Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN DISEMINASI AKHIR

RUANG CENDRAWASIH RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU


STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tanggal 4 September – 16 September 2023

Disusun Oleh:

Achmad Ridho Akbar, S.Kep 2230913310065


Alda Renjani, S.Kep. 2230913320053
An-Nisa Kamilah Humaira, S.Kep. 2230913310024
Dwi Lestari, S.Kep. 2230913320052
Fajrian Nor, S.Kep 2230913310086
Nanda Sylira Putri, S.Kep. 2230913320090
Nurahmasari, S.Kep. 2230913320043
Nuriyah Suastika, S.Kep 2230913320081
Risdawati, S.Kep. 2230913320030
Rosalinda Panda, S.Kep 2230913320080

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN DISEMINASI AKHIR


RUANG CENDRAWASIH RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU
STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tanggal 4 September – 16 September 2023

Disusun Oleh:

Achmad Ridho Akbar, S.Kep 2230913310065


Alda Renjani, S.Kep. 2230913320053
An-Nisa Kamilah Humaira, S.Kep. 2230913310024
Dwi Lestari, S.Kep. 2230913320052
Fajrian Nor, S.Kep 2230913310086
Nanda Sylira Putri, S.Kep. 2230913320090
Nurahmasari, S.Kep. 2230913320043
Nuriyah Suastika, S.Kep 2230913320081
Risdawati, S.Kep. 2230913320030
Rosalinda Panda, S.Kep 2230913320080

Banjarbaru, 10 September 2023

Mengetahui,
Koordinator Stase Manajemen Keperawatan Kepala Bidang Keperawatan RSD
Idaman Kota Banjarbaru

Herry Setiawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep. M. Hadarani, S.Kep, Ns., M.PH.


NIP. 19900529 201701 1 09001 NIP. 19731112 199303 1 004
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan bermutu kepada masyarakat. Rumah sakit merupakan intitusi pelayanan
kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dalam
memberikan pelayanan medik tidak akan berhasil jika tidak ditunjang oleh pelayanan
non medik. Pelayanan non medik diantaranya adalah instalasi gizi/dapur, instalasi
logistik, insatalasi laundry, dan instalasinya lainnya. Instalasi logistik mengelolaa semua
logistik di RS baik yang medis maupun non medis. Logistik medis seperti obat-obatan
dan alat kesehatan sedangkan non medis seperti bahan makanan, sarana dan prasarana,
alat tulis kerja, linen dan lain sebaginya.
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan masyarakat di bidang kesehatan
memiliki peran yang sangat strategis dimana rumah sakit diharapkan dapat berperan
optimal dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Peran tersebut
dewasa ini semakin menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan paradigma
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun kebijakan - kebijakan pemerintah yang
sangat dipengaruhi oleh kondisi global, nasional, regional dan atau lokal.
RSUD Idaman Kota Banjarbaru merupakan Rumah Sakit tipe C dengan akreditas
UTAMA dan merupakan Rumah Sakit satu-satunya milik Pemerintah Daerah yang ada
di Kota Banjarbaru. RSUD Idaman Kota Banjarbaru memiliki kapasitas tempat tidur
sebanyak ±230 tempat tidur yang tersebar di 15 instalasi Rumah Sakit, dimana
semuanya itu saling berkaitan dalam pemberian layanan di RSUD Idaman Kota
Banjarbaru. Bed Occupancy Ratio (BOR) RSUD Idaman Kota Banjarbaru tahun 2021
adalah sebesar 84% dimana indikator nasional adalah 60-85%. BOR berarti
menunjukkan persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu. BOR untuk RSUD
Idaman Kota Banjarbaru masih dalam batas normal dan sudah tinggi.
MAKP merupakan upaya untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga
menjadi efektif dan efisien. MAKP memperlihatkan pelayanan yang lebih terstruktur
dan terorganisir yang lebih profesional dan lebih baik dalam memberikan tingkat
pelayanan asuhan keperawatan terhadap klien (Somantri, 2015; Budi, 2009; Rantung,
2013 dalam Rahmawati, 2021). MAKP mengatur model/metoda pemberian asuhan
dengan memberikan gambaran jelas tentang tugas, tanggung jawab dan kewenangan
perawat dalam menyelesaikan asuhan, menetapkan siapa yang menjalankan tugas dan
tanggung jawab, penyesuaian jumlah pasien dengan jenis tenaga perawat dalam
memenuhi kebutuhan perawatan. Asuhan keperawatan diberikan dalam beberapa
metoda, seperti: metoda tim, metoda keperawatan primer, metoda kasus, metoda
moduler, serta metoda manajemen kasus, partnership model dan pasien focus dari
pelayanan (patient care center).
Rumah sakit dapat menetapkan metoda yang paling memungkinkan untuk
dilaksanakan. Salah satu pelaksanaan perubahan yang nyata adalah memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas dan manajerial keperawatan yang handal. Profesionalisme
perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu
usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah
dengan melaksanakan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP).
Manajemen Keperawatan yakni salah satu tugas khusus yang harus dilaksanakan
oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga
dapat memberikan suatu pelayanan keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga
dan masyarakat. Manajemen keperawatan harus juga dapat diaplikasikan dalam suatu
tatanan pelayanan nyata, yaitu di Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat perlu
memahami secara konsep dan aplikasi.
Konsep manajemen keperawatan pada suatu perencanaan berupa sebuah rencana
strategi melalui pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun
langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam suatu
pelaksanaan metoda asuhan keperawatan, melakukan pengawasan dan pengadilan
serta dokumentasi yang lengkap.
B. Tujuan
1. Menganalisis Man, Material, Method, Money, Marketing dan Machine di ruang
Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru.
2. Menganalisis masalah di ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru.
3. Memberikan rencana tindak lanjut yang diusulkan di ruang Cendrawasih RSD
Idaman Kota Banjarbaru.
BAB II PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum RSUD Idaman Kota Banjarbaru


Rumah Sakit Umum Daerah Idaman Kota Banjarbaru merupakan rumah sakit daerah
milik Pemerintah Kota Banjarbaru yang diserahkan pengelolaannya oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 14 Agustus 2004. Bedasarkan Keputusan
Wali Kota Banjarbaru No. 366 Tahun 2011, RSUD Idaman Kota Banjarbaru telah
ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dengan menerapkan
fleksibilitas pengelolaan keuangan sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 dan Peraturan Kementrian Dalam Negeri No.
61 Tahun 2007.
Riwayat RSUD Idaman Kota Banjarbaru
a. Tahun 1961: UKIDA (Usaha Kesehatan Ibu dan Anak)
b. Tahun 1965: Menjadi BKIA (Badan Kesehatan Ibu dan Anak)
c. Tahun 1972: Menjadi pilot proyek rumah sakit dan rencana peningkatan
rumahsakit tetapi hanya untuk melayani Pemerintah Daerah setempat
d. Tahun 1995: Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C (SK Menkes RI No:
104/MENKES/I/1995) milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
e. Tahun 2004: Penyerahan 6ecub-aset RSUD Idaman Kota Banjarbaru dari
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan kepada Pemerintah Kota Banjarbaru
f. Tahun 2011: Ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
SKWalikota No.366 tanggal 29 Februari 2011
g. Tahun 2012: Penetapan PPK-BLUD

B. Visi, Misi, dan Motto


1. Visi Rumah Sakit
“Banjarbaru Maju, Agamis, Dan Sejahtera”
2. Misi Rumah Sakit
“Meningkatkan Kualitas Kehidupan Masyarakat Yang Sejahtera Dan Berakhlak
Mulia”
3. Motto Rumah Sakit
“ Kesehatan dan keselamatan Anda Prioritas kami”
4. Falsafah
“Menjunjung Tinggi harkat dan martabat Manusia dalam pelayan kesehatan”
5. Value (Nilai)
“Memberikan pelayanan berdasarkan sentuhan Nurani”
6. Visi Bidang Keperawatan
Pelayanan Keperawatan yang Prima berdasarkan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
7. Misi Bidang Keperawatan
1) Menjamin dan meningkatkan kerjasama di bidang perencanaan, pengelolaan
dan pendayagunaan tenaga keperawatan diseluruh tatanan pelayanan
kesehatan masyarakat.
2) Melaksanakan asuhan keperawatan dan Pelayanan keperawatan professional
dengan sikap ramah, sopan, adil, dan senyum yang berlandaskan Ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengadakan 8ecubi perencanaan, pendidikan,
dan pelatihan keperawatan/kebidanan sesuai kompetensi dan kebutuhan yang
diharapkan.
3) Menciptakan suasana lingkungan rumah sakit/ruang keperawatan yang bersih,
aman, nyaman, indah, dan tertata rapi.
4) Menyelenggarakan penelitian keperawatan/kebidanan secara
berkesinambungan.
Pengkajian Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
1. Sumber Daya Manusia (Man/M1)
a. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil observasi, tidak ditemukan adanya struktur organisasi yang
dipajang di Ruang Cendrawasih. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Ruang Cendrawasih, berikut struktur organisasi di Ruang Cendrawasih:

Direktur
dr. Danny Indrawardhana, MMRS

Kepala Bidang Keperawatan


M. Hadarani, S.Kep, Ns., M.PH.

Kepala Seksi Asuhan Keperawatan


Tri Nugroho, S.Kep., Ns., M.Kep.

Kepala IRNA
Eva Metalita, S. Kep., Ns., M. Kep.

Kepala Ruangan
Indah Nurhayati, S.Kep., Ns.

PPJA PPJA PPJA

Maulida Rahmawati, AMK Saniyah, S. Kep Arini, S.Kep., Ns

Noor Fithriyah, S. Kep., Ns. Nyoman Annisa Abdullah, Fitri Mawarni, A.Md.Kep
Wandha Agustina Agustin, S.Kep., Ns. Mia Widha Anindita, S. Kep., Ns.
A.Md. Kep. Siti Aliah, S.Kep., Ns. Kiki Rezki Wulandari,
Littia Ulfah, S.Tr.Kep. Astria Agustina, AMK A.Md.Kep.
Elvina Sari, S. Kep., Ns. Wardatuzzainah, S. Kep., Ns. An-Nisa Mayasari, S. Kep, Ns.
Nurul Afida, S. Kep. Novia Intan Hapsari, S. Kep, Ns. Noor Hasanah, AMK.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru
b. Karakteristik Tenaga Keperawatan dan Kebidanan
Tabel 2.1 Daftar Tenaga Keperawatan dan Kebidanan di Ruang Cendrawasih
Level Jenjang

Pendidikan Karir
No. Nama PNS/Non PNS Jabatan Pelatihan
1. Indah Nurhayati, S.Kep., Ns. PNS Kepala Ruangan S1 Ners Pelatihan Manajemen Kepala Ruang, PK 2
Pelatihan CI, Pelatihan BTCLS, Pelatihan
Jafung, Pelatihan PICU NICU, Pelatihan
Ventilator Mekanik, Pelatihan ICU Dasar.
2. Yuliasi, AM.Keb. PNS Bidan Pelaksana D3 PRN, CI, BTCLS PK 3

3. An-nisa Mayasari, S.Kep., Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Ners BTCLS, BLS, BTLS PRA PK

4. Novia Intan Hapsari, S.Kep. Non PNS Perawat Pelaksana S1 BTCLS, Obstetri Neonatal Emergensi PK 1
Dasar, MTBS, PTM 2, PTM 1
5. Sulistiani Khusna, AMK PNS Perawat Pelaksana D3 PRN, BBLR, BTCLS, PICC, PICU NICU PK 3
Update, Pelatihan Ci.
6. Nurul Afida, S.Kep., Ns. PNS Perawat Pelaksana S1 Ners PRN, CI, Ventilator Mekanik, BTCLS, PK 2
ICU Dasar, Pelatihan Ci
7. Fina Andriati, AMK Non PNS Perawat Pelaksana D3 PRN, BBLR, BTCLS, PONEK, Bimtek PK 3
Keto Asidosis Diabetikum, Manajemen
Asfiksia, Manajemen BBLR.
8. Suswati, AMK PNS Perawat Pelaksana D3 PRN, Laktasi, BBLR, CI, BTCLS, ICU, PK 3
Workshop Laktasi
9. Sri Mulyani, A.M Keb PNS Bidan Pelaksana D3 PRN, BBLR, BTCLS, Midwifery Update, BK 3
Jafung, Pelatihan Ci.
10. Maulida Rahmawati, AMK Non PNS PPJA D3 PRN, BTCLS, BBLR LVL 1 – 2 PK 3

11
11. Elvina Sari, S.Kep., Ns. Non PNS Perawat Pelaksana S1 Ners BTCLS, BBLR LVL 1 – 2 PK 1

12. Littia Ulfah, S.Tr.Kep Non PNS Perawat Pelaksana D4 BTCLS, Stabilisasi Neonatus, ICU dasar PK 1

13. Siti Aliah, S.Kep., Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Ners Skrining Tyroid, CI, BTCLS PK 3

14. Nyoman Annisa Abdullah, S.Kep., PNS Perawat Pelaksana S1 Ners BTCLS PRA PK
Ns
15. Noor Fithriyah, S.Kep., Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Ners BTCLS, NICU, PRN PK 1

16. Arini, S.Kep., Ns Non PNS PPJA S1 Ners BTCLS, PRN. PK 1

17. Fitri Mawarni, A.Md.Kep Non PNS Perawat Pelaksana D3 BTCLS PK 1

18. Astria Agustina, AMK Non PNS Perawat Pelaksana D3 PRN, BBLR lvl 1 dan 2, BTCLS PK 3

19. Desyka Yuniarti, S.Kep., Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Ners BTCLS, PRN PRA PK

20. Mia Widha Anindita, S.Kep., Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Ners BTCLS, BLS PRA PK

21. Saniyah, S. Kep PNS PPJA S1 PRN, BTCLS, Neonatal Comfort PK 2

22. Wandha Agustina, S. Kep. Non PNS Perawat Pelaksana S1 PRN, BTCLS, ICU PK 1

23. Noor Hasanah, AMK Non PNS Perawat Pelaksana D3 Kegawatan Ibu dan Anak, BTCLS PK 1

24. Kiki Rezki Wulandari, A, Md.Kep Non PNS Perawat Pelaksana D3 PRN, BTCLS, BLS PK 1

12
25 Rosyida Rahma, S.Kep., Ns Non PNS Perawat Pelaksana S1 Ners BTCLS PK 1

26 Wardatuzzainah, S.Kep., Ns PNS Perawat Pelaksana S1 Ners PRN, BTCLS, CI. PK 3

13
1) Klasifikasi Pendidikan Tenaga:
1. Profesi Ners (Selain Karu) : 11
2. DIII Keperawatan & Kebidanan : 10
3. S1/D4 Keperawatan : 4
Berikut adalah perbandingan perawat selain Karu berdasarkan tingkat
pendidikannya:
Profesi Ners : DIII Keperawatan & Kebidanan : S1/D4 Keperawatan
11 : 10 : 4
44% : 40% : 16%
Berdasarkan perbandingan tersebut, jumlah proporsi Ners masih kurang
yaitu hanya 11 orang dengan proporsi tenaga keperawatan Profesional
dan Vokasional = 44% : 40%, berdasarkan standar profesional dan
vokasional yakni 55% : 45%. Kemudian masih terdapat 4 perawat
(16%) yang belum mengambil Profesi Ners.

