Anda di halaman 1dari 144

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam mendukung terwujudnya perubahan status
kesehatan masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem pelayanan
kesehatan dasar yang mampu memenuhi kebutuhan mayarakat.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Pelayanan
kesehatan bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien menjadi strategi
utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia agar tetap eksis ditengah persaingan global yang
semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat dalam mengantisipasi adanya persaingan
terbuka melalui pendekatan mutu yang berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil
pelayanan kesehatan yang memenuhi keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut
menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Penilaian keberhasilan Puskesmas dapat dilakukan oleh internal organisasi Puskesmas
yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Manajemen Sumber Daya Tenaga, alat,
obat, keuangan dan sistem informasi manajemen Puskesmas.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
managemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan, maka perlu dilaksanakan penilaian
oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan melalui mekanisme
akreditasi.

1. Profil Puskesmas Kecamatan Cengkareng


a. Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Kecamatan Cengkareng terletak di wilayah Jakarta Barat dengan Wilayah Kecamatan
Cengkareng memiliki luas wilayah sebesar 26,54 km 2. Kecamatan Cengkareng terletak
pada koordinat 106022’42’’BT sampai 106058’18’’ BT dan 5019’12’’LS sampai
-6023’54’’LS. Wilayah Kecamatan Cengkareng memiliki batas wilayah sebagai berikut
(BPS, 2016):
1. Batas wilayah Utara : Kecamatan Penjaringan
2. Batas wilayah Barat : Kecamatan Kalideres
3. Batas wilayah Selatan : Kecamatan Kembangan
4. Batas wilayah Timur : Kecamatan Grogol Petamburan
1
Kecamatan Cengkareng memiliki 6 Wilayah Kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Cengkareng Barat
2. Kelurahan Cengkareng Timur
3. Kelurahan Duri Kosambi
4. Kelurahan Kedaung Kali Angke
5. Kelurahan Kapuk
6. Kelurahan Rawa Buaya

Gambar 2.1. Peta Wilayah Kecamatan Cengkareng

Secara administratif, Wilayah Kecamatan Cengkareng terdiri dari 6 Wilayah Kelurahan


dan 86 Rukun Warga, 1016 Rukun Tetangga dan 164.699 Rumah Tangga. Seiiring
dengan berjalannya waktu kecamatan ini mengalami perkembangan pembangunan
secara pesat. Luas wilayah 30.233,6 km2 terdiri dari 5 kelurahan, 72 RW dan 720 RT.
Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah Kecamatan Cengkareng tahun 2018
meliputi: 1 Rumah Sakit Umum, 1 Rumah Sakit Khusus, 48 Rumah Bersalin, 32 klinik
pratama, 134 praktik gigi perorangan, 8 praktik gigi perorangan, 18 praktik dokter
spesialis perorangan, 57 Apotek, 2 apotek PRB, dan 2 toko obat.

2
Wilayah Kecamatan Cengkareng memiliki jumlah penduduk 529.631 penduduk
dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 19.956 penduduk/km 2. Wilayah kelurahan
terpadat adalah kelurahan Kapuk.

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Wilayah Kecamatan Cengkareng tahun 2018


No Jumlah
Kelurahan
. Penduduk
1 Cengkareng Barat 66.445
2 Duri Kosambi 85.060
3 Cengkareng Timur 80.571
4 Kapuk 177.986
5 Rawa Buaya 76.253
6 Kedaung Kaliangke 43.316
  Jumlah 529.631
Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Cengkareng Tahun 2018

b. Visi Puskesmas Kecamatan Cengkareng


Visi Puskesmas Kecamatan Cengkareng adalah “Cengkareng Sehat Mandiri Bersama
Warga yang Berbudaya Sehat dan Berkeadilan”.

c. Misi Puskesmas Kecamatan Cengkareng


Misi Puskesmas Kecamatan Cengkareng adalah:
1. Penguatan upaya kesehatan masyarakat yang berfokus terhadap Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat melalui prinsip continuum of care;
2. Menjalin kemitraan lintas sektor dan penguatan pemberdayaan masyarakat;
3. Meningkatkan upaya kesehatan perorangan dengan prinsip pelayanan prima;
4. Mendukung manajemen kesehatan melalui peningkatan sumber daya secara terpadu
dan berbasis teknologi.

d. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Cengkareng

3
STRUKTUR ORGANISASI

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN CENGKARENG

KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT

KEPALA PUSKESMAS

dr. Nurmari Wahyu Hapsari

KASUBBAG TATA USAHA

Abdul Majid, S.H.

SISTEM INFORMASI PUSKESMAS KEPEGAWAIAN KEUANGAN RUMAH TANGGA

Pengolah data : Mya Rilianti Umum : Aliyah Bendahara Pengeluaran : Mauren Suzan Worek Pengurus Barang : Bekti Kusumastuti
SDMK : Nuryani Bendaraha Penerimaan : Evi Octavia Administrator : Arifiah Marliyanti
Teknologi Informasi : Dwi Ariwibowo Koord. Security : Alif Widodo Perencanaan : Brigitta Putri Dian Wazia
Koord. Kebersihan : Tjandra Accounting : Arifiansyah Akbar Operator : Syahrul Mubarok
Rekam Medis : Retno Wahyuni Koord. Pengemudi : dr. Ignatius Eko Boedi Verifikator : Dini Putri Kameswari
Diklat dan Yayan Mulyana
: Mya Rilianti PENGADAAN
Kehumasan
Adm. Kepegawaian : Alif Widodo Pencatatan dan Pelaporan : Yayan Mulyana PPK : drg. Evelyn
Tim E-katalog : dr. Junita Siregar
Tim Non E-katalog : Erin Nurtika
dr. Ayu Martinova
Adm. Pengadaan : Syarif Maulana
JARINGAN PELAYANAN PUSKESMAS Cahyo Pranoto
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
KESMAS UPAYA KESEHATAN PERORANGAN,
FARMASI DAN LABORATORIUM DAN JEJARING FASYANKES
drg. Evelyn Hotma F. Tamba drg. Elok Nuzulia Muktiningtyas Erin Nurtika
PEMELIHARAAN

Koordinator : Arifiah Marlianti


AC, Alkes :
Fisik : Dedi Gurdi
UKM ESENSIAL UKM PENGEMBANGAN RAWAT JALAN JARINGAN PELAYANAN PUSKESMAS

: dr. Maria
Kesehatan Jiwa Pendaftaran : Ade Kurnia : Five Daryatmo
Bekti Puskesmas Kelurahan Kendaraan
Kesehatan Gigi Pel. Pemeriksaan
: drg. Varda : dr. Maria Elektronik : Dwi Aribowo
Masyarakat Umum PKL Rawa Buaya : drg. Emanuel Ayub
Kesehatan Tradisional
: Yenti Fatma Pel. PAL : dr. Elven Pelaksana Umum : Fajar
PROMOSI KESEHATAN dan Komplementer PKL Duri Kosambi I : drg. Riani Suhenda
DAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH Kesehatan Kerja dan
: dr. Dwi Utami Pel. TBC : dr. Elven
Olahraga PKL Duri Kosambi II : drg. Lynna Anggraini
Promkes : Erin Nurtika Kesehatan Indera : Supardi PKPR : dr. Regina Susanti PKL Cengkareng Barat I : drg. Vinna Pradevie M.
PPTK
drg. Ryan Arya Kesehatan Lansia : Yenti Fatma Pel. MTBS : dr. Intan PKL Cengkareng Barat II : drg. Lidwina

Pel. Kesehatan Mata : dr. Ervin Ritandi


UKS : dr. Regina PKPR : dr. Regina PKL Kapuk I : drg. Evita Yudi Dharma Tata Usaha : dr. Romartha Christina
Ery Elida Nasution Pel. IMS (Mandiri) : dr. Devy Feriani PKL Kapuk II : dr. Mira Wulan Sari UKP : drg. Elok Nuzullia
UKGS : drg. Varda Pel. PTM : dr. Riva Faraby PKL Cengkareng Timur : dr. Andriani UKM : dr. Arianti D. I.
Pel. Lansia : dr. Riva Faraby PKL Kedaung Kali Angke : dr. Desi Natalia Ginting
KESEHATAN IBU ANAK
: dr. Junita Siregar
DAN KELUARGA BERENCANA Pel. Kesehatan Haji
dr. Dwi Utami
Pel. Kesehatan Catin : dr. Raden Novi Nurnita
Koordinator : bd. Suhaenah Puskesmas Keliling : Purbawijaya
KIA : bd. Suhaenah Pel. KIA : bd. Suhaenah Pel. Panti : dr. Intan Yuniar
KB : bd. Rosdiana KB : bd. Rosdiana Pel. Pasar : Lia Fadliati
Kespro : dr. Regina Imunisasi : bd. Ratna Juwita Pel. Rusun : dr. Adhim
: dr. Devy Feriani
PTRM
Catin : bd. Cynthia Novia Farhatun
: Tyas Paramita Dewi
Pel. Gizi
KtP/A : dr. Raden Novi Nurnita Bahrunil Jamil
SDIDTK : Futri Fratiwi Peran Serta Masyarakat (PSM)
MTBS : dr. Intan Yuniar Koordinator : Evi Rahmawati
GAWAT DARURAT
MTBM : bd. Christina Talahatu UKGM : drg. Varda Amelia
Koordinator : dr. Ignatius Eko Boedi SBH : Evi Rahmawati
Dukeslap : Dedi Gurdi Poskestren : Evi Rahmawati
GIZI Posyandu : Evi Rahmawati
Posbindu : Dedi Gurdi
Koordinator : Tyas Paramita Dewi
PELAYANAN KEFARMASIAN

Koordinator : Rohmawati Nurfitriani


KESEHATAN LINGKUNGAN JEJARING FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Koordinator : Daryono, S.Si.T. Koordinator : Erin Nurtika


PELAYANAN LABORATORIUM
Anggota : Archi Qurotta A. N.
Tjandra Koordinator : dr. Adnan
Anggota : Priyanto Widodo
Lilik Sumarliana
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Dewi Rusmita Sari
Koordinator : dr. Arianti D. I. Rensa Friansyah
Imunisasi : bd. Ratna Juwita Rausyanah Fikriyyah
P2P ISPA dan : dr. Intan Yuniar Ety Nofitasari
P2P TBC : dr. Elven Dinata
P2P HIV AIDS dan : dr. Devy Feriani
RAWAT INAP
IMS
P2P Filaria Malaria : dr. Maria TFC : Tyas Paramita Dewi
dan DBD Nina
P2P Hepatitis : bd. Rizkia Nuranisa
PELAYANAN PERSALINAN
P2PTVZ : Daryono, S.Si.T.
Surveilans : Susi Trisnowati Koordinator : bd. Lusi Hernawati
Surveilans
: Sahnan Purba
Kematian
PTM : dr. Junita
PELAYANAN JKN

Koordinator : Andri Saputra


Claim BPJS : Lia Fadliati Maulida
KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
Adminsitrasi : Dulmanan
Arie Yuli Hartati
Lia Fadliati
Kepala Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Kota Administrasi Jakarta Barat

dr. Nurmari Wahyu Hapsari


NIP. 196401081989102002

e. Motto Puskesmas Kecamatan Cengkareng


Motto Puskesmas Kecamatan Cengkareng adalah “Kita bisa, pasti bisa, harus bisa !”.

f. Tata Nilai Puskesmas Kecamatan Cengkareng


Nilai budaya kerja di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, adalah:
1. H = Harmonis;

4
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng mampu bekerja
sama dengan baik, saling melengkapi dan harmonis dalam segala aspek, sehingga
dapat mewujudkan visi dan misi Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
2. E = Empati
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng memiliki empati
baik terhadap pasien maupun terhadap sesama karyawan dan lingkungan sekitar,
sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan internal dan
eksternal, juga dapat menjaga kelestarian lingkungan.
3. B = Berintegritas
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng memiliki integritas
yang tinggi terhadap pekerjaan dan terhadap mutu serta kualitas layanan Puskesmas
Kecamatan Cengkareng.
4. A = Aktif Berinovasi
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng dapat terus aktif
berinovasi guna memperbaiki kualitas dan mutu layanan, serta mampu terus bersaing
dengan layanan kesehatan lain dikelasnya.
5. T = Taat
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng selalu taat
terhadap aturan yang berlaku, bertanggung jawab terhadap setiap pekerjaan, dan
bekerja secara sinergis dengan kebijakan yang dibuat baik oleh manajemen maupun
oleh aturan lain yang mengikat.
6. Profesional
Diharapkan seluruh karyawan Puskesmas Kecamatan Cengkareng dapat selalu
melakukan pekerjaan dengan profesionalisme yang tinggi, sehingga dapat
memberikan layanan yang baik dan berkualitas bagi masyarakat.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman mutu adalah pelayanan administrasi dan manajemen, upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng.

C. Tujuan
Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan untuk membangun sistem manajemen mutu di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng.

D. Landasan Hukum dan Acuan


5
Landasan hukum yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini adalah:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaran Program Indonesia Sehat;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 Tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarkat;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 65 tahun 2013 tentang Pedoman
Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan;
10. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit
Khusus Daerah.

E. Istilah dan Definisi


N
ISTILAH DEFINISI OPERASIONAL
O
1. Dokumen Informasi dan media yang terkandung di dalamnya
2. Efektifitas Keberhasilan usaha atau tindakan dalam mencapai tujuan
yang ditentukan
3. Efisiensi ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu
dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya.
4. Kebijakan Pernyataan resmi cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud
mutu sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha
mencapai tujuan organisasi.

6
5. Kepuasan perasaan senang atau kecewa pengguna payanan yang
pelanggan muncul setelah membandingkan kinerja atau hasil produk yang
didapatkan terhadap kinerja yang diharapkan.
6. Koreksi Pembetulan atau perbaikan
7. Pasien Orang atau individu yang mencari atau menerima perawatan
medis
8. Pedoman Dokumen yang merincikan sistem manajemen mutu sesuai
mutu standar.
9. Pelanggan Orang yang menggunakan atau memanfaatkan layanan
puskesmas
10. Perencanaan Perencanaan program manajemen untu penerapan sistem
mutu manajemen mutu.
11. Prasarana Barang/benda tidak bergerak yang dapat menunjang atau
mendukung pelaksanaan tugas dan fungi unit kerja.
12. Proses Serangkaian langkah sistematis atau tahapan yang jelas yang
dapat ditempuh berulangkali untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
13. Rekaman Bagian dari dokumen yang merupakan bukti bahwa suatu
kegiatan sudah dilakukan.
14. Sarana Barang/benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam
pelaksanaan tugas atau fungsi unit kerja.
15. Sasaran mutu Tujuan yang akan dicapai dalam melakukan proses.
16. Tindakan Tindakan yang dilakukan setelah terjadi suatu kegiatan.
korektif
17. Tindakan Tindakan yang dilakukan sebelum munculnya suatu kegiatan.
preventif

7
BAB II
KEBIJAKAN MUTU

Kebijakan mutu dan keselamatan pasien Puskesmas Kecamatan Cengkareng adalah:


1. Pimpinan Pusat Kesehatan Masyarakat, Penanggung Jawab Upaya Kesehatan
Perorangan dan Penanggung Jawab Upaya Kesehatan Masyarakat, pelaksana dan
seluruh karyawan Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng berkomitmen
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan memperhatikan
kebutuhan dan harapan pelanggan, dan melakukan peningkatan serta perbaikan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana untuk menghasilkan
pelayanan bermutu secara konsisten.
2. Kebijakan Mutu Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng, sebagai berikut:
a. Sesuai dengan Visi, Misi, Tujuan, dan Tata Nilai Pusat Kesehatan Masyarakat;
b. Berpedoman kepada Dokumen Mutu yaitu Pedoman Mutu, Prosedur Mutu, Instruksi
Kerja, Prosedur Khusus, dan Standard Operating Procedure (SOP) yang berlaku di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng;
c. Mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan dan perbaikan terus menerus
untuk efektifitas dan Sistem Manajemen Mutu melalui Asupan Kebutuhan
pelanggan;
d. Menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau Indikator Mutu
Kinerja;
e. Pusat Kesehatan Masyarakat memastikan Kebijakan Mutu berjalan sesuai dengan
ketentuan melalui Pertemuan Tinjauan Manajemen, Tindakan Korektif, Tindakan
Preventif dan Audit Internal;
f. Dikomunikasikan dan dipahami seluruh karyawan;
g. Ditinjau agar terus menerus sesuai dengan kebutuhan;
3. Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat dan seluruh penanggung jawab Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan penanggung jawab Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) wajib
berpartisipasi dalam program mutu dan keselamatan pasien mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
4. Para pimpinan wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan Program mutu dan
keselamatan pasien yang diselenggarakan di seluruh jajaran Pusat Kesehatan
Masyarakat.
5. Indikator mutu dan kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat ditetapkan di area administrasi
manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan.

8
6. Tenaga klinis wajib berperan aktif dalam upaya peningkatan mutu layanan klinis dan
keselamatan pasien, mulai dari identifikasi permasalahan mutu layanan klinis,
melakukan analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan dan menindaklanjuti.
7. Tenaga klinis terdiri dari dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan lain yang
bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan pasien.
8. Identifikasi permasalahan mutu layanan klinis, potensi terjadinya risiko dilakukan dengan
menggunakan indikator-indikator pelayanan klinis yang ditetapkan oleh Pusat
Kesehatan Masyarakat dengan acuan yang jelas.
9. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Cengkareng dengan pendekatan multidisiplin, dan dikoordinasikan oleh
Penanggungjawab Mutu.
10. Perencanaan mutu berisi paling tidak:
a. Area prioritas berdasarkan data dan informasi, baik dari hasil monitoring dan
evaluasi indikator, maupun keluhan pasien/keluarga/staf dengan mempertimbangan
kekritisan, risiko tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah;
b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien;
c. Kegiatan-kegiatan pengukuran dan pengendalian mutu dan keselamatan pasien
yang terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit pelayanan;
d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan indikator,
pengumpulan data, untuk kemudian dianalisis dan ditindak lanjuti dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien;
e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM), dan indikator klinis, yang meliputi indikator struktur, proses, dan
outcome;
f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui standarisasi,
perancangan sistem, rancang ulang sistem untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien;
g. Penerapan manajemen risiko pada semua lini pelayanan baik pelayanan klinis
maupun penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM);
h. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), dan Keadaan
Potensial Cedera (KPC);
i. Program dan kegiatan peningkatan mutu pelayanan klinis dan keselamatan pasien,
termasuk di dalamnya program peningkatan mutu pelayanan obat;
j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien;

9
k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan permasalahan,
tindak lanjut, dan kemajuan tindak lanjut yang dilakukan;
l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien;
11. Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir di bawah ini:
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai Pusat Kesehatan Masyarakat, dan
perencanaan Pusat Kesehatan Masyarakat;
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan staf;
c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM),
pedoman praktik klinis, standar pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai
panduan dari profesi maupun panduan dari Kementerian Kesehatan;
d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat;
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko;
f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada di Pusat
Kesehatan Masyarakat;
g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik;
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang terkait;
i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem pelayanan;
12. Penanganan terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) dilaksanakan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan.
13. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC) diidentifikasi, dianalisis,
ditindaklanjuti, dan didokumentasikan.
14. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus didokumentasikan.
15. Penanggungjawab mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien kepada Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat tiap tribulan.
16. Hasil peningkatan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien diinformasikan kepada
petugas setiap tiga bulan sekali pada saat kegiatan evaluasi rutin oleh masing-masing
tim kerja.
17. Perilaku petugas layanan klinis harus mencerminkan budaya keselamatan dan budaya
perbaikan pelayanan klinis yang berkelanjutan.
18. Perilaku petugas layanan klinis di evaluasi setiap sebulan sekali oleh Penanggung
Jawab Upaya Kesehatan Perorangan.
19. Indikator mutu layanan klinis sebagaimana terlampir dalam Lampiran II Keputusan ini.

10
20. Melaksanakan kajian untuk menilai dampak negatif yang mungkin dihasilkan akibat
pelaksanaan Upaya Pusat Kesehatan Masyarakat dan kegiatan pelayanan Pusat
Kesehatan Masyarakat, sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan dan pencegahan.
21. Kajian dampak negatif diwujudkan dengan menerapkan manajemen risiko dalam
pelaksanaan program maupun pelayanan di Pusat Kesehatan Masyarakat, mulai dari
administrasi, Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), sampai dengan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM).
22. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf, serta
mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial bermasalah, maka area
prioritas yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan mutu dan keselamatan
pasien ditetapkan di area administrasi dan manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat,
dan Upaya Kesehatan Perorangan.
23. Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien, sebagai berikut:
a. Ketepatan identifikasi pasien
Indikator : Kepatuhan petugas melakukan identifikasi pasien 100%;
b. Ketepatan prosedur
Kesesuaian layanan klinis dengan prosedur klinis 100%;
c. Peningkatan komunikasi yang efektif
Indikator : Instruksi verbal yang ditulis,-baca-ulang-konfirmasi 100%;
d. Penurunan risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
Kepatuhan petugas mencuci tangan 100%
e. Penurunan risiko pasien jatuh
Tidak ada kejadian pasien jatuh 100 %
f. Penandaan obat LASA dan High Alert
Indikator :
1) Penandaan obat LASA 100 %
2) Penandaan obat dengan kewaspadaan tinggi (High Alert) 100 %
24. Upaya perbaikan mutu layanan klinis diprioritaskan berdasarkan kriteria tertentu seperti
high risk, high volume, high cost, dan kecenderungan terjadi masalah, atau didasarkan
atas penyakit, kelompok sasaran, program prioritas atau pertimbangan lain.
25. Pelayanan farmasi sebagai area prioritas dalam pelaksanaan manajemen risiko.
26. Menetapkan pedoman manajemen risiko sebagai paduan dalam melaksanakan kegiatan
manajemen risiko di dalam gedung maupun di luar gedung Pusat Kesehatan
Masyarakat.
27. Penerapan manajemen risiko terdiri dari beberapa proses sebagai berikut :

11
a. Identifikasi risiko, merupakan kegiatan mengklasifikasikan jenis-jenis risiko yang ada
di Lingkungan Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng;
b. Pengukuran risiko, merupakan kegiatan mengukur tingkat kemungkinan dan
dampak terjadinya risiko;
c. Prioritas risiko, merupakan kegiatan mengurutkan jenis risiko berdasarkan hasil
pengukuran risiko dari risiko tertinggi ke risiko terendah;
d. Penanganan risiko, merupakan kegiatan merumuskan dan melaksanakan tindakan
yang harus dilakukan untuk meminimalisasi risiko;
28. Identifikasi dan analisis risiko di Pusat Kesehatan Masyarakat dilaksanakan melalui
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan Root Cause Analysis (RCA).
29. Identifikasi dan analisis risiko dibuat oleh unit terkait jika terdapat masalah pada unit
tersebut.
30. Manajemen risiko mencakup antisipasi bahaya yang bisa terjadi di dalam atau di luar
unit kerja terhadap karyawan dan pasien.
31. Pengelolaan lingkungan fisik Pusat Kesehatan Masyarakat perlu dibuat perencanaan,
meliputi :
a. Kesehatan dan keamanan. Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana
gedung, halaman/ground dan peralatan tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi
pasien, staf dan pengunjung. Keamanan adalah proteksi dari kehilangan,
pengrusakan dan kerusakan, atau akses serta penggunaan oleh mereka yang
tidak berwenang;
b. Bahan berbahaya, yang meliputi: penanganan, penyimpanan dan penggunaan
bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang
secara aman;
c. Manajemen emergensi, yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan
emergensi direncanakan dan efektif;
d. Pengamanan kebakaran: Pusat Kesehatan Masyarakat wajib melindungi properti
dan penghuninya dari kebakaran dan asap;
e. Peralatan medis: untuk mengurangi risiko, peralatan dipilih, dipelihara dan
digunakan sesuai dengan ketentuan;
f. Sistem utilitas, meliputi listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian;
32. Petugas pelayanan klinis Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng
diharuskan untuk meletakkan peralatan di lingkungan unit pelayanan dengan tepat
atau sesuai tempatnya dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Alat-alat yang telah digunakan harus diletakkan terpisah dengan alat-alat bersih.
12
b. Alat-alat yang telah dipakai dan memerlukan sterilisasi diletakkan terpisah untuk
kemudian di kirim ke ruang sterilisasi.
c. Alat-alat yang membutuhkan perawatan lebih lanjut (rusak) diinformasikan kepada
pengurus barang Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng untuk
dilakukan inventaris aset dan diserahkan kepada tim Pemeliharaan Pusat
Kesehatan Masyarakat Kecamatan Cengkareng untuk dilakukan tindak lanjut.
Alat-alat yang membutuhkan persyaratan khusus untuk peletakkannya (steril)
diletakkan didalam lemari tertutup yang bersih dan steril.

13
BAB III
PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

A. Ruang Lingkup
Penyelenggaraan kegiatan yang menunjang Administrasi dan Manajemen meliputi Perencanaan
dan Anggaran, Keuangan, Pengadaan, Pemeliharaan (Alkes, perangkat computer), Tata
Usaha / Kepegawaian, Pengolah Data, Penerimaan / Kasir, Pengurus Barang, Manajemen
Mutu. Proses pelaksanaan Administrasi dan Manajemen dipantau melalui indikator kinerja yang
diukur setiap bulan. Hasil pencapaian indikator dianalisis secara periodik melalui monitoring dan
evaluasi.

