Anda di halaman 1dari 30

Puncak panen juni-juli. Seminggu dapat 3-4 karung. Hutan kopi karena jarak tanam tidak teratur.

Tingkat
ketinggiannya ada yang lebih 20 m. Kelebihannya kopi hutan yang tidak teratur ja tumbuh.

Penjemuran hampir 1 minggu prosesnya yang kulitan.

Alat 2 kupas yang basah & kering. Kalau dikupas langsung, direndam lalu disortir, yang tenggelam
diambil, yang ngapung di buang.

Bapak asmari narasumber. Sementara kekurangan stok bahan baku. Lahan luas aja cuma karena proses
pemanenan, masyarakat belum antusias karena masyarakat banjar handaknya belum gugur paluh duit
dulu. Mayoritas robusta rasa asem, di aranio ciri khasnya aroma. Untuk wilayah kalsel di aranio
unggulan.

Bapak arianto 081250825142

Terbentur proses manual, betumbuk, tradisional belesung. Perlu dukungan bantuan pemerintah.
Sementara kekurangan bahan baku faktor alat tidak ada. Masyarakat antusias karena efesien tenaga.
2017-2018 meangkat nama kopi aranio. Turun temurun hutan kopi.

Handak ke muara, muara mencuat, semangat petani terangkat. Tergantung pesanan, padahal
permintaan banyak ada permintaan ekspor tapi terbentur proses pengolahan kopi yang masih
tradisional. Kendala tenaga, alat mesinnya, minat masyarakat yang memanen tinggi. Kalau ada bantuan
alat, kdd alasan lagi

Lahan ada kepemilikan, petakan wilayah konservasi nih tidak ada legalitasnya. Kampung ada batas adat
punya lahan si A, si B.

Kemasan aluminium foil ada binaannya di sultan adam supaya aroma terjaga.

Keunggulannya disini aromanya. Sementara ini alatnya belum nyampai, masih manual.

Kelasnya / kelompok sortirannya ada 4. Harga jualnya 20-30 kelas 4. 30-40/kg kelas 3. 40-50 kelas 2. 50-
60 kelas 1.

Inovasinya ada diolah lilin kopi, pengharum kopi.

Habis petik langsung jamur. Kalau sudah kering. Baru ditumbuk pakai lesung, disangrai di wajan. Tumbuk
lagi itulah prosesnya. Perlu tenaga banyak. Lumayan ribet prosesnya perlakuannya.
Hutan kopi bukan kebun kopi. Mulai tahun 2000an memberdayakan itupun masyarakat kd antusias lagi
proses menanamnya.

Secara ekonomis, menjanjikan. Yang membedakan kelas 1-4, diameternya 6mili standarnya, biji tunggal
(lanang) lebih mahal.

Yang hitam hitam kelas 4 bisa inovasi meolah lilin kopi.

Kelas rendah dibikin inovasi seperti lilin kopi, pengharum kopi, dll.

Maret april penanaman. Hujan baru proses penanaman

Pemangkasan memperbanyak cabang, maka semakin banyak kopi yang dihasilkan.

Handak mensertifikasi pembibitan. Amun handak mengembangkan kopi aronio dengan dasar sertifikasi.
Sementara ngambil dari pulau jawa. Kalau untuk proyek banyak dituntut sertifikasi legalitasnya.
Terbentuk sertifikat

Sudah survey alat, pembinaannya, belajar caranya tapi alat belum sampai ke kec.aranio.

Bila dijual cuma bibitnya harganya murah. Kalau kita produksi sampai muara, hasilnya kita jua yang
manfaati.

Harga yang 1kg 30rb-40rb, sedangkan kalo diolah jadi kopi misal espresso perbandingannya harganya
40rb/gelas cuma 40ml. Maka sangat menjanjikan dari segi ekonomis.

Alat saringnya ada. Kertas saring corongnya sudah ada. Proses perlakuannya istimewa kada
sembarangan agak masih rumit karena alat maka antusias masyarakat rendah.
Menguliti pakai alu. Secara simbolis dinas menyerahkan bantuan/penghargaan ke aranio.

Kemasannya sekarang supaya lebih awet pakai aluminium foil. Dulu sekedar plastik keawetannya
kurang.

Paling sedikit 70gr harganya 15k.

Kopi aronio perlakuan khusus baik pra panen maupun saat panen. Kopi aranio aromanya khasnya. Ke
depannya kalau ada yang ingin mengambil bibit/bahan baku dari sini ada prosedur tersendiri.

Pecinta kopi pasti tau ciri khasnya. Penghasilan

Keterbatasn alat & bahan baku. Awal tahun nanti ada bantuan alat. Harapannya masyarakat terbantu
dengan adanya kopi aranio.

Fisiknya halus kecil kecil, aroma khas aronio. Masih belum bersertifikat, diharpkan kedepannya ada
sertifikasinya sudah ada sertifikat.

Produknya kopi aranio boleh lah brandnya digarap oleh orang lain. Misal sya pesan 200kg. Diolah pak
mon cap pak mon, apakah boleh? Atau harus izin? Terkait etika bisnis.

Jwb: ada syaratnya. Didiskusikan dulu. Persetujuannya. Kerjasama komunikasi yang saling
menguntungkan. Kita jadi pemain jangan jua dimainkan orang. Kita harus punya prinsip & pedoman, jadi
pemain jangan dimainkan. Harus terbuka dengan orang, kalau ada masukan diterima. Semoga tidak ada
dicurangi orang.

Tawaran kerjasama program antara kepala desa, bapak arianto, untuk pengadaan pelatihan kedai-kedai
kopi di bindes kec aranio. Sifatnya kontinuitas. Login cafe kopi aranio. Bawa pulang kopi, diuji coba.

Mayoritas tim kopi aranio aja yang tau. Masyarakat masih blm tau. Target handak dikatakan kebun kopi.
Kenyataannya hutan kopi. Ada jarak tanam, sesuai teduhannya, proses penanaman tingkat
keteduhannya/tanaman pelindungannya 50-60%, pasca panen 30-40% ada pemangkasan pelindung.
Kopi aranio adalah kopi spesial yang berasal dari lereng Pegunungan Meratus, Kabupaten Banjar,
Kalimantan Selatan. Ketenaran kopi aranio telah terdengar hingga ke Kota Martapura dan sekitarnya,
termasuk Banjarbaru. Namun, permintaan dari Kalimantan Tengah dan bahkan hingga Jakarta juga ada.
Akibat banyaknya permintaan, pengusaha dan kelompok tani kopi aranio merasa kewalahan dan masih
belum mampu memasok permintaan pasar sepenuhnya. Kopi aranio masih belum mencapai standar
pasar dan belum mampu menembus pasar mancanegara.[1][2][3] Beberapa perguruan tinggi di Kalsel
mulai menggarap potensi kopi aranio ini, salah satunya ialah UPT Kewirausahaan dan Inkubasi Bisnis,
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Albanjari.[4]

Kopi robusta aranio juga dapat disebut kopi robunio. Kopi ini terkenal dengan aromanya yang kuat dan
nyaman untuk lambung.[5]

