id
BAB IV
PEMBAHASAN
65
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
2 lembar kertas untuk materi praktikum yang tidak tercantum dalam buku teks
siswa dikarenakan waktu yang guru miliki terbatas, tetapi berbeda tanggapan
dengan guru mata pelajaran SMA N 1 Teras bahwa buku pegangan yang dimilikki
sebagian besar siswa adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) , dan hanya sebagian
siswa yang memiliki buku teks. Adapun LKS yang dimiliki siswa tidak
mendorong siswa aktif, hal ini terlihat dari keaktifan siswa saat mengerjakan dan
mengumpulkan tugas yang berasal dari LKS tersebut. Sehingga guru
menginginkan sumber belajar atau media pembelajaran berupa LKS yang
menarik, khususnya saat praktikum dikarenakan di SMA N 1 Teras ini sama
sekali belum pernah menggunakan LKS praktikum. Hasil wawancara dengan guru
kimia kelas XI IPA di kedua sekolah tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5.
Kegiatan penelitian pengembangan pada tahap ini yaitu analisis
kebutuhan terhadap LKS pada pembelajaran kimia. Analisis kebutuhan dilakukan
untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan belajar siswa dan karekteristik
LKS pada pembelajaran kimia yang dibutuhkan sebagai sumber bealajar
alternatif. Kisi – kisi instrument dan angket analisis kebutuhan untuk guru dan
siswa dapat dilihat pada lampiran 3.
Analisis kebutuhan ini dilakukan menggunakan angket yang melibatkan
1 guru kimia di SMA N 1 Boyolali dan SMA N 1 Teras serta 20 siswa dari kelas
XI IPA 1 SMA N 1 Boyolali dan 20 siswa dari SMA N 1 Teras.
seperti LKS praktikum yang dibuat di sekolah dan LKS yang memuat petunjuk-
petunjuk praktikum di dalamnya. Buku-buku teks pelajaran kimia kelas XI
semester 2 khususnya yang membahas materi larutan penyangga kebanyakan
hanya memberikan prosedur kerja dan tabel hasil data sehingga siswa kurang
memahami dengan baik materi tersebut jika tidak menambah dengan media
bahan ajar penunjang lainnya.
Hasil studi pustaka yaitu menganalisis KD yang memungkinkan untuk
dipilih sebagai acuan pengembangan LKS praktikum dan model pembelajaran
yang sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan di sekolah serta materi kimia
kelas XI semester 2 yang dianggap sulit. Berdasarkan hasil analisis terhadap
beberapa sumber mengenai LKS praktikum di pasaran masih sangat jarang
digunakan di sekolah.
Studi pustaka juga dilakukan mengenai model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Pengintegrasian model pembelajaran inkuiri terbimbing ke dalam
LKS praktikum yang akan dikembangkan karena model pembelajaran ini dapat
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehinga mereka dapat
merumuskan sendiri pemahaman konsep ilmiah.
2. Tahap Perencanaan
Perencanaan diawali dengan menetapkan materi pembelajaran yang akan
dimasukkan ke dalam media. Materi tersebut adalah larutan penyangga untuk
siswa SMA kelas XI IPA semester 1. Selanjutnya merencanakan pengembangan
produk awal LKS praktikum pada pembelajaran kimia yang dapat menjawab
setiap kendala tersebut.Tahap perencanaan dilaksanakan bertujuan agar LKS
praktikum yang dikembangkan dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien.
Materi dalam bahan ajar yang akan dikembangkan adalah materi tentang
larutan penyangga untuk kelas XI SMA semester ganjil yang disesuaikan dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang
commituntuk
Standar Isi Mata Pelajaran Kimia to user
Sekolah Menengah Atas (SMA).
