judgement.
Menurut OOECD-NEA Tahun 1985 kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:

a) Memiliki pengalaman dalam mengerjakan pekerjaan tersebut.


b) Bersedia untuk meluangkan waktu pada jam kerja untuk
dimintai informasi terkait pekerjaan tersebut.
c) Mempunyai banyak pengetahuan tentang bahaya proses yang
ada pada pekerjaan tersebut.
d) Mempunyai reputasi yang baik di perusahaan.
e) Bersifat netral, jujur, dan percaya diri.

2.3 Kebakaran
Teori mengenai kebakaran akan dijabarkan berikut ini
2.3.1 Klasifikasi Kebakaran
Terdapat beberapa klasifikasi kebakaran, di Indonesia sendiri
klasifikasi kebakaran mengacu pada National Fire Protection

14
Assosiation 10 for the installation of portable fire extinguisher,
penjelasan dari tiap klasifikasi dapat dilihat pada tabel 2.10 berikut
Tabel 2. 10 Klasifikasi Kebakaran
Kelas Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran Kelas A adalah kebakaran yang disebabkan oleh
A
material seperti kayu, kain, kertas, karet, dan plastik.

Kebakaran Kelas B disebabkan oleh cairan yang mudah


B terbakar, cairan yang mudah menyala, minyak pelumas,
pelarut, alkohol, dan gas mudah terbakar.
C Kebakaran kelas C disebabkan oleh peralatan listrik
kebakaran kelas D adalah kebakaran yang disebabkan oleh
D logam yang mudah terbakar. Seperti: magnesium, titanium,
zirconium, sodium, lithium, dan potassium
Kebakaran yang disebabkan oleh peralatan dapur serta
K bahan-Kebakaran pada bahan masakan (contoh : nabati,
lemak hewani, lemak)
(Sumber: NFPA 10 2018)
2.3.2 Klasifikasi Bahaya Hunian
Adanya klasifikasi bahaya hunian dimaksudkan agar dapat
merencanakan sarana serta prasarana emergency, berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. KEP.186/MEN/1999
tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja bahaya
hunian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bahaya kebakaran ringan
Merupakan jenis hunian yang memiliki jumlah dan tingkat
terbakar rendah, dan jika terjadi kebakaran maka pelepasan panas
relatif rendah sehingga merambatnya api relatif lambat.
Yang dimaksud bahaya kebakaran ringan adalah hunian:
- Tempat ibadah - Gedung Perkantoran
- Gedung Pendidikan - Perumahan
- Gedung Perawatan - Restoran
- Gedung Lembaga - Perhotelan
- Gedung Perpustakaan - Rumah sakit
- Gedung Museum - Penjara

15
2. Bahaya Kebakaran Sedang
a. Bahaya kebakaran sedang kelompok I
Merupakan jenis hunian yang memiliki jumlah dan tingkat
kemudahan terbakar sedang, dan terdapat penimbunan
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih
dari 2,5 m dan jika terjadi kebakaran api yang dilepaskan relatif
sedang sehingga menjalarnya pun sedang.
Yang termasuk bahaya kebakaran sedang kelompok 1 ialah hunian:
- Tempat parkir - Pabrik susu
- Pabrik elektronik - Pabrik minuman
- Pabrik roti - Pabrik barang gelas
- Pabrik pengalengan - Pabrik permata
- Binatu
b. Bahaya Kebakaran sedang kelompok II
Adalah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan
terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan
tinggi tidak lebih dari 4 m, dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan api sedang sehingga menjalarnya api sedang.
Yang termasuk bahaya kebakaran sedang kelompok II ialah
hunian:
- Penggilingan padi - Gudang perpustakaan
- Pabrik bahan makanan - Pabrik bahan keramik
- Percetakan dan - Pertokoan dengan pramuniaga
penerbitan kurang dari 50 orang
- Pabrik tembakau - Pabrik kimia
- Bengkel mesin - Pengolahan logam
- Gudang pendinginan - Penyulingan
- Perakitan kayu - Pabrik barang kelontong
- Pabrik barang kulit - Perakitan kendaraan bermotor
- Pabrik tekstil

16
c. Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III
Merupakan jenis hunian yang memiliki jumlah dan tingkat terbakar
tinggi, dan jika terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang tinggi
sehingga api menjalar dengan cepat.
Yang termasuk bahaya kebakaran sedang kelompok II ialah hunian:
- Pabrik pameran - Pabrik tembakau
- Pabrik permadani - Pabrik lilin
- Pabrik makanan - Studio dan pemancar
- Pabrik sikat - Pabrik barang plastic
- Pabrik ban - Pergudangan
- Pabrik karung - Pabrik pesawat
- Bengkel mobil - Pertokoan dengan
- Pabrik pakaian pramuniaga lebih
- Pabrik tepung terigu dari 50 orang
- Pabrik sabun - Pabrik makanan
- Pabrik minyak kering dari bahan
nabati tepung
3. Bahaya Kebakaran Berat
Adalah jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
tinggi, dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi,
penyimpanan cairan mudah terbakar, serat atau bahan lain yang apabila
terbakar apinya akan cepat menjadi besar dengan melepaskan panas
tinggi sehingga menjalannya apai cepat.
Yang termasuk bahaya kebakaran tinggi ini ialah hunian:
- Pabrik kimia dengan - Pabrik karet busa
kemudahan terbakar - Studio film dan TV
tinggi - Pabrik karet buatan
- Penggergajian kayu - Pabrik cat
dengan - Pemintalan benang
penyelesaiannya atau kain
menggunakan - Pabrik bahan peledak

17
bahan mudah - Hanggar
terbakar - Pabrik kembang api
- Penyulingan minyak
bumi

2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Berikut merupakan beberapa teori terkait alat pemadam api ringan (APAR):
2.4.1 Definisi
APAR amerupakan suatu perangkat portable yang dapat
dioperasikan dengan menggunakan roda atau tangan dan
mengandung bahan pemadam yang dapat dikeluarkan dengan
menggunakan tekanan untuk memadamkan api. (NFPA 10, 2018)
2.4.2 Jenis-jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Berikut merupakan jenis-jenis Alat pemadam api ringan menurut


NFPA 10 Tahun 2018

1. Dry Chemical
Dry chemical adalah campuran berbentuk bubuk yang dipakai
sebagai pemadam api, beberapa jenisnya diantaranya (sodium
bicarbonate, potassium bicarbonate, potassium bicarbonate
urea base, bicarbonate urea base, or potassium chloride base).
Untuk metode jenis ini pengaplikasiannya adalah dengan
menyemprotkan secara langsung pada kebakaran untuk
memutuskan rantai reaksi pembakaran udara luar dengan benda
yang terbakar. Jenis media pemadam ini paling fleksibel karena
cocok digunakan untuk semua kelas kebakaran.
2. Air
Air merupakan salah satu media pemadam api yang paling
umum dan sering digunakan. Media pemadam air ini paling
efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A.
3. Foam

18
AFF atau Aqueusos Film Foarming Foam merupakan campuran
busa yang dilarutkan dalam air. Media pemadam jenis ini paling
efektif digunakan untuk memutuskan reaksi api dengan oksigen
atau untuk mengurangi kadar oksigen..
4. Halon
Halon merupakan singkatan dari ”halogenated hydrocarbon”,
yang merupakan kelompok bahan pemadam yang disimpan
dibawah tekanan dalam bentuk cair, tapi jika disemprotkan dan
mengenai api akan menjadi uap yang lebih berat (5 kali) dari
udara. Halon adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri atas
elemen non metalik yang dikenal halogen, yakni fluorine,
chlorine, bromine.
5. Karbon dioksida
Metode pemadaman media jenis CO2 merupakan salah satu
media pemadam yang efektif untuk menurunkan temperatur
karena sifatnya yang dingin. Metode yang digunakan adalah
dengan memutus rantai reaksi kimia dengan penyelimutan
material yang terbakar.

2.4.3 Klasifikasi Bahaya Kebakaran


Klasifikasi kebakaran menurut NFPA 10 tahun 2018 terdapat
beberapa klasifikasi diantaranya:
1. Bahaya ringan
Suatu area dapat diklasifikasikan memiiliki bahaya rendah
apabila terdapat bahan mudah terbakar kelas A dan kelas B yang
diperkirakan kurang dari 1 gal (3,8 L) di setiap area atau ruangan.
2. Bahaya sedang
Suatu area dapat dikatakan memiliki bahaya sedang jika terdapat
bahan mudah terbakar kelas A dan kelas B dan memiliki tingkat
panas sedang, dan jumlah total kelas B mencapai 1 hingga 5 gal
(3,8 L hingga 18,9 L) di setiap ruangan atau daerah.
3. Bahaya berat

19
Suatu area dikatakan memiliki tingkat kebakaran tinggi dimana
kuantitas dan daya mudah terbakar dari bahan yang mudah
terbakar kelas A dan kelas B tinggi atau dimana total kelas B yang
mudah terbakar lebih dari 5 gal (18,9 L) di setiap ruangan atau
area.
2.4.4 Penempatan APAR
Penempatan APAR tergantung dari kelas kebakaran dan luas area
bangunan berdasarkan NFPA tahun 2018
Tabel 2. 11 Luas Area yang Dilindungi
Rating Bahaya Rendah Bahaya Sedang Bahaya tinggi
APAR (ft2) (ft2) (ft2)
1A - - -
2A 6000 3000 -
3A 9000 4500 -
4A 11250 6000 4000
6A 11250 9000 6000
10A 11250 11250 10000
20A 11250 11250 11250
30A 11250 11250 11250
40A 11250 11250 11250
(Sumber: NFPA 10 Tahun 2018)
Keterangan:
a. 1 ft2 = 0,0929 m2
b. Travel Distance untuk kebakaran kelas A, C dan D = 22,7 m
c. Untuk rating dari apar dapat diketahui dari klasifikasi bahaya
rendah, sedang, tinggi dan luas area yang diproteksi
d. 1-A : Kemampuan kesetaraan 1 galon air (3,785 L) untuk
memadamkan api kelas A
Jarak minimal penempatan APAR pada tabel berikut:
a) Kelas B
Jarak minimal penempatan APAR pada tabel berikut:

20
Tabel 2. 12 Jarak Minimal Penempatan APAR Kelas B
Jarak Maksimum
Klasifikasi Rating
Jangkauan APAR
APAR APAR
ft M
5B 30 9,15
Rendah
10B 50 15,25
10B 30 9,15
Sedang
20B 50 15,25
40B 30 9,15
Tinggi
80B 50 15,25
(Sumber: NFPA 10 Tahun 2018)
b) Kelas C, Kelas D, dan Kelas K
Jarak penempatan APAR untuk kelas C, kelas D, dan Kelas K
sama dengan jarak penempatan kelas A dan kelas B

c) Menghitung Kebutuhan APAR

Menentukan jumlah kebutuhan APAR dapat dihitung dengan rumus


berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑖
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑃𝐴𝑅 = 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑖𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 (2.1)
𝑡𝑖𝑎𝑝 𝐹𝑖𝑟𝑒 𝐸𝑥𝑡𝑖𝑛𝑔𝑢𝑠ℎ𝑒𝑟

(Sumber: NFPA 10, 2018)

2.5 Sistem Instalasi Hidran


Instalasi hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap
menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem persediaan air,
pompa, dan selang kebakaran. Menurut SNI 03-1745-2000 sistem instalasi
hidran kebakaran ada 2 jenis yaitu:
1. Sistem instalasi hidran kering ialah suatu sistem pipa tegak yang
direncanakan berisi air hanya bila sistem digunakan.
2. Sistem instalasi hidran basah ialah suatu sistem hidran yang pipa-
pipanya selalu terisi air.

2.6 Sistem Perpipaan


Pipa pada pemadam kebakaran, untuk pipa utama biasanya berukuran 8 inch,
dan sambungan pada cabangnya berukuran 6 inch. Tekanan maksimum pada

21
semua titik sistem, tidak boleh melebihi 24,1 bar (350 psi). perihal pasokan
air yang tersedia dari mobil pemadam kebakaran harus dikonsultasikan
dengan instansi yang berwenang. (SNI 03-1745-2000).
Sistem pipa tegak harus memenuhi persyaratan salah satu dari berikut ini:
a. Dirancang secara hidraulik untuk mendapatkan laju aliran air pada tekanan
sisa 6,9 bar (100 psi) pada keluaran sambungan slang 65 mm (2½ inch)
terjauh dihitung secara hidraulik, dan 4,5 bar (65 psi ) pada ujung kotak
hydrant 40 mm (1½ inch) terjauh dihitung secara hidraulik.
b. Ukuran pipa dengan laju aliran yang disyaratkan pada tekanan sisa 6,9 bar
(100 psi) pada ujung slang terjauh dengan ukuran 65 mm (2½ inch) dan
tekanan 4,5 bar (65 psi) pada ujung slang terjauh dengan ukuran 40 mm
(1½ inch), dirancang sesuai seperti tertera pada tabel 2.8 Perancangan yang
menggunakan cara skedul pipa, harus dibatasi hanya untuk pipa tegak
basah dari bangunan yang tidak dikatagorikan sebagai bangunan tinggi.
Tabel 2. 13 Diameter Pipa Minimal (dalam Inci), Ditinjau dari Jarak Total Pipa dan Total
Akumulasi Aliran

(Sumber : SNI 03-1745-2000)

2.7 Tipe Sistem Pipa Tegak untuk Hidran


Tipe sistem pipa tegak, menurut SNI 03-1745-2000, sebagai berikut
1. Kering - Otomatik
Sistem pipa tegak kering otomatik harus sistempipa tegak kering yang
dalam keadaan normal diisi dengan udara bertekanan, diatur melalui
penggunaan peralatan, seperti katup pipa kering, untuk membolehkan air
masuk ke dalam sistem pemipaan secara otomatik pada pembukaan katup
slang. Pasokan air untuk sistem pipa tegak kering otomatik harus mampu
memasok kebutuhan sistem.
2. Basah - Otomatik

22
Sistem pipa tegak basah otomatik harus sistem pipa tegak basah yang
mempunyai pasokan air mampu memasok kebutuhan sistem secara
otomatik.
3. Kering - Semi otomatik
Sistem pipa tegak kering semi otomatik harus sistem pipa tegak kering
yang diatur melalui penggunaan alat, seperti katup banjir (deluge), untuk
membolehkan air masuk ke dalam sistem pipa pada saat aktivasi peralatan
kontrol jarak jauh yang ditempatkan pada sambungan slang. Alat aktivasi
kontrol jarak jauh harus dilengkapi pada setiap sambungan slang. Pasokan
air untuk sistem pipa tegak kering harus mampu memasok kebutuhan
sistem.
4. Kering – Manual
Sistem pipa tegak kering manual haruslah sistem pipa tegak kering yang
tidak mempunyai pasokan air permanen yang menyatu dengan sistem.
Sistem pipa tegak kering manual membutuhkan air dari pompa pemadam
kebakaran (atau sejenisnya) untuk dipompakan ke dalam sistem melalui
sambungan pemadam kebakaran untuk memasok kebutuhan sistem.
5. Basah – Manual
Sistem pipa tegak basah manual haruslah sistem pipa tegak basah yang
dihubungkan ke pasokan air yang kecil untuk tujuan memelihara air di
dalam sistem tetapi tidak mempunyai kemampuan memasok air untuk
kebutuhan sistem.

2.8 Kelas Sistem Pipa Tegak


Kelas sistem pipa tegak menurut SNI 03-1745-2000 tentang Tata Cara
Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung berikut ini
a. Sistem Kelas I
Sistem harus menyediakan sambungan slang ukuran 63,5 mm (2½
inch) untuk pasokan air yang digunakan oleh petugas pemadam
kebakaran dan mereka yang terlatih.

23
b. Sistem Kelas II

Sistem harus menyediakan kotak slang ukuran 38,1 mm (1½ inch)


untuk memasok air yang digunakan terutama oleh penghuni bangunan atau
oleh petugas pemadam kebakaran selama tindakan awal.

c. Sistem Kelas III

Sistem harus menyediakan kotak slang ukuran 38,1 mm (1½ inch)


untuk memasok air yang digunakan oleh penghuni bangunan dan
sambungan slang ukuran 63,5 mm (2½ inch) untuk memasok air
dengan volume lebih besar untuk digunakan leh petugas pemadam
kebakaran atau mereka yang terlatih.

2.9 Klasifikasi Sistem Hidran berdasarkan Jenis dan Penempatan


Klasifkasi hidran berdasarkan jenis dan penempatan:
1. Hidran halaman
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 2008 tentang
persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan, Hidran halaman merupakan alat yang dilengkapi dengan
slang dan mulut pancar (nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan yang
digunakan bagi keperluan pemadam kebakaran dan diletakkan di
halaman bagunan gedung. Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil
pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari
hidran kota. Bila hidran kota tidak tersedia, maka harus disediakan hidran
halaman. Suplai air untuk hidran halaman harus sekurang-kurangnya 38
l/detik pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimal
selama 30 menit.
2. Hidran gedung
Hidran gedung merupakan sistem hidran yang terletak di dalam gedung,
hidran ditempatkan pada jarak 35 meter karena 30 meter merupakan
panjang dari selang dan 5 meter merupakan jarak semprotan air.

24
2.10 Komponen-komponen Sistem Hidran
Instalasi hidran juga terdapat beberapa komponen diantaranya:

1. Pilar Hidran

Pilar hidran merupakan salah satu komponen dari hidran yang terletak di
luar bangunan, dimana komponen ini akan menjadi penyalur keluarnya air
dari reservoir yang akan disambung dengan nozel dan selang. (Instruksi
Menteri Tenaga Kerja no.11 Tahun 1997)

2. Kotak Hidran

Kotak hidran merupakan komponen hidran yang berfungsi untuk menyimpan


selang, nozel, dan kran. (SNI 03-1745-2000)

3. Nozzle

Merupakan salah satu komponen hidran yang berfungsi untuk


mengeluarkan atau menyemprotkan air yang ada di ujung selang. Nozzle
juga memiliki beberapa jenis diantaranya;
a. Jet nozzle: nozzle ini menghasilkan pancaran air yang lurus dan
memiliki kemampuan untuk memancarkan debit dan tekanan air yang
besar dan kuat. Kelebihan nya dapat menjangkau jarak yang cukup jauh
b. Spray nozzle: nozzle yang menghasilkan pancaran seperti perisai atau
tirai dan digunakan untuk memadamkan api jarak dekat
c. Nozzle kombinasi: jenis ini merupakan gabungan dari jet nozzle dan
spray nozzle dimana memiliki keuntungan dapat digunakan pada jarak
dekat dan jauh, pada jarak dekat menggunakan jet spray dan pada jarak
jauh menggunakan jet nozzle. (Lestari, 2016)

4. Selang Hidran

Selang hidran merupakan salah satu komponen hidran yang berfungsi untuk
mengalirkan air yang fleksibel. Selang hidran juga harus memiliki panjang
selang air minimum 30 meter. (SNI 03-1745-2000)

5. Siamese Connection

25
Merupakan salah satu bagian dari sistem hidran yang digunakan saat
keadaan darurat saat pompa maupun diesel tidak berfungsi, maka Siamese
connection akan digunakan untuk menyuplai air yang berasal dari mobil
pemadam dan sumber lain.

