Anda di halaman 1dari 8

Seminar nasional kopi

(Festival Kopi Gunung Slamet)

Baturaden, 28 Desember 2019

Tema

Mengukap jejak sejarah kopi gunung slamet yang hilang untuk melahirkan indikasi geografis gunung
slamet.

Jutaan kopi tersebar diseluruh kabupaten di jawa tengah.

Diantaranya barlingmas=cake’tuin kopi hutan dan kopi

Kopi pager merupakan mayoritas penghasil kopi terbesar di kabupaten banyumas.

Kurangnya edukasi para petanam kopi pada masa tanam paksa mengakibatkan hasil kopi tidak dikelola
dengan baik.

Moderator : Sarwanto

Perjalanan kopi dikabupaten Banyumas

Dimana Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar ke 4 .

Sesi 1 : Indikasi geografis gunung slamet

Sesi 2 : Prospek Bisnis

Narasumber :

1. Prof Dr Tanto Sukardi (Sejarah)


Perkembangan kopi di Indonesia khususnya kab banyumas yang menjadi komoditi penghasil
kopi di Indonesia.
Tanaman kopi kab banyumas sudah dikenal lama, Banyumas merupakan daerah yang potensial
untuk menghasil budidaya dan bisnis.
Awal kekuasaan kolonial
Budidaya kopi dilakukan di banyumas untuk pajak, dimana pajak merupakan hasil bumi
diantaranya adalah kopi.
Tanaman kopi yang dilakukan awal mulanya merupakan kopi pager sesuai dengan luas tanah
yang dimiliki oleh masing-masing setelah itu diserahkan ke kolonial.
Tanaman kopi yang dianjurkan ialah kopi pager, namun mayoritas masyarakan ternyata sudah
menanam hal tersbut guna membayar ppajak tanah.
Berdasarkan besluit
Tanaman kopi diwajibkan untuk kebon kopi bukan hanya untuk pager kopi. Bebas Pajak tanah
jika memiliki 450 tanaman kopi di tanahnya,
Tanaman wajib kopi
Tanaman paer kop, kebun kopi , hutan kopi.
Para kolinial pada taun 1832 melakukan tanam paksa …
1833-1936 penyerahan hasil sudah dilakukan sehingga jumlah kopi sudah mulai bertambah yang
diserahkan ke pemerintah di masing-masing kabupaten .
Ukuran pada saat itu masih dalam bentuk pikul belum menggunakan ukuran, kemudian hasil
tersebut di ekspor dalam bentuk biji kopi yang belum dimatangkan.
1837-1841 perkembangan penyerahan wajib kopi mengalami pasang surut, puncak penyerahan
kopi dari penduduk dari 3 jenis perkebunan pada tahun 1839.
Jumlah pohon dan penyerahan wajib kopi (1845)
Setiap 1 pikul yang dihasilkan dari berbagai variasi jenis kopi dengan kab banyumas
menghasilkan 365 pohon/pikul kopi kering.
Keterlibatan tenaga kerja paksa di perkebunan kopi berdasarkan lamanya kerja paksa yang
dilakukan. keterlibatan masih dalah bentuk cacah dan keluarga untuk mengerjakan / merawat
pohon kopi.
Puncak tenaga kerjapaksa pada tahun 1839 di kabu paten banyumas.
Lama kerja paksa di karesidan banyumas bergantung pada jenis perkebunan didaerah tersebut.
Berdasarkan data tersebut, setiap tanaman kopi ditanam di karasedinan banyumas.sehingga
berindikasi bahwa tanah di kab banyumas sesuai untuk ditanam kopi .

N: Selepas masuknya kopi ditanah jawa , banyumas merupakan komoditas kopi namun pbg
merupakan daerah terbesar penghasil kopi. Kopi merupakan komoditi pada masa itu,
masyarakat yang menanam kopi di gunakan sebagai pajak.

2. Ashoka Siahaan
Budaya yang dilakukan di Banyumas mengenai tradisi yang sering dilakukan.
Karakter masyarakat banyumas dengan tradisi perkopian.
Tinjauan kebudayaan dan kopi pada jaman VOC pada konteks sosial budaya dan ekonomi di
banyumas khususnya.
Kopi dalam penjajahan dan Penjajahan dalam Kopi
Filosofi kopi hanya untuk trend masa kini,

Mulai dari tahun 1800 merupakan masa kolonial belanda.