B. Uraian Indikator
Tabel 3.1. Indikator Kinerja Administrasi dan Manajemen Tahun 2019
No UNIT INDIKATOR CAPAIAN
.
1 Tata Usaha / Kelengkapan Surat Izin Kerja Tenaga Kesehatan 100%
Kehadiran pegawai tepat waktu >85%
Kepegawaian
Masuknya penilaian kinerja individu dari tim penilai 100%
maksimal tanggal 5 setiap bulannya
2 Pengolah Ketepatan pengiriman laporan bulanan 100%
Kelengkapan laporan bulanan 100%
Data
3 Pemeliharaa Berita Acara Pemeriksaan terhadap laporan 100%
n Alkes kerusakan alat dilaporkan ke KasubBag Tata Usaha
maksimal 2 hari kerja
4 Pemeliharaa Laporan Kerusakan ditindaklanjuti maksimal 1 hari 100%
n Perangkat kerja
Komputer
5 Keuangan Pemeriksaan SPJ on the spot 100%
Berkas SPJ masuk ke bagian Keuangan maksimal 1 100%
minggu setelah pelaksanaan kegiatan
6 Kasir Penerimaan setoran Layanan 24 jam 100%
7 Mutu Keluhan pelanggan ditindaklanjuti dalam 1 x 24 jam 100%
Indicator mutu dan kinerja Admen dikumpulkan ke 100%
bagian Mutu paling lambat tanggal 5 setiap bulannya
8 Pengadaan Jangka waktu proses Pengadaan mulai dari usulan 100%
Pengadaan hingga penerbitan SPK maksimal 15 hari
kerja dengan catatan spesifikasi, nama barang dan
harga barang pagu sudah tetap atau tidak berubah
selama proses pengadaan berjalan.
9 Perencanaan Ketepatan Serapan Perkiraan Sendiri (SPS) 100%
14
dan
Anggaran
10 Pengurus Pencapaian KPI Pemutakhiran data dan informasi 100%
Barang barang setiap bulannya mencapai target

Pengertian dan Cara Penghitungan Indikator


1. Kelengkapan Surat Izin Kerja pada Tenaga Kesehatan
Judul Kelengkapan Surat Izin Kerja pada Tenaga Kesehatan

Dimensi Mutu Legalitas


Tujuan Memastikan layanan kesehatan dilakukan oleh tenaga
kesehatan profesional yang kompeten, terdaftar dan
tersertifikasi.
Definisi Kelengkapan Surat Izin Kerja pada tenaga kesehatan adalah
Operasional tersedianya Surat Izin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi
(STR) pada tenaga medis maupun paramedik yang bekerja di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah tenaga kesehatan yang memiliki Surat Izin Kerja
Denominator Jumlah seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng
Sumber Data Data Kepegawaian
Standar 100%

Penanggung Admin Kepegawaian


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah tenaga kesehatan yang memiliki surat izin kerja x 100%
Jumlah seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng

2. Kehadiran Pegawai Tepat Waktu


Judul Kehadiran Pegawai Tepat Waktu

Dimensi Mutu Kehandalan


15
Tujuan Memastikan pegawai hadir sesuai dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
Definisi Kehadiran pegawai tepat waktu adalah kehadiran pegawai
Operasional sesuai dengan jam kerja yang ditetapkan.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah pegawai yang hadir tepat waktu
Denominator Jumlah seluruh pegawai Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Sumber Data Data Kepegawaian
Standar 100%

Penanggung Admin Kepegawaian


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah pegawai yang hadir tepat waktu x 100 %
Jumlah seluruh pegawai Puskesmas Kecamatan Cengkareng

3. Masuknya penilaian kinerja individu dari tim penilai maksimal tanggal 5 setiap bulannya
Judul Masuknya penilaian kinerja individu dari tim penilai maksimal
tanggal 5 setiap bulannya
Dimensi Mutu Kehandalan
Tujuan Untuk mendapatkan data yang objektif tentang kemampuan
pegawai dalam melakukan pekerjaannya.
Definisi Penilaian kinerja individu adalah evaluasi sistematis terhadap
Operasional kinerja pegawai untuk memahami kemampuan pegawai dan
merencanakan arah pengembangan pegawai yang selanjutnya
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah penilaian kinerja yang masuk sampai dengan tanggal 5
setiap bulannya
16
Denominator Jumlah penilaian kinerja seluruh pegawai
Sumber Data Data Kepegawaian
Standar 100%

Penanggung Admin Kepegawaian


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah penilaian kinerja yang masuk sampai dengan
tanggal 5 setiap bulannya x 100 %
Jumlah penilaian kinerja seluruh pegawai

2. Ketepatan pengiriman laporan bulanan


Judul Ketepatan pengiriman laporan bulanan

Dimensi Mutu Efektivitas, kontinuitas


Tujuan Memastikan pengiriman laporan bulanan dapat tepat waktu.

Definisi Ketepatan pengiriman laporan bulanan adalah ketepatan waktu


Operasional dalam mengumpulkan laporan bulanan dari Puskesmas
Kecamatan Cengkareng ke Sudinkes Kota Administrasi Jakarta
Barat.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah laporan yang dikirim tepat waktu ke Sudinkes Kota
Administrasi Jakarta Barat.
Denominator Jumlah seluruh laporan bulanan.
Sumber Data Tanda terima pengiriman laporan bulanan
Standar 100%
Penanggung Bagian pengolah data
jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah laporan yang dikirim tepat waktu ke Sudinkes Kota
Administrasi Jakarta Barat x 100 %
Jumlah seluruh laporan bulanan.
17
3. Kelengkapan laporan bulanan
Judul Kelengkapan laporan bulanan

Dimensi Mutu Efektivitas, kontinuitas


Tujuan Memastikan pengiriman laporan lengkap setiap bulannya.
Definisi Kelengkapan pengiriman laporan bulanan adalah lengkapnya
Operasional data laporan yang diminta untuk dikumpulkan dari Puskesmas
Kecamatan Cengkareng ke Sudinkes Kota Administrasi Jakarta
Barat.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah laporan bulanan yang lengkap
Denominator Jumlah seluruh laporan bulanan
Sumber Data Tanda terima pengiriman laporan bulanan
Standar 100%

Penanggung Bagian pengolah data


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah laporan bulanan yang lengkap x 100 %
Jumlah seluruh laporan bulanan

4. Tindak lanjut terhadap laporan kerusakan yang ditindaklanjuti maksimal 2 hari kerja
Judul Kelengkapan Tindak lanjut terhadap laporan kerusakan yang
ditindaklanjuti maksimal 2 hari kerja
Dimensi Mutu Responsiveness
Tujuan Memastikan keluhan user segera ditindaklanjuti untuk menjaga
mutu pelayanan.
Definisi Kelengkapan tindak lanjut terhadap laporan kerusakan adalah
Operasional laporan kerusakan dari user yang ditindaklanjuti
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
18
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah laporan kerusakan yang ditindaklanjuti
Denominator Jumlah seluruh laporan kerusakan dari user
Sumber Data Laporan pemeliharaan barang
Standar 100%

Penanggung Unit pemeliharaan elektromedik


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah laporan kerusakan yang ditindaklanjuti x 100 %
Jumlah seluruh laporan kerusakan dari user

5. Berita Acara Pemeriksaan terhadap Laporan Kerusakan Alat dilaporkan ke Kasubbag


Tata Usaha Maksimal 2 hari kerja
Judul Berita Acara Pemeriksaan terhadap Laporan Kerusakan Alat
dilaporkan ke Kasubbag Tata Usaha Maksimal 2 hari kerja
Dimensi Mutu Efektivitas, efisiensi
Tujuan Memastikan keluhan user segera ditindaklanjuti.

Definisi Berita acara pemeriksaan adalah berita acara pemeriksaan


Operasional terhadap laporan kerusakan alat yang disampaikan kepada
Kasubbag Tata Usaha 2 hari setelah adanya laporan dari user.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah BAP yang dilaporkan kepada Kasubbag TU dalam
waktu < 2 hari
Denominator Jumlah seluruh berita acara pemeriksaan barang
Sumber Data Laporan pemeliharaan
Standar 100%

Penanggung Admin Kepegawaian


jawab
Pengumpulan
Data
19
Formula Jumlah BAP yang dilaporkan kepada Kasubbag TU
dalam waktu < 2 hari x 100 %
Jumlah seluruh berita acara pemeriksaan barang

6. Laporan Kerusakan ditindaklanjuti maksimal 1 hari kerja


Judul Laporan Kerusakan ditindaklanjuti maksimal 1 hari kerja

Dimensi Mutu Responsiveness, akses terhadap pelayanan


Tujuan Memastikan gangguan pada perangkat teknologi informasi
ditangani sesegera mungkin untuk menjaga kesinambungan
pelayanan.
Definisi Laporan kerusakan ditindaklanjuti maksimal 1 hari sejak aduan
Operasional dari user kepada bagian Infomasi dan Teknologi (IT).

Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah laporan kerusakan yang ditindaklanjuti maksimal 1 hari
Denominator Jumlah seluruh laporan kerusakan
Sumber Data Laporan pemeliharan IT
Standar 100%

Penanggung Admin IT
jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah laporan kerusakan yang ditindaklanjuti
maksimal 1 hari x 100 %
Jumlah seluruh laporan kerusakan

7. Pemeriksaan SPJ on the spot


Judul Pemeriksaan SPJ on the spot

Dimensi Mutu Legalitas, efektivitas, efisiensi


Tujuan Memastikan SPJ diperiksa dan diverifikasi pada saat diantarkan.

20
Definisi Pemeriksaan SPJ on the spot adalah pemeriksaan SPJ yang
Operasional dilakukan di bagian Keuangan secara langsung di hadapan
pemegang program/penanggung jawab kegiatan pada saat SPJ
tersebut diserahkan ke bagian keuangan.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah SPJ yang diperiksa on the spot
Denominator Jumlah seluruh SPJ yang dikumpulkan di bagian Keuangan
Sumber Data Register keuangan
Standar 100%

Penanggung Admin Keuangan


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah SPJ yang diperiksa on the spot x 100 %
Jumlah seluruh SPJ yang dikumpulkan di bagian Keuangan

8. Berkas SPJ program masuk ke bagian Keuangan maksimal 1 minggu setelah


pelaksanaan kegiatan
Judul Berkas SPJ program masuk ke bagian Keuangan maksimal 1
minggu setelah pelaksanaan kegiatan
Dimensi Mutu Legalitas, efektivitas, efisiensi
Tujuan Memastikan pembayaran untuk pelaksanaan kegiatan tepat
waktu.
Definisi SPJ program adalah SPJ pelaksanaan kegiatan program.
Operasional
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah SPJ yang masuk ke bagian Keuangan dalam waktu < 1
minggu setelah kegiatan

21
Denominator Jumlah seluruh SPJ yang masuk ke bagian Keuangan
Sumber Data Data Kepegawaian
Standar 100%

Penanggung Admin Keuangan


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah SPJ yang masuk ke bagian Keuangan
dalam waktu < 1 minggu setelah kegiatan x 100 %
Jumlah seluruh SPJ yang masuk ke bagian Keuangan

9. Penerimaan setoran layanan 24 jam


Judul Penerimaan setoran layanan 24 jam

Dimensi Mutu Legalitas


Tujuan Memastikan setoran dari loket pendaftaran layanan 24 jam
disetorkan ke Kasir.
Definisi Penerimaan setoran layanan 24 jam adalah penerimaan setoran
Operasional dari loket pendaftaran ke Kasir.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah setoran dari loket pendaftaran yang disetorkan ke kasir
Denominator Jumlah seluruh setoran dari loket pendaftaran
Sumber Data Buku setoran harian
Standar 100%

Penanggung Admin kasir


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah setoran loket pendaftaran yang disetor ke kasir x 100 %
Jumlah seluruh setoran dari loket pendaftaran

10. Keluhan pelanggan ditindaklanjuti dalam 1 x 24 jam

22
Judul Keluhan pelanggan ditindaklanjuti dalam 1 x 24 jam

Dimensi Mutu Responsiveness


Tujuan Memastikan keluhan pelanggan ditanggapi dan ditindaklanjuti.

Definisi Keluhan pelanggan adalah keluhan masyarakat pengguna


Operasional layanan Puskesmas baik yang bersumber dari kotak saran,
media elektronik, dunia maya, maupun keluhan secara langsung
atau tatap muka.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah keluhan pelanggan yang ditindaklanjuti dalam 1 x 24
jam
Denominator Jumlah seluruh keluhan pelanggan
Sumber Data Register keluhan pelanggan
Standar 100%

Penanggung Admin mutu


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah keluhan pelanggan yang ditindaklanjuti
dalam 1 x 24 jam x 100 %
Jumlah seluruh keluhan pelanggan

11. Indikar mutu dan kinerja Admen dikumpulkan ke bagian mutu paling lambat tanggal 5
setiap bulannya
Judul Indikator mutu dan kinerja Admen dikumpulkan ke bagian mutu
paling lambat tanggal 5 setiap bulannya
Dimensi Mutu Performa, efektivitas
Tujuan Memastikan penyelenggaraan administrasi dan manajemen
terlaksana dengan efektif.
Definisi Indicator mutu dan kinerja admen adalah indicator mutu dan
Operasional kinerja unit Admnisitrasi dan Manajemen.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
23
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah indikator kinerja yang dikumpulkan
Denominator Jumlah seluruh indikator kinerja
Sumber Data Data rekapitulasi indicator
Standar 100%

Penanggung Admin mutu


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Jumlah indikator kinerja yang dikumpulkan x 100 %
Jumlah seluruh indikator kinerja

12. Jangka waktu proses pengadaan mulai dari usulan pengadaan hingga penerbitan SPK
maksimal 15 hari kerja.
Judul Jangka waktu proses pengadaan mulai dari usulan pengadaan
hingga penerbitan SPK maksimal 15 hari kerja
Dimensi Mutu Legalitas, efektivitas
Tujuan Memastikan proses pengadaan dilakukan dengan efektif.
Definisi Proses pengadaan mulai dari usulan pengadaan hingga
Operasional penerbitan SPK maksimal 15 hari kerja dengan catatan
spesifikasi, nama barang, dan harga pagu sudah tetap atau
tidak berubah selama proses pengadaan.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Jumlah proses pengadaan yang dilakukan maksimal 15 hari
kerja
Denominator Jumlah seluruh proses pengadaan
Sumber Data Data pengadaan
Standar 100%

Penanggung Admin pengadaan


jawab
Pengumpulan
24
Data
Formula Jumlah proses pengadaan
yang dilakukan maksimal 15 hari kerja x 100 %
Jumlah seluruh proses pengadaan

13. Ketepatan Serapan Perkiraan Sendiri (SPS)


Judul Persentase penyerapan anggaran sesuai dengan SPS

Dimensi Mutu Legalitas, ketepatan


Tujuan Melakukan monitoring serapan anggan sesuai dengan jadwal
yang telah disepakati.
Definisi Persentase serapan anggaran setiap bulan sesuai dengan
Operasional jadwal yang telah disepakati bersama, yang tertuang dalam nilai
SPS.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator Kumulatif serapan anggaran sampai dengan bulan berjalan
Denominator SPS bulan berjalan
Sumber Data Data keuangan Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Standar 100%

Penanggung PDA Puskesmas Kecamatan Cengkareng


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Kumulatif total belanja (sampai dengan bulan berjalan) x 100 %
nilai SPS bulan berjalan

14. Pencapaian Key Performance Indikator (KPI) Pemutakhiran data dan informasi barang
setiap bulannya mencapai target
Judul Pencapaian Key Performance Indikator (KPI) Pemutakhiran
data dan informasi barang setiap bulannya mencapai target
Dimensi Mutu Ketepatan
Tujuan Memastikan pemutakhiran data dan informasi barang setiap
bulannya mencapai target

25
Definisi Target pencapaian Pemutakhiran Data dan Informasi Barang
Operasional yang mencakup:
1. Persiapan
a. Pembuatan tim oleh SKPD (3%)
b. Sosialisasi BPAD ke SKPD dan Suban Aset ke UKPD
(4%)
c. Penyimpanan Kertas Kerja (3%)
2. Pelaksanaan
a. Pemutakhiran kode barang untuk semua BMD (30%)
b. Pemutakhiran data dan informasi untuk semua BMD
(50%)
3. Pelaporan
a. Daftar BMD yang sudah dimutakhirkan kode barangnya
(5%)
b. Daftar BMD yang sudah dimutakhirkan data dan
informasinya (5%).
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode 1x 3 bulan
Analisis
Numerator -
Denominator -
Sumber Data Data Pengurus Barang
Standar Sesuai target bulanan

Penanggung Pengurus barang


jawab
Pengumpulan
Data
Formula Sesuai target capaian yang ditetapkan oleh BPAD

26
BAB IV
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial
dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat Esensial
meliputi:
a. Pelayanan Promosi Kesehatan (Promkes) termasuk Upaya Kesehatan
b. Sekolah (UKS);
c. Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Kesling);
d. Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana (KIA-KB);
e. Pelayanan Gizi;
f. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian penyakit (P2);
Sedangkan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan Puskesmas Kecamatan Cengkareng
meliputi;
a. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
b. Pelayanan Kesehatan Jiwa
c. Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia)
d. Pelayanan Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)
e. Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga
f. Pelayanan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat (PPSM).

Upaya kesehatan masyarakat baik esensial dan pengembangan harus diselenggarakan


sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan untuk mendukung pencapaian standar
pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah. Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas
Kecamatan Cengkareng dalam pelaksanaannya memilik tujuan sesuai dengan visi organisasi
yaitu untuk mewujudkan Cengkareng sehat mandiri bersama warga yang berbudaya sehat dan
berkeadilan melalui pelaksanaan misi : (1) penguatan upaya kesehatan masyarakat yang
berfokus terhadap perilaku hidup bersih dan sehat melalui prinsip continuum of care, (2)
menjalin kemitraan lintas sektor dan penguatan pemberdayaan masyarakat, (3) meningkatkan
upaya kesehatan perorangan dengan prinsip pelayanan prima (4) mendukung manajemen
kesehatan melalui peningkatan sumber daya secara terpadu dan berbasis teknologi. Tata nilai
organisasi yang diimplementasikan dalam kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas
Kecamatan Cengkareng sesuai dengan tata nilai organisasi Puskesmas Kecamatan
Cengkareng yaitu HEBAT dan profesional. HEBAT memiliki makna: Harmonis, Empati,
Berintegritas, Aktif berinovasi,dan Taat.
27
A. Tujuan
Pedoman ini bertujuan sebagai acuan bagi seluruh petugas dalam melakukan aktifitas
pelayanan upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng dalam upaya mendukung pencapaian standar pelayanan minimal (SPM).

B. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan upaya kesehatan masyarakat di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng meliputi kegiatan esensial dan kegiatan pengembangan yaitu:
1. Pelayanan Promosi Kesehatan (Promkes) termasuk Upaya Kesehatan
Sekolah (UKS);
2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan (Kesling);
3. Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga berencana (KIA KB);
4. Pelayanan Gizi;
5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2);
6. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
7. Pelayanan Kesehatan Jiwa
8. Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia)
9. Pelayanan Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)
10. Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga
11. Pelayanan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat (PPSM)

C. Batasan Operasional
1. Upaya promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai sosial budaya setempat. Upaya Kesehatan Sekolah adalah program
pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah.
2. Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang dilakukan oleh Puskesmas untuk
menjadikan lingkungan yang sehat dalam rangka pencegahan terhadap penyakit yang
berhubungan dengan lingkungan dan menciptakan lingkungan yang dapat
mengoptimalkan penyembuhan suatu penyakit di masyarakat.
3. Upaya kesehatan ibu dan anak dan KB adalah upaya kesehatan primer yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi
reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan
28
perlindungan bayi, anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam
proses tumbuh kembang. Keluarga Berencana adalah upaya kesehatan primer yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam
menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.
4. Upaya peningkatan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan
status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi
kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.
5. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit adalah suatu upaya untuk mencegah
agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain
dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan,
surveilans dan imunisasi.
6. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya puskesmas untuk
meningkatkan kemandirian keluarga pasien sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
7. Upaya Kesehatan Jiwa adalah upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan jiwa secara optimal dan menghilangkan stigma, diksriminasi ODGJ di
masyarakat.
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut adalah upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban
bagi dirinya sendiri, keluarga ataupun di masyarakat.
9. Upaya Pelayanan Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH) adalah upaya pendekatan
kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif yang diawali dengan
pendataan setiap rumah dan/atau pintu rumah sampai dengan pemenuhan hak-hak
kesehatan dasarnya, pemantauan status kesehatan keluarga hingga evaluasi hasilnya,
termasuk kewajiban keluarga menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
10. Upaya Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah upaya untuk membangun
masyarakat yang sehat, bugar dan produktif dengan menitik beratkan upaya promotif
dan preventif.
11. Upaya Pelayanan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat (PPSM) adalah upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan pemberdayaan peran serta masyarakat di
wilayah.

D. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia dan realisasi tenaga upaya kesehatan masyarakat yang
telah ada di Puskesmas Kecamatan Cengkareng

29
Program Kualifikasi SDM Realisasi
Kepala Satuan S1 Kedokteran Umum atau S1 S1 Kedokteran Gigi
Pelaksana UKM Kesehatan Masyarakat
UKM Promosi Kesehatan S1 atau D3 bidang Kesehatan D3 Keperawatan
UKM Kesehatan D3 Kesehatan Lingkungan D3 Kesehatan Lingkungan
Lingkungan
UKM Kesehatan Ibu D3 Kebidanan D3 Kebidanan
UKM Kesehatan Anak S1 Kedokteran atau D3 Kesehatan S1 Kedokteran Umum
UKM Keluarga D3 Kebidanan D3 Kebidanan
Berencana
UKM Gizi D3 Gizi D3 Gizi
UKM P2P S1 Kedokteran Umum S1 Kedokteran Umum
UKM Perkesmas D3 Keperawatan D3 Keperawatan
UKM Kesehatan Jiwa S1 Kedokteran Umum S1 Kedokteran Umum
UKM Lanjut Usia D3 Keperawatan atau S1 D3 Keperawatan
Kedokteran Umum
UKM KPLDH S1 Kedokteran Umum S1 Kedokteran Umum
UKM PPSM D3 Kesehatan atau S1 Kedokteran D3 Gizi

E. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program upaya kesehatan dan latar belakang profesinya adalah sebagai
berikut:
Program Petugas Profesi
Kepala Satuan Pelayanan UKM drg. Evelyn Dokter Gigi
UKM Promosi Kesehatan Erin Nurtika Perawat
UKM Kesehatan Lingkungan Daryono Sanitarian
UKM Kesehatan Ibu Suhaenah Bidan
UKM Kesehatan Anak dr.Nova Arfita Melanny Dokter
UKM Keluarga Berencana Rosdiana Bidan
UKM Gizi Tyas Paramita Nutritionis
UKM P2P dr.Arianti Dwitya Ichsani Dokter
UKM Perkesmas Ari Yuli Hartanti Perawat
UKM Kesehatan Jiwa dr. Maria Goretti Dokter
UKM Lanjut Usia Yenti Fatma Perawat
UKM KPLDH dr. Jericho Danika Dokter Umum
UKM Lanjut Usia Yenti Fatma Perawat

F. Jadwal Kegiatan
1. Jadwal kegiatan UKM disusun bersama oleh para penanggungjawab dan pelaksana
program dan disepakati dengan memperhatikan masukan dari sasaran kegiatan, lintas
sektoral dan lintas program untuk menjamin ketepatan waktu dan sasaran
2. Hasil kesepakatan jadwal dilaporkan dan mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas
3. Jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas kemudian disusun
untuk jangka waktu satu tahun dan di break down dalam jadwal bulanan;

30
4. Jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan kemudian dikoordinasikan dan dikomunikasikan
kepada lintas program maupun lintas sektoral

G. STANDAR FASILITAS
Dalam melaksanakan kegiatan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas Kecamatan
Cengkareng memiliki :
1. Tiga buah mobil ambulance
2. Dua mobil operasional
3. Satu LCD proyektor
4. Tiga unit laptop

Fasilitas penunjang untuk masing-masing kegiatan upaya kesehatan adalah:


Kegiatan Sarana-prasarana
Pelayanan promosi kesehatan  Leaflet
 Banner
 Poster
 Alat peraga penyuluhan
 Kamera
 Jadwal kegiatan
 Alat permainan edukatif
 Spanduk
 Form PHBS
 LCD dan laptop
 Wireless Speaker
Pelayanan kesehatan lingkungan  Senter
 Surveilance vector kit
 Leaflet
 Sanitasi kit
 Swingfog
 Thermometer
 Ph meter
 Botol sampel pengambilan air
 Photo meter
Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan  Tensimeter
keluarga berencana  Stetoskop
 Termometer
 Doppler

31
 KB set
 Spuit
 Pita pengukur
Pelayanan gizi  Leaflet
 Food Model
 Timbangan badan dan Mikrotois
Pelayanan pencegahan dan  Leaflet/Brosur penyuluhan penyakit
pengendalian penyakit  Poster
 Form surveilans
 Alat-alat pelindung diri
 Alat kebersihan lingkungan
 Format laporan
Upaya Perawatan Kesehatan  Leaflets penyakit
Masyarakat  Form Perkesmas
Upaya Kesehatan Usia Lanjut  Leaflet dan Brosur
 Lansia Kit
 Buku lansia
 Form laporan P3G
Upaya Kesehatan Jiwa  Leaflet dan Brosur
 Form Skrining Jiwa
Ketuk Pintu Layani Dengan Hati  KPLDH Kit
(KPLDH)  Form pendataan KPLDH
 Tablet berbasis android
Upaya Kesehatan Kerja dan  Leaflet dan Brosur
Olahraga  Format Laporan
Upaya Pemberdayaan Peran Serta  Leaflet dan Brosur
Masyarakat (PPSM)  Format Laporan

H. Tatalaksana Pengelolaan Upaya Kesehatan Masyarakat


1. Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan kegiatan UKM, penanggungjawab UKM menyusun
rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survei masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral. Kesepakatan bersama
mencakup pembahasan peran lintas sektor terkait dan jadwal kegiatan. Selain
dilakukan kesepatan bersama dengan lintas sektor, di dalam internal UKM dilakukan
identifikasi peran lintas program yang bertujuan saling mendukung dan berkolaborasi
dalam pencapaian tujuan UKM.
Peran lintas sektor di Puskesmas Kecamatan Cengkareng sebagai berikut:
32
a. Kecamatan
Penyusunan program, pembinaan dan pengkoordinasian dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat,posyandu, pembangunan keluarga sejahtera,
pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
b. Polsek
1. Berkoordinasi dalam penanganan kecelakaan, kejadian kekerasan / kejadian
lain yang memerlukan pemeriksaan/penanganan kesehatan (contoh: KLL,
pembunuhan, meninggal mendadak ditempat kerja, dll)
2. Berkoordinasi dalam kegiatan penyuluhan dan penanganan NAPZA
3. Berkoordinasi dalam pengamanan obat dan makanan kadaluarsa
4. Berkoordinasi dalam penanggulangan bencana
c. Koramil
1. Berkoordinasi dalam masalah keamanan dan penanggulangan bencana
(siaga bencana)
2. Leading sector dalam kegiatan KB kesehatan yaitu TNI Manunggal KB
kesehatan dan Safari KB
d. Dinas Pendidikan
1. Berkoordinasi pada kegiatan
a) BIAS ( Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
b) Skrining Usia Anak Sekolah Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah
c) UKGS ( Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) : Penyuluhan kesehatan gigi,
Demo Sikat Gigi, dan Pemeriksaan Kesehatan Gigi
d) Dokter kecil
2. Berkoordinasi pada kegiatan penyuluhan : kesehatan reproduksi, NAPZA,
HIV AIDS, dan bahaya merokok
3. Berkoordinasi dalam inspeksi sanitasi TTU di instansi pendidikan (TK,SD,
SMP, dan SMA/SMK)
4. Bersama-sama melaksanakan PSN( Pemberantasan Sarang Nyamuk )
sebagai bentuk penerapan PHBS di institusi
5. Berkoordinasi dalam monitoring kegiatan
e. Kantor Urusan Agama
1. Melaksanakan koordinasi dan pembinaan calon jamaah Haji
2. Koordinasi pelayanan skrining calon pengantin
f. Kelurahan
1. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan
33
2. Memberikan dukungan kepada pelayanan kesehatan di Puskesmas
3. Membentuk pengurus FKD dan desa siaga, STBM (sanitasi total berbasis
masyarakat)
4. Sebagai penanggung jawab / koordinator pelaksanaan PSN tingkat kelurahan
)
5. Bersama-sama menyusun jadwal kegiatan pelayanan UKM (posyandu balita,
posyandu lansia, PSN, dll)
6. Membuat surat keputusan tentang penetapan posyandu dan kader aktif
g. PKK
1. Melakukan pembinaan, memotivasi masyarakat untuk melaksanakan
pembangunan kesehatan meliputi kegiatan di bidang Promosi kesehatan,
Kesehatan Lingkungan, KIA/KB, Gizi, Lansia, Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, melalui kegiatan kelompok
2. Memberikan masukan,harapan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan
3. Berperan aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat
h. Kader Kesehatan
1. Pelaksana dalam Kegiatan UKBM seperti Posyandu, Posbindu, PSN, dan
Posyandu Lansia
2. Sebagai penggerak peran serta masyarakat
3. Membantu kegiatan puskesmas di masyarakat (misalnya: mencari akseptor kb,
pendampingan bumi risti dan gizi buruk)
4. Sebagai penyuluh kesehatan di masyarakat
5. Membantu petugas puskesmas dalam melaksanakan kegiatan UKM

Peran lintas program secara umum melakukan koordinasi dengan sasaran kegiatan
yang berada di ranah yang sesuai, misal untuk kegiatan UKM dengan sasaran
kegiatan sekolah, seperti penyuluhan PHBS, program Promosi Kesehatan
berkoordinasi dengan program UKS mengenai dukungan kegiatan, fasilitas tempat dan
siswa di sekolah. Penjelasan lebih rinci mengenai identifikasi peran lintas sektor dan
lintas program masing-masing upaya kesehatan masyarakat tercantum di kerangka
acuan kegiatan masing – masing program UKM.
Untuk mencapai tujuan UKM, diperlukan sumber daya manusia yang cakap dan
kompeten dalam bidangnya. Maka, penanggungjawab UKM dengan Kepala Puskemas
melakukan penetapan standar kompetensi dan analisis kesenjangan kompetensi

34
secara berkala. Jika kompetensi belum terpenuhi maka harus dilakukan tindak lanjut
untuk memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan.

