Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan lingkungan bisnis, berbagai perbaikan dan penyempurnaan

Standar Akuntansi Keuangan, Standar Profesional Akuntan Publik maupun Kode Etik Akuntan

Indonesia terus dilakukan. Salah satunya adalah pernyataan Etika Profesi Nomor 4 tahun 1994

tentang pelarangan advertensi jasa akuntan publik, yang telah direvisi dengan aturan Etika

Profesi nomor 502 tahun 2000 yang memperbolehkan KAP melakukan promosi dan kegiatan

pemasaran lainnya. Pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi,

penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran

yang memuaskan tujuan individual dan organisasional sehingga pemasaran merupakan segala

bentuk upaya yang dilakukan perusahaan untuk memfasilitasi distribusi barang atau jasa dari

perusahaan kepada konsumen.

Dalam kaitannya pemasaran (advertensi) dengan entitas Kantor Akuntan Publik yang

bergerak di bidang jasa yang mana jasa yang diberikan akuntan publik adalah jasa-jasa yang

berkaitan dengan keuangan, akuntansi, manajemen dan perpajakan. Hal ini terkait dengan

akuntan publik sebagai sebuah profesi dimana profesi itu sendiri telah diatur oleh kode etik

tentang bagaiman Kantor Akuntan publik melakukan aktivitas pemasaran. Pada Etika profesi

Nomor 4 tentang iklan bagi KAP. Pernyatan tersebut secara tegas menyebutkan larangan bagi

akuntan publik mengiklankan diri atau mengijinkan orang lain untuk mengiklankan nama atau

jasa yang diberikannya kecuali yang sifatnya pemberitahuan. Kode Etik tentang larangan

beradvertensi ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa advertensi dapat merusak manfaat

profesi akuntan publik bagi masyarakat. Larangan melakukan advertensi bertujuan menjaga
kualitas layanan jasa akuntan publik terutama kualitas opininya sehingga manfaat profesi

akuntan publik dapat dirasakan oleh masyarakat.

Larangan untuk akuntan publik beradvertensi mengalami polemik bagi kalangan akuntan

yang sejak tanggal 5 Mei 2005, Dewan Standar Profesi Akuntan Publik dalam rapat anggota luar

biasa mengumumkan bahwa telah disahkannya etika baru bagi akuntan publik yaitu kantor

akuntan publik (KAP) sekarang sudah diizinkn mencari klien lewat iklan. KAP jug dibolehkan

melakukan promosi dan kegiatan advertensi lainya. Aturan ini merupakan aturan etika pertama

yang dimiliki oleh IAI Kompartemen. Aturan tentang iklan terdapat dalam ketentuan Nomor

502, “Anggota dalam menjalankan praktek akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui

pemasangan iklan, mengadakan promosi pemasaran, dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang

tidak merendahkan citra profesi”. Yang dimaksud merendahkan citra profesi di dalam Aturan

Etika No. 502 adalah jika anggota dalam upaya memperoleh klien, memasang iklan, melakukan

promosi pemasaran atau kegiatan pemasaran lainnya yang bersifat palsu, menyesatkan, menipu

atau memaksa, berlebihan atau pelecehan. Sehingga keputusan penting tersebut

memperbolehkan KAP melakukan periklanan sepanjang iklan tersebut tidak boleh bersifat

murahan agar tidak merusak citra profesi akuntan publik. Agar tidak merusak citra profesi

akuntan, kegiatan promosi yang dilakuakn KAP lebih mengarah kepada pembentukan citra

sehingga iklan tersebut tidak boleh mengeluarkan jani-janji seperti pada iklan komersial pada

umumnya.

Pelanggaran Kode Etik ini menimbulkan permasalahan apakah akuntan publik harus

beriklan atau tidak, informasi apa yang seharusnya dimuat jika mereka beriklan dan media apa

yang sebaiknya digunakan (Hite dan Fraser, 1988). Apakah konsumen akan beranggapan bahwa
advertensi oleh akuntan tidak etis dan harus dihindari ataukah sebaliknya, konsumen akan

menghargai informasi dalam advertensi dan memilih akuntan yang menawarkan keunggulannya.

Iklan dalam kode etik akuntan sebagian besar kaum profesional menganggap advertensi

sebagai aktivitas yang tabu sebab mereka berpendapat bahwa advertensi merupakan aktivitas

yang tidak profesional. Advertensi dipersepsikan dapat menurunkan kualitas jasa profesi. Namun

sebagian professional berpendapat bahwa advertensi yang baik justru akan meningkatkan rasa

tanggungjawab sehingga kualitas jasa profesi tetap terjaga serta sebagai iklan bisa menjadi media

yang efektif untuk menyediakan informasi bagi calon klien mengenai jasa yang tersedia.

