PUSKESMAS WIROSARI I
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
1. PROFIL ORGANISASI
2. KEBIJAKAN MUTU :
a.
b.
c.
3. PROSES BISNIS :
a. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat
Esensial
1. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2. Pelayanan Promosi Kesehatan Termasuk UKS,
3. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
4. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
5. Pelayanan Gizi yang bersifat UKM
Pengembangan
1. Lansia
2. Upaya Kesehatan Jiwa
3. PKPR
4. Upaya Kesehatan Indra
5. Prolanis
6. Upaya Kesehatan Kerja
7. Upaya Kesehatan Haji
8. UKGS
9. Posbindu
B. RUANG LINGKUP
Lingkup pedoman mutu ini disusun berdasarkan persyartan standar akreditasi
puskesmas, yang meliputi : persyaratan umum, sistem manajemen mutu, tanggung
jawab manajemen, manajemen sumberdaya, proses pelayanan yang terdiri dari
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat, baik Penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Masyarakat Esensial, yang meliputi : Pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit, Pelayanan Promosi Kesehatan Termasuk UKS, Pelayanan
KIA-KB yang bersifat UKM , Pelayanan Kesehatan Lingkungan, Pelayanan Gizi
yang bersifat UKM. Maupun Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
MasyarakatPengembangan , yang meliputi : Upaya Kesehatan Jiwa
C. TUJUAN
Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan dari Puskesmas Wirosari I dalam
membangun sistem manajemen mutudi PUSKESMAS WIROSARI I
B. Pengendalian Dokumen
Secara umum dokumen –dokumen dalam sistem manajemen mutu disusun
meliputi :
Dokumen level 1 : Kebijakan, dokumen level 2 : Pedoman / manual.dokumen level
3 :standar operasional prosedur dan dokumen level 4 :rekaman-rekaman sebagai
catatan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan, pedoman dan prosedur.
1. pengendalian dokumen meliputi :
a. menyetujui dokumen sebelum terbit
b. memberikan cap terkendali untuk dokumen yang diberlakukan, dan cap tidak
terkendali untuk dokumen yang sudah tidak berlaku.
c. menelaah dan memperbaharui jika diperlukan dan persetujuanpemberlakuan
ulang dokumen
d. memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen
teridentifikasi
e. memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar puskesmas yang
ditetapkan oleh organisasiyang penting untuk perencanaan dan operasional
sistem manajemen mutu diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan.
f. catatan / rekaman implementasi sebagai bukti pelaksanaan kegiatan harus
dikendalikan.puskesmas menetapkan SPO terdokumentasi untuk
mendefinisikan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi,
penyimpanan, perlindungan, pengambilan, lama simpan dan pemusnahan.
catatan / rekaman implementasi harus dapat terbaca, segera dapat
teridentifikasi dan dapat diakses kembali.
g. untuk memperjelas dokumen mutu / akreditasi puskesmas di lengkapi dengan
contoh-contoh dokumen sebagai lampiran dari pedoman ini.
2. pengendalian dokumen mutu / akreditasi Puskesmas wajib mentaati sistem
pengendalian dokumen yang telah ditentukan di dalam kebijakan pengendakian
dokumen/
A. pengendalian dokumen kelompok pelayanan :
1) Administrasi Manajemen dengan kode A
a. Bab I. (A/I)
b. Bab II. (A/II)
c. Bab III. (A/III)
2) Pelayanan Program kode: B
a. Bab IV (B/IV)
b. Bab V (B/V)
c. Bab VI (B/VI)
d. Apabila dari sub upaya dengan ditambahkan sub upaya ( contoh sub
upaya KIA = B/IV/SPO/KIA-KB/1/17/001 ). Sub upaya promkes=
B/IV/PROMKES/1/17/001 dan lain – lain )
3) Pelayanan Klinis kode : C
a. Bab VII (C/VII)
b. Bab VIII (C/VIII)
c. Bab IX (C/IX)
4) Cara penulisan dokumen: Standar operasional prosedur,disigkat SOP.
