SISTEM PARIWISATA
Dosen Pengajar :
Dr. Made Heny Urmila Dewi, SE, M.Si
Kelas :
EKI 308 B1
Oleh :
Yuani Trisan . 1707511038
Timothy Deonvaska Soleman 1707511052
Saskia Intan Aprenisia 1707511073
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini yang berjudul Sistem Pariwisata. Adapun di
dalam pembuatan makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penulis tidak lupa menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari itu, penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah di masa yang akan datang.
Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan bagi orang yang
membacanya. Penulis mohon maaf jika di dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan-
kesalahan yang tidak sengaja diperbuat. Demikian yang dapat penulis sampaikan semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemikiran tentang kepariwisataan sebagai sebuah sistem mulai berkembang pada tahun
1964, ketika Wolfe mengembangkan outdoor recreation system dan mengemukakan bahwa
pariwisata lebih dari sekedar industri tetapi sebuah sistem yang terdiri dari komponen-
komponen utama yang saling terkait dalam hubungan yang erat dan saling mempengaruhi
(Gunn 1994 dalam Budisutrisno). Penelitian-penelitian tentang sistem kepariwisataan
berkembang dengan pesat pada tahun 1970 – 1980-an, serta sebagian besar membahas tentang
dasar teori dan konteks sistem kepariwisataan dalam proses perencanaan, pembangunan, dan
pengelolaan (Scarpino 2009 dalam Astuti). Pada sebuah sistem pariwisata, masyarakat lokal
merupakan salah satu dari pelakunya. Masyarakat lokal dapat terlibat dan berperan dalam
berbagai macam kegiatan yang terkait dengan pariwisata. Peran masyarakat lokal dalam
hubungannya dengan citra sebuah destinasi pariwisata. Dari perspektif manajemen dan sejalan
dengan beberapa konstituen perspektif keberhasilan event adalah komponen dari efektivitas
organisasi di mana berbagai pihak bekerja sama untuk berkontribusi pada pengalaman acara.
Saat ini pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan dampak ekonomi yang besar
bagi masyarakat lokal ataupun negara, terpeliharanya pariwisata dengan berbagai acara atau
tempat tempat hiburan yang ada di suatu negara tentunya akan menjadi jalan masuk pundi
pundi keuangan bagi negara tersebut. Selain itu pariwisata juga memiliki tujuan yaitu
terpeliharanya lingkungan secara berkelanjutan.
Pada saat ini kegiatan pariwisata telah menjadi sebuah industri yang besar. Sebuah
sistem pariwisata yang baik dapat membentuk citra yang baik bagi sebuah destinasi wisata.
Destinasi wisata yang memiliki citra baik dapat menarik turis untuk datang. Tindakan positif
masyarakat lokal terhadap kegiatan pariwisata dapat menciptakan citra yang positif terhadap
destinasi. Peranan mereka menjadi begitu penting khususnya pada destinasi pariwisata yang
mengandalkan alam atau budaya sebagai daya tariknya. Sektor sport event telah menjadi pasar
yang tumbuh tercepat di industri pariwisata di seluruh dunia. Dengan budaya yang sangat
beragam, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk mengembangkan pariwisata
suatu daerah dan meningkatkan kunjungan wisatawan dengan memperkenalkan
1
kebudayaannya. Jika destinasi tujuan yang menyediakan berbagai akomodasi dan pelayanan
terbaik maka para wisatawan yang setia akan mengulang kunjungan mereka secara berkala, hal
itu bisa menjadi lapangan kerja dan mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar
destinasi. Hal ini juga akan memberikan kontribusi untuk membentuk dasar yang kuat dalam
pembangunan jangka panjang daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana Teori dalam Sistem Pariwisata ?
2) Bagaimana Sistem Pariwisata ?
3) Bagaimana Struktur dan Fungsi Pariwisata ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah:
1) Untuk mengetahui teori sistem pariwisata.
2) Untuk mengetahui sistem pariwisata.