2) Klasifikasi Pelatihan Perawat dan Bidan (Selain Karu):

Klasifikasi Pelatihan Perawat dan Bidan (Selain Karu)


25 23

20

15
12

10

4 5
5
1 1 1 1 1
0
PRN BTCLS CI Ventilator Kegawatan Laktasi BBLR PICU/NICU Skrining
Mekanik Ibu dan Tyroid
Anak

Gambar 2.2 Klasifikasi Pelatihan Perawat dan Bidan (Selain Karu) Ruang
Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru
Hasil wawancara dengan Kepala Ruangan menyebutkan bahwa pelatihan dasar
yang harus dimiliki perawat dan bidan di Ruang Cendrawasih sebagai ruangan
bayi adalah PRN (Pelatihan Resusitasi Neonatus), sedangkan pelatihan dasar
secara umum yang harus dimiliki adalah BTCLS. Berdasarkan data pada
gambar 2.2 dapat diketahui bahwa 15 (55.55%) dari 26 perawat dan bidan
selain Karu yang telah mendapatkan pelatihan PRN. Hal ini menunjukkan
bahwa lebih dari setengah perawat dan bidan di Ruang Cendrawasih
mendapatkan pelatihan dasar yang harus dimiliki perawat dan bidan di Ruang
Cendrawasih sebagai ruangan bayi. BTCLS sebagai pelatihan dasar secara
umum yang harus dimiliki tenaga di Ruang Cendrawasih telah didapatkan oleh
seluruhnya (100%). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan,
untuk masa aktif sertifikat BTCLS rata-rata masih aktif karena baru tahun lalu
diadakan pelatihan di RSD Idaman.

3) Klasifikasi Level Jenjang Karir Perawat dan Bidan (Selain Karu):

Jenjang Karir Perawat dan Bidan ( Selain Karu) Ruang


Cendrawasih
12

10

0
PRA PK PK 1 PK 2 PK 3

Gambar 2.3 Klasifikasi Level Jenjang Karir Perawat dan Bidan (Selain Karu)
Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru
Terlihat pada Gambar 2.3 yang menunjukkan perawat dan bidan klinis di
Ruang Cendrawasih terbanyak pada PK 1 sebanyak 10 orang (40%), sehingga
di Ruang Cendrawasih terlihat adanya kemampuan melakukan asuhan
keperawatan komprehensif pada area spesifik dan mengembangkan pelayanan
keperawatan yang berdasarkan bukti ilmiah dan melaksanakan pembelajaran
klinis. PK 2 merupakan level jenjang karir dengan jumlah perawat paling
sedikit sehingga akan menyebabkan beban kerja pada PK 1. Karena sedikitnya
PK 2 maka PK 1 akan mengerjakan tugas PK 2 tersebut. Oleh sebab itu, Karu
menetapkan kebijakan bahwa penugasan kewenangan klinis sama rata agar
tidak memberikan beban kerja yang lebih berat pada salah satu level jenjang
karir saja dalam tiap shift.

Perawat dan Bidan Klinis di Ruang Cendrawasih memiliki sistem jenjang karir
dari Pra PK, PK 1, PK 2, serta PK 3 dan BK 3. Berdasarkan wawancara pada
kepala ruangan terkait pembagian penugasan kewenangan klinis sama rata,
yaitu perawat PK 1 dapat mengerjakan tugas PK 2, PK 3, serta BK 3, dan bisa
juga sebaliknya sesuai jadwal dinas saat itu. Kepala Ruangan juga mengatakan
terkait pembagian jadwal dinas juga sudah disesuaikan dengan pemerataan
PK/BK di setiap shift-nya. Kompetensi perawat klinis di Rumah Sakit
dideskripsikan sesuai level jenjang karir perawat klinis (PK 1 – PK 3).
Kompetensi sesuai level pada perawat klinis, yaitu:
a. Perawat Klinis 1
Perawat klinis 1 adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada keterampilan
teknis keperawatan dibawah bimbingan. Kompetensi perawat klinis 1, yaitu:
1. Melakukan asuhan keperawatan (pengkajian, menetapkan diagnosis
2. Keperawatan, menetapkan intervensi dan melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi) dengan lingkup keterampilan tehnik dasar.
3. Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam asuhan
keperawatan.
4. Melakukan komunikasi terapeutik di dalam asuhan keperawatan.
5. Menerapkan caring dalam keperawatan.
6. Menerapkan prinsip keselamatan klien.
7. Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi.
8. Melakukan kerjasama tim dalam asuhan keperawatan.
9. Menerapkan prinsip mutu dalam tindakan keperawatan.
10. Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien terkait dengan
kebutuhan dasar.
11. Mengumpulkan data kuantitatif untuk kegiatan pembuatan laporan
kasus klien.
12. Mengumpulkan data riset sebagai anggota tim penelitian.
13. Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku,
agama, ras, dan antar golongan.
14. Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
15. Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
16. Menunjukkan sikap asertif.
17. Menunjukkan sikap empati.
18. Menunjukkan sikap etik.
19. Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan
pedomankeperawatan.
20. Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan
keperawatan sesuai kewenangannya.
21. Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
klien.
22. Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
b. Perawat Klinis 2
Perawat klinis 2 adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan holistik pada klien secara mandiri dan
mengelola klien/sekelompok klien secara tim serta memperoleh bimbingan
untuk penanganan masalah lanjut/kompleks. Kompetensi perawat klinis 2,
yaitu:
1. Melakukan asuhan keperawatan dengan tahapan dan pendekatan proses
keperawatan pada klien dengan tingkat ketergantungan partial dan total
care.
2. Menerapkan prinsip kepemimpinan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
3. Menerapkan konsep pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok
klien.
4. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien untuk menentukan
intervensi keperawatan.
5. Menetapkan jenis intervensi keperawatan sesuai tingkat ketergantugan
klien.
6. Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam pemberian
asuhan keperawatan.
7. Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik
dan masalah klien.
8. Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah klien.
9. Melakukan kajian insiden keselamatan klien dan manajemen risiko
klinis.
10. Melakukan kajian terhadap kejadian dan risiko infeksi pada klien.
11. Melakukan kerjasama antar tim.
12. Menerapkan pengendalian mutu dengan satu metoda tertentu sesuai
kebijakan rumah sakit setempat.
13. Mengimplementasikan pengendalian mutu asuhan keperawatan.
14. Merumuskan kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik
sesuai dengan masalah kesehatan klien
15. Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar
klien dan keluarga.
16. Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga.
17. Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan dan rencana tindak lanjut.
18. Melaksanakan preceptorsip pada tenaga perawat di bawah
bimbingannya dan praktikan.
19. Melakukan diskusi refleksi kasus untuk meningkatkan kualitas
pemberian asuhan keperawatan.
20. Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan.
21. Membantu pelaksanaan riset keperawatan deskriptif.
22. Melakukan survey keperawatan.
23. Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku,
agama, ras, dan antar golongan.
24. Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
25. Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
26. Menunjukkan sikap asertif.
27. Menunjukkan sikap empati.
28. Menunjukkan sikap etik.
29. Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan.
30. Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan
keperawatan sesuai kewenangannya.
31. Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
klien.
32. Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota
tim dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
c. Perawat Klinis 3
Perawat Klinis 3 adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan komprehensif pada area spesifik dan
mengembangkan pelayanan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan
melaksanakan pembelajaran klinis. Kompetensi perawat klinis 3, yaitu:
1. Melakukan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan tingkat
ketergantungan partial dan total dengan masalah kompleks di area
keperawatanspesifik.
2. Menerapkan filosofi dasar keperawatan pada area keperawatan spesifik.
3. Menerapkan penyelesaian dan pengambilan keputusan masalah etik,
legal dalam asuhan keperawatan di unit keperawatan.
4. Menetapkan jenis intervensi keperawatan sesuai tingkat
ketergantungan klien pada lingkup area spesifik.
5. Menerapkan prinsip kepemimpinan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
6. Menerapkan konsep pengelolaan asuhan keperawatan pada unit ruang
rawat.
7. Menggunakan metode penugasan yang sesuai dalam pengelolaan
asuhan keperawatan di unit ruang rawat.
8. Menetapkan masalah mutu asuhan keperawatan berdasarkan kajian
standar dan kebijakan mutu.
9. Melaksanakan analisis akar masalah (RCA) dan membuat grading
risiko terhadap masalah klinis.
10. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik
sesuai dengan masalah kesehatan klien di area spesifik.
11. Mengidentifikasi dan memilih sumber-sumber yang tersedia untuk
edukasi kesehatan pada area spesifik.
12. Melakukan tahapan penyelesaian masalah etik, legal dalam
asuhan keperawatan
13. Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan
karakteristik dan masalah klien dan keluarga pada area spesifik.
14. Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah
klien di area spesifik.
15. Menerapkan prinsip kerjasama interdisiplin.
16. Melaksanakan pengendalian mutu asuhan keperawatan di unit.
17. Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar
klien dan keluarga pada area spesifik.
18. Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga pada area
spesifik.
19. Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan pada area spesifik dan
rencana tindak lanjut.
20. Melaksanakan preceptorship dan mentorship pada area spesifik.
21. Menginterpretasi hasil penelitian dalam pemberian asuhan
keperawatan pada area spesifik.
22. Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan
pada area spesifik.
23. Melakukan riset keperawatan deskriptif analitik dan inferensial.
24. Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku,
agama, ras dan antar golongan.
25. Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
26. Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
27. Menunjukkan sikap asertif.
28. Menunjukkan sikap etik.
29. Menunjukkan sikap empati.
30. Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan
pedoman keperawatan
31. Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan
sesuai kewenangannya.
32. Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
klien.
33. Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
dalam pengelolaan asuhan keperawatan.

c. Perhitungan Ketenagaan
1. Tenaga Medis
Tabel 2.2 Daftar Tenaga Medis di Ruang Cendrawasih
No. Nama Spesialis
1. Prof. Dr. dr. H. Parlindungan Ringoringo, Sp.A (K) Spesialis Anak
2. dr. Indra Himawan, Sp.A (K) Spesialis Anak
3. dr. Yanuar Nusca Permana, Sp. A Spesialis Anak
2. Tenaga Non Kesehatan
Tabel 2.3 Daftar Tenaga Non Kesehatan di Ruang Cendrawasih
No. Nama Status Pendidikan Jabatan
Kepegawaian
1. Rina Zulhijjah, S.E. BLUD S1 Administrasi
2. Hartini BLUD SMP PU

3. Jumlah Tenaga Kerja


Tabel 2.4 Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Cendrawasih
No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (Orang)
1. Tenaga Keperawatan dan Kebidanan 26
2. Tenaga Medis 3
3. Tenaga Non Kesehatan 2
Jumlah 31
Berdasarkan Tabel 2.4, terlihat bahwa hampir semua tenaga kesehatan di
Ruang Cendrawasih adalah tenaga keperawatan dan kebidanan yang
berjumlah 26 orang (83.72%). Sedangkan tenaga medis sebanyak 3 orang
(9.66%) dan sebanyak 2 orang lainnya (6.44%) adalah tenaga non kesehatan.
4. Tenaga Mahasiswa Praktik
Mahasiswa Profesi Ners ULM Praktik Stase Manajemen sebanyak 10 orang.
5. Kebutuhan Tenaga Keperawatan
a) Menurut Douglas
Tabel 2.5 Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan
KLASIFIKASI DAN KRITERIA
Minimal Care (1-2 jam)
a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, mandi, ganti pakaian
dan minum.
b. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
c. Observasi Tanda vital setiap shift.
d. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
e. Persiapan prosedur pengobatan
Intermediet Care (3-4 jam)
a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi.
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c. Pengobatan lebih dari 1 kali.
d. Pakai foley kateter.
e. Pasang infuse, intake out-put dicatat.
f. Pengobatan perlu prosedur.
Total Care (5-6 jam)
a. Dibantu segala sesuatunya.
b. Posisi diatur.
c. Observasi tanda vital tiap 2 jam.
d. Pakai NGT.
e. Terapi intravena, pakai suction.
f. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang dibutuhkan


tergantung pada jumlah klien dan derajat ketergantungan klien. Menurut
Douglas (1984). Loverige dan Cummings (1996) mengklasifikasikan
derajat ketergantungan menjadi 3 kategori yaitu :
- Perawatan minimal : 1-2 jam/24 jam
- Perawatan intermediate/partial : 3-4 jam/24 jam
- Perawatan total : 5-6 jam/24 jam

Tabel 2.6 Kebutuhan Tenaga Perawat dan Bidan di Ruang Cendrawasih


RSD Idaman Kota Banjarbaru 04 – 06 September 2023
Resume Kebutuhan Tenaga Keperawatan dan Kebidanan
Tingkat Jumlah Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga Total
Ketergantungan Tanggal 04 September 2023
Pagi Sore Malam
Minimal 0 0 0 0 0
Parsial 0 0 0 0 0
Total 5 1,8 1,5 1 4,3
Jumlah 5 1,8 1,5 1 4,3
Jumlah keseluruhan perawat dan bidan dalam perhari adalah 4 orang
Jumlah Kebutuhan Tenaga Tanggal 05 September 2023
Pagi Sore Malam Total
Minimal 0 0 0 0 0
Parsial 0 0 0 0 0
Total 6 2,16 1,8 1,2 5,16
Jumlah 6 2,16 1,8 1,2 5,16
Jumlah keseluruhan perawat dan bidan dalam perhari adalah 5 orang
Jumlah Kebutuhan Tenaga Tanggal 06 September 2023
Pagi Sore Malam Total
Minimal 0 0 0 0 0
Parsial 0 0 0 0 0
Total 7 2,52 2,1 1,4 6,02
Jumlah 7 2,52 2,1 1,4 6,02
Jumlah keseluruhan perawat dan bidan dalam perhari adalah 6 orang

Jumlah rata-rata kebutuhan pegawai perawat dan bidan perhari


berdasarkan tingkat ketergantungan klien menurut teori Douglas
perhitungan tanggal 04 – 06 September 2023:
- Pagi sebanyak 2,16 = 2 orang perawat/bidan
- Sore sebanyak 1,80 = 1 orang perawat/bidan
- Malam sebanyak 1,02 = 1 orang perawat/bidan
Sehingga total keseluruhan perawat/bidan yang dinas di Ruang
Cendrawasih berjumlah 3 orang/hari. Jadi, rata-rata tingkat kebutuhan
tenaga perawat/bidan di Ruang Cendrawasih selama 3 hari, yaitu pada
tanggal 04 – 0 6 September 2023 berjumlah 4 orang.

