Anda di halaman 1dari 3

Doa Memanusiakan Manusia

Ferdinandus Lanang Benimaking

Kiri dikira komunis


Kanan dicap kapitaslis
Keras dikatai fasis
Tengah dinilai tak ideologis

Muka klimis katanya necis


Jenggotan dikatai teroris
Bersuban dibilang kearab-araban
Bercelana Levi’s di-bully kebarat-baratan

Makin hari makin susah saja


Menjadi manusia yang manusia
Sepertinya menjadi manusia
Adalah masalah buat manusia

Kuitipan di atas adalah potongan-potongan lirik lagu Bingung yang dinyanyikan oleh
Iksan Skuter. Pada lagu tersebut Skuter sedang meratapi dirinya dan manusia-manusia lain
yang sedang bingung. Dengan kata lain, ia sedang menyadarkan manusia bahwa mereka
sedang mengalami krisis kebingungan.
Pada posisi ini, saya setuju dengan Skuter. Manusia sedang mengalami kebingungan.
Modernitas dan pasar bebas tidak bisa dibendung lagi. Manusia dituntut untuk bergerak
dalam dinamika yang ada. Jika tidak, manusia tampaknya aneh. Semua orang diwajibkan
untuk bersekolah, mendapat pekerjaan, dan mendapatkan upah. Sayangnya, setelah mendapat
gelar sarjana mereka tidak mendapat pekerjaan. Selain itu, di Indonesia, penduduk beragama
Islam yang memakai surban dikatai kearab-araban. Tetapi, jika mengenakan Levis, mereka
dikatai kebarat-baratan.
Seorang filsuf modern, Schopenhauer, sudah mengkaji masalah yang mirip seperti di
atas. Menurutnya, fenomena tersebut adalah kesia-siaan mencari kebahagiaan sejati. Karena
kebahagiaan yang sejati itu abstrak, manusia berupaya menyederhanakan itu dalam hal-hal
yang konkret.
Kebahagiaan disederhanakan dalam cita-cita manusia. Jika ditanya, setiap manusia
ingin hidup sehat, punya pasangan hidup, dapat pekerjaan, berpenghasilan tinggi, dan
sebagainya. Hal ini berarti terlalu banyak jika kebahagiaan sejati itu dikonkretkan. Hal inilah
yang membuat manusia pesimis untuk mencapai kebahagiaan sejati itu. Semua cita-cita
manusia, yang adalah bentuk sederhana dari kebahagiaan, tidak dapat dicapai.
Tidak mengherankan jika Skuter mengatakan makin hari makin susah saja menjadi
manusia yang manusia. Dalam usaha mencapai kebahagiaan yang sia-sia itu, manusia saling
tidak memanusiakan. Beberapa mengatakan bahwa yang “kanan” itu kapitalis dan “keras” itu
fasis. Manusia bingung mencari wadah di mana mereka dapat dimanusiakan! Oleh karena itu,
saya mengusulkan salah satu wadah di mana manusia dapat dimanusiakan. Wadah tersebut
adalah doa.

Apa itu Doa?


Pada dasarnya, Tuhan tertarik pada sebuah pertemanan daripada hubungan pekerjaan.
Hal ini berarti relasi manusia dan Tuhan bukan sepeerti relasi petinggi dan karyawan dalam
sebuah perusahaan. Tuhan tertarik pada pernyataan diri dari sebuah teman yang saling
mengatakan sesuatu dengan jujur.
Awalnya saya berpikir bahwa berdoa hanyalah sebuah ucapan doa-doa yang sudah
saya hafalkan. Hal ini disebabkan oleh takut akan salah berdoa. Contohnya adalah doa Salam
Maria dan Bapa Kami. Saya dikatakan telah berdoa jika telah mengucapkan doa-doa tersebut.
Akan tetapi, saya tidak mengatakan doa-doa itu dengan perasaan sehingga saya tidak
menyadari apa yang baru saja saya katakan.
Pengalaman di atas menyadarkan saya bahwa doa-doa saya hanyalah monolog, tanpa
mendengar tanggapan dan keberadaan Tuhan. Doa adalah sebuah dialog di mana ketika saya
mengatakan sesuatu, Tuhan merespon. Bayangkan saja bagaimana perasaan seorang teman
jika selama pertemuan, yang satu menghabiskan berpuluh-puluh kalimat, lalu menyudahi
pertemuan tersebut tanpa memberi kesempatan kepada yang lainnya untuk merespon. Sebab
Tuhan mengingini relasi pertemanan, biarkan Dia untuk merespon pernyataan diri manusia
dalam sebuah doa.

Doa Memanusiakan Manusia


Tuhan menciptakan manusia baik adanya. Dalam Kitab Kejadian, manusia adalah
serupa dengan-Nya. “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya sungguh amat baik”
(bdk. Kej 1: 31). Berdasarkan kutipan tersebut, manusia itu baik. Segala impuls dan
keinginannya adalah baik. Hal ini berarti segala upaya mengejar cita-cita, yang adalah
penyederhanaan kebahagiaan, adalah baik di mata Tuhan. Akan tetapi, bukankah karena
dorongan untuk mencapai cita-cita cenderung membuat manusia bingun dan merasa tidak
dimanusiakan?

2
Tuhan tentu akan memanusiakan manusia tanpa harus menghilangkan segala
dorongan dan keinginan manusia. Namun, manusia hendaknya membangun persahabatan
dengan Tuhan lewat doa. Dalam doa tersebut, sampaikanlah secara jujur segala dorongan
seksualitas, keinginan, dan agresi. Di satu sisi, manusia akan legah setelah berdoa dengan
jujur. Di sisi lain, Tuhan akan mentransformasi kodrat manusia itu dengan cara-Nya sendiri.
Tuhan akan memanusiakan manusia seturut tujuan Dia menciptakannya. Manusia,
termasuk dorongan dan keinginannya, dikuatkan oleh Tuhan untuk hidup di dunia sesuai
kehendak-Nya. Dengan kata lain, “Oleh-Nya kamu boleh mangambil bagian dalam kodrat
Ilahi” (bdk. 2 Ptr 1:4). Manusia diajak menjadi kristus yang lain dalam usaha membangun
kerajaan-Nya di dunia.
Dorongan seksualitas, agresi, dan keinginan manusia diberikan oleh Tuhan untuk
menjadi kristus baru. Dorongan seksual diubah menjadi mengasihi sesama seperti Tuhan
mengasihi ciptaan-Nya. Agresi ditransformasikan untuk melawan segala iblis baik dalam
perkataan dan perbuatan. Segala keinginan manusia dapat dimanfaatkan untuk cinta Ilahi
yang dicurahkan ke dalam hati manusia oleh Roh Kudus. Namun, yang perlu dingat adalah
semua itu akan terjadi jika manusia membangun persahabatan dengan Tuhan dalam doa yang
jujur.
Dengan demikian, kebingungan dan perasaan tidak dimanusiakan dapat diatasi
dengan berdoa. Dengan berdoa, manusia membangun sebuah relasi intim bersama Tuhan.
Akibatnya, kodrat manusia digunakan oleh Tuhan untuk membangun kerjaan-Nya di dunia
ini. Dengan kata lain, manusia semakin dimanusiakan oleh doa.

Anda mungkin juga menyukai