2 . Pelaksanaan (Do)
Pelaksanaan kegiatan UKM di Puskesmas Kecamatan Cengkareng sesuai dengan tata
nilai Puskesmas dan prosedur pelaksanaan yang telah ditetapkan. Hal – hal yang
menjadi kewajiban penanggungjawab UKM dan pelaksana UKM dalam melaksanakan
kegiatan UKM :
a. Melaksanakan komunikasi dan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor
terkait penyelenggaraan UKM
b. Melakukan identifikasi risiko yang mungkin terjadi terhadap lingkungan dan
melakukan upaya pencegahan dan/atau meminimalisasi akibat dari risiko yang
terjadi
c. Memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dan mengupayakan pembangunan
berwawasan kesehatan
d. Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja UKM secara berkala

3. Monitoring dan Evaluasi ( Check and Action )


Penanggungjawab UKM dan pelaksana UKM wajib melakukan monitoring dan evaluasi.
Penanggungjawab UKM wajib melakukan pembinaan dan pengarahan kepada
pelaksana. Kegiatan pembinaan dan pengarahan dapat dilakukan melalui tatap muka
per program UKM, pertemuan monev UKM, dan melalui media komunikasi telepon /
Whatsapp. Pembinaan melalui media komunikasi telepon / Whatsapp, tatap muka per
program sifatnya sesuai kebutuhan, sedangkan pembinaan dan pengarahan yang
melalui pertemuan, seperti pertemuan monitoring UKM dan mini lokakarya Puskesmas
terjadwal 1x setiap bulan. Hal – hal lain yang menjadi kewenangan monitoring oleh
Penanggungjawab UKM sebagai berikut : uraian tugas, indikator kinerja, dan proses
pelaksanaan kegiatan. Pelaksana UKM memiliki kewajiban untuk monitoring dan
melakukan analisa capaian kinerja, prosedur pelaksanaan kegiatan, dan risiko dampak
kegiatan UKM. Hal – hal yang ditemukan menjadi suatu masalah / kesenjangan
dilakukan analisis, tindak lanjut dan evaluasi.

I. TATALAKSANA PELAYANAN
1. Tatalaksana Upaya Promosi kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh ,untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
35
diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai
dengan kondisi dan budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. Secara operasional, upaya promosi kesehatan di puskesmas dilakukan agar
masyarakat dapat melakukan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai bentuk pemecahan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya, baik masalah yang diderita ataupun
masalah kesehatan yang berpotensi mengancam.
1. Penanggung jawab: Petugas promkes
2. Perangkat Kerja
 Leaflet, Brosur, media timbal balik
 Alat peraga penyuluhan
 Kamera
 Jadwal kegiatan
 Buku
 Media sosial dan elektronik
 Pamflet
 Form PHBS
3. Tujuan
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina
dan memelihara perilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal
4. Kegiatan
Kegiatan promosi kesehatan yaitu:
a. pemantauan PHBS
Untuk memetakan perilaku masyarakat, kegiatan berupa pemantauan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Pemantauan PHBS dapat berupa:
 pemantauan PHBS tatanan rumah tangga
 pemantauan PHBS institusi pendidikan
 pemantauan PHBS institusi perkantoran
b. Pembinaan posyandu
c. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung. Untuk
meningkatkan pengetahuan secara langsung, baik penyuluhan
kelompok/penyuluhan masa ataupun penyuluhan perorangan. Sasaran kegiatan
penyuluhan ini diantaranya adalah:
 kader
36
 ibu hamil/ibumenyusui
 calon pengantin
 siswa sekolah
 remaja
 masyarakat lainnya
d. Pembinaan desa siaga
e. UKS dan UKGS
f. Pemberdayaan masyarakat melalui Survey Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD)
g. Kegiatan Program Prioritas
h. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
5. Tatalaksana:
a. Perencanaan (Plan)
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan
yangbersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey
masyarakat, indikator pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat.
Rencana ini disusun dan disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas
sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring, evaluasi (Check) dan Tindak Lanjut
 penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
 Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)

2. Tatalaksana Upaya Kesehatan Lingkungan


1. Penanggung jawab: Sanitarian
37
2. Perangkat Kerja
 Senter Senter
 Surveilance vector kit
 Leaflet
 Sanitasi kit
 Swingfog
 Thermometer
 Phmeter
 Botol sampel pengambilan air
3. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan mewujudkan kualitas lingkungan
yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko
kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat
kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
4. Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas
meliputi:
a. Penyehatan air
b. Penyehatan makanan dan minuman
c. Pengawasan SPAL, Jamban, air, TTU/TPM
d. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
e. Penyehatan pemukiman
f. Pengawasan sanitasi tempat umum
g. Klinik sanitasi
5. Tata Laksana
a. Perencanaan (Plan)
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan
yangbersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan
rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
38
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring dan evaluasi (Check)
 penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
 Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
 Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

3. Tatalaksana Upaya Kesehatan Ibu, Anak dan KB


Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut
pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah.
1. Petugas Penanggung jawab: Bidan
2. Perangkat kerja
a. tensimeter
b. stetoskop
c. stetoskop laennec
d. termometer
e. doppler
f. KB set
g. Partus set
h. Kulkas vaksin
i. Spuit
j. Pita pengukur
3. Tujuan
Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya

39
Keluarga Berencana
a. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan pasangan
usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu
kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional
b. Tujuan
Terbentuknya keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan Prioritas pelayanan KIA
dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari:
a. pelayanan kesehatan ibu hamil
b. pelayanan kesehatan ibu bersalin
c. pelayanan kesehatan ibu nifas
d. Pelayanan kesehatan neonatus, bayi, anak balita dan anak pra sekolah
e. Pelayanan keluarga berencana
4. Tatalaksana
a. Perencanaan
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan
yangbersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan
rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring. evaluasi (Check) dan tindak lanjut
5. penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
6. penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan

40
7. penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala Satuan
Pelaksana UKM
8. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
9. Melakukan Tindak Lanjut dan evaluasi

4. Tatalaksana Upaya Peningkatan Gizi Masyarakat


1. Petugas penanggung jawab: Nutrisionis
2. Peralatan kerja:
a. Leaflet
b. Panduan Diet
c. Food Model
d. Timbangan badan dan Mikrotois
3. Tujuan
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
4. Kegiatan
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi:
a. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
b. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
 Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari:
Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
 Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi  Protein (KEP) Dan
Kurang Energi Kronis (KEK)
 Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
 Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain
 Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah Gizi Lebih
5. Tata laksana
a. Perencanaan
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan yang
bersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan
rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:

41
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring , evaluasi (Check) dan tindak lanjut
 Penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 Penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 Penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

5.Tatalaksana Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P)


Gambaran kondisi umum, potensi dan permasalahan pengendalian penyakit dan
penyehatan lingungan dipaparkan berdasarkan hasil pencapaian program, kondisi
lingkungan strategis, kependudukan, sumber daya, dan perkembangan baru lainnya.

A.Penyakit Menular
Prioritas penyakit menular, masih tertuju pada penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria,
demam berdarah, influenza dan flu burung. Disamping itu Indonesia juga belum
sepenuhnya berhasil mengendalikan penyakit neglected diseases seperti kusta,
filariasis, leptospirosis, dan lain-lain. Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan
oleh penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio, campak,
difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun neonatal sudah
sangat menurun, bahkan pada tahun 2014, Indonesia telah dinyatakan bebas polio.
Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian,
dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai
penularan, perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi masyarakat
dan upaya lain sesuai dengan ancaman Penyakit Menular. Upaya pengendalian
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyakit dan/atau
gangguan kesehatan. Upaya pemberantasan dilakukan untuk meniadakan sumber atau
agen penularan, baik secara fisik, kimiawi dan biologi.
1. Petugas Penanggung jawab: Dokter
2. Perangkat Kerja
a. Leaflet/Brosur penyuluhan penyakit

42
b. Form surveilans dan penyelidikan epidemiologi
c. Pedoman KLB
d. Alat pelindung diri (APD)
e. Alat kebersihan lingkungan
f. Alat fogging dan insektisida
g. Alat pelacakan kasus campak (media amies)
3. Tujuan
Mencegah terjadinya penyakit menular dan melakukan penanggulangan terhadap
penyakit yang berkembang
4. Kegiatan
Kegiatan upaya penanganan penyakit menular meliputi:
1. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya:
a. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos
kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang
memadai termasuk rujukan.
b. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada
KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.
c. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan/pemantauan
(surveilance ketat) dan logistik.
2. Program Pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat, yang
dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan
penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
3. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan/kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
secar sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu program,
mengevaluasi hasil program, dan sistem kewaspadaan dini. Secara singkat dapat
dikatakan: Pengumpulan Data/Informasi Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance
For Action).
4. Program Pemberantasan Penyakit Menular
a.   Program imunisasi
b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
c. Program Penanggulangan dan Pencegahan HIV

43
d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penanggulangan
pneumonia
e. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
f. Program Surveilans
- Pencatatan, pelaporan, dan analisa data Sistem Kewaspadaan Dini Respon
KLB (SKDR) mingguan, Surveilans Terpadu Penyakit (STP) bulanan, dan
Data Kematian
- Pemberian POPM Kecacingan
g. Pemberantasan P2B2 demam berdarah
- Penyelidikan Epidemiologi Kasus DBD
- Fogging Fokus DBD
- Peningkatan wawasan sekolah, guru sekolah, kader, dan jumantik mandiri
terkait DBD
- Pembentukan Jumantik Sekolah

B. Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular (PTM) utama (hipertensi, kardiovaskular, diabetes mellitus, kanker)
terutama di negara berkembang telah mengalami peningkatan kejadian PTM dengan cepat
sehingga berdampak pada peningkatan angka kesakitan dan kematian. Global status report
on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab
kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. Diabetes mellitus menduduki peringkat
ke-6 sebagai penyebab kematian. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan
bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes.
Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi. Program
penyakit tidak menular teridri dari pencegahan dan upaya pengendalian penyakit.
1. Petugas Penanggung jawab: Dokter
2. Perangkat Kerja
a. Leaflet/Brosur penyuluhan penyakit
b. Leaflet/Brosur posbindu
c. Banner penyakit
d. Form posbindu
e. Posbindu kit
f. Form pemeriksaan iva
g. Iva tes kit
h. Form skrining CO / UBM
i. CO- analyzer
44
j. Alat pelindung diri (APD)
3. Tujuan
Melakukan skrining risiko penyakit tidak menular dan menekan angka kejadian penyakit
tidak menular
4. Kegiatan upaya skrining penyakit tidak menular meliputi:
a. Melakukan deteksi dini penyakit melalui kegiatan posbindu untuk memeriksa faktor
resiko, indeks massa tubuh, tekanan darah, gula darah, serta kadar lemak pada
usia produktif (15-59 tahun)
b. Melakukan deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan iva tes pada wanita
usia subur
c. Melakukan skrining kadar karbon monoksida pada siswa sekolah dalam program
UBM ( upaya berhenti merokok )
5. Program Pengendalian penyakit tidak menular meliputi :
Kegiatan prolanis yaitu prolanis klub hipertensi dan prolanis klub DM, dimana setiap
bulan dilakukan kegiatan senam dan edukasi serta tiap 6 bulan dilakukan
pemeriksaan laboratorium sesuai penyakitnya.
6. Program pencegahan penyakit tidak menular :
Adalah mencegah agar tidak terjadi penyakit tidak menular melalui penyuluhan
penyakit tidak menular dan sosialisasi pentingya deteksi dini penyakit tidak menular.
7. Tata laksana
a. Perencanaan
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan Penyakit Menular yang
bersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan
rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat,
indikator pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini
disusun dan disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring,evaluasi (Check) dan tindak lanjut
 penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan

45
 penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
6. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

7. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat


1. Penanggung jawab: Perawat
2. Perangkat Kerja
 Leaflet
 PHN kit
 Jadwal kegiatan
 Buku
 Form
3. Tujuan
Terpantaunya kondisi kesehatan penderita di masyarakat
4. Kegiatan
Kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat diantaranya adalah yaitu:
a. Identifikasi pasien yang akan dikunjungi
b. Kunjungan rumah bekerjasama dengan Ketok Pintu Layani dengan Hati (KPLDH)
5. Tatalaksana:
a. Perencanaan
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan yang
bersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan
rencana kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring , evaluasi (Check) dan tindak lanjut
46
 Penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 Penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 Penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

k. Upaya Kesehatan Jiwa


1. Penanggung jawab: Dokter
2. Perangkat Kerja
 Laporan Jiwa
 Leaflet
 Jadwal kegiatan
 Buku
 Form
3. Tujuan
Meningkatkan kualitas hidup dan status kesehatan pasien dengan gangguan jiwa
4. Kegiatan
a. Penyuluhan kesehatan
b. Skrining Kesehatan Jiwa Masyarakat
c. Pembinaan penderita dengan gangguan jiwa
d. Kunjungan penderita gangguan jiwa berat
5. Tatalaksana:
a. Perencanaan
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan yang
bersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan rencana
kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
47
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring, evaluasi (Check) dan tindak lanjut
 penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

l. Upaya Kesehatan Lanjut Usia (Lansia)


1. Penanggung jawab: Petugas Lansia
2. Perangkat Kerja
 KMS lansia
 Formulir skrining lansia
 Leaflet
 Jadwal kegiatan
 Buku
 Formulir pencatatan dan pelaporan
3. Tujuan
Meningkatkan kualitas hidup dan status kesehatan lansia
4. Kegiatan
1. Penyuluhan kesehatan
2. Pembinaan posyandu lansia
3. Pembinaan kader lansia
5. Tatalaksana:
a. Perencanaan
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan yang
bersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan rencana
kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait

48
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring, evaluasi (Check) dan tindak lanjut
 penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d.Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

m. Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)


1.Penanggung jawab: dokter
d. Perangkat Kerja
n. KPLDH Kit
o. Form pendataan KPLDH
p. Tablet berbasis android
e. Tujuan
Meningkatnya kemandirian masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat agar tercapai derajat kesehatan yang optimal.
f. Kegiatan
a. Pengumpulan data kesehatan
b. Memetakan masalah kesehatan
c. Mendapatkan prioritas masalah
d. Mencari alternatif pemecahan masalah
5. Tatalaksana:
a. Perencanaan
 Petugas melakukan pengumpulan data dengan menggunakan formulir KPLDH
 Data yang dikumpulkan direkapitulasi dan diklasifikasikan
 Data akan dianalisa dan direncanakan upaya perbaikan (rencana kerja)
terhadap data kesehatan yang didapatkan di masing-masing wilayah
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait

49
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan upaya perbaikan masalah sesuai dengan hasil pendataan yang
telah dilakukan
 Melakukan rujukan kasus sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku
c. Monitoring, evaluasi (Check) dan tindak lanjut
 penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d.Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
 Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

q. Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga


1.Penanggung jawab: Dokter
2. Perangkat Kerja
 Leaflet
 Jadwal kegiatan
 Buku panduan
3.Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan pekerja sehingga terwujud pekerja yang sehat dan
produktif
4.Kegiatan
a. Gerakan Pekerja Perempuan Sehat dan Produktif (GP2SP)
b. Pembentukan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
c. Senam rutin karyawan
d. Test Kebugaran Karyawan
e. Test Kebugaran Anak Sekolah
f. Test Kebugaran Jemaah Haji
g. Pemeriksaan Kesehatan rutin karyawan
5. Tatalaksana:
1. Perencanaan
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan upaya kesehatan kerja
dan olahraga yang bersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
50
Daerah (APBD). Penyusunan rencana kegiatan berdasarkan kebijakan
pemerintah, survey masyarakat, indikator pencapaian kinerja dan kondisi
masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan disepakati bersama dengan
masyarakat dan lintas sektoral
2. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak
terkait
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
3. Monitoring, evaluasi (Check) dan tindak lanjut
 Penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 Penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa
pertemuan
 Penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan
Kepala Satuan Pelaksana UKM
4. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

6. Upaya Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat (PPSM)


1. Penanggung jawab: Nutrisionis
2. Perangkat Kerja :
 Leaflet
 Jadwal kegiatan
 Buku panduan
3. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat untuk menghasilkan kemandirian masyarakat di
bidang kesehatan.
4. Kegiatan
 Pembinaan UKBM di wilayah Kecamatan Cengkareng
 Peningkatan wawasan kader kesehatan
 Monitoring pelaksanaan UKBM di wilayah Kecamatan Cengkareng
5. Tatalaksana:
a. Perencanaan
51
Penanggungjawab program membuat rencana kegiatan promosi kesehatan yang
bersumber pada Dana Alokasi Khusus (DAK), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penyusunan rencana
kegiatan berdasarkan kebijakan pemerintah, survey masyarakat, indikator
pencapaian kinerja dan kondisi masyarakat setempat. Rencana ini disusun dan
disepakati bersama dengan masyarakat dan lintas sektoral
b. Pelaksanaan (Do)
Pada kegiatan ini petugas melakukan:
 Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kesepakatan dengan pihak terkait
 Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
 Melaksanakan kegiatan
c. Monitoring, evaluasi (Check) dan tindak lanjut
 Penanggungjawab mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
 Penanggungjawab membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
 Penanggungjawab kegiatan mengevaluasi kegiatan bersama dengan Kepala
Satuan Pelaksana UKM
d. Menyusun rencana tindak lanjut hasil kegiatan (Action)
Melakukan tindak lanjut dan evaluasi

J. LOGISTIK

Manajemen Logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan setiap
saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara
efisien. Manajemen logistik upaya kesehatan masyarakat Puskesmas Kecamatan
Cengkareng adalah sebagai berikut :
A. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan unit pelayanan promosi kesehatan menghitung dan merencanakan kebutuhan
media promosi kesehatan berupa leaflet, booklet, buku saku, poster, spanduk, makalah
penyuluhan, buku saku, modul pelatihan, ATK penunjang administrasi dan dokumentasi
kegiatan yang sudah direncanakan. Analisa kebutuhan penunjang pelaksanaan kegiatan
pada periode waktu tertentu berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit dan

52
target kinerja pelayanan. Menyesuaikan perencanaan kebutuhan dengan memperhatikan
persediaan awal logistik yang sudah ada.
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan pengadaan logistik untuk menunjang
kegiatan pelayanan promosi kesehatan diatas dengan harga satuan berdasar indeks harga
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta sehingga akan diketahui kebutuhan
anggaran tersebut. Penganggaran kebutuhan logistik Puskesmas Kecamatan Cengkareng
memanfaatkan dana APBD dan BLUD
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan logistik di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dilakukan dengan
pembelian materi yang sudah siap pakai, pengadaan sendiri leaflet kesehatan sesuai
kebutuhan perencanaan unit pelayanan dan menerima dropping dari Pemerintah Daerah
DKI Jakarta dan pengadaan sendiri.
D. Penyimpanan
Material logistik yang diperoleh dicatat dan disimpan di gudang alat kesehatan untuk
didistribusikan sesuai kebutuhan pelayanan UKM. Fungsi penyimpanan ini sangat
menentukan kelancaran distribusi, diantaranya untuk mengantisipasi kekosongan material,
menghemat biaya, mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga material, serta mempercepat
pendistribusian karena materi sudah siap pakai. Prinsip FIFO (First In First Out)
diberlakukan di penyimpanan logistik Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
E. Pendistribusian
Pendistribusian logistik di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dilakukan pada saat
pelaksanaan kegiatan UKM. Efisiensi pelaksanaan pendistribusian akan mempengaruhi
kecepatan penyediaan material baru. Penanggung jawab pendistribusian adalah
penanggung jawab gudang alat kesehatan Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Prosedur
baku pendistribusian material promosi kesehatan, meliputi :
1. Pendistribusian langsung kepada sasaran pelayanan
2. Pendistribusian melalui mitra kerja lintas program,jejaring dan jaringan Puskesmas
Kecamatan Cengkareng.
F. Penghapusan

53
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab pengurus barang atas bahan
atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku,
penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.
Penghapusan logistik di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dilakukan dengan pemusnahan,
yaitu dibakar atau dipendam/ditanam.

K. Masing-masing unit kerja melaksanakan dan memelihara pengukuran, pemantauan proses


dan produk melalui pengukuran pencapaian indikator (Tabel 4.1.).