Tabel 2.7 Kesimpulan Jumlah Tenaga Kerja menurut Douglas (per hari)
Rumus/
Perhitungan Kebutuhan Jumlah Perawat
Jumlah Tenaga dan Bidan di Ruang
No.
Tenaga Keperawatan/ Cendrawasih
Keperawatan/ Kebidanan
Kebidanan
1. Douglas tanggal 04 4 26
2. Douglas tanggal 05 5 26
3 Douglas tanggal 06 6 26
Rata-Rata (4+5+6) : 3 = 5 26
Jumlah tenaga lepas dinas perhari:
86 x 3
Penambahan untuk loss day: orang = 0,92 orang (dibulatkan menjadi
279
orang)
Jadi, total jumlah perawat/bidan yang dibutuhkan adalah 4 orang + 1
orang lepas dinas + 1 orang kepala ruang = 6 orang
Keterangan :
86 adalah jumlah hari tak kerja dalam 1 tahun 279 adalah hari kerja efektif
dalam 1 tahun.
b) Menurut Gilies
Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru berkapasitas 20
tempat tidur, jumlah rata-rata pasien yang dirawat 6 orang perhari pada
tanggal 04 – 06 September 2023. Rata-rata perawatan minimal 0 orang,
perawatan parsial 0 orang, dan 6 perawatan total. Berdasarkan situasi
tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang
tersebut adalah sebagai berikut. Menentukan terlebih dahulu jam
perawatan yang dibutuhkan pasien per hari, yaitu:

1. Perawatan langsung
Tabel 2.8 Klasifikasi kebutuhan tenaga perawat tiap shift pada
tanggal 04 –06 September 2023 berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien di Ruang Cendrawasih RSD Idaman
Kota Banjarbaru.
Tingkat Jumlah Tanggal 04 September 2023
Ketergantungan pasien Jam Jumlah Jam Perawatan yang
Perawatan dibutuhkan
Minimal 0 2 jam 0 jam
Parsial 0 3 jam 0 jam
Total 5 6 jam 24 jam
Jumlah 5 24
Tingkat Jumlah Tanggal 05 September 2023
Ketergantungan pasien Jam Jumlah Jam Perawatan yang
Perawatan dibutuhkan
Minimal 0 2 jam 0 jam
Parsial 0 3 jam 0 jam
Total 6 6 jam 24 jam
Jumlah 6 24
Tingkat Jumlah Tanggal 06 September 2023
Ketergantungan Pasien Jam Jumlah Jam Perawatan yang
Perawatan dibutuhkan
Minimal 0 2 Jam 0 Jam
Parsial 0 3 Jam 0 Jam
Total 7 6 Jam 36 Jam
Jumlah 7 36
2. Perawat tidak langsung
7 orang pasien x 1 jam = 7 jam
3. Penyuluhan kesehatan
7 orang pasien x 0,25 jam = 1,75 jam
4. Total jam secara keseluruhan:
24 am + 7 jam + 1,75 jam = 33 jam
Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan pasien
perhari:
33 jam : 7 pasien = 4,71 jam dibulatkan menjadi 5 jam
Jumlah Tenaga yang Dibutuhkan
5 x 7 x 365 = 12.775 = 6,5 (dibulatkan menjadi 6 orang)
(365 – 86) x 7 1.953
Untuk cadangan 20% menjadi 6 x 20% = 1 orang. Jadi jumlah tenaga
menurut Gilies yang dibutuhkan secara keseluruhan 6 + 1 = 7 orang.
Adapun jumlah tenaga perawat dan bidan real yang ada di Ruang
Cendrawasih ada 26 orang, termasuk Kepala Ruangan dan Katim. Jumlah
tenaga perawat dan bidan pelaksananya sendiri ada 26 orang, jumlah
Ketua Tim ada 3 orang, dan 1 orang Kepala Ruangan. Berdasarkan
perhitungan Gilies di atas, didapatkan kebutuhan tenaga perawat dan
bidan di Ruang Cendrawasih yaitu 7 orang. Berdasarkan metode Gilies
maka jumlah tenaganya sudah terpenuhi.
c) Menurut Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
Dalam lokakarya PPNI penentuan kebutuhan tenaga dihitung dengan
mengubah satuan hari dengan minggu. Jumlah hari kerja efektif dihitung
dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah kerja perhari selama
40 jam per minggu. PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur
yang berlaku di Indonesia:
Rawat Inap:
Bangsal A Medikal = 3,4 jam
Bangsal B Perawatan Bedah = 3,5 jam
Bangsal C Nifas = 3 jam
Bangsal D Bayi = 2,5 jam
Bangsal E Anak = 4 jam

Tenaga Perawat atau Bidan = (D x 52 mg) x 7 hr (TT x BOR) + 25%


41 mg x 40 jam

TT : Tempat Tidur
D : Jumlah jam perawatan/24 jam
Diketahui jumlah tempat tidur adalah 20 bed, BOR tanggal 04 - 06
September 2023 yaitu 30 %, sehingga jumlah kebutuhan tenaga yaitu:
Tenaga perawat atau bidan = (2,5 x 52) x 7 (20 x 30%) + 25%
41 x 40
= 3,57 (4 orang)
Berdasarkan perhitungan tersebut tenaga perawat/bidan di Ruang
Cendrawasih yang dibutuhkan adalah 4 orang.
d) Kesimpulan Jumlah Tenaga Keperawatan/Kebidanan
Tabel 2.9 Kesimpulan Jumlah Tenaga Kerja berdasarkan teori yang
ada.
No. Rumus/ Kebutuhan Jumlah Jumlah
Perhitungan Tenaga Perawat Tenaga
Jumlah Tenaga Perawat/ dan Bidan Perawat/Bid
Perawat/Bidan Bidan di Ruang an yang
Cendrawa Belum
sih Terpenuhi
(Selain
Karu)
1 Douglas 6 26 -

2. Gilies 7 26 -

3. Lokakarya PPNI 4 26 -

Berdasarkan tabel 2.9, menunjukkan bahwa perhitungan kebutuhan


jumlah tenaga perawat/bidan dengan metode Lokakarya PPNI sebanyak
4 orang, metode Gilies adalah sebanyak 7 orang, dan metode Douglas
adalah sebanyak 6 orang.
Jumlah Tenaga Kerja Perawat/ Bidan di Ruang
Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru
8
7
7
6
6

5
4
4

0
Douglas Gillies Lokakarya PPNI

Gambar 2.4 Grafik Jumlah Tenaga Kerja Perawat/Bidan di Ruang


Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru
Berdasarkan hasil perhitungan menurut metode Douglas diperlukan
sebanyak 6 orang perawat, menurut metode Gilies diperlukan sebanyak 7
orang perawat, dan menurut metode Lokakarya PPNI yaitu sebanyak 4
perawat. Menurut metode Douglas untuk kebutuhan perawat tidak
memiliki ketetapan, apabila semakin banyak pasien yang minimal care
maka kebutuhan perawat semakin sedikit. Sedangkan perhitungan
menggunakan metode Gilies mengasumsikan bahwa seluruh perawat
harus bekerja secara professional dengan produktivitas optimal dengan
hari libur yang lebih sedikit dan nantinya akan berpengaruh pada beban
kerja perawat. Menurut ketiga metode, jumlah tenaga perawat/bidan di
Ruang Cendrawasih sudah terpenuhi.
e) Berdasarkan California Ratios Law to Patient Safe
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Ruangan Cedrawasih, pada point
kebutuhan ketenagaan keperawatan di ruangan menggunakan California
Ratios Law to Patient Safe. Adapun proposi yang digunakan adalah
Neonatal Intensive Care dengan ratio perawat : pasien adalah 1 : 2.
Sehingga didapatkan dari hasil wawancara bersama Kepala Ruangan
rata-rata pasien perperiode menempati bed adalah 10 pasien, Maka ratio
perawat dan pasien adalah 5 : 10, maka setiap shift baik pagi, siang,
maupun malam perawat pelaksana yang berada di ruangan berjumlah 5
orang (belum termasuk Kepala Ruangan dan Ketua tim).

d. Diagnosis Medis di Ruang Cendrawasih


10 diagnosa medis terbanyak ruang
cendrawasih
64
49

6 2 2 2
1 1 1 1

SC S LR S a P m m al ih
ir iR BB RD om DK ru cu at l eb
ah ld at an at
o
rv
a on r
i L g a m lin on hi Ne be
ay ng l ae s a e l a e a yi
B Tu ha er N yi om tb
ir ep tp xia Ba dr ra
Lah Ch
ay
a
phy
Sy
n B e
i As
B ay Ri
w
ti on
ra
pi
As

Gambar 2.5 10 Diagnosis Medis Terbanyak dalam 1 bulan terakhir di Ruang


Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru

10 Diagnosis terbanyak
452

345

38
16 16 15 10 10 7 5

Gambar 2.6 Diagnosis Medis di Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota


Banjarbaru
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi Ruang Cendrawasih 7
bulan terakhir didapatkan 10 Diagnosis terbanyak adalah Bayi Lahir Tunggal di
RS dengan persentase 49% (452 Kasus), Bayi lahir SC 37% (345 Kasus),
BBLR 4% (38 Kasus), Hyperbilirubin neonatal 2% (16 Kasus), Riwayat
persalinan DKP 2% (16 Kasus), Asphyxia Neonatorum 2% (15 Kasus), RDS
1% (10 Kasus), Chephalaematoma 1% (10 Kasus), Asphyxia severe birth 1% (7
Kasus), Asphyxia blue 1% (5 Kasus).

Diagnosis Medis Pasien Kelolaan

4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
S ia in ur l
RD LR ks at ta
BB ub ek
Afi i lir em or
rb pr an
pe as
i
Hi
rm
a lf o
m

Gambar 2.7 Diagnosis Medis Pasien Kelolaan di Ruang Cendrawasih RSD


Idaman Kota Banjarbaru Periode 04 – 06 September 2023

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi RMK Ruang


Cendrawasih selama 3 hari dari tanggal 04 – 06 September 2023 didapatkan
diagnosis terbanyak adalah RDS, selain itu juga terdapat diagnosis BBLR,
Asfiksia, Hiperbilirubin, bayi prematur, dan malformasi anorektal.
Diagnosa Keperawatan Pasien Kelolaan

4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
pola napas tidak efektif Risiko Infeksi

Gambar 2.8 Diagnosa Keperawatan Pasien Kelolaan di Ruang Cendrawasih RSD


Idaman Kota Banjarbaru Periode 04 – 06 September 2023

Berdasarkan hasil perhitungan diagnosis keperawatan pasien kelolaan yang


didapatkan dari rekam medis selama 3 hari didapatkan diagnosa keperawatan
terbanyak adalah pola napas tidak efektif (57,28%). Sedangkan diagnosis lainnya
adalah risiko infeksi (42,87%).

e. Berdasarkan Tingkat Kepuasan Perawat

Tingkat kepuasan perawat berdasarkan pendidikan

70

68

66

64

62

60

58
S1 D3 D4 Ners

Gambar 2.9 Tingkat Kepuasan Perawat di Ruang Cendrawasih RSD Idaman


Kota Banjarbaru 07 – 08 September 2023

Berdasarkan data kuesioner yang disebarkan pada tanggal 07 – 08 September


2023 kepada 10 orang tenaga kerja perawat di Ruang Cendrawasih didapatkan
hasil nilai kepuasan perawat dengan pendidikan terakhir S1 sebesar 69%, D3
sebesar 70%, D4 sebesar 63%, dan Ners 65%. Tingkat kepuasan total perawat di
Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru adalah sebanyak 66,75%.
Hasil kepuasan perawat di Ruang Cendrawasih membuktikan bahwa kepuasan
kerja perawat tersebut masih belum mencapai standar kepuasan kerja perawat
yang ditentukan oleh RSD Idaman Kota Banjarbaru, yaitu sebesar 75%, yang
berarti tingkat kepuasan perawat di Ruang Cendrawasih saat ini belum mencapai
target dan hasil tingkat kepuasan perawat di Ruang Cendrawasih RSD Idaman
Kota Banjarbaru ini juga masih berada di bawah standar yang ditetapkan
oleh PERMENKES (2014), yakni ≥ 90%.
Keterangan Item Pertanyaan Kuesioner:
1. Saya merasa aman dan nyaman dilingkungan kerja, seperti kondisi ruangan
kerja yang kondusif berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan
kebisingan di institusi tempat saya bekerja.
2. Ada peluang peningkatan karier dan pengembangan karier di tempat saya
bekerja.
3. Adanya peluang untuk menggunakan keahlian/kemampuan saya di
lingkungan kerja
4. Saya mendapatkan gaji/pendapatan yang sesuai dengan beban
pekerjaan/kompetensi saya.
5. Ada pemberian insentif yang diberikan oleh institusi tempat saya bekerja
atas suatu prestasi atau kerja esktra yang saya lakukan.
6. Hubungan antar rekan kerja di tempat saya bekerja berjalan baik.
7. Hubungan dengan atasan langsung berjalan baik.
8. Sikap teman-teman sekerja terhadap saya sangat baik.
9. Perlakuan atasan selama saya bekerja sangat baik.
10. Saya mempunyai kesempatan untuk mendapat promosi/posisi yang lebih
tinggi.
11. Institusi tempat saya bekerja memberikan kesempatan kepada saya untuk
membuat suatu prestasi.
12. Terdapat kesesuaian antara pekerjaan yang saya lakukan dengan latar
belakang pendidikan saya.
13. Saya mampu menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang
diberikan.
14. Kemampuan supervisor/pengawas di tempat saya bekerja dalam membuat
keputusan sangat baik.
15. Saya memiliki kebebasan (Independen) dalam melakukan suatu metode
sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan saya.
16. Ada jaminan atas kesehatan/keselamatan.
17. kerja di institusi tempat saya bekerja, peralatan dan perlengkapan
serta APD memadai untuk mendukung pekerjaan saya.
18. Saya memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja
melalui pelatihan atau pendidikan spesifik pekerjaan saya yang
dibiayai/diadakan di RS.
Item pertanyaan dengan kepuasan perawat terendah adalah nomor 4
dan 5 yang membahas mengenai gaji dan insentif dalam pekerjaan
saat ini dengan total 57.65% dan 62.35%. Sedangkan item
pertanyaan dengan kepuasan perawat tertinggi adalah nomor 1 yang
membahas aman dan nyaman di lingkungan kerja dengan total
77.65%.
1. Hasil Evaluasi Persepsi Pasien terhadap Mutu Asuhan Keperawatan
Kuesioner kepuasan pasien adalah alat ukur untuk mengevaluasi tentang
persepsi pasien atau keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dengan
cara menyebar kuesioner kepada keluarga di Ruang Cendrawasih yang
memenuhi kriteria, yaitu sukarela mengisi kuisioner, serta telah dirawat
minimal 2 hari. Pada saat kuesioner diberikan, keluarga pasien telah
diberi penjelasan mengenai tujuan pengambilan data dan cara pengisian
kuesioner.
1. Data Umum

Pendidikan Terakhir Keluarga


Pasien Kelolaan
0%

33,33% 33,33%

33,33%

SD SMP SMA S1

Gambar 2.11 Rekaptulasi Pendidikan Terakhir Keluarga Pasien


Kelolaan di Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota
Banjarbaru.
Berdasarkan kuesioner yang disebarkan pada tanggal 07 – 08 September
2023 didapatkan 3 responden yang merupakan keluarga pasien. Hasil
diagram diatas menyatakan pendidikan terakhir keluarga pasien sama
banyaknya, yaitu SMP, SMA, dan S1 masing-masing sebanyak 1 orang
(33.33%).
2. Lama Rawat Pasien

Lama Rawat Pasien Kelolaan


Periode 04 - 06 September 2023
0

50% 50%

1 - 3 Hari Perawatan 4 - 6 Hari Perawatan >6 Hari Perawatan

Gambar 2.12 Lama Rawat Pasien Kelolaan di Ruang Cendrawasih


RSD Idaman Kota Banjarbaru
Berdasarkan diagram diatas, pasien kelolaan dengan lama rawat 1-3
hari sebanyak 1 orang (50%), 4-6 hari sebanyak 1 orang (50%),
dan tidak ada pasien yang dirawat >6 hari (0%).
3. Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien

Tingkat kepuasan berdasarkan


pendidikan terakhir pasien
96

94

92

90

88

86

84
SMP SMA S1/D4

Gambar 2.13 Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Kelolaan Selama


Mendapatkan Layanan Perawatan di Ruang
Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru.
Berdasarkan hasil evaluasi melalui kuesioner pada 6 orang keluarga
pasien sebagai sampel yang dilaksanakan pada tanggal 07 – 09
September 2023 didapatkan hasil kepuasan pasien tertinggi pada pasien
dengan pendidikan terakhir S1 yaitu dengan skor 95 (Sangat puas) dan
terendah pada pasien dengan pendidikan terakhir SMP dengan skor 88
(Cukup puas). Sedangkan untuk pasien dengan pendidikan terakhir
SMA diperoleh skor 90 (Cukup puas) dan tingkat kepuasan total
keluarga pasien kelolaan di Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota
Banjarbaru adalah sebanyak 91%%.

Berdasarkan Kemenkes 2021 menyatakan standar nilai minimal


kepuasan pasien diinstansi rawat inap ialah ≥ 90 %. Berdasarkan nilai
rata-rata kepuasan pasien, maka tingkat kepuasan pasien memenuhi
target indikator kepuasan pasien. Berdasarkan hasil pengkajian tingkat
kepuasan pada pasien berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan keluarga pasien, maka
semakin tinggi juga tingkat kepuasan pada pasien/ keluarga.

