Anda di halaman 1dari 13

TONSILITIS

KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI
Tonsilitis adalah : Penyakit radang pada tonsil yang dapat menyerang
pada semua umur.(Diagnosa Nanda,NIC NOC 2007-2008)
Frekwensi tonsillitis akut sangat sering terjadi pada anak-
anak.Tonsilitis kronis kurang umum dan mungkin disalah artikan dengan
kelainan lain seperti alergi,asma dan sinusitis.(BOIES,Buku Ajar Penyakit
THT,EGC,1997 )
Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri
berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara,
Imam, 2006).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu
serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional
tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan
infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang
sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006,
2006).
Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi
(Harnawatiaj, 2006).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esophagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel).
Tonsil
Merupakan kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri faring
di antara tiang – tiang leung fauces. Tonsil di jelajahi pembuluh darah dan
pembuluh limfe serta mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi
membrane mukosa yang bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan
ini penuh dengan lekukan dan ke dalam lekukan yang banyak ini sejumlah
besar kelenjar penghasil mucus menuangkan sekresinya. Mucus ini
mengandung banyak limfosit. Dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis
depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, dan
tenggorokan. Meskipun demikian tonsil bisa gagal menahan infeksi, yaitu
ketika terjadi tonsillitis (peradangan tonsil) (Pearce, 2004; 181)
C. ETIOLOGI
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai
penyebab terbanyak, selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium
diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001).

Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri


streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang
bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap
infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga
membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut


paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
C. Klasifikasi
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)

1. Tonsillitis akut

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan


streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi


bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.

Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-
sisa makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)


permukaan tonsil.

4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut


menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5. Tonsilitis Kronik

Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,


makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygiene mulut yang buruk.

D. TANDA DAN GEJALA


Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan
merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai
dengan trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan
menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil
membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang
detritus berdekatan menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane
semu. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak
melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan,
terutama pada anak-anak.
Pembesaran adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga
mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas baud an
pernafasan bising.
E. PEMERIKSAAN / EVALUASI DIAGNOSTIK
1. TesLaboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan
demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam kejang
2. Pemeriksaanpenunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebardan sulfonamide, antipiretik,
dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

F. TONSILEKTOMI
Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan
kebanyakan anak-anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan
menurun sejalan dengan perlambatan usia.
Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah
berikut :
1. Menderita tonsillitis berulang
2. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.
3. Serangan otitis media purulens berulang.
4. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang terjadidalam
kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.
5. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.
6. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3 kali,
hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam rheumatik
dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis kronik yang
sukar diatasi dengan antibiotic.
7. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau dengan
anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.
G. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Bakteri Virus
(dalam udara & makanan) (dalam udara & makanan)

Peradangan tonsil Prod. Secret berlebih

Tonsillitis
Bersihan jln nafas tidak efektif

Pembesaran tonsil
Peningkatan suhu tubuh

Benda asing di jln nafas


Diprose
s

Obst. Jln nafas


Kekurangan vol. cairan

Obs. mekanik
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)

Bersihan jln nafas tdk efektif Resiko kerusakan


menelan

Tonsilektomi

anoreksia

Kurang pemahaman Resiko


perdarahan
Resiko perub. Nutrisi
kurang dari kebutuhan
Kurang pengetahuan Darah di sal. nafas

Bersihan jln nafas tidak efektif


H. PENATALAKSANAAN
Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan
dan status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu
dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan
kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu
makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan
operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari
perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic,
obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu
diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling
memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk
memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan
nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya
telah pulih.
Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah
atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi
dan pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah.
Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt
operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung
dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang
operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika
tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien
diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini
akan menyebabkan nyeri tengkorak.
Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan
larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang
kental yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama
beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan.
Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan
produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung
meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Nyeri telan, sakit tenggorok, serak, demam
2. Riwayat penyakit sekarang
Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi
pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau
meringankan
3. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi,
penyakit yang pernah diderita, riwayat alergi, ataupenyakit yang
timbul bersamaan
4. Aktivitas / Istirahat
a. Gejala: kelelahan, kelemahan.
b. Tanda: takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas
5. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Gejala: nyeri telan dan nyeri tekan.
b. Tanda: perilaku distraksi, misal gelisah
6. Pernapasan
a. Gejala: napas pendek, kesulitan bernapas.
b. Tanda: dispnea, batuk, pernapasan dangkal, stridor
7. Keamanan
a. Gejala: riwayat infeksi virus, jamur, bakteri, penurunan system
imun.
b. Tanda : demam
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan bafas tidak efektif berhubungan dengan dengan
obstruksi nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
dengan anoreksia ; kesulitan menelan.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman,
pemajaran / mengingat.
5. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan
akibat tindakan operatif tondilektomi.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TONSILITIS
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN HASIL
1 Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi suhu tubuh ( 1. Suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan
dengan proses inflamasi keperawatan selama......... derajat dan pola) perhatikan proses penyakit infeksius,pola
pada faring dan tonsil diharapkan suhu tubuh menggigil atau tidak demam dapat membantu dalam
menjadi normal dengan diagnosis
2. Observasi suhu lingkungan 2. Suhu ruangan harus diubah
kriteria:
untuk mempertahankan suhu
Suhu tubuh 37 -37,5 derajat
mendekati normal
Tidak menggigil 3. Dapat membantu mengurangi
Turgor elastis 3. Beri kompres hangat demam
4. Asupan yang adekuat membuat
4. Berikan asupan cairan yang badan lebih segar sehingga panas
adekuat akan turun

5. Untuk mempertahankan suhu


tubuh pasien mendekati normal
5. Anjurkan penggunaan kain,
6. Untuk mengurangi demam
pakaian yang ketat yang
dengan aksi sentralnya pada
dikenakan pasien
hipotalamus,meskipun demam
6. Kolaborasi dokter untuk
mungkin dapat berguna dalam
pemberian anti piretik
membatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan
auto distruksi dari sel – sel yang
terinfeksi
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi nyeri (skala, 1. Untuk menentukan intervensi
dengan pembengkakan keperawatan selama ..... intensitas,kedalaman, yang tepat
tonsil diharapkan nyeri berkurang frekuensi)
sampai hilang dengan kriteria: 2. Berikan posisi tidur yang 2. Kelemahan otot diakibatkan oleh
nyaman ( sokong kepala dan tindakan pembedahan, kurang
Wajah rileks
leher dengan bantal) sokongan mengakibatkan
Tekanan darah normal
ketidaknyamanan
3. Menelan menyebabkan aktifitas
otot, yang dapat menimbulkan
3. Anjurkan pasien untuk nyeri karena oedem
mengeluarkan saliva dengan 4. Derajat nyeri sehubungan
hati - hati bila tidak mampu dengan inflamasi dapar
menelan berkurang dengan pemberian
4. Kolaborasi dokter untuk analgetik
pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta :


EGC

Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta : EGC

Mansjoer, et all. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat ; R & Jong, W.D. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta ;
EGC

Smeltzer, Suzanne & Bare, B E. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah, Brunner & Suddarth, ed. 8. Jakarta ; EGC

Anda mungkin juga menyukai