Anda di halaman 1dari 65

Kisi Kisi Sejarah UNBK

1. Pengertian sejarah menurut para ahli.

 Herodotus berpendapat bahwa sejarah merupakan ilmu yang tidak berkembang ke arah
depan dengan tujuan yang pasti melainkan bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi
rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.
 Aristoteles berpendapat bahwa sejarah merupakan satu sistem yang meneliti satu
kejadian dari sejak awal sampai tersusun dalam bentuk kronologi. Nah, pada masa yang
sama sejarah juga menyajikan peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan,
rekod atau bukti-bukti yang konkret.
 Moh. Yamin, SH berpendapat bahwa sejarah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
disusun dari hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan
kenyataan.
 Thomas Carlyle berpendapat bahwa sejarah merupakan peristiwa masa lampau yang
mempelajari biografi orang-orang yang terkenal. Mereka itu merupakan penyelamat pada
zamannya atau merupakan orang-orang besar yang pernah dicatat sebagai peletak dasar
sejarah.
 Ibnu Khaldun berpendapat bahwa sejarah merupakan catatan tentang masyarakat umat
manusia atau peradaban dunia serta tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada
watak masyarakat itu.
 Mohammad Ali dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Sejarah” menerangkan
bahwa sejarah meliputi tiga hal yakni:
a. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam suatu kenyataan di
sekitar kita.
b. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam suatu kenyataan di
sekitar kita.
c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa dalam
suatu kenyataan di sekitar kita.
 Norman E. Cantor berpendapat bahwa sejarah merupakan studi tentang apa yang
diperbuat, dikatakan serta dipikirkan oleh manusia pada masa lalu.
 Muthahhari berpendapat bahwa sejarah merupakan tindakan manusia dalam jangka
waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan di tempat tertentu.
 Nugroho Notosusanto berpendapat bahwa sejarah merupakan peristiwa-peristiwa yang
menyangkut manusia sebagai makhluk bermasyarakat yang terjadi pada waktu lampau.
Sejarah juga berarti sebagai kisah mengenai segala peristiwa itu dimana kisah itu disusun
berdasarkan peninggalan-peninggalan dari berbagai peristiwa itu.
 Mohammad Hatta berpendapat bahwa sejarah merupakan pemahaman masa lampau
yang di dalamnya mengandung berbagai macam dinamika kehidupan yang dapat berisi
problematika sebagai pelajaran bagi manusia berikutnya.
 Karl Popper berpendapat bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang tertarik pada
peristiwa-peristiwa spesifik beserta penjelasannya dimana dideskripsikan sebagai
peristiwa-peristiwa masa lampau sebagaimana peristiwa itu benar-benar terjadi secara
aktual.
 Patrick Gardiner, sejarah Ialah Ilmu Yang Mempelajari Apa Yang Telah Diperbuat
Oleh Manusia Di Masa Lalu.
 R.G. Collingwood berpendapat bahwa sejarah merupakan sebuah bentuk penyelidikan
tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh manusia pada waktu lampau.
2. Konsep berkelanjutan. (perubahan dan berkelanjutan)
a) Perubahan → Sekali → hasilnya besar.
Segala aspek kehidupan yang terus bergerak seiring dengan perjalanan kehidupan
masyarakat dan membuat perbedaan. Perubahan dapat terjadi secara cepat maupun
lambat. Sebagai contoh peristiwa pemboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada
tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Peristiwa tersebut berimbas pada menyerahnya Jepang
kepada sekutu. Yang dimaksud konsep perubahan dalam contoh diatas adalah ketika
Jepang di bom oleh Sekutu dalam waktu singkat Jepang mengaku kalah dan menyerah
kepada sekutu.
b) Berkelanjutan→ Meskipun orang nya sudah mati, tetap berlanjut. Cth: Perjuangan
bangsa Indonesia melawan Belanda.
Kehidupan manusia saat ini merupakan mata rantai dari kehidupan masa lampau,
sekarang dan masa mendatang. Setiap peristiwa tidak berdiri sendiri dan tidak
terpisahkan dari peristiwa lain.
3. Ciri sejarah sebagai peristiwa.

 Unik (terjadi pada tempat dan kondisi masing2, tidak terulang)


 Abadi (peristiwa sejarah, dapat dikenang selamanya)
 Penting (memuat peristiwa yang mempunyai dampak bagi kehidupan banyak orang)
 Lainnya : \
1. Objek : sejarah memiliki objek yaitu manusia sebagai pelaku sejarah, ruang
menunjukan tempat terjadinya suatu peristiwa, waktu menunjukan kapan sebuah
peristiwa itu terjadi
2. Empiris : peristiwa sejarah selalu berdasarkan  pengalaman manusia
3. Generalisasi : memiliki kesimpulan
4. Konsep berpikir sinkronik dan diakronik. (esai no. 1)
5. Konsep sejarah dalam ruang, waktu, dan manusia

 Manusia: Manusia berperan sebagai aktor yang utama dalam menentukan sejarah
 Ruang: Ruang atau tempat terjadinya peristiwa sejarah berkaitan dengan aspek geografis
 Waktu: Manusia berkaitan erat dengan masa lalu, masa kini, dan masa depan. setiap
peristiwa sejarah berada dalam kurun waktu tertentu yang memiliki latar belakang waktu
sebelumnya. Konsep waktu dalam sejarah mencakup 4 unsur, yaitu :
a) Perkembangan: terjadi apabila masyarakat pergerakan bertutut-turut dari satu
bentuk ke bentuk lain (masyarakat berkembaang dari bentuk sederhana ke yang
lebih kompleks)
b) Kesinambungan/berkelanjutan: terjadi apabila masyarakat tetap mengadopsi
lembaga-lembaga / kebiasaan-kebiasaan lama.
c) Pengulangan: terjadi apabila pola peristiwa pada masa lalu terjadi lagi.
d) Perubahan: terjadi apabila masyarakat mengalami perubahan (perubahan tersebut
diasumsikan sebagai perkembangan secara besar-besaran dalam waktu relative
singkat)
(Konsep kesinambungan itu maksudnya waktu masa lalu sangatlah menentukan apa yang
terjadi pada masa sekarang ini, kemudian masa sekarang menentukan apa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang. Jadi, dalam sejarah kehidupan manusia, seluruh manusia akan
tumbuh bergerak dengan seiring perjalanan waktu dan ruang di mana manusia itu berada.
Peristiwa sejarah manusia berjalan dengan dinamis, bukan statis. Mulai dari manusia itu
berada dalam kandungan, kemudian lahir, hingga beranjak dewasa, dan menjadi orang tua.
Kalau kita melihat hal itu, kita bisa menyadari bahwa fase kehidupan manusia menunjukkan
adanya kesinambungan dalam kehidupan manusia, dan kehidupan itu terikat oleh ruang dan
waktu.)
6. Kehidupan masyarakat praaksara (hasil kebudayaan)

 Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Berburu dan Mengumpulkan


Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering and hunting period) adalah
masa dimana cara manusia purba mengumpulkan makanan-makanan yang dibutuhkan
mereka untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan yang tersedia
dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar tempat bermukim
mereka pada saat itu). Mereka hidup dengan cara berpindah pindah (nomaden). Beberapa
alat yang digunakan untuk berburu dan mengumpulkan makanan antara lain sebagai
berikut.
No Nama Gambar Keterangan
1. Kapak Alat ini berupa batu yang dibentuk menjadi
Perimbas semacam kapak. Teknik pembuatannya masih
kasar, dan tidak mengalami perubahan dalam
waktu yang panjang, bagian tajam kapak jenis
ini hanya pada satu sisi. Tempat ditemukannya
antara lain di Lahat (Sumatra Selatan), Kamuda
(Lampung), Bali, Flores, Timor, Punung
(Pacitan, Jawa Timur), Jampang Kulon
(Sukabumi, Jawa Barat), Parigi, Tambangsawah
(Bengkulu).
2. Kapak Kapak penetak dibuat dari fosil kayu. Kapak
Penetak penetak
memiliki bentuk yang hampir sama dengan
kapak perimbas, bagian tajamnya berliku-liku.
Kapak penetak ini bentuknya lebih besar
daripada kapak perimbas dan cara
pembuatannya masih kasar. Kapak ini berfungsi
untuk membelah kayu, pohon, bambu, atau
disesuaikan dengan kebutuhannya. Kapak
penetak ini ditemukan hampir di seluruh
wilayah Indonesia.
3. Pahat Pahat genggam dibuat dari kalsedon dan fosil
Genggam kayu, berukuran sedang dan kecil. Pahat
genggam memiliki bentuk yang lebih kecil dari
kapak genggam. Para ahli menafsirkan bahwa
pahat genggam mempunyai fungsi untuk
menggemburkan tanah. Alat ini digunakan
untuk mencari umbiumbian yang dapat
dimakan.
4. Alat Alat serpih merupakan batu pecahan sisa
Serpih pembuatan kapak genggam yang dibentuk
menjadi tajam. Alat tersebut berfungsi sebagai
serut, gurdi, penusuk, dan pisau. Tempat
ditemukannya alat serpih ini antara lain di
Punung (Pacitan, Jawa Timur), Sangiran,
Ngandong (lembah Sungai Bengawan Solo),
Gombong (Jawa Tengah), Lahat, Cabbenge, dan
Mengeruda (Bagian Barat Flores, NTT).
5. Alat-Alat Alat-alat dari tulang dibuat dari tulang-tulang
dari binatang buruan, seperti tanduk menjangan, duri
Tulang ikan pari, ada kemungkinan digunakan sebagai
mata tombak. Alat-alat itu ditemukan di Gua
Lawang di daerah Gunung Kendeng,
Bojonegoro. Di gua-gua di daerah Tuban (Gua
Gedeh dan Gua Kandang) ditemukan alat-alat
dari kulit kerang berbentuk sabit (lengkung).