Item pertanyaan kuesioner kepuasan terhadap keluarga pasien:


1. Ruangan rumah sakit (Terdiri dari 5 pertanyaan)
- Bangunan RS terlihat indah dan bersih.
- RS memiliki ruang tunggu yang cukup, dan nyaman.
- Ruangan di RS memiliki peralatan yang lengkap.
- Tenaga Medis dan karyawan berpenampilan rapi dan bersih.
- RS memiliki papan petunjuk yang jelas.
2. Empati Tenaga Kesehatan (Terdiri dari 5 pertanyaan)
- Dokter memberikan waktu pelayanan yang cukup pada
pasien.
- Perawat memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan
memahami kebutuhan pasien.
- Perawat memperhatikan sungguh-sungguh kepada pasien dan
keluarga.
- Dokter mendengarkan keluhan tentang penyakit yang anda/
keluarga anda derita serta memberikan jalan keluar dalam
konsultasi.
- Perawat dalam melayani bersikap sopan dan ramah.
3. Keandalan Tenaga Kesehatan (Terdiri dari 5 pertanyaan)
- Tenaga Medis memberikan pelayanan teliti, hati-hati dan tepat
waktu sesuai dengan yang di-janjikan.
- Tenaga Medis dan petugas lainnya membantu jika ada
permasalahan pasien.
- Perawat memberitahu jenis penyakit secara lengkap,
memberitahu cara perawatan dan cara minum obat.
- Tenaga Medis memberikan informasi kepada pasien sebelum
pelayanan diberikan.
- Tenaga Medis menerangkan tindakan yang akan dilakukan.
4. Ketanggapan Tenaga Kesehatan (Terdiri dari 5 pertanyaan)
- Tenaga Medis bersedia menanggapi keluhan pasien.
- Perawat tanggap melayani pasien.
- Tenaga Medis menerima dan melayani dengan baik.
- Tenaga Medis melakukan tindakan secara tepat dan cepat.
- Tenaga Medis melakukan tindakan sesuai prosedur
5. Kepastian Tenaga Kesehatan (Terdiri dari 5 pertanyaan).
- Dokter mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam
menetapkan diagnosa penyakit anda/ keluarga anda cukup baik,
sehingga mampu menjawab setiap pertanyaan pasien secara
meyakinkan.
- Tenaga Medis menyediakan obat-obatan / alat-alat medis yang
lengkap.
- Tenaga Medis menghargai pasien.
- Dokter melayani dengan sikap meyakinkan sehingga pasien
merasa aman.
- Tenaga Medis mempunyai catatan medis pasien.
Berdasarkan item pertanyaan kuesioner di atas diketahui bahwa item
pertanyaan dengan kepuasan keluarga pasien kelolaan tertinggi adalah
nomor 1, 2 3, dan 4.
f. Manajemen Konflik
Konflik yang muncul dalam teamwork yang merupakan akibat adanya perbedaan
kepribadian, persepsi, pengalaman, tujuan, motivasi ataupun kepercayaan tiap
anggota organisasi yang saling berinteraksi sosial dalam pekerjaan. Tak dapat
disangkal lagi jika hingga kini kita makin akrab dengan konflik. Namun kini kita
tak perlu lagi merasa takut karena ternyata konflik yang terjadi tidak selamanya
membawa akibat buruk sepanjang dapat dikelola dengan baik. Justru dengan
adanya konflik akan memancing daya kreasi dan inovasi anggota organisasi baik
secara individu maupun secara kolektif. Lacey (2003:20) memperingatkan bahwa,
pemecahan konflik bukanlah berarti menghilangkan konflik, melainkan
menyambutnya dengan baik dalam kehidupan kita, belajar darinya dan terus
bergerak maju. Lebih tepat lagi, kita perlu mengalir bersama konflik.
Beberapa Pendekatan untuk Mengelola Konflik, yaitu:
1) Problem Solving. Pendekatan ini disebut juga dengan win-win solution.
Dalam model ini, para pelaku bertemu untuk mendiskusikan permasalahan dan
isu-isu yang berkaitan dengan konflik. Tujuannya adalah untuk mengitegrasi
kebutuhan- kebutuhan dari masing-masing kelompok. Konflik dijadikan
sebagai masalah bersama dan kedua pihak harus berusaha mencari solusi yang
kreatif. Pendekatan ini, dapat digunakan jika: kedua kelompok yang bertikai
saling memiliki tingkat kepercayaan satu dengan yang lainnya, kedua pihak
memiliki komitmen yang tinggi untuk menyelesaikan konflik, serta bila
investasi dalam organisasi sangat bernilai tinggi.
2) Superordinate Goals. Pengalihan pada tujuan yang lebih tinggi dapat menjadi
metode pengurangan konflik yang efektif, dengan cara mengalihkan perhatian
pihak- pihak yang terlibat dari tujuan mereka yang berbeda menjadi tujuan
bersama pada tingkat yang lebih tinggi.
3) Expansion of Resources. Apabila konflik muncul karena kelangkaan sumber
daya, maka untuk memecahkan masalah, diperlukan upaya perluasan sumber
daya. Namun, sumber daya organisasi yang terbatas, tidak mudah juga
diperluas.
4) Avoidance. Manajer melakukan penghindaran, seolah-olah tidak ada konflik.
Ini bertujuan untuk mengulur waktu dan menunda, menunggu lebih banyak
informasi guna mengambil tindakan yang tepat.
5) Smoothing. Teknik ini menekankan kepentingan bersama (common interest)
dan tujuan bersama (common goal). Tugas manajer untuk berupaya
memperkecil perbedaan diantara kedua belah pihak yg bertikai,
menitikberatkan bahwa jika tidak bekerja sama maka tujuan organisasi akan
terhambat dan jangan sampai berpihak kepada satu kelompok.
6) Compromise. Metode ini merupakan pendekatan tradisional, di mana dalam
menyelesaikan konflik menggunakan pendekatan tidak ada yang menang atau
yang kalah, sebab masing-masing kelompok memberikan konsesi dan
pengorbanan untuk saling memuaskan.
7) Authoritative Command. Dasar pendekatanya adalah eksekutif mempunyai
wewenang untuk memaksa bawahannya menghentikan konflik. Pendekatan ini
sering tidak menjawab isu utama. Saat itu konflik teratasi, tapi sewaktuwaktu
bisa saja muncul.
8) Intergroup Training. Kelompok yang bertikai diminta mengikuti
seminar/lokakarya di luar tempat kerja dengan fasilitator (tanpa diketahui)
yang mengatur interaksi kedua kelompok itu. Pengalaman yang diperoleh
diharapkan memperbaiki sikap dan hubungan. Jenis intervensi ini relatif butuh
waktu dan biaya besar, serta perlu fasilitator yang trampil.
9) Third Party Mediation. Teknik ini menggunakan seorang konsultan sebagai
pihak ketiga yang diundang untuk memediasi kelompok yang bertikai, ataupun
dengan menggunakan jasa arbiter.
Berdasarkan keterangan saat dilakukan wawancara kepada Kepala Ruangan
Cendrawasih, beberapa strategi manajemen konflik di lakukan menyesuaikan
dengan permasalahan yang mucul. Adapun manajemen konflik yang pernah
digunakan oleh Kepala Ruangan Cendrawasih yakni Problem Solving,
Superordinate Goals, Expansion of Resources, Avoidance, Smoothing,
Compromise, dan Authoritative Command.
g. Gaya Kepemimpinan
Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang perawat pada
pelayanan kesehatan/keperawatan seorang perawat dapat dinilai apa jenis atau
gaya kepemimpinan yang diterapkannya dalam pemberian asuhan keperawatan.
Berikut ini jenis gaya kepemimpinan (Stella, S. 2022):
1) Otokratik: dalam tipe ini seorang perawat akan bertindak sendiri dan
memberitahukan kepada staf perawat lain maupun ke pasien bahwa ia telah
mengambil keputusan tertentu, selalu menggunakan pendekatan formal
(kedudukan dan statusnya) dalam menjalani hubungan antara sesama perawat
dan pasien, perawat tipe otokratik kurang mempertimbangkan apakah
kepemimpinanya diterima atau tidak.
2) Laissez Faire: seorang perawat yang menerapkan gaya kepemimpinan jenis
ini dapat dilihat dengan karakteristik:
- Bergaya santai dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Mendelegasikan tugas kepada staf perawat maupun pasien dengan
pengarahan yang minimal atau bahkan tanpa pengarahan sama sekali.
- Sering dianggap pemimpin yang kurang bertanggung jawab.
- Mementingkan hubungan atau relasi dan hubungan yang terjadi lebih
informal, hubungan formal sering dihindari.
- Memandang staf perawat dan pasien mempunyai tingkat kedewasaan
tinggi baik teknis maupun mental.
- Lebih mementingkan kepuasan psikologis staf perawat dan pasien
daripada kepuasan kebendaan.
- Beriorientasi pada hubungan daripada tugas karena adanya hubungan
intim maka tugas akan diselesaikannya sesuai tanggung jawab.
3) Demokratik: perawat yang menerapkan gaya kepemimpinan ini dapat dilihat
dengan karakteristik:
- Dalam pengambilan keputusan, selalu melibatkan perawat dan pasien.
- Menekankan hubungan yang serasi (menyeimbangkan hubungan formal
dan informal).
- Memperlakukan staf perawat sebagai orang yang sudah dewasa.
- Memuaskan segenap kebutuhan staf perawat dan pasien.
- Menjaga keseimbangan antara orientasi tugas dan hubungan
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi bersama Kepala Ruangan dan satu
Kepala Tim di Ruangan Cendrawasih, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh
Kepala Ruangan adalah dengan metode demokratik, yaitu tetap menjaga
keseimbangan antara berorientasi terhadap tugas dan kewajiban sebagai perawat
serta berorientasi terhadap hubungan antar semua staf di Ruangan. Selain itu, gaya
kepemimpinan yang ada di Ruang Cendrawasih lebih menyeimbangkan hubungan
formal dan informal.
2. Sarana dan Prasarana (Material/M2)
a. Lokasi Denah Ruangan
Lokasi penerapan manajemen keperawatan dilakukan di Ruang Cendrawasih
RSD Idaman Kota Banjarbaru dijabarkan sebagai berikut :
1) Ruang Cendrawasih terletak di lantai 2 RSD Idaman Kota Banjarbaru
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Ruang Merpati
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Ruang Kenari

b. Peralatan dan Fasilitas


Fasilitas untuk Ruangan Cendrawasih terdiri atas Ruang Kepala
Ruangan di arah Selatan berseberangan dengan Ruang Level 1 yang berada di
sebelah Utara. Ruang nurse station berseberangan dari Ruang Level 3, di
sebelah Ruang Admin. Ruangan perawatan terdiri dari 3 level yaitu ruang
perawatan level 1 untuk bayi sehat post SC yang perlu dipantau selama 6 jam,
ruang perawatan level 2 untuk bayi sakit yang perlu perawatan sederhana, dan
ruang perawatan level 3 untuk bayi sakit yang memerlukan perawatan intensif.
Dari hasil observasi, lingkungan Ruang Cendrawasih sudah dikategorikan bersih
dan di kamar pasien tidak ada barang-barang yang berserakan, seluruh
perlengkapan bayi ditempatkan di rak di bawah box bayi. Keluarga juga tidak
diperkenankan menunggu di dalam ruangan dan diberi waktu untuk menyusui
langsung pada pukul 09.00, 12.00, 15.00, dan 18.00 WITA, namun dapat
mengantarkan ASI hasil pumping kapan saja. Berdasarkan hasil observasi,
keluarga nampak mematuhi aturan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi, di ruang obat dan alkes terlihat rapi. Obat-
obatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien berada pada setiap kotak obatnya
yang telah diberi nama masing-masing pasien. Untuk obat-obatan emergency
telah tersedia di box khusus di ruang alat kesehatan. Dari hasil observasi di
Ruang Cendrawasih penggunaan oksigen menggunakan oksigen sentral,
terdapat ruangan khusus untuk penyimpanan obat-obatan, alat kesehatan, dan
bahan habis pakai. Berdasarkan hasil observasi tidak terdapat ruangan khusus
untuk ibu menyusui, sehingga ibu jika ingin menyusui harus duduk di Ruang
Perawatan Level 1 dengan diberikan sampiran. Hal ini kurang efektif jika
ternyata pada Level 1 terdapat banyak bayi lainnya yang dirawat dan menangis
terus menerus, maka akan mengganggu kegiatan menyusui ibu dengan bayinya.
Terlebih lagi jika pada saat yang sama ada beberapa ibu yang menyusui bayinya
dan ayah beberapa bayi tersebut juga ingin ikut melihat bayinya. Hal ini akan
mengganggu privasi ibu pasien dan jika ayah pasien dilarang untuk masuk,
maka ayah tidak memiliki kesempatan untuk bertemu bayinya. Namun kepala
ruangan sudah mengajukan proposal untuk penyediaan ruangan ibu menyusui
akan tetapi belum di proses oleh pihak rumah sakit.
c. Sarana dan Prasarana
Pada saat observasi ditemukan beberapa fasilitas yang didapatkan di
Ruang Cendrawasih, yaitu di setiap ruangan tersedia handrub, di lorong
terdapat1 buah wastafel yang layak pakai dan disertai stiker cara cuci tangan
yang benar, sabun cuci tangan, serta tisu pengering. Total WC dan kamar mandi
di Ruang Cendrawasih berjumlah 1 buah.
Di dalam ruang perawatan pasien terdapat lampu kamar dan pendingin
ruangan dalam kondisi baik dan penerangan cukup. Pada saat observasi ke
dalam kamar mandi, untuk air mengalir dalam keadaan lancar dan kondisi
kebersihan WC dan kamar mandi bersih. Adapun gambaran umum jumlah
tempat tidur di Ruang Cendrawasih dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 2.10 Jumlah Tempat Tidur di Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota
Banjarbaru
No Nama Ruang Jumlah Tempat Tidur
1. Ruang Perawatan Level 1 10 tempat tidur
2. Ruang Perawatan Level 2 4 tempat tidur
3. Ruang Perawatan Level 3 6 tempat tidur
Total 20 tempat tidur

Total jumlah tempat tidur di Ruang Cendrawasih berjumlah 20 dengan kondisi


tempat tidur yang masih bagus. Pada setiap tempat tidur dilengkapi pagar/jeruji
untuk mencegah pasien terjatuh dari tempat tidur. Namun untuk setiap tempat
tidur belum mempunyai nomor tempat tidur dan hanya ditandai dengan
identitas bayi yang diselipkan di tiap tempat tidur. Mayoritas juga dilengkapi
dengan alat fototerapi yang dapat diatur sesuai kebutuhan pasien. Terkhusus
pada tempat tidur di Ruang Perawatan Level 3 telah dilengkapi dengan alat
penunjang seperti monitor dan neonatal ventilator di sisi tempat tidur. Adapun
sarana untuk identifikasi pasien sudah ada, yaitu berupa gelang dan kertas
identitas bayi dengan warna merah muda untuk perempuan dan warna biru
untuk laki – laki, identifikasi untuk resiko jatuh berupa stiker berwarna kuning
dan gantungan penanda bertuliskan risiko jatuh, dan identifikasi untuk penanda
alergi berwarna merah. Berdasarkan observasi gelang identifikasi sudah

dipakaikan pada pasien.