Tabel 4.1. Indikator Program UKM Esensial dan UKM Pengembangan Tahun 2019
No PROGRAM INDIKATOR CAPAIAN
.
1 Kesehatan Ibu Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan 100%
dan Anak Pelayanan Sesuai Standar
2 Kesehatan Ibu Persentase Ibu Bersalin yang Mendapatkan 100%
dan Anak Pelayanan Persalinan Sesuai Standar
3 Kesehatan Ibu Persentase Bayi Baru Lahir yang 100%
dan Anak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai
Standar
4 Kesehatan Ibu Persentase Balita yang Mendapatkan 100%
dan Anak Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
5 UKS Persentase Anak Usia Sekolah yang 100%
Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai
Standar
6 Penyakit Tidak Persentase Penduduk Usia 15-59 Tahun yang 100%
Menular (PTM) Diskrining Faktor Risiko Penyakit Tidak
Menular (PTM)
7 Penyakit Tidak Persentase Penduduk Penderita Hipertensi 100%
Menular (PTM) yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Sesuai Standar
8 Penyakit Tidak Persentase Penduduk Penderita Diabetes 100%
Menular (PTM) Melitus yang Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar
9 Lansia Persentase Warga Negara Indonesia Usia 60 100%

54
Tahun Ke Atas yang Mendapatkan Skrining
Kesehatan Sesuai Standar
10 Jiwa Persentase Orang dengan Gangguan Jiwa 100%
(ODGJ) Berat yang Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar
11 P2 TBC Persentase orang terduga TBC yang 100%
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai
Standar
12 P2 HIV Persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV 100%
yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
Sesuai Standar
13 Promosi Jumlah indikator Gerakan Masyarakat Hidup 100%
Kesehatan Sehat (GERMAS) yang dikampanyekan dan
dilaksanakan
14 Kesehatan Ibu Persentase Kasus Kematian Maternal yang 100%
dan Anak Dilakukan Audit
15 Keluarga Persentase Calon Pengantin (Catin) yang 100%
Berencana Melakukan Skrining Kesehatan
16 Kesehatan Ibu Persentase Ibu Nifas yang Mendapatkan 100%
dan Anak Pelayanan Nifas Sesuai Standar
17 Gizi Persentase Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapatkan 100%
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
18 Gizi Persentase Anak Balita (Bawah Lima Tahun) 100%
Kurus yang Mendapatkan Makanan
Tambahan.
19 Gizi Persentase Remaja Putri yang Mendapatkan 100%
Tablet Tambah Darah (TTD)
20 Kesehatan Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) yang 100%
Lingkungan Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan
21 Kesehatan Persentase Tempat Pengolahan Makanan 100%
Lingkungan (TPM) yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Lingkungan
22 Imunisasi Persentase Kelurahan Universal Child 100%
Immunization (UCI)
23 Imunisasi Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan pada 100%
Anak Usia 12-23 Bulan
24 Imunisasi Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan pada 100%
Anak Usia Sekolah Dasar
25 Surveilans Persentase Kasus Suspek Campak yang 100%
Dilakukan Pengambilan Spesimen
26 Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate Lebih Dari 100%
55
Sama Dengan 2 per 100.000 Penduduk Usia
Kurang Dari 15 Tahun
27 Surveilans Persentase Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) 100%
dan/atau Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
Dilakukan Investigasi Dalam Waktu Kurang
Dari atau Sama Dengan 24 Jam
28 P2 DBD Case Fatality Rate Demam Berdarah Dengue 100%
(CFR DBD) Kurang Dari 1%
29 Kusta Proporsi Penemuan Kasus Kusta Baru Tanpa 100%
Cacat
30 Ketuk Pintu Proporsi Keluarga dengan Indeks Keluarga 100%
Layani Dengan Sehat (IKS) Berkategori Sehat
Hati (KPLDH)
31 Ketuk Pintu Persentase Permasalahan Kesehatan yang 100%
Layani Dengan Diintervensi oleh Tim Ketuk Pintu Layani
Hati (KPLDH) Dengan Hati (KPLDH)
32 Pemberdayaan Proporsi Upaya Kesehatan Berbasis 100%
Peran Serta Masyarakat (UKBM) Aktif
Masyarakat
(PPSM)
33 Kesehatan Ibu Cakupan Deteksi Dini Hepatitis B bagi Ibu 100%
dan Anak Hamil
34 Kesehatan Persentase Jemaah Haji yang Mendapatkan 100%
Kerja dan Pembinaan Istitha'ah Kesehatan Haji
Olahraga
35 Kesehatan Persentase Jemaah Haji yang Ditetapkan dan 100%
Kerja dan diinput status istitha'ah nya ke dalam Sistem
Olahraga Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu
Bidang Kesehatan (Siskohatkes)

Pengertian dan Cara Penghitungan Indikator:


a) Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Sesuai Standar
Judul Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan
Sesuai Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan

Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan terstandar pada


ibu hamil

Definisi a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil sesuai standar

56
Operasional adalah pelayanan yang dierikan kepada ibu hamil
minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal 1
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester
kedua dan dua kali pada trimester ketiga yang
dilakukan ole Bidan dan ataun Dokter dan atau
Dokter spesialis Kebidanan baik yang beekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah maupun
swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR).
Yang disebut dengan standar pelayanan
antenatal adalah pelayanan yang dilakukan
kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T
yaitu :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
b. Ukur tekanan darah;
c. Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA);
d. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e. Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung
Janin (DJJ);
f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan
imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan;
g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet
selama kehamilan;
h. Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan
hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan golongan
darah (bila belum pernah dilakukan
sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila
ada indikasi); yang pemberian pelayanannya
disesuaikan dengan trimester kehamilan.
i. Tatalaksana/penanganan kasus sesuai
kewenangan;
j. Temu wicara (konseling)
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu

57
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
Sumber Data Kohort Ibu Hamil
Standar 100%

Penanggung jawab Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak


Pengumpulan Data

FORMULA Jumlah ibu hamil mendapatkan pelayanan kesehatan


  sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu
  wilayah dalam kurun waktu tertentu x
  100 %
Jumlah ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu

b) Persentase Ibu Bersalin yang Mendapatkan Pelayanan Persalinan Sesuai Standar


Judul Persentase Ibu Bersalin yang Mendapatkan Pelayanan
Persalinan Sesuai Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan

Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan terstandar pada


ibu bersalin
Definisi Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan
Operasional yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau
Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta yang
memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan
normal dan atau persalinan dengan komplikasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes,
Poskesdes, Puskesmas, bidan praktek swasta, klinik
pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai kesehatan
ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data

Periode Analisis 1x 3 bulan


Numerator Jumlah ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan
sesuai standar di fasilitas kesehatan di suatu wilayah

58
dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah sasaran ibu bersalin di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
Sumber Data Register Ibu Bersalin

Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
Pengumpulan Data

FORMULA Jumlah ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan


  sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan di suatu
 
  wilayah dalam kurun waktu tertentu x
100%
Jumlah ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
 

c) Persentase Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai


Standar
Judul Persentase Bayi Baru Lahir yang Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan terstandar pada
bayi baru lahir
Definisi Bayi Baru Lahir adalah usia 0-28 Hari Pelayanan
Operasional Kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah
pelayanan yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan
mengacu kepada Pelayanan Neonatal Esensial sesuai
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
yaitu Kunjungan Neonatal (KN1) dilakukan pada usia 6-
48 jam, Kunjungan Neonatal 2 (KN2) usia 3-7 Hari dan
Kunjungan Neonatal 3 (KN3) pada usia 8-28 hari ,
dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau Dokter
dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat
Tanda Register (STR)

59
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data

Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan
pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir sesuai
dengan standar pada kurun waktu satu tahun
Denominator Jumlah semua bayi baru lahir usia 0-28 hari sesuai data
sasaran bayi baru lahir yang ada di wilayah kerja
tersebut dalam kurun waktu satu tahun
Sumber Data Register Kesehatan Anak
Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
Pengumpulan Data

FORMULA Jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan
  pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir sesuai
dengan
  standar pada kurun waktu satu tahun x
100%
  Jumlah semua bayi baru lahir usia 0-28 hari
  sesuai data sasaran bayi baru lahir yang ada di wilayah
kerja tersebut dalam kurun waktu satu tahun

d) Balita yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar


Judul Persentase Balita yang Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan terstandar pada
anak usia 0-59 bulan
Definisi Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah
Operasional pelayanan kesehatan yang diberikan kepada anak
berusia 0-59 bulan dan dilakukan oleh Bidan dan atau
Perawat dan atau Dokter/DLP dan atau Dokter Spesialis
Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR) dan
diberikan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun

60
swasta, dan UKBM.
Pelayanan kesehatan tersebut, meliputi :
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun
b) pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali
setahun
c) Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun.
d) Pemberian imunisasi dasar lengkap.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data

Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah balita usia 0-59 Bulan yang mendapatkan


pelayanan Kesehatan sesuai dengan standar di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah semua balita usia 0 Hari-59 Bulan di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu

Sumber Data Register Kesehatan Anak


Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
Pengumpulan Data

FORMULA Jumlah balita usia 0-59 bulan yang mendapatkan


  pelayanan kesehatan sesuai dengan standar di suatu
  wilayah pada kurun waktu tertentu x
100%
Jumlah semua balita usia 0 hari - 59 bulan
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu

e) Persentase Anak Usia Sekolah yang Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai


Standar
Judul Persentase Anak Usia Sekolah yang Mendapatkan
Skrining Kesehatan Sesuai Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan

Tujuan Deteksi dini masalah kesehatan pada anak usia sekolah

Definisi Pelayanan Skrining Kesehatan anak usia sekolah


Operasional adalah kegiatan skrining kesehatan yang diberikan

61
kepada setiap anak usia sekolah minimal satu kali pada
kelas 1 sekolah dasar (SD) , kelas 7 Sekolah menengah
pertama (SMP) dan Kelas 10 Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang dilakukan oleh Puskesmas di Provinsi DKI
Jakarta sesuai standar meliputi :
a. Penilaian Status Gizi
b. Pemeriksaan Fisik
c. Penilaian Tanda -tanda vital , tekanan darah, nadi
dan pernapasan
d. Penilaian kesehatan gigi dan mulut
e. Penilaian ketajaman indra penglihatan dengan
Poster snelen
f. Penilaian ketajaman indra pendengaran dengan
garpu Tala
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data

Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah anak usia sekolah kelas 1 SD, Kelas 7 SMP dan
Kelas 10 SMA yang mendapatkan skrining kesehatan di
satuan pendidikan
Denominator Jumlah semua anak usia sekolah kelas 1 SD, Kelas 7
SMP dan Kelas 10 SMA yang ada di wilayah kerja
Kota/kabupaten dalam kurun waktu satu tahun ajaran
Sumber Data Register Program UKS

Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program UKS
Pengumpulan Data

FORMULA Jumlah anak usia sekolah kelas 1 SD, Kelas 7 SMP


  dan Kelas 10 SMA yang mendapatkan skrining
 
kesehatan
di satuan pendidikan x
100 %
  Jumlah semua anak usia sekolah kelas 1 SD, Kelas 7
  SMP
dan Kelas 10 yang ada di wilayah kerja Kota/kabupaten
62
dalam kurun waktu satu tahun ajaran

f) Persentase Penduduk Usia 15-59 Tahun yang Diskrining Faktor Risiko Penyakit
Tidak Menular (PTM)
Judul Persentase Penduduk Usia 15-59 Tahun yang
Diskrining Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Deteksi dini penyakit tidak menular

Definisi Skrining faktor resiko Penyakit Tidak Menular sesuai


Operasional standar adalah pemeriksaan kesehatan mencakup:
1. Deteksi kemungkinnan obesitas
2. Deteksi hipertensi
3. Deteksi Kemungkinan Diabetes melitus
4. Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku
5. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
6. Pemeriksaan ketajaman pendengaran
7. Deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara
Frekuensi 1 x sebulan
Pengumpulan Data

Periode Analisis 1 x 3 bulan

Numerator Jumlah penduduk usia 15-59 tahun mendapat


pelayanan skrining kesehatan sesuai standar dalam
kurun waktu 1 tahun
Denominator Jumlah warga negara usia 15-59 tahun yang ada di
wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun yang sama
Sumber Data Register PTM

Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program PTM
Pengumpulan Data

FORMULA Jumlah penduduk usia 15-59 tahun mendapat


  pelayanan skrining kesehatan sesuai standar
 
  dalam kurun waktu 1 tahun X
100 %
63
Jumlah warga negara usia 15-59 tahun
yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu
   

g) Persentase Penduduk Penderita Hipertensi yang Mendapatkan Pelayanan


Kesehatan Sesuai Standar
Judul Persentase Penduduk Penderita Hipertensi yang
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar

Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan


Tujuan Menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
Definisi Standar pelayanan kesehatan hipertensi adalah :
Operasional Mengikuti panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di FKTP
meliputi pemeriksaan dan monitoring tekanan darah,
edukasi, pengaturan diet seimbang, aktivitas fisik dan
pengelolaan farmakologis yang bertujuan untuk
mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg
untuk usia dibawah 60 tahun dan <150/90 mmHg untuk
usia diatas 60 tahun.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data

Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah penderita hipertensi yang mendapat pelayanan


kesehatan sesuai standar di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Denominator Jumlah estimasi penderita hipertensi di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
Sumber Data Register PTM

Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program PTM
Pengumpulan Data

FORMULA Jumlah penderita hipertensi yang mendapat pelayanan


  kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu 1 tahun x
 
  100%
Jumlah estimasi penderita hipertensi
64
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
   

h) Persentase Penduduk Diabetes Mellitus yang Mendapat Pelayanan Kesehatan


Sesuai Standar
Judul Persentase Penduduk Penderita Diabetes Melitus
yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai
Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan

Tujuan Menurunkan gula darah pada penderita diabetes


mellitus
Definisi Operasional Penderita Diabetes Melitus (DM) adalah penduduk
yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh Dokter,perawat,Nutisionist sesuai
kewenangannya mencakup edukasi, aktivitas fisik,
terapi nutrisi medis dan intervensi farmakologis
termasuk pemeriksaan HbA1C.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan Data

Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah penyandang Diabetes Melitus yang mendapat


pelayanan kesehatan sesuai standar di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah penyandang Diabetes Melitus di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
Sumber Data Register PTM
Standar 100%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Program PTM
Pengumpulan Data

FORMULA Jumlah penyandang Diabetes Melitus


  yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
 
  dalam kurun waktu tertentu x
100%
Jumlah penyandang Diabetes Melitus

65
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu

i) Persentase Warga Negara Indonesia Usia 60 Tahun ke Atas yang Mendapatkan


Skrining Kesehatan Sesuai Standar
Judul Persentase Warga Negara Indonesia Usia 60 Tahun Ke
Atas yang Mendapatkan Skrining Kesehatan Sesuai
Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan terstandar pada
lansia
Definisi Capaian kinerja Pemerintah Daerah dalam memberikan
Operasional skrining kesehatan pada warga negara usia 60 tahun
keatas dinilai dari persentase pengunjung berusia 60
tahun keatas yang mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun
Skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun keatas
sesuai standar yaitu:
a. dilakukan Oleh tenaga medis dan kader kesehatan
sesuai kewenangannya
b. Pelayanan skrining diberikan oleh kelompok lansia,
faslitas pelayanan kesehatan, Puskesmas dan
jaringannya
c. Pelayanan Kesehatan di lakukan minimal sekali
setahun
d. lingkup skrining sebagai berikut ; deteksi Hipertensi
dengan mengukur tekanan darah, deteksi Diabetes
Melitus dengan pemeriksaan kadar Gula darah,
Deteksi kadar kolesterol , deteksi gangguan mental
emosional dan perilaku dengan Mini Cog atau MMSE
(Mini Mental Status Examination), AMT (Abreviated
Mental Test) dan GDS (Geriatric Depresion Scale)
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

66
Numerator Jumlah Pengunjung berusia 60 tahun keatas yang
mendapat skrining kesehatan sesuai standar minimal 1
kali dalam kurun waktu satu tahun
Denominator Jumlah Penduduk usia 60 tahun keatas yang ada di
wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun
Sumber Data Register lansia

Standar 100%
Penanggung Penanggung Jawab Program Lansia
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah pengunjung berusia 60 tahun ke atas
  yang mendapat skrining kesehatan sesuai standar
 
  minimal 1 kali dalam kurun waktu satu tahun
  X 100 %
Jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas
yang ada di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun

j) Persentase Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat yang Mendapatkan


Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
Judul Persentase Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat
yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai
Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan jiwa terstandar
pada penderita Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
Berat
Definisi Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ adalah pelayanan
Operasional promotif dan preventif yang bertujuan meningkatkan
kesehatan jiwa ODGJ berat (psikotik) dan mencegah
terjadinya kekambuhan dan pemasungan yang diberikan
oleh perawat dan dokter puskesmas di wilayah kerjanya,
mencakup: edukasi dan evaluasi tentang tanda dan
gejala gangguan jiwa, kepatuhan minum obat dan
informasi terkait obat, mencegah tindakan pemasungan,
kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah tangga dan
67
aktivitas bekerja sederhana.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah ODGJ berat (psikotik) yang mendapat pelayanan


kesehatan jiwa promotif dan preventif sesuai standar
dalam kurun waktu 1 tahun
Denominator Jumlah ODGJ (psikotik) pada suatu wilayah dalam kurun
waktu tahun yang sama
Sumber Data Register Program jiwa

Standar 100%

Penanggung Penanggung Jawab Program Jiwa


jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah ODGJ berat (psikotik) yang mendapat pelayanan
  kesehatan jiwa promotif dan preventif sesuai standar
 
  dalam kurun waktu 1 tahun X
  100 %
Jumlah ODGJ (psikotik) pada suatu wilayah
dalam kurun waktu tahun yang sama

k) Persentase Orang Terduga TBC yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Sesuai


Standar
Judul Persentase orang terduga TBC yang Mendapatkan
Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan jiwa terstandar
pada penderita TBC
Definisi Pelayanan orang terduga TBC sesuai standar adalah
Operasional pelayanan yang meliputi pemeriksaan klinis, pemeriksaan
penunjang dan edukasi
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data

68
Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan


penunjang dalam kurun waktu satu tahun
Denominator Jumlah orang yang terduga TBC dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
Sumber Data Register Program P2 TBC

Standar 100%
Penanggung Penanggung Jawab Program P2 TBC
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan
  penunjang dalam kurun waktu satu tahun
x100%
  Jumlah orang terduga TBC dalam kurun waktu satu
  tahun yang sama
   

l) Persentase Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV yang Mendapat Pelayanan


Kesehatan Sesuai Standar
Judul Persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV yang
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan terstandar pada
orang dengan risiko terinfeksi HIV

Definisi Pelayanan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai


Operasional standar adalah pelayanan yang meliputi edukasi perilaku
berisiko dan pencegahan penularan, melakukan skrining
dengan pemeriksaan tes cepat HIV minimal 1 kali dalam
setahun dan melakukan rujukan jika diperlukan
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV yang


mendapatkan pelayanan sesuai standar dalam kurun
69
waktu satu tahun
Denominator Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV di kab/kota
dalam kurun waktu satu tahun yang sama

Sumber Data Register Program P2 HIV


Standar 100%
Penanggung Penanggung Jawab Program P2 HIV
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah orang dengan risiko HIV
  yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
 
  dalam kurun waktu satu tahun X
100 %
Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV
di kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama
 

m) Jumlah indikator Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang


dikampanyekan dan dilaksanakan
Judul Jumlah indikator Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) yang dikampanyekan dan dilaksanakan
Dimensi Mutu Efektivitas
Tujuan Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
untuk berperilaku hidup sehat dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup dengan upaya promotif dan
preventif
Definisi Persentase SKPD/UKPD Urusan Kesehatan yang
Operasional mengkampanyekan dan melaksanakan minimal 3
indikator Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah indikator Gerakan Masyarakat Hidup Sehat


(GERMAS) yang dikampanyekan dan dilaksanakan
Denominator Jumlah (absolut) indikator Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS) yang dikampanyekan dan
70
dilaksanakan
Sumber Data Register Program Promosi Kesehatan
Standar 30%
Penanggung Penanggung Jawab Program Promosi Kesehatan
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah indikator Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
  (GERMAS) yang dikampanyekan dan dilaksanakan x
 
  100 %
Jumlah (absolut) indikator Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat yang dikampanyekan dan dilaksanakan
   

n) Persentase Kasus Kematian Maternal yang Dilakukan Audit


Judul Persentase Kasus Kematian Maternal yang Dilakukan
Audit
Dimensi Mutu Kompetensi teknis
Tujuan Mencegah kesakitan atau kematian serupa di masa yang
akan datang.

Definisi Kematian maternal adalah kasus kematian perempuan


Operasional yang diakibatkan oleh proses yang berhubngan dengan
kehamilan (termasuk hamil ektopik), persalinan, abortus
(termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu
42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia
gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian
akibat kecelakaan atau kejadian insidental.
Frekuensi 1x sebulan (sesuai kejadian kasus)
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x sebulan (sesuai kejadian kasus)

Numerator Jumlah Kematian Maternal yang dilakukan AMP di suatu


wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah Kematian Maternal yang Tercatat di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Sumber Data Formulir Daftar Kematian maternal tingkat Puskesmas
(DKM)

71
Standar 85%

Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak


jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah Kematian Maternal yang dilakukan AMP
  wilayah dalam kurun waktu tertentu X
 
  100 %
  Jumlah Kematian Maternal yang Tercatat
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
 

o) Persentase Calon Pengantin (Catin) yang Melakukan Skrining Kesehatan


Judul Persentase Calon Pengantin (Catin) yang Melakukan
Skrining Kesehatan
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Deteksi dini masalah kesehatan untuk calon pengantin

Definisi Skrining kesehatan calon pengantin adalah Pelayanan


Operasional kesehatan bagi calon pengantin meliputi :
1. Anamnesis :
a. Anamnesis umum dan tambahan untuk calon
pengantin
b. Melengkapi persyaratan pemeriksaan dengan
membuat persetujuan atau informed concern
c. Jika diperlukan dapat dilakukan deteksi dini masalah
kesehatan jiwa
2. Pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan status gizi)
3. Pemeriksaan penunjang
4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi
5. Pelayanan gizi : pencegahan dan penanggulangan
anemia
6. Imunisasi
7. Pengobatan/terapi dan rujukan
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data

72
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah catin yang melakukan skrining kesehatan di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah catin yang terdaftar di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register calon pengantin

Standar 40%
Penanggung Penanggung Jawab Program Keluarga Berencana
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah catin yang melakukan skrining kesehatan
  di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
  Jumlah catin yang terdaftar di suatu wilayah dalam kurun
  waktu tertentu
   

p) Persentase Ibu Nifas yang Mendapat Pelayanan Nifas Sesuai Standar


Judul Persentase Ibu Nifas yang Mendapatkan Pelayanan
Nifas Sesuai Standar
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Penatalaksanaan pelayanan kesehatan terstandar pada
ibu nifas
Definisi Cakupan pelayanan nifas (KF) adalah pelayanan kepada
Operasional ibu dan neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42
hari pasca persalinan sesuai standar.
Konsep KF :
a. Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42
hari pasca persalinan.
b. Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan
kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca
persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke II, dan pada
minggu ke VI termasuk pemberian Vitamin A
sebanyak 2 kali serta edukasi serta persiapan
dan/atau pemasangan KB Paska Persalinan.
c. Jumlah seluruh Ibu Nifas di hitung melalui estimasi

73
dengan rumus:
1,05 x Crude Birth Rate (CBR) x Jumlah Penduduk.
b. Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat
dari data BPS masing – masing Kab/Kota/Provinsi
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan pelayanan nifas


sesuai standar di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu
tertentu
Denominator Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register Ibu Nifas
Standar 100%

Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak


jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah ibu bersalin yang mendapatkan
  pelayanan nifas sesuai standar
 
  di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu

q) Persentase Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
Judul Persentase Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapatkan Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Meningkatkan capaian ASI ekslusif di wilayah
Definisi Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI
Operasional Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak
dilahirkan sampai dengan 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain

74
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan Asi
Eksklusif di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah bayi usia 0 - 6 bulan di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
Sumber Data Register Gizi

Standar 75%
Penanggung Penanggung Jawab Program Gizi
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI
  ekslusif
 
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah bayi usia 0 - 6 bulan di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu

r) Persentase Anak Balita Kurus yang Mendapatkan Makanan Tambahan


Judul Persentase Anak Balita (Bawah Lima Tahun) Kurus yang
Mendapatkan Makanan Tambahan
Dimensi Mutu Kontinuitas

Tujuan Meningkatkan kesehatan anak


Definisi Balita adalah anak dengan usia 0 - 59 bulan 29 hari
Operasional Balita Kurus adalah anak dengan usia 0 - 59 bulan 29
hari yang status gizinya berdasarkan indikator BB/TB < -2
SD
Kriteria Makanan Tambahan adalah Makanan Tambahan
Pabrikan dalam bentuk Biskuit yang diberikan kepada
Balita Kurus selama 90 hari makan
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data

75
Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah anak balita kurus yang mendapat makanan


tambahan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah seluruh balita kurus di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Kohort Gizi

Standar 90%
Penanggung Penanggung Jawab Program Gizi
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah anak balita kurus
  yang mendapatkan makanan tambahan
 
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah balita kurus di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
   

s) Persentase Remaja Putri yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD)


Judul Persentase Remaja Putri yang Mendapatkan Tablet
Tambah Darah (TTD)
Dimensi Mutu Kontinuitas
Tujuan Menurunkan angka anemia remaja putri
Definisi Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) berupa tablet
Operasional besi folat yang setiap tablet mengandung 60 mg besi
elemental dan 400 mcg asam folat pada remaja putri
(anak perempuan) berusia 12-18 tahun yang bersekolah
di SLTP dan SLTA
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Remaja Putri yang mendapatkan TTD sebanyak 1 tablet


setiap minggu di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
76
Denominator Jumlah remaja putri di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
Sumber Data Register Gizi
Standar 30%
Penanggung Penanggung Jawab Program Gizi
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah remaja putri yang mendapatkan TTD
  sebanyak 1 tablet setiap minggu di suatu wilayah
 
dalam kurun waktu tertentu x
100 %
Jumlah remaja putri di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
   

t) Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat Kesehatan


Lingkungan
Judul Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) yang
Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan
Dimensi Mutu Keamanan
Tujuan Terciptanya kondisi tempat-tempat umum (TTU) yang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan di wilayah sesuai
standar sanitasi lingkungan
Definisi TTU adalah tempat-tempat umum seperti pasar,
Operasional fasyankes, fasilitas pendidikan.
TTU yang terdata adalah TTU yang terdaftar pada format
laporan Dinas Kesehatan.
Syarat kesehatan lingkungan sesuai peraturan menteri
kesehatan (No 519 Tahun 2008 tentang
penyelenggaraan pasar sehat, kepmenkes no 1204 tahun
2004 tentang kesling RS dan kepmenkes no 288 tahun
2003 tentang sarana bangunan umum).
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

77
Numerator Jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan
lingkungan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah TTU yang terdata di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register Kesehatan Lingkungan

Standar 65%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Lingkungan
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah TTU yang memenuhi syarat kesehatan
  di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
 
  100 %
Jumlah TTU yang terdata di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
   

u) Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang Memenuhi Syarat Kesehatan


Lingkungan
Judul Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang
Memenuhi Syarat Kesehatan Lingkungan
Dimensi Mutu Keamanan
Tujuan Terciptanya kondisi Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan di wilayah
sesuai standar sanitasi lingkungan
Definisi TPM yang terdata adalah tempat-tempat pengelolaan
Operasional makanan seperti catering, Rumah Makan, dan restoran
yang terdata pada e-Monev HSP
Syarat Higiene Sanitasi Pangan adalah sesuai peraturan
menteri kesehatan (No 1096 tahun 2011 tentang Higiene
sanitasi jasa boga dan no 1098 tahun 2003 tentang
Higiene sanitasi rumah makan dan restoran)
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

78
Numerator Jumlah TPM yang memenuhi syarat Higiene Sanitasi
Pangan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah TPM yang terdata di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register Kesehatan Lingkungan