Penurunan kopi disebabkan oleh bala tentara jepang dan kehancuran management.
Pada masa kolonial Indonesia merupakan penghasil kopi dll nomer satu.
Java dan sumatra kopi.
Perjalanan kopi dari jabar, parihayangan malabar, berdasarkan buku st.. penanaman awal kopi
itu berasal dari Depok, di jawa tengah diantaranya adalah banyumas.
pada masa nasionalisasi tersebut banyak terjadi kerterlantaran dan alih fungsi perkebunan.
Kuantitas meningkat namun kualitas menurun pada masa demokratisasi berakibat penguasaan
menyeluruh atas perkembangan kopi akan dimiliki ppleh kelompo tertentu saja.
Kebanggaan kopi bukan berasal dari banyaknya café namun justru para petani kopi yang bisa ….
Kebon, tanah, hasil milik rakyat namun ilmu tidak dimiliki rakyat. Sehingga kesengsaraan petani
menurun diakibatkan edukasi yang kurang. Sektor formal bukan hanya sebagai faktor utama
namun juga informal.
Semenjak orde baru banyak tenaga ahli dan konsukltan asing yang diambil oleh pemerintah dan
bumn namun para petani dan rakyat tidak mengetahui fungsi lahan untuk inovasi nya.
40 tahun menelusuri sisa sisa kopi di desa windujaya, windusari dan melung sebagai penanaman
kopi daengan sangat baik. Mulai dari pengolahan, prosesing hingga marketing. Perkebunan oleh
belasan keluarga belanda yang dilakukan berdasarkan researvh ada di daerah tersebut.
Kondisi rumah masih ada sebagai bukti bahwa daerah tersebut merupakan daerah sisa sisa kopi
penghasilan belanda. Berdasarkan research Pak Sibarani, daerah tersebut merupakan daerah
tersubur di pulau jawa. Tahun 1990 belum ada inisiatif
Perkembangan sisa sisa kopi hingga sekarang belum bisa meniru seperti pada masa belanda.
Peran serta dari ilmuan dan pemerintah daerah penting untuk pengelolaan tanaman kopi

Filosofi kopi merupakan subjek . . . .


Pribadi kita akan berubah dari sosial comodity menjadi privat.

Indikasi wilayah BMS bahwa pernah ber


Masing-masing masyarakat yang diproduksi berbeda dengan yang lainnya, karena menjadi khas
dari masing-masing daerah. Ada 28 produk kopi yang terdaftar di IG (Indikasi Geografis). Ada
kemungkinan di kabupaten banyumas akan ada jenis kopi di daerah gunung slamet sehingga
memiliki IG.

3. Dr. Ir H Riyaldi Ketua AIGI


Indikasi geografis merupakan sebuah penetapan secara hukum yang memiliki kewilayahan pada
daerah tertentu. Semisal toraja, java coffes dll.
Pemahaman, peluang dan proses indikasi geografis
Apakah mungkin kopi gunung slamet mendapakat IG?
Sangat mungkin bahwa kopi gunung slamet mendapatkan sistem IG, di banyumas ada 2 jenis
kopi ya itu robusta dan arabica gunung slamet namun tidak bisa digabungkan. Kopi arabica dan
robusta gunung slamet memiliki ciri khas tertentu. Karena perkembangan jaman banyak petani
yang tidak menanam kopi namun hasilnya untuk saat ini berkembang secara pesat.
Pemerintah ikut berperan serta dalam penggunaan tanda IG, dimana petani, masyarakat
wilayah gunung slamet dan membentuk suatu kelembagaan. Sehingga tidak ada lagi
penindasaan pada petani. Oleh karena itu bisa diberikan IG terhadap kopi gunung slamet.
Indikasi geografis merupakan bentuk kekayaan intelektual / merk, tanda yang digunakan untuk
perdagangan. Namun bedanya IG harus memiliki khas dan karakteristik (kualitas cita rasanya
>80). Pemilik IG merupakan masyarakat penghasil produk tersebut (petani, pengolah,
pedagang). Masyarakat penghasil produksi tersebut saling ketergantungan. Cara untuk
meningkatkan produksi dengan membangkitkan pasar melalui barang yang bagus. Terjalinnya
hal tersebut membentuk suatu kelembagaan dari petani, pengolah dan pedagang.
IG menggabungkan semua pelaku usaha sehingga tidak ada yang dapat memalsukan kopi
tersebut.
Tahapan pendaftaran IG :
1. Mengetahui ciri dan kulaitas khas produk yang akan di IG kan.