 Hasil Kebudayaan Masa Bercocok Tanam


Masa bercocok tanam merupakan masa setelah berburu dan mengumpulkan makanan,
Masa dimana manusia praaksara mulai hidup menetap, mulai menanam, menguasai
alam. Ketika alam sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup manusia, yang
disebabkan populasi manusia bertambah dan sumber daya alam berkurang, maka manusia
mulai memikirkan bagaimana dapat menghasilkan makanan. Manusia harus mengolah
alam. Pada masa ini kehidupan manusia berkembang dengan mulai mengolah makanan
dengan cara bercocok tanam. Beberapa alat yang digunakan antara lain sebagai berikut.
No Nama Gambar Keterangan
1. Kapak Beliung persegi merupakan alat dengan
Persegi permukaan memanjang dan berbentuk persegi
empat. Seluruh permukaan alat tersebut telah
digosok halus, kecuali pada bagian pangkal yang
digunakan untuk tempat ikatan tangkai. Sisi
pangkal diikat pada tangkai, sisi depan diasah
sampai tajam.
2. Kapak Kapak lonjong merupakan alat berbentuk
Lonjong lonjong dengan pangkal agak runcing dan
melebar pada bagian tajamannya. Seluruh
permukaan alat tersebut telah digosok halus. Sisi
pangkal agak runcing dan diikat pada tangkai.
Sisi depan lebih melebar dan diasah sampai
tajam pada kedua sisinya sehingga
menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.
Inilah yang membedakannya dengan beliung
persegi. Alat ini di Indonesia ditemukan hanya
terbatas di daerah bagian timur, yaitu di
Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti,
Tanimbar, dan Papua.
3. Mata Mata panah mencerminkan kehidupan
Panah masyarakat pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan. Mata panahbanyak
ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Tempat-tempat penemuan mata panah di Jawa
Timur antara lain adalah di Sampung (Gua
Lawa), Tuban (Gua Gede dan Gua Kandang),
Besuki (Gua Petpuruh), dan Bojonegoro (Gua
Keramat). Di Sulawesi Selatan, alat ini antara
lain ditemukan di beberapa gua di Pegunungan
Kapur Bone (Gua Cakondo, Tomatoa Kacicang,
Ara, Bola Batu, Pattae) dan di beberapa gua di
Pegunungan Kapur Maros dan sekitarnya.
4. Gerabah Gerabah terbuat dari tanah liat yang dibakar.
Pada masa bercocok tanam, alat ini dibuat
secara sederhana. Semua dikerjakan dengan
tangan. Gerabah ditemukan di daerah
Kendenglembu (Banyuwangi), Klapadua
(Bogor), Serpong (Tanggerang), Bali,
Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi)
serta beberapa daerah lain di Indonesia.
5. Perhiasan Pada masa bercocok tanam, sudah dikenal
perhiasan berupa gelang yang terbuat dari batu
dan kerang. Perhiasan seperti ini umumnya
ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

6. Bangunan Megalitik
Megalitik berasal dari kata mega yang artinya besar, dan lithos yang artinya batu.Tradisi
pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu didasarkan pada kepercayaan akan adanya
hubungan antara yang hidup dan yang mati. Jasa dari seseorang yang telah meninggal
diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar yang menjadi medium
penghormatan.
Bangunan Megalitik
Nama Gambar Keterangan
Menhir Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang
didirikan untuk upacara penghormatan roh nenek moyang.
Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah,
dan Kalimantan.

Sarkofagu Sarkofagus adalah peti mayat yang terbuat dari dua batu
s yang ditangkupkan. Peninggalan ini banyak ditemukan di
Bali

Dolmen Dolmen adalah meja batu tempat menaruh sesaji, tempat


penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat
meletakan jenazah. Daerah penemuannya adalah
Bondowoso, Jawa Timur.
Peti Kubur Peti Kubur Batu adalah lempengan batu besar yang
Batu disusun membentuk peti jenazah. Peti kubur batu
ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

Waruga Waruga adalah peti kubur batu berukuruan kecil


berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh.
Waruga banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah
dan Sulawesi Utara.
Arca Arca adalah patung terbuat dari batu utuh, ada yang
menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca
banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur.

Punden Punden berundak-undak merupakan tempat pemujaan.


Berundak Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara
bertingkat, menyerupai candi. Punden berundak
ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.
 Hasil Kebudayaan Masa Perundagian
Masa perundagian atau jaman logam adalah salah satu tahapan kehidupan manusia purba
berdasarkan arkeologi. Pada zaman logam, masyarakat sudah mengenal pembagian kerja
atau dengan kata lain pada masa ini sudah terdapat tingkatan masyarakat. Hal ini
dikarenakan tidak semua orang memiliki logam dan tidak semua orang bisa membuat
alat-alat yang terbuat dari logam. Berikut ini beberapa eninggalan masa perundagian
Masa Perundagian
Nama Gambar Keterangan
Nekara Nekara ialah semacam tambur besar dari perunggu yang
berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup.
Pada nekara, terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola
hias yang dibuat ialah pola binatang, geometrik, gambar
burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang,
gambar harimau, dan gambar manusia.. Benda ini banyak
ditemukan di Bali, Nusatenggara, Maluku, Selayar, dan
Irian.
Moko Bentuk moko menyerupai nekara yang lebih ramping.
Bidang pukulnya menjorok keluar, bagian bahu lurus
dengan bagian tengah yang membentuk silinder dan
kakinya lurus serta melebar di bagian bawah..Nekara yang
berukuran lebih kecil, ditemukan di Pulau Alor,
Nusatenggara Timur. Nekara dan Moko dianggap sebagai
benda keramat dan suci.
Kapak Kapak perunggu terdiri beberapa macam, ada yang
Perunggu berbentuk pahat, jantung, dan tembilang. Kapak perunggu
juga disebut sebagai kapak sepatu atau kapak corong.
Daerah penemuannya Sumatera Selatan, Jawa, Bali,
Sulawesi Tengah, dan Irian. Kapak perunggu dipergunakan
untuk keperluan sehar-hari.
Candrasa Sejenis kapak namun bentuknya indah dan satu sisinya
panjang, ditemukan di Yogyakarta. Candrasa dipergunakan
untuk kepentingan upacara keagamaan dan sebagai tanda
kebesaran.

Perhiasan Benda-benda perhiasan perunggu seperti gelang tangan,


Perunggu gelang kaki, cincin, kalung, bandul kalung pada masa
perundagian, banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa
Timur, Bali dan Sumatera.

Manik- Manik-manik adalah benda perhiasan terdiri berbagai


manik ukuran dan bentuk. Manik-manik dipergunakan sebagai
perhiasan dan bekal hidup enam, bulat, dan oval. Daerah
penemuannya di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor,
Besuki, dan Buni.
Bejana Bejana perunggu adalah benda yang terbuat dari perunggu
Perunggu berfungsi sebagai wadah atau tempat menyimpan makanan.
Bentuknya bulat panjang dan menyerupai gitar tanpa
tangkai. Benda ini ditemukan di Sumatera dan Madura.

Arca Benda bentuk patung yang terbuat dari perunggu


Perunggu menggambar orang yang sedang menari, berdiri, naik kuda,
dan memegang panah. Tempat-tempat penemuan di
Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.

7. Teori masuknya Hindu-Buddha.


Teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia yang dikemukakan para ahli sejarah umumnya
terbagi menjadi 2 pendapat.