Standar 40%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Lingkungan
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah TPM yang memenuhi syarat Higiene Sanitasi
  pangan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
 
  X 100 %
Jumlah TPM yang terdata di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
   

v) Persentase Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)


Judul Persentase Kelurahan Universal Child Immunization
(UCI)
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan
Tujuan Membentuk kekebalan komunitas untuk penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi
Definisi UCI adalah persentase minimal 80 % bayi yang
Operasional mendapatkan Imunisasi dasar lengkap di satu kelurahan
Frekuensi 1x 3 bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x setahun
Numerator Jumlah Kelurahan yang Mencapai Minimal 80 % Bayi di
Wilayahnya yang Mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap
dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah Kelurahan di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
Sumber Data Kohort Imunisasi
Standar 100%
Penanggung Penanggung Jawab Program Imunisasi
jawab
Pengumpulan
79
Data
FORMULA Jumlah Kelurahan yang Mencapai Minimal 80 % Bayi di
  Wilayahnya yang Mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap
 
  dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah Kelurahan di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
   

w) Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia 12-23 Bulan


Judul Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia
12-23 Bulan
Dimensi Mutu Kontinuitas
Tujuan Membentuk kekebalan komunitas untuk penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi
Definisi Imunisasi lanjutan adalah ulangan Imunisasi dasar untuk
Operasional mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan kepada anak usia 12-
23 bulan adalah imunisasi DPT,HB dan Hib satu kali dan
satu kali imunisasi campak dalam kurun waktu satu tahun
Frekuensi 1x 3 bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x setahun
Numerator Jumlah Anak Usia 12-23 bulan yang Mendapatkan
Imunisasi Lanjutan di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
Denominator Jumlah Sasaran Anak Usia 12-23 Bulan yang Sudah
Mendapatkan Imunisasi Dasar di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
Sumber Data Kohort Imunisasi
Standar 53%
Penanggung Penanggung Jawab Program Imunisasi
jawab
Pengumpulan
Data
80
FORMULA Jumlah Anak usia 12-23 bulan yang mendapatkan
  imunisasi lanjutan di suatu wilayah dalam kurun waktu
 
  tertentu X 100 %
Jumlah sasaran anak usia 12-23 bulan yang sudah
mendapatkan imunisasi dasar di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
   

x) Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar


Judul Persentase Cakupan Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia
Sekolah Dasar
Dimensi Mutu Kontinuitas
Tujuan Penatalaksanaan imunisasi lanjutan pada anak usia
sekolah
Definisi Imunisasi lanjutan adalah ulangan Imunisasi dasar untuk
Operasional mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah
mendapatkan Imunisasi dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan kepada anak usia
sekolah dasar terdiri atas imunisasi campak dan DT yang
diberikan untuk anak kelas 1 SD dan imunisasi Td untuk
anak kelas 2 dan 5 SD
Frekuensi 1x 3 bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x setahun
Numerator Jumlah Anak Usia Sekolah Dasar yang Mendapatkan
Imunisasi Lanjutan di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
Denominator Jumlah Sasaran Anak Usia Sekolah Dasar di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Sumber Data Kohort Imunisasi
Standar 91%
Penanggung Penanggung Jawab Program Imunisasi
jawab
Pengumpulan
Data

81
FORMULA Jumlah Anak usia Sekolah Dasar yang mendapatkan
  imunisasi lanjutan di suatu wilayah
 
  dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah sasaran anak usia Sekolah Dasar yang
mendapatkan imunisasi dasar di suatu wilayah dalam
kurun waktu tertentu
   

y) Persentase Kasus Campak yang Dilakukan Pengambilan Spesimen


Judul Persentase Kasus Suspek Campak yang Dilakukan
Pengambilan Spesimen
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Penatalaksanaan dan Upaya Eradikasi Campak
Definisi Spesimen adalah sampel serum dan urin yang diambil
Operasional dari tersangka campak.
Serum diambil 4-28 hari sejak muncul rash sebanyak 1
cc serum dari 3-5 cc darah dan dikirim ke lab dengan
suhu 2-8oC.
Spesimen urin diambil < 5 hari sejak muncul rash
sebanyak 60 cc dan dikirim ke laboratorium dengan suhu
2-8oC.
Frekuensi 1x sebulan (sesuai kejadian kasus)
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x sebulan (sesuai kejadian kasus)
Numerator Jumlah Kasus Suspek Campak yang Diambil
Spesimennya di suatu wilayah dalam kurun waktu
tertentu
Denominator Jumlah Kasus Suspek Campak yang Dilaporkan Melalui
Laporan C1 di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Sumber Data Laporan C1 Program Surveilans

Standar 83%

Penanggung Penanggung Jawab Program Surveilans


jawab
Pengumpulan
Data
82
FORMULA Jumlah Kasus Suspek Campak yang Diambil
  Spesimennya
 
  di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
100 %
Jumlah Kasus Suspek Campak yang Dilaporkan Melalui
Laporan C1 di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
   

z) Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate Lebih Dari Sama Dengan 2 per 100.000
Penduduk Usia Kurang Dari 15 Tahun
Judul Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate Lebih Dari Sama
Dengan 2 per 100.000 Penduduk Usia Kurang Dari 15
Tahun
Dimensi Mutu Kontinuitas

Tujuan Mengidentifikasi dan membantu kemajuan kegiatan


eradikasi polio di Indonesia
Definisi AFP rate adalah jumlah kasus polio per 100.000 anak
Operasional yang berusia kurang dari 15 tahun. penggunaan indikator
ini adalah untuk mengukur kinerja surveilans AFP di
daerah berpenduduk besar yaitu dengan jumlah populasi
anak usia kurang 15 tahun =50.000 orang.
Frekuensi 1x sebulan (sesuai kejadian kasus)
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x sebulan (sesuai kejadian kasus)
Numerator Jumlah Kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah Penduduk Usia Kurang Dari 15 Tahun di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu

Sumber Data Formulir W1 Program Surveilans

Standar 2 rate
Penanggung Penanggung Jawab Program Surveilans
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP)
 
83
  di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
  100.000
Jumlah penduduk usia kurang dari 15 tahun
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
   

aa) Persentase Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang Dilakukan Investigasi Dalam Waktu Kurang Dari atau Sama Dengan 24 Jam
Judul Persentase Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang Dilakukan Investigasi
Dalam Waktu Kurang Dari atau Sama Dengan 24 Jam
Dimensi Mutu Keamanan
Tujuan Investigasi Penyakit Berpotensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan/atau Kejadian Luar Biasa (KLB)

Definisi KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian


Operasional kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu desa /kelurahan dalam waktu
tertentu.
Pengertian kurang dari 24 jam adalah sejak laporan W1
diterima sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan
selain formulir W1 dapat juga berupa fax atau telepon.
Penyelidikan KLB/ investigasi KLB adalah rangkaian
kegiatan berdasarkan cara-cara epidemiologi untuk
memastikan adanya suatu KLB, mengetahui gambaran
penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara-cara
penanggulangannnya.
Rumor KLB adalah suatu informasi atau berita yang
didapatkan tentang adanya dugaan KLB di suatu wilayah.
Frekuensi 1x sebulan (sesuai kejadian kasus)
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x sebulan (sesuai kejadian kasus)

Numerator Jumlah Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau


Kejadian Luar Biasa (KLB) yang di Investigasi Dalam
Waktu Kurang Dari atau Sama Dengan 24 Jam di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau
84
Kejadian Luar Biasa (KLB) di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Formulir W1 Program Surveilans
Standar 100%
Penanggung Penanggung Jawab Program Surveilans
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau
  Kejadian Luar Biasa (KLB) yang di Investigasi Dalam
  Waktu Kurang Dari atau Sama Dengan 24 Jam
 
  di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X 100 %
Jumlah Rumor Kejadian Luar Biasa (KLB) dan/atau
Kejadian Luar Biasa (KLB) di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu

ab) Case Fatality Rate Demam Berdarah Dengue (CFR DBD) Kurang Dari 1%
Judul Case Fatality Rate Demam Berdarah Dengue (CFR DBD)
Kurang Dari 1%
Dimensi Mutu Efektiivitas
Tujuan Menurunkan angka kematian akibat penyakit DBD

Definisi Case Fatality Rate Demam Berdarah (CFR DBD) adalah


Operasional angka yang dinyatakan dalam persentase yang berisikan
data orang yang mengalami kematian akibat DBD
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan

Numerator Jumlah penderita DBD yang meninggal di suatu wilayah


dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah penderita DBD di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register DBD

Standar 0,04%

Penanggung Penanggung Jawab Program DBD


jawab
85
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah penderita yang meninggal di suatu wilayah
  dalam kurun waktu tertentu X
100 %
  Jumlah penderita DBD di suatu wilayah
  dalam kurun waktu tertentu
   

ac) Proporsi Penemuan Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat


Judul Proporsi Penemuan Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Menurunkan angka kecacatan akibat penyakit kusta
Definisi Proporsi penemuan kasus kusta baru tanpa cacat adalah
Operasional persentase perbandingan jumlah penemuan kasus kusta
baru tanpa cacat dengan jumlah total kasus kusta baru
yang ditemukan dalam 1 tahun.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah kasus kusta baru yang ditemukan di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Sumber Data Register Kusta

Standar 95%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kusta
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat di suatu wilayah
  dalam kurun waktu tertentu X
 
  100 %
Jumlah kasus kusta baru yang ditemukan di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
   

86
ad) Proporsi Keluarga dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS) Berkategori Sehat
Judul Proporsi Keluarga dengan Indeks Keluarga Sehat (IKS)
Berkategori Sehat
Dimensi Mutu Kontinuitas

Tujuan Peningkatan kualitas kesehatan keluarga


Definisi Indeks Keluarga Sehat (IKS) Berkategori Sehat dihitung
Operasional dengan 12 indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga, antara lain yaitu Keluarga
mengikuti program Keluarga Berencana (KB), Ibu
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, Bayi
mendapat imunisasi dasar lengkap, Bayi mendapat air
susu ibu (ASI) eksklusif, Balita mendapatkan
pemantauan pertumbuhan, Penderita tuberkulosis paru
mendapatkan pengobatan sesuai standar, Penderita
hipertensi melakukan pengobatan secara teratur,
Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan
tidak ditelantarkan, Anggota keluarga tidak ada yang
merokok, Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), Keluarga mempunyai akses
sarana air bersih, Keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x tiap 3 bulan
Numerator Jumlah keluarga dengan IKS Berkategori Sehat

Denominator Jumlah Keluarga yang Sudah Terdata melalui Program


Keluarga Sehat
Sumber Data Aplikasi Keluarga Sehat
Standar 38%
Penanggung Penanggung Jawab Program KPLDH
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah keluarga dengan IKS Berkategori Sehat X 100
 
%
 

87
Jumlah Keluarga yang Sudah Terdata melalui
Program Keluarga Sehat

ae) Persentase Permasalahan Kesehatan yang Diintervensi oleh Tim Ketuk


Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)
Judul Persentase Permasalahan Kesehatan yang Diintervensi
oleh Tim Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)
Dimensi Mutu Kontinuitas

Tujuan Peningkatan kualitas kesehatan keluarga


Definisi Tindakan/Intervensi yang dilakukan adalah intervensi
Operasional sesuai dengan permasalahan yang ditemukan saat
kunjungan bila individu segera diintervensi dan
permasalahan komunitas yang diselesaikan bersama
program lain, dan sektor lain
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x tiap 3 bulan
Numerator Jumlah Permasalahan Kesehatan yang Diintervensi
(UKP dan UKM Primer) oleh Tim KPLDH

Denominator Jumlah Permasalahan Kesehatan yang Ditemukan oleh


Tim KPLDH
Sumber Data Register KPLDH

Standar 40%
Penanggung Penanggung Jawab Program KPLDH
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah Permasalahan Kesehatan yang Diintervensi
  (UKP dan UKM Primer) oleh Tim KPLDH X
 
100 %
Jumlah Permasalahan Kesehatan yang Ditemukan
oleh Tim KPLDH
   

88
af) Proporsi Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) Aktif
Judul Proporsi Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Aktif
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan
Tujuan Peningkatan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
Definisi UKBM Aktif adalah UKBM yang aktif dan rutin melakukan
Operasional kegiatan di suatu wilayah tertentu dan melaporkan hasil
kegiatannya setiap tahun secara berjenjang
Frekuensi 1x setahun
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x setahun
Numerator Jumlah UKBM yang aktif melakukan kegiatan di suatu
wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah sasaran UKBM (atau jumlah yang ada saat ini
jika jumlah sasaran telah tercukupi) di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
Sumber Data Register UKBM

Standar 40%
Penanggung Penanggung Jawab Program PPSM
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah UKBM yang aktif melakukan kegiatan
  di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu X
 
  100 %
Jumlah sasaran UKBM (atau jumlah yang ada saat ini
jika jumlah sasaran telah tercukupi) di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
   

ag) Cakupan Deteksi Dini Hepatitis B Bagi Ibu Hamil


Judul Cakupan Deteksi Dini Hepatitis B bagi Ibu Hamil
Dimensi Mutu Kontinuitas
Tujuan Memutuskan mata rantai Hepatitis B dari ibu ke bayi
guna mendapatkan generasi sehat bebas Hepatitis B
Definisi Deteksi Dini Hepatitis B adalah skrining awal penyakit
Operasional infeksi peradangan Hati yang disebabkan virus Hepatitis

89
B.
Frekuensi 1x sebulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 1x 3 bulan
Numerator Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Deteksi dini
Hepatitis B di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
Denominator Jumlah seluruh Ibu Hamil di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu
Sumber Data Register Hepatitis
Standar 50%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Ibu dan Anak
jawab
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah Ibu hamil yang mendapatkan Deteksi dini
  Hepatitis di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
 
x 100 %
Jumlah seluruh ibu hamil di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu

ah) Persentase Jemaah Haji yang Mendapatkan Pembinaan Istitha'ah Kesehatan


Haji
Judul Persentase Jemaah Haji yang Mendapatkan Pembinaan
Istitha'ah Kesehatan Haji
Dimensi Mutu Akses terhadap pelayanan kesehatan
Tujuan Menjamin kondisi kesehatan jemaah haji saat
menjalankan ibadah
Definisi Isthithaah kesehatan jemaah haji adalah kemampuan
Operasional jemaah haji dari aspek kesehatan meliputi fisik dan
mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat
dipertanggungjawabkan sehingga jemaah haji dapat
menjalankan ibadahnya sesuai dengan tuntunan agama
Islam
Frekuensi 1x setahun
Pengumpulan

90
Data
Periode Analisis 1x setahun

Numerator Jumlah Jemaah Haji yang Telah Mendapatkan Penilaian


Isthithaah Kesehatan Haji Paling Lambat 1 (Satu) Bulan
Sebelum Hari Pertama Tiba di Embarkasi
Denominator Kuota Jemaah Haji Tahun Berjalan Berdasarkan Data
Siskohatkes
Sumber Data Siskohatkes
Standar 75%
Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Kerja dan
jawab Olahraga
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah Jemaah Haji yang Telah Mendapatkan Penilaian
  Isthithaah Kesehatan Haji Paling Lambat 1 (Satu) Bulan
  Sebelum Hari Pertama Tiba di Embarkasi X
100 %
  Kuota Jemaah Haji Tahun Berjalan Berdasarkan Data
Siskohatkes
   

ai) Persentase Jemaah Haji yang Ditetapkan dan diinput status istitha'ah nya ke
dalam Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan
(Siskohatkes)
Judul Persentase Jemaah Haji yang Ditetapkan dan diinput
status istitha'ah nya ke dalam Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan
(Siskohatkes)
Dimensi Mutu Kesinambungan
Tujuan Memudahkan petugas untuk melakukan monitoring
status kesehatan Jemaah Haji
Definisi Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Bidang
Operasional Kesehatan (Siskohatkes) adalah aplikasi yang berisi
status kesehatan jemaah haji sebagai alat bantu untuk
monitoring kesehatan jemaah haji
Frekuensi 1x setahun
Pengumpulan
Data

91
Periode Analisis 1x setahun
Numerator Jumlah Jemaah Haji yang Ditetapkan dan Diinput Status
Istitha'ah-nya ke Dalam Sistem Informasi dan
Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan
(Siskohatkes)
Denominator Jumlah Jemaah Haji yang Telah Mendapatkan Penilaian
Isthithaah Kesehatan Haji
Sumber Data Siskohatkes
Standar 100%

Penanggung Penanggung Jawab Program Kesehatan Kerja dan


jawab Olahraga
Pengumpulan
Data
FORMULA Jumlah Jemaah Haji yang ditetapkan dan diinput status
  Isthithaah nya ke dalam sistem Informasi dan
 
  Komputerisasi
Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes) X
100 %
Jumlah jemaah haji yang telah mendapatkan penilaian
  Isthithaah Kesehatan Haji

92
BAB V
PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERORANGAN

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng
1. Pelayanan kesehatan dalam gedung :
a. Unit Layanan Umum
b. Unit Layanan Gigi
c. Unit Layanan PTM (Penyakit Tidak Menular)
b. Unit Layanan Lansia (Lanjut Usia)
c. Unit Layanan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
d. Unit Layanan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
e. Unit Layanan Mandiri (IMS dan VCT)
f. Unit Layanan Terpadu Rumatan Metadhone
g. Unit Layanan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
h. Unit Layanan Imunisasi
i. Unit Layanan KB (Keluarga Berencana)
j. Unit Layanan Gizi
k. Unit Layanan Paru dan Booth Sputum
l. Unit Layanan Mata
m. Unit Layanan Kedokteran Jiwa
n. Ruangan Persalinan
o. Unit Layanan 24 jam
p. Unit Layanan Pendaftaran
q. Unit Layanan Rekam Medis
r. Unit Layanan Farmasi
s. Unit Layanan Laboratorium
t. Unit Layanan Pemeriksaan Calon Pengantin
u. Unit Layanan JKN-KIS PBI APBD
v. TFC (Theurapeutic Feeding Centre)
w. Unit Layanan PAL
x. Unit Layanan Gudang Obat
y. Unit Layanan Akupresure
2. Pelayanan Kesehatan luar gedung :
a. Unit Layanan Kesehatan Kelurahan
93
1) Unit Layanan Kesehatan Kelurahan Kapuk
2) Unit Layanan Kesehatan Kelurahan Cengkareng Timur
3) Unit Layanan Kesehatan Kelurahan Rawa Buaya
b. Unit Layanan Kesehatan Panti
1) Pelayanan Kesehatan Panti Bina Laras Harapan Sentosa 1
2) Pelayanan Kesehatan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya I (PSBI)
3) Pelayanan Kesehatan Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia IV (PSTW)
4) Pelayanan Kesehatan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama IV (PSAA)
5) Pelayanan Kesehatan Panti Uswatun Hasanah
c. Pelayanan Kesehatan Pasar
1) Pelayanan Kesehatan Pasar Cengkareng
2) Pelayanan Kesehatan Pasar Ganefo
3) Pelayanan Kesehatan Pasar Bojong
d. Pelayanan Kesehatan Rusun
1) Pelayanan Kesehatan Rusunawa Pesakih

D. Indikator Keluaran
Monitoring evaluasi Upaya Kesehatan Perorangan di Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
INDIKATOR MUTU UKP:
1. INDIKATOR AREA KLINIS

N
Indikator Area Klinis Standar
o
a Unit Layanan Umum  
Kesesuaian diagnosis infeksi saluran pernafasan akut sesuai
100%
keputusan menteri kesehatan no.514 tahun 2015

b Unit Layanan Gigi  


Kelengkapan pengisian Informat Consent pada pasien yang akan
100%
di ekstraksi
Pemeriksaan GDS untuk pasien usia >50 tahun yang akan
100%
dilakukan pencabutan gigi tetap
   
c Unit Layanan PTM / LANSIA  
Pemeriksaan Antropometri dan Tanda-tanda Vital Pada Pasien 100%
   
d Unit Layanan PKPR  
Pelayanan konseling pada remaja bermasalah di poli PKPR 100%
puskesmas Kec.Cengkareng

94
   
e Unit Layanan KIA  
Kelengkapan pengisian P4k pada Buku KIA 100%
Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk 100%
   
f Unit Layanan MANDIRI  
Loss follow up ARV >3 bulan tidak datang ambil obat <5%
   
g Unit Layanan MTBS  
Pemberian KIE PPINH pada keluarga kontak positif TB 100%
   
h Unit Layanan Imunisasi  
Kelengkapan Imunisasi Lanjutan 95%
   
i Unit Layanan KB  
waktu tunggu pasien kurang dari 60 menit 100%
tidak ada kegagalan IUD 95%
tidak ada komplikasi IUD pada pasien baru 95%
   
j Unit Layanan Gizi  
Sisa Makanan yang Tidak Dimakan Pasien ≤ 25 %
   
k Unit Layanan Paru  
Tingkat kepatuhan minum obat pasien TB MDR 100%
   
l Unit Layanan Mata  
merujuk pasien dengan diagnosa katarak visus kurang /sama
100%
dengan 0,3
   
m Ruang Bersalin  
Penanganan kasus poned oleh tim PONED 100%
Kematian Bayi 0%

   
N Unit Layanan 24 Jam  
Triase <10 menit untuk tindakan medis 100%
Penggunaan APD di dalam setiap tindakan medis 100%
Keluhan Pelanggan/ Pasien 0%
   
O Unit Layanan Pendaftaran  
Jumlah pasien yang dilayani < 4 menit 85%
   
P Unit Layanan Rekam Medis  
Kelengkapan pengisian Rekam Medis setelah selesai pelayanan 100%
95
   
Q Unit Layanan Farmasi  
Tidak ada Kesalahan Pemberian Obat di Layanan Farmasi 100%
Waktu Tunggu Obat Racikan <15 menit 100%
   
R Unit Layanan Laboratorium  
Waktu Tunggu Hasil Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik
100%
Hematologi rutin & kimia darah (CITO) dalam 30 menit
Tidak adanya kejadian tertukar spesimen 100%
   
S Unit Layanan Calon Pengantin  
Pengambilan sertifikat catin 1x 24 jam 90%
   
T Unit Layanan JKN-KIS PBI APBD  
Pengiriman data mutasi sebelum cut off 100%
   
U Unit Layanan PAL  
Ketepatan indikasi dan penggunaan obat pada tindakan
100%
nebulisasi
   
V Unit Layanan Gudang Obat  
Evaluasi Ketersediaan Obat di gudang sesuai formularium 100%
obat kadaluarsa di gudang 0%
   

2. INDIKATOR AREA KESELAMATAN PASIEN


No Indikator Area Keselamatan Pasien Standar
a. Ketepatan Identifikasi Pasien
Kepatuhan petugas loket melakukan identifikasi pasien 100%
b. Ketepatan Prosedur
1) Kesesuaian Layanan Klinis dengan Prosedur Klinis 100%
2) Tidak ada kejadian petugas tertusuk jarum 100%
c. Peningkatan komunikasi efektif
Instruksi Verbal yang ditulis-baca – ulang – konfirmasi 100%
d. Penurunan risiko HAIs
Kepatuhan petugas mencuci tangan 100%
e. Penurunan risiko pada pasien jatuh pada pasien lansia
Tidak ada kejadian pasien jatuh 100%
f. Penandaan obat LASA dan high alert
1) Penandaan obat LASA 100%
2) Penandaan obat dengan kewaspadaan tinggi (high alert) 100%

E. URAIAN INDIKATOR
INDIKATOR AREA KLINIS
a. Unit Layanan Umum
96
Kesesuaian diagnosis gangguan
saluran pernapasan bagian atas
sesuai Keputusan Menteri
JUDUL INDIKATOR Kesehatan no. 514 tahun 2015
DIMENSI MUTU Keselamatan
Menghilangkan diagnosa ISPA yang tidak sesuai
TUJUAN dengan KMK no. 514 tahun 2015
ISPA merupakan kumpulan gejala untuk penyakit
infeksi saluran pernapasan akut, namun tidak
masuk dalam kumpulan diagnosa berdasarkan
DEFINISI OPERASIONAL KMK no.514 tahun 2015
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pasien yang terdiagnosa dengan ISPA
NUMERATOR yang sesuai dengan KMK no. 514 tahun 2015
DENOMINATOR Jumlah pasien yang terdiagnosa dengan ISPA
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

b. Unit Layanan Gigi


JUDUL INDIKATOR Kelengkapan Pengisian Informed Consent
DIMENSI MUTU Keselamatan
Untuk mengetahui apakah petugas mengisi
TUJUAN informed consent dengan lengkap
Informed Consent adalah proses komunikasi
antara tenaga kesehatan dan pasien tentang
DEFINISI OPERASIONAL kesepakatan medis
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah semua informed consent yang lengkap
NUMERATOR pada kasus pencabutan gigi
Jumlah semua informed consent pada kasus
DENOMINATOR pencabutan gigi
SUMBER DATA Buku bantu, lembaran Informed consent
STANDAR 100%
97
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

Pemeriksaan GDS untuk pasien usia ≥50 tahun


JUDUL INDIKATOR yang akan dilakukan pencabutan gigi tetap
DIMENSI MUTU Keselamatan
Untuk mengetahui apakah semua pasien yang
berusia ≥50 tahun pada kasus pencabutan gigi
sudah dilakukan pemeriksaan GDS (gula darah
sewaktu) guna menghindari komplikasi yang
terjadi pada pasien ≥50 tahun akibat menderita
TUJUAN DM (diabetes miletus) ≥200mg/dl
GDS adalah Gula Darah Sewaktu sebelum
melakukan pencabutan gigi pada pasien ≥50
tahun dilakukan pemeriksaan GDS untuk
DEFINISI OPERASIONAL menghindari komplikasi akibat DM
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah kasus pencabutan gigi pada usia ≥50
NUMERATOR tahun yang diperiksa GDS
Jumlah semua pasien pencabutan gigi usia ≥50
DENOMINATOR tahun
SUMBER DATA Buku bantu, buku register gigi
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

c. Unit Layanan PTM/Lansia


JUDUL INDIKATOR Pemeriksaan antropometri dan TTV pada pasien
DIMENSI MUTU Keselamatan
TUJUAN Untuk melihat status gizi dan TTV pada pasien
Pengukuran tanda-tanda vital pada pasien yang
DEFINISI OPERASIONAL berkunjung ke poli PTM - Lansia
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah pasien yang berkunjung ke poli PTM
-Lansia yang diukur berat badan, tinggi badan dan