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
Materi larutan penyangga dipilih karena pada materi ini dianggap sulit oleh
siswa sehingga tepat untuk memperkuat konsep siswa dalam memahami materi
melalui LKS praktikum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
86
84
Skor (%)
82
80
78
76
Akurat Rasional Mudah Berhasil Praktis
Aspek Penilaian
Gambar 4.13. Diagram Persentase Keidealan Penilaian Kualitas oleh Ahli Materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
Sebelum Revisi
Setelah Revisi
commit to user
Gambar 4.14.Tampilan Revisi Media (Ukuran LKS Praktikum)
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
90
85
80
75
Ukuran LKS Desain Kulit Desain Isi
Gambar 4.15. Diagram Persentase Keidealan Penilaian Kualitas oleh Ahli Media
Aspek yang dinilai cukup banyak mengingat guru adalah bagian dari
sasaran pengguna bahan ajar pembelajaran ini, jadi dengan penilaian yang
menyeluruh, maka akan menghasilkan media pembelajaran yang layak
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Rangkuman skor penilaian dari kelima reviewer dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2. Rangkuman Skor Penilaian Bahan Ajar Pembelajaran oleh
Reviewer
Aspek Penilaian Reviewer
(Skor Maksimum tiap Aspek) I II
memiliki kekeliruan penulisan yang tidak disengaja yang biasa disebut “typo”
misalnya pada penulisan (A+) yang seharusnya (A+). Jadi saran oleh guru
mengenai simbol penulisan yang kurang tepat, kalimat dalam bahan ajar ini tidak
dimasukkan ke dalam kegiatan revisi karena tidak semua komentar harus
dimasukkan dalam revisi. Pertimbangan lain adalah dari segi perolehan skor,
masing-masing aspek penilaian memperoleh skor yang termasuk dalam kategori
sangat baik. Syarat revisi adalah ketika bahan ajar pembelajaran memperoleh skor
yang termasuk dalam kategori cukup.
Tabel 4.4. Tabel Rangkuman Skor Penilaian Media Pembelajaran oleh Peer
Reviewer
Aspek Penilaian Peer Reviewer
(Skor Maksimum)
I II III
Kelayakan Isi (25) 20 19 20
Kebahasaan (20) 20 19 20
Sajian (25) 20 21 20
Kegrafisan (20) 20 19 20
b. Aspek Kebahasaan
Hasil validasi bahan ajar dalam aspek ini termasuk dalam kriteria
yang baik. Reviewer dan peer reviewer memberikan keidealan persentase
pada aspek kebahasaan ini tidak jauh terpaut angka yaitu 85% dan
78,35%. Indikator dalam aspek kebahasaan ini yang memiliki skor
rendah yaitu paada indikator dengan kesesuain kaedah Bahasa Indonesia,
misalnya pada kata “masukan”
commit to yang
user seharusnya “masukkan”. Pada
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id
c. Aspek Sajian
Perolehan skor pada aspek ini cukup tinggi karena rata-rata para
validator memberikan skor 5 (sangat baik) pada tiap indikator yang ada
dalam aspek ini.Indikator dalam aspek ini adalah kejelasan langkah kerja,
urutan penyajian LKS, pemberian motivasi agar menimbulkan rasa ingin
tahu, interaktivitas, kelengkapan informasi. Dari tiap indikator tersebut
reviewer memberikan nilai sempurna yaitu degan total skor 25 dan
persentase keidealan 100% sertapeer reviewer memberikan persentase
keidealan 85%. Hal ini menunjukkan bahwa peran bahan ajar ini sebagai
penunjang atau pelengkap sumber belajar guru maupun siswa dapat
dikatakan sangat baik.
d. Aspek Kegrafisan
Aspek ini memperoleh skor tyang terpaut berbeda antara reviewer
dan peer reviewer. Indikator dalam aspek ini adalah: penggunaan font,
layout tata letak, ilustrasi dan grafis, serta desain tampilan..
Pemberian skor 5 (sangat baik) oleh validator tidak asal dan dapat
dipertanggung jawabkan karena sebelum di ajukan untuk kegiatan
validasi, media pembelajaran ini telah melalui proses self evaluation atau
koreksi diri yaitu kegiatan dimana penulis benar-benar merinci desain
tampilan kulit luar (cover)dan tampilan isi supaya kelihatan begitu bagus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
Tabel diatas menunjukan bahwa persentasi skor angket respon siswa dari
semua aspek pada uji lapangan awal dalam kategori “Baik” dengan persentasi
skor masing-masing aspek adalah 82% pada aspek kelayakan isi, 81,25% pada
aspek kebahasaan, 82,68% pada aspek sajian isi, dan memperoleh persentase skor
86,35 dengan kategori “ Sangat Baik” pada aspek kegrafisan.