2. Membentuk kelembagaan IG dengan SK Bupati dan dijadikan badan hukum dengan akte
notaris.
Dari berbagai daerah yang memiliki kualitas yang sama setelah diuji di lab dapat dijadikan satu
pada indikasi geografis.
3. Menyusun dokumen deskripsi IG
Tahap ini pemerintah ikut serta, dimana dengan menunjukkan kualitas, ciri khas, sejarah dan
daerahnya.
4. Mengajukan permohonan pendaftaran IG ke kemenkumham, administrasi dan
Yang kemudian diajukan ke kemenkuham, setelah itu pemeriksaan nama yang akan
digunakan di seluruh daerah.
5. Pemeriksaan substantif oleh tim ahli IG
Fakta yang dilakukan untuk membuktikan daerah tersebutk penghasil kopi harus dilihat dari
budidaya, pengelolalan dan pemasarannya.
6. penerbitan sertifikat IG

Gunanya IG sebagai perlindungan hukum dari orang yang ingin memalsukan. Yang boleh
memakai IG kopi gunung slamet adalah para pemohon. Dasar hukum UU NO 20 tahun 2016
mengenai Indikasi Geografis.
Manfaat Ig :
- terhindar dari pemalsuan penggunaan nama IG, pemalsuan produk dan pemalsuan mutu
- menjaga kualitas produk IG
- Meningkatkan permintaan pasar sehingga akan meningkatkan harga
- Meningkatkan ketenaran produk dan keterkenalan wilayah
- Meningkatkan kesejahtaraan anggota
- Perlingungan dan manfaat IG berlangsung selama reputasi, kualitas dan karakteristik barang
dan atau produk masih ada.

Perbedaan IG dan Merk, IG tidak ada masa berlaku nya selama kualitas dan ciri khas belum
berubah namun merk hanya berlaku selama 10 th.

Dari sisi sejarah dan para pelaku sebagai persyarataan IG.

4. Dr. Ir Sri Mulato

Peluang pengembangan wilayang banyumas sebagai sentra industri

Potensi kawasan banyumas dalam peningktan produksi kopi diantaranya adalah cilacap, banyumas
banjarnegara dan purbalingga (eks karasedinan banyumas). Bergerak dibawah gunung slamet dan
selatan sindoro.

Luas dan produksi kopi eks karasdidenan banyumas

Kopi arabica untuk daerah banjarnegara memiliki produksi paling banyak karena ekosistem didaerah
tersebut cukup baik namun cilacap masih kurang karena merupakan daerah pantai.

Kopi robusta daerah potensialnya adalah banjarnegara, kemudian purbalingga, banyumas dan cilacap.

Proporsi produksi kopi eks karesidenan banyumas 1800 ton untuk robusta 85% dan 15% arabica.
Produktivitas kopi di banyumas 400kg/ha/th dengan target 1000kg/ha/th demi mengentaskan
kemiskinan didaerah tersebut.

Produksi kopi ini diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan diatas garis ambang batas kemiskinan.
Tolak ukur penentuan produktivitas minimal untuk produksi robusta dengan harga Rp 20.000/kg maka
yang dihasilkan 1000 kg/ha/th agar dapat dikatakan sebagai batas nilai kemiskinan.

Peluang agroforesti kopi di lahan perhutani di jateng 5500 ha dan produksi 4000 ton di banyumas barat
dan banyumas timur. Agar para petani tidak merusak hutan sehingga perlu pemahaman keadaan.

Model pengembangan industri kopi pedesaan

Dari industri kopi pedesaan diharapkan untuk mendekatai sumber bahan baku, mengembangkan
ekonomi wilayah, mengurangi urbanisasi dan melestarikan lingkungan. Industir tersebut dapat di
kembangkan kedalam kebun kopi ( tanaman kopi, penaungm tumoang sari, ternak sapi, kambing) ,
industri dan sarana wisatanya.

Integrasi produksi kopi hulu hilir skala umum

Sistem yang terkoordinasi untuk mengelila pemindahan bahan baku dan produksi mulai dari sumber
awalnya sampai ke konsumen dalam suatu proses berurutan dan disertai dengan informasi yang terkati.