 Pendapat pertama menyebutkan bahwa dalam proses masuknya kedua agama ini,
bangsa Indonesia hanya berperan pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar
menerima budaya dan agama dari India. Ada 3 teori yang menyokong pendapat
ini yaitu teori Brahmana, teori Waisya, dan teori Ksatria.
 Pendapat kedua menyebutkan bahwa banga Indonesia juga bersifat aktif dalam
proses penerimaan agama dan kebudayaan Hindu Budha. Dua teori yang
menyokong pendapat ini adalah teori arus balik dan teori Sudra.
1. Teori Brahmana oleh Jc.Van Leur
Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha ke Indonesia
dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India. Teori ini dilandaskan
pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau
yang hampir semuanya menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di India, aksara
dan bahasa ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana.
Selain itu, teori masuknya Hindu Budha ke Indonesia karena peran serta golongan Brahmana
juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui bahwa ajaran Hindu yang utuh
dan benar hanya boleh dipahami oleh para Brahmana. Pada masa itu, hanya orang-orang
golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan ajaran Hindu. Para Brahmana
diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya pada
masyarakatnya yang masih memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme.
(Bantahan: Brahmana tidak boleh menyebrangi lautan)
2. Teori Waisya oleh NJ. Krom
Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha di Indonesia
adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang merupakan golongan terbesar
masyarakat India yang berinteraksi dengan masyarakat nusantara. Dalam teori ini, para
pedagang India dianggap telah memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada
masyarakat lokal ketika mereka melakukan aktivitas perdagangan.
Karena pada saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin, maka dalam beberapa
waktu mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga angin laut yang akan membawa
mereka kembali ke India berhembus. Selama menetap, para pedagang India ini juga
melakukan dakwahnya pada masyarakat lokal Indonesia.
(Bantahan: Para pedagang dalam kasta Waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf
Pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta Brahmana.)
3. Teori Ksatria oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens
Dalam teori Ksatria, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada
masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria. Menurut teori masuknya Hindu Budha ke
Indonesia satu ini, sejarah penyebaran Hindu Budha di kepulauan nusantara tidak bisa
dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa
di awal abad ke 2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena
perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang
kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara. Di Indonesia mereka
kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya yang bercorak Hindu dan
Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan
kebudayaan kedua agama tersebut pada masyarakat lokal di nusantara.
(Bantahan: Ksatria sibuk bertahta pada negara, seharusnya tidak mengetahui keberadaan
nusantara)
4. Teori Arus Balik (Nasional) oleh F.D.K Bosch
Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia terjadi karena
peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. Menurut Bosch, pengenalan Hindu Budha
pertama kali memang dibawa oleh orang-orang India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada
segelintir orang, hingga pada akhirnya orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari kedua
agama ini secara langsung dari negeri asalnya, India. Mereka berangkat dan menimba ilmu di
India dan sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian mengajarkan apa yang diperolehnya
pada masyarakat Nusantara lainnya.
5. Teori Sudra oleh van Faber
Teori Sudra menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di
Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak yang bermigrasi ke wilayah Nusantara.
Mereka menetap dan menyebarkan ajaran agama mereka pada masyarakat pribumi hingga
terjadilah perkembangan yang signifikan terhadap arah kepercayaan mereka yang awalnya
animisme dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha.
Alasan Hindu-Buddha mudah diterima masyarakat :
a) Masyarakat belum mengenal agama
b) Sifat masyarakat yang terbuka (sifat dasar rakyat Indonesia yang selalu terbuka terhadap
perbedaan)
c) Kulturnya mirip dengan budaya awal masyarakat
d) Pengaruh penguasa (Ketika rajanya memeluk agama Hindu atau Budha, maka seluruh
rakyatnya juga akan melakukan hal yang sama)
8 Teori masuknya Islam
a.Teori Gujarat: Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh
para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini
menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak
para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-
Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje
dan J. Pijnapel.

b. Teori Persia: Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam
masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat.
Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran. Teori ini
tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke 13, ajaran yang
marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, adanya
beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat.
Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara
peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera  (Khususnya Sumatera
Barat dan Jambi).
c.Teori Mekkah: Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung
oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke
seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah
perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar
Khalifah. Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i.
Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir
adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam
di Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van
Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
d. Teori China: Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al
Qurtuby, mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara
melalui perantara masyarakat muslim China. Teori ini berpendapat, bahwa migrasi
masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusantara, khususnya Palembang pada abad
ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan
adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar
raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang
China lah yang pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
Alasan Islam mudah diterima masyarakat :
a) Syarat memeluk islam sangat mudah, cukup dengan mengucapkan kalimat syahadat.
b) Tata cara peribadahan Islam sederhana.
c) Islam tidak mengenal pelapisan sosial.
d) Agama islam yang menyebar di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi
bangsa Indonesia.
e) Faktor politik ikut memperlancar penyebaran Islam di Indonesia (runtuhnya
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit).

9. Majapahit dalam bidang perekonomian


 Di bidang ekonomi, Hayam Wuruk menaruh perhatian pada pertanian dan
perdagangan dengan menjadikan Tuban sebagai salah satu pusat perdagangan
Majapahit. Hayam Wuruk berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya dengan
membuat saluran pengairan, pembuatan bendungan, dan pembukaan tanah baru untuk
perladangan. Masyarakat Majapahit hidup dari pertanian, dan perdagangan. Prasarana
perekonomian dibangun, seperti jalan, lalu lintas sungai dan pelabuhan. Pelabuhan
yang besar antara lain Surabaya, Gresik , Tuban, dan Sedayu. Barang dagangan yang
diperjualbelikan antara lain beras, rempahrempah, dan kayu cendana.
10. Kerajaan Tarumanegara (Hasil Kebudayaan)

P. Tugu P. Kebun Kopi P. Ciaruteun

P. Awi P. Cidanghiyang
P. Cienten P. Jambu

1) Prasasti Ciaruteun
Menyebutkan nama Tarumanegara, Raja Purnawarman dan lukisan sepasang kaki
yang dianggap sama dengan telapak kaki Dewa Wisnu. Prasasti Ciaruteun yang
terletak di Caimpea Bogor dikenal juga dengan Prasasti Ciampea.
2) Prasasti Tugu
Menyatakan bahwa Raja Purnawarman memerintah menggali saluran air bernama
Gomati sepanjang 6.112 tombak. Pekerjaan itu dilakukan pada masa
pemerintahan Raja Purnawarman yang ke-22 dan selesai dalam 21 hari, Prasasti
Tugu ditemukan di Cilincing, Jakarta.
3) Prasasti Kebun Kopi
Ditemukan di Kampung Muara Hilir, Kecamatan Cibungbulang, pada Prasasti itu
tergambar bekas dua tapak kaki gajah yang didentikkan dengan gajah Airawata
gajah milik penguasa Tarumanegara yang agung.
4) Prasasti Jambu
Ditemukan dibukit Koleangkak, perkebunan jambu, sebelah barat Bogor. Prasasti
ini berisi sanjungan kebesaran kegagahan dan keberanian Raja Purnawarman.
5) Prasasti Lebak Atau Prasasti Cidanghiyang
Ditemukan di Kampung Lebak, tepi Sungai Cidanghiyang Pandeglang, Banten.
Prasasti ini berisi pujian atas kebesaran dan keagungan Raja Purnawarman.
6) Prasasti Pasir Awi
Ditemukan didaerah Leuwiliang, Prasasti ini tertulis dalam aksara ikal yang
belum dapat dibaca.
7) Prasasti Muara Cianten
Ditemukan di Bogor, Prasasti ini terrulis dalam aksara ikal yang juga belum dapat
dibaca.

11. Mataram Islam (sosial budaya)


 Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan, maka Sultan Agung
melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan daerahdaerah persawahan dan
memindahkan banyak para petani ke daerah Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan
agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan
memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem kehidupan ini
menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa.
 
 Pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni
pahat, seni sastra dan sebagainya. Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen yang
merupakan akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara
Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri gunungan
yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada waktu perayaan hari
besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari raya idul Fitri.; Grebeg Maulud
pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang
didasarkan pada peredaran matahari (tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah
menjadi tarikh Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun
Hindu 1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun Jawa.
 
 Adanya suasana yang aman, damai dan tenteram, maka berkembang juga Kesusastraan
Jawa. Sultan Agung sendiri mengarang Kitab Sastra Gending yang berupa kitab filsafat.
Demikian juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata yang berisi ajaran tabiat
baik yang bersumber pada kitab Ramayana.
 
12. Peninggalan kitab Majapahit

 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit No 1: Nagarakretagama ditulis pada zaman


pemerintahan Hayam Wuruk oleh Empu Prapanca. Berisi tentang kerajaan Singasari dari
masa pemerintahan Ken Arok raja pertama Singosari hingga Hayam Wuruk dan keadaan
kota Trowulan, Kerajaan Majapahit serta daerah jajahannya serta kisah perjalanan Raja
Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaannya. Diceritakan juga tentang diadakannya
upacara Sradda untuk Gayatri, mengenai pemerintahan dan kehidupan keagamaan di
Zaman Majapahit
 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit No 2: Sutasoma merupakan karangan Mpu
Tantular, menceritakan Sutasoma, putra raja yang kemudian mendalami agama Budha.
Dalam kitab ini, terdapat kalimat, “Bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa.
“Bhinneka tunggal ika inilah -yang kemudian menjadi semboyan persatuan kita.

 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit No 3: Arjuna Wiwaha karangan Empu Kanwa,


didalam kitab ini diceritakan tentang Arjuna Sasrabahu yang berhasil mengalahkan
raksasa jahat dan kejam.