Analisis mengapa dalam indikator ini para siswa enggan memberikan
skor 5 adalah karena mereka terbiasa menggunakan LKS praktikum berbasis cook
book, siswa hanya dituntut untuk mengikuti prosedur praktikum dan menuliskan
hasil data penelitian tanpa membuat hipotesis dan mendiskusikan hasil penelitian
untuk memperkuat konsep bahkan siswa parktikum hanya mendapat panduan dari
guru saja tanpa menggunakan buku panduan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
Pada uji coba lapangan kecil ini evaluator hanya mengomentari bahan
ajar LKS praktikum ini bagus dan diminta hanya menambahkan gambar-gambar
menarik.
Skor (%) 88
86
84
82
80
78
Aspek Penilaian
Gambar 4.16. Diagram Persentase Keidealan tiap Aspek pada Uji Coba Lapangan
Awal.
5. Uji Coba Lapangan Utama dan Revisi Produk Operasional
Hasil uji coba lapangan skala lapangan utama dapat diketahui dari angket
yang disebarkan kepada 15 orang siswa SMA N 1 Boyolali dan 15 orang siswa
SMA N 1 Teras. Siswa tersebut diberikan angket berisi 18 item pernyataan yang
mengacu pada aspek kelayakan isi, aspek kebahasaan, aspek sajian dan aspek
kegrafisan media. Hasil dari angket respon siswa terhadap LKS praktikum yang
dapat dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Hasil Angket Respon Siswa pada Uji Produk Utama
Aspek Persentasi Kategori
Skor (%)
Kelayakan isi 85,32 Sangat Baik
Kebahasaan 84,7 Sangat Baik
Sajian 86,92 Sangat Baik
Kegrafisan 91 Sangat Baik
Tabel diatas menunjukan bahwa persentasi skor angket respon siswa dari
semua aspek pada uji lapangan utama dalam kategori “Sangat Baik” dengan
commit to user
persentasi skor masing-masing aspek adalah 85,32% pada aspek kelayakan isi,
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id
84,7% pada aspek kebahasaan, 86,92% pada aspek sajian isi, dan memperoleh
persentase skor 91% pada aspek kegrafisan..
Pada uji coba lapangan utama ini evaluator hanya mengomentari bahan
ajar LKS praktikum ini bagus dan diminta hanya menambahkan gambar-gambar
menarik sehingga media pembelajaran dapat digunakan untuk uji tahap
selanjutnya yaitu dengan jumlah responden uji lebih banyak. Diagram persentase
uji lapangan utama dapat dilihat pada Gambar 4.17 dibawah ini.
92
90
Skor (%)
88
86
84
82
80
Kelayakan Kebahasaan Sajian Kegrafisan
Isi
Aspek Penilaian
Gambar 4.17. Diagram Persentase Keidealan tiap Aspek pada Uji Coba Lapangan
Utama.
skor tertingginya adalah 25 sehingga untuk aspek ini, media pembelajaran juga
mempunyai kategori sangat baik dengan persentase keidealan sebesar 98,08%.
Sedangkan aspek terakhir, yaitu aspek kegrafisan mendapatkan skor 19,77 dari
skor tertinggi 20 sehingga untuk aspek ini, media yang dikembangkan juga
termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase keidealan sebesar
98,85%. Persentase keidealan media pada uji coba lapangan skala besar ini dapat
dilihat dalam Gambar 4.18.
99
98
Skor (%)
97
96
95
94
93
Kelayakan Kebahasaan Sajian Kegrafisan
Isi
Aspek Penilaian
Gambar 4.18. Diagram Persentase Keidealan tiap Aspek pada Uji Coba Lapangan
Operasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
B. Hasil Penelitian
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk
media pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing menggunakan LKS praktikum
materi larutan penyangga (buffer), yang layak digunakan guru sebagai bahan ajar
di kelas dan juga sebagai sumber belajar dalam kegiatan praktikum siswa.
Penelitian dan Pengembangan yang dilakukan penulis mengacu pada model
pengembangan Borg dan Gall (2007). Produk yang dihasilkan telah memenuhi
prosedur yang ditetapkan dengan revisi yang memperhatikan saran dan komentar
dari para validator dan siswa.Hasil akhir produk penelitian ini adalah media
pembelajaran dalam bentuk LKS praktikum.
Setelah melalui berbagai tahap pengembangan maka dihasilkan sebuah
media pembelajaran untuk materi larutan penyangga (buffer) dapat digunakan
sebagai sumber bahan ajar yang digunaka saat praktikum di laboratorium. Dalam
media pembelajaran ini menggunakan sintaks inkuiri diantaranya fenomena,
rumusan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis
dan merumuskan kesimpulan.
Produk media pembelajaran yang dihasilkan selanjutnya divalidasi oleh
ahli materi, ahli media, reviewer dan peer reviewer yang bertujuan untuk
mendapatkan masukan dan saran serta untuk mendapatkan rekomendasi agar
media pembelajaran dapat diujicobakan kepada siswa. Beberapa catatan
dihasilkan dari kegiatan validasi tersebut.
Pada tahap uji coba lapangan skala kecil, media pembelajaran
diperlihatkan kepada 12 orang siswa. Hasil angket kualitas media menunjukkan
bahwa media pembelajaran yang dikembangkan peneliti termasuk dalam kategori
baik dengan persentase keidealan pada keseluruhan aspek penilaian sebesar
83%.Selanjutnya adalah ujicoba lapangan skala besar, media pembelajaran
diperlihatkan kepada 60 orang siswa. Hasil angket kualitas media menunjukkan
bahwa bahan ajar yang dikembangkan peneliti termasuk dalam kategori sangat
baik dengan persentase keidealan pada keseluruhan aspek penilaian sebesar
97,58%. Angka persentase ini menunjukkan bahwa siswa-siswi tersebut merasa
commit tokonsep
tertarik dan terbantu dalam pemahaman user menggunakan LKS praktikum
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
yang dikembangkan oleh peneliti. Mereka menjumpai hal baru dari media ini,
ternyata materi kimia yang mereka anggap abstak dapat dipahami dengan mudah .
Hasil tersebut menunjukkan bahwa media pembelajaran untuk larutan
penyangga (buffer) ini layak digunakan guru sebagai bahan ajar pada saat
praktikum sebagai sumber belajar siswa.Produk media pembelajaran yang berisi
percobaan di laboratorium materi untuk larutan penyangga (buffer) pada lampiran
23.
Media yang telah dibuat memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan
dan keterbatasan media ini adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dibuat penuh warna
meningkatkan minat siswa dalam mempelajari pelajaran kimia.
b. LKS praktikum inkuiri terbimbing pada bahasan pokok larutan penyangga
yang dikembangkan mampu membuat siswa aktif terlibat langsung dalam
proses pembelajaran sampai siswa dapat menemukan konsep sendiri.
c. LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan larutan
penyangga yang dikembangkan, dapat mendorong rasa ingin tahu siswa
karena penyajian materi dalam LKS praktikum tidak secara instan tapi
melalui tahapan inkuiri.
2. Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian dan pengembangan LKS praktikum
berbasis inkuiri terbimbing pada pokom bahasan larutan penyangga adalah:
1. LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan hanya pada
materi larutan penyangga
2. Waktu yang terbatas pada materi praktikum larutan penyangga sehingga
hanya diberi kesempatan untuk satu kali tatap muka setiap uji coba
lapangan.
3. Siswa yang mempunyai kemampuan akademik rendah, mengalami kesulitan
dalam merumuskan hipotesis, dan menjawab pertanyaan analisis
commit to user