Hal selanjutnya yang menjadi bahasan adalah mengenai fee audit yang diterima auditor

dan tendering yang dilakukannya. Dalam Peraturan yang dikeluarkan IAPI Nomor 2 Tahun 2016

tentang Penentuan Imbalan Jasa Audit Laporan Keuangan dijelaskan imbalan jasa adalah

imbalan yang diterima oleh Akuntan Publik dari entitas klienya sehubungan dengan pemberian

jasa audit. Mengenai besarannya yang diterima berdasarkan perikatan yang perikatan audit itu

sendiri adalah suatu kesepakatan antara Akuntan Publik dengan kliennya untuk melakukan audit

atas laporan keuangan klien tersebut berdasarkan SPAP. Imbalan jasa atas audit yang terlalu

rendah dapat menimbulkan ancaman berupa kepentingan pribadi yang berpotensi menyebabkan

ketidakpatuhan terhadap kode etik profesi akuntan publik, oleh karena itu akuntan publik harus

membuat pencegahan dengan menerapkan imbalan jasa atas audit laporan keuangan yang

memadai sehingga cukup untuk melaksanakan prosedur audit yang memadai.

Menurut Sofyan Safri Harahap, kebutuhan permintaan jasa audit lebih banyak karena

terpaksa yang mana kebutuhan audit itu sendiri belum disadari benar. Audit dilakukan karena

keadaan yang memaksa antara lain seperti ketentuan tender, penawaran dan pendaftaran rekanan

yang mengharuskan laporan keuangan harus di audit oleh kantor akuntan publik. Kepercayaan
masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang,

bahkan kepercayaan masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang

berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut. Untuk

menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari setiap

kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya baik

merupakan manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Kompetensi dan independensi yang

dimiliki oleh auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai

kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana

mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan

mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas

mereka.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kode Etik Akuntan

Kode Etik akuntan merupakan seperangkat prinsip moral dan pelaksanaan aturan-aturan

yang memberikan pedoman kepada akuntan publik dalam berhubungan dengan klien,

masyarakat dan akuntan lain. Sehingga yang menjadi dasar diperlukannya Kode Etik pada setiap

profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan seperti

yang dinyatakan oleh Herbert (1988: 68) “The underlying reason for code of ethics for any

profession is the need for publik confidence and the quality of service by the profession,

regardless of individual providing”. Pengertian di atas secara sederhana dapat dituangkan dalam

skema berikut ini.

Kode Etik ini ditetapkan untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan membantu para

anggotanya dalam mencapai mutu pekerjaan yang sebaik-baiknya. Berdasarkan “Pedoman

Etika” IFAC, maka syarat-syarat etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada

prinsip-prinsip dasar yang mengatur tindakan/perilaku seorang akuntan dalam melaksanakan

tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah (1) integritas, (2)objektivitas, (3) independen, (4)

kepercayaan, (5) standar-standar teknis, (6) kemampuan profesional, dan (7) perilaku etika.

Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut dengan istilah Kode Etik dan

dikeluarkan oleh IAI sebagai organisasi profesi akuntan yang mulai diakui di Indonesia pada
tahun 1954 dengan disahkan melalui UU No. 34 tahun 1954. Aturan-aturan yang berlaku dalam

kode etik dirumuskan dan disahkan dalam kongres IAI yang melibatkan seluruh anggota IAI

tanpa melihat keanggotaan kompartemen anggota yang bersangkutan. Mulai tahun1998, IAI

dalam kongres ke delapannya mengamanatkan agar setiap kompartemen IAI mengatur etika

untuk kompartemennya masing-masing.

Aturan etika IAI-KAP merupakan bagian dari kode etik IAI yang hanya mengikat

kompartemen akuntan publik. Kode etik IAI saat ini terdiri atas 3 bagian yaitu (a) prinsip etika,

(b) aturan etika dan (c) interpretasi aturan etika. Prinsip etika disahkan oleh kongres dan berlaku

bagi seluruh anggota, sedangkan aturan etika disahkan dalam rapat anggota himpunan

(kompartemen) dan hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan. Saat ini setidaknya

IAI telah memiliki 4 aturan etika kompartemen, yakni aturan etika kompartemen Akuntan Publik

(KAP), kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd), Kompartemen Akuntan Manajemen (KAM),

dan kompartemen Akuntan Sektor Publik (KASP).