6. Pompa

Menurut Instruksi Menteri Tenaga Kerja no.11 Tahun 1997 Pompa hidran
harus mempunyai karakteristik tekanan minimal 4,5 kg/cm2 dan laju aliran
minimal 500 US GPM. Pompa kebakaran harus tersedia dua unit pompa
dengan kapasitas sama, dimana 1 unit sebagai pompa utama dan yang lain
sebagai cadangan. Pompa hidran digunakan untuk memasok air dari
reservoir untuk dialirkan ke pipa. Untuk mendapatkan tekanan yang
maksimal biasanya pompa membutuhkan waktu 30 menit. Didalam instalasi
hidran diharuskan untuk memiliki 3 pompa diantaranya:
1. Electric pump
Pompa hidran terdiri dari 1 buah pompa hidran listrik sebagai pompa
utama, digunakan bila tekanan/ pressure tank turun, setelah jockey pump
tidak sanggup lagi mengatasi (jockey pump akan mati sesuai dengan
setting pressuretank) maka main pump akan bekerja.
2. Jockey pump
1 buah pompa pacu digunakan untuk menstabilkan tekanan air pada pipa
dan pressure tank.
3. Diesel pump
1 buah pompa hidran diesel sebagai cadangan digunakan bila terjadi
kebakaran dan pompa mengalami kerusakan atau gagal operasional
(listrik padam) dan pompa utama serta jockey pump berhenti bekerja
mensuplai air maka diesel pump akan melakukan start secara otomatis
berdasarkan pressure switch. Bekerjanya diesel pump secara otomatis
menggunakan panel diesel starter, panel ini juga melakukan pengisian
accu/me-charger accu dan dapat bekerja secara manual dengan kunci
starter pada diesel tersebut. Untuk perawatan pada diesel five pump ini
dilakukan pemanasan setiap (2x pemanasan), sebelum dilakukan

26
pemanasan diesel dilakukan pemeriksaan pada accu, pendinginan air
(air radiator) dan pengecekan pada pelumas mesin (oli mesin).
2.11 Kapasitas Pompa
Kapasitas pompa merupakan suatu kemampuan dari pompa untuk
mengalirkan fluida baik cair maupun gas dalam waktu tertentu, beberapa hal
yang dapat mempengaruhi kapasitas pompa diantaranya adalah jumlah fluida
yang dialirkan, nilai laju aliran fluida, serta hambatan lain dalam aliran fluida.
Kapasitas pompa dapat dispesifikasikan menjadi:
2.11.1 Head Loss
Head dalam pompa dapat diartikan sebagai energi tiap satuan berat,
dan di dalam pipa harus memperhatikan kerugian-kerugian yang
disebut losses, sedangkan head dari instalasi pompa dapat
dikategorikan menjadi 2 diantaranya:
1. Head statis yaitu head yang tidak dipengaruhi debit hanya
beda tekanan dan ketinggian.
2. Head dinamis yaitu head yang dipengaruhi oleh debit
terdiri dari losses karena gesekan, fitting dan diameter saat
masuk dan keluar saluran. (Pitchard, 2011)
Terdapat beberapa perhitungan yang berhubungan dengan kapasitas
pompa, antara lain:
2.11.2 Major Losses
Major losses adalah kerugian gesekan didalam pipa yang bergantung
pada panjang pipa. Untuk menghitung besarnya kerugian akibat
gesekan didalam pipa digunakan persamaan 2.1 dibawah ini:
𝐿 𝑉2
ℎ𝑙 = 𝑓 𝐷 𝑥 2𝑔 (2.2)
(Sumber: Pritchard, 2011)
Keterangan:
𝐻𝑙 : Major losses (m)
F : Friction factor
L : Panjang pipa (m)
V : Kecepatan (m/s)
D : Diameter dalam pipa (m)
27
Sebelum menghitung ℎ𝑙 harus terlebih dahulu menghitng Reynold
number. Perhitungan untuk mencari Reynold number adalah:
𝑉𝐷
Re = (2.3)

(Sumber: Pritchard, 2011)


Keterangan:
Re : Bilangan Reynolds
V : Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
D : Diameter dalam pipa (m)
μ : Viskositas kinematik zat cair (m2/s)
Untuk mencari nilai viskositas kinematic zat cair, dapat dilihat
pada tabel 2.12 berikut:
Tabel 2.14 Sifat Fisika Air

(Sumber: Pritchard, 2011)


Reynolds number dapat digunakan untuk mementukan jenis aliran
fluida di dalam pipa dimana jika nilai Re:
1. Re ≤ 2300 aliran laminar (partikel fluida bergerak dengan arah
dan kecepatan yang sama).
2. 2300 = Re = 4000 aliran transisi.
3. Re ≥ 2300 aliran turbulen (partikel fluida bergerak secara acak
dan berlawanan dengan kecepatan yang berbeda)

28
Perhitungan yang digunakan untuk mencari friction factor dapat
dicari dengan rumus (colebrook) sebagai berikut:
1 𝜀/𝐷 2,51
= −2.0𝑙𝑜𝑔 ( 3,7 + ) (2.4)
√𝑓 𝑅𝑒 √𝑓

(Sumber : Pritchard, 2011)


Keterangan:
f : Friction factor
Re : Reynolds number
𝜀 : Kekasaran pipa (m)
D : Diameter dalam pipa (m)

Gambar 2. 1 Diagram Moody


(Sumber: Pritchard, 2011)

Tabel 2. 15 Kekasaran Pipa


Roughness, e
Pipe
Feet Milimeters
Rivited steel 0.003-0.03 0.9-9
Concrete 0.001-0.01 0.3-3
Wood stave 0.0006-0.003 0.2-0.9
Cast iron 0.00085 0.26
Galvanized iron 0.0005 0.15
Asphalted cast iron 0.0004 0.12
Commercial steel or wrought iron 0.00015 0.046
Drawn tubing 0.000005 0.0015
(Sumber : Pritchard, 2011)

2.11.3 Minor Losses


Minor losses adalah kerugian yang terjadi dalam sistem pipa
dikarenakan oleh bends (tekukan-tekukan), elbows (siku-siku), joint

29
(sambungan), valve dan aksesoris lainnya dapat dilihat pada Tabel
2.14 berikut. Untuk menghitung minor losses dapat menggunakan
rumus:
𝐿𝑒 𝑉2
ℎ𝑙𝑚 = f . 2𝑔 (2.5)
𝐷

(Sumber: Pritchard, 2011)

Atau dapat juga dihitung dengan persamaan berikut


𝑉2
ℎ𝑙𝑚 = k (2.6)
2𝑔

(Sumber: Pritchard, 2011)

Keterangan:
𝐻𝑙𝑚 : Minor losses (m)
k : Nilai K faktor
V : Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s)
Untuk mengetahui nilai K setiap bentuk masukan pipa memiliki nilai
K berbeda, dapat dilihat pada tabel 2.14 berikut:
Tabel 2. 16 Tabel Nilai K untuk Masukan Pipa

(Sumber: Pritchard, 2011)

Nilai K factor yang digunakan dalam perhitungan dapat dilihat pada


Tabel berikut:

30
Tabel 2. 17 Valve dan Fitting
Equivalent Length, ɑ
Fitting Type Le/D
Valve (fully open) 8
Gate valve Globe 340
valve Angle valve 150
Ball valve 3
Lift check valve: globe lift 600
angle lift 55
Foot valve with strainer: poppet disk 420
Hinged disk 75
30
Standard elbow: 90° 16
Standard elbow : 45° 50
Return bend, close pattern Standard tee: 20
flow through run 60
flow through
branch
(Sumber : Pritchard, 2011)
2.11.4 Total Head loss
Setelah dilakukan perhitungan diatas, selanjutnya menghitung head
total dengan persaamaan berikut:
𝐻 = 𝐻𝑙 + 𝐻𝑙𝑚 (2.7)
(Sumber: Pritchard, 2011)

2.11.5 Kapasitas Pompa Hidran


Menentukan kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa
hidran yang akan digunakan, maka harus disediakan head total
pompa untuk mengalirkan jumlah air hingga sampai titik keluaran
yang diinginkan seperti yang direncanakan. Daya poros yang
diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama dengan
daya air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Untuk
mengetahui daya pompa harus mencari head pompa terlebih
dahulu. Head pompa dapat dicari dengan menggunakan hukum
bernoulli. Persamaan bernoulli dapat dilihat pada persamaan berikut:
𝑝1 𝑣1 2 𝑝 𝑣2 2
+ + ℎ1 + 𝐻𝑝 − 𝐻 = 𝑔2 + + ℎ2 (2.8)
𝑔 2𝑔 2𝑔

(Sumber: Pritchard, 2011)

Keterangan:
P1 = Tekanan pada pipa inlet (kg/ms2)

31
 = Massa jenis fluida (dalam hal ini air kg/m3)
g = Gravitasi (m/s2)
V1 = Kecepatan aliran dalam pipa inlet (m/s)
h1 = Ketinggian pipa inlet (m)
Hp = Head pompa (m)
H = Headloss total (m)
P2 = Tekanan pada pipa outlet (kg/ms2)
V2 = Kecepatan aliran dalam pipa outlet (m/s)
h2 = Ketinggian pipa outlet (m)

2.11.6 Daya pompa


Perhitungan daya pompa dapat menggunakan persamaan berikut:

Wpump = Q x Hp x 𝜌 (2.9)
(Sumber: Pritchard, 2011)

Keterangan:
Wpump = Daya pompa (watt)
Q = debit (m3/s)
Hp = head pump (m)
𝜌 = massa jenis air (kg/m3)

2.12 Fluida
Fluida terdiri dari dua bentuk yaitu cair dan gas. Sifat-sifat umum dari
semua fluida ialah bahwa ia harus dibatasi dengan dinding kedap supaya tetap
dalam bentuk semula. (Malau Jauhari, 2012). Mekanika fluida merupakan
ilmu yang mempelajari keseimbangan dan gerakan zat cair maupun gas, serta
gaya tarik dengan benda-benda disekitarnya atau yang dilalui saat mengalir.
(Malau Jauhari, 2012). Debit aliran fluida merupakan rumus yang digunakan
untuk menghitung kecepatan aliran fluida, yaitu sebagai berikut:
𝑉
Q= (2.10)
𝑡

(Sumber: Malau Jauhari, 2012)

32
Kemudian dari persamaan tersebut akan didapat

Q = A V , dimana
1
A = 4 𝜋 𝐷2 (2.11)

(Sumber: Malau Jauhari, 2012)

Maka kecepatan aliran dalam suatu penampang adalah


𝑄
𝑣= (2.12)
𝐴

(Sumber: Malau Jauhari, 2012)

Keterangan:

𝑣 : kecepatan aliran (m/s)

Q : debit aliran (m3/s)

A : luas penampang (m2)

V : volume fluida (m3)

2.13 Sistim Persediaan Air


Instalasi hidran juga diperlukan sistem persediaan air, dimana sistem
persediaan air ini dapat diperoleh dari beberapa sumber yang akan dijabarkan
berikut ini:
1. Sumber air untuk kebutuhan hidran dapat berasal dari PDAM, sumber
artesis, tangki bertekanan, tangki gravitasi dan sumur gali dengan
penampungan.
2. Menurut SNI 03-1745-2000 tentang Tata cara perencanaan dan
pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan
bahayakebakaran pada bangunan rumah dan gedung, persediaan air yang
harus dipenuhi adalah:
- Untuk sistem kelas I dan kelas III, laju aliran minimum dari pipa
tegak hidraulik terjauh harus sebesar 1.893 liter/menit (500 gpm),
dalam waktu 45 menit.

33
- Laju aliran minimum untuk pipa tegak tambahan harus sebesar 946
liter/menit (250 gpm) untuk setiap pipa tegak, yang jumlahnya tidak
melampaui 4.731 liter/menit (1.250 gpm).
- Bila luas lantai lebih dari 7.432 m2 (80.000 feet2 maka pipa tegak
terjauh berikutnya harus dirancang untuk dapat menyalurkan 1.983
liter/menit (500 gpm).

2.14 Pengujian Operasional Hidran


Pengujian operasional hidran menurut instruksi menteri tenaga kerja nomer
11 Tahun 1997 dapat dilakukan dengan cara:

1. Membuka titik hidran terdekat dengan pompa, lalu mengukur tekanan


pada mulut pancar dengan pipa pitot dan mencatat tekanan pada
manometer di ruang pompa

2. Membuka titik hidran kedua yaitu titik hidran terjauh dan titik pengujian
pertama tetap terbuka, kemudian mengukur tekanan pada mulut pancar
dan tekanan manometer di ruang pompa

3. Membuka titik hidran ketiga yaitu titik hidran pertengahan dan titik hidran
pertama dan kedua tetap terbuka, lalu mengukur tekanan pada mulut
pancar dan tekanan manometer di ruang pompa.

4. Evaluasi pengujian operasional

Syarat yang diminta untuk tekanan menurut Instruksi Menteri Tenaga


Kerja Nomer 11 tahun 1997 adalah tekanan terdekat tidak lebih dari 7
kg/cm2 dan tekanan pada titik hidran terdekat tidak kurang dari 4,5 kg/cm2.

2.15 Software Pemodelan Perpipaan


Menurut Malau jauhari (2012) perkembangan teknologi yang serba
memanfaatkan kecanggihan komputer telah memberi banyak kemudahan
dalam dunia industri, salah satunya program komputer yang dibuat untuk
menganalisa permasalahan dalam bidang engineering yang tidak
memungkinkan untuk dianalisis secara manual karena tingkat kerumitan

34
yang cukup tinggi. Pipe Flow Expert v 5.12 merupakan salah satu program
komputer yang digunakan untuk mendesain sistem perpipaan dan
menganalisa aliran fluida. Pipe Flow Expert v 5.12 mampu menghitung laju
aliran pada setiap pipa dan bisa menghitung pressure drop (penurunan
tekanan) pada seluruh sistem perpipaan.
Pipe Flow Expert dapat menghitung kestabilan aliran dan kondisi
tekanan pada system, dan juga digunakan untuk menggambar sebuah sistem
perpipaan, serta menganalisis fitur dari sistem ketika terjadi adanya aliran.
Hasil analisis yang diperoleh dari software ini antara lain:
1. Laju aliran masing-masing pipa,
2. Velocities fluida untuk masing-masing pipa,
3. Bilangan Reynold,
4. Faktor gesekan,
5. Kerugian (Losses) tekanan pada gesekan,
6. Kerugian (Losses) tekanan pada fitting,
7. Kerugian (Losses) tekanan pada komponen,
8. Tekanan disetiap node,
9. Nilai-nilai HGL (hydraulic grade line),
10. Titik operasi pada pompa,
11. NPSHa pada inlet pompa.
Pada software ini terdapat beberapa tampilan, diantaranya:
2.15.1 Menu dan Interface
Bagian ini menjelaskan fitur yang berbeda dari Pipe Flow Expert.
Untuk masing-masing fitur, terdapat penjelasan, screen shoot dan
tabel deskripsi untuk setiap menu dari fitur tersebut. Bagian ini
memberikan petunjuk penggunaan Pipe Flow Expert. Interface pada
Pipe Flow Expert merupakan tampilan awal software ini ketika
pertama kali dibuka. Tampilan awal berupa grid persegi yang
digunakan untuk penggambaran sistem jaringan perpipaannya agar
tersusun lebih simetris. Pada tampilan software ini juga terlihat
tampilan menu dan toolbar yang memudahkan pengguna. Gambar
interface dapat dilhat pada gambar 2.2 dibawah ini.

35
Gambar 2. 2 Tampilan Interface
(Sumber: Pipe Flow Expert, 2010)
2.15.2 Fitur Pipa
Salah satu toolbar pada software ini adalah Pipe Pane dan Pipe sub-
menu, dimana jendela ini merupakan menu yang menunjukkan
karaketristik yang diinputkan oleh pengguna pada setiap pipa yang
telah digambarkan pada interface software. Didalam toolbar ini
terdapat menu asesoris, jenis material, diameter, panjang, pompa dan
perlengkapan atau karakteristik lainnya yang ada ataupun terpasang
ada pipa seperti pada gambar 2.3 berikut ini

Gambar 2. 3 Pipe Pane dan Pipe Sub-Menu


(Sumber: pipe flow expert, 2010)

2.15.3 Data Material Pipa


Karakteristik jaringan pipa pada software ini sangat
diperhatikan secara detail. Salah satunya data material pipa harus

36
ditentukan dalam perencanaan sistem jaringan perpipaannya. Karena
setiap jenis bahan pipa memiliki nilai koefisien kekerasan yang
berbeda. Nilai ini akan sangat berpengaruh pada perhitungan
headloss. Dalam software ini sudah disediakan referensi data
material pipa beserta nilai koefisiennya. Untuk itu, penentuan jenis
material pipa harus disesuaikan dengan kebutuhan. Pada gambar 2.4
dibawah ini menunjukkan tampilan data material pipa

Gambar 2. 4 Data Material Pipa


(Sumber: Pipe flow expert 2010)

2.15.4 Data Ukuran Diameter Pipa


Software Pipe Flow Expert juga menyediakan referensi ukuran
diameter pipa. Sehingga pemilihan diameter pipa dalam perencanaan
sistem jaringan perpipaan dapat lebih mudah dan detail karena juga
disertai nilai internal roughness yang berpengaruh pada perhitungan
headloss. Seperti pada gambar 2.5 dibawah ini

37
Gambar 2. 5 Data Ukuran Diameter Pipa
(Sumber: Pipe flow expert, 2010)

2.15.5 Component Pressure Loss


Jendela component pressure loss digunakan untuk menentukan besar
tekanan yang hilang pada setiap jaringan pipa baik tetap ataupun
semakin meningkat. Seperti pada gambar 2.6 dibawah ini.