Daftar tilik disingkat : Dt. Kerangka Acuan disingkat : KA, Surat
Keputusan disingkat dengan : SK, Kebijakan disingkat : Kb. Dokumen
eksternal disingkat :Dek. Manual mutu disingkat dengan man
3. penyimpanan dokumen / arsip
a. semua dokumen mutu / akrditasi terkendali memiliki masa berlakuselama 3
tahun. Setelah itu perlu dilakukan evaluasi ( di revisi, diganti atau tak terkendali )
b. dokumen rekam klinik / medik inaktif wajib disimpan sekurang – kurangnya tiga
tahun, terhitung dari tanggal terakhir pasien meninggal, atau pindah tempat,
setelah batas waktu sebagaimana dimaksud diatas dilampaui, rekam medik / klinik
dapat dimusnahkan, kecuali persetujuan tindakan dan persetujuan lain harus
disimpan jangka waktu 10 tahun, terhitung dari tanggal dibuatnya.
c. sistem penyimpanan resep yang telah dilayani di Puskesmas harus dipelihara
dan disimpan minimal dua tahun.
d. penyimpanan dokumen / arsip perkantoran sesuai dengan sistem penyimpanan
dokumen / arsip aturan Pemerintah Derah Kabupaten Grobogan.
e. Penyimpanan dokumen mutu/akreditasi disimpan dimasing- masing kelompok
pelayanan, sedangkan di Sekretariat tim mutu/administrasi dan manajemen
(admen) menyimpan master dokumen semua kelompok pelayanan dan program.
f. Untuk prosedur kerja yang masih terkendali ( Belum lebih dari 3 tahun ) dan
memakai istilah Prosedur tetap (Protap) masih bisa digunakan. Selanjutnya
apabila protap tersebut sudah lebih dari 3 tahun, direvisi dengan format baru
( Standar Prosedur Operasional/SPO)
1. Sistem penomoran:
a. Cara penomoran : : KODE/BAB/JENIS DOKUMEN/BULAN/TAHUN BERLAKU/NO
URUT DOKUMEN
Contoh :
A/IV/SPO/6/ 13/ 005 (A: Kode pelayanan Admen, IV: Bab IV, SPO: 6: bulan
6/ Juni, 13 tahun 2013, 005: nomor urut SPO)
A/IV/SPO/6/ 13/ 005 (A: Kode pelayanan Admen, IV: Bab IV, KA: 6: bulan 6/
Juni, 13 tahun 2013, 005: nomor urut KA)
b. Cara penomoran Upaya : KODE/BAB/JENIS DOKUMEN/JENIS
UPAYA/BULAN/TAHUN BERLAKU/NO URUT DOKUMEN
Contoh :
B/IV/SK/KIA-KB/ 6/ 13/ 005 (B: Kode pelayanan program, IV: Bab IV, SK/ KIA-
KB : jenis Upaya, 6: bulan 6/ Juni, 13 tahun 2013, 005: nomor urut SK)
B/IV/SPO/KIA-KB/ 6/ 13/ 005 (B: Kode pelayanan program, IV: Bab IV, SPO/
KIA-KB : jenis Upaya, 6: bulan 6/ Juni, 13 tahun 2013, 005: nomor urut SPO)
2. Surat masuk dan keluar sesuai dengan aturan Pemerintah Daerah Kabupaten
Grobogan.
3. Penomoran Dokumen di kelompok pelayanan dilakukan oleh kelompok
pelayanan masing- masing disesuaikan dengan sistem pengkodean yang telah
ditentukan,
4. Penomoran dokumen diurutkan sesuai dengan pengodean,
5. Format dokumen diatur./ diseragamkan dengan contoh format terlampir.
a. Format Standar Prosedur Operasional,
b. Format rekam klinis/ medic,
c. Format resep,
d. Format kasir
e. Format rujukan ekternal,
f. Format rujukan internal,
g. Format persetujuan tindakan (Inform Consent),
h. Format penolakan tindakan,
i. Format permintaan rujukan ekternal,
j. Format penolakan rujukan ekterna
k.Format permintaan pulang paksa,
l. Format penolakan pasien pulang,
m. Format dll.
C. Penataan Dokumen.
1. Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen mutu/akreditasi Puskesmas
dikelompokan masing- masing bab/kelompok pelayanan/UKM dengan
diurutkan setiap urutan kriteria dan elemen penilaian, dan diberikan daftar
secara berurutan.