Perkebunan yang menghasilkan kopi aranio telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda. Sejak
penjajahan itu pula, bibit kopi yang ditanam dan dibudidayakan tetap berasal dari sumber yang sama,
sehingga menimbulkan rasa kopi aranio yang khas.[6] Berpuluh-puluh tahun kebun kopi aranio dibiarkan
begitu saja, hingga ditumbuhi semak belukar. Namun, hal itu berubah sejak permintaan kopi yang
meningkat seiring budaya meminum kopi menjadi semakin marak.[7]

Kopi Aranio Desa Tiwingan Baru, Mulai Digemari Penikmat Kopi

Senin, 18 Maret 2019 | 12:01 WIB| Penulis

MC KAB BANJAR

, Redaktur Yudi Rahmat

Martapura, Infopublik - Cita rasa kopi Aranio yang menggoda membuat para penikmat kopi mulai
banyak mencari Kopi Aranio hingga datang ke kebun untuk membeli kopi di Desa Tiwingan Baru,
Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Ketua BUMDes Bina Sejahtera Arianto, menjelaskan Desa Tiwingan Baru memiliki Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) Bina Sejahtera, Lembaga ekonomi masyarakat ini menjalankan usaha pengolahan bubuk
kopi Aranio sekitar lima bulan silam."Semakin banyak yang menyukai kopi Aranio. Tambah banyak
orang yang penasaran sampai kami kewalahan memenuhi order."ungkapnya
Menurut Arianto, order yang masuk saat ini sebagian masih berasal dari wilayah Kota Martapura dan
sekitarnya termasuk Banjarbaru. Namun juga ada permintaan dari Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Bahkan mereka sekaligus ingin bermitra dalam hal penjualan kopi Aranio. Lantaran bahan baku biji kopi
Aranio terbatas, sebagian permintaan tersebut belum bisa terlayani. Stok biji kopi Aranio telah
habis,”ujarnya Minggu (17/03/2018).

Sebenarnya, ada biji kopi Aranio di desa lain. Namun harga jualnya mahal sehingga pihaknya tak berani
membelinya karena khawatir hal itu bakal menjadi patokan harga jadi kami memilih bersabar dulu,
menunggu kebun kopi kami panen. Saat ini juga sudah mulai berbuah,"jelasnya.

Ia mengatakan tak ingin menaikkan harga jual bubuk kopi Aranionya akibat pembelian biji kopi yang
mahal. Sementara ini pihaknya juga belum melakukan promosi secara memadai. Masih sebatas di media
sosial dan dari mulut ke mulut. "Insha Allah sebentar lagi izin usaha kami terbit. Nah, nanti jika izin itu
sudah ada, baru lah kami akan melakukan promosi,"jelasnya.

Bulan lalu, Tim Dinas Kesehatan Banjar telah berkunjung dan melalukan survei ke sekretariaat BUMDes
Bina Sejahtera. Kegiatan itu bagian dari tahapan penerbitan izin produksi industri rumah tangga (P-IRT).

Selama ini BUMDes Bina Sejahtera juga selalu berkomunikasi dengan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Banjar. Bahkan melalui Rumah Kemasan Banjar, Disperindag membantu
merancang desain dan pencetakan logo brand kopi Aranio olahan BUMDes Bina Sejahtera tanpa biaya
apapun.(McKominfoBanjar/Bpost/Hendy)

Angkat Derajat Kopi Aranio Masuk Menu Sajian Utama Café

POTENSI biji kopi di lereng Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan sangat besar dan bernilai
ekonomis. Sayangnya, peluang pasar ini belum tergarap maksimal di tengah tren pencinta kopi yang
mendunia serta naik daun hingga menjadi bisnis menjanjikan.

AREAL perkebunan rakyat pun terbentang, hingga banyak varian kopi khususnya dari varietas kopi
robusta dan arabika, terdapat di kawasan Pegunungan Meratus. Tak mengherankan, jika banyak kopi
asal Tanah Banjar yang terkenal seperti kopi Martapura, kopi Pengaron, kopi Barabai dan lainnya.
“Dari hasil survei kami, sebenarnya banyak perkebunan kopi yang dikelola masyarakat Kalsel belum
memenuhi standar pasar, terutama untuk menembus pasar internasional. Padahal, potensinya biji kopi
kita tak kalah dengan daerah lain seperti kopi Aceh, kopi Jawa, kopi Toraja, sayang belum tergarap
profesional,” kata dosen Uniska Muhammad Arsyad Al-Banjary, Rakhmat Nopliardy kepada
jejakrekam.com, Minggu (10/2/2019).

BACA : Ajarkan Mahasiwa Tentang Bisnis, Uniska Buka Kedai Kopi Robanio

Dia mencontohkan biji kopi yang dijadikan produk andalan Kedai Kopi Uniska berasal dari wilayah
Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar. Menurut Rakhmat, kopi jenis robusta ini kebanyakan hanya
digunakan untuk konsumsi sehari-hari dengan ditambah rempah-rempah lainnya seperi jahe, kayu
manis, beras sangrai dan lainnya.

“Percampuran ini justru menghilangkan aroma kopi yang sebenarnya berkhasiat untuk memulihkan
stamina. Ini berdasar hasil kajian dari Ibnu Sina, pakar kedokteran Islam yang jadi rujukan pakar
kesehatan Eropa sebagai zat stimulan bagi tubuh yang aman dan sehat,” tutur Rakhmat Nopliardy.

Selama ini, menurut dia, cara penyeduhan kopi juga masih sangat tradisional, sehingga tidak mendapat
manfaat maksimal dari biji kopi, hingga akhirnya justru dilekatkan sebagai penyebab penyakit lambung,
maag, dan lainnya.

BACA JUGA : SKY BAR Meriahkan Tempat Pecinta Kopi Berkumpul

“Padahal, jika benar tata cara penyeduhan dan penyajian, kopi malah menjadi obat. Terbukti, jika
diseduh dengan alat modern, kopi bisa membangkitkan semangat dan memberi tenaga,” kata mantan
anggota DPRD Kalsel ini.

Bersama UPT Kewirausahan dan Inkubator Bisnis Uniska MAB, Rakhmat Nopliardy bersama beberapa
dosen dan mahasiswa pun mengembangkan produk andalan kopi robusta dari Aranio, hingga dilabeli
Robanio.
“Rasa kopi ini sangat dipengaruhi sistem penamanan pohon, cara memanen, hingga pengolahan. Sebab,
kopi yang berkualitas adalah ketika orang yang meminum bisa merasakan aroma, dan khasiatnya. Tentu
hal ini dibutuhkan keahlian dan keterampilan,” tutur Rakhmat.

Tak mengherankan, jika di kedai atau café, selalu ada para peracik kopi atau barista, sehingga kopi yang
disajikan berbeda dengan kopi kemasan dijual di warung-warung.

“Harga pun bisa lebih mahal, karena cara pengolahan dan penyajian berbeda. Sebab, sari dari kopi yang
diminum, bukan lemah jahat turut dikonsumsi,” bebernya.

BACA LAGI : Mengangkat Kembali Kejayaan Kopi Pengaron, Ikon Kopi Banua Banjar

Dengan menggunakan alat penyeduh kopi vacuum coffe maker, sistem perendaman penuh dipicu
sumber panas konstan, diyakini Rakhmat justru menghasilkan kopi yang beraroma tinggi dan malah
menyehatkan badan.