Gambar 2.15 Kondisi Bed Perawatan Level 1 di Ruang Perawatan Cendrawasih


Gambar 2.16 Kondisi Bed Perawatan Level 2 di Ruang Perawatan
Cendrawasih

Gambar 2.17 Kondisi Bed Perawatan Level 3 di Ruang Perawatan


Cendrawasih
Tempat sampah infeksius dan tempat sampah non infeksius sudah tersedia di
depan ruangan perawat serta di ruang obat dan alat kesehatan, juga ada safety
box yang diletakkan di ruang obat dan alat kesehatan. Di dinding ruangan nurse
station ada jadwal DPJP, PPJA, serta PP yang bertugas setiap shift juga ada
poster tentang tata tertib pengunjung rumah sakit. Ruang Cendrawasih juga
memiliki ruang tunggu keluarga pasien yang ingin berurusan dengan
administrasi. Ruangan tersebut terlihat bersih, letaknya di lorong depan pintu
masuk. Selain itu, di setiap ruang perawatan juga sudah tersedia pendingin
ruangan dan jam dinding. Ruang Cendrawasih juga memiliki dapur susu untuk
menyimpan dan menyiapkan susu bagi bayi, baik susu formula maupun ASI,
yang dilengkapi dengan kulkas tempat penyimpanan ASI sebelum digunakan.
Gambar 2.18 Sarana Penunjang di Ruang Cendrawasih
Gambar 2.19 Tempat Ibu Menyusui yang Menjadi Satu dengan Ruang
Perawatan Level 1

Gambar 2.20 Tempat istirahat perawat, dapur umum dan ruang memandikan
bayi
Cendrawasih memiliki tempat istirahat perawat yang bertugas, dimana ruangan
tersebut digunakan untuk beristirahat, meletakkan pakaian ganti dan menyimpan
barang - barang milik peribadi serta tempat untuk melaksanakan sholat. Dapur
umum biasanya digunakan untuk beristirahat makan dan membuat makanan.
Serta ruang memandikan bayi biasanya digunakan untuk memandikan bayi
setiap paginya dan meletakkan kain yang kotor
d. Buku Kelengkapan Administrasi
Tabel 2.11 Buku Kelengkapan Administrasi di Ruang Cendrawasih RSD
Idaman Banjarbaru
No. Buku Kelengkapan Administrasi
1. Daftar Tindakan Medis
2. Balasan Rujukan
3. Rujukan
4. Surat Keterangan Rawat Inap
5. Daftar Permintaan Alat Kesehatan

6. Surat Permintaan Darah


7. Lembar Ringkasan Keluar
8. Kuesioner Kepuasan Pelanggan
9. Form Rekam Medis Pasien, berisikan:
a. Identitas/General Consent
b. Surat Persetujuan Rawat Inap
c. Surat Persetujuan Pembiayaan
d. Lembar Permintaan MRS
e. Pengkajian Medis Rawat Inap
f. Rencana Pelayanan
g. Lembar Daftar Infus Harian
h. CPPT
i. Asuhan Keperawatan atau Tindakan Keperawatan
j. Lembar TTV
k. Lembar Minum Bayi
l. Formulir Konseling Obat
m. Lembar Assessment Awal Rawat Inap Keperawatan Neonatus
n. Pengkajian Ulang Nyeri
o. Lembar Dokumen Medik Transfusi
p. Lembar Observasi
q. Lembar Transfer Intra Rumah Sakit
r. Surat Keterangan Kematian
s. Pencatatan Pemberian Injeksi
t. Lembar Pemulangan Atas Permintaan Sendiri
u. Pemulangan Pasien

Berdasarkan hasil observasi untuk kelengkapan buku adminitrasi sudah


tersedia lengkap dan dapat dipergunakan dengan baik di Ruang Cendrawasih
RSD Idaman Banjarbaru.
e. Daftar Inventaris Barang
Berdasarkan hasil data inventaris September 2023 Ruang Cendrawaih RSD
Idaman Kota Banjarbaru mengenai perlengkapan alat-alat kantor, alat kesehatan,
alat- alat rumah tangga, linen, dan alat rumah tangga habis pakai adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.12 Daftar Inventaris Alat Kesehatan di Ruang Cendrawasih RSD
Idaman Kota Banjarbaru
No. Nama Alkes Jumlah Dapat
Digunakan
1 Ventilator Draeger 2 2
2 Bubble CPAP Draeger 2 2
3 Inkubator Tende 14 13

4 Inkubator Giraffe 2 2
5 Inkubator Transport 2 2
6 Infant Warmer GEA 1 1
7 Infant Warmer Giraffe 3 3
8 CPAP Wilamed dengan Kompresor 4 4
9 CPAP Wilamed tanpa Kompresor 1 1
10 Ventilator Leony 1 1
11 Bed Side Monitor 6 5
12 Monitor Transport 1 1
13 Monitor Sentral 1 1
14 Neopuff Fisher & Paykel 1 1
15 Neopuff fanem 2 2
16 Infus Pump B-Braun 10 10
17 Infus Pump Mindray 4 4
18 Syringe Pump 9 9
19 Syringe Pump Mindray 5 5
20 Bagging Set 3 3
21 Wall Suction 3 3
22 Nebulizer 1 1
23 Baby Box 10 10
24 Meja Bedside 6 6
25 Troley Emergency (Farmasi) 1 1
26 Troley Tindakan 2 2
27 Stelisator Ozon 1 1
28 Fototerapi 11 11
29 Lampu Pembacaan X-Ray 1 1
30 Accu Check 3 3
31 Stetoskop 18 18
32 Laryngoskop Bengkok 1 1
33 Laryngoskop Lurus 1 1
34 Termometer Tembak 2 2
35 Termometer digital 3 3
36 O2 Regulator Central Besar 6 6
37 O2 Regulator Central Kecil 7 7
38 O2 Regulator Tabung Kecil 9 9
39 Tabung O2 Besar 2 2

40 Tabung O2 Kecil 2 2

41 Troley Emergency Besar 3 3


42 Timbangan Digital 1 1
43 Troley Emergency 1 1
44 Box Transport Darah 1 1
45 Lemari B3 1 1
46 Skern 2 1
47 Kulkas Obat 1 0
48 Kulkas ASI 1 1
49 Dispenser 5 5
50 Suction 1 1
51 Tiang Infus 12 11
52 Timbangan Jarum 1 1
53 Lampu Tindakan 1 1
54 Alat UV 1 1
55 Bak Instrumen Besar 5 5
56 Bak Instrumen Kecil 2 2
57 Kom Kecil 2 2
58 Near Beken 5 5
59 Tong Spatel 4 4
60 Klem 5 5
61 Klem Bengkok 5 5

62 Nal Puder 7 7
63 Pinset Anatomis 7 7
64 Pinset Chirurgis 7 7
65 Gunting Perban 5 5
66 Tiang Infus 14 13
67 Suction 1 1
68 Regulator O2 Tabung Besar 6 6
69 Timbangan Jarum 1 1
70 Troli Tindakan 1 1
71 Lampu Tindakan 1 1
72 Box Baby Kelambu 1 1
73 Inkubator Fanem 1 1
74 Alat UV 1 1
75 Tabung O2 8 8
Berdasarkan hasil observasi untuk inventaris alat kesehatan sudah memadai
dan lengkap dengan kondisi yang masih baik untuk dapat dipergunakan dengan
baik, dan di setiap tempat tidur pasien tersedia tempat oksigen sentral.
Tabel 2.13 Daftar Floorstock Bahan Medis Habis Pakai di Ruang Cendrawasih
RSD Idaman Banjarbaru
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 D10 % - D ¼ NS – Tridex 27 2-2-2 Baik
A
2 NS 3 % 1 Baik
3 NS 0,9 % 100 ML 2 Baik
4 Spuit 1 CC 10 Baik
5 Spuit 3 CC - 5 CC 5-5 Baik
6 Spuit 10 CC -20 CC 4-4 Baik
7 Masker O2 nasal canule 2 Baik
8 OGT No 3,5 Fr/ 35 Cm 3 Baik
9 OGT No 5 Fr / 40 Cm & 100 5-2 Baik
Cm
10 OGT No 8 Fr / 40 Cm & 100 5-2 Baik
Cm
11 Needle Surflo ukuran 24 Selang 5 Baik
12 Benang ITP 3 Baik
13 Aquadest 3 Baik
14 Original Perfusor 4 Baik
15 Three Way & Three Way Ekor 2-2 Baik
16 Handscoon Steril No 7 – 7,5 5-3 Baik
17 Leukomed 2 Baik
18 Infus Set 3 Baik
19 Klem Tali Pusat 3 Baik
20 Suction No 8 5 Baik
21 Suction No 10 & 12 1-1 Baik
22 Vit K 3-1 Baik
23 Phenytoin 2 Baik
24 D40% 3 Baik
25 Transofix 2 Baik
26 ETT No. 2,5/3,5 2/2/2 Baik
27 Needle Wing 2 Baik
28 Surflo Wing No 24 2 Baik
29 Surflo Wing No 26 1 Baik
30 Meylon 1 Baik
31 Midzolam 1 Baik

32 Ca Glukonas 2 Baik

33 KCL 1 Baik
Berdasarkan hasil observasi untuk bahan medis sekali pakai dan cairan
sudah memadai dan lengkap, untuk pengadaan barang yang diperlukan
mendadak biasanya dari ruangan sudah ada menyetok obat-obat emergensi
khusus dalam box yang terletak di ruangan alat kesehatan sedangkan untuk
obat- obatan lainnya biasanya keluarga pasien diberikan resep untuk ditebus lalu
setelahnya obat-obatan pasien diserahkan ke perawat untuk disimpankan di
Ruang Cendrawasih RSD Idaman Banjarbaru.

Tabel 2.14 Daftar Alat Rumah Tangga di Ruang Cendrawasih RSDI Kota
Idaman Banjarbaru
No. Nama Barang Jumlah
1. AC 7 Buah
2. TV 1 Buah
3. Jam 1 Buah
4. Kulkas 2 Buah
5. Lampu 32 Buah
6. Dispenser 4 Buah
7. Rak Tempat Obat Klien 3 Buah
8. Lemari Berkas 5 Buah
9. Loker 3 Buah
10. Lemari Besi 2 Buah
11. 9 buah
Kursi Kerja
12. 3 buah
Kursi pasien
Berdasarkan hasil obervasi untuk peralatan rumah tangga di Ruang
Cendrawasih Idaman Banjarbaru semua peralatan sudah memadai dan lengkap.
Tabel 2.15 Daftar Alat Kantor di Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota
Banjarbaru
No Nama Barang Jumlah Alat
1 Telepon 1 buah
2 Meja Kerja 6 buah
3 Kalkulator 1 buah
4 Printer 1 buah
5 Komputer 2 unit

Berdasarkan hasil observasi kelengkapan alat kantor seperti telepon, meja


dan kursi sudah tersedia. Lemari arsip sudah ada dan dapat dipergunakan
dengan baik, arsip-arsip dan blanko keperawatan terlihat cukup rapi di lemari
tempat penyimpanan, di meja administrasi buku-buku administrasi tersusun
cukup rapi. Telah tersedia juga meja komputer di Ruang Cendrawasih RSD
Idaman Banjarbaru.
Tabel 2.16 Daftar Alat Rumah Tangga Habis Pakai di Ruang Cendrawasih
RSD Idaman Kota Banjarbaru
No. Nama Barang Jumlah Kondisi
1. Cairan Pembersih Lantai 2 Buah Baik
2. Cairan Pembersih Kaca 2 Buah Baik
Berdasarkan hasil observasi alat rumah tangga habis pakai yang dapat
diinventaris hanya berjumlah 2 jenis dengan keadaan baik.
Menurut hasil wawancara dengan Kepala Ruang, adapun alur masuknya
barang di Ruang Cendrawasih dibedakan menjadi dua, yaitu alur masuk barang
besar (seperti alat fototerapi) dan barang sederhana (formulir, ATK, alat
kebersihan, dll.):

Pengusulan Barang
Disetujui Tidak Disetujui

Penyimpanan
Barang

Distribusi ke
Ruang
Cendrawasih

Gambar 2.20 Skema Alur Masuk Barang Besar ke Ruang Cendrawasih


Pengusulan Barang

Disetujui Tidak Disetujui

Distribusi ke
Ruang
Cendrawasih

Gambar 2.21 Skema Alur Masuk Barang Sederhana ke Ruang Cendrawasih


3. Metode (Method/M3)
A. Penerapan Pemberian Asuhan Keperawatan (Modular)
Model yang diterapkan di ruang Cendrawasih adalah model asuhan keperawatan
modular. Model asuhan keperawatan modular yang diterapkan ruangan dengan model
asuhan keperawatan primer yang dilakukan oleh mahasiswa sebenarnya hampir mirip.
Karena model asuhan modular ini merupakan variasi dari model primer dimana
perawat profesional dan perawat non-profesional bekerja sama dalam memberikan
asuhan keperawatan, sedangkan model primer merupakan metode penugasan di mana
satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan. Pada ruang Cendrawasih ini ada 3 orang DPJP yang setiap DPJA ada
satu orang PPJA yang dibantu oleh perawat pelaksana setiap shiftnya dan ada perawat
penanggung jawab shift. Hasil dari wawancara dari perawat ruangan bahwa jika ada
DPJP yang cuti maka akan dilimpahkan ke DPJP lain yang ada di ruang Cendrawasih.
Keuntungan metode modular ini dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif dan holistik dengan pertanggungjawaban yang jelas, juga mampu
menekan konflik atau perbedaan pendapat antar staf melalui rapat tim yang juga
efektif untuk pembelajaran, serta memungkinkan menyatukan kemampuan anggota
tim yang berbeda-beda dengan efektif dan aman serta produktif karena adanya
kerjasama dan komunikasi. Sedangkan kelemahan metode modular ini yaitu pada
perencanaan mengandalkan dari PPJA. Sehingga jika PPJA tidak memberikan
instruksi yang tepat serta sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan klien maka
kebutuhan yang seharusnya diterima oleh klien tidak maksimal didapatkan. Jadi sangat
diharapkan pula keaktifan dan komunikasi yang baik oleh anggota tim untuk
memberikan saran dalam perencanaan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan klien.
Gambar 3.1 Penerapan model asuhan keperawatan modular di ruang Cendrawasih
Pada gambar 3.1 merupakan contoh dari penerapan model asuhan keperawatan
modular. Pada model tersebut terdapat PPJA/Ketua tim dan anggota tim nya atas
masing-masing DPJP.
B. Timbang Terima
1) Timbang Terima Tanggal 6 September 2023 (Dinas Malam ke Pagi)
Distribusi kesesuaian pelaksanaan handover dengan SBAR di Ruang
Cendrawasih, RSD Idaman Banjarbaru. Pelaksanaan pada shift malam ke pagi
tanggal 6 September 2023.

Timbang terima SBAR Dinas Malam ke Pagi


9
8
7
6 Tidak Dilakukan
5 Dilakukan
4
3
2
1
0
Situation Background Assessment Recomendation
Dari tabel timbang terima shift malam ke pagi tanggal 6 September 2023, dari
komponen Situation (S), Background (B), Assessment (A), dan
Recommendation (R) semua komponen telah disampaikan.
2) Timbang Terima Tanggal 6 September 2023 (Dinas Pagi ke Siang)
Distribusi kesesuaian pelaksanaan handover dengan SBAR di Ruang
Cendrawasih, RSD Idaman Banjarbaru. Pelaksanaan pada shift pagi ke siang
tanggal 6 September 2023.