98
TTV nya
Jumlah total pasien yang berkunjung ke poli PTM
DENOMINATOR – Lansia
SUMBER DATA Register poli PTM - Lansia, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

d. Unit Layanan PKPR


Pelayanan Konseling Pada Remaja Bermasalah
di Unit Layanan PKPR Puskesmas Kecamatan
JUDUL INDIKATOR Cengkareng
DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien
Agar seluruh pasien PKPR yang bermasalah
TUJUAN terkonseling
Konseling Pasien Remaja adalah Proses
Pemberian Bantuan Oleh Konselor yaitu pertugas
PKPR Kepada Klien Remaja (usia 10 - 18
Tahun) dengan masalah kesehatan ( gangguang
haid, seks pra nikah, kehamilan, kehamilan
diinginkan, kehamilan tidak diinginkan, persalinan
remaja, abortus, gangguan gizi, NAPZA, IMS,
ISR, HIV, AIDS, masalah psikologis kejiwaan,
kesulitan belajar, KDRT/Pelecehan Seksual,
DEFINISI OPERASIONAL masalah lain-lain )
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah Konseling remaja bermasalah yang
NUMERATOR dilakukan konseling
Jumlah seluruh kunjungan remaja bermasalah
DENOMINATOR yang memerlukan konseling
SUMBER DATA Buku bantu konseling
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

e. Unit Layanan KIA


JUDUL INDIKATOR Kelengkapan Buku KIA di Bagian P4K
99
DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien
TUJUAN Untuk menurunkan angka Kematian Ibu dan Bayi
Jumlah Informasi lengkap yang di sampaikan ke
Ibu hamil mengenai pengisian buku KIA pada
DEFINISI OPERASIONAL bagian P4K
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan informasi
NUMERATOR mengenai pengisian P4K
Jumlah seluruh kunjungan Ibu hamil pada kurun
DENOMINATOR waktu tertentu
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

f. Unit Layanan Mandiri


Loss follow up ARV > 3 Bulan tidak datang ambil
JUDUL INDIKATOR obat
DIMENSI MUTU Keselamatan pasien
Untuk menurunkan resistensi terhadap
Antiretroviral, Mengurangi risiko penularan HIV
pada orang lain, Mengurangi risiko kematian pada
TUJUAN ODHA
Pencapaian indikator loss follow up ARV adalah
Orang dengan HIV AIDS (ODHA) yang tidak
melanjutkan terapi Antiretroviral (ARV) di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng salama lebih
dari 3 (tiga) bulan atau tidak diketahui
keberadaan maupun status pengggunaan
DEFINISI OPERASIONAL Antiretroviral nya atau putus obat
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah ODHA yang loss follow up lebih dari 3
NUMERATOR bulan
Jumlah total penderita ODHA yang mendapatkan
DENOMINATOR ARV
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR <5%
100
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

g. Unit Layanan MTBS


Pemberian KIE PPINH pada keluarga kontak
JUDUL INDIKATOR positif TB
DIMENSI MUTU Keselamatan
Meningkatkan pengetahuan keluarga pasien akan
TUJUAN pentingnya PPINH
KIE yang diberikan kepada keluarga anak umur <
5 Tahun (balita) yang mempunyai kontak dengan
DEFINISI OPERASIONAL Pasien TB tetapi tidak terbukti sakit TB
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah seluruh keluarga balita yang diberi KIE
NUMERATOR
Jumlah seluruh balita yang mempunyai kontak
DENOMINATOR dengan Pasien TB tetapi tidak terbukti sakit TB
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

h. Unit Layanan Imunisasi


JUDUL INDIKATOR kelengkapan imunisasi lanjutan
DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien
Untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan
untuk memperpanjang masa perlindungan anak
TUJUAN yang sudah mendapatkan imunisasi dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan kepada anak
usia 18-24 bulan adalah Imunisasi DPTHBHib
satu kali dan Campak/MR satu kali dalan kurun
DEFINISI OPERASIONAL waktu satu tahun
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah anak usia 18-24 bulan yang mendapatkan
NUMERATOR imunisasi lanjutan dalam kurun waktu tertentu
DENOMINATOR Jumlah sasaran anak usia18 -24 bulan yang

101
datang untuk imunisasi Lanjutan
SUMBER DATA Buku Imunisasi lanjutan
STANDAR 95%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

i. Unit Layanan KB
Pelayanan KB dilayani oleh bidan bersertifikat
JUDUL INDIKATOR CTU
DIMENSI MUTU Keselamatan pasien
Terselenggaranya pelayanan di unit layanan KB
TUJUAN sesuai standart
Pelayanan KB dilaksanakan oleh bidan yang
telah memiliki sertifikat CTU (Contraception
DEFINISI OPERASIONAL technology update)
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Pelayanan KB dilaksanakan oleh bidan yang
telah memiliki sertifikat CTU (Contraception
NUMERATOR technology update
DENOMINATOR Seluruh pasien KB
SUMBER DATA Register unit layanan, sertifikat CTU
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

JUDUL INDIKATOR Tidak ada kegagalan IUD


DIMENSI MUTU Efektifitas, Keselamatan
Agar tidak ada kejadian kegagalan pemasangan
TUJUAN IUD di puskesmas cengkareng
IUD adalah Intra Uteri Device
Kegagalan IUD adalah terjadinya Kehamilan
DEFINISI OPERASIONAL setelah pemasangan IUD
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah Pasien dengan kegagalan IUD
NUMERATOR
102
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang menggunakan IUD
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 95%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

JUDUL INDIKATOR Tidak ada komplikasi IUD pada pasien baru


DIMENSI MUTU Efektifitas, Keselamatan
Agar tidak ada kejadian komplikasi pemasangan
TUJUAN IUD pada pasien baru
Komplikasi IUD pada pasien baru adalah
gangguan kesehatan pada pasien yang terjadi
akibat proses pemasangan contohnya : perforasi,
DEFINISI OPERASIONAL abses/hematom, perdarahan dan Translokasi IUD
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah Pasien baru yang mengalami komplikasi
NUMERATOR IUD
Jumlah seluruh pasien baru yang menggunakan
DENOMINATOR IUD
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 95%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

j. Unit Layanan Gizi


JUDUL INDIKATOR Sisa makanan yang tidak dimakan pasien
DIMENSI MUTU Efektifitas dan efisien
Tergambarnya efektifitas dan efisiensi pelayanan
TUJUAN instalasi gizi
Sisa makan adalah porsi makan siang berupa
karbohidrat dan protein yang tidak dimakan oleh
pasien (sesuai dengan pedoman asuhan gizi
DEFINISI OPERASIONAL rumah sakit)
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah kumulatif porsi sisa makan dari pasien
NUMERATOR yang dihitung
DENOMINATOR Jumlah pasien yang mendapat makanan siang
103
dalam 1 bulan
SUMBER DATA Form catatan mutu sisa makanan
STANDAR ≥20%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

k. Unit Layanan Paru


JUDUL INDIKATOR Tingkat kepatuhan TB MDR
DIMENSI MUTU Tingkat kepatuhan TB MDR lebih dari 50 %
TUJUAN Meningkatkan tingkat kepatuhan TB MDR
Pelayanan Kesehatan pasien TB MDR adalah
kegiatan pelayaan kesehatan yang diberikan
kepada pasien TB MDR sesuai dengan standard
DEFINISI OPERASIONAL pengobatan TB MDR
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pasien TB MDR yang teratur minum obat
NUMERATOR MDR
Jumlah semua pasien TB MDR yang berobat
DENOMINATOR kurun waktu yang sama
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

l. Unit Layanan Mata


Memberikan edukasi pasien dengan diagnosa
JUDUL INDIKATOR katarak dengan visus ≤ 0.3 untuk dirujuk
DIMENSI MUTU keselamatan pasien
Memberkan pengetahuan agar pasien mau
TUJUAN mendapatkan penatalaksanaan selanjutnya
Pemberian edukasi pada pasien dengan edukasi
pasien dengan diagnosa katarak dengan visus ≤
DEFINISI OPERASIONAL 0.3 untuk dirujuk
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR pasien dengan diagnosa katarak dengan visus ≤

104
0.3 yang akan diedukasi agar mau dirujuk
Jumlah pasien dengan diagnosa katarak dengan
DENOMINATOR visus ≤ 0.3
SUMBER DATA Buku bantu edukasi ,rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

m. Layanan Persalinan
JUDUL INDIKATOR Penanganan Kasus Poned oleh Tim Poned
DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien
Semua kasus PONED dapat ditangani oleh Tim
TUJUAN PONED
Tim PONED adalah tim yang terdiri dari satu
dokter dan 2 paramedis yang sudah dilatih
PONED dan mempunyai sertifikat pelatihan,
dinyatakan tim PONED apabila salah satu dari
DEFINISI OPERASIONAL anggota tim telah dilatih PONED dan bersertifikat
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali

NUMERATOR Tim PONED yang menangani kasus PONED


DENOMINATOR Jumlah seluruh kasus PONED dalam sebulan
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

JUDUL INDIKATOR Kematian bayi


DIMENSI MUTU Keselamatan
TUJUAN Untuk mengetahui jumlah kejadian kematian bayi

DEFINISI OPERASIONAL Jumlah kematian bayi baru lahir di ruang bersalin


FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali

NUMERATOR Jumlah kematian bayi baru lahir di Ruang bersalin


DENOMINATOR Jumlah seluruh bayi baru lahir di Ruang bersalin
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 0%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP

105
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

n. Unit Layanan 24 Jam


JUDUL INDIKATOR Triase < 10 menit untuk tindakan medis
DIMENSI MUTU Efektifitas, keselamatan
Memilih atau menggolongkan semua pasien yang
memerlukan pertolongan dan menetapkan
TUJUAN prioritas penanganannya
Triage adalah suatu sistem pembagian /
klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien / kegawatannya yang
DEFINISI OPERASIONAL memerlukan tindakan segera
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pasien yang tindakan <10 menit
NUMERATOR
DENOMINATOR Jumlah pasien tindakan
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

JUDUL INDIKATOR Penggunaan APD dalam tiap tindakan medis


DIMENSI MUTU Keselamatan
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian
TUJUAN infeksi di lingkup fasilitas kesehatan
APD adalah suatu upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi baik untuk pasien maupun
DEFINISI OPERASIONAL petugas
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali

NUMERATOR Jumlah petugas yang menggunakan APD


DENOMINATOR Jumlah pasien yang dilakukan tindakan medis
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

106
JUDUL INDIKATOR Keluhan pelanggan/pasien
DIMENSI MUTU Kepuasan pelanggan/ pasien
Merupakan usaha dalam upaya peningkatan
mutu layanan klinis dan keselamatan pasien di
TUJUAN lingkup fasilitas kesehatan
Keluhan/ kritikan/ masukan atau sikap yang
ditunjukkan oleh pelanggan/pasien atas
jasa/layanan setelah mereka memperoleh dan
DEFINISI OPERASIONAL menggunakannya
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali

NUMERATOR Jumlah keluhan pelanggan/pasien


DENOMINATOR Jumlah pelanggan/ pasien pengguna layanan
SUMBER DATA Email/SMS/ kotak saran/ keluhan pasien
STANDAR 0%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

o. Unit Layanan Pendaftaran


JUDUL INDIKATOR Jumlah yang dilayani kurang dari <4 menit
DIMENSI MUTU Efektifitas
Terselenggaranya pelayanan loket yang cepat,
responsif dan mampu mencapai waktu yang
TUJUAN disepakati
Jumlah pasien yang dilayani kurang dari 4 menit,
dihitung mulai dari petugas loket memanggil
pasien sesuai nomor antrian pendaftaran sampai
DEFINISI OPERASIONAL pemberian nomor antrian poli tujuan
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pasien yang dilayani kurang dari 4 menit
dihitung mulai dari petugas loket memanggil
nomor antrian pendaftaran sampai petugas
memberikan nomor antrian poli tujuan. Sampling
memakai teknik ukuran sampel KRECJIE &
NUMERATOR MORGAN
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien yang mendaftar dalam 1
107
bulan
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 85%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

b. Unit Layanan Rekam Medis


Kelengkapan Pengisian Rekam Medis setelah
JUDUL INDIKATOR selesai pelayanan
DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien
TUJUAN Lengkapnya Pengisian Rekam Medis
Kelengkapan pengisian rekam medis adalah
proses pemeriksaan pengisian rekam medis
DEFINISI OPERASIONAL sesuai prosedur dan ketentuan (SOAP)
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pengisian rekam medis lengkap yang
NUMERATOR disampling
Jumlah pasien yang disampling (sampling sesuai
DENOMINATOR dengan tabel krejcie-morgan)
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

c. Unit Layanan Farmasi


JUDUL INDIKATOR Tidak ada kesalahan Pemberian Obat
DIMENSI MUTU Keselamatan pasien
Tergambarnya KTD dan KTC (Kesalahan Obat)
TUJUAN yang terjadi di Layanan Farmasi
Mencatat dan melaporkan setiap KTD dan KTC
DEFINISI OPERASIONAL Kesalahan Obat di Layanan Farmasi
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah Resep yang tidak terjadi Kesalahan Obat
NUMERATOR dalam 1 bulan
DENOMINATOR Jumlah Seluruh Resep dalam 1 bulan
108
SUMBER DATA Laporan KTD, KTC
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

JUDUL INDIKATOR Waktu Tunggu Obat Racikan <15 menit


DIMENSI MUTU Efisiensi dan efektifitas
TUJUAN Tergambarnya kecepatan Layanan Farmasi
Waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah
tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep
DEFINISI OPERASIONAL sampai dengan menerima obat racikan
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah resep obat racikan <15 menit dalam 1
NUMERATOR bulan
DENOMINATOR Jumlah resep obat racikan dalam 1 bulan
SUMBER DATA Buku bantu resep racikan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

d. Unit Layanan Laboratorium


Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium.PK
(Hematologi Rutin & Kimia Darah CITO) <60
JUDUL INDIKATOR menit
Efektifitas,kesinambungan pelayanan
DIMENSI MUTU laboratorium
TUJUAN Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia
darah.waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
untuk pemeriksaan laboratorium adalah tenggang
waktu mulai pasien diambil sample dengan
DEFINISI OPERASIONAL menerima hasil yang sudah diekspertisi
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah komulatif waktu tunggu hasil pelayanan
laboratorium pasien yang disurvey dalam satu

109
bulan
Jumlah pasien yang diperiksa di laboratorium
DENOMINATOR yang disurvey dalam bulan tersebut
SUMBER DATA Survai Pasien
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

Tidak Adanya Kejadian Tertuker Spesimen


JUDUL INDIKATOR Pemeriksaan
DIMENSI MUTU Keselamatan pasien
Tergambarnya ketelitian dalam pelayanan
TUJUAN pengelolaan specimen laboratorium
Kejadian tertuker specimen pemeriksaan
laboratorium adalah tertukarnya specimen milik
DEFINISI OPERASIONAL orangyang satu dengan orang lain.
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah seluruh specimen laboratorium yang
NUMERATOR diperiksa dikurang jumlah specimen yang tertukar
Jumlah seluruh spesimen laboratoriumyang
DENOMINATOR diperiksa
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

e. Unit Layanan Calon Pengantin


Sertifikat calon pengantin diselesaikan dalam
JUDUL INDIKATOR waktu 1x24 jam
DIMENSI MUTU Efektivitas, efisiensi
Efektifitas, efisiensi dan kesinambungan
TUJUAN pelayanan calon pengantin
Sertifikat / surat keterangan catin adalah bukti
DEFINISI OPERASIONAL calon pengantin sudah melakukan pemeriksaan.
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah sertifikat catin yang dikeluarkan oleh
layanan catin Puskesmas kecamatan
110
Cengkareng dalam 1X 24 jam
Jumlah pasien catin yang melakukan screening
DENOMINATOR catin 1x24 jam
SUMBER DATA Rekam Medis
STANDAR 100 %
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

f. Unit Layanan JKN


JUDUL INDIKATOR Pengiriman data mutasi sebelum cut off
DIMENSI MUTU Efektifitas
Untuk memonitoring data mutasi yang dikirim ke
TUJUAN BPJS Kesehatan tidak lewat dari cut off
Penyerahan data mutasi format 37 kolom dari
puskesmas ke BPJS Kesehatan tidak lewat dari
DEFINISI OPERASIONAL cut off (tanggal 20 setiap bulannya)
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah seluruh data mutasi yang dikirim tidak
NUMERATOR lewat dari cut off
Jumlah seluruh data mutasi yang mendaftar
BPJS PBI APBD di Puskesmas kecamatan
DENOMINATOR Cengkareng
Buku Bantu pengiriman email ke BPJS
SUMBER DATA Kesehatan
STANDAR 100 %
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

g. Unit Layanan PAL


Ketepatan indikasi dan penggunaan obat pada
JUDUL INDIKATOR tindakan nebulisasi
DIMENSI MUTU Upaya Kesehatan Perorangan
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi tindakan
TUJUAN nebulisasi di poli PAL
DEFINISI OPERASIONAL Nebulisasi adalah salah satu terapi inhalasi
dengan cara pemberian obat-obatan dengan
partikel lebih kecil melalui cara aerosol atau
humidifikasi. Indikasi nebulisasi adalah : asma,
111
bronchitis, PPOK, dan pneumonia. Obat-obatan
beta agonis hanya digunakan untuk kasus asma
dan PPOK
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah penderita asma / PPOK / pneumonia
NUMERATOR yang dilakukan nebulisasi sesuai standar
Jumlah penderita asma / PPOK / pneumonia
DENOMINATOR yang dilakukan nebulisasi di Poli PAL
SUMBER DATA Register unit Layanan, rekam medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

h. Unit Layanan Gudang Obat


Evaluasi Ketersediaan Obat di Gudang Sesuai
JUDUL INDIKATOR Formularium Puskesmas
DIMENSI MUTU Efisiensi
Tergambarnya Ketersediaan Obat di Formularium
TUJUAN Puskesmas
Ketersediaan obat di gudang berdasarkan
DEFINISI OPERASIONAL formularium Puskesmas harus selalu tersedia
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah obat sesuai dengan formularium yang
NUMERATOR tersedia dalam 1 bulan
Jumlah obat yang terdapat di formularium
DENOMINATOR Puskesmas
SUMBER DATA LPLPO bulanan
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

Tidak adanya Obat Kadaluarsa yang akan


JUDUL INDIKATOR didistribusi
DIMENSI MUTU Keselamatan Pasien
Tidak Adanya Obat Kadaluarsa yang akan
TUJUAN didistribusikan ke unit pelayanan
DEFINISI OPERASIONAL Tidak Adanya Obat Kadaluarsa yang akan
112
didistribusikan ke unit pelayanan
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah item obat yang tidak kadaluwarsa
NUMERATOR
DENOMINATOR Jumlah item obat yang tersedia
SUMBER DATA Semua Obat Di Gudang Obat
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

2. INDIKATOR MUTU DAN AREA KESELAMATAN PASIEN


a. Ketepatan Identifikasi Pasien
JUDUL INDIKATOR Kepatuhan petugas melakukan identifikasi pasien
DIMENSI MUTU Keselamatan
Terjaminnya keselamatan pasien dengan upaya
TUJUAN ketepatan identifikasi pasien
Identifikasi pasein adalah suatu upaya
mengenali / mengidentifikasikan pasien dengan
minimal 3 identitas (nama, tanggal lahir, alamat)
Identifikais pasien minimal dilakukan pada saat :
pendaftaran pasien di loket pendaftaran.
DEFINISI OPERASIONAL Proses yang diamati adalah disepakati bersama
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah proses / pengamatan yang melakukan
NUMERATOR tindakan identifikasi pasien sesuai ketentuan
DENOMINATOR Jumlah proses yang diamati
Sampling / pengamatan menurut krecjie-morgan,
SUMBER DATA daftar tilik
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

Contoh laporan
Monitoring Ketepatan Monitoring Waktu
N Tenaga Elemen Identifikasi Pendaftaran
Tanggal NO RM
o Kesehatan Dan Bukti Tidak <4 >4
Sesuai
Identitas Sesuai menit menit
113
1 1/8/2016 0032514 Ade Kurnia Bintang √ - √ -
Rino
Wengi, 6
Th 5 Bln,
Sinky Adi
Wibowo,
Kapuk
rawa
gabus
RT.13/11
2 1/8/2016 0032505 Endra Rizki - √ - √
Aditiya,
4Th 7Bln,
Yahya, Jl
Pasar
darurat RT
012/012

Kepatuhan petugas melakukan identifikasi pasien


= jumlah kumulatif presentase kepatuhan = …… %
Jumlah petugas yang diamati

a. Ketepatan Prosedur
Kesesuaian Layanan medis dengan prosedur
JUDUL INDIKATOR Klinis
DIMENSI MUTU Keselamatan
Terjaminnya upaya keselamatan pasien melakukan
TUJUAN layanan medis yang sesuai dengan prosedur klinis
Kesesuaian layanan medis adalah ketepatan
pemberian layanan medis dengan prosedur klinis
DEFINISI OPERASIONAL yang disepakati bersama.
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pelayanan medis secara sampling yang
NUMERATOR dilakukan sesuai dengan prosedur klinis
DENOMINATOR Jumlah pelayanan medis yang disampling
(sampling sesuai dengan tabel Krejcie –Morgan)
114
SUMBER DATA Rekam medis, Daftar tilik layanan medis
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

Contoh laporan
NAMA HASIL RENCANA
TINDAK
NO DOKUMEN DAFTAR ANALISA TINDAK EVALUASI
LANJUT
SOP TILIK (%) LANJUT
1
2

Kesesuaian layanan medis dengan prosedur klinis


= Jumlah rerata persentase kepatuhan petugas = ………%
Jumlah rekam medis yang dinilai

JUDUL INDIKATOR Tidak ada kejadian petugas tertusuk jarum


DIMENSI MUTU Keselamatan
Terjaminnya kesehatan dan keselamatan
TUJUAN petugas pelayanan klinis
Kejadian petugas tertusuk jarum adalah kejadian
kecelakaan yang mungkin terjadi pada petugas
dan menjadi bagian dari pelaporan insiden
DEFINISI OPERASIONAL keselamatan di puskesmas
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah petugas yang melakukan tindakan
dengan menggunakan jarum dikurangi Jumlah
petugas yang tertusuk jarum yang
NUMERATOR diketahui/dilaporkan
Jumlah petugas yang melakukan tindakan
DENOMINATOR dengan menggunakan jarum
SUMBER DATA Laporan insiden tim PMKP
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

b. Peningkatan komunikasi efektif

115
Instruksi Verbal Yang Ditulis-Baca- Ulang-
JUDUL INDIKATOR konfirmasi dalam 24 jam
DIMENSI MUTU Keselamatan, efektifitas, kesinambungan
Terjaminnya upaya keselamatan pasien dan
tergambarnya efektifitas pelayanan dengan
TUJUAN peningkatan komunikasi efektif
Komunikasi efektif atas instruksi verbal viat
telpon menggunakan metode SBAR / TBK (Tulis
DEFINISI OPERASIONAL - Baca Kembali konfirmasi dalam 24 jam)
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah proses instruksi verbal secara sampling
yang terdokumentasi sesuai dengan metode
NUMERATOR SBAR
DENOMINATOR Jumlah proses instruksi verbal yang disampling
SUMBER DATA Sampling, pengamatan
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

Contoh : Format Laporan


Instruksi verbal via telepone yang ditulis-baca-konfirmasi dalam 24 jam

c. Penurunan risiko HAIs

116
JUDUL INDIKATOR Kepatuhan Petugas Mencuci Tangan
DIMENSI MUTU Keselamatan
Terjaminnya upaya keselamatan pasien dengan
TUJUAN kepatuhan petugas mencuci tangan
Kepatuhan petugas mencuci tangan adalah
kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan
6 langkah cuci tangan.
Poin yang disepakati :
DEFINISI OPERASIONAL Petugas tepat melakukan 6 langkah cuci tangan
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah proses cuci tangan yang diamati yang
NUMERATOR sesuai dengan prosedur
DENOMINATOR Jumlah proses cuci tangan yang diamati
SUMBER DATA Sampel, pengamatan, daftar tilik
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP/Tim mutu
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

Contoh Laporan Mingguan


Petugas Unit Langkah Keterangan
Petugas Tanggal
N yang yang
Pemeriks Pelaksanaa Tidak
O diperiks diperiks 1 2 3 4 5 6 Sesuai
a n Sesuai
a a

Kepatuhan petugas mencuci tangan =


Jumlah kesesuaian petugas mencuci tangan x 100%
Jumlah petugas yang diamati

d. Tidak ada kejadian pasien jatuh


JUDUL INDIKATOR Tidak ada kejadian pasien jatuh
DIMENSI MUTU Keselamatan
117
Tergambarnya keselamatan pasien yang
diutamakan dengan berbagai upaya yang
TUJUAN dilakukan untuk mencegah pasien jatuh.
Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien
DEFINISI OPERASIONAL terjatuh dipoli lansia
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah pasien lansia yang berkunjung dikurangi
NUMERATOR pasien lansia yang jatuh
DENOMINATOR Jumlah pasien lansia yang berkunjung
SUMBER DATA Laporan insiden tim PMKP
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP/Tim mutu
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

Contoh laporan pasien jatuh


Jumlah kejadian Kronologis ( Format sesuai
No Bulan
pasien jatuh pelaporan insiden)
1 Agustus 2019 0
2 September 2019 0
3 Oktober 2019 0

Kejadian pasien jatuh = 100% - (n) % = …%


100

e. Penandaan obat LASA dan high alert


JUDUL INDIKATOR Penandaan obat LASA
DIMENSI MUTU Keselamatan
Tergambarnya upaya keselamatan pasien
TUJUAN dengan penandaan obat LASA oleh farmasi
Obat LASA adalah obat Look-alike, Sound –
alike atau obat dengan nama atau bentuk fisik
DEFINISI OPERASIONAL menyerupai
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
NUMERATOR Jumlah jenis obat LASA yang diberi penandaan
DENOMINATOR Jumlah jenis seluruh obat LASA yang diperiksa
SUMBER DATA
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
118
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

