Anda di halaman 1dari 6

Pemeriksaan Colok Dubur ( Rectal Toucher)

Pembimbing :

dr. Rudi Pandapotan Napitupulu, Sp.B

Penyusun:

Felicia fortunate 20190420084

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANGTUAH

RSPAL DR. RAMELAN

SURABAYA

2020

1
LATAR BELAKANG

Rektum panjangnya sekitar 12 cm berada di pertengahan cekungan dan bagian bawah


sakrum. Dua pertiga atas rektum anterior diliputi oleh peritoneum. Peritoneum di anterior
rektum berhadapan dengan dasar kandung kemih pada pria dan pada wanita membentuk
kavum Douglas (rekto-uterin), terisi oleh usus. Pada pria sepertiga bawah anterior rektum
berhadapan dengan prostat, dasar kandung kemih dan vesikula seminalis sedangkan pada
wanita dengan vagina.
Anus memiliki panjang 3-4 cm dan memfiksasi rektum pada perineum. Dinding anus
diperkuat oleh otot sfingter, otot volunter sfingter eksternal dan involunter sfingter internal.
Otot ini berkonstriksi memberikan tegangan dan kontinensia. Mukosa rektum dapat langsung
dilihat dengan proktoskop atau sigmoidoskop dan dapat diperiksa melalui palpasi yaitu
bagian anus, rektum dan prostat.
Pemeriksaan rectal pada beberapa pasien mungkin pasien mungkin merupakan bagian
yang paling tidak umum pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dapat menimbulkan ketidak
nyamanan bagi pasien dan mungkin keadaan yang memalukan, kendati jika dikerjakan
dengan terampil, pemeriksaan tersebut seharusnya tidak terlalu terasa nyeri pada banyak
keadaan. Pada pasien yang berusia pertengahan dan lanjut, tindakan melewatkan
pemeriksaan rektal dapat berarti tidak terdiagnosisnya karsinoma yang asimtomatik.
Keberhasilan pemeriksaan memerlukan gerakan jari tangan yang hati-hati, lembut dan
perlahan-lahan, pemeriksa yang tenang dan penjelasan kepada pasien mengenai apa yang
mungkin dirasakannya. Sehingga pemeriksaan ini sangat penting untuk dapat kita peroleh
informasi penting untuk menegakan diagnosa.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Colok Dubur (Rectal Rectal Toucher/ Digital Rectal Examination)
Pemeriksaan colok dubur adalah suatu pemeriksaan dengan memasukkan jari
telunjuk yang sudah diberi pelicin ke dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini
membantu klinisi untuk dapat menemukan penyakit-penyakit padaperineum, anus,
rektum, prostat, dan kandung kemih. Pada pemeriksaan colok dubur yang dinilai
adalah keadaan perianal, perineum, tonus sfingter ani dan refleks bulbo-
kavernosus (BCR), mukosa dan ampulla rekti, serta penonjolan prostat kearah
rektum. Pada pemeriksaan perianal dapat dilihat adanya fistula perianal, skin tag,
fissura, tumor anus dan hemorrhoid. Dinilai juga keadaan perineum, apakah
meradang atau tidak. Penilaian Sfingter ani dilakukan dengan cara merasakan
adanya jepitan pada sfingter ani pada saat jaritelunjuk dimasukkan lubang anus.
Colok dubur juga bertujuan untuk mencari kemungkinan adanya massa didalam
lumen rektum, menilaimukosa dan ampulla rectum serta keadaan prostat.
2.2. Indikasi
Rectal toucher merupakan bagian tak terpisahkan dari pemeriksaan fisik
abdomen untuk kasus gastrointestinal, urologi, dan ginekologi. Rectal toucher
diindikasikan pada pasien-pasien dengan penyakit atau keluhan sebagai berikut:
a. Perdarahan saluran cerna bagian bawah.
b. Hemorrhoid
c. Prolaps rekti
d. Ca Recti, Tumor anus - Ileus Obstruktif
e. Ileus paralitik.
f. Peritonitis.
g. BPH & Ca prostat.
h. Perubahan Pola Defekasi
i. Trauma Pelvis atau spinal

2.3. Kontra Indikasi


Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk melakukan rectal toucher. Perlu hati-hati
saat melakukan rectal toucher pada:
a. Anak-anak karena pemeriksaan dapat menyebabkan vasovagal syncope.
b. Prostatitis, dapat menyebarkan infeksi.
c. Hemorrhoid interna grade IV
2.4. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pemeriksaan Rectal toucher :

3
1. Bed Pemeriksaan
2. Handscoon
3. Jeli lubrikan
4. Kassa atau kertas tissue
2.5. Posisi Pada Pemeriksaan Rectal Toucher

a. Left lateral (Sims) position.


Rutin digunakan untuk wanita atau prosedue standar laki-laki. Pasien miring
kekiri, dengan tungkai atas kanan fleksi, sedangkan tungkai bawah kiri semi
ekstensi. Panggul harus menungging dan sejajar dengan pinggir tempat tidur.

Gambar 2.1 Sims Position

4
b. Knee-elbow position
Baik untuk perabaan prostat dan vesikula seminalis.

Gambar 2.2 Knee-elbow position


c. Litothomy position
Posisi litotomi biasanya dilakukan pada pemeriksaan rutin yang tidak
memerlukan pemeriksaan anus secara detail. Dianjurkan dalam pemeriksaan
prostate dan vesika seminalis karena memudahkan akses pada cavum
peritoneal. Bimanual palpasi dengan telunjuk kanan pada rektum sedang
tangan kiri pada supra pubis.

5
Gambar 2.3 Litothomy position

d. Dorsal Position
Pasien tidur dengan posisi setengah duduk posisi lutut ditekukkan(fleksi).
Telunjuk tangan kanan pasien masuk kedubur dengan melintasi dibawah
paha kanan pasien. Untuk bimanual palpasi tangan kiri diatas supra pubis.

Gambar 2.3 Dorsal Position

Anda mungkin juga menyukai