Fee Untuk Akuntan Publik
Fee Untuk Akuntan Publik
PENDAHULUAN
Standar Akuntansi Keuangan, Standar Profesional Akuntan Publik maupun Kode Etik Akuntan
Indonesia terus dilakukan. Salah satunya adalah pernyataan Etika Profesi Nomor 4 tahun 1994
tentang pelarangan advertensi jasa akuntan publik, yang telah direvisi dengan aturan Etika
Profesi nomor 502 tahun 2000 yang memperbolehkan KAP melakukan promosi dan kegiatan
penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memuaskan tujuan individual dan organisasional sehingga pemasaran merupakan segala
bentuk upaya yang dilakukan perusahaan untuk memfasilitasi distribusi barang atau jasa dari
Dalam kaitannya pemasaran (advertensi) dengan entitas Kantor Akuntan Publik yang
bergerak di bidang jasa yang mana jasa yang diberikan akuntan publik adalah jasa-jasa yang
berkaitan dengan keuangan, akuntansi, manajemen dan perpajakan. Hal ini terkait dengan
akuntan publik sebagai sebuah profesi dimana profesi itu sendiri telah diatur oleh kode etik
tentang bagaiman Kantor Akuntan publik melakukan aktivitas pemasaran. Pada Etika profesi
Nomor 4 tentang iklan bagi KAP. Pernyatan tersebut secara tegas menyebutkan larangan bagi
akuntan publik mengiklankan diri atau mengijinkan orang lain untuk mengiklankan nama atau
jasa yang diberikannya kecuali yang sifatnya pemberitahuan. Kode Etik tentang larangan
profesi akuntan publik bagi masyarakat. Larangan melakukan advertensi bertujuan menjaga
kualitas layanan jasa akuntan publik terutama kualitas opininya sehingga manfaat profesi
Larangan untuk akuntan publik beradvertensi mengalami polemik bagi kalangan akuntan
yang sejak tanggal 5 Mei 2005, Dewan Standar Profesi Akuntan Publik dalam rapat anggota luar
biasa mengumumkan bahwa telah disahkannya etika baru bagi akuntan publik yaitu kantor
akuntan publik (KAP) sekarang sudah diizinkn mencari klien lewat iklan. KAP jug dibolehkan
melakukan promosi dan kegiatan advertensi lainya. Aturan ini merupakan aturan etika pertama
yang dimiliki oleh IAI Kompartemen. Aturan tentang iklan terdapat dalam ketentuan Nomor
502, “Anggota dalam menjalankan praktek akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, mengadakan promosi pemasaran, dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang
tidak merendahkan citra profesi”. Yang dimaksud merendahkan citra profesi di dalam Aturan
Etika No. 502 adalah jika anggota dalam upaya memperoleh klien, memasang iklan, melakukan
promosi pemasaran atau kegiatan pemasaran lainnya yang bersifat palsu, menyesatkan, menipu
memperbolehkan KAP melakukan periklanan sepanjang iklan tersebut tidak boleh bersifat
murahan agar tidak merusak citra profesi akuntan publik. Agar tidak merusak citra profesi
akuntan, kegiatan promosi yang dilakuakn KAP lebih mengarah kepada pembentukan citra
sehingga iklan tersebut tidak boleh mengeluarkan jani-janji seperti pada iklan komersial pada
umumnya.
Pelanggaran Kode Etik ini menimbulkan permasalahan apakah akuntan publik harus
beriklan atau tidak, informasi apa yang seharusnya dimuat jika mereka beriklan dan media apa
yang sebaiknya digunakan (Hite dan Fraser, 1988). Apakah konsumen akan beranggapan bahwa
advertensi oleh akuntan tidak etis dan harus dihindari ataukah sebaliknya, konsumen akan
menghargai informasi dalam advertensi dan memilih akuntan yang menawarkan keunggulannya.
Iklan dalam kode etik akuntan sebagian besar kaum profesional menganggap advertensi
sebagai aktivitas yang tabu sebab mereka berpendapat bahwa advertensi merupakan aktivitas
yang tidak profesional. Advertensi dipersepsikan dapat menurunkan kualitas jasa profesi. Namun
sebagian professional berpendapat bahwa advertensi yang baik justru akan meningkatkan rasa
tanggungjawab sehingga kualitas jasa profesi tetap terjaga serta sebagai iklan bisa menjadi media
yang efektif untuk menyediakan informasi bagi calon klien mengenai jasa yang tersedia.
Hal selanjutnya yang menjadi bahasan adalah mengenai fee audit yang diterima auditor
dan tendering yang dilakukannya. Dalam Peraturan yang dikeluarkan IAPI Nomor 2 Tahun 2016
tentang Penentuan Imbalan Jasa Audit Laporan Keuangan dijelaskan imbalan jasa adalah
imbalan yang diterima oleh Akuntan Publik dari entitas klienya sehubungan dengan pemberian
jasa audit. Mengenai besarannya yang diterima berdasarkan perikatan yang perikatan audit itu
sendiri adalah suatu kesepakatan antara Akuntan Publik dengan kliennya untuk melakukan audit
atas laporan keuangan klien tersebut berdasarkan SPAP. Imbalan jasa atas audit yang terlalu
rendah dapat menimbulkan ancaman berupa kepentingan pribadi yang berpotensi menyebabkan
ketidakpatuhan terhadap kode etik profesi akuntan publik, oleh karena itu akuntan publik harus
membuat pencegahan dengan menerapkan imbalan jasa atas audit laporan keuangan yang
Menurut Sofyan Safri Harahap, kebutuhan permintaan jasa audit lebih banyak karena
terpaksa yang mana kebutuhan audit itu sendiri belum disadari benar. Audit dilakukan karena
keadaan yang memaksa antara lain seperti ketentuan tender, penawaran dan pendaftaran rekanan
yang mengharuskan laporan keuangan harus di audit oleh kantor akuntan publik. Kepercayaan
masyarakat akan menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang,
bahkan kepercayaan masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang
berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut. Untuk
menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari setiap
kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya baik
merupakan manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Kompetensi dan independensi yang
dimiliki oleh auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika. Akuntan mempunyai
kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana
mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri dimana akuntan
mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas
mereka.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kode Etik akuntan merupakan seperangkat prinsip moral dan pelaksanaan aturan-aturan
yang memberikan pedoman kepada akuntan publik dalam berhubungan dengan klien,
masyarakat dan akuntan lain. Sehingga yang menjadi dasar diperlukannya Kode Etik pada setiap
profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan seperti
yang dinyatakan oleh Herbert (1988: 68) “The underlying reason for code of ethics for any
profession is the need for publik confidence and the quality of service by the profession,
regardless of individual providing”. Pengertian di atas secara sederhana dapat dituangkan dalam
Kode Etik ini ditetapkan untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan membantu para
Etika” IFAC, maka syarat-syarat etika suatu organisasi akuntan sebaiknya didasarkan pada
tugas profesionalnya. Prinsip tersebut adalah (1) integritas, (2)objektivitas, (3) independen, (4)
kepercayaan, (5) standar-standar teknis, (6) kemampuan profesional, dan (7) perilaku etika.
Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut dengan istilah Kode Etik dan
dikeluarkan oleh IAI sebagai organisasi profesi akuntan yang mulai diakui di Indonesia pada
tahun 1954 dengan disahkan melalui UU No. 34 tahun 1954. Aturan-aturan yang berlaku dalam
kode etik dirumuskan dan disahkan dalam kongres IAI yang melibatkan seluruh anggota IAI
tanpa melihat keanggotaan kompartemen anggota yang bersangkutan. Mulai tahun1998, IAI
dalam kongres ke delapannya mengamanatkan agar setiap kompartemen IAI mengatur etika
Aturan etika IAI-KAP merupakan bagian dari kode etik IAI yang hanya mengikat
kompartemen akuntan publik. Kode etik IAI saat ini terdiri atas 3 bagian yaitu (a) prinsip etika,
(b) aturan etika dan (c) interpretasi aturan etika. Prinsip etika disahkan oleh kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota, sedangkan aturan etika disahkan dalam rapat anggota himpunan
(kompartemen) dan hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan. Saat ini setidaknya
IAI telah memiliki 4 aturan etika kompartemen, yakni aturan etika kompartemen Akuntan Publik
2.4 Iklan
Ada tiga sudut pandang dalam memberikan definisi tentang iklan yaitu sebagai berikut:
1) Sudut Pandang Pemasaran. Menurut American Marketing Association (AMA), seperti yang
dikutip oleh Kotler (1994: 627) definisi iklan adalah sebagai “any paid form of non personal
terdapat 4 elemen dalam iklan yaitu mengeluarkan biaya, merupakan presentasi tidak
langsung, untuk mendukung ide, barang atau jasa, serta dikeluarkan oleh pihak tertentu.
2) Sudut Pandang Komunikasi. Herry Henry menyatakan fungsi iklan dalam media massa atau
poster atau iklan dalam televisi adalah untuk menyampaikan suatu informasi, argumentasi
atau tekanan-tekanan tertentu yang menghasilkan suatu perubahan sikap dari para
pendengarnya atas objek yang diiklankan. Perubahan sikap ini penting karena dengan
adanya perubahan sikap dapat merupakan indikasi adanya perubahan perilaku atas suatu
produk dapat mendorong mereka untuk membeli produk tersebut (Wright and Warner,
1962).
3) Sudut Pandang Masyarakat, Masyarakat yang dimaksud di sini adalah masyarakat yang
tidak terlibat dalam iklan dan tidak memiliki kepentingan terhadapnya.Umumnya mereka
mempunyai pendapat yang beragam mengenai iklan dan tidak dapat didefinisikan secara
umum. Masyarakat luar memandang iklan lebih pada segi etikanya (Wright and Warner,
1962).
c. fungsi mengingatkan, dipakai untuk produk yang sudah mempunyai umur cukup lama. Iklan
a) Memperluas alternative
Dari fungsi dan manfaat di atas, iklan juga bisa menimbulkan kesan-kesan negative
sebagai berikut:
- iklan membuat orang membeli sesuatu yang sebetulnya tidak diinginkan atau dibutuhkan
- iklan yang baik akan membuat produk berkualitas rendah dapat terjual, dan iklan adalah
pemborosan.
Advertensi memiliki empat peranan yaitu peranan pemasaran (marketing role), peranan
komunikasi (communication role), peranan ekonomis (economics role), dan peranan social (soc
ial role).
1. Peranan Pemasaran (marketing role). Peranan advertensi dalam segi pemasaran, yaitu
advertensi dapat membantu proses pemasaran suatu produk. Dengan adanya advertensi,
kesadaran dapat tercapai dan hal ini dapat mempercepat penyampaian barang dan jasa ke
bentuk penyampaian informasi tertentu kepada pihak yang dikehendakinya. Dengan adanya
advertensi, maka suatu pihak sudah dianggap melakukan suatu komunikasi tertentu (Wells
3. Peranan Ekonomis (economics role). Advertensi mempunyai peran dalam segi ekonomi
secara nyata. Dengan adanya advertensi, dapat terjadi keseimbangan atas panawaran suatu
4. Peranan Sosial (Social Role). Peran sosial advertensi terwujud ketika advertensi tidak
menghendaki keuntungan tertentu yang bersifat materi. Contohnya adalah iklan layanan
masyarakat.
Sebagian besar kaum professional menganggap advertensi sebagai aktivitas yang tabu
namun sebagian professional berpendapat bahwa advertensi yang baik justru akan
meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga kualitas jasa profesi tetap terjaga.
etik yang merupakan etika yang telah disepakati bersama oleh anggota suatu profesi. Kode etik
ini berhubungan dengan kebebasandisiplin pribadi dan integritas moral dan profesi.
Adanya pelarangan iklan dalam profesi menurut FTC merupakan suatu pembatasan dalam
perdagangan yang seharusnya didasarkan atas sistem perdagangan bebas. Pada bulan Juni 1971,
Court Case menyatakan bahwa aturan-aturan dari profesi yang melarang periklanan merupakan
suatu hal yang tidak konstitusional, karena pelarangan periklanan dianggap sebagi suatu hal yang
250.1 Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etikan profesi dapat terjadi ketikan
praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran lainnya. Sebagai
contoh ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan pada prilaku professional dapa terjadi
ketika jasa professional, hasil pekerjaan atau produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan prinsip
professional.
205.2 Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa
profesionalnya. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut: (a) membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat
diberikan kualifiasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh; atau (b) membuat
pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak didukung bukti terhadap
Contoh-contoh iklan dan bentuk-bentuk palsu, menipu atau menyesatkan antara lain:
3. Membuat pernyataan yang tidak didukung oleh fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya
4. Membuat perbandingan dengan akuntan publik lainnya yang tidak didasarkan pada fakta
5. Membuat pernyataan bahwa jasa professional spesifik sedang/akan diberikan dengan upah
tertentu yang bias naik & calon kliennya tidak diberitahu kemungkinan ini
6. Membuat pernyataan yang dapat mengakibatkan orang lain tertipu atau salah
menafsirkannya
7. Akuntan publik tidak diperbolehkan menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien,
3. Memasang iklan untuk penjualan perusahaan atau asset langganan akuntan publik dalam
4. Memasang iklan untuk seminar dan penataran bagi masyarakat umum, kecuali yang
5. Pemberian kartu ucapan kepada klien kantor akuntan publik yang tidak diperkenankan
anatara lain , penyebaran kartu nama yang mencantumkan jasa yang tidak ada hubungannya
dengan profesi
YKPN
https://machdarhelmi.wordpress.com/2015/11/11/6-etika-dalam-auditing/
http://iapi.or.id/uploads/content/95-PP-No-2-Tahun-2016-tentang-Penentuan-Imbalan-Jasa-
Audit-Laporan-Keuangan.pdf
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: SalembaEmpat.
Yasmeen, Diptarina (2009), Etika Profesi Akuntan Publik Dan Akuntan Lainnya, Retrieved 21
Nopember 2009, http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11