“Memang, harga alat penyeduh kopi ini cukup mahal, berkisaran Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per unit.
Saat ini, di Kedai Kopi Uniska yang dikelola para mahasiswa, sudah disediakan alat penyeduh kopi
semacam ini,” beber Rakhmat.

Membandrol harga Rp 3 ribu per cup, Rakhmat berharap Kedai Kopi Uniska dengan andalan kopi
robusta asal Aranio, bisa bersaing dengan kedai atau café yang menyediakan varian kopi dari berbagai
daerah.

“Kami sengaja mendatangkan biji kopi dari Aranio, karena kualitasnya tidak kalah dengan daerah lain.
Makanya, di tempat itu, kami bina dan beli langsung, dalam sebulannya dibutuhkan 70 kilogram biji kopi
yang dibuat serbuk dan diseduh di Kedai Kopi Uniska,” kata salah satu dosen pembimbing ini.

Rakhmat berharap apa yang dilakukan Uniska dapat ditiru kampus lain, sehingga potensi kopi lokal bisa
terangkat di tengah naiknya daun penyeduhan kopi ala café di Banjarmasin dan sekitarnya.
“Kami juga mengajarkan cara pengolahan dan penyeduhan kopi sesuai standar internasional. Ini
penting, karena kopi termasuk minuman berkelas internasional sehingga kita perlu memenuhi hal itu,”
imbuhnya.(jejakrekam)

XBanjarmasinpost.co.id

Home

Kalimantan Selatan

Banjar

Mengulik di Balik Booming Kopi Aranio

Sejumlah Perguruan Tinggi Pun Mulai Lirik Kopi Aranio

Rabu, 30 Januari 2019 11:20

Penulis: Idda Royani | Editor: Rendy Nicko

zoom-in

kondisi-kebun-kopi-aranio-di-banjar-selama-ini-kurang-terawat.jpg

istimewa/ Arianto untuk BPost Group

Beginilah kondisi kebun kopi di Banjar selama ini, kurang terawat. Tapi kini petani mulai semangat
memeliharanya.

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Geliat usaha pengolahan biji kopi Aranio menjadi kopi bubuk
di Kabupaten Banjar mendapat perhatian khusus kalangan perguruan tinggi di Kalimantan Selatan.

Saat ini setidaknya ada satu perguruan tinggi yang menjalin kerjasama dengan petani/perajin bubuk kopi
Aranio yakni UPT Kewirausahaan dan Inkubasi Bisnis, Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad
Arsyad Albanjari, Banjarmasin.

Bahkan mereka telah tiga kali bertandang ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bina Sejahtera di Desa
Tiwinganbaru, Kecamatan Aranio. Lembaga usaha inilah yang memiliki usaha pengolahan bubuk kopi
Aranio.
"Kebetulan kami juga sedang membuka usaha kopi olahan. Karena itu kami tertarik untuk menjalin
kemitraan demgan BUMDes Bina Sejahtera," ucap Rakhmat Nopliardi, inisiator usaha pengolahan kopi
UPT Kewirausahaan dan Inkubasi Bisnis, Uniska.

Ia menuturkan melalui kemitraan tersebut diharapkan mampu memacu kemandirian dan kemajuan
pengembangan usaha pengomahan kopi yang dijalankan BUMDes Bina Sejahtera.

Pihaknya akan melakukan pembinaan dan pendampingan teknis. Mulai dari tahapan pemeliharaan
kebun kopi, penanganan panen dan pascapanen, pengolahan hingga membantu pemasaran.

Cara Pertahankan Cita Rasa Kopi Aranio, Diolah Secara Tradisional Pakai Lesung

Seiring mulai cerahnya pasaran biji kopi, usaha pengolahannya menjadi bubuk pun juga mulai tumbuh di
Kabupaten Banjar.

Setidaknya saat ini telah ada satu usaha pengolahan di kalangan pekebun kopi Aranio di Banjar.
Contohnya yakni di Desa Tiwinganbaru, Kecamatan Aranio, yang telah muncul Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Bina Sejahtera yang menjalankan usaha pengolahan biji kopi menjadi bubuk.

Usaha tersebut mulai dilakukan sejak sekitar empat bulan silam. Lantaran masih bersifat coba-coba dan
minimnya permodalan, pengolahan biji kopi menjadi bubuk pun dilakukan seadanya dan secara
tradisional.

"Kami memanfaatkan perlengkapan yang ada seperti blender dan lesung," ucap Ketua BUMDes Bina
Sejahtera, Arianto, Selasa (29/01/2019).

Ia menuturkan pihaknya berkemungkinan akan tetap mempertahankan pengolahan secara tradisional


tersebut. Pertimbangannya, selain efisien juga melestarikan kearifan budaya negeri.
"Selain itu kami yakin pengahan secara tradisional juga mampu menghasilkan cita rasa yang murni
karena semua perlengkapan terbuat dari bahan alam," tandas Arianto.

Home

Kalimantan Selatan

Banjar

Mengulik di Balik Booming Kopi Aranio

Kopi Aranio Ditanam Sejak Era Wong Londo

Rabu, 30 Januari 2019 08:03

Penulis: Idda Royani | Editor: Rendy Nicko

zoom-in

azhari-menunjukkan-mungilnya-biji-kopi-aranio-dari-hasil-kebunnya.jpg

banjarmasin post group/ idda royani

Azhari menunjukkan mungilnya biji kopi Aranio dari hasil kebunnya.

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Kian hari kian familiar, makin akrab di telinga warga
Kalimantan Selatan (Kalsel). Itulah Kopi Aranio yang kini pamornya makin mengristal di dunia perkopian.

Tak cuma aspek cita rasa yang membuatnya begitu cepat digandrungi para penyuka kopi. Sejarah
kebunnya pun turut menjadi daya tarik atau 'kekuatan' tersendiri.

Tak banyak yang tahu, kopi Aranio yang berada di Kabupaten Banjar telah berusia cukup tua. Bahkan
jauh lebih tua dari kemerdekaan bangsa ini (Indonesia).
Kok bisa? Itulah kenyataannya, karena jauh hari sebelum Bumi Pertiwi ini mereguk kemerdekaan, kopi
Aranio telah lama dibudidayakan oleh warga di Bumi Barakat Sejak zaman penjajahan Belanda (Wong
Londo) kopi yang ada di daerah ini ditanam. Begitu penuturan turun-temurun orangtua di sini" ucap
Azhari, petani kopi Aranio, beberapa hari lalu.

Termasuk kebun kopinya seluas sekitar dua hektare yang ada di desanya di Desa Aranio, Kecamatan
Aranio. Sepengetahuannya, semua tanaman kopi yang ada di Banjar saat ini bersumber dari bibit yang
sama.

Hanya saja sebagian besar telah mengalami peremajaan. Namun bibitnya tetap berasal dari satu sumber
yang sama sehingga cita rasanya pun sama termasuk bentuk bijinya juga sama yakni kecil seukuran biji
kedelai.

LPBI NU Kalsel bersama tim ahli pertanian melatih petani kopi di Aranio dalam mengolah biji kopi agar
mendapatkan hasil kualitas yang baik.