2.2 Prinsip – Prinsip Akuntan publik


Anggota KAP tidak diperkenankan :
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
atau
b. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan
atau data secara keseluruhan dari prinsip- prinsip akuntansi ang ditetapkan oleh badan
pengatuir standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin
memuat penyimpangan seperti tersebut diatas, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan
dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan
penyimpangan dan estimasi dampkanya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atau
prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.

2.3 Tanggungjawab Akuntan Publik


Informasi Klien yang Rahasia
Anggota KAP tidak diperkenakan mengungkapkan informasi klien yang rahasi, tanpa
persetujuan dari klien.Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
a) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika
kepatuhan terhadap standar dan prinsip – prinsip akuntansi
b) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau
melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku
c) Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan
kewenangan IAI atau
d) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas
penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegakan
disiplin anggota
Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan reviewdiatas, tidak boleh memanfaatkannya
untuk kepentingan diri pribadi mereka atau mengungkapkan informasi klien yang harus
dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya. Larangan ini tidak boleh
membatasi Anggota sebagaimana telah diungkapkan dalam butir (4) diatas atau review praktik
profesional (reviewmutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3) diatas.

Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi


a. Tanggungjawab kepada rekan seprofesi, Anggota wajib memlihara citra profesi, dengan
tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapaat merusak reputasi rekan seprofesi
b. Komunikasi antarakuntan publik, Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan
publik pendahulu bila akan mengadakan perikatatan ( engagement ) audit menggantikan
akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain
dengan jenis dan periode serta tu juan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu wajib
menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
c. Perikatan atestasi, Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang
jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih
dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila periaktan tersebut diklaksanakan untuk memenuhi
ketentuan perundang-undangan atau peraturan oleh badan yang berwenang.

Tanggungjawab dan Praktik lain


1. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan, anggota tidak diperkenankan melakukan
tindakan dan / atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi
2. Iklan promosi dan kegiatan pemasaran lainnya, anggota dalam menjalankan praktik akuntan
publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, melalui promosi pemasaran
dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

2.4 Iklan
Ada tiga sudut pandang dalam memberikan definisi tentang iklan yaitu sebagai berikut:

1) Sudut Pandang Pemasaran. Menurut American Marketing Association (AMA), seperti yang

dikutip oleh Kotler (1994: 627) definisi iklan adalah sebagai “any paid form of non personal

presentation and promotion of ideas, goods, or service by an identified sponsor”, sehingga

terdapat 4 elemen dalam iklan yaitu mengeluarkan biaya, merupakan presentasi tidak

langsung, untuk mendukung ide, barang atau jasa, serta dikeluarkan oleh pihak tertentu.

2) Sudut Pandang Komunikasi. Herry Henry menyatakan fungsi iklan dalam media massa atau

poster atau iklan dalam televisi adalah untuk menyampaikan suatu informasi, argumentasi

atau tekanan-tekanan tertentu yang menghasilkan suatu perubahan sikap dari para

pendengarnya atas objek yang diiklankan. Perubahan sikap ini penting karena dengan

adanya perubahan sikap dapat merupakan indikasi adanya perubahan perilaku atas suatu

produk dapat mendorong mereka untuk membeli produk tersebut (Wright and Warner,

1962).
3) Sudut Pandang Masyarakat, Masyarakat yang dimaksud di sini adalah masyarakat yang

tidak terlibat dalam iklan dan tidak memiliki kepentingan terhadapnya.Umumnya mereka

mempunyai pendapat yang beragam mengenai iklan dan tidak dapat didefinisikan secara

umum. Masyarakat luar memandang iklan lebih pada segi etikanya (Wright and Warner,

1962).

Fungsi-fungsi iklan antara lain, yaitu

a. fungsi mempengaruhi yang dipakai pada produk baru

b. fungsi membujuk, dipakai agar konsumen tertarik mencoba produk tersebut

c. fungsi mengingatkan, dipakai untuk produk yang sudah mempunyai umur cukup lama. Iklan

digunakan untuk mengingatkan konsumen agar tidak berpaling ke produk lain.

Manfaat-manfaat iklan antara lain, yaitu

a) Memperluas alternative

b) Membantu menimbulkan kepercayaan bagi konsumen

c) Membuat orang kenal, ingat dan percaya.