Gambar 2. 6 Component Pressure Loss


(Sumber: pipe flow expert, 2010)

2.15.6 Pump Data Dialog


Tampilan jendela ini menunjukkan data pompa yang digunakan pada
jaringan pipa. Mulai dari jenis pipa yang digunakan, besarnya aliran,

38
efisiensi, serta tampilan grafik pompa berdasarkan performance
pompa. Seperti yang terlihat pada gambar 2.7.

Gambar 2. 7 Pump Data Dialog


(Sumber: pipe flow expert, 2010)

2.16 Validasi dalam Simulasi Model


Menurut Hasad (2011), validasi merupakan penentuan apakah mode
konseptual simulasi (sebagai tandingan program komputer) adalah
representasi akurat dari sistem nyata yang sedang dimodelkan. Terdapat
beberapa metode dalam validasi dan yang paling sering digunakan adalah
metode perbandingan output simulasi dengan sistem nyata, karena metode ini
merupakan metode yang paling sesuai untuk melakukan validasi model
simulasi. Perbandingan output simulasi dengan sistem nyata diperlihatkan
pada gambar berikut:

Gambar 2. 8 Perbandingan Output Simulasi dengan Sistem Nyata


(Sumber : Hasad, 2011)

39
Sistem aktual biasa menggunakan pengukuran langsung untuk
memperoleh data output. Untuk melakukan pengukuran langsung juga
dibutuhkan alat maupun prosedur yang digunakan sebelum kagiatan
pengukuran. Seperti pada tugas akhir ini untuk mengetahui tekanan fluida
yang ada pada pipa hidran diperlukan alat pressure gauge yang dipasang pada
ujung pipa. Selain peralatan juga memerlukan prosedur agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan pengukuran. Selain pengukuran tekanan
pengukuran langsung lain yang digunakan adalah mengukur kecepatan
putaran pompa dengan menggunakan tachometer. Untuk simulasi nya akan
menggunakan software pemodelan perpipaan yang nantinya akan
dibandingkan dengan pengukuran langsung.
Sebuah pengukuran tidak pernah dilakukan dengan akurasi sempurna,
selalu ada kesalahan atau ketidakpastian. Untuk pengukuran apa pun ada
sejumlah faktor yang dapat menyebabkan nilai yang diperoleh menyimpang
dari nilai sebenarnya (teoritis). Biasanya ada beberapa faktor yang
menyebabkan kesalahan atau perubahan yang signifikan pada sebuah
eksperimen. Oleh karena itu, ketika hasil pengukuran langsung dilaporkan,
mereka disertai dengan perkiraan kesalahan pengukuran langsung. Kesalahan
persen atau (presentase error) dapat dicari dengan rumus berikut:

(2.13)

(sumber: Scuro, 2004)

Percobaan yang dilakukan dengan benar, akan mengurangi kesalahan


acak dan sistematis sebanyak mungkin, maka persentase kesalahan akan
kecil. Besarnya kesalahan persen akan sangat bergantung pada ketepatan
keseluruhan instrumen pengukuran. Ini berarti bahwa sementara dalam
beberapa kasus kesalahan 5% atau 10% dapat diterima (Scuro, 2004). Suatu
alat ukur jika digunakan secara terus menerus akan mengalami perubahan
fisik maupun fungsinya, pada beberapa penelitian seringkali ditemui adanya

40
hasil penyimpangan dari suatu alat ukur. Untuk itu perlu dilakukan
perhitungan presentase error pada hasil pengukuran langsung tekanan hidran
dan hasil dari simulasi. Jika hasil melebihi batas yang diizinkan akan
dianalisis apa saja penyebab dari kegagalan yang cukup besar tersebut, dan
akan dilakukan kalibrasi ulang pada alat ukur. (Suhantono, 2018)

41
*Halaman sengaja dikosongkan*

42
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Menyelesaikan suatu penelitan perlu adanya tahapan-tahapan yang perlu


dilakukan, berikut adalah tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.

3.1 Observasi Awal


Tahap observasi awal merupakan tahap dimana melakukan pengamatan
langsung pada lokasi yang telah ditentukan untuk mengetahui permasalahan
yang ada secara langsung. Sehingga diketahui kondisi nyata pada area pabrik
paku, dimana pada pabrik paku ini masih terdapat beberapa material yang
mudah terbakar dan terdapat beberapa hidran yang memiliki performa atau
tekanan di bawah standar. Sehingga jika dibiarkan hidran yang ada tidak
dapat mengendalikan kebakaran sebagaimana mestinya. Selain itu evaluasi
APAR juga dilakukan untuk mengetahui apakah syarat, penempatan, dan
jumlah sudah sesuai karena APAR merupakan sistem proteksi kebakaran
yang digunakan untuk memadamkan api dini.

3.2 Tahap Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah


Tahap ini melakukan identifikasi masalah sesuai dengan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang didapat saat melakukan
pengamatan langsung pada lokasi, sehingga penulis dapat mengangkat/
merumuskan permasalahan untuk dilakukan penelitian pada tugas akhir. Pada
tugas akhir ini perumusan masalah yang akan diangkat adalah mengenai
identifikasi risiko kebakaran berdaasarkan NFPA 551 Tahun 2019 untuk
memberiakan evaluasi sistem kebakaran aktif yang ada pada pabrik paku.

3.3 Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penetapan tujuan pada penelitian ini diharapkan agar perusahaan dapat
memaksimalkan sistem proteksi kebakaran yang ada, berdasarkan perumusan
masalah yang ada yaitu mengetaui tingkat resiko kebakaran yang ada pada
pabrik paku dan mengetahui hasil dari evaluasi sistem kebakaran aktif yang

43
ada pada pabrik paku. Dan manfaat yang didapatkan dari penelitian baik bagi
peneliti, institusi terkait, maupun perusahaan. Serta batasan masalah yang
sangat diperlukan agar penelitian ini lebih fokus.

3.4 Studi Literatur


Tahap ini dilakukan pencarian referensi yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam penulisan tugas akhir dan pembanding antara apa yang
sebenarnya terjadi dengan teori yang ada. Sumber literatur ini bisa didapatkan
dari jurnal, buku, perundang-undangan, dan lain sebagainya. Adapun studi
literatur yang digunakan adalah NFPA 10 tahun 2018 tentang portable fire
extinguisher, NFPA 551 Tahun 2019 tentang guide for the evaluation of fire
risk assasment, Software pemodelan perpipaan (pipe flow expert), SNI 03-
1745-2000 tentang pipa tegak, Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. ISN
11/M/BW/1997, Buku fox and mcdonald’s introduction to fluid mechanics
eight edition, jurnal-jurnal, dan penelitian sebelumnya. Studi literatur ini
berfungsi untuk menganalisis data pada penelitian, dan akan dijabarkan pada
bab 2 landasan teori yang akan dicantumkan sumbernya pada daftar pustaka.
Literatur yang akan dicantumkan pada tugas akhir ini meliputi teori tentang
kebakaran, hidran, dan APAR serta perundang-undangan terkaitnya.

3.5 Pengumpulan Data


Tahap ini akan dilakukan pengumpulan data terkait data-data apa saja yang
diperlukan pada penelitian ini. Pada tahap pengumpulan data terdapat dua
macam yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder, yang
akan dijabarkan berikut ini
3.5.1 Pengumpulan Data Primer
Data primer didapatkan dari pengamatan langsung kondisi
lapangan dan wawancara yang ditujukan terhadap SHE perusahaan
dan expert judgement yang lain yang berkaitan dengan penelitian ini,
dan data kebakaran yang pernah terjadi oleh SHE dimana pabrik
paku belum memiliki data-data statistik tentang kebakaran yang
pernah terjadi. Data yang diperlukan diantaranya : wawancara terkait

44
ceklis yang dibuat untuk evaluasi APAR dan Hidran, dan peninjauan
ulang risk matriks IBPR perusahaan, pengujian langsung setiap titik
hidran yang ada pada pabrik paku.
3.5.2 Pengumpulan Data Sekunder
Penelitian ini memerlukan data sekunder yang akan membantu
dalam penyelesaian tugas akhir ini berupa layout hidran, layout
APAR, spesifikasi pompa yang digunakan, IBPR perusahaan dan
hasil pengujian tekanan hidran terakhir yang dilakukan. Adapun
layout hydrant, spesifikasi pompa, layout APAR, IBPR perusahaan,
dan hasil pengukuran tekanan hidran terakhir perusahaan dapat
dilihat pada lampiran.

3.6 Pengolahan Data


Pengolahan data pada penelitian tugas akhir ini terdiri dari beberapa
tahapan, diantaranya penilaian tingkat resiko kebakaran, evaluasi APAR
terkait jenis penempatan dan jumlahnya, evaluasi hidran terkait persyaratan
dan tekanannya dengan cara pengukuran langsung tekanan masing-masing
hidran pada pabrik paku, dan menjalankan skenario kebakaran yang telah
dibuat. Berikut penjabaran dari masing-masing tahapan.
3.6.1 Penilaian Tingkat Resiko Kebakaran
Tahap ini akan menilai resiko kebakaran dengan fire risk
assessment (FRA) berdasarkan standar NFPA 551 Tahun 2019
dengan mengidentifikasi metode apa yang cocok digunakan sesuai
dengan kondisi yang ada pada pabrik paku. Penjabarannya dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi risiko kebakaran pada pabrik paku dengan fire
risk assessment (FRA) berdasarkan NFPA 551 Tahun 2019.
2. Membuat penilaian risiko kebakaran pabrik paku menggunakan
metode kualitatif checklist.
3. Membuat evaluasi sistem proteksi kebakaran hasil dari tahapan
sebelumnya, dan mengimplementasikan hasil dari evaluasi pada
hasil penelitian

45
3.6.2 Melakukan Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Pengolahan data ini dilakukan evaluasi pada sistem proteksi
kebakaran aktif yang ada di pabrik paku, diantaranya:
1. APAR
Evaluasi pada APAR ini dilakukan dengan pembuatan checklist
persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh APAR berdasarkan
NFPA 10 Tahun 2018. Dan melakukan perhitungan apakah
APAR yang ada sudah memenuhi kebutuhan berdasarkan NFPA
10 Tahun 2018. Serta mengevaluasi apakah penempatan APAR
sudah sesuai atau belum. Jika penempatan, jenis APAR, dan
jumlah APAR tidak memenuhi akan dilakukan redesain APAR
sesuai dengan NFPA 10 Tahun 2018.
2. Hidran
Melakukan evaluasi terkait syarat-syarat yang ditetapkan
berdasarkan SNI 03-1745-2000. Dan melakukan uji operasional
hidran berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga Kerja nomer 11
Tahun 1997 sebagai berikut:

a. Dengan Pengukuran Langsung

Tahap ini akan dilakukan pengukuran tekanan


langsung masing-masing hidran pada pabrik paku, dengan
cara mengukur tekanan langsung yang ada pada pilar hidran
dengan menggunakan nozzle yang pada ujungnya terdapat
pressure gauge. Dan mengukur kecepatan motor penggerak
pompa dengan menggunakan tachometer. Dan juga
dilakukan perhitungan yang dapat mempengaruhi performa
hidran meliputi perhitungan total head pada pompa (head
loss mayor atau kerugian gesekan dalam pipa dan head loss
minor atau kerugian karena perubahan bentuk geometri
seperti pada katup dan fitting), perhitungan daya pompa, luas
diameter dalam pipa, kecepatan aliran, bilangan reynold,

46
presentase eror dari pengukuran langsung dan simulasi
dengan software pipe flow expert.

b. Mensimulasikan hidran dengan Software pemodelan pipa

Kemudian m elakukan simulasi masing-masing hidran pada


pabrik paku dengan software pipe flow expert. Pengukuran
kecepatan motor penggerak pompa digunakan sebagai salah
satu masukan saat simulasi menggunakan software pipe flow
expert. Kemudian melakukan validasi hasil dengan
membandingkan hasil dari pengukuran langsung dan hasil
simulasi dengan mencari presentase error.
c. Membuat skenario pengujian operasional hidran dengan
beberapa skenario kebakaran menggunakan software pipe
flow expert, salah satunya adalah dengan menguji titik
terdekat, terjauh, dan tengah-tengah.

3.7 Diagram Alir


Diagram alir pada tugas akhir ini, dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut:

47
Mulai

Observasi awal

Identifikasi dan perumusan


masalah

Penetapan tujuan dan


Manfaat penelitian

Studi literatur :

1. NFPA 10 tahun 20132018


2. NFPA 551 tahun 2019
3. Software Permodelan Perpiaan
4. SNI 03-1745-2000
5. Instruksi menteri tenaga kerja No. ISN 11/M/BW/1997
6. Buku fox and McDonald s Introduction to Fluid Mechanics Eighth Edition

Pengumpulan data

Data Primer: Data Sekunder :


1. Wawancara kebakaran
yang pernah terjadi 1. Layout hidran perusahaan
2. Wawancara instalasi 2. Spesifikasi pompa
APAR dan Hidran 3. Layout APAR
3. pengukuran langsunng 4.IBPR Perusahaan
tekanan hidran

Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian

48
Gambar 3. 2 Lanjutan Diagram Alir

49
*halaman ini sengaja dikosongkan*

52
4 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data


Pengolahan data yang akan dilakukan pada penelitian ini diantaranya adalah
penilaian resiko kebakaran berdasarkan NFPA 551 Tahun 2019 dan evaluasi
sistem kebakaran aktif yang ada pada pabrik paku.
4.2 Penilaian Risiko Kebakaran
Penilaian resiko kebakaran menggunakan NFPA 551 Tahun 2019 pada
pabrik paku, dengan memilih metode kualitatif checklist. Metode kualitatif
checklist dipilih karena pada perusahaan tidak memiliki data-data statistik
tentang kebakaran baik skala kecil maupun besar, perusahaan juga tidak
memiliki data kerugian yang dialami perusahaan saat terjadi kebakaran. Hasil
dari checklist akan dinilai dengan Hazard Identification Risk Assesment and
Risk Control dengan format IBPR perusahaan. Hasil checklist dan HIRA-RC
ini nantinya akan divalidasi oleh expert judgement.
Berikut merupakan penilaian risiko kebakaran berdasarkan NFPA 551 Tahun
2019 berupa checklist dan HIRA-RC.
1. Manajemen Kebakaran
Berdasarkan ISO 45001 Tahun 2018 tentang occupational health and
safety management system, dimana perusahaan wajib menerapkan
tentang SMK3 di perusahaan. Tabel 4.1 berikut adalah hasil checklist dari
Manajemen Kebakaran.

Tabel 4. 1 Checklist Manajemen Kebakaran

No Pertanyaan Ya Tidak NA

Apakah organisasi telah melakukan


1 
identifikasi bahaya kebakaran? 

Apakah organisasi sudah menilai risiko


2  
kebakaran yang sudah teridentifikasi?

Apakah organisasi telah melakukan tindakan


3 
kontrol pada risiko kebakaran? 

53
Lanjutan Tabel 4.1 Checklist Manajemen Kebakaran

No Pertanyaan Ya Tidak NA

Apakah organisasi sudah memiliki


4 
dokumentasi insiden kebakaran? 

Apakah organisasi sudah merencanakan


5 tindakan respon situasi darurat saat terjadi 
kebakaran? 

Apakah terdapat pekerja yang memiliki


6 
kompetensi pemadam kebakaran? 

Apakah organisasi telah menerapkan,


memelihara proses untuk mengevaluasi
7 kepatuhan terhadap persyaratan perundang- 
undangan dan persyaratan lainnya tentang
proteksi kebakaran aktif yang ada?

Keterangan:

1. Identifikasi bahaya kebakaran dilakukan dalam bentuk IBPR


perusahaan (HIRA-RC), tetapi belum seluruhnya menjurus pada
kebakaran. Untuk itu perlu dilakukan pengelompokan bahaya
kebakaran dari seluruh area.
2. Penilaian risiko kebakaran dilakukan dalam bentuk risk matriks
perusahaan.
3. Tindakan kontrol pada risiko kebakaran yang dilakukan dengan
adanya sistem kebakaran aktif (APAR, hidran), kebakaran pasif
(ERP, sign exit, dan nomer telpon darurat). Tetapi masih ada
beberapa ketidak sesuaian dari sistem kebakaran aktif yang ada
seperti tekanan hidran yang tidak memenuhi yang dapat dilihat
pada lampiran 5 dan juga beberapa tanda APAR yang tidak
terdapat APAR. untuk itu perlu dilakukan evaluasi sistem
proteksi kebakaran aktif yang ada di perusahaan untuk
memaksimalkan sistem kebakaran aktif yang ada di perusahaan

54
4. Perusahaan belum memiliki laporan kecelakaan kebakaran baik
skala kecil maupun besar.
5. Sudah dilakukan dalam bentuk emergency respon plan (ERP)
saat terjadinya kebakaran dan emergency respon team (ERT).
6. Perusahaan telah mengirim sejumlah 2 pekerja untuk mengikuti
pelatihan pemadam kelas D yang kemudian melatih tim security
untuk dijadikan tim pemadam.
7. Perusahaan paku belum sepenuhnya patuh akan perundang-
undangan dan persyaratan lain yang berlaku, seperti contoh pada
pabrik paku belum memiliki hasil pengujian tekanan hidran
secara lengkap padahal dijelaskan pada SNI 03-1745-2000
semua sistem baru, termasuk pemipaan halaman dan sambungan
pemadam kebakaran, harus diuji secara hidrostatik pada tekanan
tidak kurang dari 13,8 bar (200 psi) selama 2 jam, dan juga tidak
pernah dilakukan pengujian operasional hidran pada pabrik
paku. Terdapat APAR expired bahkan kosong, juga ditemukan
label bertuliskan alat pemadam api ringan tapi tidak terdapat
APAR. Menurut SHE yang bertanggung jawab di pabrik paku
ini penempatan APAR tidak mengacu pada peraturan manapun
atau asal tempel, karena kurangnya pengetahuan di zaman dulu
saat pabrik berdiri.
Berdasarkan Tabel 4.1 Pada pabrik paku sudah dilakukan identifikasi
bahaya dan penilaian resiko, tetapi perlu dilakukan pengelompokan potensi
bahaya kebakaran pada seluruh area untuk mengetahui identifikasi bahaya
dan risiko kebakaran yang ada. Dan perlu dilakukan peninjauan ulang IBPR
perusahaan karena banyak hasil dari rekomendasi IBPR perusahaan yang
tidak melibatkan proteksi kebakaran aktif yang ada, dan berdasarkan hasil
checklist diketahui bahwa perusahaan telah memiliki tim pemadam akan
tetapi tekanan hidran yang ada belum memenuhi sehingga sumber daya yang
baik jika tidak didukung dengan fasilitas yang baik juga tidak akan
memberikan hasil yang maksimal. Dan sistem proteksi kebakaran aktif belum

55
sepenuhnya memenuhi persyaratan perundang-undangan yang ada sehingga
perlu adanya evaluasi sistem kebakaran aktif yang ada di perusahaan.