3) Untuk mengetahui struktur dan fungsi pariwisata.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gambar 1. Sistem Pariwisata menurut Gunn
2). Leiper
Model pengembangan yang bersifat sederhana disusun oleh (Neil Leiper 1979 dalam
Budisutrisno) yang menyebutkan bahwa sistem pariwisata terdiri atas tiga komponen utama,
yaitu :
(1). Daerah asal wisatawan (Tourist Generating Region/TGR)
(2). Daerah rute transit (Transit Route Region/TRR)
(3). Daerah tujuan wisatawan (Tourist Destination Region/TDR)
Sebagai contoh, ketika seorang mahasiswa berangkat dari rumahnya di Jakarta (TGR)
untuk berlibur di Bali (TDR) dan transit di Surabaya (TRR), maka Jakarta, Bali, dan Surabaya
menjadi elemen geografis utama dalam sistem tersebut. Selain ketiga elemen geografis
tersebut, ada dua elemen lainnya dalam sistem pariwisata Leiper, yaitu wisatawan dan industri
pariwisata. Kembali ke contoh di atas, mahasiswa asal Jakarta tersebut adalah wisatawan,
sedangkan industri pariwisata mengacu pada para penyedia produk, baik barang dan jasa, yang
4
dibutuhkan oleh wisatawan. Contoh produk industri pariwisata adalah daya tarik wisata,
transportasi, akomodasi, rumah makan, cinderamata, dan lain sebagainya.
Selain ketiga komponen tersebut, Leiper juga menyatakan bahwa pengembangan
kepariwisataan harus juga mencakup lingkungan yang lebih luas antara lain lingkungan fisik,
kultural, sosial dan politik. Ketiga komponen tersebut beserta lingkungan sekitar yang
mempengaruhinya kemudian digambarkan dalam sebuah model berikut :
Gambar 2. Sistem Pariwisata menurut Leiper
Lingkungan fisik, budaya, sosial dan politik merupakan elemen dari sistem pariwisata. Elemen-
elemen ini yang membentuk dan memengaruhi ketiga elemen geografis tadi. Sebagai contoh,
latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi wisatawan akan membentuk pandangannya akan
sebuah destinasi dan juga memengaruhi keputusannya untuk melakukan perjalanan ke destinasi
tujuannya.
6
Masing-masing komponen tersebut saling terkait satu sama lain. Mill dan Morison
menganalogkan pasar sebuah konsumen yaitu bagian yang berkaitan erat dengan kegiatan
perjalanan karena pasar/konsumen adalah subyek atau pelaku perjalanan, dimana pasar sangat
berperan dalam melakukan pembelian perjalanan. Keputusan untuk melakukan
perjalanan/menjadi wisatawan atau tidak berkaitan erat dengan sistem segmentasi pasar yang
merupakan sebuah sistem tersendiri.
Menurut (Hall 2000:51 dalam Pratiwi), sistem pariwisata terdiri dari 2 bagian besar
yaitu supply dan demand, dimana masing-masing bagian merupakan subsistem yang saling
berinteraksi erat satu sama lain. Subsistem demand (permintaan) berkaitan dengan budaya
wisatawan sebagai individu. Latar belakang pola perilaku wisatawan dipengaruhi oleh motivasi
baik fisik, sosial, budaya, spiritual, fantasi dan pelarian serta didukung oleh informasi,
pengalaman sebelumnya, dan kesukaan yang akan membentuk harapan dan image. Motivasi,
informasi, pengalaman sebelumnya, kesukaan, harapan, dan image wisatawan merupakan
komponen dari subsitem permintaan sebagai bagian dari sistem pariwisata. Supply sebagai
subsistem dari sistem pariwisata terdiri dari komponen seperti industri pariwisata yang
berkembang, kebijakan pemerintah baik nasional, bagian regional, maupun lokal, aspek sosial
budaya serta sumber daya alam, dimana masing-masing sub sistem dan sub-sub sistem
sebenarnya juga merupakan sistem tersendiri yang berinteraksi ke dalam dan ke luar. Baik
supply dan demand akan mempengaruhi pengalaman yang terbentuk selama melakukan
aktivitas wisata.
Melihat pariwisata sebagai suatu sistem, berarti analisis mengenai berbagai aspek
kepariwisataan tidak bisa dilepaskan dari subsistem yang lain, seperti politik, ekonomi, budaya,
dan seterusnya, dalam hubungan saling ketergantungan dan saling terkait (interconnectedness).
Sebagai sebuah sistem, antarkomponen dalam sistem tersebut terjadi hubungan interdepedensi,
dimana perubahan pada salah satu subsistem akan menyebabkan juga terjadinya perubahan
pada subsistem yang lainnya, sampai akhirnya kembali ditemukan harmoni yang baru.