Pelatihan yang diadakan di desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar ini mendatangkan
narasumber dari Fakultas Pertanian ULM, Joko Purnomo yang datang bersama tim.

Satu hal yang menarik terungkap dari pelatihan ini, bahwa biji kopi yang ada di Aranio ternyata
mayoritas adalah jenis Liberica.

“Jenis ini harganya diatas dari Rubustha,” ucap Joko Purnomo, Sabtu (12/9).

Ia menjelaskan, apabila kopi tersebut bisa dikelola dengan baik, maka nilai jualnya akan lebih mahal.

“Bisa jadi tiga kali lipat dari harga yang ada”, ungkap Joko.
Breaking News

Launching Layanan Rumah Sakit Apung, Paman Birin : Cocok untuk Kotabaru07/10/2021Bupati dan
Wabup HSS Serahkan Bantuan pada Korban Kebakaran07/10/2021Vaksinasi dan Sinergi Pasar Modal
Bagi Pemulihan Ekonomi07/10/20215 Tokoh Kalsel Jadi Alternatif Nama Jembatan Alalak
I07/10/2021Raperda RTRW dan Perseroda PAL Disahkan Jadi Perda07/10/2021Wabup Husairi Apresiasi
Program Sarung07/10/2021Kembali, Golkar Kalsel Gelar Vaksinasi Massal07/10/202124 Tim Sepakbola
U 14 Siap Ramaikan Paman Birin CUP 202107/10/2021Menpora Ajak PWI Jalan Bareng Sukseskan Desain
Besar Olahraga Nasional07/10/2021Senyum Bahagia Penerima BTPKLW di Polresta
Banjarmasin06/10/2021

Launching Layanan Rumah Sakit Apung, Paman Birin : Cocok untuk Kotabaru07/10/2021Bupati dan
Wabup HSS Serahkan Bantuan pada Korban Kebakaran07/10/2021Vaksinasi dan Sinergi Pasar Modal
Bagi Pemulihan Ekonomi07/10/20215 Tokoh Kalsel Jadi Alternatif Nama Jembatan Alalak
I07/10/2021Raperda RTRW dan Perseroda PAL Disahkan Jadi Perda07/10/2021Wabup Husairi Apresiasi
Program Sarung07/10/2021Kembali, Golkar Kalsel Gelar Vaksinasi Massal07/10/202124 Tim Sepakbola
U 14 Siap Ramaikan Paman Birin CUP 202107/10/2021Menpora Ajak PWI Jalan Bareng Sukseskan Desain
Besar Olahraga Nasional07/10/2021Senyum Bahagia Penerima BTPKLW di Polresta
Banjarmasin06/10/2021

Beranda Warta Daerah

Biji Kopi Aranio Miliki Kualitas dan Harga Mahal, LPBI NU Kalsel Latih Para Petani

Gambar Gravatar

Adminwartaniaga

Minggu, September 12, 2021

Wartaniaga.com, Martapura – LPBI NU Kalsel bersama tim ahli pertanian melatih petani kopi di Aranio
dalam mengolah biji kopi agar mendapatkan hasil kualitas yang baik.

Pelatihan yang diadakan di desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar ini mendatangkan
narasumber dari Fakultas Pertanian ULM, Joko Purnomo yang datang bersama tim.

Satu hal yang menarik terungkap dari pelatihan ini, bahwa biji kopi yang ada di Aranio ternyata
mayoritas adalah jenis Liberica.
“Jenis ini harganya diatas dari Rubustha,” ucap Joko Purnomo, Sabtu (12/9).

Ia menjelaskan, apabila kopi tersebut bisa dikelola dengan baik, maka nilai jualnya akan lebih mahal.

“Bisa jadi tiga kali lipat dari harga yang ada”, ungkap Joko.

BACA JUGA: Wabup Supiani Beri Semangat untuk Atlet Asal Balangan

Petani kopi, Arianto, mengungkapkan bahwa selama ini mereka mengira jenis kopi yang mereka tanam
adalah rubustha semua.

“Untuk jenis liberica yang diungkapkan pak Joko tersebut malah lebih banyak disia-siakan dan dibeli
murah oleh pengumpul, karena baunya yang kurang enakenak,” kata pemilik brand Aranio Kopi ini.

Selain pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi, para perempuan di desa Tiwingan Baru ini juga dilatih
bagaimana mengolah biji kopi menjadi parfum dan sabun.

Pelatihan bagi petani kopi ini adalah bagian dari program perbaikan ekonomi bagi masyarakat pasca
bencana banjir. Program yang dijalankan oleh LPBI NU Kalsel ini didukung oleh UNDP dan akan
dijalankan sebanyak tiga kali training, dari produksi, pengemasan hingga pemasaran.

TANGAN Asmari, 54 harus bersusah payah menjangkau dan memetik buah kopi masak berwarna
kemerahan di ujung ranting pohon kopi. Cuaca yang kurang bersahabat dalam beberapa bulan
belakangan ini membuat hasil panen kopi warga Desa Tiwingan Baru tidak sebanyak hasil panen tahun
sebelumnya. Asmari sendiri memiliki dua hektar kebun kopi dari sekitar 100 hektar lebih kebun kopi
yang ada di salah satu desa tergusur akibat proyek pembangunan waduk Riam Kanan di Kabupaten
Banjar, Kalimantan Selatan ini. Menurut Asmari warga desa sering menyebutnya sebagai hutan kopi
karena hamparan pepohonan kopi jenis Robusta ini tumbuh liar tanpa dirawat."Tanaman kopi yang
tumbuh di desa kami ini sudah berusia puluhan tahun dan rata-rata tumbuh tinggi hingga 4-5 meter
karena tidak dirawat," ujar Asmari yang menjadi bendahara Kelompok Tani Hutan (KTH) Tunas Muda
Desa Tiwingan Baru, Senin (19/10).
Sumber: https://m.mediaindonesia.com/nusantara/354210/kopi-aranio-kopi-khas-kalsel-warisan-
belanda

Bahkan indukan tanaman kopi ini berasal dari desa mereka sebelum ditenggelamkan proyek waduk yang
ditanam pada zaman kolonial Belanda. Karena tidak dirawat hasil panen kopi di desa yang berkontur
perbukitan ini tidak sebanyak hasil panen kopi budidaya dan biji kopinya pun lebih kecil. Dalam setiap
hektarnya hasil panen hutan kopi ini hanya 10-15 blek atau sekitar 100 kilogram dengan harga normal
Rp30 ribu perkilogram kopi kering giling.Arianto Ketua KTH Tunas Muda mengatakan awalnya berkebun
kopi adalah kegiatan sampingan bagi 30 keluarga warga Desa Tiwingan Baru.

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/nusantara/354210/kopi-aranio-kopi-khas-kalsel-warisan-
belanda

Namun dalam beberapa tahun terakhir ini pamor kopi meningkat. Minum kopi menjadi gaya hidup
masyarakat baik tua dan muda. Seiring dengan itu permintaan kopi pun meningkat. "Lambat laun kopi
Aranio banyak dikenal mmasyarakat bahkan sampai luar negeri," tutur Arianto sembari menyebut warga
Desa Tiwingan Baru sudah memiliki produk kopi bermerk Aranio Kopi.

