Ketikan Bab 9 Audit
Ketikan Bab 9 Audit
Acuan atau refrensi bab ini ialah ISA 240 dan ISA 315.
ISA 315.5
Auditor wajib melakukan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Prosedur
penilaian risiko itu sendiri tidak memberikan bukti audit yang cuku dan tepat sebagai dasar
pemberian opini audit.
ISA 315.6
a. Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut auditor
mungkin mempunyai informasi yang dapat membantu mengidentifikasi risiko salah saji
material yang disebabkan oleh kecurangan atau kekeliruan.
b. Prosedur analitikal.
c. Pengamatan dan inspeksi.
ISA 315.11
ISA 315.12
Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai pengendalian internal yang relevan bagi
auditnya. Meskipun kebanyakan pengendalian yang relevan dengan audit, sangat berhubungan
dengan pelaporan keuangan, namun, tidak semua pengendalian yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan, adalah relevan dengan audit. Dengan kearifan profesionalnya, auditor
menilai apakah suatu pengendalian, secara individu atau dalam kombinasi dengan
pengendalian lain, adalah relevan dengan auditnya.
Butir Pertimbangan
ISAs yang berikut memberikan garis besar dari hal – hal khusus yang perlu diingat
merancang sifat dan luasnya prosedur penilaian risiko.
Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait untuk memperoleh
pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, sesuai
ketentuan ISA 315, auditor wajib melaksanakan prosedur dalam alenia 17-24 (dari ISA 240)
untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko salah saji karena
kecurangan. Lihat table 9-3 dan 9-4.
Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait untuk memperoleh
pemahaman mengenai entitas dan lingkungannnya, termasuk pengendalian internalnya, sesuai
dengan ketentuan ISA 315, auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai hal-hal berikut
untuk memperoleh informasi yang akan digunakan untuk mengidentifikasi risiko salah saji
karena estimasi akuntansi.
Sebagai bagian prosedur penilaian risiko dan kegiatan terkait sesuai ketentuan ISA 315 dan
ISA 240, auditor wajib melaksanakan prosedur audit dan kegiatan terkait seperti disebutkan
dalam alinea 12-17 (dari ISA 550) untuk memperoleh informasi yang relevan guna
mengidentifikasi risiko salah saji yang material berkaitan dengan pihak-pihak yang berelasi
dan transaksi di antara pihak-pihak tersebut.
Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko sesuai ketentuan ISA 315, auditor wajib
mempertimbangkan apakah ada peristiwa atau kondisi yang membuat kemampuan entitas
untuk mempertahankan hidupnya (atau melanjutkan bisninya sebagai suatu going concern)
diragukan.
Gambar 9-1 menunjukkan ketika prosedur penilaian risiko yang disebutkan dalam ISA 316.6,
yakni: (a) bertanya kepada manajemen danpihak lain (inquiries of management and others);
(b) pengamatan dan inspeksi (observation and inspection); (c) prosedur analitikal (analytical
procedure).
Gambar 9-1
1. Selayang Pandang
Tujuan prosedur penilaina risiko adalah mengidentifikasi dan menilia risiko
salah saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui
pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai
pengendalian intern dari entitas tersebut. Informasi dapat diperoleh dari sumber –
sumber eksternal, seperti dari internet dan publikasi yang diterbitkan asosiasi/industry
yang bersangkutan maupun dari sumber – sumber internal seperti karyawan.
Pemahaman entitas meeupakan upaya yang bersinambungan dan proses yang dinamis
dalam mengumpulkan, memutakhirkan, serta menganalisis informasi selama audit
berlangsung.
Bukti Audit
Prosedur penilaian risiko memberikan bukti audit untuk mendukung penilaian
risiko pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Namun bukti itu saja tidak
cukup. Bukti dari prosedur penilaian risiko harus dilengkapi dengan prosedur audit
lanjutan yang merupakan tanggapan atas risiko yang diidentifikasi, seperti pengujian
pengendalian dan/ atau prosedur substantif.
Auditor menggunakan kearifan profesionalnya untuk menentukan prosedur
penilaian risiko yang harus dilaksanakannya, dan seberapa dalam ia perlu memahami
entitas itu. Dalam audit tahun pertama, auditor menggunakan banyak waktu untuk
memperoleh dan mendokumentasikan informasi ini. Jika informasi ini dikumentasikan
dengan baik di tahun pertama, waktu untuk mengumpulkan informasi di tahun
berikutnya seharusnya tidak sebanyak pada tahun pertama.
Auditor perlu melaksanakan prosedur penilaian risiko yang cukup untuk
mengidentifikasi risiko bisnis dan risiko kecurangan yang bisa berdampak pada salah
saji yang material. Auditor menyelidii dengan seksama keadaan yang menimbulkan
keraguan tentang kemampuan entitas melanjutkan usahanya (going concern).
Lingkup dan luasnya pemahaman terhadap entitas disajikan dalan alinea 11 dan
12 ISA 315. Pemahaman auditor tidak sedalam pemahaman manajemen, kecuali jika
auditor itu pernah bekerja di entitas itu atau perusahaan sejenis.
2. Ketiga Prosedur Penilaian Risiko
Seperti disebutkan diawal bab ini, ketiga prosedur penilaian risiko ini terdiri
atas :
a. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of
management and others);
b. Pengamatan dan Inspeksi (observation and inspection); dan
c. Prosedur analitikal (analytical procedures).
Sifat dan penggunaan masing – masing prosedur dari ketiga prosedur pemilihan
risiko ini akan dibahas berikutnya.
ISA 240.18
Auditor wajib menanyakan kepada manajemen, dan pihak lain di dalam entitas (jika
perlu), untuk menemukan apakah mereka mengetahui kecurangan yang terjadi, yang
disangka terjadi atau yang dituduhkan, yang mempunyai dampak pada entitas.
ISA 240.20
Kecuali jika TCWG terlibat dalam mengelola entitas, auditor wajib memperoleh
pemahaman tentang bagaimana TCWG melaksanakan pengawasan terhadap proses
yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan
dalam entitas itu dan pengendalian intern yang dibangun manajemen untuk
menanggulangi risiko tersebut.
ISA 240.21
Kecuali jika TCWG terlibat dalam mengelola entitas, auditor wajib menanyakan
kepada TCWG untuk menentukan apakah TCWG mengetahui tentang kecurangan yang
terjadi, yang dicurigai, atau yang dituduhkan, yang berdampak pada entitas. Pertanyaan
ini diajukan untuk memperkuat tanggapan atas pertanyaan serupa kepada manajemen.
Tabel 9-1
Butir Pertimbangan
Dalam entitas kecil, jangan batasi pertanyaan kepada owner –manager dan
akuntan/pemegang buku. Tanya kepada pegawai lain (misalnya yang menangani
penjualan, produksi dan lain – lain) mengenai tren, peristiwa luar biasa, risiko bisnis
yang besar, berfungsi/ tidaknya pengendalian intern, dan contoh manajemen “potong
kendali”.
Jika ditemukan kemungkinan kecurangan yang melibatkan senior management ata
TCWG, konsultasikan temuan ini dengan engagement partner (partner yang mempin
audit) dan pertimbangkan untu meminta konsultasi ahli hukum dari luar entitas.
Informasi tentang kecurangan harus diperlakukan secara rahasia. Periksa kode etik
untuk mengetahui apakah ada kewajiban lain yang harus dipenuhi.
4. Prosedur Analitikal
Prosedur analitikal sebagai prosedur penilaian risiko membantu
mengidentifikasi hal – hal yang mempunyai implikasi terhadap laporan keuangan dan
audit. Sebagai contoh, segala sesuatu yang bersifat luar biasa, seperti transaksi atau
peristiwa luar biasa, angka – angka yang terlalu tinggi, rasio – rasio yang “melenceng”
dan tren yang ganjil.
Disamping sebagai prosedur penilaian risko, prosedur analitikal juga dapat
digunakan sebagai prosedur audit selanjutnya dalam :
Memperoleh bukti mengenai asersi laporan keuangan. Ini adalah prosedur
analitikal substantive yang dibahas di bab 31(Prosedur Audit Selanjutnya)
Melakukan reviu menyeluruh atas laporan keuangan pada atau menjelang
akhir audit
Tabel 9-5
Prosedur pengamatan dan inspeksi biasanya meliputi prosedur dan penerapan dari apa
yang disajikan dalam tabel 9-3.
Tabel 9-3