Untuk mempertajam analisis mengenai sistem pariwisata, Prosser (dalam Mason,
2004 : 12) membagi sistem pariwisata dalam 4 subsistem yaitu pasar pariwisata, informasi,
promosi dan petunjuk, lingkungan tujuan wisata dan transportasi dan komunikasi. Lebih lanjut
Prosser mengatakan bahwa pasar pariwisata terkait erat dengan karakteristik lokasi, pola-pola
budaya, permintaan, kapasitas pengeluaran, dan musim.
Pasar wisata dalam melakukan aktivitas pariwisata memerlukan transportasi dan
komunikasi, menuju tujuan wisata, menuju atraksi wisata serta dari dan ke atraksi wisata. Di
7
tempat tujuan wisata akan berhubungan dengan sub sistem lingkungan wisata yang terdiri dari
interaksi timbal balik atraksi Pasar wisata dalam melakukan aktivitas pariwisata dan pelayanan
serta fasilitas wisata serta populasi dan budaya masyarakat yang didatangi (tuan rumah).
Persepsi wisatawan terhadap lingkungan daerah tujuan wisata merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sub sistem informasi, promosi dan petunjuk. Sub sistem ini berkaitan dengan
pembentukan image dan persepsi wisatawan, promosi dan penjualan, tersedianya pramuwisata
dan penunjuk jalan yang jelas, serta informasi dan publikasi.
Sejalan dengan model sistem pariwisata dari Prosser, Leiper mencoba menjelasksn
sistem pariwisata secara menyeluruh (whole tourism system) dimulai dengan mendeskripsikan
perjalanan seseorang wisatawan. Dari hasil analisisnya mencatat 5 elemen sebagai subsistem
dalam setiap sistem pariwisata yang menyeluruh, yaitu :
1). Wisatawan (tourist) yang merupakan elemen manusia yaitu orang yang melakukan
perjalanan wisata 2). Daerah asal wisatawan (traveler generating regions) merupakan elemen
geografi yaitu tempat dimana wisatawan mengawali dan mengakhiri perjalanannya
3). Jalur pengangkutan (transit route) merupakan elemen geografi tempat dimana perjalanan
wisata berlangsung
4). Daerah Tujuan Wisata (tourist destination region) sebage element geografi yaitu tempat
utama yang dikunjungi tujuan utama wisatawan.
5). Industri pariwisata (tourist industry) sebagai elemen organisasi, yaitu kumpulan dari
organisasi yang bergerak usaha pariwisata, bekerja sama dalam pariwisata untuk menyediakan
barang, jasa, dan fasilitas pariwisata (Suryadana dan Octavia, 2015).
Dalam sistem pariwisata, ada banyak aktor yang berperan dalam menggerakkan sistem.
Aktor tersebut adalah insan-insan pariwisata yang ada pada berbagai sektor. Secara umum,
insan pariwisata dikelompokkan dalam tiga pilar utama, yaitu :
1). Masyarakat
2). Swasta
3). Pemerintah
Masyarakat adalah masyarakat umum yang ada pada destinasi, sebagai pemilik dari
berbagai sumber daya yang merupakan modal pariwisata, seperti kebudayaan. Termasuk ke
dalam kelompok masyarakat ini juga tokoh-tokoh masyarakat, intelektual, LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) dan media masa. Selanjutnya dalam kelompok swasta adalah asosiasi
usaha pariwisata dan para pengusaha, sedangkan kelompok pemerintah adalah pada berbagai
8
wilayah administrasi, mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
seterusnya.
Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat berjalan dengan sempurna bila komponen-
komponen tersebut melebur menjadi satu dan saling mendukung satu dengan lainnya. Seperti
kewajiban pemerintah daerah adalah bersama-sama merencanakan, pembangunan,
pengorganisasian, pemeliharaan dan pengawasan dengan pemerintah daerah lainnya dalam
segala sektor yang mendukung kegiatan pariwisata. Pemerintah daerah beserta instansi-
instansinya, industri jasa dan masyarakat mempunyai kewajiban untuk bekerjasama dengan
pemerintah daerah lainnya dalam mengemas paket-paket wisata. Tindakan itu patut dilakukan
karena aktivitas pariwisata tidak dapat dilakukan hanya pada satu area saja dan tersekat-sekat.