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/nusantara/354210/kopi-aranio-kopi-khas-kalsel-warisan-
belanda

Tiwingan Baru merupakan salah satu desa yang ada di kawasan waduk Riam Kanan di wilayah
Kabupaten Banjar. Untuk menuju desa wisata yang dikenal dengan obyek wisata alam perbukitan Bukit
Batas ini harus menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh sekitar satu jam dari dermaga
Tiwingan Lama. Haryuni, Penyuluh Kehutanan Desa Tiwingan Baru mengatakan desa ini menjadi salah
satu sentra produksi kopi tradisional yang ada di Kalsel."Ada beberapa desa di Kecamatan Aranio
Kabupaten Banjar yang memang dikenal sebagai daerah penghasil kopi khas Kalsel yang disebut Kopi
Aranio," tuturnya.
Sumber: https://m.mediaindonesia.com/nusantara/354210/kopi-aranio-kopi-khas-kalsel-warisan-
belanda

Melihat besarnya potensi kopi ini, melalui program perhutanan sosial dan Kebun Bibit Desa (KBD) Dinas
Kehutanan Kalsel membantu budidaya tanaman kopi guna meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar
hutan. Di Desa Tiwingan Baru ada 40 ribu batang bibit tanaman kopi yang nantinya akan ditanam untuk
peremajaan tanaman kopi di wilayah tersebut. Selain Desa Tiwingan Baru, Dinas Kehutanan Kalsel juga
membangun sejumlah KBD khusus tanaman kopi di beberapa daerah lain seperti di Desa Tiwingan Lama,
Desa Balai dan Desa Rantau Bujur. (OL-3)

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/nusantara/354210/kopi-aranio-kopi-khas-kalsel-warisan-
belanda

Sejarah dan Karakteristik Kopi Aranio Khas Kabupaten Banjar

Kopi Aranio merupakan kopi khas Banjar yang berasal dari Lereng Pegunungan Meratus khususnya
Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.

Kopi berjenis robusta ini memiliki ciri fisik berukuran kecil dan sedikit kekuningan dengan aroma yang
kuat.

Aroma dan rasa khas yang keluar dari kopi aranio berkarekteristik coklat dan kacang.

Mayoritas pembuatan kopi Aranio masih dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan peralatan
sederhana seperti lesung guna mendapatkan rasa yang murni dan mempertahankan kearifan lokal
budaya negeri warisan nenek moyang.
Kopi ini sudah berusia cukup tua lantaran asal mulanya yang dibudidayakan oleh warga setempat sejak
zaman penjajahan Belanda. Hingga saat ini bibit yang digunakan untuk menanam kopi aranio masih
berasal dari bibit yang sama sejak puluhan tahun silam.

Kopi robusta aranio biasa juga disebut dengan kopi robunio.

Hingga saat ini pemasaran kopi aranio masih terbatas disekitaran Martapura, Banjarbaru, dan
Kalimantan Tengah lantaran produksinya yang masih sedang dalam tahap pengembangan.

Petani di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mulai mengembangkan kopi Aranio di Desa Tiwingan
Kabupaten Banjar antara lain dengan meningkatkan produksi dan penambahan luas lahan perkebunan.

Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) sekaligus Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumedes) Desa Tiwingan
Baru Arianto di Martapura, Selasa mengatakan, potensi perkebunan kopi di daerahnya cukup besar.

Saat ini, pohon kopi jenis robusta tumbuh tak beraturan di areal hutan seluas 100 hektare di
daerahnya, yang diperkirakan telah ditanam sejak zaman Belanda.

Pohon-pohon kopi tersebut, masih tumbuh subur dan berbuah lebat saat musim kopi, sehingga bisa
dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk menjadi sumber mata pencaharian maupun untuk konsumsi
sendiri.

Kopi dengan ciri fisik, bijinya kecil dan setelah diolah menghasilkan bau yang cukup harum tersebut, kini
banyak diburu oleh pedagang kopi.

Sayangnya, potensi besar tersebut, belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan maksimal. Warga
belum ada yang membudidayakan dengan menambah luas tanam pohon kopi tersebut.
Padahal, permintaan terhadap kopi tersebut cukup besar, baik yang datang dari dalam daerah, maupun
luar daerah, bahkan beberapa juga dari luar negeri.

"Ada permintaan kopi hingga 20 ton, namun kami belum bisa mencukupi permintaan tersebut, karena
belum adanya kesadaran masyarakat di Desa Tiwingan Baru, untuk membudidayakan pohon kopi
tersebut, supaya menghasilkan kopi yang banyak dan berlimpah," katanya.

Kopi Aranio dihargai Rp35 ribu per kilogram untuk kualitas biasa dan Rp50 ribu per kiloram untuk
kualitas super.

Melihat tingginya potensi kopi di Kecamatan Aranio ini, pemerintah melalui Dinas Kehutanan dan Dinas
Perkebunan Perternakan Kabupaten Banjar, melakukan pembinaan dan penataan terhadap hutan kopi
tersebut.

Selain melakukan penataan, pemerintah juga akan membuka lahan baru melalui program kebun bibit
desa (KBD) dengan luas lahan sekitar 40 hektar beserta bibit pohon kopi sebanyak 40 ribu pohon.

Program tersebut, merupakan salah satu program meningkatkan jumlah produksi kopi dan
meningkatkan kesejahteraan petani kopi.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, juga mulai fokus mengembangkan UMKM kopi
melalui pelatihan terhadap barista.

Melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menangah (UKM), Pemprov Kalsel mengembangkan usaha
pengolahan kopi sebagai potensi usaha baru di provinsi ini.

Penjabat Gubernur Kalimantan Selatan Safrizal ZA mengatakan, salah satu sektor yang kini berkembang
cukup baik adalah industri pengolahan kopi, terutama kopi khas Kalsel.
Safrizal yang dikenal sebagai pecinta kopi itu berharap, industri kopi di Kalsel juga bisa berkembang
cukup baik melalui tangan-tangan barista yang terlatih.

Sebagaimana diketahui, sejak beberapa tahun terakhir, kedai-kedai kopi maupun kafe-kafe yang
menyajikan berbagai menu kopi menjamur di Kota Banjarmasin maupun berbagai daerah di Kalsel.

kopi celup muncul karena terinspirasi gaya hidup generasi milenial yang gemar minum kopi tanpa ampas

Bandarlampung (ANTARA) - Kopi menjadi salah satu komoditas unggulan Provinsi Lampung, sedangkan
tidak semua kabupaten di Lampung merupakan penghasil biji kopi, salah satunya Kabupaten Pringsewu.
Di sisi lain, minum kopi menjadi tren dan agenda wajib bagi seluruh masyarakat Lampung terutama
setiap hari Jumat yang di dukung oleh peraturan Gubernur Lampung tahun 2019.

Guna mengatasi hal tersebut dan memaksimalkan konsumsi kopi dengan ciri khas tersendiri, Ganef salah
seorang warga Pringsewu berinovasi membuat kopi celup dengan merek dagang Mbak Poer, serta
menjadi perwakilan Kabupaten Pringsewu dalam ajang Festival Kopi Lampung 2019.