Hulu mencakup kualitas kuantitas, konsistenti, dan keberlanjutan dimana yang berperan penting adalah
pekebun, prosesor dan pasar sehingga menghasilkan biji sangrai, kopi bubuk dan kopi instat atau
dikatakan sebagai produksi kopi hilir. Setelah produksi kopi hulu hilir dapat diberikan ke konsumen.

Pengolahan bahan baku sesuai standar segmen pasar

Biji kopi luwak yang baik dilihat dari …

Kopi luwak merupakan kopi termahal di dunia sehingga prosesnya…

Produksi kopi harus memperhatikan legalitas, standarisasi produk ke pasar off dan online seperti badan
hukum usaha, Nomor produk industri rumah tangga guna memenuhi standar keamanan pangan, Nomor
BPOM untuk menjamin produk industri skala menenga dan besar guna memenuhi ….

Perlu ada persiapan indikasi geografis untuk produksi kopi kedepan nantinya.
SESI 2

Kegiatan budidaya penanaman kopi guna mendapatkan indikasi geoggrafis salah satu persyaratannya
adalah luasan area. Di kabupaten banyumas memiliki daerah yang cukup luas milik perhutani sehingga
bisa dimanfaatkan dengan baik.

5. Dwi purwanto (Kasi Perencanaan dan BangbBis Perhutani )

Kemungkinan-kemungkinan yang dapat dikelola dari KPH Banyumas wilayah timur dari tahun 2010-
2015.

Lahan perhuti 993 ha yang sudah ditanamai kopi baik ditanama atau liar, namun belum dapat dipanen
untuk saat ini. Baru-baru ini kerjasama dengan LBH dengan tanah 100,56 ha untuk penanaman kopi.

Area KPH Banyumas timur yang meliputi

Kawasan hutan KPH banyumas Timur

Hutan produksi terbatas 43,32%

Diharapkan para penanam kopi agar ikut menanam kopi.

Potensi luas kawsan hutan perkabupaten banyumas sekitar 18 rb, banjarnegara 11rb

Sejarah kopi di KPH Bnayumas timur

Mengingat akhir-akhir taun ini, pinus merupakan primadona kayu di daerah ini. Namun pendapatan nya
menurun, setelah di teliti besar pendapatan dan pengeluaran bahwa pinus merugikan.

Keberadaan PLDT KOPI

Salah satu yang bisa menopang salah satunya adalah tanaman kopi, pada taun 2011 Perhutan
bekerjasama dengan UNSOED Fak. Pertanian yang berlokasi di serang, karang kobar dalam penanaman
kopi sehingga muncunplnya keberadaan PLDT Kopi.

Realisasi penanaman kopi

Database penanaman kopi daerah baturaden untuk tahun 2011-2012 dengan jenis kopi robusta sebesar
140,3 ha

Daerah yang berpotensi untuk panen adalah daerah Serang, Purbalingga. ada yang sudang pernah
mencoba hasil kopi tersebut, namun belum dapat dipanen secara resmi karena belum memiliki IG.

PLDT Kopi tahun 2011 didaerah Gn. Slamet Barat, Baturaden sebesar 81,00ha, namun PKS terhenti
dikarenakan tidak ada biaya untuk meneruskan.

Kondisi PLDT dari tahun 2011-2015 mengalami kekerdilan atau tanaman bertumbuh buruk.

Agar tanaman kopi bisa bertumbuh dengan baik perlu adanya standar penanaman yaitu :

Namun terkendala dengan biaya yang diperlukan.


Pada tahun 2019 ditemukan adanya tanaman kopi baru hal tersebut ditemukan di kabupaten
banjarnegara tepatnya di karangkobar. Diharapkan 5 tahun kedepan dapat berkembang kembali.
Sehingga diharapkan di kabupaten banyumas dapat mengelola tanah yang ada dengan baik. Perhutani
akan siap membantu untuk mengelola penanaman kopi untuk diwilayah KPH banyumas timur.

Perhutani sudah memulai penanaman kopi namun berdasarkan data bahwa mengalami berbagai
kendala entah dari pengelolaan atau manajemennya. Namun perhutani memberikan peluang ke
masyarakat jika ingin mengelola penanaman kopi.