JUDUL INDIKATOR Penandaan obat high Alert


DIMENSI MUTU Keselamatan
Tergambarnya upaya keselamatan pasien dengan
TUJUAN penandaan high alert
Obat high alert adalah obat-obatan yang berisiko
tinggi menyebabkan komplikasi kepada pasien
secara signifikan jika terdapat kesalahan
DEFINISI OPERASIONAL penggunaan (dosis, interval dan pemilihannya
FREKUENSI Satu bulan sekali
PENGUMPULAN DATA
PERIODE ANALISIS Tiga bulan sekali
Jumlah jenis obat high alert yang diberi penandaan
NUMERATOR
DENOMINATOR Jumlah jenis seluruh obat high alert
SUMBER DATA Pengamatan/ catatan farmasi
STANDAR 100%
PENANGGUNGJAWAB Koordinator PMKP
PENGUMPUL DATA
FORMULA Numerator / Denominator x 100%

BAB VI
AUDIT INTERNAL

A. Konsep Audit Internal: Esensi Audit, Aktifitas Audit, Auditor Internal, Tahapan Audit
Internal
1. Pengertian Audit Internal, Auditor Internal Dan Tahapan Audit Internal
Audit merupakan kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan melalui
interaksi secara sistematis, objektif dan terdokumentasi yang berorientasi pada
azas penggalian nilai atau manfaat dengan cara membandingkan antar standar
yang telah disepakati bersama dengan apa yang dilaksanakan/diterapkan di

119
lapangan.Interaksi dalam pelaksanaan audit dilakukan secara sistematis, melalui
kegiatan pemeriksaan, pengukuran, dan penilaian, yang berujung pada penarikan
kesimpulan. Audit merupakan proses yang mandiri, terdokumentasi untuk
memperoleh bukti audit dan menilai secara objektif dalam menentukan sejauh
mana kriteria audit telah dipenuhi.
Pada dasarnya audit dilakukan dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam
upaya meningkatkan mutu atau kinerja organisasi dalam upaya mencapai visi, misi
dan tujuan organisasi. Audit internal merupakan salah satu mekanisme
pengawasan dan pengendalian internal untuk manajemen Puskesmas. Audit
dilakukan dengan cara mendapatkan data dan informasi faktual dan signifikan
berupa data, hasil analisa, penilaian, yang hasilnya berupa rekomendasi auditor.
Hasil audit tersebut dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan, pengendalian
manajemen, perbaikan dan perubahan, untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
fungsi organisasi.
Dikenal ada dua jenis audit, yaitu: audit eksternal dan audit internal. Audit eksternal
adalah penilaian yang dilakukan oleh pihak di luar organisasi menggunakan standar
tertentu. Akreditasi Puskesmas merupakan salah bentuk audit eksternal yang
dilakukan berdasarkan standar akreditasi oleh Komisi Akreditasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Audit internal adalah suatu proses penilaian yang
dilakukan di dalam suatu organisasi oleh auditor internal yang juga adalah
karyawan yang bekerja pada organisasi tersebut, untuk kepentingan internal
organisasi tersebut.
Audit internal harus dapat memastikan sistem manajemen mutu cukup mendukung
kemampuan puskesmas menampilkan bukti yang valid dan membuka peluang
untuk continuous Improvement. Audit dilakukan berdasarkan kriteria audit. Kriteria
audit adalah kriteria yang digunakan untuk melakukan audit yang dapat berupa
standar, prosedur, indikator dan target kinerja yang digunakan dalam penilaian
audit. Fakta yang ada di lapangan merupakan bukti audit, yaitu rekaman,
pernyataan fakta atau informasi lain yang relevan dengan kriteria audit dan dapat
diverifikasi.
Dengan membandingkan bukti audit dengan kriteria audit, diperoleh temuan audit,
yaitu hasil evaluasi bukti audit yang dikumpulkan terhadap kriteria audit. Temuan
audit dapat menunjukkan kesesuaian atau ketidak sesuaian terhadap kriteria audit,
atau peluang perbaikan.

2. Prinsip-Prinsip Audit Internal


120
Audit Internal didasarkan pada beberapa prinsip, agar dapat menjadi alat yang
efektif dan dapat diandalkan dalam mendukung kebijakan dan pengendalian
manajemen dan memberikan informasi untuk dapat meningkatkan kinerja individu
maupun kinerja organisasi.
Prinsip-prinsip tersebut terkait dengan Auditor :
a. Kode Etik Dasar Profesionalisme.
Dapat dipercaya, punya integritas, dapat menjaga kerahasiaan dan
berpendirian adalah sangat penting dalam pelaksanaan audit.
b. Penyajian yang obyektif.
Kewajiban melaporkan secara benar dan akurat. Temuan audit, kesimpulan
audit dan laporan audit mencerminkan pelaksanaan kegiatan audit secara
benar dan signifikan.
c. Profesional:Kesungguhan dan ketepatan penilaian dalam audit. Senantiasa
memelihara profesionalisme sesuai dengan pentingnya tugas yang
dilaksanakan dan kepercayaan yang diberikan.
d. Independen: Dasar untuk ketidakberpihakan dan konflik kepentingan.
Auditor tidak terkait dengan kegiatan yang sedang diaudit dan bebas
keberpihakan dan konflik kepentingan. Selama proses audit, auditor menjaga
pemikiran yang obyektif untuk menjamin bahwa temuan audit dan kesimpulan
hanya didasarkan pada bukti audit.
e. Pendekatan berdasarkan bukti.
Menggunakan metode yang rasional untuk mencapai kesimpulan audit yang
dapat dipercaya dan terjaga konsistensinya melalui proses audit yang
sitematis.

3. Essensi Audit Internal.


Untuk mencapai tujuan dan memperoleh manfaat tersebut, maka audit internal
perlu dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut:
a. Proses interaktif: audit merupakan proses interaksi antara auditor dan auditee,
terjadi komunikasi timbal balik antara auditor dan auditee
b. Kegiatan sistematis: direncanakan, dikoordinasikan, dilaksanakan dan
dikendalikan secara efisien. Kegiatan audit harus direncanakan dengan baik
dan dikoordinasikan dengan pihak yang akan diaudit. Audit internal bukanlah
inspeksi yang bersifat mendadak, tetapi terencana dan harus diketahui awal
oleh pihak yang diaudit. Pelaksanaan audit dipandu dengan rencana audit
yang lengkap dengan tujuan, metoda, dan perangkat audit yang telah disiapkan
121
dengan baik oleh auditor. Auditor harus mengendalikan keseluruhan kegiatan
audit agar sesuai dengan rencana audit dan didokumentasikan dengan baik.
c. Dilakukan dengan azas manfaat. Audit internal dilaksanakan harus bermanfaat
untuk melakukan perbaikan yang berkesinambungan dalam penyediaan
pelayanan di Puskesmas.
d. Dilakukan secara objektif. Dalam melaksanakan audit, auditor melihat fakta
berdasarkan bukti-bukti nyata, tidak boleh berdasarkan asumsi ataupun intuisi.
e. Berpijak pada fakta dan kebenaran. Fakta dan kebenaran diperoleh dari bukti-
bukti yang nyata yang ada di tempat kerja.
f. Melibatkan proses analisis/ evaluasi/ penilaian/ pengujian. Bukti-bukti audit
dicocokan dengan kriteria audit yang digunakan untuk menilai kesesuaian
terhadap kriteria yang digunakan
g. Bermuara pada pengambilan keputusan. Berdasarkan bukti-bukti yang ada,
audit mengambil keputusan apakah fakta yang ada sesuai atau tidak sesuai
dengan kriteria yang digunakan untuk melakukan audit.
h. Dilaksanakan berdasar standar/kriteria tertentu. Sebelum melakukan audit
harus ditetapkan standar/kriteria yang akan digunakan. Fakta atau bukti-bukti
yang diperoleh di tempat kerja dibenturkan dengan standar/kriteria tersebut.
i. Merupakan kegiatan berulang. Audit internal bukan merupakan kegiatan sekali
dilakukan, tetapi secara periodik dilakukan untuk menilai kemajuan dari suatu
unit kerja, yaitu minimal 2 kali dalam setahun.
j. Menghasilkan laporan. Seluruh kegiatan audit harus didokumentasikan dan
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

4. Tujuan Audit Internal.


Audit dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan data dan informasi faktual
dan signifikan berupa data, hasil analisis, hasil penilaian, dan rekomendasi auditor
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan, pengendalian manajemen, perbaikan
atau perubahan baik pada sistem pelayanan maupun sistem manajemen mutu.
Audit internal bertujuan untuk membantu menyelesaikan permasalahan organisasi
dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja organisasi.
a. TUJUAN UMUM
Audit Internal bertujuan untuk memastikan terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang bermutu dengan memantau kesesuaian antara kondisi aktual
dengan regulasi maupun standard yang telah ditetapkan, agar manajemen

122
dapat melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
b. TUJUAN KHUSUS
1) Terlaksananya monitoring implementasi sistem manajemen mutu yang
diterapkan di Puskesmas.
2) šdengan persyaratan atau kriteria audit
3) Tersedianya data yang valid.
4) Teridentifikasinya peluang yang cukup untuk melakukan perbaikan terus-
menerus (continuous Improvement)
5) Terukurnya kinerja individu, maupun kinerja unit dan institusi

Dasar dalam menetapkan tujuan audit internal adalah:


a. Prioritas permasalahan yang dihadapi oleh organisasi dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Auditor dalam menyusun rencana audit, dapat menetapkan tujuan audit
berdasarkan masalah prioritas dalam organisasi, misalnya capaian K4 yang
rendah dalam pelayanan KIA, maka tujuan audit ditetapkan berdasarkan
adanya masalah dalam pelayanan KIA, yaitu melakukan audit pencapaian
kinerja pelayanan KIA.
b. Rencana pengembangan pelayanan.
Puskesmas akan mengembangkan pelayanan gizi rawat inap, maka dasar
penetapan tujuan audit adalah mencari peluang pengembangan dalam
pelayanan gizi rawat inap di Puskesmas.
c. Persyaratan suatu sistem manajemen yang digunakan sebagai acuan.
Suatu sistem manajemen mutu mensyaratkan dilaksanakannya audit internal,
maka tujuan audit internal dilakukan untuk menilai sejauh mana persyaratan
sistem manajemen mutu diterapkan dalam organisasi.
d. Persyaratan regulasi atau persyaratan kontrak.
Pihak ketiga yang bekerja sama dengan suatu organisasi pelayanan kadang-
kadang meminta dilaksanakannya audit sebagai persyaratan yang
dicantumkan dalam dokumen kontrak, maka tujuan audit adalah untuk
memenuhi persyaratan yang ada pada kontrak atau perjanjian kerja sama.
e. Evaluasi terhadap rekanan.
Audit dapat juga dilakukan dengan tujuan untuk melakukan evaluasi kinerja
pihak ketiga atau rekanan.
f. Adanya potensi risiko dalam kegiatan organisasi.
123
Risiko dalam pelayanan kesehatan dapat menjadi tujuan dilaksanakan audit
internal.

Beberapa contoh penetapan tujuan audit internal:


Dasar Penetapan Tujuan Audit Contoh Tujuan Audit Internal
Permasalahan prioritas yang Menganalisis banyak terjadinya komplain
dihadapi organisasi pasien pada pelayanan farmasi

Rencana pengembangan Mengidentifikasi peluang inovasi pelayanan


pelayanan laboratorium
Persyaratan suatu sistem Mengetahuai kesesuaian proses pelayanan
manajemen yang diacu laboratorium dengan standar pelayanan
laboratorium
Persyaratan regulasi atau Mengetahui kesesuaian sumber daya
persyaratan kontrak farmasi dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas
Evaluasi terhadap rekanan Mengevaluasi kinerja laboratorium mitra yang
bekerja sama dengan puskesmas

Potensi risiko kegiatan Mengidentifikasi potensi risiko pelayanan


pelayanan imunisasi

5. Aktifitas Audit Internal.


Proses pelaksanaan audit internal terdiri dari kegiatan untuk: memastikan, menilai,
dan merekomendasi. Memastikan dilakukan dengan cara konfirmasi dan verifikasi,
sedangkan kegiatan menilai dilakukan dengan kegiatan evaluasi dan pengukuran
untuk menyimpulkan temuan audit. Selanjutnya auditor harus merekomendasi,
yaitu memberikan saran/ masukan berdasarkan temuan audit.

Ketiga kegiatan ini umumnya dilakukan oleh auditor dengan cara:


a. Telaah dokumen.
Telaah dokumen dilakukan baik untuk menelaah regulasi (kebijakan, SOP,
pedoman/ panduan) yang disusun oleh organisasi/ unit kerja, dan dokumen-
dokumen yang berupa rekam kegiatan.
b. Observasi.
Auditor dapat melakukan observasi langsung kegiatan yang dilakukan di
tempat kerja.

124
c. Meminta penjelasan dari auditee (yang di-audit). Auditor dapat melakukan
wawancara, meminta penjelasan atau klarifikasi pada auditee tentang kegiatan
yang dilakukan.
d. Meminta peragaan dilakukan oleh auditee.
Jika diperlukan auditor dapat meminta auditee untuk memperagakan kegiatan
yang seharusnya dapat dilakukan oleh auditee.
e. Membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria.
Auditor harus membandingkan kenyataan dengan standar/kriteria audit yang
sudah ditetapkan.
f. Meminta bukti atas suatu kegiatan/transaksi.
Auditor dapat meminta bukti-bukti kegiatan transaksi yang dilakukan oleh
auditee.
g. Pemeriksaan secara fisik terhadap fasilitas.
Jika dalam lingkup audit termasuk pemeriksaan fasilitas, maka auditor dapat
melakukan pemeriksaan fisik terhadap fasilitas maupun peralatan yang ada.
h. Pemeriksaan silang (cross-check).
Untuk meyakinkan kebenaran dari bukti yang ada, auditor dapat melakukan
verifikasi dengan pemeriksaan silang.
i. Mengakses catatan yang disimpan auditee.
Auditor harus diberi kewenangan untuk akses terhadap catatan- catatan yang
disimpan auditor terkait dengan kegiatan pelayanan yang dilakukan.
j. Mewawancarai auditee.
Proses interaksi auditor dan auditee dilakukan melalui wawancara.
k. Menyampaikan angket survey.
Jika diperlukan auditor dapat menyampaikan angket survey kepada pelanggan.
l. Menganalisis data.
Semua bukti-bukti yang diperoleh dianalisis oleh auditor dengan mencocokkan
dengan standar/kriteri untuk menarik kesimpulan.
6. Auditor Internal
Auditor internal adalah karyawan Puskesmas yang dipilih oleh Kepala Puskesmas
untuk melakukan audit internal. Karyawan tersebut harus memiliki kompetensi
untuk melakukan audit internal. Auditor internal berperan sebagai katalisator untuk
mempercepat perubahan dalam upaya memastikan kebijakan mutu yang
ditetapkan dilaksanakan dalam pelayanan, memberdayakan sistem manajemen
mutu, memperbaiki sistem pelayanan, dan meningkatkan kinerja pelayanan.
a. Atribut Auditor Internal.
125
Auditor sebaiknya memiliki kepribadian untuk menjamin kemampuan bertindak
sesuai dengan prinsip audit :
1. Etis, yaitu adil, menyatakan yang sebenarnya, tulus, jujur dan bijaksana
2. Terbuka, yaitu mau mempertimbangkan pandangan atau ide- ide alternatif
3. Diplomatis, yaitu bijaksana dalam menghadapi orang lain
4. Suka memperhatikan, yaitu secara aktif menyadari kegiatan dan
lingkungen fisik yang ada disekitarnya
5. Cepat mengerti, yaitu secara naluriah menyadari dan mampu memahami
situasi
6. Luwes, yaitu selalu siap menyesuaikan diri untuk situasi yang berbeda
7. Tangguh, yaitu teguh, fokus pada pencapaian tujuan
8. Tegas, yaitu menghasilkan kesimpulan dengan tepat waktu berdasarkan
alasan dan analisis logis
9. Percaya diri, yaitu bertindak dan berfungsi secara independen ketika
berinteraksi dengan orang lain secara efektif

b. Fungsi Auditor Internal


Auditor internal mempunyai fungsi melakukan audit internal, dalam melaksanakan
fungsi tersebut, auditor internal mempunyai tugas:
1) Memahami standar/kriteria dan instrumen yang akan digunakan untuk
melakukan audit internal.
2) Melakukan audit interal, mulai dari menyusun rencana audit, menyusun
instrumen audit, menginformasikan rencana audit kepada unit kerja yang
akan diaudit, melakukan audit sesuai dengan jadual, mengukur tingkat
kesesuaian fakta terhadap standar/kriteria audit secara objektif,
menyepakati tindak lanjut dengan pihak yang diaudit, dan menyampaikan
hasil audit internal kepada Kepala Puskesmas.

c. Kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang auditor adalah:


1) Memahami prosedur, metoda, dan perangkat audit.
Auditor internal harus memahami prosedur (SOP) audit internal, memahami
metoda-metoda yang digunakan dalam pelaksanaan audit, dan mampu
menyusun dan memahami perangkat audit yang akan digunakan.
2) Mengaplikasikan prosedur, metoda, dan perangkat audit.
Auditor harus mampu untuk melakukan audit sesuai dengan prosedur, rencana,
metoda, dan perangkat audit yang akan digunakan.
126
3) Melaksanakan audit tepat waktu.
Auditor harus dapat mengelola waktu untuk melaksanakan audit tepat waktu
sesuai dengan jadual audit baik pada saat memulai maupun mengakhiri.
4) Melaksanakan dan memfokuskan audit pada prioritas permasalahan
5) Mengumpulkan informasi melalui: wawancara, mendengarkan, menelusur
dokumen
6) Melakukan verifikasi atas informasi yang dikumpulkan.
Auditor harus mampu melakukan verifikasi dengan mencocokkan fakta dengan
standar/kriteria yang digunakan, jika diperlukan dapat melakukan uji silang.
7) Menyimpulkan tingkat kesesuaian bukti-bukti objektif dengan kriteria yang
digunakan
8) Melakukan penilaian terhadap potensi kerugian.
Auditor harus dapat memperkirakan potensi kerugian akibat ketidak sesuaian
maupun adanya risiko dalam pelayanan.
9) Memahami tehnik sampling dan menentukan jumlah sampel. Dalam
pelaksanaan audit dapat dilakukan uji petik (sampling). Auditor harus paham
tentang tehnik penentuan dan pemilihan sampling.
10) Mencatat aktivitas audit dalam dokumen kerja.
Auditor harus mencatat semua kegiatan, bukti-bukti atau fakta yang ditemukan
dalam keseluruhan proses audit
11) Menyiapkan laporan.
Auditor harus mampu menyusun laporan sesuai dengan format yang
digunakan.
12) Komunikasi.
Auditor harus mampu berkomunikasi, terutama komunikasi verbal untuk
melakukan wawancara dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh
auditee.
13) Menjaga kerahasiaan informasi.
Seluruh hasil audit bersifat rahasia, auditor harus mampu menjaga kerahasiaan
atas seluruh hasil audit.
Dalam melaksanakan tugas audit, auditor internal tidak memiliki tanggung
jawab hukum terhadap publik atas apa yang dilakukan dan dilaporkan sebagai
temuan.

7. Tahapan Audit Internal.


Audit Internal dilaksanakan mengikuti empat tahapan sebagai berikut:
127
Tahap I : Penyusunan rencana audit:
Menentukan unit-unit kerja yang akan diaudit, tujuan audit, jadualan
audit, dan menyiapkan instrumen audit.Program audit internal harus
direncanakan untuk seluruh kegiatan audit selama satu tahun.Dalam
program audit tahunan tersebut ditentukan unit-unit kerja yang akan
diaudit dan ditetapkan juga periode untuk melakukan audit ulang pada
unit-unit kerja tersebut.Periode audit ulang dapat dilakukan tiap
triwulan atau tiap semester tergantung ketentuan yang ditetapkan oleh
organisasi.Berdasarkan program audit tersebut, tim audit internal
menyusun rencana audit untuk tiap-tiap unit kerja yang akan diaudit.

128
Tahap II : Tahap pengumpulan data.
Dengan menggunakan instrumen audit yang disusun berdasarkan
standar tertentu, misalnya standar akreditasi, standar/pedoman
program, standar pelayanan minimal, standar/indikator kinerja,
untuk mengukur tingkat kesesuaian terhadap standar tersebut.
Untuk dapat mengumpulkan data dengan baik, harus disusun
instrumen audit berdasarkan standar/kriteria yang telah
ditetapkan
Tahap III : Tahap analisis data audit, perumusan masalah, prioritas masalah
dan rencana tindak lanjut audit.
Hasil pengumpulan data dianalisis dengan cara membenturkan
dengan standar/kriteria yang digunakan, dengan demikian akan
diperoleh temuan-temuan berupa ketidak sesuaian.Temuan-
temuan tersebut dibahas bersama dengan auditee untuk
menentukan prioritas masalah yang harus ditindaklanjuti oleh
auditee dengan kegiatan dan batas waktu penyelesaian yang
disepakati bersama.
Tahap IV : Tahap pelaporan dan diseminasi hasil audit.
Keseluruhan hasil audit harus dilaporkan kepada Kepala
PUSKESMAS, dan disampaikan kepada unit yang diaudit.

B. Menyusun Rencana Audit Internal


Sesuai dengan standar akreditasi, audit internal harus direncanakan dan
dilaksanakan secara periodik. Auditor internal perlu menyusun program audit
internal selama satu tahun mulai bulan Januari sampai dengan Desember. Tiap-
tiap bulan perlu direncanakan unit kerja yang mana yang akan diaudit, misalnya
bulan Januari akan mengaudit UKM: KIA, UKP: pelayanan gawat darurat,
Administrasi Manajemen: pengelolaan kepegawaian, bulan Februari mengaudit
UKM: Promosi Kesehatan, UKP: pelayanan rawat jalan, Administrasi Manajemen:
pemeliharaan peralatan medis, dan seterusnya. Audit harus dilaksanakan secara
periodik, maka Kepala Puskesmas perlu menetapkan siklus suatu unit kerja akan
diaudit ulang, misalnya selang tiga bulan unit kerja tersebut akan diaudit ulang.
Rencana program audit sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 1, berisi antara
lain:

129
1. Tujuan audit:
Tim audit harus menentukan tujuan audit, yaitu untuk melakukan penilaian
kinerja dibandingkan dengan standar tertentu.
2. Lingkup audit:
Dalam rencana audit harus dijelaskan lingkup audit, yaitu unit kerja yang akan
diaudit, misalnya unit pelayanan gawat darurat.
3. Objek audit:
Rencana audit juga harus menjelaskan apa saja yang akan diaudit sebagai
objek audit, misalnya proses pelaksanaan triase dalam pelayanan gawat
darurat.
4. Alokasi waktu:
Alokasi waktu yang akan digunakan dalam kegiatan audit juga harus
ditetapkan, dengan kejelasan penjadualan kegiatan.
5. Metoda audit:
Metoda yang akan digunakan dalam kegiatan audit harus dijelaskan dalam
rencana audit.
6. Persiapan audit:
Persiapan audit meliputi: persiapan auditor, penetapkan kriteria audit, dan
penyusunan instrumen audit.
7. Jadual program audit satu tahun.
Sesuai dengan persyaratan yang diminta dalam standar akreditasi, puskesmas
perlu menyusun rencana kegiatan audit selama satu tahun, dan secara
periodik dilakukan, misalnya pada bulan Januari dilakukan audit untuk upaya
Kesehatan Ibu dan Anak, maka pada bulan April dilakukan audit ulang untuk
mengetahui kemajuan yang sudah dilakukan.
Selanjutnya disusun rencana audit untuk tiap-tiap unit kerja yang akan diaudit,
yang berisi rincian kegiatan audit, seperti contoh pada lampiran 2.
C. Tehnik Audit Dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada pelaksanakan audit dilakukan dengan berbagai metoda,
antara lain adalah:
1. Mewawancarai auditee.
Awal kegiatan audit dimulai dengan pertemuan awal antara auditor dan auditee.
Auditor perlu menjelaskan peran auditor, tujuan audit, lingkup audit, meminta
pendapat pihak yang diaudit tentang permasalahan utama yang mereka hadapi,

130
waktu pelaksanaan audit, siapa saja yang akan ditemui selama proses audit,
dan bagaimana menyampaikan hasil temuan dan mendiskusikan temuan dan
tindak lanjut, serta pelaporan audit.
Pada akhir kegiatan audit, auditor juga harus menjelaskan hasil-hasil temuan,
dan rekomendasi untuk ditindak lanjuti, dan membahas bersama dengan
auditee tindak lanjut yang akan dilakukan untuk perbaikan.
Audit merupakan proses yang memerlukan interaksi antara auditor dan
auditee. Komunikasi antara auditor dan auditee perlu dibina sehingga proses
audit dapat berjalan dengan lancar. Wawancara merupakan salah satu metoda
penting dalam pelaksanaan kegiatan audit dalam upaya memperoleh informasi
dan melakukan konfirmasi.