Minum kopi pada era globalisasi telah menyentuh seluruh kalangan pria ataupun wanita, tua maupun
muda dan telah menjadi tren global salah satunya di Lampung, sehingga munculnya inovasi produk
sangat diperlukan bagi kabupaten yang tidak menghasilkan biji kopi agar mampu bersaing dengan
kabupaten penghasil kopi.

"Produk kopi celup merupakan salah satu bentuk inovasi yang kami lakukan untuk mengembangkan
produk kopi robusta asal Lampung dengan ciri khas Pringsewu," ujar Ganef pemilik kopi celup Mbak
Poer, saat di hubungi dari Bandarlampung.

Baca juga: Kopi aroma Kakao asli Waykanan hadir di Festival Kopi Lampung

Menurut dia, kopi yang di gunakan merupakan biji kopi robusta petik merah asal daerah Ulubelu
Kabupaten Tanggamus hasil kebun keluarga, sebab kopi bukanlah komoditas yang ditanam di
Pringsewu, sehingga guna mengatasi masalah tersebut dan menjadikan Pringsewu memiliki produk kopi
khas yang mampu bersaing dengan kabupaten lain, dirinya berfokus membuat inovasi produk yang
belum di gunakan oleh kabupaten lain untuk memperkenalkan kopi mereka, yaitu dengan membuat
kopi celup.

Kopi robusta Lampung yang menjadi salah satu produk andalan Provinsi Lampung rata-rata di pasarkan
dengan bentuk bubuk halus, dan kopi tubruk berampas yang kadang mengotori cangkir ketika di seduh
karena ampas kopi, dan terkadang generasi milenial enggan mengkonsumsi jenis kopi tubruk tersebut.

Guna menanggulangi permasalahan ampas kopi yang mengganggu nikmatnya minum kopi bagi generasi
milenial. Oleh Ganef, kopi bubuk ia kreasikan menjadi produk kopi celup layaknya teh celup instan yang
dapat di seduh di berbagai kondisi tanpa meninggalkan ampas pada cangkir.

"Ide awal kopi celup muncul karena saya terinspirasi dari gaya hidup generasi milenial yang gemar
minum kopi tanpa ampas kopi yang biasa tersaji di coffee shop, namun bila kita setiap saat
menyambangi coffee shop tentu sangat tidak efektif dan boros, jadi produk ini menjadi salah satu solusi
menikmati kopi tanpa ampas dengan cita rasa pas," katanya.

Produk kopi celup dengan merek dagang Mbak Poer menjadi salah satu produk kopi andalan Pringsewu
sebab, mampu memenangkan sejumlah lomba UMKM di Kabupaten Pringsewu, selain itu guna
memasarkan produk sesuai dengan target yaitu menyasar generasi milenial, Ganef memanfaatkan
media sosial berbasis foto yang tengah digandrungi generasi milenial untuk mendekatkan diri kepada
pelanggan.

"Produk kopi celup khas Pringsewu ini baru satu bulan dibuka, dan telah mendapat gelar juara inovasi
produk UMKM di Pringsewu, akan tetapi saya masih terus mengembangkan produk kopi celup ini agar
lebih baik lagi, dan pemasaran melalui media sosial salah satunya instagram diharapkan menjadi salah
satu media promosi produk yang menjangkau generasi milenial secara langsung," ujarnya.

Produk kopi celup asal Pringsewu terdiri atas tiga variasi, meliputi kopi celup wine, kopi celup honey,
dan kopi celup original, dengan harga jual Rp 20.000 untuk kopi celup varian honey dan original, dan Rp
35.000 untuk kopi celup wine.
"Kopi celup wine di jual agak sedikit lebih mahal dengan harga Rp 35.000 per bungkus dengan isi 10 kopi
celup, karena proses pengolahan biji kopi wine melalui proses fermentasi yang membutuhkan waktu
lebih lama dari pada honey proses, selain itu produk ini juga menjadi salah satu produk yang dapat
membantu pecinta kopi yang gemar berlibur dan kesulitan untuk menyeduh kopi bubuk, sebab produk
ini di desain praktis sekali pakai agar kopi dapat dinikmati langsung di berbagai kondisi " ujarnya.

Ganef pemilik produk kopi celup asal Kabupaten Pringsewu dengan tiga varian produk kopi,
Bandarlampung, Senin, 11/11/2019 (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi) Produk kopi celup asal
Pringsewu yang sempat hadir di Festival Kopi Lampung 2019 tiga hari lalu menjadi salah satu inovasi
produk kopi yang mendapatkan perhatian dari pengunjung sebab produk kopi celup jarang ditemui di
Lampung.

Ida salah seorang konsumen mengapresiasi ide inovatif pemuda asal Pringsewu ini untuk menciptakan
kopi seduh dalam kantong layaknya teh, sebab menurutnya akan membantu konsumen yang gemar
bepergian untuk menikmati kopi di tengah perjalanan dengan praktis.

“Idenya inovatif sekali di tengah perkembangan zaman, yang hampir keseluruhan orang memiliki pola
hidup serba praktis dan cepat, kopi celup hadir untuk mengatasi lamanya proses seduh kopi bagi
penikmat kopi yang hidup dengan pola hidup serba cepat seperti saat ini,” kata Ida salah seorang
konsumen.

Menurut Ida, rasa kopi celup seduh original memiliki cita rasa yang pahit bercampur asam khas kopi
Ulubelu dan ringan di mulut cocok bagi konsumen wanita yang tidak menyukai kopi dengan rasa yang
terlalu kental.

Hal serupa dikatakan oleh Noor yang juga salah seorang penyuka minuman kopi robusta Lampung.

“Rasanya ringan sekali di mulut, dan kita bisa mengatur kadar tingkat ke kentalan kopi yang akan kita
nikmati sesuai selera, bila seperti saya yang sangat menyukai kopi kental maka kantong kopi celup akan
saya diamkan lebih lama di dalam cangkir hingga kopi hitam lekat,” ujarnya
Inovasi kopi celup menjadi salah satu bentuk ide kreatif pelaku usaha yang memanfaatkan tidak
tersedianya biji kopi di Kabupaten Pringsewu, dengan membuat sesuatu produk berbeda dari pada yang
lain dengan menjangkau generasi milenial.

kopi celup muncul karena terinspirasi gaya hidup generasi milenial yang gemar minum kopi tanpa ampas

Bandarlampung (ANTARA) - Kopi menjadi salah satu komoditas unggulan Provinsi Lampung, sedangkan
tidak semua kabupaten di Lampung merupakan penghasil biji kopi, salah satunya Kabupaten Pringsewu.
Di sisi lain, minum kopi menjadi tren dan agenda wajib bagi seluruh masyarakat Lampung terutama
setiap hari Jumat yang di dukung oleh peraturan Gubernur Lampung tahun 2019.

Guna mengatasi hal tersebut dan memaksimalkan konsumsi kopi dengan ciri khas tersendiri, Ganef salah
seorang warga Pringsewu berinovasi membuat kopi celup dengan merek dagang Mbak Poer, serta
menjadi perwakilan Kabupaten Pringsewu dalam ajang Festival Kopi Lampung 2019.