Petani-petani apakah dapat mensuport terkait dengan pengembangan kopi

6. Udiarto
Seiring dengan terbitnya perda melalui dinas pertanian pemerintah kabupaten banyumas lebih
konsentrasi di bidang perkopian. Berdasarkan potensi yang ada di kabupaten Banyumas ada
sekitar 463 ha yang juga milik perhutani tepat untuk mengelola kopi. Didalam lahan tersebut
ada banyak kopi liar, sekitar 30-40 ha .
Ada banyak petani kopi yang belum tercatat resmi lahannya, diharapkan nantinya perhutani dan
dinas pertanian dapat lebih menjalin komunikasi lebih baik. Untuk mensejahterakan para petani
adalah dengan menghasilkan 1 ton/ha namun saat ini baru 500kg/ha. Melalui RPPj kab
banyumas setiap tahun 1% / tahun
Diharapkan pada tahun 2024 menghasilkan 205 ton kopi. Dinas pertanian melakukan program
penanaman 50rb benih kopi untuk lima tahun kedepan di kab banyumas.
Realissasi pada tahun 2019 baru 19% yang dapat dilakukan sesuai dengan target yang
ditetapkan disebabkan karena keterbatasan daerah. Upaya yang dilakukan dinas pertanian
melalui kerjasama Balai Penelitian di Sukabumi dengan ….
Pendistribusian dicoba dengan berbagai cara dengan dana apbd kab banyumas dan provinsi
jawa tengah. Penyerahan pembenihan diatur oleh kemendagri no 11 tahun 2011. Melalui forum
ini diharapkan masyarakat yang ikut berperan serta dan jika sudah melakukan kegiatan agar di
ajukan atau di laporkan ke daerah setempat sesuai dengan peraturan kemendagri yang ada.
Melalui forum dan kegiatan ini dinas pertanian berharap dapat bekerja sama dengan perhutani
dalam pengelolaan

Untuk luasan area kopi sekitar 463 ha dengan rata-rata produksi 500kg/ha sehingga belum
mencapai optimal, adanya keterbatasan SDM sehingga dinas pertanian belum memiliki
penyuluh-penyuluh mengenai kopi bagi petani kopi. Dengan hal itu menyeba
Program 2019-2024 diharapkan

Dan bisa kerjasama dengan pemda setempat.


7. Berry Indrawan (Penggiat Kopi)
Kopi tidak bergantung hanya cita rasa namun dari pelayanan yang dilakukan dibidang bisnis.
Penggiat Kopi di Kab Banyumas sudah mulai dari tahun 2015, namun awalanya mereka tidak
tahu arah nya mau kemana. Sehingga para penggiat kopi berkumpul
Kab banyumas memiliki potensi yang bagus, namun ada beberapa kendala yang mengakibatkan
hasil kopi itu tidak ada. Para penggiat kopi di kab banyumas “juguran kopi”. Para penggiat kopi
melakukan patungan untuk belajar mulai menggaet dari petani dll. Namun kendalanya petani
yang seharusnya melakukan 3M (Menanam, merawat dan memanen) namun hanya dilakukan
menanam. Hal tersebut terjadi dikarenakan mindset orang indonesia mengenai petani itu miskin
sehingga petani tidak melakukan edukasi yang tepat.
Hasil tersebut mengakibatkan kab banyumas hanya menghasilkan robusta, kalah dengan
banjarnegara.
Usia produksi kopi paling tidak 5 tahun yang dibutuhkan, namun masih kurangnya petani yang
mau memproduksi lahan kopi tersebut. Sehingga mempengaruhi hasil yang ada.

Seperti manusia kopi juga berevolusi hingga gelombang tiga, namun indnesia masih ada di
gelombang 1 dan 2.
Gelombang pertama kopi masih berupa sachet. (1900an)
Gelombang kedua kopi muncullah berbagai rasa yang ada pada kopi. (1960an)
Gelombang tiga (1990an) dipopulerkan awal 2000an

Proses pembuatan kopi melalui berbagai tahapan, roaster memiliki peranan penting untuk era
sekarang.

Gelombang keempat
Peran barista sudah digantikan oleh mesin atau robot.
Indonesia masih jauh tertinggal untuk perkembanganan kopi, mungkin dikarenakan edukasi atau
informasi yang diperoleh.

Perkembangan kopi untuk era saat ini

Dengan IG diharapkan bisa menspesifikasikan lagi untuk jenis kopi.

Setidaknya ada bukti kuat di kab banyumas ditemukan jenis kopi.

Sesi tanya jawab:

Anda mungkin juga menyukai