Pada proses pelaksanaan audit, akan terjadi interaksi antara auditor dengan
auditee. Auditor perlu mempersiapkan kegiatan wawancara dengan auditee.
Dalam melakukan wawancara perlu diperhatikan: apa tujuan dilakukan
wawancara, informasi apa yang ingin diperoleh dari wawancara, lakukan
wawancara di tempat kerja, jika diperlukan dapat disampaikan awal tentang
topik yang akan dibahas dalam wawancara, dan siapkan instrumen
wawancara.
Dalam melakukan wawancara, auditor dapat langsung menanyakan pada
pokok permasalahan, tetapi juga bisa mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan yang tidak langsung pada permasalahan untuk memperluas
diskusi agar dapat melakukan eksplorasi. Pada saat melakukan wawancara,
auditor perlu memperhatikan auditee yang diwawancara, informasi yang ingin
didapatkan, ketersediaan waktu, dan maksud serta tujuan audit.
Wawancara perlu direncanakan dengan matang. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan wawancara adalah:
a. Kejelasan tujuan dari kegiatan wawancara
b. Informasi apa saja yang ingin diperoleh
c. Saat yang tepat untuk melakukan wawancara, antara lain ketika kegiatan
pelayanan tidak terlalu sibuk
d. Tujuan wawancara/ audit harus disampaikan pada auditee
e. Pemberitahuan jadual kegiatan wawancara dalam proses audit
f. Siapkan instumen untuk melakukan wawancara

131
g. Siapkan alat untuk mencatat/merekam kegiatan wawancara
Lakukan bina suasana sebelum melakukan wawancara, ciptakan suasana
yang informal dan relaks, diskusikan juga lama waktu yang disepakati
bersama untuk melakukan wawancara.
Auditor memulai dengan menanyakan hal-hal yang umum tidak langsung pada
pokok permasalahan yang ingin digali. Auditor perlu menunjukkan sikap yang
ramah, tidak terkesan sebagai investigator, dan perlu memperhatikan kondisi
emosi dari auditee. Upayakan agar kegiatan wawancara tidak kaku, cukup
santai, tidak formal, dan alamiah. Perhatikan juga kesibukan dari auditee
sehingga awal membina hubungan tidak terlalu lama,dan dapat mulai untuk
melakukan wawancara pada pokok
permasalahan.
Dalam proses wawancara, auditor tidak boleh memandang rendah auditee,
misalnya auditee adalah staf baru, auditor harus menunjukkan perhatian pada
auditee, mengupayakan kontak mata, mampu mendengarkan dengan efektif,
tidak menyela pembicaraan auditee, kecuali jika auditee berbicara di luar topik.
Pada proses wawancara, tujuan auditor mencari fakta, maka jangan beradu
argumentasi, menyatakan tidak setuju, atau tidak mempercayai apa yang
dikatakan oleh auditee. Jika auditee tidak yakin dengan apa yang dikatakan,
pertimbangkan untuk melakukan uji silang dengan karyawan lain, atau lakukan
penelusuran pada dokumen atau rekaman. Auditor juga harus mampu
mengarahkan wawancara
pada arah yang benar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh auditor ketika melakukan
wawancara:
a. Tidak memandang rendah auditee
b. Menunjukkan sikap ramah, kepedulian
c. Mengupayakan kontak mata
d. Berikan senyuman, dan kalau perlu anggukkan kepala sebagai tanda
bahwa auditor memahami apa yang dikatakan oleh auditee
e. Menghindari kata-kata yang akan menyakiti hati auditee
f. Tidak terpancing untuk berargumentasi dengan auditee
g. Jika auditee tampak tidak paham dengan pertanyaan yang diajukan,
jelaskan ulang apa yang ditanyakan

132
h. Bersikap sabar
i. Auditor harus bisa membedakan antara fakta dan pendapat dari auditee
j. Auditor perlu menghindari sikap atau komentar yang menunjukkan
ketidaksetujuan, atau ketidakpercayaan terhadap apa yang dikatakan oleh
auditee.
k. Mengarahkan pembicaraan untuk tidak lepas dari tujuan wawancara,
jangan sampai auditor tergiring oleh suasana atau jawaban auditee yang
keluar dari konteks permasalahan, dengan cara mengarahkan kembali
kepada pokok permasalahan tanpa menyinggung perasaan dari auditee.
l. Pada saat pelaksanaan wawancara hindari sikap menginterogasi, berikan
kesempatan pada auditee untuk berbicara, upayakan auditor tidak lebih
banyak berbicara, tetapi lebih banyak mendengarkan.

Auditor harus mampu mendengarkan dengan efektif. Kemampuan


mendengarkan secara efektif terbatas. Manusia mampu berkonsentrasi untuk
mendengarkan sekitar 30 menit, maka perlu ada jeda waktu. Perlu
diperhatikan hal-hal yang mungkin mengalihkan perhatian selama proses
wawancara. Kondisi ruangan yang nyaman, temperatur yang sejuk akan
membantu proses wawancara. Agar dapat mendengarkan dengan efektif,
auditor perlu memelihara kontak mata dengan auditee, upayakan duduk
dengan tegak, berupaya untuk berkonsentrasi mendengarkan apa yang
disampaikan auditee, dan berupaya untuk tidak menyela pembicaraan. Pada
akhir wawancara, auditor perlu menyampaikan ucapan terimakasih atas waktu
yang disediakan oleh auditee, menanyakan apakah masih ada hal-hal penting
yang perlu dibahas, memastikan kegiatan tindak lanjut yang disepakati
bersama, dan menyampaikan juga jika masih ada informasi yang diperlukan,
akan meminta untuk dapat melakukan wawancara lagi. Auditor harus mencatat
seluruh yang diperoleh pada kegiatan wawancara.
Ketika informasi yang ingin diperoleh telah didapatkan, auditor perlu
melakukan inisiatif untuk mengakhiri wawancara. Jika auditee masih ingin
meneruskan pembicaraan, auditor perlu bersabat sebelum mengakhiri
wawancara, karena ada kemungkinan masih ada informasi tambahan yang
diperlukan.

133
Pada saat mengakhiri proses wawancara, perlu diperhatikan:
a. Ucapan terimakasih kepada auditee
b. Menyampaikan pada auditee tentang kesediaan auditee untuk
diwawancara lagi jika masih ada yang belum jelas dan perlu
ditanyakan di kemudian hari.
c. Buat simpulan tentang hasil wawancara yang disetujui bersama

2. Mengamati proses pelaksanakan kegiatan.


Pada saat melakukan audit di suatu unit kerja, auditor melakukan pengamatan
terhadap proses pelaksanaan kegiatan pelayanan dengan menggunakan
instrumen yang telah disusun. Untuk mengamati proses kegiatan dapat diawali
dengan menanyakan pada auditee bagaimana proses kegiatan pelayanan di
unit kerja tersebut, dan dilanjutkan dengan pengamatan terhadap proses
pelaksanaan kegiatan. Jika suatu prosedur akan diamati, auditor dapat
menyiapkan instrumen audit berupa daftar tilik untuk mengamati suatu proses
kegiatan. Sebagai contoh, ketika auditor internal mengaduit proses triase,
dapat diawali dengan menanyakan bagaimana prosedur triase dilaksanakan
dan dilanjutkan dengan melakukan pengamatan pelaksanaan proses triase
dalam pelayanan gawat darurat.
3. Meminta penjelasan kepada auditee
Jika dalam wawancara ada hal-hal yang perlu penjelasan lebih lanjut, auditor
dapat meminta kepada auditee untuk menjelaskan secara lebih rinci dari apa
yang ingin diketahui lebih lanjut oleh auditor. Upayakan untuk mendengarkan
dengan sabar untuk memperoleh informasi- informasi yang dibutuhkan.
4. Meminta peragaan oleh auditee.
Auditor dapat meminta auditee untuk memperagakan sesuatu kegiatan yang
semestinya bisa dilakukan oleh auditee, misalnya untuk memperagakan cuci
tangan dengan benar, memperagakan cara pengambilan sampah medis,
memperagakan cara memberikan bantuan hidup dasar, memperagakan
penggunaan alat pemadam api ringan. Auditor juga dapat menggunakan suatu
skenario kasus untuk meminta diperagakan oleh auditee, seandainya terjadi
suatu kasus di tempat kerja.
5. Memeriksa dan menelaah dokumen.

134
Ada dua jenis dokumen yang perlu diperiksa oleh auditor, yaitu dokumen
regulasi berupa kebijakan, pedoman, panduan, dan SOP, dan dokumen yang
berupa rekam pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan dokumen regulasi dapat
ditelusur pelaksanaan kegiatan dengan melihat langsung pelaksanaan
kegiatan, atau dengan melihat dokumen yang merupakan rekam kegiatan.
Auditor meminta kepada auditee untuk dapat mengakses dokumen-dokumen
tersebut.

6. Memeriksa dengan menggunakan instrumen daftar tilik.


Untuk mengukur tingkat kepatuhan dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan,
auditor dapat menyiapkan daftar tilik mengacu pada SOP yang digunakan
untuk kemudian menghitung tingkat kepatuhan terhadap SOP tersebut.
7. Mencari bukti-bukti.
Bukti-bukti diperoleh oleh auditor baik dari hasil wawancara, pengamatan,
peragaan, telusur kegiatan, maupun telusur dokumen/rekam kegiatan. Bukti-
bukti tersebut harus diyakini kebenarannya.
8. Melakukan pemeriksaan silang.
Untuk melakukan verifikasi atas fakta-fakta yang dikumpulkan, auditor dapat
melakukan pemeriksaan silang, dapat berupa wawancara dengan pihak atau
unit terkait, melakukan telusur dokumen dengan pihak atau unit terkait.
9. Mencari informasi dari sumber luar.
Jika diperlukan untuk melakukan verifikasi maupun validasi, dapat dilakukan
upaya untuk memperoleh informasi dari sumber luar, misalnya dari lintas
sektor, dari kader, bahkan dari pasien atau sasaran program UKM.
10. Menganalisis data dan informasi.
Semua data dan informasi yang dikumpulkan dianalisis dengan dibandingkan
dengan standar/kriteria yang digunakan.
11. Menarik Kesimpulan.
Proses audit diakhiri dengan menarik kesimpulan, yaitu menyatakan
kesesuaian atau ketidak sesuaian dengan standar/kriteria yang digunakan
untuk audit.

Agar proses pengumpulan data dapat dilakukan dengan sistematis, maka


auditor perlu menyusun perangkat audit, antara lain: daftar pertanyaan untuk

135
wawancara, daftar tilik atau pedoman untuk pengamatan/observasi, pedoman
untuk telusur dokumen atau rekaman.

D. ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan fakta yang diperoleh pada
waktu proses pengumpulan data dengan kriteria audit yang telah ditetapkan. Bila
ditemukan kesenjangan antara fakta dengan kriteria audit, maka auditor bersama
auditee melakukan analisis lebih lanjut untuk mengenal penyebab timbulnya
kesenjangan, dan menyusun rencana tindak lanjut.
Kesenjangan yang ditemukan terhadap standar/kriteria yang digunakan dalam
audit dibahas bersama dengan auditee. Auditor bersama dengan auditee
melakukan analisis penyebab masalah dengan menggunakan pohon masalah atau
diagram tulang ikan untuk mengenali akar-akar penyebab masalah. Berdasarkan
akar-akar penyebab masalah tersebut dikembangkan alternatif perbaikan, untuk
disepakati alternatif terbaik untuk menyelesaikan kesenjangan yang dituangkan
dalam rencana tindak lanjut.
Pada kegiatan audit ulang, tim audit perlu membandingkan hasil audit yang
sekarang dengan hasil audit yang sebelumnya, apakah upaya-upaya perbaikan
yang disepakati bersama sudah dilaksanakan dan menghasilkan perbaikan.

E. MENYUSUN LAPORAN AUDIT


Hasil audit internal harus dilaporkan kepada Kepala Puskesmas/Klinik dan kepada
unit yang diaudit. Hasil audit juga dilaporkan pada saat rapat tinjauan manajemen
untuk melaporkan hasil audit, tindak lanjut yang telah dilakukan, kendala dalam
perbaikan sehingga dapat memperoleh dukungan manajemen dalam upaya
perbaikan kinerja maupun perbaikan sistem manajemen dan pelayanan.
Hasil audit perlu dilaporkan kepada pucuk pimpinan dan kepada unit yang diaudit.
Dalam laporan audit harus memuat:
1. Latar belakang dilakukan audit:
Dalam latar pelakang perlu ada penjelasan alasan mengapa dilakukan audit.
2. Tujuan audit:
Laporan audit juga harus menjelaskan tujuan dilaksanakan audit.
3. Lingkup audit:
Dalam laporan audit perlu dijelaskan unit yang diaudit.

136
4. Objek audit:
Sebagaimana pada rencana audit, dalam laporan audit juga dijelaskan apa saja
yang diaudit.
5. Standar/Kriteria yang digunakan untuk melakukan audit.
Laporan audit harus jelas menjelaskan standar/kriteria yang digunakan sebagai
pembanding dalam pelaksanaan kegiatan audit.
6. Auditor.
Personil yang melakukan audit harus dijelaskan dalam laporan audit.
7. Proses audit.
Dalam laporan audit, metoda, proses pelaksanaan audit dan jadual
pelaksanaan audit harus dijelaskan.
8. Hasil dan analisis hasil audit.
Hasil audit dianalisis, dalam laporan audit dijelaskan temuan audit yang
merupakan ketidaksesuaian fakta dengan standar/kriteria audit. Analisis
mengapa terjadi kesenjangan juga harus dijelaskan dalam laporan audit.
9. Rekomendasi dan batas waktu penyelesaian yang disepakati oleh auditee.
Berdasarkan hasil audit, auditor diwajibkan untuk memberikan rekomendasi
perbaikan dengan adanya kesepakatan dari pihak auditee untuk
menyelesaikannya.

F. TINDAK LANJUT AUDIT INTERNAL


Berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal berdasarkan hasil audit
internal, unit kerja yang diaudit wajib melakukan tindak lanjut terhadap temuan audit dalam
bentuk upaya-upaya perbaikan. Setelah memperoleh laporan hasil audit, auditee harus
mempelajari laporan audit tersebut, untuk kemudian menyusun rencana perbaikan.
Rencana perbaikan disusun dengan batas waktu yang jelas, sehingga pelaksanaan
perbaikan dapat dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau disepakati
bersama dengan auditor. Pada saat pelaksanaan kegiatan perbaikan, auditor dapat
melakukan monitoring kegiatan-kegiatan tindak lanjut yang dilakukan oleh auditee dan
memberikan arahan atau bimbingan jika diperlukan. Hasil perbaikan wajib dilaporkan oleh
auditee kepada pucuk pimpinan dan disampaikan tembusan kepada auditor internal.

137
BAB VII
TINJAUAN MANAJEMEN

A. PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


Pertemuan tinjauan manajemen adalah pertemuan yang dilakukan oleh manajemen
secara periodik untuk meninjau kinerja sistem manajemen mutu dan kinerja
pelayanan/ penyelenggaraan kegiatan Puskesmas untuk memastikan kelanjutan,
kesesuaian, kecukupan, dan efektifitas dari sistem manajemen mutu dan sistem
pelayanan/ penyelenggaraan kegiatan UKM maupun UKP.
Pertemuan tinjauan manajemen dipimpin oleh Penanggung jawab mutu. Pertemuan
tinjauan manajemen mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Dilakukan secara berkala. Pertemuan tinjauan manajemen sebaiknya dilakukan
paling sedikit dua kali setahun. Pertemuan ini menggunakan forum lokakarya mini
yang dilaksanakan tiap semester yang merupakan forum untuk evaluasi kinerja
semester.
2. Direncanakan dengan baik. Sebelum menyelenggarakan pertemuan tinjauan
manajemen, penanggung jawab mutu membahas dengan Kepala Puskesmas
rencana untuk menyelenggarakan pertemuan tinjauan manajemen. Dalam
pembahasan dengan Kepala Puskesmas didiskusikan tentang tujuan, waktu,
jadual penyelenggaraan, agenda, input tinjauan, proses tinjauan, dan luaran yang
diharapkan.
3. Didokumentasikan dengan baik. Kegiatan pertemuan tinjauan manajemen harus
didokumentasikan dengan baik mulai dari undangan pertemuan, daftar hadir,
agenda pertemuan, proses tinjauan, notulen pelaksanaan pertemuan, dan
rekomendasi hasil pertemuan.
4. Mengevaluasi efektivitas penerapan sistem manajemen mutu dan dampaknya
pada mutu/kinerja.
5. Mengevaluasi efektivitas sistem pelayanan UKP dan penyelenggaraan kegiatan
UKM
6. Membahas perubahan yang perlu dilakukan. Pembahasan dalam pertemuan
tinjauan manajemen menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk melakukan
perubahan yang mengarah pada perbaikan. Perubahan dapat berupa perbaikan
sistem pelayanan, sistem manajemen mutu,
sistem manajemen, kebijakan, dan prosedur.

138
7. Hasil pertemuan harus ditindak lanjuti. Berdasarkan rekomendasi yang
dihasilkan dalam pertemuan tinjauan manajemen, direncanakan kegiatan tindak
lanjut.
8. Pelaksanaan tindak lanjut harus dipantau. Penanggung jawab mutu bersama
dengan tim mutu mempunyai kewajiban untuk memantau tindak lanjut terhadap
rekomendasi tinjauan manajemen.
9. Pihak manajemen dan pelaksana yang terkait diundang dalam pertemuan
10. Pertemuan diawali dengan pembahasan hasil dan tindak lanjut pertemuan
tinjauan manajemen sebelumnya
11. Dilaksanakan dengan agenda yang jelas. Agenda pertemuan tinjauan
manajemen harus disusun oleh Penanggung jawab mutu.
12. Menghasilkan luaran: rencana perbaikan, rencana peningkatan kepuasan
pelanggan, rencana pemenuhan sumber daya, rencana perubahan-perubahan
untuk mengakomodasi persyaratan yang diminta oleh pelanggan/pengguna.

B. TUJUAN PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


TUJUAN UMUM :
Pertemuan Tinjauan Manajemen bertujuan untuk memastikan terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu melalui pembahasan permasalahan-
permasalahan yang terkait dengan operasional Pukesmas secara bersama,
melibatkan seluruh pegawai, dan dilaksanakan secara berkesinambungan,
TUJUAN KHUSUS :
1. Terlaksananya pertemuan tinjauan manajemen mutu di Puskesmas sesuai
dengan persyaratan yang berlaku
2. Terbitnya kesepakatan tindak lanjut dari proses-proses terkait
implementasi sistem manajemen mutu
3. Tersedianya kriteria untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan
4. Teridentifikasinya peluang yang cukup untuk melakukan perbaikan terus-
menerus (continuous Improvement)

C. AGENDA PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


Pertemuan Tinjauan Manajemen dipimpin oleh Penanggung jawab mutu dengan
agenda sebagai berikut:
1. Pembukaan oleh Penanggung jawab mutu

139
Pada pembukaan pertemuan tinjauan manajemen, penanggung jawab mutu
menyampaikan tujuan dan agenda pertemuan tinjauan manajemen.
2. Pengarahan oleh Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas diberi kesempatan untuk memberikan arahan pada
pertemuan tinjauan manajemen untuk menyampaikan prioritas permasalahan
yang perlu dibahas dan prioritas perbaikan yang akan dilakukan oleh Puskesmas
3. Pembahasan hasil pertemuan tinjauan manajemen yang lalu
Hasil pertemuan tinjauan manajemen yang lalu, rekomendasi, tindak lanjut, dan
hasil-hasil yang sudah dicapai, serta hambatan dalam pelaksanaan tindak lanjut
harus dibahas.Tindak lanjut yang belum dapat diselesaikan perlu dibahas untuk
mengatasi hambatan yang ada.
4. Pembahasan hasil audit internal
Hasil audit internal terutama yang belum dapat diselesaikan perlu dibahas pada
pertemuan tinjauan manajemen untuk dapat ditindak lanjuti.
5. Pembahasan umpan balik/keluhan pelanggan.
Umpan balik pelanggan, upaya menanggapi umpan balik juga harus dibahas
dalam pertemuan tinjauan manajemen.
6. Pembahasan hasil survey kepuasan pelanggan.
Hasil survey pelanggan perlu disampaikan, untuk ditindak lanjuti dalam upaya
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
7. Pembahasan hasil penilaian kinerja.
Pertemuan tinjauan manajemen membahas capaian kinerja selama satu
semester, untuk ditindak lanjuti dalam perencanaan kegiatan satu semester
mendatang. Perubahan strategi dalam mencapai target kinerja dapat dibahas
dalam pertemuan.
8. Masalah-masalah operasional yang terkait dengan sistem manajemen mutu, dan
pelayanan UKM dan UKP
9. Rekomendasi untuk perbaikan. Keseluruhan pembahasan yang dilakukan dalam
pertemuan tinjauan manajemen menghasilkan rekomendasi untuk ditindaklanjuti.
10. Rencana perbaikan/perubahan yang perlu dilakukan.
Berdasarkan rekomendasi disusun rencana perbaikan berupa kegiatan- kegiatan
yang akan dilakukan.
11. Penutup.

140
Penanggung jawab mutu menutup pertemuan dengan membacakan kesimpulan
dan rekomendasi.

D. MASUKAN (INPUT) PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


Masukan yang akan dibahas dalam pertemuan tinjauan manajemen antara lain
adalah:
1. Hasil audit internal.
Auditor internal menyampaikan laporan audit internal, dan menyampaikan
hasil-hasil audit internal terutama temuan-temuan yang belum dapat
diselesaikan
2. Umpan balik yang disampaikan oleh pelanggan.
Umpan balik pelanggan yang diperoleh antara lain dari kotak saran, keluhan
yang disampaikan oleh pelanggan, hasil temu kader, dan mekanisme yang
lain, dibahas untuk dilakukan tindak lanjut perbaikan.
3. Kinerja pelayanan, baik kinerja hasil maupun kinerja proses
Capaian kinerja dibahas pada pertemuan untuk menindaklanjuti kinerja yang
belum mencapai target yang diharapkan.
4. Status tindakan perbaikan maupun pencegahan yang dilakukan Tindakan
perbaikan maupun pencegahan yang telah dilakukan juga perlu dibahas baik
hasil-hasil yang telah dicapai maupun yang belum tercapai untuk dapat
dilakukan penyelesaian.
5. Tindak lanjut terhadap hasil tinjauan manajemen yang lalu.
Hasil tinjauan manajemen yang lalu dibahas untuk mengetahui pelaksanaan
tindak lanjut terhadap rekomendasi pertemuan tinjauan manajemen yang
lalu.Hambatan dibahas untuk dilakukan upaya mengatasi hambatan dalam
menindak lanjuti rekomendasi yang lalu.
6. Kebijakan mutu dan kebijakan pelayanan UKP dan kebijakan
penyelenggaraan kegiatan UKM.
Berdasarkan pembahasan pada pertemuan tinjauan manajemen, kebijakan
mutu dan kebijakan pelayanan dapat diubah dalam upaya perbaikan kinerja.
7. Perubahan yang perlu dilakukan terhadap sistem manajemen mutu, sistem
pelayanan UKP, dan penyelengaaraan kegiatan UKM. Berdasarkan pembahasan
dalam pertemuan, perubahan juga dapat dilakukan baik pada sistem manajemen
mutu, sistem pelayanan UKP, sistem manajemen, dan sistem penyelenggaraan

141
UKM.

E. HASIL (LUARAN) PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


Dengan dilaksanakan pertemuan tinjauan manajemen, maka dapat diambil
keputusan dan tindakan manajerial yang terkait dengan:
1. Peningkatan efektifitas sistem manajemen mutu dan sistem pelayanan UKP dan
sistem penyelenggaraan kegiatan UKM
2. Peningkatan pelayanan terkait dengan persyaratan yang diminta oleh pelanggan
3. Identifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan baik pada sistem
manajemen mutu, sistem pelayanan UKP, dan sistem penyelenggaraan kegiatan
UKM
4. Penyediaan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tindak lanjut
perbaikan.

F. LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PERTEMUAN TINJAUAN


MANAJEMEN
Langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan Pertemuan Tinjauan Manajemen perlu
dituangkan dalam standar operasional prosedur, yang memuat antara lain tahapan
sebagai berikut:
1. Penanggung jawab mutu bersama dengan Kepala Puskesmas menyiapkan
pertemuan tinjauan manajemen: rencana waktu, tempat, agenda, dan siapa
saja yang diundang dalam pertemuan
2. Penanggung jawab mutu mengundang peserta pertemuan.
Kepala Puskesmas dan para penanggung jawab/koordinator, dan pelaksana
adalah peserta yang harus diundang dalam pertemuan tinjauan manajemen
3. Penanggung jawab mutu memimpin pertemuan sesuai dengan agenda yang
disusun. Pertemuan diawali dengan pembukaan oleh Penanggung jawab
mutu, dilanjutkan arahan oleh Kepala Puskesmas, untuk seterusnya
dilaksanakan sesuai dengan agenda yang disusun.
4. Penanggung jawab mutu memberikan simpulan hasil pertemuan. Pada akhir
pertemuan penanggung jawab mutu menyampaikan simpulan, rekomendasi, dan
garis besar rencana tindak lanjut yang akan dilakukan termasuk batasan waktu
untuk melaksanakan tindak lanjut.
5. Penanggung jawab mutu melakukan pemantauan perbaikan setelah

142
pertemuan tinjauan manajemen. Tindak lanjut terhadap rekomendasi hasil
pertemuan tinjauan manajemen dipantau oleh penanggung jawab mutu.

Dengan memperhatikan langkah-langkah pelaksanaan pertemuan tinjauan


manajemen, penanggung jawab manajemen mutu mempunyai peran penting
dalam persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut pertemuan tinjauan manajemen.
Setiap pelaksanaan Pertemuan Tinjauan Manajemen harus memiliki bukti
pelaksanaan yang terdiri dari: Undangan, daftar hadir, dan notulen rapat, agenda
pertemuan, materi tinjauan, dan rencana tindak lanjut.

143
BAB VIII
PENUTUP

Pelayanan Kesehatan bermutu berorientasi pada kepuasan pelanggan atau pasien.


Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, maupun
Penyelenggara pelayanan kesehatan.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indiktor kualitas pelayanan. Dan
banyaknya kunjungan pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan
kesehatan. Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Namun ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran,
mutu dan kualifikasi, sistem pengembangan karir, dan kesejahteraan tenaga pelaksana
pelayanan. Permasalahan yang muncul menimbulkan persepsi rendahnya kualitas
pelayanan, yang berawal dari kesenjangan antara aturan dan standar yang ada dengan
pelaksanaan pelayanan yg tidak bisa menyesuaikan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu,
managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan
Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajian ketenagaan sarana dan pengendalian mutu
pelayanan puskesmas, agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu
dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan proses pelayanan maupun sumber daya yg
digunakan.

144

Anda mungkin juga menyukai