II. Solidaritas terbangun jika warga negara memiliki satu kepentingan yang sama
Menurut Prof. Sunario, pemikiran Renaf dalam bukunya sudah tidak asing lagi bagi
pendiri negara ini. Hal tersebut menunjukan bahwa pondasi berdirinya bangsa
indonesia mencangkup atas dasar ras, budaya agama, kelompok kepentingan dan letak
geografis. Pondasi tersebut dapat direkatkan atau dikuatakan jika setiap warga negara
mempunyai alur pemikiran yang sama mengenai rasa solidaritas.
III. Indonesia didirikan atas dasar negara persatuan
Keadilan sosial merupakan salah satu indikator dari rasa solidaritas. Jika keadilan ini
merata pada rakyat indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa warga indonesia
mempunyai rasa solidaritas yang besar. Tidak boleh ada satu elempun dimasyarakat
ini yang diperlakukan tidak adil.
Demi tercapainya solidaritas yang tinggi, negara harus mampu memberi sanksi bagi
warga negara yang merusak solidaritas.
Shidarta memberikan kesimpulan atas yang disampaikan oleh Renan, bangsa ini
mampu mempertahanankan kemerdekaannya jika setiap warga negara mempunyai
rasa berkorban. Renan menyebutkan bahwa rasa berkorban merupakan urusan jiwa.
Oleh sebab itu, jiwa berbangsa dan bernegara harus dipunyai dan dijaga oleh setiap
warga negara. Negara harus mampu memelihara keseimbangan peran kelompok-
kelompok aset yang ada pada negara ini. Kelompok tersebut sebagai indikator
tumbuhnya suatu bangsa.
Berdasarkan pemikiran D.B Grusky kelompok aset tdigolongkan kedalam 7
kelompok. Masing-masing kelompok mempunyai peran yang besar untuk
mempertahankan solidaritas. Pada dasarnya setiap kelompok mempunyai bidang
masing-masing. Kelompok tersebut tidak boleh secara otorter mengambil kepentingan
kelompok lain. Kelokpok tersebut terbagi atas kelompok dibidang ekonomis, politis,
budaya, sosial, kehormatan, keperluan dan sumber daya manusia.
VIII. Indonesia harus mampu menjaga solidaritas dengan cara rasional dan beradap
Pada hakikatnya setiap negara mempunyai semangat yang tingi untuk menjaga rasa
solidaritas warga negaranya. Perlu disadari bahwa sekat-sekat primordial sangat
berpotensi untuk menghancurkan solidaritas. Misalnya kita lihat di kehidupapsn
berangsa dan bernegara saat ini, unsur agama dijadikan sebagai senjata politik.
Oknum menyalagunakan agama juga masih terlihat dinegara ini. Misalnya agama
dijadkan senjata sebagai lawan politik. Seharusnya agama tidak dipakai untuk
melegitimasi tindakan-tindakan destruktif terhadapa solidaritas berbangsa dan
bernegara. Pemuka agama harus mampu menempatka diri sebagai pemilik aset
terhormat. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa unsur sekat-sekat primordial
harus dihilangkan agar negara ini tetep mempertahankan solidaritas dan
esksistensinya. Dimana negara mampu mengayomi dan mesejahterahkan warga
negaranya. Merdeka!
REFERENSI:
Ernes Renang, Apakah Bangsa Itu? (terjemahan Sunario). Bandung: Alumni, 1994.
Ernerst Renan, “Qu’est ce Qu’Une Nation?”
<http://leesmuseum.bibliotheekarnhem.nl/Books/mp-pdf-bestanden/LM05372.pdf>. Akses
23
Desember 2016.
Ernest Renan, “What is a Nation?”, text of a conference delivered at the Sorbonne on March
11th, 1882, in Ernest Renan, Qu’est-ce qu’une nation?, Paris, Presses-Pocket, 1992.
(translated
by Ethan Rundell).<http://ucparis.fr/files/9313/6549/9943/What_is_a_Nation.pdf>. Akses 23
Desember 2016.
D.B. Grusky, “Social Stratification.”
<http://www.grusky.org/article_files/social_stratification.pdf>. Akses 23 Desember 2016.
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000.
Shidarta,2016: SOLIDARITAS BESAR BANGSA INDONESIA