Minum kopi pada era globalisasi telah menyentuh seluruh kalangan pria ataupun wanita, tua maupun
muda dan telah menjadi tren global salah satunya di Lampung, sehingga munculnya inovasi produk
sangat diperlukan bagi kabupaten yang tidak menghasilkan biji kopi agar mampu bersaing dengan
kabupaten penghasil kopi.

"Produk kopi celup merupakan salah satu bentuk inovasi yang kami lakukan untuk mengembangkan
produk kopi robusta asal Lampung dengan ciri khas Pringsewu," ujar Ganef pemilik kopi celup Mbak
Poer, saat di hubungi dari Bandarlampung.

Baca juga: Kopi aroma Kakao asli Waykanan hadir di Festival Kopi Lampung

Menurut dia, kopi yang di gunakan merupakan biji kopi robusta petik merah asal daerah Ulubelu
Kabupaten Tanggamus hasil kebun keluarga, sebab kopi bukanlah komoditas yang ditanam di
Pringsewu, sehingga guna mengatasi masalah tersebut dan menjadikan Pringsewu memiliki produk kopi
khas yang mampu bersaing dengan kabupaten lain, dirinya berfokus membuat inovasi produk yang
belum di gunakan oleh kabupaten lain untuk memperkenalkan kopi mereka, yaitu dengan membuat
kopi celup.
Kopi robusta Lampung yang menjadi salah satu produk andalan Provinsi Lampung rata-rata di pasarkan
dengan bentuk bubuk halus, dan kopi tubruk berampas yang kadang mengotori cangkir ketika di seduh
karena ampas kopi, dan terkadang generasi milenial enggan mengkonsumsi jenis kopi tubruk tersebut.

Guna menanggulangi permasalahan ampas kopi yang mengganggu nikmatnya minum kopi bagi generasi
milenial. Oleh Ganef, kopi bubuk ia kreasikan menjadi produk kopi celup layaknya teh celup instan yang
dapat di seduh di berbagai kondisi tanpa meninggalkan ampas pada cangkir.

"Ide awal kopi celup muncul karena saya terinspirasi dari gaya hidup generasi milenial yang gemar
minum kopi tanpa ampas kopi yang biasa tersaji di coffee shop, namun bila kita setiap saat
menyambangi coffee shop tentu sangat tidak efektif dan boros, jadi produk ini menjadi salah satu solusi
menikmati kopi tanpa ampas dengan cita rasa pas," katanya.

Produk kopi celup dengan merek dagang Mbak Poer menjadi salah satu produk kopi andalan Pringsewu
sebab, mampu memenangkan sejumlah lomba UMKM di Kabupaten Pringsewu, selain itu guna
memasarkan produk sesuai dengan target yaitu menyasar generasi milenial, Ganef memanfaatkan
media sosial berbasis foto yang tengah digandrungi generasi milenial untuk mendekatkan diri kepada
pelanggan.

"Produk kopi celup khas Pringsewu ini baru satu bulan dibuka, dan telah mendapat gelar juara inovasi
produk UMKM di Pringsewu, akan tetapi saya masih terus mengembangkan produk kopi celup ini agar
lebih baik lagi, dan pemasaran melalui media sosial salah satunya instagram diharapkan menjadi salah
satu media promosi produk yang menjangkau generasi milenial secara langsung," ujarnya.

Produk kopi celup asal Pringsewu terdiri atas tiga variasi, meliputi kopi celup wine, kopi celup honey,
dan kopi celup original, dengan harga jual Rp 20.000 untuk kopi celup varian honey dan original, dan Rp
35.000 untuk kopi celup wine.

"Kopi celup wine di jual agak sedikit lebih mahal dengan harga Rp 35.000 per bungkus dengan isi 10 kopi
celup, karena proses pengolahan biji kopi wine melalui proses fermentasi yang membutuhkan waktu
lebih lama dari pada honey proses, selain itu produk ini juga menjadi salah satu produk yang dapat
membantu pecinta kopi yang gemar berlibur dan kesulitan untuk menyeduh kopi bubuk, sebab produk
ini di desain praktis sekali pakai agar kopi dapat dinikmati langsung di berbagai kondisi " ujarnya.

Ganef pemilik produk kopi celup asal Kabupaten Pringsewu dengan tiga varian produk kopi,
Bandarlampung, Senin, 11/11/2019 (ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi) Produk kopi celup asal
Pringsewu yang sempat hadir di Festival Kopi Lampung 2019 tiga hari lalu menjadi salah satu inovasi
produk kopi yang mendapatkan perhatian dari pengunjung sebab produk kopi celup jarang ditemui di
Lampung.

Ida salah seorang konsumen mengapresiasi ide inovatif pemuda asal Pringsewu ini untuk menciptakan
kopi seduh dalam kantong layaknya teh, sebab menurutnya akan membantu konsumen yang gemar
bepergian untuk menikmati kopi di tengah perjalanan dengan praktis.

“Idenya inovatif sekali di tengah perkembangan zaman, yang hampir keseluruhan orang memiliki pola
hidup serba praktis dan cepat, kopi celup hadir untuk mengatasi lamanya proses seduh kopi bagi
penikmat kopi yang hidup dengan pola hidup serba cepat seperti saat ini,” kata Ida salah seorang
konsumen.

Menurut Ida, rasa kopi celup seduh original memiliki cita rasa yang pahit bercampur asam khas kopi
Ulubelu dan ringan di mulut cocok bagi konsumen wanita yang tidak menyukai kopi dengan rasa yang
terlalu kental.

Hal serupa dikatakan oleh Noor yang juga salah seorang penyuka minuman kopi robusta Lampung.

“Rasanya ringan sekali di mulut, dan kita bisa mengatur kadar tingkat ke kentalan kopi yang akan kita
nikmati sesuai selera, bila seperti saya yang sangat menyukai kopi kental maka kantong kopi celup akan
saya diamkan lebih lama di dalam cangkir hingga kopi hitam lekat,” ujarnya

Inovasi kopi celup menjadi salah satu bentuk ide kreatif pelaku usaha yang memanfaatkan tidak
tersedianya biji kopi di Kabupaten Pringsewu, dengan membuat sesuatu produk berbeda dari pada yang
lain dengan menjangkau generasi milenial.
https://dikemas.com/kantong-kopi-celup-inovasi-nikmati-kopi-cita-rasa-
tinggi#Kehadiran_Kantong_Kopi_Celup

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan

penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai

sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari

satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo 7: 2012), Kopi merupakan

kebutuhan yang memiliki khasiat untuk kesehatan yaitu dapat mengurangi resiko

diabetes, sebagai pembangkit stamina, mengurangi sakit kepala dan melegakan nafas

(Budiman, 45: 2012).