Dari fungsi dan manfaat di atas, iklan juga bisa menimbulkan kesan-kesan negative

sebagai berikut:

- iklan membuat orang membeli sesuatu yang sebetulnya tidak diinginkan atau dibutuhkan

- iklan mengakibatkan barang-barang menjadi lebih mahal,

- iklan yang baik akan membuat produk berkualitas rendah dapat terjual, dan iklan adalah

pemborosan.

2.5 Peranan Advertensi

Advertensi memiliki empat peranan yaitu peranan pemasaran (marketing role), peranan

komunikasi (communication role), peranan ekonomis (economics role), dan peranan social (soc
ial role).

1. Peranan Pemasaran (marketing role). Peranan advertensi dalam segi pemasaran, yaitu

advertensi dapat membantu proses pemasaran suatu produk. Dengan adanya advertensi,

kesadaran dapat tercapai dan hal ini dapat mempercepat penyampaian barang dan jasa ke

konsumennya (Wells et. Al., 1995)

2. Peranan Komunikasi (communication role). Peranan komunikasi advertensi dicapai sebagai

bentuk penyampaian informasi tertentu kepada pihak yang dikehendakinya. Dengan adanya

advertensi, maka suatu pihak sudah dianggap melakukan suatu komunikasi tertentu (Wells

et. Al., 1995).

3. Peranan Ekonomis (economics role). Advertensi mempunyai peran dalam segi ekonomi

secara nyata. Dengan adanya advertensi, dapat terjadi keseimbangan atas panawaran suatu

barang dengan permintaa barang tersebut (Wells et. al., 1995).

4. Peranan Sosial (Social Role). Peran sosial advertensi terwujud ketika advertensi tidak

menghendaki keuntungan tertentu yang bersifat materi. Contohnya adalah iklan layanan

masyarakat.

2.6 Iklan dalam Kode Etik Akuntan

Sebagian besar kaum professional menganggap advertensi sebagai aktivitas yang tabu

sebab mereka berpendapat bahwa advertensi merupakan aktivitas yang tidak

profesional. Advertensi dipersepsikan dapat menurunkan kualitas jasa profesi,

namun sebagian professional berpendapat bahwa advertensi yang baik justru akan

meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga kualitas jasa profesi tetap terjaga.

D a l a m l i n g k u p k h u s u s ya i t u profesi akuntan publik, akuntan terikat pada kode

etik yang merupakan etika yang telah disepakati bersama oleh anggota suatu profesi. Kode etik
ini berhubungan dengan kebebasandisiplin pribadi dan integritas moral dan profesi.

Adanya pelarangan iklan dalam profesi menurut FTC merupakan suatu pembatasan dalam

perdagangan yang seharusnya didasarkan atas sistem perdagangan bebas. Pada bulan Juni 1971,

Court Case menyatakan bahwa aturan-aturan dari profesi yang melarang periklanan merupakan

suatu hal yang tidak konstitusional, karena pelarangan periklanan dianggap sebagi suatu hal yang

melanggar kebebasan berbicara yang diatur dalam amandemen pertama.

SEKSI 250 PEMASARAN JASA PROFESIONAL

250.1 Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etikan profesi dapat terjadi ketikan

praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran lainnya. Sebagai

contoh ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan pada prilaku professional dapa terjadi

ketika jasa professional, hasil pekerjaan atau produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan prinsip

professional.

205.2 Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa

profesionalnya. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan

sebagai berikut: (a) membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat

diberikan kualifiasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh; atau (b) membuat

pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap

hasil pekerjaan praktisi lain.

Contoh-contoh iklan dan bentuk-bentuk palsu, menipu atau menyesatkan antara lain:

1. Seorang akuntan publik memberikan janji-janji muluk

2. Menggambarkan seolah-olah dapat mempengaruhi keputusan pejabat pengadilan, instansi

pengatur atau badan/instansi lain yang serupa

3. Membuat pernyataan yang tidak didukung oleh fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya
4. Membuat perbandingan dengan akuntan publik lainnya yang tidak didasarkan pada fakta

yang dapat diverifikasi

5. Membuat pernyataan bahwa jasa professional spesifik sedang/akan diberikan dengan upah

tertentu yang bias naik & calon kliennya tidak diberitahu kemungkinan ini

6. Membuat pernyataan yang dapat mengakibatkan orang lain tertipu atau salah

menafsirkannya

7. Akuntan publik tidak diperbolehkan menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien,

kecuali atas permintaan calon klien yang bersangkutan.

Contoh-contoh iklan yang diperbolehkan yang sifatnya pemberitahuan antara lain

1. Pemberitahuan pindah alamat,telepon,fax dan telex

2. Merekrut pegawai dan staf baik u/ kantornya sendiri maupun langganannya

3. Memasang iklan untuk penjualan perusahaan atau asset langganan akuntan publik dalam

kapsitas profesinya yang bertindak sebagai likuidator

4. Memasang iklan untuk seminar dan penataran bagi masyarakat umum, kecuali yang

diselenggarakan secara gratis

5. Pemberian kartu ucapan kepada klien kantor akuntan publik yang tidak diperkenankan

anatara lain , penyebaran kartu nama yang mencantumkan jasa yang tidak ada hubungannya

dengan profesi

2.7 Fee Profesional


A. Besaran fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : resiko penugasan ,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat
merusak citra profesi
B. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetaokan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan
oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah
hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Anggota Kap tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan
tersebut dapat mengurangi independensi
2.8 Kebijakan Penentuan Imbalan Jasa
1) Setiap anggota yang bertindak sebagai pemimpin rekan dan atau rekan akuntan publik pada
KAP haru menetapkan kebijakan sebagai dasar untuk menghitung besarnya imbalan jasa.
2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mencakup:
a. Besaran tarif imbalan jasa standar per jam (hourly charge out rate) untuk masing-masing
tingkatan staf auditor
b. Kebijakan penentuan harga untuk penentuan harga yang berbeda dari tarif imbalan jasa
standar, dan
c. Metode penentuan jumlah keseluruhan imbalan jasa yang akan ditagihkan kepada entitas
yang dituangkan dalam suatu surat perikatan.
(3) Metode penentuan jumlah keseluruhan imbalan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dapat menggunakan:
a. Jumlah keseluruhan yang bersifat lumpsum
b. Jumlah yang ditentukan berdasarkan realisasi penggunaan jam kerja personil atau
komposit tim perikatan atau
c. Jumlah yang ditentukan berdasarkan realisasi penggunaan jam kerja personil atau
komposit tim perikatan dengan ditentukan jumlah minimal dan/atau maksimal sesuai
pagu anggaran dari entitas klien
2.9 Cara/Dasar Menentukan Penentuan Fee Audit
Ada beberapa cara dalam penentuan atau penetapan fee audit, cara tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Per diem basis
Pada cara ini fee audit ditentukan dengan dasar waktu yang digunakan oleh tim auditor.
Pertama kali fee per jam ditentukan, kemudian dikalikan dengan jumlah waktu/jam yang
dihabiskan oleh tim. Tarif fee per jam untuk tiap tingkatan staf tentu dapat berbeda-beda.
b. Flat atau kontrak basis
Pada cara ini fee audit dihitung sekaligus secara borongan tanpa memperhatikan waktu
audit yang dihabiskan. Yang penting pekerjaan terselesaikan sesuai dengan aturan dan
perjanjian.
c. Maksimum fee basis
Cara ini merupakan gabungan dari kedua cara diatas. Pertama kali ditentukan tarif per
jam kemudian dikalikan dengan jumlah waktu tertentu tetapi dengan batasan maksimum.
Hal ini dilakukan agar auditor tidak mengulur-ulur waktu sehingga menambah jam/waktu
kerja.
2.10 Faktor-Faktor Penentu Besarnya Fee Audit
Besarnya fee audit ditentukan banyak faktor. Namun demikian pada dasarnya ada 4 faktor
dominan yang menentukan besarnya fee audit, yaitu:
a. Karakteristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva, modal, dan lain-lain.
b. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain.
c. Karakteristik Operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan, jumlah lini
produk, dan lain-lain.
d. Kegiatan eksternal auditor seperti pengalaman, tingkat kordinasi dengan internal auditor,
dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2015. Auditing dasar-dasar audit laporan keuangan.Yogyakarta:UPP STIM

YKPN

https://machdarhelmi.wordpress.com/2015/11/11/6-etika-dalam-auditing/

http://iapi.or.id/uploads/content/95-PP-No-2-Tahun-2016-tentang-Penentuan-Imbalan-Jasa-
Audit-Laporan-Keuangan.pdf

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: SalembaEmpat.

Prabowo, Tommy. 2001. Akuntan Beriklan,Efektifkah? Media Akuntansi,No.17

Yasmeen, Diptarina (2009), Etika Profesi Akuntan Publik Dan Akuntan Lainnya, Retrieved 21
Nopember 2009, http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11

Anda mungkin juga menyukai