56
Tabel 4. 2 Peninjauan Ulang IBPR Perusahaan
Tanggal peninjauan ulang : 13
Pelaksana : Tim SAFETY OFFICER Seluruh Departemen Tanggal Penilaian : 10 Januari 2019
Januari 2020
Penilaian Resiko Tingkat
Potensi Bahaya dari Aktivitas/Kegiatan Resiko Pengendalian Resiko
Peluang Akibat Resiko
Kordinasi dengan electric jika ada ketidak normalan

Terjadi konselting dan


1. Instalasi listrik diarea storage dokumen tidak sesuai (dept finance) C 3 H Memasang sign AWAS BAHAYA LISTRIK, untuk
kebakaran
setiap colokan/staker listrik

Menggunakan APAR

Membatasi/ pemberian partisi dari seng untuk


menghindari percikan bunga api melewati area sekam
2. Percikan bunga api dari aktivitas mekanik (gerinda, las listrik)
Terjadi kebakaran C 3 H
diarea sebelahnya (area sekam) Menggunakan APAR

Memakai instalasi hidran

Memasang sign board dilarang merokok

3. kepedulian operator kurang (merokok diarea bahan mudah Training untuk operator
Terjadi kebakaran C 3 H
terbakar) di area sekam Menggunakan APAR

Memakai instalasi hidran

Memberikan pembatas seng diatas sekam untuk


4. Percikan api dari aktifitas crane yang melintas diatas nya (area menghindari jatuhnya percikan api jatuh ke area sekam
Terjadi kebakaran C 3 H
sekam)
Menggunakan APAR dan Hidran yang ada

Membasahi area sekitar dengan karung goni basah

5. Percikan api las (kegiatan pengelasan gas cutting) Terjadi kebakaran C 3 H Memberikan pembatas atau penghalang seng

Menggunakan APAR dan Hidran yang ada

Memeriksa kondisi alat sebelum dan setelah bekerja


6. Selang LPG/O2 tidak normal (bocor) Terjadi kebakaran C 3 H
Memastikan alat telah direlease , setelah menggunakan

Terguling dan meledak Memeriksa kondisi alat sebelum dan setelah bekerja

7. Penempatan tabung tidak standar (pengelasan gas cutting) Terguling melukai pekerja D 4 H Memastikan alat telah direlease, setelah menggunakan

Tangan dan kaki terluka Mengikat tabung atau meletakkan tabung pada rak

57
Penjelasan:
1. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko hanya difokuskan pada
proses pekerjaan yang dapat menimbulkan kebakaran.
2. Potensi bahaya mudah terbakar yang ditimbulkan dari instalasi
listrik yang tidak sesuai pada area storage dokumen.
3. Sekam terbakar yang disebabkan adanya percikan bunga api dari
aktivitas pengelasan dan penggerindaan pada area sebelahnya,
percikan ini beberapa kali terjatuh pada area sekam dan
menyebabkan terjadinya kebakaran.
4. Percikan api dari aktivitas crane yang melintas diatas sekam,
dimana saat crane beroperasi dapat menimbulkan percikan api
dan saat percikan api ini terjatuh pada sekam akan menimbulkan
kebakaran. Kurangnya kesadaran operator yang merokok pada
area sekam juga dapat menimbulkan kebakaran.
5. Percikan api las, bocor nya selang LPG/O2, penempatan tabung
yang tidak standar pada area pengelasan juga dapat
menimbulkan kebakaran.
6. Berdasarkan potensi-potensi bahaya kebakaran yang ada pada
aktivitas/area pabrik paku rekomendasi yang paling banyak
digunakan (5 dari 7 aktivitas) adalah dengan menggunakan
sistem kebakaran aktif yang ada pada pabrik paku, oleh karena
itu evaluasi sistem kebakaran aktif sangat perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah sistem kebakaran aktif yang ada sudah
maksimal atau memenuhi persyaratan yang ada.

4.3 Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan


Area plant pada pabrik paku termasuk kebakaran kelas A berdasarkan
NFPA 10 Tahun 2018 karena terdapat bahan padat mudah terbakar seperti
tumpukan kardus (packaging paku), serbuk kayu, dan tumpukan palet kayu.
Berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018, bahaya kebakaran kelas A jangkauan
maksimum untuk 1 buah APAR adalah 22,9 m. Tabel 4.3 berikut merupakan
checklist APAR pada pabrik paku

58
Tabel 4. 3 Checklist APAR

No Pertanyaan Ya Tidak NA
1 Apakah terdapat APAR pada pabrik paku? 
2 Apakah jumlah APAR sudah memenuhi?  
Apakah penempatan APAR sudah sesuai
3  
(terlihat jelas, dan mudah diakses)?

Apakah jenis APAR yang digunakan sudah


4  
sesuai dengan resiko bahaya yang ada?
Apakah sudah dilakukan perawatan seperti
5  
pengecekan tekanan pada APAR?
Apakah terdapat tindakan darurat yang sesuai
6 
dan memadai?

Apakah arsip dari APAR yang diperiksa dan


7 tindakan korektif yang dilakukan sudah 
disimpan dengan baik?

Apakah alat pemadam sudah diinspeksi


8 
minimal satu kali dalam sebulan?
Apakah terdapat kerusakan fisik seperti
9 korosi, kebocoran, maupun nozzle yang  
tersumbat?
10 Terdapat tanda penunjuk letak APAR 
Apakah penempatan APAR yang satu dan
11 
yang lain tidak melebihi 22,9 meter

Apakah petunjuk cara-cara pemakaian APAR


12 
dapat dibaca dengan jelas
Keterangan:

1. Pada pabrik paku sudah terdapat APAR, berdasarkan data


perusahaan terdapat 24 buah APAR. Tetapi pada kenyataannya
hanya terdapat 19 buah APAR, dan diantara 19 tersebut terdapat
1 buah APAR expired, dan 1 buah APAR kosong.
2. Jumlah APAR belum memenuhi, terbukti pada area workshop
yang belum terdapat APAR. Perhitungan jumlah APAR dapat
dilihat pada perhitungan perencanaan jumlah APAR pada sub-
bab 4.3.1.
3. Penempatan APAR sudah cukup jelas, tetapi terdapat tiga buah
APAR yang masih terhalang atau tidak mudah diakses.
Sebanyak 15,79 % APAR yang masih terhalang dan tidak mudah
diakses.

59
4. Jenis APAR yang digunakan belum semua sesuai dengan
potensi kebakaran yang ada, 17 buah APAR dengan jenis dry
chemical powder, APAR jenis ini cocok digunakan karena dapat
memadamkan seluruh kelas kebakaran A, B, C, D, maupun K.
dan terdapat dua buah APAR dengan jenis DCP pada electrical
room, jenis ini kurang sesuai karna untuk kebakaran kelas C
yang paling cocok digunakan adalah CO2 karena APAR jenis ini
tidak meninggalkan residu.
5. Belum dilakukan pengecekan tekanan pada seluruh APAR, jika
dipresentasekan 100% APAR belum pernah dilakukan
pengecekan tekanan.
6. Sudah terdapat tindakan darurat yang memadai seperti ERT
(emergency respon team), dan terdapat ERP (emergency respon
plan).
7. Arsip pemeriksaan APAR dan tindakan korektif yang dilakukan
sudah disimpan dengan baik oleh perusahaan di kantor SHE.
8. Sudah dilakukan inspeksi sebulan sekali yang terbukti dari
tabung APAR.
9. Terdapat beberapa APAR yang korosi, tapi tidak ada kebocoran
maupun nozzle yang tersumbat.
10. Terdapat tanda penunjuk letak APAR pada seluruh APAR.
11. Penempatan APAR pada beberapa titik kurang sesuai karena
sangat dekat yang menyebabkan APAR tidak menjangkau
jangkauan 22,9 meter berdasarkan NFPA 10 2018. Gambar 4.1
berikut merupakan gambar penempatan APAR pada main office
dengan jarak yang sangat dekat.

60
Gambar 4. 1 Penempatan APAR pada Area Main Office

12. Terdapat petunjuk cara-cara pemakaian APAR dengan jelas,


tetapi ada 7 buah APAR yang tidak terdapat petunjuk cara
pemakaian. Dari total keseluruhan terdapat 36,84 % APAR yang
tidak terdapat petunjuk cara-cara pemakaian. Gambar 4.2
berikut merupakan salah satu gambar APAR yang tidak
dilengkapi dengan petunjuk cara-cara pemakaian

Gambar 4. 2 APAR yang Tidak Terdapat Petunjuk Cara-Cara Pemakaian

61
Berdasarkan checklist 4.3 tentang APAR dapat disimpulkan bahwa
perlu adanya re-desain jumlah dan penempatan APAR karena terdapat
beberapa APAR yang tidak mudah dijangkau (terhalang) dan jumlah APAR
yang tidak memenuhi.
4.3.1 Perencanaan Perancangan Ulang APAR
Perhitungan jumlah APAR bertujuan untuk mengetahui
jumlah APAR yang dibutuhkan dalam suatu area/bangunan. Dalam
menghitung jumlah APAR pada penelitian ini berdasarkan NFPA 10
Tahun 2018. Berikut merupakan perhitungan jumlah APAR pada
pabrik paku.

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 (𝑓𝑡 2 )


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑃𝐴𝑅 (𝑏𝑢𝑎ℎ) =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑖 1 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝐴𝑃𝐴𝑅 (𝑓𝑡 2 )

a. Area Plant
Area plant merupakan kebakaran kelas A dengan rating area 4-
A, klasifikasi bahaya kebakaran ringan
Luas lantai maksimum untuk 1 buah APAR = 11250 ft2
Luas area plant = 9151,9082 m2 = 98513,543 ft2

98513,543 𝑓𝑡 2
Jumlah APAR =
11250 𝑓𝑡 2

= 8,757 ≅ 9 buah APAR

Pada plant pabrik paku berdasarkan denah penempatan apar


terdapat 12 buah APAR jenis DCP (dry chemical powder) dan
kenyatannya terdapat 1 APAR expired (APAR nomor 4) dan 3
APAR tidak ada (nomor 15, 16, dan 20). Sehingga jumlah APAR
sesungguhnya berjumlah 9 APAR dan 1 APAR terhalang
(APAR nomor 10), untuk itu perlu dilakukan re-desain
penempatan APAR untuk memaksimalkan APAR yang ada pada
pabrik paku. Gambar 4.3 berikut merupakan redesain jumlah
APAR pada area plant

62
Gambar 4. 3 Redesain Jumlah APAR Area Plant

b. Area departemen electric

Area department electric termasuk kebakaran kelas C karena


terdapat beberapa panel listrik berukuran besar didalam ruangan
ini. Dimana kebakarannya sendiri adalah bahaya kebakaran
kelas A atau kelas B, juga bisa kombinasi antara kelas A dan
kelas B, sehingga untuk menentukan jumlah APAR bisa
menggunakan ketentuan kelas A atau kelas B
Luas lantai maksimum untuk 1 buah APAR = 11250 ft2

Luas area department electric = 532 m2 = 5726.58 ft2


5726.58 𝑓𝑡 2
Jumlah APAR =
11250 𝑓𝑡 2

= 0,509 ≅ 1 buah APAR

Department electric sudah memenuhi karena terdapat 2 APAR


dalam kondisi baik, dengan jenis CO2 yang juga sudah cocok
dengan potensi bahaya yang ada pada departemen ini karena
terdapat beberapa panel listrik berukuran besar sehingga APAR
jenis CO2 sudah cocok digunakan untuk kelas kebakaran ini.
Jumlah APAR yang ada sudah memenuhi.

63
Gambar 4. 4 Redesain Jumlah APAR Area Departemen Electric

c. Electrical room
Area electrical room termasuk kebakaran kelas C Dimana
kebakarannya sendiri adalah bahaya kebakaran kelas A atau
kelas B, juga bisa kombinasi antara kelas A dan kelas B,
sehingga untuk menentukan jumlah APAR bisa menggunakan
ketentuan kelas A atau kelas B. Termasuk kebakaran kelas C
karena didalam ruangan ini terdapat banyak panel listrik.

Luas lantai maksimum untuk 1 buah APAR = 11250 ft2


Luas area electric room = 357,1 m2 = 3843,918 ft2

3843,918 𝑓𝑡 2
Jumlah APAR =
11250 𝑓𝑡 2

= 0,342 ≅ 1 buah APAR


Pada area ini terdapat dua APAR (tetapi satu APAR terhalang)
dengan jenis dry chemical powder, dari segi jumlah area ini
sudah memenuhi tetapi jenis yang digunakan kurang sesuai,
walaupun jenis DCP bisa digunakan pada semua kelas
kebakaran tetapi untuk kebakaran kelas C lebih cocok digunakan
jenis APAR CO2 karena tidak meninggalkan residu. Tidak perlu
dilakukan redesain jumlah APAR karena jumlah APAR existing
sudah memenuhi, tetapi perlu dilakukan re-desain penempatan
APAR agar tidak ada APAR yang terhalang. Gambar 4.5 berikut
merupakan redesain APAR pada electric room.

64
Gambar 4. 5 Redesain APAR pada Electric Room

d. Workshop
Area workshop termasuk kebakaran kelas A dengan rating area
4-A, klasifikasi bahaya kebakaran ringan.

Luas lantai maksimum untuk 1 buah APAR = 11250 ft2


Luas area workshop = 284,375 m2 = 3061,087 ft2

3061.087 𝑓𝑡 2
Jumlah APAR =
11250 𝑓𝑡 2

= 0,272 ≅ 1 buah APAR


Pada area workshop belum terdapat APAR, untuk itu perlu
adanya penambahan APAR pada area ini sesuai perhitungan.
APAR yang paling sesuai adalah jenis dry chemical powder.
Gambar 4.6 berikut merupakan desain penambahan APAR pada
area workshop

Gambar 4. 6 Redesain APAR Area Workshop

65
e. Main Office
Area main office termasuk kebakaran kelas A dengan rating area
4-A klasifikasi bahaya kebakaran ringan.

Luas lantai maksimum untuk 1 buah APAR = 11250 ft2


Luas area main office = 1291,87 m2 = 13906,027 ft2

13906,027 𝑓𝑡 2
Jumlah APAR =
11250 𝑓𝑡 2

= 1,236 ≅ 2 buah APAR


Pada area main office terdapat dua buah APAR dengan tipe dry
chemical powder, penempatan apar kurang sesuai sehingga perlu
dilakukan re-desain penempatan APAR. Berikut merupakan
redesain penempatan APAR pada area main office

Gambar 4. 7 Redesain APAR Area Main Office

f. Security

Area security termasuk kebakaran kelas A dengan rating area 4-


A klasifikasi bahaya kebakaran ringan

66
Luas lantai maksimum untuk 1 buah APAR = 11250 ft2
Luas area security = 57,15 m2 = 615,177 ft2

615,177 𝑚2
Jumlah APAR =
11250 𝑚2

= 0,054 ≅ 1 buah APAR


Pada ruangan security sudah memenuhi karena terdapat dua
buah APAR dengan jenis dry chemical powder. Sehingga tidak
perlu dilakukan re-desain maupun penambahan APAR pada area
security.

g. TPS
Area TPS termasuk kebakaran kelas A dengan rating area 4-A
klasifikasi bahaya kebakaran ringan
Luas lantai maksimum untuk 1 buah APAR = 11250 ft2
Luas area TPS = 2466 m2 = 26544,671 ft2

26544,671 𝑓𝑡 2
Jumlah APAR =
11250 𝑓𝑡 2

= 2,359 ≅ 3 buah APAR


Pada area TPS hanya terdapat 1 buah APAR dengan jenis dry
chemical powder, sedangkan berdasarkan perhitungan
membutuhkan 3 buah APAR, untuk itu perlu dilakukan re-
desain jumlah APAR. Gambar 4.8 berikut merupakan redesain
penempatan APAR pada area TPS

Gambar 4. 8 Redesain APAR Area TPS

h. STMC
Area STMC merupakan area yang digunakan untuk meluruskan
wire rod (dari spiral menjadi lurus) dan juga pada area ini

67
terdapat tumpukan palet kayu sehingga area ini termasuk
kebakaran kelas A dengan rating area 4-A, klasifikasi bahaya
kebakaran ringan
Luas lantai maksimum untuk 1 buah APAR = 11250 ft2
Luas area STMC = 4555 m2 = 49031,216 ft2

49031,216 𝑓𝑡 2
Jumlah APAR =
11250 𝑓𝑡 2

= 4,358 ≅ 5 buah APAR

Area ini cukup luas dan berdasarkan kondisi lapangan hanya


terdapat 1 APAR kosong dengan jenis dry chemical powder pada
area ini. Untuk itu perlu dilakukan redesain penempatan dan
jumlah APAR pada area STMC. Gambar 4.9 berikut merupakan
redesain APAR area STMC

Gambar 4. 9 Redesain APAR Area STMC

Tabel 4.4 berikut merupakan rekap hasil perhitungan APAR


berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018

68
Tabel 4. 4 Rekap Perhitungan Jumlah APAR

Luas area APAR


No Area Perhitungan Keterangan Rekomendasi
(ft2) existing
Memenuhi
dalam segi Redesain
9
1 Area plant 98513,543 9 APAR jumlah, tetapi penempatan
APAR
penempatan APAR
kurang sesuai
Departement 2
2 5726,58 1 APAR Memenuhi -
electric APAR
Memenuhi
dalam segi
Electrical 2 Redesain
3 3843,918 1 APAR jumlah, tapi
room APAR jenis APAR
jenis tidak
sesuai

Tidak Penambahan
4 Workshop 3061,087 1 APAR
memenuhi APAR

Memenuhi
dalam segi Redesain
2
5 Main office 13906,027 2 APAR jumlah, tetapi penempatan
APAR
penempatan APAR
kurang sesuai

2
6 Security 615,177 1 APAR Memenuhi -
APAR

1 Tidak Penambahan
7 TPS 26544,671 3 APAR
APAR memenuhi jumlah APAR

1 Tidak Penambahan
8 STMC 49031,216 5 APAR
APAR memenuhi jumlah APAR

Hasil perhitungan kebutuhan jumlah APAR berdasarkan


NFPA 10 Tahun 2018 perlu dilakukan redesain penempatan dan
jumlah APAR, penjabaran lebih jelasnya terdapat pada masing-
masing perhitungan diatas. Gambar existing dan redesain APAR
seluruh area dapat dilihat pada layout existing dan redesain APAR
yang terdapat di lampiran. Berat APAR dengan rating area 4-A jenis
dry chemical powder dan CO2 berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018
adalah 2,5-9 lb atau setara 1,125-4,05 kg. Berat APAR dipilih

69
berdasarkan rentang maksimum yaitu 4,05 kg. Berdasarkan katalog
AMEREX, APAR dengan rating area 4-A memiliki kapasitas
seberat 10 lb atau 4,5 kg. Di Indonesia umumnya menggunakan
APAR 6 kg. APAR existing yang ada berjumlah 19 buah dengan
berat 6 kg, dan untuk penambahan jumlah APAR berdasarkan
perhitungan menggunakan APAR dengan kapasitas 6 kg.