Aktivitas pariwisata memerlukan ruang gerak dan waktu yang fleksibel, Adanya kerja sama
dan komitmen akan terbentuk kemitraan yang saling dan wkatu yang fleksibel, Adanya kerja
sama dan komitmen akan terbentuk kemitraan yang saling mengisi, maka aktivitas berwisata
yang memiliki mobilitas tanpa batas itu tidak akan mengalami kendala karena jalur-jalur yang
menghubungkan antar atraksi wisata yang satu dengan yang lainnya sudah tertata, terhubung
dengan paik dan dari segi keamanarn dapat dikoordinasikan bersama. Kegiatan promosi dapat
dilakukan bersama-sama antara pemerintah daerah dan swasta.
Demikian pula jika terdapat kekurangan-kekurangan baik sarana dan sumber daya
manusia yang kurang terampil pemerintah dapat membantu dalam bentuk fasilitator, bantuan
dana maupun pelatihan-pelatihan dan lain-lain. Sedangkan industri jasa harus memberikan
pelayanan yang unggul dalam diferensiasi dan inovasi produk. Sebab, dengan memberikan
pelayanan yang excellent dibarengi dengan diferensiasi dan inovasi produk wisatawan tidak
akan pernah bosan untuk datang kembali. Mereka akan selalu menemukan hal baru di daerah
tujuan wisata.
Demikian pula masyarakat di sekitar obyek dan atraksi wisata harus ikut berpatisipasi
yang diwujudkan ke dalam tindakan memberikan perasaan aman yang berupa keramahan dan
perasaan yang tulus ketika menerima kedatangan wisatawan. Di samping itu, masyarakat harus
ikut terlibat dalam mengambil keputusan pembangunan pariwisata, berpartisipasi bersama-
sama pemerintah daerah dan jasa-jasa kepariwisataan memelihara sarana-sarana yang terdapat
di obyek dan atraksi wisata dan ikut andil mendukung kegiatan pariwisata dalam bentuk
berjualan produk khas daerah tersebut dengan tidak lupa memperhatikan faktor higienis dan
sanitasinya serta pelayanannya. Jika digambarkan tiga pilar tersebut seperti gambar di bawah
ini :
9
Gambar 4. Sektor Pariwisata dalam tiga pilar
11
tersebut dapat terjadi pada kelompok-kelompok pelaku layanan jasa pariwisata di daerah
tujuan wisata,khususnya dilokasi objek daya tarik wisata.contoh:orang wisatawan
meninggalakan tempat tinggalnya untuk mengunjungi objek wisata di masyarakat atau
daerah tertentu,semua kebutuhan hidup selama perjalanan wisata dipenuhi oleh layanan
jasa wisata.
12
Komponen ini merupakan salah satu layanan kebutuhan pokok wisata selama kegiatan
wisatawan melakukan perjalanan dan sampai di lokasi wisata,jenis dan kelas restoran dan
rumah makan yang disajikan masyarakat beragam.ukuran besar dan kecilnya usaha tersebut
menurut lokasi,fasilitas dan menu sajiannya menunjukan strata sosail usaha serta
pemiliknya.
Adapun fungsi dari sestem kepariwisataan ini terdiri dari 4 fungsi, antara lain :
1). Melakukan pendataan/inventarisasi sumber - sumber potensi daerah, terutama di sektor
Pariwisata, termasuk didalamnya :
a. Pemetaan wilayah pariwisata (raw data)
b. Pembuatan peta tematik daerah wisata dan sebarannya berdasarkan jenis obyek
wisata (wisata pantai/laut, gunung/tebing, hutan/kebun atau wisata lainnya),
lokasi obyek wisata, dan lain-lain.
c. Pembuatan peta tematik sarana dan prasarana wisata meliputi hotel, restoran,
tempat ibadah, SPBU, tempat belanja, bank, dan lain-lain (site map wisata).
2). Menyediakan fungsi pengelolaan basis data pariwisata
3). Menyediakan sistem informasi pariwisata, meliputi
a. Jenis dan deskripsi obyek wisata, letak daerahnya, transportasi menuju ke obyek
tersebut, program wisata, dan lain-lain.
b. Sarana dan prasarana wisata meliputi hotel, restoran, tempat ibadah, spbu,
tempat belanja, bank, dan lain-lain.
4). Menyediakan sistem aplikasi kepariwisataan, meliputi
a. Administrasi pengunjung (tiket masuk, retribusi, statistik pengunjung, dll
b. Sistem layanan wisata (pemesanan tiket, koordinasi dengan biro perjalanan/biro
wisata, koordinasi dengan sistem perhotelan, dsb)
c. Pembukuan, administrasi umum, keuangan dan akuntansi (untuk pengelolaan
tiap obyek wisata daerah).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa pokok
simpulan sebagai berikut.