Timbang Terima SBAR Dinas Pagi ke Siang


9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Situation Background Assesment Recomendation

Dilakukan Tidak Dilakukan

Dari tabel timbang terima shift pagi ke siang tanggal 6 September 2023, dari
komponen Situation (S) ada 2 poin yang tidak dilakukan yaitu tanggal masuk
dan diagnosis medis pasien. Background (B) ada 1 poin yang tidak dilakukan
yaitu menyampaikan riwayat pasien masuk rumah sakit. Assesment (A) ada 1
poin yang tidak dilakukan yaitu menyampaikan skor nyeri-risiko jatuh dan
Recommendation (R ) semua komponen telah disampaikan.
3) Timbang Terima Tanggal 6 September 2023 (Dinas Siang ke
Malam)
Distribusi kesesuaian pelaksanaan handover dengan SBAR di Ruang
Cendrawasih, RSD Idaman Banjarbaru. Pelaksanaan pada shift siang ke
malam tanggal 6 September 2023.
Timbang Terima SBAR Dinas Siang ke Malam
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Situation Background Assesment Recomendation

Dilakukan Tidak Dilakukan

Dari tabel timbang terima shift siang ke malam tanggal 6 September 2023, dari
komponen Situation (S) ada 3 poin yang tidak dilakukan yaitu menyebutkan
umur, tanggal masuk pasien, dan lama hari perawatan pasien, Background (B)
ada 1 poin yang tidak dilakukan yaitu menyampaikan riwayat pasien masuk
rumah sakit. Assesment (A) ada 1 poin yang tidak dilakukan yaitu
menyampaikan skor nyeri-risiko jatuh dan Recommendation (R ) semua
komponen telah disampaikan.
Timbang terima (operan) adalah metode untuk mengomunikasikan formasi
keperawatan dan merupakan fasilitas untuk menyampaikan informasi penting tentang
pasien dalam memberikan asuhan keperawatan sehari-hari. timbang terima harus
dilaksanakan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat tentang keadaaan
pasien saat itu. Tindakan keperawatan yang sudah, dan belum dilakukan, masalah
keperawatan yang mungkin muncul, intervensi kolaboratif dan perkembangan pasien
saat itu, mekanisme laporan dikerjakan ketika pergantian shift sebagai suatu proses
komunikasi dalam menyampaikan informasi kondisi pasien sat itu, sebagai wujud
profesional perawat dan bentuk tanggung jawab perawat terhadap pasien.
Timbang terima dilakukan di Nurse Station yang diikuti oleh perawat kedua shift
dinas, kemudian dilanjutkan dengan kunjungan langsung ke pasien unutk validasi
data dan memantau kondisi pasien secara langsung, ada klarifikasi, tanya jawab dan
validasi terhadap semua yang dioverkan pada saat timbang terima disamping bed
pasien. Pelaksanaan timbang terima di ruang Cendrawasih dilakukan secara rutin
pada 2 kali shift dinas dipimpin oleh kepala ruangan, timbang terima dilakukan di
Nurse Station yang kemudian dilanjutkan di samping bed pasien dan semua yang
dioverkan pada saat timbang terima dievaluasi kembali, pendokumentasian pada
timbang terima di ruang Cendrawasih selalu dilakukan secara rutin di buku rekam
medis (flowshet) atau status pasien. Format timbang terima di buku status
menggunakan format SBAR yaitu situation, background, assessment dan
recommendation. Pada prinsipnya timbang terima di ruangan Cendrawasih sudah
dilaksanakan sesuai prosedur, yaitu timbang terima diikuti oleh seluruh perawat jaga
dan kepala ruangan (kecuali shift sore ke malam dan hari minggu). Saat operan pagi
dan sore timbang terima dibuka oleh kepala ruangan lalu kepala ruangan
mempersilahkan untuk perawat yang jaga sebelumnya untuk mengoperkan
keperawat yang jaga selanjutnya. Timbang terima dinas pagi dilakukan dari jam
08.00, dinas siang dilakukan dari jam 14.30, dinas malam dilakukan dari jam 20.30.
Timbang terima diawali dengan membaca doa. Hal-hal yang dioperkan yaitu
meliputi Nama, No kamar, Dx medis, Dx Keperawatan, hari ke, keluhan pasien, data
objektif seperti TTV atau hasil pemeriksaan lainya serta terapi yang didapat,
intervensi yang sudah dan belum dilaksanakan. Selanjutnya perawat berkeliling ke
ruangan dari pasien satu ke pasien lainnya untuk validasi diikuti oleh kepala ruangan

Gambar 3.2. Timbang Terima perawat Cendrawasih Dinas Malam ke Pagi


C. Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 September 2023, kepala ruangan
mengatakan bahwa kegiatan pendokumentasian dan evaluasi dokumentasi
sudah dilakukan secara rutin. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada
pasien baru tetap dilakukan pengkajian walaupun sudah dilakukan pengkajian
dari IGD ataupun dari ruangan lain.
Berdasarkan hasil observasi, pada pengisian rekam medis masih terdapat
beberapa data yang kurang lengkap terisi. Seperti Beberapa tindakan yang telah
dilakukan tetapi tidak terdokumentasi di dalam rekam medis. Namun tertulis di
buku catatan tindakan keperawatan ruangan. Selain itu, pada catatan obat di
rekam medis masih belum terisi lengkap, obat masih tercatat terpisah dengan
rekam medis pasien. Jadi berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dokumentasi sudah dilakukan dengan baik namun belum
berjalan dengan tepat dan evaluasi belum dilakukan secara optimal.
Berdasarkan dari hasil wawancara juga didapatkan bahwa selama ini
dokumentasi dinilai oleh kepala ruangan dan kemudian langsung dievaluasi
setiap hari berjalan secara lisan. Sampai saat ini belum pernah dilakukan
evaluasi dokumentasi secara tertulis. Secara tekhnis biasanya kepala ruangan
akan melakukan pengecekan ke setiap rekam medis pasien yang ada di ruangan
serta menanyakan langsung kepada perawat tentang apa saja yang sudah
didokumentasikan, kemudian apabila ada data yang kurang lengkap akan
langsung diminta untuk diperbaiki dan dilengkapi.
Hal ini dibuktikan dengan data :
Hasil Kualitas Dokumentasi di Ruang Cendrawasih RSD Idaman Banjarbaru
Berdasarkan hasil observasi rekam medis masih terdapat data pengkajian yang
tidak terisi di beberapa status pasien. Hal ini dibuktikan dengan data :
Dokumentasi Keperawatan
14

12

10

Pengkajian Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.1 hasil kualitas Dokumentasi PPJA
Pada pengkajian keperawatan dengan nilai 85% yang mana dari hasil observasi
kami form pengkajian masih kurang memuat atau terisi lembar dokumentasi
terhadap pasien, yang mana seperti; resiko nutrisional, riwayat penggunaan
obat, riwayat alergi, dan dari diagram di atas dapat dilihat bahwa form
observasi, rencana keperawatan dan form ringkasan keperawatan yang tidak
terisi secara optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eni sartika dkk
pada tahun 2017, pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan yang kurang
optimal disebabkan oleh beberapa hal diantaranya perawat melakukan tindakan
yang bukan tindakan keperawatan dan kurang memahami dalam proses
pendokumentasian sehingga asuhan keperawatan tidak didokumentasian secara
terinci. Cendrawasih karena ada beberapa bagian seperti; tindakan edukasi
ulang tidak dilakukan setiap pergantian shift. Dan dari hasil observasi menurut
kami masih tidak efektifinya pendokumentasian keperawatan karena
banyaknya form pendokumentasian perawat seperti Catatan Keperawatan dan
CPPT yang harus mereka isi.
D. Ronde Keperawatan dan Diskusi Refleksi Kasus
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 6 September 2023 ronde
keperawatan di Ruang Cendrawasih belum pernah dilaksanakan. Menurut salah
satu perawat pelaksana ronde keperawatan secara terjadwal dan tersusun dalam
susunan acara pernah dilaksanakan 1 kali saat di rumah sakit Idaman yang
lama. Kegiatan tersebut dihadiri oleh seluruh PPA dan berlangsung sangat
lama. Sejak saat itu, ronde keperawatan tidak pernah lagi terlaksana. Perawat
lain mengatakan, belum ada panduan atau format khusus maupun dokumentasi
terkait pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Cendrawasih. Kegiatan ronde
keperawatan di Ruang Cendrawasih tidak dapat dilaksanakan karena sulitnya
mengatur waktu pertemuan antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA) seperti:
Dokter penanggung jawab pelayanan, terapis, apoteker klinis, perawat, bidan
dan lain-lain. Terkadang diskusi klinis terjalin antar perawat dan dokter ketika
dokter melakukan visite, namun hal tersebut tidak dapat dikatakan ronde
keperawatan karena kurangnya keterlibatan professional pemberi asuhan
lainnya.
Untuk menggantikan kegiatan ronde keperawatan, ruang Cendrawasih biasa
melakukan DRK (Diskusi Refleksi Kasus). DRK dilakukan minimal 1 bulan
sekali dan dilaksanakan saat proses timbang terima perawatt shift malam
dengan shift pagi. DRK dilakukan beberapa kali namun secara tidak terjadwal
dan tidak terdokumentasikan. DRK terjadwal pernah dilakukan secara
terformat namun tidak diikuti oleh seluruh perawat ruangan.
Pada tanggal 13 September 2023 sekitar pukul 08.30 WITA telah dilaksanakan
kegiatan diskusi refleksi kasus di ruang Cendrawasih bersama mahasiswa
Program Profesi Ners. Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan berjalan
dengan baik dan lancar. Sebelumnya tim sudah menyiapkan topik yang akan
didiskusikan dalam forum yaitu Hiperbilirubin. Pelaksanaan dilakukan setelah
timbang terima perawat shift malam dengan shift pagi. DRK dihadiri oleh
seluruh perawat yang telah berdinas malam sebelumnya dan perawat yang
berdinas pagi pada tanggal 13 September 2023. Dari hasil DRK yang sudah
dilaksanakan tersebut didapatkan bahwa adanya pengetahuan dan ilmu baru
terkait hiperbilirubin, salah satunya adalah pemberian intervensi pijat bayi atau
Baby Field Massage yang belum pernah dilakukan di ruang Cendrawasih.
Kepala ruang beserta perawat Cendrawasih mengatakan akan mulai mencoba
menerapkan pijat bayi tersebut.
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, diharapkan kegiatan DRK
akan selalu terlaksana dan didokumentasikan secara tertulis agar dapat berbagi
ilmu, pengetahuan dan pengalaman terkait suatu kasus tertentu sehingga
diharapkan terjadinya peningkatan pengetahuan, pelayanan dan kinerja yang
optimal oleh seluruh staff di ruangan.
E. Supervisi Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruangan mengatakan kalau saat ini masih
belum pernah dilakukan kegiatan supervisi secara terstruktur. Namun, kepala
ruangan mengatakan untuk kegiatan supervisi di ruangan dilakukan sambil
jalannya pelaksanaan pelayanan pada pasien. Apabila didapati tindakan atau
dokumentasi asuhan yang kurang lengkap atau kurang optimal, maka akan
langsung disampaikan kepada perawat pelaksana, bidan ataupun tenaga kerja
kesehatan lainnya yang bekerja di ruang Cendrawasih, sehingga kemudian
akan langsung diperbaiki. Apabila ada hal yang berkaitan dengan individu dan
bersifat pribadi, maka supervisi dilakukan secara tatap muka dengan berbicara
berdua dengan kepala ruangan, sedangkan jika ada hal yang bersifat umum
maka supervisi dilakukan di nurse station.
Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa kegiatan
supervisi di ruang Cendrawasih sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih
belum optimal dan belum dilakukan dokumentasi serta hasil secara tertulis.
Oleh karena itu, perlunya bimbingan dan arahan terkait supervisi serta teknis
untuk meningkatkan pendokumentasian saat dilakukannya supervisi, seperti
adanya alur supervisi yang dilakukan dari jabatan tertinggi di ruangan, yang
kemudian nantinya melakukan supervisi terhadap staff yang berdinas
dibawahnya secara struktural.
Contohnya adalah kepala ruangan memberikan arahan dan bimbingan kepada
ketua tim atau PPJA dan bisa juga kepada perawat pelaksana yang bertugas.
Selain itu, supervisi juga dapat dilakukan oleh PPJA terhadap perawat
pelaksana atau anggota timnya.
Berdasarkan kegiatan roleplay supervisi yang telah kami lakukan yaitu
supervisi secara tidak langsung dilakukan dengan memberikan arahan dan
bimbingan terkait pendokumentasian asuhan yang sudah dicatat di dalam
rekam medis. Dari hasil supervisi tersebut, didapatkan dokumentasi rekam
medis menjadi lebih lengkap dan terstruktur. Hal ini tentunya juga dapat
meningkatkan kualitas suatu ruangan dikarenakan adanya perbaikan secara
berkala setelah kegiatan supervisi dilaksanakan.
Salah satu acuan dalam melakukan supervisi yaitu menggunakan SOP:
Gambar 3.3. Supervisi menggunakan SOP
F. Discharge Planning
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan pada tanggal 6 September 2023
diruang Cendrawasih, discharge planning di Ruang Cendrawasih selalu
dilakukan hampir optimal pada semua keluarga pasien yang telah direncanakan
akan pulang oleh perawat ruangan. Berdasarkan hasil wawancara, untuk form
discharge planing pasien saat di rawat dan akan pulang sudah tersedia,
Pemberian penjelasan masalah pasien keorang tua pasien terkait kondisi pasien
seperti perawatan lanjutan atau pemeriksaan rawat jalan, serta, cara pemberian
obat: oral, injeksi, tetes, supositoria, cara melakukan teknik relaksasi, tanda
kegawatan pada pasien dan penatalaksanaan di rumah. Obat-obatan yang
dibawa pulang (nama obat,dosis). Untuk kriteria yang akan diberikan discharge
planning tidak ada, semua keluarga pasien yang ada di ruang di Ruang
Cendrawasih akan diberikan discharge planning. Yang berhak memberikan
discharge planning hampir semua multidisiplin yang ada di Ruang
Cendrawasih seperti Dokter, Perawat, Nutrisionis, dan Apoteker.
Berdasarkan hasil observasi perencanaan pasien pulang sudah memiliki form
tersendiri dari RSUD Idaman Kota Banjarbaru perawat yang memberikan
penjelasan tentang perawatan dirumah sudah dilakukan dengan memberikan
arahan untuk melakukan kontrol ke poli saat berada dirumah, untuk leaflet,
flipchart dan x-banner di Ruang Cendrawasih juga sudah tersedia. Leaflet yang
tersedia kebanyakan berasal dari mahasiswa, namun dari Rumah Sakit juga
tersedia.
Gambar 3.4 Kegiatan discharge Planing bersama dengan keluarga pasien