4.3.2 Analisis Presentase Jangkauan Penambahan Jumlah APAR


Presentase area APAR yang terjangkau setelah dilakukan
redesain jumlah dan penempatan APAR dapat diketahui dengan cara
menggunakan perbandingan area yang tejangkau saat existing dan
saat telah dilakukan redesain. Perhitungan presentase jangkauan ini
dilakukan untuk mengetahui bahwa redesain jumlah APAR mampu
menjangkau area yang tidak terjangkau saat kondisi existing. Berikut
merupakan hasil jangkauan APAR seluruh area sebelum dan sesudah
dilakukan redesain. Tabel 4.5 berikut merupakan presentase
jangkauan APAR area STMC. Untuk presentase jangkauan masing-
masing APAR dapat dilihat pada lampiran

Tabel 4. 5 Presentase Jangkauan APAR Area STMC

STMC

Luas area Luas area tidak


Layout
terjangkau terjakau

Existing 1213.4661 3341.5339


Redesain 4325.0417 229.9583

Luas area total 4555

Presentase

Luas area Luas area tidak


Layout
terjangkau terjakau

Existing 27% 73%


Redesain 95% 5%

70
4.4 Evaluasi Sistem Pipa Tegak (Hidran)
Hasil dari rekomendasi fire risk assessment menunjukkan perlu adanya
evaluasi hidran karena hidran merupakan salah satu sistem pemadam
kebakaran aktif yang ada di pabrik paku. Tabel 4.6 berikut merupakan
checklist tentang pipa tegak berdasarkan SNI-03-1745-2000

Tabel 4. 6 Checklist Hidran

No Pertanyaan Ya Tidak NA

1 Apakah lemari hidran hanya digunakan untuk  


menempatkan peralatan kebakaran?

2 Apakah Setiap lemari hidran dicat dengan 


warna yang mencolok mata? 

3 Apakah selang kebakaran sudah dilekatkan 


dan siap digunakan? 

4 Apakah terdapat nozzle hidran? 

5 Apakah selang memiliki panjang tidak lebih 


dari 30 meter? 

6 Apakah kotak dan sambungan selang hidran 


tidak terhalang? 
Apakah tekanan maksimum pada titik
dimanapun pada sistem, setiap saat tidak
7 
melebihi 24,1 bar
(350 psi)?
Apakah tekanan minimum berdasarkan
ukuran sambungan selang hidran sudah
memenuhi? (untuk sambungan selang 2,5
8 
inch minimal tekanan 6,9 bar. Dan untuk
sambungan selang 1,5 inch minimal tekanan
4,5 bar).

9 Apakah pernah dilakukan pengujian secara 


hidrostatik 

Keterangan:

1. Pada pabrik paku terdapat satu lemari/box hidran yang kosong (tidak
digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran). Berikut
merupakan gambar box hidran kosong yang ada pada pabrik paku

71
Gambar 4. 10 Box Hidran Kosong Pada Pabrik Paku

2. Setiap lemari hidran sudah dicat dengan warna yang mencolok


mata yaitu merah, jika dipresentasekan lemari hidran yang ada
di pabrik paku 100% berwarna merah.
3. Semua selang kebakaran pada pabrik paku belum dilekatkan dan
belum siap digunakan (masih tergulung rapi di box hidran). Dan
jika dipresentasekan 100% tidak memenuhi atau selang yang ada
di pabrik paku tidak dilekatkan.
4. Tidak semua titik terdapat nozzle hidran (di titik 5 tidak terdapat
nozzle).

Gambar 4. 11 Tidak Terdapat Nozel Hidran pada Titik 5 Pabrik Paku

72
5. Semua selang kebakaran memiliki panjang tidak lebih dari 30
meter
6. Kotak dan sambungan selang hidran pada titik 2 terhalang

Gambar 4. 12 Hidran Nomer 2 Terhalang

7. Pada titik dimanapun tekanan tidak melebihi 24,1 bar


8. Tekanan minimum berdasarkan titik terjauh hidran sudah
melebihi tekanan minimum (4,5 bar) yang disyaratkan oleh SNI
03-1745-2000. Tekanan titik yang lain pada sambungan selang
2,5 inch memiliki tekanan dibawah nilai yang diharuskan (6,9
bar) yaitu hanya mencapai 4,6 sampai 4,9 bar. Pabrik paku
sengaja membuat tekanan lebih rendah dari 6,9 bar untuk saving
energy, hal ini masih sesuai dengan SNI 03-1745-2000 yang
mengatakan bahwa jika instansi yang berwenang mengijinkan
tekanan lebih rendah dari 6,9 bar untuk sambungan selang
ukuran 65 mm atau 2,5 inch berdasarkan taktik pemadaman,
maka tekanan dapat dikurangi hingga paling rendah 4,5 bar.
9. Tidak pernah dilakukan pengujian secara hidrostatik saat hidran
pertama kali ada, semua sistem baru termasuk pemipaan
halaman dan sambungan pemadam kebakaran, harus di uji
secara hidrostatik pada tekanan tidak kurang dari 13,8 bar (200
psi) selama 2 jam, atau dengan tambahan 3,5 bar (50 psi) dari

73
tekanan maksimum apabila tekanan maksimum melebihi 10,3
bar (150 psi).

Berdasarkan checklist 4.3 tersebut perlu dilakukan pengujian


operasional hidran untuk mengetahui apakah tekanan tersebut
memenuhi atau belum. Dan belum pernah dilakukan pengujian
sebelumnya pada hidran yang ada didalam plant sehingga perlu
dilakukan pengujian pada masing-masing hidran.
4.4.1 Pengujian Langsung Instalasi Hidran Existing
Pengujian langsung instalasi hidran dilakukan dengan
membuka masing-masing pilar hidran yang ada di pabrik paku untuk
mengetahui tekanan masing-masing hidran sudah memenuhi syarat
atau belum. Pengujian langsung masing-masing tekanan hidran
dilakukan karena seluruh hidran yang ada di pabrik paku termasuk
hidran dengan titik terjauh. Menurut Instruksi Menteri Tenaga Kerja
No. 11 Tahun 1997 minimal tekanan pada titik terjauh tidak kurang
dari 4,5 kgf/cm2. Tabel 4.7 berikut merupakan hasil dari pengujian
masing-masing hidran pada pabrik paku

Tabel 4. 7 Hasil Pengujian Tekanan Masing-masing Hidran Pabrik Paku

No. Hidran Lokasi Tekanan (kgf/cm2)


1 Belakang plant 4,9
2 Nail bay 4,9
3 Sekam 4,7
4 Nail plant 4,6
5 Depan main office 4,7
6 Samping plant 4,7

Berdasarkan beberapa pengujian masing-masing tekanan


hidran, didapatkan hasil seperti pada tabel 4.7 dimana hasil tekanan
dari masing-masing hidran sudah memenuhi berdasarkan Instruksi
Menteri Tenaga Kerja No.11 Tahun 1997. Menurut Instruksi
Menteri Tenaga Kerja No.11 Tahun 1997 juga perlu dilakukan
pengujian operasional hidran, tidak memungkinkannya untuk
melakukan pengujian operasional hidran karena akan mengganggu
proses produksi perusahaan karena melibatkan dua perusahaan,
74
untuk itu pengujian operasional hidran akan dilakukan dengan
software pipe flow expert berdasarkan petunjuk dari Istruksi Menteri
Tenaga Kerja No.11 Tahun 1997 dan skenario yang telah dibuat.

4.4.2 Perhitungan Jumlah Pilar Hidran


Pabrik paku termasuk dalam klasifikasi bahaya kebakaran
sedang dua karena termasuk jenis tempat kerja pengolahan logam
berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.186/Men/1999. Luas jangkauan minimum untuk satu buah
hidran menurut SNI 03-1745-2000 adalah 30 meter. Maka luas
jangkauan hidran dapat ditentukan dengan persamaan berikut
Luas jangkauan hidran = luas lingkaran
Luas jangkauan hidran = 3,14 x r2
= 3,14 x 302
= 2.836 m2
Sehingga untuk mencari jumlah pilar hidran dapat menggunakan
persamaan berikut
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛
Jumlah pilar hidran =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑢𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑛
16172,253
= 2.836

= 5,72
= 6 hidran
Existing dari pabrik paku berjumlah enam hidran, sehingga jumlah
pilar hidran yang ada di pabrik paku sudah sesuai dengan SNI 03-
1745-2000.

4.4.3 Perhitungan Headloss Manual

Menghitung headloss rangkaian perhitungan yang dapat dilakukan


adalah

1. Sambungan selang hidran yang digunakan oleh pabrik paku


berukuran 2,5 inch yang menurut SNI 03-1745-2000 tentang

75
“Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak
dan Slang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung” termasuk sistem kelas I,
dimana laju aliran minimum dari pipa tegak terjauh harus sebesar
1.893 liter/menit. Sehingga standar ini dapat digunakan sebagai
acuan perhitungan hidran pada pabrik paku dan dapat ditentukan
laju aliran sebesar 1.893 liter/menit.
Q = 1.893 liter/menit
Q = 1.893 m3/menit
Q = 0,03155 m3/s ≅ 0,0316 m3/s
Pada pabrik paku memiliki pompa dengan capacity 425 USGPM
atau 0,0270 m3/s, kapasitas pompa yang dimiliki ini kurang
sessuai dengan yang disyaratkan SNI 03-1745-2000.
2. Kapasitas air yang diperlukan untuk hidran adalah 1.893
liter/menit dan menurut SNI 03-1745-2000 pasokan air harus
cukup tersedia untuk kebutuhan sistem sekurang-kurangnya
untuk 45 menit. Sehingga kebutuhan air dapat dihitung dengan
persamaan berikut
V=Qxt
= 1.893 liter/menit x 45 menit
= 1.893 dm3/menit x 45 menit
= 85.185 dm3
= 85,185 m3
3. Kondisi existing kapasitas volume air pada bak penampung
(reservoir) adalah 1200 m3. Bak penampung ini memiliki
dimensi panjang 20 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 10 meter.
4. Pipa hisap 8” material carbon steel
- Diameter luar pipa 219,075 mm = 0,219075 m
- Diameter dalam pipa 202,717 mm = 0,202717 m
- Tebal pipa 8,179 mm = 0,008179 m
- Panjang pipa = 1,6 m
a. Luas pipa diameter dalam (A)

76
𝜋 𝐷2
A = 4
𝜋 (0,202717 𝑚)2
= 4

= 0,0322753 m2

b. Kecepatan aliran (V) pipa hisap 8”


𝑄
V =𝐴
0,0270 𝑚3 /𝑠
= 0.0322753 𝑚2

= 0,8366 m/s
c. Bilangan Reynolds (Re)
Nilai µ dengan suhu 30o memiliki nilai 8,03 x 10-7 m2/s
yang dapat dilihat pada tabel 2.12
𝑉𝑥𝐷
Re = µ
0,8366 m/s 𝑥 0,202717 𝑚
Re = 8,03 x 10 −7 𝑚2 /s

= 211.000
= 2,11 x 105

Re > 2300, aliran turbulen


d. Major losses
Major losses adalah kerugian gesekan didalam pipa yang
bergantung pada panjang pipa. Jenis pipa yang digunakan
pada pabrik paku adalah pipa jenis carbon steel berdasarkan
tabel 2.13 jenis pipa carbon steel memiliki nilai kekasaran
0,000046 m dimana pipa berdiameter 8” maka nilai relative
roughness (e/D) sebesar 0,000227 dan nilai (Re) sebesar
2,11 x 105.
Untuk mencari nilai f dapat menggunakan persamaan berikut

1 𝜀/𝐷 2,51
= −2.0𝑙𝑜𝑔 ( + )
√𝑓 3,7 𝑅𝑒 √𝑓

77
1 0,000227 2,51
= −2.0𝑙𝑜𝑔 ( + )
√𝑓 3,7 211.000√𝑓

f = 0.017065
Perhitungan Headloss mayor adalah sebagai berikut:

𝐿 𝑉2
ℎ𝑙 = 𝑓 𝐷 𝑥 2𝑔

1,60 𝑥(0,8366 m/s)2


ℎ𝑙 = 0.017065 x 𝑚2
0,202717 𝑥 2(9,81 )
𝑠

= 0,005 m

e. Minor losses
Minor losses merupakan gesekan akibat perubahan bentuk
geometri pipa. Untuk mencari kerugian gesekan akibat
perubahan geometri pipa dapat dicari dengan persamaan
berikut:
𝐿𝑒 𝑉2
ℎ𝑙𝑚 = f . 2𝑔
𝐷

(0,8366 m/s) 2
ℎ𝑙𝑚 = 0.017065 𝑥 0.5 𝑥
𝑚2
2(9,81 𝑠 )

= 0,017834383 m

Tabel 4. 8 Jenis Aksesoris Ukuran 8” Pipa Hisap

HL MINOR PIPA HISAP PABRIK PAKU


No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) K atau Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Square edged 0.20274 1 0.83655 0.5 9.81 0.017834383
2 elbow 8" 90 0.20274 1 0.83655 30 9.81 0.018259815
4 butterfly valve 0.20274 1 0.83655 150 9.81 0.091299076
Total 0.127393274

f. Total Headloss pipa hisap


Perhitungan total headloss pada pipa suction dapat dicari
dengan persamaan berikut
Total headloss = headloss mayor + headloss minor
Total headloss = 0,005 m + 0,1273933274 m
= 0,1324 m

78
g. Perhitungan pipa discharge 6 inch (pipa terjauh) pada hidran
nomer 6 pabrik paku
Diameter luar pipa 168,275 mm = 0,168275 m
Diameter dalam pipa 154,051 mm = 0,154051 m
Tebal pipa 7,112 mm = 0,007112 m
Panjang pipa = 542,980 m

a. Luas pipa diameter dalam (A)

𝜋 𝐷2
A = 4
𝜋 (0.154051 𝑚)2
= 4

= 0,018639 m2
b. Kecepatan aliran (V)
𝑄
V =𝐴
0.0270 𝑚3 /𝑠
= 0,018639 𝑚2

= 1,4486 m/s
c. Bilangan Reynolds (Re)
Nilai µ dengan suhu 30o memiliki nila 8,03 x 10-7 m2/s
yang dapat dilihat pada tabel 2.12
𝑉𝑥𝐷
Re = µ
1,4486 m/s 𝑥 0.154051 𝑚
Re = 8,03 x 10 −7 𝑚2 /s

= 278000
= 2,78 x 105
Re > 2300, aliran turbulen
d. Major Losses

Nilai kekasarannya untuk material carbon steel adalah


0,000046 m dimana pipa berdiameter 6” maka nilai
relative roughness (e/D) sebesar 0,0002986 dan nilai
(Re) sebesar 2,78 x 105.