2. Penataan dengan menggunakan file dan Otner yang sudah disepakati
( Kuning : Admen, Merah : Yanis, Hijau : Upaya )
3. Setiap dokumen Tim mutu diberi label sesuai urutan Kriteria dalam instrumen
4. Penyimpanan Dokumen ada di setiap UKM/UKM dan untuk dokumen Mutu
disimpan di sekretariat (Admen, Pelayanan Klinis, Upaya) dan di kelola oleh
masing2 penanggung Jawab
5. Dokumen SPO/SK yang dibuat oleh masing-masing pelaksana/Upaya di buat
rangkap tiga, (Untuk master, untuk Tim Admen, dan Untuk pelaksana/Upaya)
c. Luaran tinjauan: Hasil yang diharap dari tinjauan manajemen adalah peningkatan
efektivitas system manajemen mutu, peningkatan pelayanan terkait dengan persyaratan
pelanggan, dan identifikasi perubahan- perubahan, termasuk penyediaan sumber daya yang
perlu dilakukan
2. Pelayanan klinis:
a. Pelayanan Klinis yang berorientasi pasien
b. Penunjang pelayanan klinis
c. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan Keselamatan Pasien:
1) Penilaian indikator kinerja klinis
2) Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien
3) Pelaporan insiden keselamatan pasien
4) Analisis dan tindak lanjut
5) Penerapan manajemen risiko
III. Penutup
.
Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia.
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentu diperlukan upaya pembangunan sistem
menjadi strategi utama bagi organisasi kesehatan di Indonesia, agar tetap eksis ditengah
persaingan global yang semakin kuat. Salah satu strategi yang paling tepat dalam
berorientasi pada proses pelayanan bermutu, dan hasil pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan keinginan pelanggan atau pasien. Dimensi mutu tersebut menyangkut mutu bagi
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan. Dan banyaknya
pengunjung pasien ke Puskesmas tidak lepas dari kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan
yaitu berupa penilaian Kinerja Puskesmas mencakup Managemen Sumber Daya Tenaga, alat,
obat, keuangan dan sistem informasi managemen Puskesmas. Untuk menjamin bahwa
perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan managemen resiko dilaksanakan secara
Akreditasi Puskesmas adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah pada
Puskesmas, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Adapun tujuan akreditasi
Puskesmas adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan promotif, preventif dan upaya
terpenuhi.
B. Tujuan Pedoman
Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas, penanggung jawab dan pelaksana
dilaksanakan sesuai dengan rencana serta memperolah hasil sesuai dengan yang diharapkan.
dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok dan membina peran serta masyarakat. Pengertian dari pelayanan kesehatan
dasar, menyeluruh, dan terpadu disini adalah upaya pengobatan penyakit (kuratif), upaya
wilayah kerjanya.
1. Puskesmas pembantu,
2. Puskesmas keliiling
1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien adalah pelayanan rutin untuk menertibkan urutan pelayanan dan
memudahkan mendapatkan informasi rekam medis bagi seluruh fasilitas pelayanan yang
tersedia di Puskesmas. Yang dimulai dari persiapan, kedatangan pasien sampai dengan
pengiriman kartu rekam medis ke masing2 unit pemeriksaan, kemudian mengembalikan lagi
2. Pelayanan Klinis
Pelayanan klinis adalah pelayanan perorangan yang dilakukan untuk pasien dengan
melibatkan seluruh tim kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan klien. Kegiatan
pelayanan klinis dimulai dari anamnesa sampai dengan tindakan dan atau pengobatan yang
a. Pelayanan Umum
b. Pelayanan Gigi
c. Pelayanan KIA
d. Pelayanan MTBS
e. Pelayanan KB
3. Pelayanan Laboratorium
Pelayanan laboratorium adalah salah satu pelayanan penunjang yang dilakukan untuk
c. Pemeriksaan feses
4. Pelayanan Kefarmasian
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinis
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan pencatatan
/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan metode tata
meliputi :
1. Upaya KIA
Upaya KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Upaya
kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu upaya pelayanan
untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat
dan/atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat
penyakit menular.
Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah Malaria, demam berdarah dengue,
diare, polio, filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit
Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan
mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan
peningkatan peran serta masyarakat. Untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan dan pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantara kegiatannya juga
meliputi pembinaan desa siaga kesehatan, kerjasama lintas sektor dan upaya dalam
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu upaya pokok Puskesmas yaitu
kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein,
Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A,
Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Kegiatan Upaya dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Plan:
E. Landasan Hukum
Kesehatan Nasional,
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya. Yang dimaksud dengan kualifikasi SDM, sama halnya dengan
job spesifikasi, yaitu minimal golongan/jabatan, masa kerja minimal, pendidikan minimal,
Secara umum kebijakan tentang tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan
kualitas atau mutu, antara lain dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) No.32 Tahun
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan (Pasal 3);
dan
Kualitas pelayanan publik sangat ditentukan oleh sistem dan tenaga pelayanan.
Ketenagaan pelayanan seringkali menghadapi kendala dalam hal jumlah, sebaran, mutu dan
Daya Manusia sudah sesuai, walaupun masih ada beberapa tenaga yg belum melanjutkan ke
jenjang yang diharapkan. Namun masih akan terus diupayakan agar semua tenaga mencapai
NAMA JAB.
FUNGSIONAL
TK.
PENDIDIKAN
JURUSAN
10.
Foto hp
11.
Untuk Pelayanan Rawat Jalan setiap hari kerja, yaitu Senin sampai Sabtu
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. Standar Fasilitas
Surat keputusan Menkes Nomor Nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak
kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan
Terlihat bahwa puskesmas dan jaringannya merupakan ujung tombak dinas kesehatan dalam
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan
f. Upaya Pengobatan.
dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
f. Upaya Pengobatan
penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas Wirosari I.
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pelayanan di Puskesmas Garung diawali di loket pendaftaran, dimana pasien
pendaftaran dilakukan dengan menunjukkan kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau
Bagi pasien dengan kasus kegawatdaruratan langsung dibawa ke ruang UGD untuk
mendapatkan penanganan. Salah satu anggota keluarga atau yang mengantarkan pasien dapat
mengurus pendaftaran.
Bagi pasien JKN harus menunjukkan kartu JKN sebagai bukti kepesertaan.
Bagi pasien umum penduduk Kabupaten Grobogan (tidak memiliki kartu JKN) harus
Bagi pasien umum bukan penduduk Kabupaten Grobogan, (tidak memiliki kartu JKN)
setelah mendapatkan Rekam medis, pasien diminta untuk membayar retribusi. Kemudian
pasien diminta menunggu didepan ruang pelayanan yang dituju (BP Umum, BP Gigi,
KIA/KB, MTBS, Imunisasi, Klinik IMS, Pemeriksaan IVA). Bagi pasien umum dengan
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka pasien
pasien kembali ke unit pelayanan sebelumnya untuk mendapatkan resep sesuai dengan
diagnosis penyakit.
» Bila diperlukan konsultasi ke unit pelayanan terkait, maka pasien diberikan rujukan internal
ke unit pelayanan terkait ( missal: pasien dari BP Gigi dengan Hipertensi, maka
dikonsultasikan ke BP Umum).
» Bila dari pemeriksaan awal diperlukan untuk pemeriksaan lanjutan ke Rumah Sakit, maka
» Bila pasien tidak mendapatkan rujukan internal maupun eksternal, maka pasien
BAB V
LOGISTIK
Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuanatau seni serta proses
penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah
tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang
dibutuhkan secara efisien. Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai
proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial
untuk dimanfaatkan,untuk operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk
menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering
terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali
frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal
itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusaknatau tidak dapat dipakai lagi.
A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun. Ada
dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu :
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata dipergunakan
e. membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan kinerja yang
dicapai
f. membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi barang yang
diminta ‘habis’ atau tidak ada persediaan,jumlah barang yang menumpuk, serta penyebab
waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit, target
kinerja pelayanan
B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru), sehingga
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
1. Pembelian
Untuk pengadaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Gudang Farmasi Kabupaten berdasarkan
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus dicek
kebenarannya adalah :
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan barang
terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK)atau purchase order (PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
3. Kesesuian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO Barang yang diterima
tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP) barang. Berdasarkan sifat dan
kepentingan barang/bahan logistik ada beberapa jenis barang logistik, yang biasanya tidak
langsung disimpan digudang, akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang
penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal
check (saling uji secara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang
(Pimpinan).
bahan
harus hati-hati. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian persediaan ada beberapa
3. System informasi logistik yang terintegrasi dalam system informasi manajemen , memadai
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di Puskesmas adalah dengan
memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial atau normal (VEN
system), digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk fast atau slow moving.
Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau
permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi) waktu
penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang diterima oleh Puskesmas
(ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO), mana yang
mempunyai mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dahulu,
E. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus ditetapkan
permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun penyerahannya. Hal ini sangat
penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
F. Penghapusan
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk didaur ulang.
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus disetor ke
kas Negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang
tidak aman dalam sistem pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik
untuk mencapai luaran klinis yang optimum. (The Canadian Patient Safety Dictionary,
program - program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak
diharapkan).
Assesment Resiko
Solusi: Mencegah terjadinya CEDERA akibat kesalahan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan. Adverse Event /KTD (Kejadian Tidak Diharapkan)
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
“underlying dessease” atau kondisi pasien (KPP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah
(unprevetable adverse event) yaitu suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
tindakan yang seharusnya diambil (ommission), yang dpt mencederai pasien tetapi cedera
peringanan***).
Misal :
*) Pasien menerima obat yang sebenarnya kontra indikasi tetapi tdk timbul reakasi.
**) Obat dengan lethal overdosis akan diberikan tetapi diketahui staf lain dan
***) Obat dengan lethal overdosis diberikan tetapi diketahui secara dini dan diberikan
antidotum-nya
1. Hak pasien:Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapat informasi ttg rencana dan
2. Mendidik pasien dan keluarga:Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan,
prosed yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Transmisi data dan informasi
2. Pimpin dan dukung staf anda:Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
keselamatan pasien,
risiko serta lakukan identifikasi dan kajian hal yang potensial bermasalah,
4. Kembangkan sistem pelaporan:Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien: dorong staf untuk melakukan
analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul,
Gunakan infromasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan sistem
pelayanan.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal
diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
Puskesmas.
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas, yaitu kecelakaan
(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-
sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yangm berbahaya, gangguan psikososial
dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan
bagi para karyawan di Puskesmas, para pasien maupun para pengunjung yang ada di
lingkungan Puskesmas.
tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik maupun
peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam Puskesmas atau instansi
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau meledak (obat–
obatan);
3. Bahaya radiasi;
4. Luka bakar;
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit. Pada umumnya bahaya tersebut dapat
dihindari dengan usaha-usaha pengamanan, antara lain dengan penjelasan, peraturan serta
penerapan disiplin kerja. Pada kesempatan ini akan dikemukakan manajemen keselamatan
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu K3 Puskesmas perlu
dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3 Puskesmas lebih efektif, efisien dan terpadu,
karyawan Puskesmas.
mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak
kelalaian atau kesalahan ( malpraktek) serta mengurangi penyebaran langsung dampak dari
kesalahan kerja. Proses manajemen keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium seperti
perkiraan / peramalan, dilanjutkan dengan penetapan tujuan dan sasaran yang akan dicapai,
menganalisa data, fakta dan informasi, merumuskan masalah serta menyusun program.
Fungsi terakhir ialah fungsi pengawasan yang meliputi penataan dan evaluasi hasil
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan
melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat
digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan
mutu.
pada upaya peningkatan mutu. Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan pada
saat yang tepat oleh mereka yang bertanggungjawab melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
Kenali hal-hal yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf mungkin dapat
masalah.
Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek.
Tentukan di mana dan kapan masalah muncul. Pahami proses terjadinya masalah.
Gunakan metode untuk mengetes hipotesis tentang sebab-sebab yang mungkin menimbulkan
masalah tersebut. Kumpulkan data untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan faktor
Langkah 4 : Identifikasi semua solusi yang mungkin. Berfikirlah secara kreatif untuk
Analisalah cara-cara pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan, dikaji dari aspek
a. Merencanakan (PLANN) : Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan dan apa
kriteria keberhasilan. Pimpinan harus memutuskan “siapa, apa, dimana, dan bagaimana”
solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini, diperlukan penjelasan tentang berbagai asumsi, dan
dipikirkan tentang kemungkinan adanya penolakan dari pihak yang dijadikan sasaran. Di sini
harus sudah diputuskan tentang data yang harus dikumulkan untuk memantau keberhasilan
pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan yang terjadi, dan mengamati tingkat
kemudahan atau kesulitan pelaksanaan solusi. Amati bagamana solusi tersebut dilaksanakan.
Buat catatan tentang segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari kesepakatan. Setiap
masalah atau kesalahan yang muncul dalamproses ini harus diartikan sebagai kesempatan
c. Cek (CHECK) : Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa yang
diperoleh dari tindakan yang sudah diambil : ”Lanjutkan proses solusi, atau hentikan, atau
berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan, implemenasi dokumen sampai
dilaksanakan audit internal, audit eksternal, tinjauan manajemen dan self assessment untuk