Gambar 3.5 Lembar Discharge Planning yang Ada di Ruang Cendrawasih


G. Penerimaan Pasien Baru
Berdasarkan pengkajian dan wawancara dengan salah satu perawat di ruang
Cendrawasih pada tanggal 6 September 2023 diruang Cendrawasih untuk
timbang terima masih secara umum, baik pasien datang dari IGD, Poli, atau
ruangan lain kemudian masuk ke ruangan Cendrawasih. Biasanya terlebih
dahulu pihak IGD, Poli ataupun ruangan lain menelpon terlebih dahulu ke
ruang Cendrawasih untuk konfirmasi adanya pasien baru yang ingin masuk ke
ruang Cendrawasih agar perawat di ruang Cendrawasih dapat terlebih dahulu
menyiapkan bed perawatan, Alat oksigenasi (apabila di butuhkan) dll.
Biasanya pasien yang masuk dari IGD maka keadaannya harus distabilkan di
IGD dulu sebelum dipindahkan ke ruang Cendrawasih. Apabila ada bayi
rujukan maka terlebih dahulu masuk melalui IGD, kemudian distabilkan dulu
keadaannya di IGD, lalu dilakukan pemeriksaan darah, apabila bayi sesak
maka tambahannya harus sudah melakukan pemeriksaan baby gram, kemudian
apabila bayi sudah stabil maka ruangan IGD akan konfirmasi ke ruang
cendrawasih kemudian menunggu 1-2 jam lalu dikirim keruangan. Apabila
bayi yang memang memiliki masalah seputar pernafasan yang berat dan
alatnya memang tidak tersedia di IGD, maka dalam waktu 1 jam di IGD sudah
dapat dibawa masuk ke ruang Cendrawasih. Untuk alur pasien yang dari ruang
OK atau ruang bersalin (Kenari) atau bayi yang baru lahir dengan masalah
pernafasan yang berat maka alur masuknya adalah melalui advice dokter,
apabila dokter yang mengadvice maka pasien bayi yang baru lahir dari ruang
OK atau Kenari (tempat bersalin) akan dapat langsung masuk ke ruang
Cendrawasih.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 6 September 2023 didapatkan hasil
bahwa pertama kali masuk ke ruangan ini perawat melakukan Asesmen ulang
pada pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang
Cendrawasih tanggal 6 September 2023 diketahui bahwa dalam pelaksanaan
penerimaan pasien baru bisa dilakukan di depan nurse station atau kamar
pasien sesuai SOP yang ada.
Berdasarkan hasil observasi mahasiswa sejak tanggal 6 September 2023 untuk
penerimaan pasien baru dilakukan oleh perawat penanggung jawab asuhan dan
perawat pelaksana diterima di nurse station atau didalam kamar pasien,
sebelumnya melakukan alur berupa memeriksa mempersiapkan kamar pasien
baru, mempersiapkan nursing kit, kelengkapan administrasi.
Berdasarkan hasil observasi mahasiswa sejak tanggal 6 September 2023 saat di
kamar pasien, perawat baru melakukan assessment ulang/lanjutan dengan
format pengkajian yang telah disediakan dan mengangkat diagnosis sesuai
dengan kondisi sekarang, dan membandingkan dengan hasil pengkajian di
IGD., menjelaskan terkait tata tertib yang ada di ruangan dan perencanaan
asuhan yang akan dilakukan kepada pasien.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, kepala ruangan menetapkan
kebijakan untuk penerimaan pasien baru yaitu pembagian pasien baru di ruang
Cendrawasih berdasarkan DPJP. Jika ada pasien baru yang datang ke ruangan,
maka akan dimasukkan ke dalam tim yang sesuai dengan DPJP dari pasien
tersebut. Dari hasil wawancara dengan PPJA pada tanggal 6 September 2023
Jika ada pasien baru masuk keruangan, PPJA atau perawat pelaksanan yang
menerima pasien baru akan segera melaporkan kepada PPJA melalui
komunikasi di grup dan akan di sampaikan secara langsung pada saat timbang
terima.
Dalam penerimaan pasien baru tim atau perawat menyiapkan lembar
penerimaan pasien baru, menandatangani lembar penerimaan pasien baru,
melakukan pengkajian pada pasien, mengorientasikan klien pada ruangan,
memberi penjelasan tentang tata tertib, hak dan kewajiban pasien dan keluarga,
serta memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab,
dan mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
Alur penerimaan pasien baru di ruang Cendrawasih mengacu pada SK
257/SPO.Kep/V/2017 tentang SPO penerimaan pasien baru di RSUD Idaman
Banjarbaru, yang mana memiliki alur sebagai berikut.
Tahap persiapan/pra penerimaan pasien baru:
a. Menyiapkan kelengkapan administrasi
b. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
c. Menyiapkan format penerimaan pasien baru
d. Menyiapkan buku status pasian dan format pengkajian keperawatan
e. Menyiapkan informed consent sentralisasi/pengelolaan obat.
f. Menyiapkan nursing kit
g. Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
h. Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien
Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru:
a. Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ KaTim/perawat
yang diberi delegasi.
b. Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarganya.
c. Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar ke tempat
yang telah ditetapkan. Perawat bersama karyawan lain memindahkan
pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchard/ kursi
roda) dan berikan posisi yang nyaman.
d. Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.
e. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat
memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang orientasi
ruangan, perawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan
sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal
visite), dan tata tertib ruangan.
f. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan
g. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk
menandatangani informed concent sentralisasi obat.
Gambar 3.6 Kegiatan Alur Penerimaan Pasien Baru
Berdasarkan kegiatan stase Manajemen dari tanggal 4 September – 16
September 2023, terdapat beberapa mahasiswa Profesi Ners yang melakukan
alur penerimaan pasien baru Selama roleplay 13 hari KARU akan
membagikan pasien ke setiap PPJA sesuai dengan waiting list yang telah
dibuat. Perawat yang menerima dan mengkaji ulang pasien adalah perawat
yang bertugas pada shift ketika pasien datang. Jika PPJA tidak berada pada
shift tersebut maka PP yang sedang berdinaslah yang akan melakukan
pengkajian, kemudian akan dilaporkan ke PPJA untuk berdiskusi terkait
perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan, seperti pengkajian
lanjutan, pemeriksaan TTV, orientasi ruangan, dan penyampaian tata tertib.
H. Audit Proses Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Cendrawasih pada tanggal
9 September 2023 untuk proses audit asuhan keperawatan di ruang
Cendrawasih pernah dilakukan oleh Kasi Asuhan Keperawatan dan timnya,
tetapi tidak ada waktu yang pasti.
Gillies menyatakan bahwa audit keperawatan merupakan suatu proses analisa
data yang menilai tentang struktur , proses dan hasil asuhan keperawatan. PMK
No. 49 Tahun 2013 menyatakan bahwa audit keperawatan adalah upaya
evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medis dan atau data
pendukung lainnya oleh tenaga keperawatan. Jadi audit keperawatan wajib
dilaksanakan oleh komite keperawatan.
Audit keperawatan sebaiknya dilaksanakan secara terintegrasi dengan semua
Profesional Pemberi Asuhan (PPA). Audit terintegrasi dalam kesehatan disebut
sebagai audit klinik. Standar PMKP 5.1 SNARS Ed.1 Tahun 2018 menyatakan
bahwa rumah sakit harus melakukan audit klinik yang di prioritaskan untuk
mengukur mutu pelayanan klinis. Audit klinis yang optimal harus didukung
oleh audit keperawatan yang berkualitas. Audit keperawatan yang berkualitas
digunakan sebagai evidence based komite keperawatan untuk menyusun
rekomendasi perbaikan dari segi mutu profesi tenaga keperawatan untuk
menunjang terwujudnya pelayanan asuhan keperawatan yang unggul.
4. Keuangan (Money / M4)
a. Tarif Ruang Cendrawasih
Berdasarkan hasil wawancara dengan admin ruangan Cendrawasih
mengatakan jika ruang Cendrawasih dapat digunakan bagi pengguna BPJS,
Umum, dan SKTM. Bagi pengguna BPJS yang diatur di Permenkes No.76 tahun
2016 Tentang Pedoman INA GBS Dalam Pelaksanaan JKN. Pada pengguna
Umum menggunakan biaya Perwali no. 13 Tahun 2016 Tentang Tarif Layanan
Kesehatan pada BULB RSUD Banjarbaru. Pasien BPJS yang dikenakan tarif
pembayaran ialah pasien yang dirawat dengan penyakit penyerta.
Tabel 4.1 Daftar Tarif Fasilitas Perawatan/ Hari (Ruang Cendrawasih)
No Tarif Fasilitas Perawatan / Hari Nominal (Rp)
1. Bed Side Monitor-Tk 20.000
2. Case Manager 50.000
3. Dokter Pendamping Rujukan Ke Rumah Sakit Lain 175.000
(Banjarmasin)
4. Enternal Nutrisi- Ts 37.250
5. Gelang Identitas Pasien 5.000
6. Infus Pump 20.000
7. Infus Umbilicus 141.750
8. Injeksi Intracutan / Subcutan / Intra Muscular / Intravena / 6.500
Hari
9. Injeksi IV, IC, IM, /Obat/24 Jam – TK 20.000
10. Intensive Care 176.750

11. Minimal Care 37.500

12. Memasukkan Obat Via Iv / Im / Sc / Supp 7.500

13. Monitor Bed Side 13.000


14. O2 1-3 L/M/12 Jam 300.000

15. O2 1-3 L/M/ 2 Jam 50.000

16. O2 1-3 L/M/ 24 Jam 600.000

17. O2 1-3 L.M/ Jam 25.000

18. One Day Care (ODC) 190.000

19. Observasi Ketat Pasien Oleh Perawat 100.000

20. Observasi Pasien Oleh Dokter Spesialis 100.000

21. Parenteral Nutrisi – Ts 37.250

22. Partial Care 71.000

23. Pasang Dan Lepas Ogt/Ngt 35.000

24. Pasang Dan Lepas Ogt/Ngt Dengan Penyulit 70.000

25. Pemasangan Infus- Anak 10.000

26. Pemasangan Infus Umbilikalis 150.000

27. Pemeriksaan Fisik Bayi 20.000

28. Perawatan Tali Pusat 30.000


29. Resusitasi Anak/Bayi 150.000

30. Total Care 105.000

31. Tranfusi Darah/ Paket Bayi 37.500

32. Perawatan Khusus 800.000

33. Ruang Perinatologi 190.000

34. Nebulizer 30.000

35. Ultraviolet Terapi per hari 35.000

36. KMC (Kangaroo Mother Care) 50.000

37. Manajemen Laktasi 40.000

38. Vaksinasi 30.000

b. Sumber Pembiayaan Ruangan Cendrawasih


Sumber pembiayaan ruangan cendrawasih berasal dari APBD yang
dikelola oleh BLUD di rumah sakit. Yang termasuk dalam sumber pembiayaan
dari APBD yaitu sumber dana operasional seperti pendanaan bagi ruangan
(misalnya renovasi ruangan, penambahan fasilitas), pendanaan alat kesehatan,
dan bahan kesehatan (habis pakai). Sumber pembiayaan/jasa pelayanan petugas
diperoleh dari Rumah Sakit yang berasal dari jasa pelayanan berupa uang yang
diberikan berdasarkan jumlah pasien dan tindakan yang dilakukan.
Pengadaan alat/fasilitas di ruangan yang rusak biasanya dilakukan segera
apabila Pelaksana Harian melapor ke Karu atau melapor langsung dan
memberikan surat yang ditujukan kepada bagian sarpras. Kemudian bagian
sarpras akan melihat alat/fasilitas yang rusak dan memproses apakah
alat/fasilitas tersebut langsung diganti atau tidak. Berdasarkan wawancara
kepada pelaksana umum ruangan bahwa untuk pengadaan barang habis pakai
perawat pelaksana akan melapor kepada bagian pelaksana umum lalu pelaksana
umum melakukan pendataan pada buku bahan habis pakai, kemudian pelaksana
melaporkan kepada pihak logistik lalu barang akan diberikan bersamaan dengan
serah terima buku barang habis pakai.
c. Persentasi Jenis Pembiayaan Ruangan
Persentasi per bulan terkait dengan jenis pembiayaan di ruang
Cendrawasih dalam 3 bulan terakhir ini lebih cenderung pada jenis BPJS dan
Umum. Tampak pada 3 diagram pie di bawah yang menampilkan data bulanan
dari Juni 2023 sampai Agustus 2023. Pada bulan Juni 2023 tercatat dari 26
pasien yang terdata melakukan pembiayaan dengan BPJS 85%, (22 orang),
SKTM 0% (0 orang), dan Umum 15% (4 orang), pada bulan Juli 2023 tercatat
dari 24 orang jumlah pasien yang terdata melakukan pembayaran dengan BPJS
83% (20 orang), SKTM 13% (3 orang), dan Umum 4% (1 orang). Sedangkan
pada bulan agustus 2023 tercatat dari 29 orang pasien yang terdata melakukan
pembiayaan dengan BPJS 69% (20 orang), SKTM 7% (2 orang), Umum 24% (7
orang).

Juni 2023
15%
BPJS
SKTM
Umum

85%
Juli 2023
BPJS
4% SKTM
13%
Umum

83%

Agustus 2023
BPJS
24% SKTM
Umum

7% 69%
5. Pemasaran (Marketing / M5)
a. Alur Pasien Masuk
Hasil wawancara dengan kepala Ruang Cendrawasih, alur pasien masuk ke
Ruang Cendrawasih yaitu, pasien datang melalui IGD umum usia 0-28 hari dan
IGD Ponek, dilakukan anamnesis dan langsung dibawa ke Ruang Cendrawasih.
Selain itu pasien juga masuk melalui VK bersalin dan Ruang Merpati (ruang
Nifas) setelah dilakukan anamnesis bayi yang memiliki indikasi untuk dilakukan
perawatan akan dibawa ke Ruang Cendrawasih. Pasien juga dapat masuk
melalui ruang OK setelah dilakukan anamnesis dan langsung dibawa ke Ruang
Cendrawasih. Alur pasien masuk pada bagan secara tertulis.

Pasien Datang

Ruang VK Ruang Merpati


IGD IGD PONEK (Nifas)
Bersalin

Pendaftaran Rawat
Inap

Ruang Rawat Inap

APK (atas Rawat


Pulang permintaan Meninggal Rujuk
Gabung
keluarga)

Gambar : Bagan Alur Masuk

b. Data BOR, BTO, dan ALOS per 1 Bulan


1) Bed Occupancy Ratio (BOR)
Bed Occupancy Ratio (BOR) menunjukkan sampai seberapa jauh
pemakaian tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit dalam jangka waktu
tertentu, bila nilai ini mendekati 100% berarti ideal. Rumus untuk
menghitung BOR adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 04-06 September 2023,


didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur di Ruang Bayi Cendrawasih
yaitu 20 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut :
No Tanggal Total Bed Bed terisi BOR

1. 04 September 20 5 5/20 x 100%


2023 = 25%

2. 05 September 20 7 7/20 x 100%


2023 = 35%

3 06 September 20 7 7/20 x 100%


2023 = 35%

Tabel 5.1 Daftar Bed Ocuupancy Ratio (BOR)

Berdasarkan data yang didapat dari bagian administrasi Ruang Bayi


Cendrawasih, Nilai rata – rata BOR Ruang Bayi Cendrawasih pada tanggal
04-06 September 2023 adalah 31,6%
Bulan Jumlah Jumlah Tempat Jumlah Hari
Hari/Bulan Tidur Rawat

Juni 2023 30 20 123


Juli 2023 31 20 169
Agustus 2023 31 20 163
Jumlah 92 60 455
Tabel 5.2 Data pasien Ruang Bayi Cendrawasih 3 bulan terakhir dari Juni
2023 – Agustus 2023

Nilai BOR Ruang Bayi Cendrawasih pada 1 Juni 2023 – 31 Agustus 2023
adalah
BOR Juni : Jumlah hari perawatan x 100%

Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode


: 123 x 100% = 12300 = 20,5 %
20 x 30 600

BOR Juli : Jumlah hari perawatan x 100%


Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode
: 169 x 100% = 16900 = 27,2%
20 x 31 620

BOR Agustus : Jumlah hari perawatan x 100%


Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode
: 163 x 100% = 16300 = 26,2 %
20 x 31 620
Jadi, rata-rata persentase pemakaian tempat tidur di Ruang Cendawasih dari

Juni 2023 – Agustus 2023 adalah 24,6 %


2) Average Length of Stay (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) atau rata-rata lamanya pasien dirawat
adalah rata-rata lama dirawat dalam satu periode yang dapat memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan. Apabila penggunaannya diaplikasikan pada diagnosis tertentu,
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum
nilai Average Length of Stay (ALOS/AVLOS) yang ideal antara 6-9 hari.

Jumlah Lama di Rawat


ALOS =
Jumlah Pasien Keluar (Hidup/Mati)/
Periode

Nilai ALOS Ruang Bayi Cendrawasih pada Juni 2023 – Agustus 2023
adalah :
Juni : 123/26 = 4,7 hari
Juli : 169/24 = 7 hari
Agustus : 163/29 = 5,6 hari
Rata – rata = 14 hari
Jadi, rata-rata lama perawatan pasien di ruang Bayi Cendrawasih pada
tanggal 1 Juni 2023 – 31 Agustus 2023 adalah 5,7 hari.
3) Bed Turn Over (BTO)
Bed Turn Over (BTO) merupakan rerata jumlah pasien yang menggunakan
setiap tempat tidur dalam periode tertentu.
Jumlah Pasien Keluar (Hidup/Mati)
BTO =
Jumlah Tempat Tidur

Nilai BTO Ruang Bayi Cendrawasih pada bulan Juni 2023 – Agustus 2023
adalah :
Juni : 26/20 = 1,3 kali
Juli : 24/20 = 1,2 kali
Agustus : 29/20 = 1,45 kali
Rata – rata = 1,31 kali
Jadi, selama 92 hari pada tanggal 1 Juni 2023 – 31 Agustsu 2023 BTO ruang
bayi Cendrawasih adalah 1,31 kali.
Berikut data BOR, ALOS, dan BTO Ruang Bayi Cendrawasih pada Juni
2023 sampai Agustus 2023.
No Penilaian Hasil Parameter Ideal Menurut Depkes
2005
1. BOR 24,6 % 60-85%
2. ALOS 5,7 hari 6-9 hari
3. BTO 1,31 kali 40-60 kali
Tabel 5.3 Penilaian BOR, ALOS, dan BTO Ruang bayi Cendrawasih
Periode 1 Juni 2023 - 31 Agustus 2023.