1). Model sistem kepariwisataan sebagai dasar teori antara lain dibahas oleh Gunn dan Leiper.
Model sistem kepariwisataan Gunn lebih sarat dengan aspek-aspek ekonomi, yang
mengemukakan keterkaitan antara sisi persediaan (supply) dengan permintaan (demand) serta
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya. Gunn berpendapat bahwa untuk memuaskan
permintaan pasar, sebuah negara, wilayah, atau masyarakat harus menyediakan beragam
pembangunan dan pelayanan (sisi sediaan). Kesesuaian antara sisi sediaan dengan sisi
permintaan adalah kunci keberhasilan dalam pengembangan kepariwisataan yang benar.
Berbeda dengan Gunn, Leiper memandang sistem kepariwisataan dari dimensi spasial. Gunn
mengungkapkan bahwa sistem kepariwisataan merupakan hubungan yang saling
ketergantungan antara daerah pembangkit wisatawan dengan destinasi pariwisata. Model
Leiper mengidentifikasi lima komponen dalam sistem kepariwisataan, yaitu wisatawan, daerah
tempat tinggal wisatawan, jalur transit, destinasi pariwisata, dan industri pariwisata. Leiper
juga mengemukakan bahwa pariwisata terjadi jika satu saja dari komponen-komponen tersebut
ada dalam suatu proses yang saling terkait.
2). Sistem Pariwisata yang dapat dipandang sebagai suatu sistem yang besar, yang mempunyai
berbagai komponen seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya, dan seterusnya. sistem
pariwisata secara menyeluruh dimulai dengan mendeskripsikan perjalanan seseorang
wisatawan. Mulai dari wisatawan yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata, daerah asal
wisatawan yaitu tempat dimana wisatawan mengawali dan mengakhiri perjalanannya, jalur
pengangkutan yaitu tempat dimana perjalanan wisata berlangsung, daerah tujuan wisata yaitu
tempat utama yang dikunjungi tujuan utama wisatawan, dan industri pariwisata yaitu kumpulan
dari organisasi yang bergerak usaha pariwisata, bekerja sama dalam pariwisata untuk
menyediakan barang, jasa, dan fasilitas pariwisata. Aktor dalam pariwisata dikelompokkan
dalam tiga pilar utama, yaitu masyarakat sebagai pemilik dari berbagai sumber daya yang
14
merupakan modal pariwisata, seperti kebudayaan, swasta adalah asosiasi usaha pariwisata dan
para pengusaha dan pemerintah adalah pada berbagai wilayah administrasi, mulai dari
pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan seterusnya.
3). Dalam struktur sistem kepariwisataan, struktur yang penting untuk diperhatikan yaitu
struktur sosial dimana masyarakat pariwisata merupakan kumpulan individu dan kelompok-
kelompok pelaku kepariwisataan yang memiliki ikatan kepentingan dengan hubungan sosial
bersifat organis. Konsep – konsep yang digunakan dalam struktur sosial ini yaitu Posisi Atau
Status Sosial, Peraanan Sosial, Tingkah Laku Dan Peranan, Interaksi Sosial dan hubungan
sosial. Fungsi sistem pariwisata yaitu melakukan pendataan/inventarisasi sumber - sumber
potensi daerah, terutama di sektor Pariwisata, menyediakan fungsi pengelolaan basis data
pariwisata, menyediakan sistem informasi pariwisata dan menyediakan sistem aplikasi
kepariwisataan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Kepariwisataan 21 Oktober 2010 Magister Terapan Perencanaan Kepariwisataan.
Bandung: ITB, 2010.
Sasongko, Teguh Saparyan Dwi. 2017. Kompleksitas Hubungan Antara Pariwisata, Politik,
dan Manajemen Sektor Publik. Jurnal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
Jakarta. Email: saparyanteguh@gmail.com
Scarpino, Michelle. Tourism System: An Analysis of The Literature for Improved Subnational
Development.. diunduh dari www.conferencedevelopment.com tanggal 27 Februari
2020. San Sebastian, Spanyol, 2009.
Soemanto. R.B. 2010. Sosiologi Pariwisata. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suryadana, M Liga dan Vanny Oktavia. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. Alfabeta.
Bandung
Widyatmaja, I Gst Ngr dan I Ketut Suwena. 2017. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata.
Denpasar: Pustaka Larasan.
Suryadana, M Liga dan Vanny Oktavia. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata.
Alfabeta. Bandung
17