79
Untuk mencari nilai f dapat menggunakan persamaan
berikut

1 𝜀/𝐷 2,51
= −2.0𝑙𝑜𝑔 ( + )
√𝑓 3,7 𝑅𝑒 √𝑓

1 0,0002986 2,51
= −2.0𝑙𝑜𝑔 ( + )
√𝑓 3,7 322000√𝑓

f = 0,0170069
Perhitungan Headloss mayor adalah sebagai berikut:

𝐿 𝑉2
ℎ𝑙 = 𝑓 𝐷 𝑥 2𝑔

542,980 m 𝑥 (0.000000803m/s)2
ℎ𝑙 = 0.0170069 x 𝑚2
0.154051 𝑥 2 (9,81 𝑠 )

= 6,411 m

e. Minor losses
Untuk mencari kerugian gesekan akibat perubahan
geometri pipa dapat dicari dengan persamaan berikut
𝐿𝑒 𝑉2
ℎ𝑙𝑚 = f . 2𝑔
𝐷

(1,6927 m/s)2
ℎ𝑙𝑚 = (0.016711 𝑥 60 𝑥 𝑚2
)x4
2(9,81 )
𝑠
= 0,436545217 m

Tabel 4. 9 Jenis Aksesoris Ukuran Pipa 6” Jalur Terjauh Pipa Discharge

HL MINOR HIDRAN 6 PABRIK PAKU


No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)

1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44859 60 9.81 0.436545217


2 Tee through 6" 0.15405 10 1.44859 20 9.81 0.363787681
3 gate valve 0.15405 1 1.44859 8 9.81 0.014551507
4 Elbow 6" 90 0.15405 29 1.44859 30 9.81 1.582476411
5 Elbow 6" 45 0.15405 4 1.44859 16.000 9.81 0.116412058
6 Ball valve 0.15405 1 1.44859 3 9.81 0.005456815
Total 2.519229689

f. Total Headloss pipa discharge terjauh

80
Total Headloss discharge dapat dicari dengan persamaan
berikut
Total headloss = headloss mayor + headloss minor
= 6,411 m + 2,519229689 m
= 8,93 m
g. Total Headloss Pompa
Total headloss seluruh jalur hidran dapat diketahui dari
tabel berikut
Total headloss = headloss mayor hisap+ headloss minor
hisap + headloss mayor discharge + headloss minor
discharge
= 0,005 m + 0,1273933274 + 6,411 m + 2,519229689 m
= 9,06 m

4.4.4 Kebutuhan Kapasitas Pompa Hidran


Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, kuntuk mencari
daya pompa dengan headloss sebesar 9,06 m dapat menggunakan
persamaan berikut
𝑝1 𝑣1 2 𝑝2 𝑣2 2
+ + ℎ1 + 𝐻𝑝 − 𝐻 = + + ℎ2
𝑔 2𝑔 𝑔 2𝑔
Maka untuk mencari head pompa adalah sebagai berikut
𝑃2 − 𝑃1 𝑣22 − 𝑣21
𝐻𝑝 = + + (ℎ2 − ℎ1 ) + 𝐻
𝜌×𝑔 2×𝑔
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑚 2 m 2
69000 −0 (8,750 ) −(0,9698 )
𝑚𝑠2 𝑚𝑠2 𝑠 s
𝐻𝑝 = 𝑘𝑔 𝑚 + + (6 𝑚 − 1,5 𝑚) +
996 3 ×9,81 3 2×9,81 𝑚/𝑠3
𝑚 𝑠

9,06 m
= 88,046 m
Setelah diketahui head pump maka dilakukan perhitungan daya
pompa menggunakan persamaan berikut
Wpump = Q x Hp x 𝜌
= 0,0270 m3/s x 87,946 m x 966 kg/m3
= 2367,7234 W
= 2,3677234 kW

81
Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas pompa hidran menunjukan
bahwa kapasitas pompa yang ada kurang memenuhi karena head
pompa kondisi existing hanya sebesar 70 m dan hasil perhitugan
menunjukan head pompa yang dibutuhkan sebesar 88,046 m.
4.4.5 Perhitungan Headloss dengan Software Pipe Flow Expert
Perhitungan headloss dengan software pipe flow expert dilakukan
dengan melihat titik hidran terjauh pada titik ke enam yang ada pada
pabrik paku. Berikut merupakan gambar hasil perhitungan headloss
pada software pipe flow expert

Gambar 4. 13 Hasil Perhitungan Headloss Dengan Software Pipeflow Expert

Hasil perhitungan dengan software diatas dapat diketahui adanya


perbedaan hasil dengan perhitungan manual. Berikut merupakan
perbedaan hasil perhitungan antara manual dengan software.

Tabel 4. 10 Perbedaan Hasil Perhitungan Manual Dan Software

Hasil perhitungan
No Data yang dicari Satuan
Manual Software
1 Total headloss m 9.06 8.69

Perbedaan hasil antara perhitungan headloss manual dan software


didapatkan hasil seperti tabel diatas. Hasil dari presentase error dari
headloss adalah sebagai berikut

82
│𝑠𝑜𝑓𝑡𝑤𝑎𝑟𝑒 − 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑎𝑙│
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑛𝑢𝑎𝑙
│8,69 − 9,06│
% 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥 100%
8,94
= 4,083 %
Adanya perbedaan hasil tersebut dikarenakan adanya perbedaan
referensi yang digunakan antara perhitungan manual dengan
software, terbukti dari perbedaan nilai k atau Le/D dari referensi
manual yang digunakan dan software.
4.4.6 Simulasi Skenario Kebakaran berdasarkan Software Pipe Flow
Expert
Berdasarkan pengujian masing-masing tekanan hidran, hasil
yang didapatkan sudah memenuhi karena lebih dari tekanan minimal
yang disarankan. Untuk itu perlu dilakukan pengujian operasional
hidran berdasarkan beberapa skenario yang telah dibuat untuk
mengetahui apakah tekanan masih memenuhi jika terjadi kebakaran
di beberapa titik (membuka hidran pada lebih dari satu titik).
Pengujian operasional hidran ini dilakukan pada software kaarena
tidak memungkinkan untuk melakukan pengujian operasional
karena akan menghambat proses produksi, dan juga karena
melibatkan dua lokasi sehingga membutuhkan masa yang cukup
banyak. Selain itu simulasi skenario ini dilakukan untuk mengetahui
headpump yang dibutuhkan saat kondisi darurat terjadi. Gambar
4.15 berikut merupakan hasil yang didapat berdasarkan pemodelan
pipa pada titik terjauh.

83
Gambar 4. 14 Pemodelan Instalasi Hidran Existing pada Software Pipe Flow
Expert

Berdasarkan pemodelan yang telah dilakukan dapat diketahuui


diperoleh tekanan hidran untuk titik 6 sebesar 6,9031 bar, yang
artinya tekanan pada titik terjauh sudah memenuhi.
Beberapa skenario kebakaran yang digunakan untuk simulasi
pada software pipe flow expert untuk mengetahui head pump yang
dibutuhkan dan untuk mengetahui apakah tekanan hidran masih
memenuhi pada saat kondisi darurat terjadi pada pabrik paku.
Simulasi skenario kebakaran ini perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah hidran existing yang ada pada pabrik paku sudah memenuhi
jika terjadi keadaan darurat yang harus melibatkan untuk membuka
lebih dari satu titik. Seperti yang disyaratkan oleh Instruksi Menteri
Tenaga Kerja no. 11 Tahun 1997 untuk melakukan pengujian
operasional hidran pada titik terdekat dari pompa, titik tengah-
tengah, dan titik terjauh dengan minimal tekanan titik terjauh yang
disyaratkan sebesar 4,5 bar.
Berikut merupakan skenario kebakaran yang telah dibuat
berdasarkan potensi kebakaran yang ada

84
a. Skenario 1
Menguji tekanan hidran pada titik terdekat dari pompa yaitu titik
nomer 5 (pabrik baja), titik terjauh dari pompa yaitu hidran
nomer 6 (pabrik paku) dimana tetap membuka titik pertama
(nomer 5), dan juga membuka hidran di titik pertengahan nomor
42.

Gambar 4. 15 Skenario Kebakaran 1

Hasil tekanan keluaran dari titik 6 dari pabrik paku untuk


skenario ini sebesar 6,3632 bar ini menunjukan bahwa tekanan
tersebut masih memenuhi berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga
Kerja no.11 Tahun 1997. Dan headpump yang dibutuhkan untuk
skenario ini sebesar 65,035 m dengan debit sebesar 0,0543 m3/s.

b. Skenario 2
Terjadi kebakaran pada area ladle nozzle pada area SMS (steel
melting shop) menurut IBPR perusahaan dimana pada area ini
memiliki potensi bahaya material mudah terbakar sehingga
mengharuskan untuk membuka hidran 11 Dan 25. Dan terjadi
kebakaran didalam ruang produksi pabrik paku, pada sekam

85
karena percikan crane saat melintas dari atas sehingga mengenai
sekam dan terjadi kebakaran yang cukup besar, sehingga
mengharuskan untuk membuka hidran pada pabrik paku nomor
3 dan 2 (pabrik paku).

Gambar 4. 16 Skenario Kebakaran 2

Hasil tekanan keluaran dari titik 3 dari pabrik paku untuk


skenario ini sebesar 6,3629 ini menunjukan bahwa tekanan
tersebut masih memenuhi berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga
Kerja no.11 Tahun 1997. Dan head pump yang dibutuhkan untuk
skenario ini sebesar 64,764 m dengan debit 0,0537 m3/s.

c. Skenario 3
Area O2 plant terdapat pekerjaan welding/cutting yang
berpotensi kebakaran dan ledakan menurut IBPR perusahaan
sehingga perlu membuka hidran nomer 4 dan 39 (pabrik baja),
dan disaat yang bersamaan terjadi kebakaran pada gardu induk
trafo pabrik paku yang berada di dekat titik nomer 1 yang
mengharuskan untuk membuka hidran nomer 1 (pabrik paku).

86
Gambar 4. 17 Skenario Kebakaran 3

Hasil tekanan keluaran dari titik 1 dari pabrik paku untuk


skenario ini sebesar 6,3640 bar ini menunjukan bahwa tekanan
tersebut masih memenuhi berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga
Kerja no.11 Tahun 1997. Dan head pump yang dibutuhkan untuk
skenario ini sebesar 67,604 m dengan debit 0,05 m3/s.

d. Skenario 4
Terjadi kebakaran pada area PLN yang diakibatkan oleh trafo
yang meledak, meledaknya trafo dikarenakan oli didalamnya
yang mengental karena panas yang menghasilkan H2S sehingga
mengharuskan untuk membuka hidran pada titik 20 dan 24. Dan
pada saat yang bersamaan terjadi kebakaran pada pabrik paku
pada proses pengepakan dikarenakan tumpukan kardus yang
akan digunakan untuk pengepakan paku terbakar sehingga
mengharuskan untuk membuka hidran nomer 4 pada pabrik
paku. Dan disaat yang bersamaan pula terjadi kebakaran pada
kantor pabrik paku yang diakibatkan oleh korsleting listrik
sehinggs mengharuskan untuk membuka hidran pada titik 5.

87
Gambar 4. 18 Skenario Kebakaran 4

Hasil tekanan keluaran dari titik 5 dari pabrik paku untuk


skenario ini sebesar 6,3629 bar ini menunjukan bahwa tekanan
tersebut masih memenuhi berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga
Kerja no.11 Tahun 1997. Dan head pump yang dibutuhkan untuk
skenario ini sebesar 65,286 m dengan debit 0,0531 m3/s.

e. Skenario 5
Terjadi kebakaran besar pada pabrik paku yang merambat ke
office, yang mengharuskan untuk membuka hidran nomer 1, 2,
3, 4, 5, 6 pada pabrik paku.

88
Gambar 4. 19 Skenario Kebakaran 5

Hasil tekanan keluaran dari titik 6 dari pabrik paku untuk


skenario besar ini adalah 6,3630 bar ini menunjukan bahwa tekanan
tersebut masih memenuhi berdasarkan Instruksi Menteri Tenaga
Kerja no.11 Tahun 1997. Dan head pump yang dibutuhkan untuk
skenario ini sebesar 74,216 m dengan debit 0,0388 m3/s.

4.4.7 Analisis Hasil


Seluruh skenario dengan software pipe flow expert yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa tekanan pada titik terjauh
memenuhi tekanan minimal yang disyaratkan karena seluruh
tekanan pada pabrik paku (tekanan titik terjauh melebihi 4,5 bar).
Akan tetapi pompa existing yang ada kurang memenuhi, dibuktikan
dengan hasil dari simulasi skenario kebakaran dengan software
pipeflow expert dimana hasil kebutuhan headpump terbesar saat
terjadi kebakaran besar yang mengharuskan untuk membuka semua
hidran di pabrik paku adalah 74,216 m dengan debit 0,0388 m3/s dan
pompa existing yang dimiliki perusahaan memiliki headpump
sebesar 70 m dengan debit 0,027 m3/s. Tabel 4.11 berikut merupakan
rekap hasil dari skenario kebakaran berdasarkan pipe flow expert

89
Tabel 4. 11 Rekap Hasil Simulasi Kebakaran Seluruh Skenario
Tekanan
Pilar yang Headpump Kebutuhan Debit existing Kebutuhan debit
No Skenario tekanan Keterangan
terlibat titik hidran existing (m) headpump (m) (m3/s) (m3/s)
(bar)
titik 5 (pabrik baja) 6.9246
tidak
1 Skenario 1 3 titik 42 (pabrik baja) 6.9041 70 65.035 0.027 0.0534
memenuhi
titik 6 (pabrik paku) 6.3632
titik 11 (pabrik baja) 6.9009
titik 25 (pabrik baja) 6.9005 tidak
2 skenario 2 4 70 64.764 0.027 0.0537
titik 2 (pabrik paku) 6.363 memenuhi
titik 3 (pabrik paku) 6.3629
titik 4 (pabrik baja) 6.4134
tidak
3 skenario 3 3 titik 39 (pabrik baja) 6.4148 70 67.604 0.027 0.05
memenuhi
titik 1 (pabrik paku) 6.364
titik 20 (pabrik baja) 6.4126
titik 24 (pabrik baja) 6.9554 tidak
4 skenario 4 4 70 65.286 0.027 0.0531
titik 4 (pabrik paku) 6.363 memenuhi
titik 5 (pabrik paku) 6.3629
titik 1 (pabrik paku) 6.3632
skenario 5 titik 2 (pabrik paku) 6.3642
(kebakaran titik 3 (pabrik paku) 6.3635 tidak
5 6 70 74.216 0.027 0.0388
besar pabrik titik 4 (pabrik paku) 6.3629 memenuhi
paku titik 5 (pabrik paku) 6.3629
titik 6 (pabrik paku) 6.363
tidak
6 titik terjauh 1 titik 6 (pabrik paku) 6.9031 70 75.17 0.027 0.0368
memenuhi

Kebutuhan head pump berdasarkan simulasi skenario kebakaran


dengan software pipe flow expert lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar grafik 4.20 berikut

Gambar 4. 20 Kebutuhan Head Pump Berdasarkan Simulasi Skenario Kebakaran

90
Kebutuhan debit berdasarkan simulasi skenario kebakaran dengan
software pipe flow expert lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
grafik 4.21 berikut

Gambar 4. 21 Kebutuhan Debit berdasarkan Simulasi Skenario Kebakaran

Pilar hidran yang ada pada pabrik paku berjumlah 6 buah pilar
sesuai dengan hasil perhitungan, adanya hidran yang terhalang pada
titik 2 pabrik paku tidak akan dilakukan redesain penempatan karena
material yang menghalangi dapat dipindah ke area TPS dan memberi
tanda merah atau tanda yang lain agar tidak ditempati lagi. Dan
didapatkan hasil tekanan saat pengujian langsung pada titik terjauh
4,7 kgf/cm2 atau 4,60913 bar. Pada pemodelan pipa dengan software
pipe flow expert didapatkan hasil 6,9031 bar, adanya perbedaan
tekanan antara pengujian langsung dan software dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal diantaranya menurut expert judgement pompa
yang ada di perusahaan hanya di setting sebesar 6 bar untuk saving
energy, dan adanya korosi di dalam pipa yang mungkin tidak terlihat.
Hal ini memenuhi berdasarkan SNI 03-1745-2000 yang mengatakan
“jika instansi yang berwenang mengijinkan tekanan lebih rendah
dari 6,9 bar untuk sambungan selang ukuran 65 mm (2,5 inch)
berdasarkan taktik pemadaman maka tekanan dapat dikurangi
hingga paling rendah 4,5 bar”.

91
Skenario kebakaran yang telah dilakukan terdapat area penting
atau vital pada pabrik paku yang apabila area ini terbakar, akan
membuat pabrik berhenti beroperasi dan menimbulkan kerugian
besar. Area penting ini berada pada skenario 2, skenario 3, skenario
4, dan skenario 5
1. Skenario 2
Skenario 2 melibatkan pilar nomer 11 dan 25 (pabrik baja) dan
pilar nomer 2 dan 3 (pabrik paku), dimana saat terjadi kebakaran
pada pabrik baja dekat titik ini akan sangat membahayakan
karena terdapat material mudah terbakar dan dapat
menghentikan seluruh produksi pada area steel melting shop,
dimana pada area ini billet baja di produksi. Jika area ini terbakar
maka produksi billet baja akan terhenti dan menyebabkan mesin
utama electric art furnace (EAF) rusak. Dan area hidran titik 2
dan 3 (pabrik paku) berada didalam plant, jika area ini terbakar
dapat merembet ke area lain yang ada di pabrik paku dan
menyebabkan mesin cutting didekat area hidran titik 3 rusak.
Dan jika skenario ini gagal maka akan menyebabkan produksi
berhenti.
2. Skenario 3
Skenario 3 melibatkan pilar nomer 4 dan 39 karena terdapat
pekerjaan pengelasan gas cutting pada pabrik baja dan jika area
ini terbakar akan menyebabkan mesin dan kabel las rusak. Dan
jika terjadi kebakaran pada titik 1 pabrik paku dapat
mengakibatkan pabrik berhenti beroperasi (secara tidak
langsung listrik pasti shut down) karena terdapat gardu induk
trafo di area ini.
3. Skenario 4
Skenario 4 melibatkan hidran titik 20 dan 24 pada pabrik baja
pada titik ini terdapat trafo, jika kebakaran terjadi pada area ini
akan menyebabkan listrik pada seluruh pabrik baja mati dan
kerugian besar yang dapat menyebabkan pabrik tidak dapat

92
melakukan produksi. Dan jika terjadi kebakaran pada area titik
4 dan 5 pabrik paku dapat menyebabkan kebakaran merembet ke
area yang lain karena hidran ini berada di dalam plant.
4. Skenario 5
Skenario 5 melibatkan seluruh pilar pada pabrik paku saat terjadi
kebakaran besar, saat kebakaran besar ini terjadi dapat
menghentikan produksi paku dan menyebabkan mesin-mesin
yang ada di pabrik paku seperti mesin pemotong paku, dan
instalasi listrik pada crane dan instalasi listrik yang ada di pabrik
paku rusak.
Penjabaran kerugian yang ditimbulkan dari gagal nya skenario
diatas menunjukkan bahwa setiap titik hidran pabrik paku pada
skenario 2, 3, 4, dan 5 merupakan area vital dimana saat salah satu
area titik hidran nomer 2, 3, 4, dan 5 yang ada di pabrik paku terbakar
maka bisa merembet ke area sekitar nya yang ada di dalam plant
yang bisa menyebabkan rusaknya mesin-mesin yang ada didalam
plant dan terhentinya proses produksi. Dan jika terjadi kebakaran
pada area gardu induk trafo titik 1 pabrik paku juga menyebabkan
produksi berhenti karena listrik pasti mati. Area yang disebutkan
pada skenario yang ada di pabrik baja juga termasuk area penting
jika terjadi kebakaran pada area tersebut produksi pasti terhenti.
Untuk itu perlu melakukan redesain untuk pompa agar debit dan
head pump memenuhi berdasarkan hasil perhitungan dan seluruh
skenario pipe flow expert, karena jika salah satu skenario ini gagal
akan menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan.
Volume reservoir sebesar 1200 m3 yang dimiliki oleh
perusahaan dapat memenuhi untuk pemadaman kebakaran selama
45 menit. Hasil headloss perhitungan hidran terjauh sebesar 9,06 m
dan headpump yang dibutuhkan sebesar 88,046 m. Hasil perhitungan
manual dan software kurang sesuai dengan kondisi existing yang
ada, akan tetapi tekanan hidran yang ada sudah memenuhi, dan hasil
dari simulasi skenario kebakaran besar pada pabrik paku

93
berdasarkan software pipeflow expert debit dan head pump kurang
memenuhi sehingga perlu melakukan pergantian pompa berdasarkan
hasil perhiungan manual dan skenario kebakaran.