Persaingan pasaran kopi kian ketat itu bisa dilihat dari banyaknya produk-

produk kopi yang beredar di pasaran yang ada di Indonesia, hal tersebut terjadi karena

kopi adalah minuman penyegar yang paling sering dikonsumsi. Data statistik yang

dikeluarkan oleh badan pusat statistik tahun 2000 menunjukan bahwa rata-rata tingkat
konsumsi kopi instan di Indonesia adalah 12,5 gram per minggu, sedangkan rata-rata

konsumsi Teh adalah 11,2gram per kapita per minggu. Berdasarkan data statistik

tersebut, kopi bahkan dikonsumsi paling banyak dibandingkan dengan bahan minuman

lainnya seperti coklat instan, coklat bubuk dan sirup. Perkembangan kopi di Indonesia

selama delapan tahun dengan laju pertumbuhan sebesar 4,73% pertahun, sedangkankonsumsi
perkapita menunjukan pertumbuhan (8,14 Kg/Th).”Sumber Asosiasi

Eksportir dan Industri Kopi Indonesia”

Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar didunia setelah

Brazil, Vietnam, dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor

sedangkan sisanya 33% untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi

kopi dalam negeri berdasarkan hasil survei LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500

gram/ kapita/ tahun. Dewasa ini kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat

konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai 800 gram/ kapita/ tahun. Dengan demikian

dalam kurun waktu 20 tahun peningkatan konsumsi kopi telah mencapai 300 gram/

kapita/ pertahun.

Indonesia adalah satu-satunya negara produsen kopi yang memiliki spesialti


terbanyak didunia. Beberapa nama kopi spesialti di Indonesia yang telah dikenal di

manca negara dan menjadi bagian dari menu origin di café di kota-kota besar dunia

diantaranya adalah Gayo Coffee, Mandheling Coffee, Java Coffee, dan Toraja Coffee.

Sedangkan beberapa nama yang saat ini dikenal diantaranya adalah Bali Kintamani,

Prianger Coffee, Flores Coffee, dan Papua Coffee.

Permintaan akan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat,

mengingat kopi Robusta Indonesia mempunyai keunggulan karena Body yang

dikandungnya lebih kuat, sedangkan kopi Arabika yang dihasilkan oleh berbagai

daerah di Indonesia mempunyai karakteristik cita rasa (acidity, aroma, flavor) yang

unik dan ekselen. Produksi kopi Indonesia pada tahun 2013 mencapai 750.000 ton.

Peningkatan tersebut disebabkan karena cuaca yang mendukung untuk pembungaan

dan pembentukan buah kopi. Pengaruh cuaca merupakan faktor dominan dalam

mempengaruhi tingkat produksi kopi nasional.

Secara komersial ada dua jenis kopi yang di hasilkan di Indonesia yaitu kopi

Arabika dan kopi Robusta. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dan berbuah optimal

pada ketinggian 1000 m diatas permukaan laut, sedangkan kopi Robusta pada
ketinggian 600-800 m diatas permukaan laut. Mengingat di Indonesia lahan dengan

ketinggian 1000 m diatas permukaan laut pada umumnya berupa hutan, maka

perkembangan kopi Arabika terbatas. Dari total produksi kopi 750.000 tahun 2012,

kopi Arabika menghasilkan hampir 15.000ton dari luas areal 250.000 hektar,

sedangkan kopi Robusta menghasilkan 600.000ton dari luas areal 1,05 hektar.

Jawa Barat (Prianger/ Pangalengan) merupakan daerah pertama di Indonesia

yang menghasilkan kopi untuk ekspor secara komersial pada awal abad 18, dari kopi

wilayah pengalengan tersebut, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) menguasai

perdagangan kopi dunia selama beberapa tahun pada akhirnya kopi tersebut dikenal

sebagai “Cup of Java”. Jawa Barat saat ini memiliki perkembangan kopi yang cukup

pesat & potensial karena tingkat antusiasme petani terhadap tanaman kopi sangat tinggi

dan juga kondisi geografis dan alam yang cocok untuk pengembangan tanaman kopi.

Tanaman Kopi Jawa Barat terbagi menjadi dua jenis yaitu Kopi Arabika dan

Robusta. Kopi Arabika cocok ditanam di dataran tinggi sedangkan Kopi Robusta untuk

ditanam di dataran rendah, secara ekonomi nilai jual Kopi Arabika lebih mahal

daripada Kopi Robusta. Sesuai dengan Data Statistik Perkebunan tahun 2015 bahwa
rata-rata produksivitas kopi Arabika di Jawa Barat sebesar 951 kg per Ha, sedangkan

Kopi Robusta Produktivitas rata-rata sekitar 784 kg per Ha. Luas areal Kopi Arabika

sekitar 16.808 Ha sedangkan kopi Robusta sekitar 15.750 Ha. Kopi Java Preanger

Jawa Barat yang merupakan Kopi Arabika telah mempunyai sertifikasi Indikasi

Geografis yang merupakan suatu jaminan pasar tentang mutu yang dihasilkan bagi para

konsumen/Buyer sehingga mempunyai nilai tambah yang signifikan, sehingga Provinsi

Jawa Barat mempunyai kopi berkualitas yang dapat dibanggakan tentang citarasanya.

Beberapa kopi dari daerah jawa barat menjadi pemenang dalam kontes kopi tingkat

nasionakdan pernah menjadi kopi dengan nilai jual tertinggi dalam lelang kopi di

SCAA 2016 atlanta.

Seiring tingginya permintaan kopi untuk pasar dalam dan luar negeri,

pemerintahan kota Bandung akan memperluas lahan perkebunan kopi di kawasan

perbukitan dan pegunungan. Selama ini, kopi asal kabupaten Bandung sangat diminati

pasar internasional dengan harga tinggi, bahkan menyabet sejumlah penghargaan

bergengsi.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung


Trisna umaran mengatakan “selama ini permintaan dari dunia internasional sebanyak

80% berupa kopi Arabika dan 20% kopi Robusta”. Untuk produksi dalam negeri,

kondisinya terbalik dengan kebutuhan internasional. Indonesia memproduksi 80% kopi

jenis Robusta dan 20% kopi jenis Arabika. “Di Kabupaten Bandung ini kebanyakan

yang tumbuh adalah jenis Arabika. Jenis Kopi Arabika ini memang cocok ditanam di

dataran tinggi di Kabupaten Bandung. Makanya akan sangat menguntungkan kalau

lahan perkebunan kopi diperluas”. Sumber Pikiran Rakyat

Pangalengan yang terletak di kabupaten Bandung Jawa Barat merupakan

dataran yang cukup tinggi dan berhawa dingin. Daerah pangalengan merupakan sentra

perkebunan dan produsen kopi Arabika yang berkualitas di samping produksi susu sapi

murni.

STANDAR NASIONAL INDONESIA UNTUK KOPI BIJI Indonesia telah

menerapkan standar ekspor kopi biji berdasarkan sistem nilai cacat kopi sejak

tahun1990 menggantikan sistem Triase (Bobot per Bobot). Standar mutu kopi biji yang

berlaku saat ini adalah Standar Nasional Indonesia Nomor 01-2907-2008 Kopi Biji,

hasil dari beberapa kali revisi, disamping dengan mempertimbangkan perkembangan


pasar global dan persyaratan internasional juga memperhatikan sebagian Resolusi ICO

(International Coffee Organization) No: 407 tentang “Coffee Quality Improvement

Program”. SYARAT MUTU UMUM Kadar air kopi biji tidak lagi dibedakan

berdasarkan jenis pengolahan (pengolahan basah dan kering) tetapi sama-sama

maksimum 12,5%. Persyaratan lain tetap sama seperti standar sebelumnya yakni :

Anda mungkin juga menyukai