 Kitab Peninggalan Kerjaan Majapahit No 4: Kunjarakarna, isi kitab ini menceritakan


tentang raksasa yang berkeinginan untuk menjadi Manusia. Untuk mewujudkan
keinginannya tersebut sang raksasa kemudian menghadap Wairocana (Buddha
Dharmakaya) dan diizinkan untuk meilah neraka. Karena ketaatan sang raksasa dalam
menjalankan agama Buddha, maka keinginannya untuk menjadi manusia pun dikabulkan.

 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit No 5: Sudayana , isi Kitab Sudayana adalah


tentang Peristiwa Bubat, yaitu rencana pernikahan antara Raja Hayam Wuruk dengan
Dyah Pitaloka, putri Sri Baduga Maharaja. Terjadi kesalahpahaman antara Gajah Mada
dengan Sribaduga Maharaja, bahwa putrinya akan dijadika selir bukan permaisuri.
Kemudian, pertempuran tidak bisa dihindari lagi. Sri Baduga Maharaja beserta para
pembesarnya dari kerajaan Pajajaran melawan Majapahit dibawah pimpinan Gajah Mada
di lapangan Bubat berakhir kekalahan bagi Pajajaran dengan tewasnya sang raja beserta
pembesarnya. Sedangkan Dyah Pitaloka sendiri tewas bunuh diri.

 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit No 6: Sorandakan. Dalam kitab ini diceritakan


tentang kisah pemberontakan Sora terhadap Raja Jayanegara di Lumajang.

 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit No 7: Ronggolawe. Isi Kitab Ronggolawe adalah


menceritakan tentang pemberontakan Ronggolawe yang berasal dari Tuban terhadap Raja
Jayanegara.

 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit No 8: Panjiwijayakarma. Isi kitab ini


menceritakan tentang perjalanan hidup Raden Wijaya hingga menjadi Raja Majapahit.

 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit No 9: Usana Jawa. Kitab Usana Jawa ini
menceritakan tentang keberhasilan Gajah Mada dan Arya Damar menaklukkan kerajaan
bali menjadi daerah kekuasaan Majapahit.

 Kitab Peninggalan Majapahit No 10: Tantu Panggelaran. Kitab ini menceritakan


tentang pemindahan gunung Mahameru oleh Dewa Brahma, Siwa dan Wisnu. Runtuhan
dari gunung Mahameru sepanjang pulau Jawa itulah yang menjadi gunung-gunung di
Jawa.

 Kitab Peninggalan Majapahit No 11: Pararaton Berisi kisah, cerita dan dongeng


mengenai raja Singasari dan Majapahit. Didalamnya juga diceritakan tentang
pemberontakan sora, ronggolawe dan peristiwa bubat serta menceritakan tentang Raja
Jayanegara.

 Kitab Peningglan Majapahit No 12: Calon Arang ini menceritakan tentang seorang
tukang tenung/sihir pada masa kerajaan Kahuripan. Ia memiliki seorang putri yang sangat
cantik, tapi tidak ada satu orang pun yang ingin meminang putrinya (mungkin karena
takut) membuat Calon Arang merasa sangat terhina. Akhir, ia menyebarkan penyakit
keseluruh negeri. Perbuatannya itu membuat Raja Airlangga marah dan memerintahkan
Empu Baradha untuk membunuh Calon Arang, dan akhirnya Calon Arang tewas di
bunuh oleh Empu Baradha.
13. Candi Jawa Tengah dan Jawa Timur
14. Masuknya Negara-negara eropa ke Indonesia
Sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :
a) Jatuhnya konstatinopel (pintu masuk perdagangan Asia ke Eropa / sebaliknya)
ketangan Turki Usmani 1453
b) Perkembangan IPTEK (muncul teknologi pelayaran dan ilmu kompas)
c) Teori bumi itu bulat oleh Nicholas Coppernicus

15*. Gambar peta masuknya bangsa eropa ke Indonesia

16. Perlawanan bangsa Indonesia sebelum dan setelah tahun1908

Sebelum Sesudah
 Perlawanan secara sporadis dan  Perjuangan dilakukan dengan
tidak serentak. menggunakan organisasi, bukan
 Perlawanan dipimpin oleh menggunakan kekerasan.
pimpinan karismatik sehingga  Para pemimpin berasal dari kaum
tidak ada yang melanjutkan. intelektual, bukan raja atau sultan.
 Sebelum masa 1908 perlawanan  Rasa persatuan dan kebangsaan
menggunakan kekerasan senjata. sudah mulai tumbuh.
 Para pejuang di adu domba oleh  Perjuangan tidak bersifat
penjajah. kedaerahan lagi.

17. Strategi perlawanan bangsa Indonesia

Hasanuddin Diponegoro Sisimangaraja XII Pattimura

Antasari Sultan Agung Imam Bonjol I Gusti Ketut Jelantik

Perang Padri

Tuanku Imam Bonjol


Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian
agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang
bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari
para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat
menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri
dengan kekalahan Kaum Adat
Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna
melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat.
Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang ini
berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam Bonjol lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari
tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di
pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.
Perang Pattimura

Kapten Pattimura
Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat
Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melakukan perlawanan
terhadap Belanda. Pertempuran sengit terjadi di benteng Duurstede, Saparua. Belanda
mengerahkan pasukan secara besar-besaran, rakyat Maluku terdesak. Perlawanan rakyat Maluku
melemah akibat tertangkapnya Pattimura dan Martha Christina Tiahahu.
Perang Diponegoro

Pangeran Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin
Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang
ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran
Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat
perang bernama Benteng Stelsel, yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk
mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan
gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.
Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro. Belanda akhirnya
menggunakan tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran Diponegoro, padahal
sebenarnya itu berupa penangkapan. Setelah penangkapan, gerak pasukan Diponegoro mulai
melemah. Belanda dapat memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar
karena perang tersebut menguras biaya dan tenaga yang banyak.
Perang Jagaraga Bali

I Gusti Ketut Jelantik


Perang ini terjadi akibat protes Belanda terhadap Hak Tawan Karang, yaitu aturan yang
memberik hak kepada kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas kapal asing beserta muatannya
yang terdampar di Bali. Protes ini tidak membuat Bali menghapuskan Hak Tawan Karang,
sehingga perang puputan (habis-habisan) antara kerajaan-kerajaan Bali yang dipimpin I Gusti
Ketut Jelantik dengan Belanda terjadi. Belanda berhasil menguasai Bali karena kekuatan militer
yang lebih unggul.
Perang Banjar

Pangeran Antasari
Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta
keikut-campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran
Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun
1859. Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya.
Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah
pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar
mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara
itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.
Perang Aceh

Cut Nyak Dien


Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda bebas
meluaskan wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro, Cut Mutia,
Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapatkan perlawanan sengit dari
rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga semangatnya untuk melawan
Belanda sangat kuat.
Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan
karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur pertahanan Aceh
bertubi-tubi agar mental rakyat semakin terkikis, dan memecahbelah rakyat Aceh menjadi
beberapa kelompok.
Perlawanan Rakyat Batak

Sisingamangaraja XII
Perlawanan rakyat Batak dipimpin Sisingamangaraja XII. Latar belakang perlawanan ini adalah
bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama
Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak
pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat
ditembak serdadu Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.
18. Sistem sewa tanah (Raffles)
Sistem yang diterapkan oleh Gubernur Raffles dimana rakyat atau para petani di nusantara
diwajibkan membayar pajak pada pemerintah yang dianggap sebagai uang sewa dengan dasar
bahwa semua tanah adalah milik Negara.
Pokok-pokok dari sistem sewa tanah (Land-rent) :

 Sistem wajib kerja dan penyerahan wajib dihilangkan.


 Diterapkannya sistem pemungutan hasil pertanian secara langsung oleh pemerintah dan
tidak lagi melalui Bupati.
 Pemerintah dianggap sebagai pemilik tanah oleh sebab itu rakyat wajib membayar uang
sewa atau pajak kepada pemerintah.
Kegagalan sistem sewa tanah
Dalam pelaksanaannya, sistem sewa tanah di Indonesia mengalami kegagalan, karena:

 Sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik tanah yang luasnya berbeda,
 Sulit menentukan luas sempit dan tingkat kesuburan tanah,
 Terbatasnya jumlah pegawai, dan
 Masyarakat pedesaan belum terbiasa dengan sistem uang.
19. Strategi sebelum dan sesudah tahun 1908 (udh ada di nomor 16)
20. Proklamasi
Setelah dari Rengasdengklok, Soekarno dan rombongan kembali ke Jakarta dan segera
melakukan pertemuan untuk membahas persiapan Proklamasi kemerdekaan. Pertemuan itu
dilakukan di kediaman Laksamana Maeda yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor
Penghubung Angkatan Laut Jepang.

Di sana Soekarno, Hatta, Sukarni, Ahmad Soebardjo, Mbah Diro dan B.M. Diah melakukan
rapat untuk menentukan isi teks Proklamasi. Setelah disepakati mengenai isi teks Proklamasi
kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta yang menjadi wakil bangsa Indonesia sebab
mereka memiliki pengaruh yang besar bagi rakyat Indonesia.