Berdasarkan hasil data laporan instalasi rawat inap RSD Idaman Kota
Banjarbaru di Ruang Bayi Cendrawasih Periode 1 Juni 2023 sampai 31
Agustus 2023 didapatkan data BOR sebesar 24,6%, hal ini menunjukkan
hasil BOR berada di bawah kriteria ideal menurut DEPKES dari 60-85%.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Cendrawasih mengatakan
untuk nilai BOR sudah mengalami penurunan semenjak regulasi BJPS yang
dimana untuk bayi baru lahir yang tidak gawat atau dinyatakan sehat dalam
kurun waktu 6 jam akan langsung dipindah keruang nifas untuk menjalani
rawat gabung, sehingga tidak bisa mendapatkan pelayanan menggunakan
pembayaran BPJS. Hasil dari ALOS yaitu 5,7 hari, hasil ini dibawah dari
kriteria ideal ALOS menurut DEPKES yaitu 6-9 hari. BTO didapatkan hasil
1,31 kali, hasil ini dibawah parameter ideal menurut DEPKES yaitu 40-60
kali/Tahun (Depkes RI, 2005).
Kesimpulan yang dapat diambil dalam hal ini adalah adanya hubungan
antara peningkatan ataupun penurunan BOR, ALOS dan BTO dalam
pelayanan kesehatan. Namun penghitungan ini tidak bisa ditetapkan sebagai
kriteria ideal karena penghitungan hanya dilakukan pada periode Juni 2023
– Agustus 2023 saja.
c. Keselamatan Pasien/IPSG (International Patient Safety Goal)
1) Ketepatan Identifikasi Pasien (IPSG 1)
Dari hasil observasi pada tanggal 04-06 September 2023 didapatkan data
kepatuhan perawat dalam mengidentifikasi pasien dengan melihat nama
lengkap, tanggal lahir, dan rekam medis pada saat pemberian obat. 25
perawat dan 2 bidan mengidentifikasi pasien dengan melihat kartu identitas
pasien. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 Tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit,
Identifikasi pasien dilakukan setidaknya menggunakan minimal 2 (dua)
identitas yaitu nama lengkap dan tanggal lahir/bar code, dan tidak termasuk
nomor kamar atau lokasi pasien agar tepat pasien dan tepat pelayanan sesuai
dengan regulasi rumah sakit.
2) Komunikasi Efektif/ IPSG 2
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan mengacu pada SPO
komunikasi efektif yang menggunakan format SBAR kepada perawat yang
bertugas dinas pagi, siang dan malam didapatkan hasil perawat sudah
melakukan komunikasi efektif SBAR dalam timbang terima tetapi belum
sesuai dengan SPO yang ada. Hal ini terlihat dalam timbang terima saat
pagi, sore, dan malam. Para perawat dan bidan sudah melakukan sebagian
komunikasi efektif sesuai dengan SBAR, namun masih lebih singkat.
3) High Alert Obat (IPSG 3)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan beracuan sesuai SPO
Prosedur Pengecekan Ganda Terhadap Hight Alert Medications terhadap 25
perawat didapatkan data bahwa perawat dan bidan sudah melakukan double
check sesuai dengan SPO yang ada. Perawat di ruangan melakukannya
dengan membuat catatan yang berisi nama pasien, ruangan dan obat yang
akan diberikan pada kemasan spuit dan catatan kecil khusus obat, serta
ditemukan tidak terdapat validasi atau ceklis pada keterangan high alert
pada lembar pemberian obat di dokumentasi asuhan. Pada ruang
Cendrawasih tidak terdapat daftar untuk nama high alert obat pada ruang
penyimpanan obat.
4) Benar Prosedur Pembedahan (IPSG 4)
Ruang Bayi Cendrawasih merupakan ruangan rawat inap umum untuk
semua penyakit pada bayi sehingga untuk IPSG 4 mengenai prosedur
pembedahan tidak dilakukan observasi.
5) Pencegahan Infeksi (IPSG 5)
Moment Perawat dan Bidan(n = 25)
Ya Tidak
Sebelum Kontak dengan Pasien 100% 0%
Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik 100% 0%
Setelah Terkena Cairan yang Beresiko 100% 0%
Setelah Kontak dengan Pasien 100% 0%
Setelah Kontak dengan Lingkungan Pasien 100% 0%
Tabel 5.4 Observasi Kebersihan Tangan Perawat di Ruang Bayi
Cendrawasih RSD Idaman Banjarbaru Observasi Kebersihan
Tangan

Berdasarkan hasil observasi pada perawat yang ada di Ruang Bayi


Cendrawasih dari 25 orang, semua telah melakukan kebersihan tangan
sebelum kontak dengan pasien, setelah kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan, setelah terkena cairan yang berisiko (100%) baik
dengan handwash maupun handrub. Dokter spesialis melakukan
kebersihan tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
menggunakan handwash atau handrub.
6) Pencegahan Resiko Jatuh (IPSG 6)
Dari hasil observasi didapatkan data dari 25 perawat dan 2 bidan melakukan
pencegahan resiko jatuh sesuai dengan SPO yang tersedia dan dilihat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan yang ada di rekam medis pasien
lembar asesmen resiko jatuh terisi dengan baik. Berdasarkan observasi di
ruangan pada tanggal 04 – 06 September 2023, rata- rata pasien yang
dirawat berada pada box bayi dan incubator yang sudah dipastikan tertutup
dan terkunci dengan aman tetapi berdasarkan observasi pasien dengan risiko
tinggi tidak diberikan gelang kuning (gelang pasien dengan risiko jatuh)
d. Angka Kejadian HAIs
1) Angka Kejadian Dekubitus
Berdasarkan data dari ruangan Bayi Cendrawasih pada bulan Juli 2023 –
Agustus 2023 menunjukkan jumlah kejadian dekubitus adalah 0% atau tidak
ada kejadian Dekubitus. Berdasarkan hasil observasi di ruangan pada
tanggal 04-06 September 2023 terdapat 6 pasien, diantara 6 pasien tersebut
tidak terdapat decubitus hingga angka kejadian decubitus pada ruangan bayi
Cendrawasih pada tanggal 04-06 September 2023 adalah : 0/6 x 100% =
0%.
2) Angka Kejadian ISK
Berdasarkan data dari ruangan Bayi Cendrawasih pada bulan Juni 2023 –
September 2023 angka kejadian ISK (Infeksi Saluran Kemih) yaitu 0 % atau
tidak ada kejadian ISK (Infeksi Saluran Kemih). Berdasarkan hasil
observasi di ruangan pada tanggal 04-06 September 2023 terdapat 6 pasien,
diantara 6 pasien tersebut tidak terdapat ISK hingga angka kejadian ISK
pada ruangan bayi Cendrawasih pada tanggal 04-06 September 2023
adalah : 0/6 x 100% = 0%.
3) Angka Kejadian Flebitis
Berdasarkan data ruangan Bayi Cendrawasih pada bulan Juni 2023 –
Agustus 2023 angka kejadian flebitis, yaitu 0% atau tidak ada kejadian
flebitis. Berdasarkan hasil observasi di ruangan pada tanggal 04-06
September 2023 terdapat 6 pasien, 2 diantaranya terpasang infus pada vena
umbilical.
6. Mesin (M6)
a. Standar Prosedur Operasional (SPO)
SPO yang tersedia di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Daerah Idaman Kota
Banjarbaru yaitu:
No. Standar Operasional Prosedur (SPO)

1. Alur Perawatan pada Neonatus


2. Rawat Gabung
3. Serah terima antar pasien ruangan
4. Pemberian Identitas pada Bayi Baru Lahir
5. Anemia
6. Perdarahan pada Neonatus
7. Penanganan Hipoglikemi
8. Manajemen BBLR
9. Infeksi tali pusat
10. Potensi Infeksi
11. Manajemen pasca resusitasi bayi asfiksia
12. Apnea pada Neonatus
13. Kejang pada Neonatus
14. Tata Laksana Hipotermi pada Neonatus
15. Sepsis Neonatorum
16. Tata Laksana Aspiksia Neonatorum
17. Penanganan Bayi dengan ibu HbsAg positif
18. Penanganan Bayi dnegan ikterus neonatorum
19. Penanganan Diare
20. Perawatan di ruang Neonatus
21. Transient Tachypnea of the new born
22. Menyusui yang baik
23. Penyimpanan ASI perah
24. Memberikan minum menggunakan OGT
25. Memberikan minum dengan sendok/pipet
26. Memberikan minum dengan cup feeder
27. Pemberian susu formula
28. Prosedur pemasangan infus perifer
29. Prosedur pemasangan infus tali pusat
30. Menyeka Bayi
31. Memandikan Bayi
32. Memberikan obat tetes atau salep mata pada bayi
33. Terapi oksigen
34. Pemberian Vitamin K1 Profilaksis bayi baru lahir
35. Pemasangan Non Invasif Ventilator
36. Pemakaian infarm warmer
37. Fototerapi
38. Pemakaian syringe Pump B Braun Space
39. Pemakaian syringe Pump B Braun Compact
40. Penggunaan Inkubator
41. Pemakaian Infus pump
42. Pemakaian Inkubator Transport
43. Serah Terima Mayat Bayi
Tabel 6.1 SPO yang ada di Ruang Cendrawasih RS Idaman Kota Banjarbaru
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan kepala ruangan mengenai
SPO di Ruang Cendrawasih sudah mengikuti SPO yang dibuat oleh RSD Idaman
Kota Banjarbaru.
b. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
No Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
1. SAK Pola nafas tifak efektif
2. SAK Defisit nutrisi
3. SAK Gangguan integritas kulit/jaringan
4. SAK Bersihan jalan napas tidak efektif
5. SAK Resiko cedera
6. SAK Termogulasi tidak efektif
7. SAK Risiko termogulasi tidak efektif
8. SAK Gangguan pertukaran gas
9. SAK Hipotermia
10. SAK Risiko hipotermia
11. SAK Disfungsi motilitas gastrointestinal
12. SAK Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal
13. SAK Disorganisasi Perilaku Bayi
14. SAK Risiko disorganisasi Perilaku Bayi
15. SAK Ikterik Neonatus
16. SAK Resiko Infeksi
17. SAK Gangguan Ventilasi Spontan
18. SAK Diare
19. SAK Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
10. SAK Resiko ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
21. SAK Nausea
22. SAK Perfusi Perifer Tidak Efektif
23. SAK Resiko Pendarahan
24. SAK Nyeri akut
Tabel 6.2 SAK Pelayanan Instalasi Rawat Inap yang ada di Ruang Cendrawasih
RSD Idaman Kota Banjarbaru

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang Cendrawasih RSD Idaman Kota


Banjarbaru dilakukan secara online di Ruang Cendrawasih dengan 24 diagnosis
keperawatan, dimana sudah memuat materi secara lengkap yaitu pengertian,
pengkajian, diagnosis keperawatan, kriteria evaluasi, intervensi keperawatan,
informasi dan edukasi, serta evaluasi. SAK penting untuk mengidentifikasi
kebutuhan perawatan klien, menentukan prioritas, memberikan intervensi
keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan
klien yang diharapkan.
Hasil Penilaian Observasi Penggunaan APD (Sarung Tangan) di Ruang
Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru
Penggunaan APD Perawat (n=6)
Ya Tidak
Cuci Tangan Sebelum Memasang Sarung Tangan 100 % 0
Membuka dan Memasang Sarung Tangan 100 % 0
Membuang Sarung Tangan Ketempat Sampah Medis 100 % 0
Cuci Tangan Setelah Menggunakan Sarung Tangan 100% 0
Tabel 6.3 Observasi Penggunaan APD Perawat
Berdasarkan hasil observasi pada 6 orang perawat di Ruang Cendrawasih yang
dilakukan sejak tanggal 04 - 08 September 2023. Terdapat 4 orang perawat (67%)
yang melakukan tindakan menutup jarum dengan satu tangan, dan 2 orang
perawat (33%) yang melakukan tindakan menutup jarum dengan dua tangan. Hal
tersebut dikhawatirkan dapat menyebabkan kecelakaan kerja tertusuk jarum
karena benda tajam jarum.

Hasil Penilaian Observasi Tindakan SPO (Instrumen C) di Ruang


Cendrawasih RSD Idaman Kota Banjarbaru
No Kegiatan Jumlah Persentase
Tindakan (%)

1. Menghisap obat dari ampul 4 100%


2. Menghisap obat dari vial 4 100%
3. Memasukkan obat intravena secara bolus 4 100%
pada infus

Tabel 6.4 Hasil Observasi Tindakan SPO (Instrumen C)


Hasil observasi dilakukan pada tanggal 04 – 08 September 2023, yaitu tindakan
keperawatan administrasi obat seperti menghisap obat dari ampul, menghisap obat
dari vial, memasukkan obat intravena secara bolus pada infus yang dilakukan oleh
perawat ruangan di Ruang Cendrawasih.
Berdasarkan hasil observasi menghisap obat dari ampul yang dilakukanperawat
sudah baik dengan persentase 100% sesuai dengan SPO, untuk hasil observasi
menghisap obat dari vial juga dilakukan perawat dengan baik, namun ada poin
yang perlu ditingkatkan lagi pelaksanaannya yaitu membersihkan tutup karet vial
dengan kapas alkohol sesuai dengan SPO rumah sakit. Untuk poin memasukkan
obat intravena secara bolus pada infus dilakukan dengan dimulai dari membuka
jarum, mendisinfektan port tusukan menggunakan kapas alkohol, dan
memasukkan jarum pada port tusukan sudah dilakukan dengan baik.

Hasil Observasi Kelengkapan Leaflet dan Label Penandaan Pasien


Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 04 – 08 September 2023 didapatkan
bahwa tersedianya leaflet di ruangan untuk promosi kesehatan. Untuk label
penandaan pasien di ruangan tersedia lengkap.

c. Panduan Asuhan Keperawatan (PAK)


No. Panduan Asuhan Keperawatan (PAK)
1 Hyperbilirubinemia
2 Anemia kongenital
3 Anoxia
4 Asphysia severe birth
5 Asphyxia
6 Aspiration sindrom neonatal
7 BBLR
8 Bayi lahir dengan cidera kepala
9 Bayi lahir forceps
10 Bayi lahir SC
11 Bayi lahir tunggal di rumah sakit
12 Bayi lahir vacum
13 Bibir sumbing
14 Brochopnemonia
15 Cerebral Haemorrhage
16 Prematuritas
Tabel 6.5 Panduan Asuhan Keperawatan (PAK) di Ruang Cendrawasih Rumah
Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru

RSD Idaman Kota Banjarbaru mempunyai Panduan Asuhan Keperawatan (PAK)


secara online di Ruang Cendrawasih dengan 17 diagnosis penyakit, dimana sudah
memuat materi secara lengkap yaitu pengertian, pengkajian, diagnosis
keperawatan, kriteria evaluasi, intervensi keperawatan, informasi dan edukasi,
serta evaluasi. Diagnosis penyakit terbanyak diruang cendrawasih yaitu PAK
Asfiksia dan BBLR. PAK sendiri memiliki manfaat sebagai acuan dalam
melakukan tindakan dengan baik dan benar. PAK juga penting sebagai landasan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai