Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kolelitiasis
a. Pengertian Kolelitiasis
Kolelitiasis atau batu empedu ialah batu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua duanya.
Sebagian besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam
kandung empedu (Veronika, Tarigan & Sinatra, 2017).
Batu empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu
mengalami aliran balik karena adanya penyempitan saluran.Batu empedu di
dalam saluran empedu bisa mengakibatkan infeksi hebat saluran empedu
(kolangitis). Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan
dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa
menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh
lainnya.
Adanya infeksi dapat menyebabkan kerusakan dinding kandung empedu,
sehingga menyebabkan terjadinya statis dan dengan demikian menaikkan
batu empedu. Infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari makanan.
Infeksi bisa merambat ke saluran empedu sampai ke kantong empedu.
Penyebab paling utama adalah infeksi di usus. Infeksi ini menjalar tanpa
terasa menyebabkan peradangan pada saluran dan kantong empedu sehingga
cairan yang berada di kantong empedu mengendap dan menimbulkan batu.
Infeksi tersebut misalnya tifoid atau tifus. Kuman tifus apabila bermuara di
kantong empedu dapat menyebabkan peradangan lokal yang tidak dirasakan
pasien, tanpa gejala sakit ataupun demam. Namun, infeksi lebih sering
timbul akibat dari terbentuknya batu dibanding penyebab terbentuknya batu.

b. Gambaran Klinis
Batu empedu tidak menyebabkan keluhan penderita selama batu tidak
masuk ke dalam duktus sistikus atau duktus koledokus. Bila mana batu itu
masuk ke dalam ujung duktus sistikus barulah dapat menyebabkan keluhan
penderita. Apabila batu itu kecil, ada kemungkinan batu dengan mudah
dapat melewati duktus koledokus dan masuk ke duodenum.
Batu empedu mungkin tidak menimbulkan gejala selama berpuluh tahun.
Gejalanya mencolok: nyeri saluran empedu cenderung hebat, baik menetap
maupun seperti kolik bilier (nyeri kolik yang berat pada perut atas bagian
kanan) jika duktus sistikus tersumbat oleh batu, sehingga timbul rasa sakit
perut yang berat dan menjalar ke punggung atau bahu. Mual dan muntah
sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris. Sekali serangan kolik
biliaris dimulai, serangan ini cenderung makin meningkat frekuensi dan
intensitasnya. Gejala yang lain seperti demam, nyeri seluruh permukaan
perut, perut terasa melilit, perut terasa kembung, dan lain-lain.

c. Keluhan Penderita Kolelitiasis Berdasarkan Lokasi Batu Empedu


Istilah kolelitiasis menunjukkan penyakit batu empedu yang dapat
ditemukan di dalam kandung empedu, saluran empedu, atau pada kedua-
duanya. Terbentuknya batu empedu tidak selalu memunculkan gejala pada
penderitanya. Gejala yang dirasakan pada penderita batu empedu tergantung
dari lokasi tempat batu empedu berada. Batu empedu dapat masuk ke dalam
usus halus ataupun ke usus besar lalu terbuang melalui saluran cerna
sehingga tidak memunculkan keluhan apapun pada penderitanya.
Jika tidak ditemukan gejala dalam kandung empedu, maka tidak perlu
dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau
dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak.
Namun, jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang
meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk
pemeriksaan lanjut. Batu empedu yang berada dalam kandung empedu bisa
bertambah besar dan berisiko menyumbat saluran empedu serta dapat
menimbulkan komplikasi (kolesistisis, hidrops, dan empiema). Kandung
empedu dapat mengalami infeksi. Akibat infeksi, kandung empedu dapat
membusuk dan infeksi membentuk nanah. Bila mana timbul gejala,
biasanya karena batu tersebut bermigrasi ke saluran empedu. Batu empedu
berukuran kecil lebih berbahaya daripada yang besar. Batu kecil berpeluang
berpindah tempat atau berkelana ke tempat lain.
Nyeri yang muncul akibat penyumbatan pada saluran empedu memiliki
sensasi yang hampir sama dengan nyeri yang muncul akibat penyumbatan
pada bagian kandung empedu. Apabila batu empedu menyumbat di dalam
saluran empedu utama, maka akan muncul kembali sensasi nyeri yang
bersifat hilang-timbul. Lokasi nyeri yang terjadi biasanya berbeda-beda
pada setiap penderita, tetapi posisi nyeri paling banyak yang dirasakan
adalah pada perut atas sebelah kanan dan dapat menjalar ke tulang
punggung atau bahu. Penderita seringkali merasakan mual dan muntah.
Peradangan pada saluran empedu atau yang disebut dengan kolangitis dapat
terjadi karena saluran empedu tersumbat oleh batu empedu. Jika terjadi
infeksi bersamaan dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam.

d. Faktor Risiko
1) Usia
Risiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia >40 tahun lebih cenderung
untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang
lebih muda. Semakin meningkat usia, prevalensi batu empedu semakin
tinggi. Hal ini disebabkan:
a) Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan.
b) Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan
bertambahnya usia.
c) Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semakin bertambah.

2) Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung
empedu. Hingga dekade ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria menderita
batu empedu dan prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia,
walaupun umumnya selalu pada wanita.

3) Berat Badan (BMI)


Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya
BMI maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan
juga mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/
pengosongan kandung empedu.

4) Makanan
Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak
hewani berisiko untuk menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan
komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol yang terdapat dalam cairan
empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat mengendap dan
lama kelamaan menjadi batu.44 Intake rendah klorida, kehilangan berat
badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari
empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.

5) Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu
lebih sedikit berkontraksi.

2. Mual dan Muntah


a. Pengertian Mual dan Muntah
Mual adalah kecenderungan untuk muntah atau sebagai perasaan di
tenggorokan atau daerah epigastrium yang memperingatkan seorang
individu bahwa muntah akan segera terjadi. Mual sering disertai dengan
peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis termasuk diaphoresis, air
liur, bradikardia, pucat dan penurunan tingkat pernapasan. Muntah
didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui mulut,
seringkali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro et al., 2015).
b. Faktor-faktor Predisposisi
Mual dan muntah biasanya merupakan gejala yang bisa disebabkan oleh
banyak hal. Kondisi ini adalah cara tubuh untuk membuang materi yang
mungkin berbahaya dari dalam tubuh. Obat-obatan tertentu seperti
kemoterapi untuk kanker dan agen anestesi sering menyebabkan mual
muntah (Porter et al, 2010).
Penyakit gastroenteritis adalah penyebab paling umum yang
mengakibatkan terjadinya mual dan muntah. Gastroenteritis adalah infeksi
yang disebabkan oleh bakteri atau virus di perut. Selain menyebabkan mual
dan muntah, gastroenteritis biasanya juga menyebabkan diare (Porter et al,
2010).

3. Akupresur
a. Pengertian Akupresur
Akupresur adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan tradisional jenis
keterampilan dengan cara merangsang titik tertentu melalui penekanan pada
permukaan tubuh dengan menggunakan jari maupun benda tumpul untuk
tujuan kebugaran atau membantu mengatasi masalah kesehatan (Kemenkes,
2011).
Menurut Wong, (2011), menjelaskan perbedaan akupresur dengan
akupunktur, akupresur dilakukan dengan menggunakan jari tangan
sedangkan akupunktur dengan menggunakan jarum, namun menggunakan
titik tekan yang sama pada meridian organnya.

b. Mekanisme Kerja
Teori (endorfin) dan teori kekebalan tubuh menjelaskan bahwa penekanan
pada permukaan tubuh akan merangsang keluarnya zat-zat yang dapat
menghilangkan rasa nyeri dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit (Kemenkes, 2015).

c. Cara Penekanan
Penekanan atau pemijatan pada titik akupresur dilakukan dengan
mempertimbangkan reaksi “yang“ yaitu reaksi yang menguatkan energi (qi)
sedang yang melemahkan energi (qi) disebut reaksi “yin”. Reaksi “yang dan
yin” dipengaruhi oleh lamanya penekanan atau arah penekanan. Penekanan
yang bereaksi menguatkan “yang”, dilakukan sebanyak 30 kali tekanan
dengan putaran mengikuti arah jarum jam atau searah dengan jalannya
meridian. Sedangkan 3 penekanan untuk melemahkan atau menguatkan
“yin” dilakukan sebanyak 50 kali, putaran yang berlawanan dengan jarum
jam, berlawanan arah dengan meridiannya
d. Manfaat Akupresur
Di dalam tubuh manusia terdapat 12 (dua belas) meridian umum dan 2
(dua) meridian istimewa yang mewakili organ-organ dalam tubuh, yang
dapat dimanipulasi untuk melancarkan energi (qi), sehingga tubuh menjadi
seimbang/sehat (Wong, 2011). Menurut Kemenkes, (2015) menjelaskan
bahwa akupresur dapat digunakan untuk meningkatkan stamina tubuh,
melancarkan peredaran darah, mengurangi rasa sakit, serta mengurangi
stres/menenangkan pikiran.

Anda mungkin juga menyukai