Setelah itu, Soekarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik teks Proklamasi. Dari awal
rapat yang dimulai sejak dini hari pada 17 Agustus 1945, akhirnya baru diselesaikan pada pukul
04.00 pagi saat teks Proklamasi selesai diketik dan ditandatangani.
21. Demokrasi liberal (dalam bidang politik – kabinet)
Pada Masa Demokrasi Liberal, banyak partai politik ikut serta dalam perebutan Parlemen Indonesia. Hal ini
yang menjadi faktor keributan politik pada era ini. Foto: Sigi Blogger

Pasca kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Indonesia berusaha mencari sistem pemerintahan
yang dirasakan sesuai dengan kehidupan berbangsa Indonesia. Pada saat itu baik sebelum atau
sesudah kemerdekaan, terdapat usul mengenai sistem negara yang dipergunakan, anatara lain:
Federasi, Monarki, Republik-Parlementer, dan Republik-Presidensil.

Pada bulan Oktober 1945, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengeluarkan Maklumat Wakil
Presiden No.X bulan Oktober 1945, yang menyatakan bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) sebelum terbentuknya MPR/DPR melakukan tugas legisltif. Dengan demikian KNIP dari
lembaga pembantu presiden menjadi lembaga yang sederajat dengan lembaga kepresidenan.

Kemudian KNIP yang dipimpin Sutan Sjahrir berhasil mendorong Pemerintah yaitu, Wakil Presiden
Hatta untuk mengeluarkan Maklumat Pemerintah 13 Novermber 1945 tentang pendirian partai-partai
politik dan Maklumat Pemerintah 14 Novermber 1945 tentang pemberlakuan Kabinet Parlementer.
Dengan maklumat tersebut Indonesia menjalankan sistem parlementer dalam menjalankan
pemerintahan. Presiden hanya sebagai kepala negara dan simbol, sedangkan urusan pemerintahan
diserahkan kepada perdana menteri. Sjahrir terpilih menjadi Perdana Menteri Indonesia pertama.

Demokrasi Liberal
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer-liberal
dengan mencontoh sistem parlementer barat dan masa ini disebut Masa Demokrasi Liberal. Indonesia
sendiri pada tahun 1950an terbagi menjadi 10 Provinsi yang mempunyai otonomi berdasarkan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950) yang juga bernafaskan liberal.

Secara umum, demokrasi liberal adalah salah satu bentuk sistem pemerintahan yang berkiblat pada
demokrasi. Demokrasi liberal berarti demokrasi yang liberal. Liberal disini dalam artian perwakilan
atau representatif.

Dengan pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan Republik Indonesia dijalankan oleh suatu
dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada
parlemen (DPR). Sistem multi partai pada masa demokrasi liberal mendorong untuk lahirnya banyak
partai-partai politik dengan ragam ideologi dan tujuan politik.

Demokrasi Liberal sendiri berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataanya bahwa UUDS
1950 dengan sisten Demokrasi Liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan kehidupan politik bangsa
Indonesia yang majemuk.

Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dekrit presiden mengenai pembubaran
Dewan Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena
dianggap tidak cocok dengan keadaan ketatanegaraan Indonesia.

Pelaksanaan Pemerintahan
Tahun 1950-1959 merupakan masa memanasnya partai-partai politik pada pemerintahan Indonesia.
Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI
dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR (Parlemen).  Dalam waktu lima tahun (1950
-1955) PNI dan Masyumi secara bergantian memegang hegemoni poltik dalam empat kabinet yang
pernah berlaku. Adapun susunan kabinetnya sebagai berikut;

1. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)


Formasi Kabinet Natsir. Foto: Wikipedia
Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir dari Partai Masyumi
sebagai perdana menteri. Kabinet Natsir merupakan koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi
bersama dengan PNI. Kabinet ini memiliki struktur yang terdiri dari tokoh – tokoh terkenal duduk di
dalamnya, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Mr.Asaat, Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo.

Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:

 Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.


 Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
 Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
 Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
 Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, kabinet Natsir mendapatkan tugas utama yaitu proses
integrasi Irian Barat. Akan tetapi, Kabinet Natsir kemudian mendapatkan kendala yaitu pada masa
kabinet ini terjadi banyak pemberontakan seperti: Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan
APRA, Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Kabinet Natsit memiliki keberhasilan dalam upaya perundingan antara Indonesia-Belanda untuk
pertama kalinya mengenai masalah Irian Barat.

Dalam bidang ekonomi kabinet ini memperkenalkan sistem ekonomi Gerakan Benteng  yang
direncanakan oleh Menteri Ekonomi, Sumitro Djojohadikusumo. Program ini bertujuan untuk
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi
Indonesia). Programnya adalah:

 Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.


 Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan ekonomi nasional.
 Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan
kredit.
 Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng
dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa
Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini.

Tujuan program ini sendiri tidak dapat tercapai dengan baik meskipun anggaran yang digelontorkan
pemerintah cukup besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
 Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka
sistem ekonomi liberal.
 Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
 Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
 Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
 Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
 Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari
kredit yang mereka peroleh.
Kabinet Natsir sendiri kemudian berakhir disebabkan oleh adanya mosi tidak percaya dari PNI di
Parlemen Indonesia menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS.
PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan
Masyumi. Mosi tersebut disampaikan kepada parlemen tanggal 22 Januari 1951 dan memperoleh
kemenangan, sehingga pada tanggal 21 Maret 1951 Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada
Presiden.

2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)


Formasi Kabinet Sukiman. Foto: Pinterest
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk Sartono (Ketua
PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan mandatnya kepada presiden
setelah bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951). Presiden Soekarno kemudian menunjukan
Sidik Djojosukatro dari PNI dan Soekiman Wijosandjojo dari Masyumi sebagai formatur dan
berhasil membentuk kabinet koalisi Masyumi-PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet
Soekiman-Soewirjo.

Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:

 Menjamin keamanan dan ketentraman


 Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan
kepentingan petani.
 Mempercepat persiapan pemilihan umum.
 Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam
wilayah RI secepatnya.
 Menyiapkan undang – undang tentang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama,
penetapan upah minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh.
Kabinet ini mengutamakan skala prioritas terhadap peningkatan keamanan dan ketentraman negara.
RMS. dan lainnya. Akan tetapi kabinet ini kemudian mengalami sandungan setelah parlemen
mendengar bahwa kabinet ini menjalin kerja sama dengan blok barat, yaitu Amerika Serikat.

Kabinet Sukiman ditenggarai melakukan Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri
Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian
bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual
Security Act (MSA).

MSA sendiri kemudian dinilai mengkhianati politik luar negeri bebas dan aktif Indonesia karena
menerima MSA sama saja dengan ikut serta dalam kepentingan Amerika. Tindakan Kabinet Sukiman
tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih
condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.

Kabinet Sukiman sendiri memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan militer dan kurang
prograsif menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan. Parlemen pada
akhirnya menjatuhkan mosi tidak percaya kepada Kabinet Sukiman. Sukiman kemudian harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.

Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)

Formasi Kabinet Wilopo. Foto: Wikipedia


Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja
selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana Mentari Wilopo,
sehingga bernama Kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan dari PNI, Masyumi, dan PSI.

Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:

 Program dalam negeri: 


 Menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih Dewan Konstituante, DPR, dan
DPRD 
 Meningkatkan kemakmuran rakyat, 
 Meningkatkan pendidikan rakyat, dan 
 Pemulihan stabilitas keamanan negara
 Program luar negeri: 
 Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda,
 Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta 
 Menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
Dalam menjalankan tugasnya Kabinet Wilopo menghadapi krisis ekonomi, defisit kas negara, dan
meningkatnya tensi gangguan keamanan yang disebabkan pergerakan gerakan sparatis yang
progresif. Ketimpangan Jawa dan luar Jawa membuat terjadi gelombang ketidakpuasan di daerah
yang memperparah kondisi politik nasional.

Kabinet Wilopo juga harus menghadapi konflik 17 Oktober 1952 yang menempatkan TNI sebagai
alat sipil dan munculnya masalah intern dalam TNI sendiri. Konflik semakin diperparah dengan
adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam usahanya memulihkan
keamanan di Sulawesi Selatan

Munculnya Peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur


(Deli), Peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan
para petani liar yang di dukung PKI mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia
terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden pada
tanggal 2 Juni 1953.

Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 – 12 Agustus


1955)
Formasi Kabinet Ali Sastro I. Foto: Wikipedia
Kabinet Ali Sastroamidjojo yang terbentuk pada 31 Juli 1953 merupakan kabinet ke-empat yang
dibentuk selama Masa Demokrasi Liberal. Kabinet ini mendapatkan dukungan banyak partai di
Parlemen, termasuk Partai Nahdlatul Ulama (NU). Kabinet ini diketuai oleh PM. Ali Sastroamijoyo
dan Wakil PM. Mr. Wongsonegoro dari Partai Indonesia Raya (PIR).

Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I:

 Meningkatkan keamanan dan kemakmuran


 Menyelenggarakan Pemilu dengan segera
 Pembebasan Irian Barat secepatnya
 Pelaksanaan politik bebas-aktif
 Peninjauan kembali persetujuan KMB.
 Penyelesaian pertikaian politik.
Dalam menjalankan fungsinya, kabinet ini berhasil melakukan suatu prestasi yaitu:

 Merampungkan persiapan pemilu yang akan diselenggarakan 29 September 1955


 Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955
Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955 memiliki pengaruh dan arti penting bagi solidaritas dan
perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia- Afrika dan juga membawa akibat yang lain, seperti :

 Berkurangnya ketegangan dunia


 Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik diskriminasi ras di negaranya.
 Indonesia mendapatkan dukungan diplomasi dari negara Asia-Afrika dalam usaha penyatuan
Irian Barat di PBB
Pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo I, Menteri Perekonomian Mr. Iskaq
Cokrohadisuryo memperkenalkan sistem ekonomi yang dikenal dengan sistem Ali-Baba. Sistem
ekonomi Ali-baba diperuntukan menggalang kerjasama ekonomi antara pengusaha pribumi yang
diidentikkan dengan Ali dan penguaha Tionghoa yang diidentikkan dengan Baba.

Sistem ekonomi ini merupakan penggambaran ekonomi pribumi – China. Sistem Ali Baba
digambarkan dalam dua tokoh, yaitu: Ali sebagai pengusaha pribumi dan Baba digambarkan sebagai
pengusaha non pribumi yang diarahkan pada pengusaha China.

Dengan pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, pengusaha non-pribumi diwajibkan untuk memberikan


latihan-latihan kepada pengusaha Indonesia. Sistem ekonomi ini kemudian didukung dengan :
 Pemerintah yang menyediakan lisensi kredit dan lisensi bagi usaha  swasta nasional 
 Pemerintah memberikan perlindungan agar pengusaha nasional mampu bersaing dengan
pengusaha asing
Pelaksanaan sistem ekonomi Ali-Baba tidak berjalan sebagaimana mestinya. Para pengusaha pribumi
akhirnya hanya dijadikan sebagai alat bagi para pengusaha Tionghoa untuk mendapatkan kredit dari
pemerintah.

Kabinet Ali ini juga sama seperti kabinet terdahulu mengalami permasalahan mengatasi
pemberontakan di daerah seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.

Terjadinya Peristiwa 27 Juni 1955, yaitu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh
TNI-AD memperburuk usaha peningkatan keamanan negara. Pada masa kabinet ini keadaan
ekonomi masih belum teratasi karena maraknya korupsi dan peningkatan inflasi.

Konflik PNI dan NU memperburuk koalisi partai pendukung Kabinet Ali yang mengakibatkan NU
menarik menteri-menterinya  pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya. Keretakan
partai pendukung mendorong Kabinet Ali Sastro I harus mengembalikan mandatnya pada presiden
pada tanggal 24 Juli 1955.

Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret


1956)
Sumpah Jabatan PM Burhanuddin Harahap. Foto: Pinterest
Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap. Burhanuddin Harahap
berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.

Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:

 Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat


dan masyarakat kepada pemerintah.
 Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru
 Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
 Perjuangan pengembalian Irian Barat
 Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
Kabinet Burhanuddin Harap ini mencatatkan sejumlah keberhasilan dalam menjalankan fungsinya,
seperti:

 Keberhasilan menyelenggarakan Pemilu pada 29 September 1955 untuk memilih anggota


DPR dan 15 Desember untuk memilih Dewan Konstituante.
 Membubarkan Uni Indonesia-Belanda
 Menjalin hubungan yang harmonis dengan Angkatan Darat
 Bersama dengan Polisi Militer melakukan penangkapan para pejabat tinggi yang terlibat
korupsi
Pemilu yang dilakukan pada tahun 1955 menghasilkan 4 partai besar di Parlemen yaitu, PNI,
NU, Masyumi, dan PKI. Pemilu itu diikuti oleh 27 dari 70 partai yang lolos seleksi.

Kabinet ini mengalami ganggung ketika kebijakan yang diambil berdampak pada banyaknya mutasi
dalam lingkungan pemerintahan yang dianggap menimbulkan ketidaktenangan. Kabinet ini sendiri
mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno ketika anggota Parlemen yang baru kurang
memberikan dukungan kepada kabinet.

Kabinet Ali Sastramojoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)

Formasi Kabinet Ali Sastro II. Foto: Pinterest


Pada tanggal 20 Maret 1956, didukung oleh tiga partai besar di Parlemen: PNI, NU, dan Masyumi.
Ali Sastroamijoyo mendapatkan mandat untuk kedua kalinya membentuk kabinet.

Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut:

 Perjuangan pengembalian Irian Barat


 Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota
DPRD.
 Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
 Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
 Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
 Pembatalan KMB
 Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar
negeri bebas aktif
 Melaksanakan keputusan KAA.
Kabinet ini mendapatkan dukungan penuh dari Parlemen dan Presiden Soekarno, sehingga dianggap
sebagai titik tolak dari periode planning and investment. Kabinet ini berhasil melakukan pembatalan
seluruh perjanjian KMB.

Pada masa kabinet ini muncul gelombang anti Cina di masyarakat, meningkatnya pergolakan dan
kekacauan di daerah yang semakin menguat, serta mengarah pada gerakan sparatisme dengan
pembentukan dewan militer di Sumater dan Sulawesi.

Lambatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan mengakibatkan krisis kepercayaan daerah luar
Jawa dan menganggap pemerintah pilih kasih dalam melakukan pembangunan. Pembatalan KMB
menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia.
Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI mengakibatkan mundurnya sejumlah menteri dari
Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.

Kabinet Djuanda (9 April 1957- 5 Juli 1959)


Djuanda Kartawidjaja bersama Presiden Soekarno. Foto: Pinterest
Kabinet baru kemudian dipimpin oleh Ir. Djuanda yang kemudian membentuk kabinet yang terdiri
dari para menteri yang ahli dalam bidangnya. Kabinet ini dikenal dengan istilah Zaket Kabinet
karena harus berisi unsur ahli dan golongan intelektual dan tidak adanya unsur partai politik di
dalamnya.

Program pokok dari Kabinet Djuanda dikenal sebagai Panca Karya yaitu:

 Membentuk Dewan Nasional


 Normalisasi keadaan RI
 Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
 Perjuangan pengembalian Irian Jaya
 Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Presiden Soekarno juga pernah mengusulkan dibentuknya Dewan Nasional ini sebagai langkah awal
demokrasi terpimpin.

Pada masa kabinet Juanda, terjadi pergolakan-pergolakan di daerah-daerah yang menghambat


hubungan antara pusat dan daerah. Untuk mengatasinya diadakanlah Musyawarah Nasional atau
Munas di Gedung Proklamasi Jalan Pegangsaan Timur No. 56 tanggal 14 September 1957.

Munas tersebut membahas beberapa hal, yaitu masalah pembangunan nasional dan daerah,
pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah Republik Indonesia. Munas selanjutnya
dilanjutkan dengan musyawarah nasional pembangunan (munap) pada bulan November 1957.
Tanggal 30 November 1957, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno di Cikini.
Keadaan negara memburuk pasca percobaan pembunuhan tersebut, banyak daerah yang menentang
kebijakan pemerintah pusat yang kemudian berakibat pada pemberontakan PRRI/Permesta.

Keberhasilan Kabinet Karya yang paling menguntungkan kedaulatan Indonesia dengan


dikeluarkannya Deklarasi Djuanda yang mengatur batas wilayah kepulauan Indonesia. Kemudian
dikuatkan dengan peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 4 prp. Tahun 1960 tentang
perairan Indonesia. Pasca Deklarasi Djuanda, perairan Indonesia bertambah luas sampai 13 mil yang
sebelumnya hanya 9 mil.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia
Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939).
Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut
di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai.
Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

22. Faktor muncul nasionalisme (intern/ekstern)


INTERNAL
Faktor intern yang memengaruhi munculnya nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Timbulnya kembali golongan pertengahan, kaum terpelajar.
b. Adanya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh seluruh rakyat dalam berbagai
    bidang kehidupan
c. Pengaruh golongan peranakan
d. Adanya keinginan untuk melepaskan diri dari imperialisme 

EKSTERNAL
a. Paham-faham modern dari Eropa (liberalisme, humanisme, nasionalisme, dan komunisme)
b. Gerakan pan-islamisme.
c. Pergerakan bangsa terjajah di Asia.
d. Kemenangan Rusia atas Jepang.
23. Serangan umum 1 Maret 1949
Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949
terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran
tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan
pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari Panglima Divisi III, Kol. Bambang Sugeng ,
[ butuh rujukan ] untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI - berarti juga
Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat
posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan
tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia
internasional bahwa
Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan.
Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade X/ Wehrkreis III turut serta sebagai
pelaksana lapangan di wilayah
Yogyakarta .
24. Politik Etis
Politik etis merupakan merupakan suatu pemikiran oleh kolonial yang memegang tanggung
jawab atas kesejahteraan pribumi, dan ini merupakan kritik terhadap tanam paksa yang dilakukan
oleh pihak jepang.