94
3 BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil dari Fire Risk Assasment (FRA) NFPA 551 Tahun 2019 pada
pabrik paku memiliki tingkat resiko high risk berdasarkan IBPR
perusahaan, dan sistem kebakaran aktif yang tidak memenuhi standar
sehingga perlu adanya evaluasi sistem kebakaran aktif yang ada.
2. Hasil evaluasi APAR berdasarkan NFPA 10 Tahun 2018 didapatkan
hasil perlu adanya redesain penempatan dan jumlah APAR pada area
plant sebanyak 17 buah, pada department electric sebanyak 2 buah,
electrical room 2 buah dan mengganti jenis APAR pada electrical room
dari DCP menjadi CO2, workshop 1 buah, main office 3 buah, security 2
buah, TPS 5 buah, STMC 8 buah. Berat APAR masing-masing 6 kg.
3. Hasil dari perhitungan kebutuhan jumlah pilar hidran pada pabrik paku
sudah memenuhi yaitu berjumlah 6 pilar. Kapasitas pompa yang
dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan manual sebesar 88,046 m
dengan debit minimal 0,0316 m3/s sedangkan kapasitas pompa existing
sebesar 70 m dengan daya 37 kW dan debit 0,027 m3/s, sehingga perlu
dilakukan penggantian pompa hidran sesuai hasil perhitungan manual
dan hasil software pipe flow expert seluruh skenario.

5.2 Saran
Terdapat beberapa kekurangan pada tugas akhir ini yang dapat menjadi
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya diantaranya
1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penialaian resiko
kebakaran secara kuantitatif.
2. Sebaiknya peneliti selanjutnya membahas mengenai estimasi biaya saat
melakukan redesain APAR maupun instalasi hidran.

95
*Halaman ini sengaja dikosongkan*

96
DAFTAR PUSTAKA

AMEREX. 2019. Amerex Product Catalogue. https://amerex-fire.com (diakses 29


Juli 2019)

Anggraeni, Sari Aprilia. 2017. Analisa fire risk assessment dan perancangan
proteksi kebakaran aktif pada area workshop perusahaan jasa konstruksi
fabrikasi. Surabaya: PPNS.

Haryono, Pungky. 2016. Aplikasi Perhitungan Jumlah dan Penentuan Jenis Apar
Berbasis Visual Basic. Surabaya:PPNS

Hasad, Andi. 2011. VERIFIKASI DAN VALIDASI DALAM SIMULASI


MODEL. Bogor : IPB

Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. : Ins.11/M/Bw/1997 Tentang Pengawasan


Khusus K3 Penaggulangan Kebakaran

Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor: 10/Kpts/2000 Tentang


Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Gedung Dan Lingkungan.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. : Kep.186/Men/1999


Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja

Lestari, Liana Puji. 2016. Implementasi NFPA 551 tahun 2007 pada area Sulfuric
Acid Production (SAP) di PT. X. Surabaya : PPNS

Malau, Jauhari dan Tekad Sitepu. 2012. Analisa Pressure Drop Pada Sistem
Perpipaan Fuel Oil Boiler Pada PT.PLN Pembangkitan Sumatera Bagian
Utara Sicanang – Belawan Dengan Menggunakan Pipe Flow Expert.
Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.

National Fire Protection Association. (2019). NFPA 551 Guide for the Evaluation
of Fire Risk Assessment 2019 Edition.

National Fire Protection Association. 2007. NFPA 14 Standard for the Installation
of Standpipe and Hose System. 2007 Edition

97
National Fire Protection Association (2013). NFPA 10 Installation of portable fire
Extinguishers 2018 Edition.

OECD-NEA. 1985. Expert Judgement of Human Reliability.

Pabrik Paku. 2019. Prosedur Identifikasi Bahaya dan Resiko

Panjaitan, Arnold L. 2013. Perancangan Ulang Instalasi Hidran dengan Pendekatan


Metode Benefit Cost Analysis (BCA) di PT. Ispat Wire Product (PT. IWP).
Surabaya : PPNS.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/Prt/M/2008 Tentang Persyaratan


Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan

Pipe Flow Expert. 2010. Pipe Flow Software. Retrieved from Pipe Flow Software:
https://www.pipeflow.com/

Pritchard, P. J. (2011). Fox and McDonald's Introduction to Fluid Mechanics


Eighth Edition. Manhattan: John Willey and Sons, Inc.

Rizma, Inneke Amalia. 2018. Penilaian Risiko Kebakaran serta Evaluasi Sistem
Proteksi Kebakaran Aktif. Studi Kasus: Fabrication and Shipbuilding
Service Company Bagian DKP. Surabaya: PPNS.

Scuro, R. Sante. 2004. Introduction to Error Theory.

SNI 03-1745-2000 (2000) Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa
Tegak dan Slang untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Rumah dan Gedung.

Suhantono, Djoko. 2018. Evaluasi Error KWH Meter Analog Pengukuran


Langsung dengan Metode Peneraan Waktu Pada Laboratorium Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali. Bali: Politeknik Negeri Bali.

Susanti, Aprilliya. 2016. Penilaian Resiko Kebakaran dan Evaluasi Performa


Hidran Di PT.A. Surabaya : PPNS.

Sularso, T. H. (2000). Pompa dan Kompresor. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

98
Syadiyah, Umrotus. 2019. Perancangan Ulang Instalasi Sistem Pemadam
Kebakaran Hydrant Pada Industri Plasticizer Untuk Memenuhi SNI.
Surabaya:PPNS

99
*halaman sengaja dikosongkan*

100
LAMPIRAN 1

IBPR PERUSAHAAN
*halaman ini sengaja dikosongkan*
*halaman ini sengaja dikosongkan*
LAMPIRAN 2

LAYOUT APAR KONDISI EXISTING


*halaman ini sengaja dikosongkan*
Lampiran 2 Layout APAR kondisi existing
Nb: area diarsir adalah area tidak terjangkau
LAMPIRAN 3

LAYOUT APAR KONDISI REDESIGN


*halaman ini sengaja dikosongkan*
Lampiran 3 layout APAR kondisi redesain
LAMPIRAN 4

PRESENTASE JANGKAUAN AREA


*halaman ini sengaja dikosongkan*
Lampiran 4 Presentase jangkauan

Area plant
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 6175.2016 2976.7066
Redesain 7935.3702 1216.538
Luas area total 9151.9082
Presentase
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 67% 33%
Redesain 87% 13%
Departement electric
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 532 0
Redesain 532 0
Luas area total 532
Presentase
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 100% 0%
Redesain 100% 0%
Electric room
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 357.1 0
Redesain 357.1 0
Luas area total 357.1
Presentase
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 100% 0%
Redesain 100% 0%
Workshop
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 0 284.375
Redesain 284.375 0

Luas area total 284.375

Presentase
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 0% 100%
Redesain 100% 0%
Main office
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 1203.8287 88.0413
Redesain 1291.87 0

Luas area total 1291.87

Presentase
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 93% 7%
Redesain 100% 0%
Security
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 57.15 0
Redesain 57.15 0

Luas area total 57.15

Presentase
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 100% 0%
Redesain 100% 0%
TPS
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 588.723 1877.2768
Redesain 2229.8341 236.1659

Luas area total 2466

Presentase
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 24% 76%
Redesain 90% 10%
STMC
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 1213.4661 3341.5339
Redesain 4325.0417 229.9583

Luas area total 4555

Presentase
Luas area Luas area tidak
Layout
terjangkau terjakau
Existing 27% 73%
Redesain 95% 5%
*halaman ini sengaja dikosongkan*
LAMPIRAN 5

PENGUKURAN TEKANAN HIDRAN


TERAKHIR PERUSAHAAN
*halaman ini sengaja dikosongkan*
Lampiran 5 Pengukuran Hidran Terakhir Perusahaan
LAMPIRAN 6

SPESIFIKASI POMPA
*halaman ini sengaja dikosongkan*
Lampiran 6 Spesifikasi Pompa
LAMPIRAN 7

LAYOUT HIDRAN KONDISI EXISTING


Lampiran 7 Layout Hidran Kondisi Existing
LAMPIRAN 8

HASIL EVALUASI
*halaman ini sengaja dikosongkan*
Lampiran 8 Hasil Evaluasi
*halaman ini sengaja dikosongkan*
LAMPIRAN 9

PERHITUNGAN MANUAL HIDRAN


EXISTING
*halaman ini sengaja dikosongkan*
Data
Debit menurut SNI (m³/s) 0.0316
Debit pompa existing (m³/s) 0.027
Persamaan Bernauli
T ekanan standart
H1 (m) T ekanan 1 (Pa) kecepatan 1 (m/s) (N/m²) keluaran H pomps (m)
slang
1.5 0 0.8366 690000
H2 (m) T ekanan 2 (Pa) kecepatan 2 (m/s) HL T otal (m) 88.046
6 690000 8.750 9.06

Data Pipa Hisap HL Mayor (m) HL Minor (m) HL Total (m)


1 0.005 0.13 0.13
Pilar discharge paku HL Mayor (m) HL Minor (m) HL Total (m)
1 5.873 2.52 8.39
2 5.947 2.37 8.32
3 5.947 2.37 8.32
4 6.124 2.45 8.57
5 6.242 2.57 8.82
6 6.411 2.52 8.93
Pilar discharge baja HL Mayor (m) HL Minor (m) HL Total (m)
1 1.605 0.707585412 2.312
2 1.257 0.634825986 1.89
3 1.097 0.627550044 1.724
4 0.901 0.562066561 1.46
5 0.381 0.452927423 0.834
6 0.578 0.642101929 1.22
7 0.879 0.714861354 1.594
8 1.025 0.969519343 1.99
9 1.136 0.896759918 2.033
10 0.552 0.460203365 1.013
11 0.686 0.802215086 1.49
12 0.809 0.851887847 1.661
13 0.899 1.298942694 2.20
14 1.338 1.199597172 2.538
15 1.074 0.93313963 2.01
16 1.436 1.096848337 2.532
17 2.431 1.47883532 3.91
18 2.756 1.529766918 4.286
19 2.926 1.566146631 4.493
20 3.125 1.693475625 4.82
21 1.181 0.87493209 2.056
22 1.522 1.07502051 2.60
23 1.307 0.802172665 2.110
24 2.134 1.111400222 3.25
25 0.790 0.747603096 1.537
26 1.530 0.747603096 2.28
27 1.155 1.07502051 2.230
28 1.601 1.293298786 2.894
29 1.866 1.366058211 3.23
30 1.980 1.366058211 3.346
31 1.815 0.820362521 2.64
32 0.922 0.711223383 1.634
33 0.873 0.67484367 1.55
34 0.888 0.583894389 1.472
35 0.348 0.511134963 0.86
36 1.569 0.656653814 2.225
37 1.820 0.747603096 2.57
38 1.950 0.929501659 2.879
39 3.211 1.875374189 5.09
40 3.788 1.911753901 5.699
41 2.070 0.947691515 3.02
42 2.145 0.87493209 3.020
43 3.291 1.169607763 4.46
44 2.226 1.438817636 3.664
45 2.202 1.6207162 3.823
46 2.273 1.657095913 3.93
47 2.362 1.693475625 4.055
48 2.542 1.693475625 4.24
49 1.713 1.020450941 2.733
50 1.348 1.020450941 2.37
TOTAL HEADLOSS MAYOR (m) 117.858
TOTAL HEADLOSS MINOR (m) 66.85
TOTAL HEADLOSS (m) 184.711
PABRIK PAKU

HL MAYOR SUCTION
L Pipa Dinside. Pipa Q Massa Jenis
No (m) (m) (m³/s) A (m²) V (m/s) (kg/m³) ʋ (m²/s) Re e (m) e/D g (m/s) f HL Mayor (m)
1 1.600 0.20272 0.0270 0.0322753 0.8366 996 8.03E-07 2.11E+05 0.000046 0.0002269 9.81 0.0170642 0.005
HL MAYOR DISCHARGE
L Pipa Dinside. Pipa Q Massa Jenis
No Hidran A (m²) V (m/s) ʋ (m²/s) Re e (m) e/D g (m/s) f HL Mayor (m)
(m) (m) (m³/s) (kg/m³)
1 493.090 0.15405 0.0270 0.0186388 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.017007 5.822
2 497.430 0.15405 0.0270 0.0186388 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.017007 5.873
3 503.630 0.15405 0.0270 0.0186388 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.017007 5.947

4 518.630 0.15405 0.0270 0.0186388 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.017007 6.124
5 528.630 0.15405 0.0270 0.0186388 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.017007 6.242
6 542.980 0.15405 0.0270 0.0186388 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.017007 6.411
HL MINOR PIPA HISAP PABRIK PAKU
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) K atau Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Square edged 0.20274 1 0.83655 0.5 9.81 0.017834383
2 elbow 8" 90 0.20274 1 0.83655 30 9.81 0.018259815
4 butterfly valve 0.20274 1 0.83655 150 9.81 0.091299076
Total 0.127393274
HL MINOR HIDRAN 1 PABRIK PAKU
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44859 60 9.81 0.545681521
2 Tee through 6" 0.15405 10 1.44859 20 9.81 0.363787681
3 Elbow 6" 90 0.15405 27 1.44859 30 9.81 1.473340107
4 Elbow 6" 45 0.15405 4 1.44859 16.000 9.81 0.116412058
5 gate valve 0.15405 1 1.44859 8 9.81 0.014551507
6 Ball valve 0.15405 1 1.44859 3 9.81 0.005456815
Total 2.519229689
HL MINOR HIDRAN 2 PABRIK PAKU
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) K g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44859 60 9.81 0.545681521
2 Tee through 6" 0.15405 9 1.44859 20 9.81 0.327408913
3 Elbow 6" 90 0.15405 25 1.44859 30 9.81 1.364203803
4 gate valve 0.15405 1 1.44859 8 9.81 0.014551507
5 Elbow 6" 45 0.15405 4 1.44859 16.000 9.81 0.116412058
6 Ball valve 0.15405 1 1.44859 3 9.81 0.005456815
Total 2.373714617
HL MINOR HIDRAN 3 PABRIK PAKU
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) K g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44859 60 9.81 0.545681521
2 Tee through 6" 0.15405 9 1.44859 20 9.81 0.327408913
3 Elbow 6" 90 0.15405 25 1.44859 30 9.81 1.364203803
4 gate valve 0.15405 1 1.44859 8 9.81 0.014551507
5 Elbow 6" 45 0.15405 4 1.44859 16.000 9.81 0.116412058
6 Ball valve 0.15405 1 1.44859 3 9.81 0.005456815

Total 2.373714617
HL MINOR HIDRAN 4 PABRIK PAKU
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) K g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44859 60 9.81 0.545681521
2 Tee through 6" 0.15405 11 1.44859 20 9.81 0.400166449
3 gate valve 0.15405 1 1.44859 8 9.81 0.014551507
4 Elbow 6" 90 0.15405 25 1.44859 30 9.81 1.364203803
5 Elbow 6" 45 0.15405 4 1.44859 16.000 9.81 0.116412058
6 Ball valve 0.15405 1 1.44859 3 9.81 0.005456815
Total 2.446472153
HL MINOR HIDRAN 5 PABRIK PAKU
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) K g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.44859 60 9.81 0.654817825
2 gate valve 0.15405 1 1.44859 8 9.81 0.014551507
3 Tee through 6" 0.15405 10 1.44859 20 9.81 0.363787681
4 Elbow 6" 90 0.15405 26 1.44859 30 9.81 1.418771955
5 Elbow 6" 45 0.15405 4 1.44859 16.000 9.81 0.116412058
6 Ball valve 0.15405 1 1.44859 3 9.81 0.005456815
Total 2.573797841
HL MINOR HIDRAN 6 PABRIK PAKU
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)

1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44859 60 9.81 0.436545217


2 Tee through 6" 0.15405 10 1.44859 20 9.81 0.363787681
3 gate valve 0.15405 1 1.44859 8 9.81 0.014551507
4 Elbow 6" 90 0.15405 29 1.44859 30 9.81 1.582476411
5 Elbow 6" 45 0.15405 4 1.44859 16.000 9.81 0.116412058
6 Ball valve 0.15405 1 1.44859 3 9.81 0.005456815
Total 2.519229689
HL MAYOR DISCHARGE PABRIK BAJA
Dinside. Massa
L Pipa Q HL Mayor
No Hidran Pipa A (m²) V (m/s) Jenis ʋ (m²/s) Re e (m) e/D g (m/s) f
(m) (m³/s) (m)
(m) (kg/m³)
1 138.298 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.605
2 108.328 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.257
3 94.52801 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.097
4 77.64008 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.901
5 32.82 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.381
6 49.86 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.578

7 75.77 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.879

8 88.36 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.025

9 97.9499 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.136

10 47.62005 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.552
11 59.10999 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.686
12 69.69999 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.809

13 77.51999 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.899

14 115.36 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.338
15 92.54 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.074
Dinside. Massa
L Pipa Q HL Mayor
No Hidran Pipa A (m²) V (m/s) Jenis ʋ (m²/s) Re e (m) e/D g (m/s) f
(m) (m³/s) (m)
(m) (kg/m³)
16 123.74 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.436

17 209.49 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.431

18 237.54 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.756
19 252.23 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.926
20 269.37 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 3.125
21 101.76 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.181
22 131.1712 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.522
23 112.69 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.307
24 183.9112 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.134
25 68.05 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.790
26 131.9 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.530
27 99.58001 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.155
28 138 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.601

29 160.87 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.866

30 170.63 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.980

31 156.44 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.815
Dinside. Massa
L Pipa Q HL Mayor
No Hidran Pipa A (m²) V (m/s) Jenis ʋ (m²/s) Re e (m) e/D g (m/s) f
(m) (m³/s) (m)
(m) (kg/m³)
32 79.49999 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.922
33 75.20998 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.873
34 76.54 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.888
35 30.01 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 0.348
36 135.2195 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.569
37 156.828 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.820
38 168.038 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.950
39 276.72 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 3.211
40 326.4699 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 3.788
41 178.4095 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.070
42 184.8496 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.145
43 283.6897 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 3.291
44 191.82 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.226
45 189.8 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.202
46 195.9 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.273
47 203.55 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.362
48 219.0975 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 2.542
49 147.63 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.713

50 116.21 0.15405 0.0270 0.0186386 1.4486 996 8.03E-07 2.78E+05 0.000046 0.0002986 9.81 0.0167107 1.348

Total 168.505
HL MINOR HIDRAN 1 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan

1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276


2 Tee through 6" 0.15405 8 1.44861 20 9.81 0.291037701
3 Elbow 6" 45 0.15405 1 1.44861 16 9.81 0.02910377
4 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
6 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.707585412
HL MINOR HIDRAN 2 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276
2 Tee through 6" 0.15405 6 1.44861 20 9.81 0.218278276
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Elbow 6" 45 0.15405 1 1.44861 16 9.81 0.02910377
6 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.634825986
HL MINOR HIDRAN 3 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 45 0.15405 2 1.44861 16 9.81 0.05820754

3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707

5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957


Total 0.627550044
HL MINOR HIDRAN 4 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276
2 Tee through 6" 0.15405 4 1.44861 20 9.81 0.145518851
3 Elbow 6" 45 0.15405 1 1.44861 16 9.81 0.02910377
4 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
6 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.562066561
HL MINOR HIDRAN 5 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276
2 Tee through 6" 0.15405 1 1.44861 20 9.81 0.036379713
3 Elbow 6" 45 0.15405 1 1.44861 16 9.81 0.02910377
4 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
6 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.452927423
HL MINOR HIDRAN 6 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552
2 Tee through 6" 0.15405 1 1.44861 20 9.81 0.036379713
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.642101929
HL MINOR HIDRAN 7 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552
2 Tee through 6" 0.15405 3 1.44861 20 9.81 0.109139138
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.714861354
HL MINOR HIDRAN 8 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 4 1.44861 20 9.81 0.145518851
3 Elbow 6" 90 0.15405 5 1.44861 30 9.81 0.272847845
4 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.969519343
HL MINOR HIDRAN 9 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 5 1.44861 30 9.81 0.272847845
4 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.896759918
HL MINOR HIDRAN 10 PABRIK BAJA
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276
2 Tee through 6" 0.15405 2 1.44861 20 9.81 0.072759425
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.460203365
HL MINOR HIDRAN 17 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.44861 60 9.81 0.654834828
2 Tee through 6" 0.15405 6 1.44861 20 9.81 0.218278276
3 Elbow 6" 90 0.15405 11 1.44861 30 9.81 0.600265259
4 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.47883532
HL MINOR HIDRAN 18 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.44861 60 9.81 0.654834828
2 Tee through 6" 0.15405 7 1.44861 20 9.81 0.254657989
3 Elbow 6" 90 0.15405 11 1.44861 30 9.81 0.600265259
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.529766918
HL MINOR HIDRAN 19 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.44861 60 9.81 0.654834828
2 Tee through 6" 0.15405 8 1.44861 20 9.81 0.291037701
3 Elbow 6" 90 0.15405 11 1.44861 30 9.81 0.600265259
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.566146631
HL MINOR HIDRAN 20 PABRIK BAJA

No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)


1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.44861 60 9.81 0.654834828
2 Tee through 6" 0.15405 10 1.44861 20 9.81 0.363797127
3 Elbow 6" 90 0.15405 12 1.44861 30 9.81 0.654834828
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.693475625
HL MINOR HIDRAN 21 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 4 1.44861 20 9.81 0.145518851
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.87493209
HL MINOR HIDRAN 22
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.44861 60 9.81 0.654834828
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 4 1.44861 30 9.81 0.218278276
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.07502051
HL MINOR HIDRAN 11 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.69270 60 9.81 0.596073129
2 Tee through 6" 0.15405 1 1.69270 20 9.81 0.049672761
3 Elbow 6" 90 0.15405 2 1.69270 30 9.81 0.149018282
4 Ball valve 0.15405 1 1.69270 3 9.81 0.007450914
Total 0.802215086
HL MINOR HIDRAN 12 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.69270 60 9.81 0.596073129
2 Tee through 6" 0.15405 2 1.69270 20 9.81 0.099345521
3 Elbow 6" 90 0.15405 2 1.69270 30 9.81 0.149018282
4 Ball valve 0.15405 1 1.69270 3 9.81 0.007450914
Total 0.851887847
HL MINOR HIDRAN 13 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.69270 60 9.81 0.894109693
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.69270 20 9.81 0.248363804
3 Elbow 6" 90 0.15405 2 1.69270 30 9.81 0.149018282
4 Ball valve 0.15405 1 1.69270 3 9.81 0.007450914
Total 1.298942694
HL MINOR HIDRAN 14 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.69270 60 9.81 0.745091411
2 Tee through 6" 0.15405 6 1.69270 20 9.81 0.298036564
3 Elbow 6" 90 0.15405 2 1.69270 30 9.81 0.149018282
4 Ball valve 0.15405 1 1.69270 3 9.81 0.007450914
Total 1.199597172
HL MINOR HIDRAN 15 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 3 1.44861 20 9.81 0.109139138
3 Elbow 6" 90 0.15405 5 1.44861 30 9.81 0.272847845

4 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957

Total 0.93313963
HL MINOR HIDRAN 16 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 6 1.44861 20 9.81 0.218278276
3 Elbow 6" 90 0.15405 6 1.44861 30 9.81 0.327417414
4 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.096848337
HL MINOR HIDRAN 23 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.802172665
HL MINOR HIDRAN 24 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 6 1.44861 20 9.81 0.218278276
3 Elbow 6" 90 0.15405 6 1.44861 30 9.81 0.327417414
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.111400222
HL MINOR HIDRAN 25 PABRIK BAJA

No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)

1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552


2 Tee through 6" 0.15405 2 1.44861 20 9.81 0.072759425
3 Elbow 6" 90 0.15405 4 1.44861 30 9.81 0.218278276
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.747603096
HL MINOR HIDRAN 26 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 3 1.44861 60 9.81 0.327417414
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 4 1.44861 30 9.81 0.218278276
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.747603096
HL MINOR HIDRAN 27 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 6 1.44861 30 9.81 0.327417414
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.07502051
HL MINOR HIDRAN 28 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.44861 60 9.81 0.654834828
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 8 1.44861 30 9.81 0.436556552
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.293298786
HL MINOR HIDRAN 29 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)

1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569


2 Tee through 6" 0.15405 7 1.44861 20 9.81 0.254657989
3 Elbow 6" 90 0.15405 10 1.44861 30 9.81 0.54569569
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.366058211
HL MINOR HIDRAN 30 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 7 1.44861 20 9.81 0.254657989
3 Elbow 6" 90 0.15405 10 1.44861 30 9.81 0.54569569
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.366058211
HL MINOR HIDRAN 31 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552
2 Tee through 6" 0.15405 4 1.44861 20 9.81 0.145518851
3 Elbow 6" 90 0.15405 4 1.44861 30 9.81 0.218278276
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.820362521
HL MINOR HIDRAN 32 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552
2 Tee through 6" 0.15405 4 1.44861 20 9.81 0.145518851
3 Elbow 6" 90 0.15405 2 1.44861 30 9.81 0.109139138
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.711223383
HL MINOR HIDRAN 33
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)

1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552

2 Tee through 6" 0.15405 3 1.44861 20 9.81 0.109139138


3 Elbow 6" 90 0.15405 2 1.44861 30 9.81 0.109139138
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.67484367
HL MINOR HIDRAN 34

No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)

1 Tee branch 6" 0.15405 3 1.44861 60 9.81 0.327417414


2 Tee through 6" 0.15405 2 1.44861 20 9.81 0.072759425
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.583894389
HL MINOR HIDRAN 35
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276
2 Tee through 6" 0.15405 3 1.44861 20 9.81 0.109139138
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.511134963
HL MINOR HIDRAN 35 PABRIK BAJA

No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)

1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276


2 Tee through 6" 0.15405 3 1.44861 20 9.81 0.109139138
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.511134963
HL MINOR HIDRAN 36 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 1 1.44861 60 9.81 0.109139138
2 Tee through 6" 0.15405 10 1.44861 20 9.81 0.363797127
3 Elbow 6" 90 0.15405 3 1.44861 30 9.81 0.163708707
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.656653814
HL MINOR HIDRAN 37 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276
2 Tee through 6" 0.15405 8 1.44861 20 9.81 0.291037701
3 Elbow 6" 90 0.15405 4 1.44861 30 9.81 0.218278276
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.747603096
HL MINOR HIDRAN 38 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552
2 Tee through 6" 0.15405 7 1.44861 20 9.81 0.254657989
3 Elbow 6" 90 0.15405 4 1.44861 30 9.81 0.218278276
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.929501659
HL MINOR HIDRAN 39 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)

1 Tee branch 6" 0.15405 7 1.44861 60 9.81 0.763973966


2 Tee through 6" 0.15405 9 1.44861 20 9.81 0.327417414
3 Elbow 6" 90 0.15405 14 1.44861 30 9.81 0.763973966
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.875374189
HL MINOR HIDRAN 40
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 7 1.44861 60 9.81 0.763973966
2 Tee through 6" 0.15405 10 1.44861 20 9.81 0.363797127
3 Elbow 6" 90 0.15405 14 1.44861 30 9.81 0.763973966
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.911753901
HL MINOR HIDRAN 41
Jenis
No D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
Sambungan
1 Tee branch 6" 0.15405 3 1.44861 60 9.81 0.327417414
2 Tee through 6" 0.15405 9 1.44861 20 9.81 0.327417414
3 Elbow 6" 90 0.15405 5 1.44861 30 9.81 0.272847845
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
HL MINOR HIDRAN 41 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 3 1.44861 60 9.81 0.327417414
2 Tee through 6" 0.15405 9 1.44861 20 9.81 0.327417414
3 Elbow 6" 90 0.15405 5 1.44861 30 9.81 0.272847845
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.947691515
HL MINOR HIDRAN 42 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 2 1.44861 60 9.81 0.218278276
2 Tee through 6" 0.15405 10 1.44861 20 9.81 0.363797127
3 Elbow 6" 90 0.15405 5 1.44861 30 9.81 0.272847845
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 0.87493209
HL MINOR HIDRAN 43 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 4 1.44861 60 9.81 0.436556552
2 Tee through 6" 0.15405 9 1.44861 20 9.81 0.327417414
3 elbow 6" 45 0.15405 2 1.44861 16 9.81 0.05820754
4 Elbow 6" 90 0.15405 6 1.44861 30 9.81 0.327417414
5 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
6 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.169607763
HL MINOR HIDRAN 44 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 6 1.44861 60 9.81 0.654834828
2 Tee through 6" 0.15405 6 1.44861 20 9.81 0.218278276
3 Elbow 6" 90 0.15405 10 1.44861 30 9.81 0.54569569
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.438817636
HL MINOR HIDRAN 45 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 8 1.44861 60 9.81 0.873113104
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 10 1.44861 30 9.81 0.54569569
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.6207162
HL MINOR HIDRAN 46 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 8 1.44861 60 9.81 0.873113104
2 Tee through 6" 0.15405 6 1.44861 20 9.81 0.218278276
3 Elbow 6" 90 0.15405 10 1.44861 30 9.81 0.54569569
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.657095913
HL MINOR HIDRAN 47 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 8 1.44861 60 9.81 0.873113104
2 Tee through 6" 0.15405 7 1.44861 20 9.81 0.254657989
3 Elbow 6" 90 0.15405 10 1.44861 30 9.81 0.54569569
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.693475625
HL MINOR HIDRAN 48 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 8 1.44861 60 9.81 0.873113104
2 Tee through 6" 0.15405 7 1.44861 20 9.81 0.254657989
3 Elbow 6" 90 0.15405 10 1.44861 30 9.81 0.54569569
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.693475625
HL MINOR HIDRAN 49 PABRIK BAJA

No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)


1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 5 1.44861 30 9.81 0.272847845
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.020450941
HL MINOR HIDRAN 50 PABRIK BAJA
No Jenis Sambungan D. Pipa Jumlah V (m/s) Le/D g (m/s) HL Minor (m)
1 Tee branch 6" 0.15405 5 1.44861 60 9.81 0.54569569
2 Tee through 6" 0.15405 5 1.44861 20 9.81 0.181898563
3 Elbow 6" 90 0.15405 5 1.44861 30 9.81 0.272847845
4 Gate valve 0.15405 1 1.44861 8.000 9.81 0.014551885
5 Ball valve 0.15405 1 1.44861 3 9.81 0.005456957
Total 1.020450941
LAMPIRAN 10

HASIL SIMULASI SOFTWARE PIPE FLOW


EXPERT DAN ISOMETRIK PIPA
*halaman ini sengaja dikosongkan*
Lampiran 10 Hasil Simulasi Software Pipe Flow Expert
Skenario 1 Skenario 2

Skenario 3 Skenario 4

Skenario 5
165
LAMPIRAN 11

REKOMENDASI POMPA
*halaman ini sengaja dikosongkan*
EBARA

1. HYDRANT PUMP C/W ELECTRO MOTOR :


Merk : EBARA
Type : 150X100 FS2KA
Cap. : 1000 US GPM
Head : 125 m
Power : 132 KW/ 380 V/ 50 HZ/ 3 Phase/ 2 Pole/ 2900 Rpm
Price : Rp 53.700.000,- / Unit C/W Motor, Coupling, Base Plate

HYDRANT PUMP C/W DIESEL :


Merk : EBARA
Type : 150X100 FS2KA
Cap. : 1000 US GPM
Head : 125 m
Power : 147 KW/ 380 V/ 50 HZ/ 3 Phase/ 2 Pole/ 2900 Rpm
Price : Rp 195.000.000,- / Unit C/W Engine Diesel, Coupling,
Base Plate

JOCKEY PUMP :
Merk : EBARA
Type : EVM 18-10F5/ 11
Cap. : 15 m3/ h
Head : 130 m
Power : 11 KW/ 380 V/ 50 HZ/ 3 Phase/ 2 Pole/ 2900 Rpm
Price : Rp 24.800.000,- / Unit C/W Motor, Coupling, Base Plate

2. ELECTRIC FIRE HYDRANT PUMP :


Merk : EBARA
Type : 125X100 FSKA
Cap. : 750 GPM
Head : 80 M
Power : 75 KW/ 100 HP/ 380 V/ 50 HZ/ 2950 RPM
C/W Motor, Coupling, Base Plate & Panel Control

DIESEL HYDRANT PUMP ( ENGINE PUMP ) :


Merk : EBARA
Type : 125X100 FSKA
Cap. : 750 GPM
Head : 80 M
Power : ENGINE 75 KW/ 100 HP/ 380 V/ 50 HZ/ 2950

200
RPM
C/W Engine Isuzu 6 JB 1, Coupling, Base Plate, Accu, Solar
Tank, Radiator, Knalpot & Panel Control

JOCKEY FIRE PUMP :


Merk : EBARA
Type : EVM 4-10 ( Indent 3-5 Months )
Cap. : 15 GPM
Head : 80 M
Power : 2,2 KW/ 3 HP/ 380 V/ 50 HZ/ 2 Pole/ 2950
RPM
C/W Motor C/W Panel Control

3. DIESEL HYDRANT PUMP :

Merk : EBARA
Type : 100X80 FSJA
Cap. : 500 GPM
Head : 100 M
Sealling : Gland Paking
Power : Engine Doosan Daewoo 55 KW/ 75 HP/ 380 V/ 50
HZ/ 2900 RPM
C/W Engine, Coupling, Base Plate, Panel DC, Accu, Knalpot,
Solar Tank & Panel Control STANDART NFPA 20

ELECTRIC HYDRANT PUMP :

Merk : EBARA
Type : 100x80 FSJA
Cap. : 500 GPM
Head : 100 M
Sealling : Gland Paking
Power : TECO 45 KW/ 50 HP/ 380 V/ 50 HZ/ 2950 RPM
C/W Motor, Coupling, Base Plate & Panel Control STANDART
NFPA 20

JOCKEY PUMP :

Merk : EBARA
Type : EVM/G 10-15 ( VERTICAL MULTI STAGE )
Cap. : 25-50 USGPM
Head : 100 M
Power : 5,5 KW/ 7,5 HP/ 380 V/ 50 HZ/ 2 Pole/ 2950
RPM
C/W Motor & Panel Control STANDART NFPA 20

Sumber: http://www.sandaipump.com/EBARA%208%20product.html

202
*halaman ini sengaja dikosongkan*
LAMPIRAN 12

BIOGRAFI PENULIS

202
BIOGRAFI PENULIS

Elisa Indah Pratiwi


lahir di Bojonegoro pada 23 Agustus
1999, merupakan anak pertama dari 3
bersaudara. Ia pernah bersekolah di
SDN Kepoh 1 (2005-2011), MTsN
Kepohbaru (2011-2014), MA
Unggulan Amanatul Ummah (2014-
2016) dan melanjutkan
pendidikannya di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS),
Elisa Indah Pratiwi Jurusan Teknik Permesinan Kapal
Lahir : Bojonegoro, dengan program studi D4-Teknik
23 Agustus 1999 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nama Ayah : Muhammad Rais (D4-TK3). Penulis memiliki
Nama Ibu : Indarwati pengalaman magang di PT. Ispat
Agama : Islam Indo yang bergerak di bidang industri
No. HP : 081232548527 baja selama 4 bulan di bagian SHE
Email : elisaindah9@gmail.com department.

Keaktifannya semasa kuliah ia menjadi staf muda dan ahli pada Himpunan Teknik
Keselamatan dan Kesehatan Kerja departemen sosial masyarakat, mengikuti
pelatihan awareness ISO 9001, ISO 14001 & ISO 45001 – 2018, mengikuti latihan
keterampilan manajemen mahasiswa (LKMM) hingga tingkat dasar, panitia national
safety competition (2018) Sie humas, juga panitia dies natalis ppns ke 30 sie medis.
*halaman ini sengaja dikosongkan*

202

Anda mungkin juga menyukai