Pieter Brooshooft yang merupakan pelopor kaum etis membuat pemerintah kolonial lebih
memperhatikan kesejahteraan kaum pribumi. Kemudian pada 17 September 1901, Ratu
Wilhelmina yang baru saja naik tahta, dalam sebuah pidato parlemen Belanda ia menegaskan
bahwa pihak Belanda memiliki panggilan moral terkait hutang budi pada bangsa pribui Hindia
Belanda.

Kebijakan tersebut dikenal dengan Trias Van deventer yang meliputi:


1. Irigasi yakni membangun dan memperbaiki pengairan untuk keperluan pertanian
2. Emigrasi yakni transmigrasi penduduk
3. Edukasi, yakni memperluas bidang pendidikan.

Namun dalam pelaksanaanya pemerintah belanda menyalahi poin pertama dan kedua yaitu
dengan membangun irigasi untuk keperluan perkebunan swasta Belanda (bukan untuk
kepentingan pertanian kaum pribumi), dan juga memindahkan penduduk ke perkebunan untuk
dijadika pekerja rodi. Namun demikian, politik etis dalam bidang pendidikan atau edukasi sangat
berperan dalam perkembangan dunia pendidikan di Hindia Belanda. Sejak tahun 1900 banyak
didirikan sekolah-sekolah sehingga pendidikan dapat merata hingga ke daerah-daerah.
25. Peristiwa sekitar proklamasi (rengasdengklok, dll)

1. Jepang Menyerah Kepada Sekutu dan Dibentuknya BPUPKI dan PPKI

Kekalahan Jepang kepada Sekutu di Perang Dunia Kedua ditandai setelah dijatuhkannya bom
atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Berita kekalahan
Jepang pun disambut baik oleh para rakyat Indonesia untuk segera memproklamasikan diri dan
segera bebas.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi
Cosakai didirikan sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia dengan dipimpin oleh Radjiman
Wedyodiningrat. Setelah itu BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai dan dipimpin oleh Soekarno dan Hatta.

Pada 12 Agustus 1945 perwakilan Jepang, Marsekal Terauchi, bertemu dengan pimpinan PPKI
dan Radjiman Wedyodiningrat di Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi memberitahukan bahwa
Jepang akan memberikan Indonesia kemerdekaan. Namun, Sutan Syahrir medesak Soekarno dan
Hatta agar Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan karena berpikir hadiah
kemerdekaan tersebut hanyalah tipu muslihat Jepang saja.

2. Peristiwa Rengasdengklok

Golongan pemuda dan golongan tua dari para pejuang dulu sempat memiliki argumen panas
menanggapi kapan seharusnya Proklamasi dilakukan. Golongan muda seperti Sutan Syahrir,
Wikana, Chaerul Saleh, Sukarni selalu mendesak agar Proklamasi segera dilakukan. Mereka
ingin mendapatkan kemerdekaan dengan perjuangan sendiri dan bukannya karena hadiah dari
Jepang.

Pada 16 Agustus 1945 dini hari para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Para pemuda ingin kembali meyakinkan Soekarno dan Hatta agar segera memproklamasikan
kemerdekaan dan tidak terpengaruh dengan Jepang. Mereka meyakinkan bahwa Jepang telah
menyerah kepada Sekutu dan itu adalah saat yang tepat untuk segera merdeka.

Ahmad Subardjo pun datang ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta serta
memberi keyakinan kepada para pemuda bahwa Proklamasi akan dilakukan tapi tak boleh
tergesa-gesa. Ia juga menyebutkan bahwa Proklamasi akan dilakukan pada 17 Agustus 1945
selambat-lambatnya pukul 12.00 siang.

3. Dirumuskannya Teks Proklamasi

Setelah dari Rengasdengklok, Soekarno dan rombongan kembali ke Jakarta dan segera
melakukan pertemuan untuk membahas persiapan Proklamasi kemerdekaan. Pertemuan itu
dilakukan di kediaman Laksamana Maeda yang saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor
Penghubung Angkatan Laut Jepang.

Di sana Soekarno, Hatta, Sukarni, Ahmad Soebardjo, Mbah Diro dan B.M. Diah melakukan
rapat untuk menentukan isi teks Proklamasi. Setelah disepakati mengenai isi teks Proklamasi
kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta yang menjadi wakil bangsa Indonesia sebab
mereka memiliki pengaruh yang besar bagi rakyat Indonesia.

Setelah itu, Soekarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik teks Proklamasi. Dari awal
rapat yang dimulai sejak dini hari pada 17 Agustus 1945, akhirnya baru diselesaikan pada pukul
04.00 pagi saat teks Proklamasi selesai diketik dan ditandatangani.

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam
tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen '05


Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno - Hatta

4. Pembacaan Teks Proklamasi

Pembacaan teks Proklamasi dilakukan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di kediaman Soekarno
di Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta (Jl. Proklamasi) pada pukul 10.00 pagi. Para tokoh
perjuangan serta rakyat Indonesia berkumpul untuk menyaksikan teks Proklamasi dibacakan dan
melihat pengibaran bendera Merah Putih.

Setelah Soekarno yang didampingi Hatta membacakan teks Proklamasi, bendera Sang Saka
Merah Putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati juga dikibarkan oleh Suhud dan Latief
Hendradiningrat. Saat pengibaran bendera para hadirin yang datang pun menyanyikan Indonesia
Raya.

Indonesia pun dinyatakan telah merdeka dari penjajahan dengan perjuangan tak kenal menyerah
dari para pahlawan. Meskipun banyak menghadapi kendala dan argumen akhirnya para tokoh
bisa mempersatukan diri karena memiliki cita-cita yang sama yaitu ingin merdeka.

26. Demokarasi parlementer dalam bidang ekonomi


1. Gunting Syafruddin 
Kebijakan Gunting Syafruddin adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Cara yang digunakan
pada Kebijakan Gunting Syafruddin adalah dengan memotong semua uang bernilai Rp. 2,50 ke
atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan
Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS).
2. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng 
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk
mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir.
Kebijakan Gerakan Benteng direncanakan oleh Sumitro ]oyohadikusumo (menteri perdagangan).
3. Nasionalisasi De javasche Bank 
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia
melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan
bahwa mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini
menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter. Tujuannya adalah
untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan penghematan
secara drastis.
4. Sistem Ekonomi Ali-Baba 
Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh lskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet
Aji l). Tujuan dari program ini adalah Untuk memajukan pengusaha pribumi, Agar para
pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional, Pertumbuhan dan perkembangan
pengusah;i swasta nasional pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi
nasional.
5. Persaingan Finansial Ekonomi (Finek) 
Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan
masalah finansialekonomi antara pihak indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh
Anak Agung Gede Agung.
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) 
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih bergani
menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotai
ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.

7. Musyawarah Nasional Pembangunan 


Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. 

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/14964647#readmore


27. Andi Aziz
Pemberontakan Andi Azis meletus di kota Makassar, pada tanggal 8 April 1950.
Pemberontakan ini terjadi akibat kekecewaan para mantan serdadu KNIL.

Berdasar kesepakatan Konferensi Meja Bundar, pasukan KNIL digabung kedalam APRIS
(Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) bersama pasukan TNI. Akibatnya, para serdadu
KNIL menolak kesepakatan ini, dan merasa didominasi oleh para tentara TNI yang berasal dari
Jawa. Akibatnya mereka menuntut agar KNIL diberi wewenang atas keamanan di Negara
Indonesia Timur.

Pemberontakan ini dipimpin oleh Andi Azis, seorang mantar perwira KNIL. Kebanyakan
pemberontak adalah mantan serdadu KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger, Pasukan
Kolonial Hindia Belanda).

Tuntutan pasukan pemberontak Andi Azisadalah agar pasukan TNI ditarik dari Makassar, agar
Negara Indonesia Timur dipertahan kan dan agar KNIL diberi wewenang atas keamanan di
Negara Indonesia Timur.
Pemberontakan meletus setelah para bekas serdadu KNIL menyerang markas APRIS dan
menyandera sejumlah perwira APRIS di Makassar. Setelah menguasai Makassar, mereka
mengultimatum pemerintah untuk memenuhi tuntutan mereka.

Menghadapi pemberontakan Andi Azis ini, pada tanggal 8 April 1950, pemerintah Indonesia
mengeluarkan ultimatum yang meminta Andi Azis untuk segera datang ke Jakarta. Jika Azis
mengabaikan ultimatum tersebut, Kapal Laut "Hang Tuah" akan meyerang Makassar.

Selain itu, ultimatum pemerintah juga meminta Andi Azis untuk bertanggung jawab atas
tindakannya dalam 4 x 24 jam, ultimatum juga diabaikan. Setelah batas waktu berlalu,
pemerintah mengirim pasukan di bawah komando Kolonel Alex Kawilarang.

Pada tanggal 15 April 1950, Andi Azis akan datang ke Jakarta dengan janji Hamengkubuwana
IX bahwa dia tidak akan ditangkap. Tapi, saat Azis datang ke Jakarta, dia langsung ditangkap.
Setelah sidang, Andi Azis di hukum 15 tahun penjara.

Pemberontakan ini menyebabkan semakin kuatnya tuntutan agar Negara Indonesia Timur
dibubarkan dan bergabung dengan NKRI
28. Peran tokoh yang terlibat proklamasi
1. Ir. Soekarno. Membaca teks Proklamasi dan menandatangani teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
2. Drs. Mohammad Hatta. Mendampingi Ir. Soekarno pada waktu pembacaan teks
proklamasi dan ikut menandatangani teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia bersama
Ir. Soekarno.
3. Ibu Fatmawati (Istri Ir. Soekarno). Menjahit Sang Saka Merah Putih.
4. Sukarni. Mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh Soekarno-Hatta, atas
nama Bangsa Indonesia dan menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
5. Ahmad Soebarjo. Merumuskan teks proklamasi.
6. Chairul Saleh. Tidak menyetujui apabila anggota PPKI ikut menandatangani teks
proklamasi.
7. Wikana. Mengusulkan agar Proklamasi diadakan di Jakarta.
8. Darwis. Menyampaikan hasil rapat para pemuda Indonesia di gedung Bakteriologi.
9. Latief Hendraningrat. Pengibar Sang Saka Merah Putih.
10. S. Suhud. Pengibar Sang Saka Merah Putih.
11. Suwirjo. Sebagai walikota Jakarta menyampaikan Pidato Sambutan.
12. Ki Hajar Dewantara. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
13. A.G. Pringgodigdo. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
14. Mr. A.A. Maramis. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
15. Dr. Muwardi. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
16. Dr. Buntaran Martoatmodjo. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
17. Mr. Latuharhary. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
18. Abikusno Tjokrosujoso. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
19. Anwar Tjokroaminoto. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
20. Otto Iskandardinata. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
21. Pandu Kartawiguna. Menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
22. Sayuti Melik. Mengetik Naskah Proklamasi

29. PDRI / agresi militer 2


Serangan terjadinya agresi militer Belanda II bermula pada tanggal 19 Desember 1948 di
Yogyakarta. Belanda melancarkan serangan menggunakan taktik perang kilat (blitzkrieg) di
segala sisi wilayah Republik Indonesia.
Dimulai dari merebut pangkalan udara Maguwo (saat ini bernama Adi Sucipto) dengan
menerjunkan pasukan payung dan dengan gerak cepat mampu mengambil alih kendali kota
Yogyakarta yang merupakan ibukota Republik Indonesia saat itu. Dan menangkap pemimpin
Republik Indonesia yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta.

Selain itu tentara Belanda dalam serangannya juga menawan Syahrir, Agus Salim, Mohammad
Roem serta A.G. Pringgodigdo. Yang oleh Belanda Lekas diberangkatkan ke pengasingan di
Parapat Sumatera dan pulau Bangka.
Namun sebelum diasingkan Presiden Soekarno memberikan surat kuasa kepada Syafrudin
Prawiranegara yang berada di Bukittinggi untuk mendirikan pemerintahan darurat. Menteri
lainnya yang berada di Jawa namun sedang berada di luar Yogyakarta sehingga tidak ikut
tertangkap ialah sebagai berikut.
1. Menteri Dalam Negeri, dr. Sukiman,
2. Menteri Persediaan Makanan,Mr. I.J. Kasimo,
3. Menteri Pembangunan dan Pemuda, Supeno, dan
4. Menteri Kehakiman, Mr. Susanto.
Menurut Kahin (2013) Belanda melakukan beberapa strategi untuk menghadapi bangsa
Indonesia yang mulai ditetapkan pada akhir tahun 1948 yang dikenal sebagai strategi tiga sisi,
berikut penjelasannya.

1. Pertama, Belanda berharap dengan menerapkan kekuatan militer secukupnya agar dapat
menghancur leburkan Republik dan Militer Indonesia secara menyeluruh.
2. Kedua, menjadikan bangsa Indonesia sebagai Negara Federal Serikat demi melaksanakan
program pemecah belah bangsa atau politik adu domba (devide et impera).
3. Yang ketiga, Belanda berharap bangsa Indonesia akan mendapatkan sanksi internasional
melalui pemberian kedaulatan pada federasi Indonesia yang dikuasai oleh Belanda secara tidak
langsung.
Dengan Agresi Militer II yang dilancarkan pihak Belanda, hal tersebut dianggap sebagai sebuah
kemenangan besar yang diperoleh Belanda. Sebab dapat menawan pucuk pimpinan bangsa
Indonesia, namun hal tersebut menuai kecaman luar biasa yang tak diduga sebelumnya oleh
pihak Belanda. Terutama dari pihak Amerika Serikat yang menunjukan rasa simptinya terhadap
bangsa Indonesia dengan memberi pernyataan, sebagaimana berikut.
1. Jika Belanda masih saja melakukan tindakan militer terhadap bangsa Indonesia, Amerika
Serikat akan menghentikan segala bantuan yang diberikan pada pemerintah Belanda.
2. Mendorong Belanda untuk menarik pasukannya berada di belakang garis status quo
renville.
3. Mendorong dibebaskannya pemimpin Bangsa Indonesia oleh Belanda.
4. Mendesak agar Belanda dibuka kembali sebuah perundingan yang jujur berdasarkan
perjanjian Renville.

30. Masa demokrasi terpimpin


Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Latar Belakang dikeluarkan dekrit Presiden :

Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil dibuat
sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan
demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.

Dekrit Presiden 1959 – Dimulainya Masa Demokrasi Terpimpin


 Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga membawa
Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang
mantap.
 Situasi politik yang kacau dan semakin buruk.
 Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah gawat
bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme.
 Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional
 UUD sementara 1950 dengan penerapan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan
kondisi masyarakat Indonesia
 Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara agar tujuan
partainya tercapai.

Demi menyelamatkan negara maka presiden melakukan tindakan mengeluarkan keputusan


Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli
1959.

Tujuan dikeluarkan dekrit adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak
menentu dan untuk menyelamatkan negara.

Isi Dekrit Presiden adalah sebagai berikut.

 Pembubaran konstituante
 Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
 Pembentukan MPRS dan DPAS
Reaksi dengan adanya Dekrit Presiden:

 Rakyat menyambut baik sebab mereka telah mendambakan adanya stabilitas politik yang
telah goyah selama masa Liberal.
 Mahkamah Agung membenarkan dan mendukung pelaksanaan Dekrit Presiden.
 KSAD meminta kepada seluruh anggota TNI-AD untuk melaksanakan pengamanan
Dekrit Presiden.
 DPR pada tanggal 22 Juli 1945 secara aklamasi menyatakan kesediaannya untuk
melakanakan UUD 1945.

Dampak positif Dampak negatif

 Menyelamatkan negara dari perpecahan  Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan


dan krisis politik berkepanjangan. secara murni dan konsekuen. UUD 45
 Memberikan pedoman yang jelas, yaitu yang harusnya menjadi dasar hukum
UUD 1945 bagi kelangsungan negara. konstitusional penyelenggaraan
 Merintis pembentukan lembaga tertinggi pemerintahan pelaksanaannya hanya
negara, yaitu MPRS dan lembaga tinggi menjadi slogan-slogan kosong belaka.
negara berupa DPAS yang selama masa  Memberi kekeuasaan yang besar pada
Demokrasi Parlemen tertertunda presiden, MPR,dan lembaga tinggi
pembentukannya. negara. Hal itu terlihat pada masa
Demokrasi terpimpin dan berlanjut
sampai Orde Baru.
 Memberi peluang bagi militer untuk
terjun dalam bidang politik. Sejak
Dekrit, militer terutama Angkatan Darat
menjadi kekuatan politik yang disegani.
Hal itu semakin terlihat pada masa Orde
Baru dan tetap terasa sampai sekarang.

31. Perundingan linggarjati (esai no. 4)


32. Pemberontakan berdasarkan ideology, agama,
1. Pemberontakan G30S/PKI
Gerakan G30S/PKI sendiri terjadi pada tanggal 30 September 1965, tepatnya saat malam hari.
Insiden G30S/PKI masih menjadi perdebatan berbagai kalangan mengenai siapa penggiatnya dan
apa motif yang melatar belakanginya.
Akan tetapi kelompok reliji terbesar saat itu dan otoritas militer menyebarkan kabar bahwa
insiden tersebut merupakan ulah PKI yang bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila menjadi
ideologi komunis.
Hingga pada puncaknya Pada tanggal 30 September 1965, PKI melakukan penculikan terhadap
enam orang jenderal TNI AD. Tiga jenderal itu adalah MT Haryono, Ahmad Yani dan DI
Panjaitan yang tewas di tempat. Sedangkan Tiga jenderal lainnya seperti Sutoyo Siswomiharjo,
Soeprapto dan S. Parman dibawa oleh para pemberontak dalam kondisi hidup.
2. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian Timur. Gerakannya dikenal
dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta dideklarasikan oleh pemimpin sipil
dan militer Indonesia bagian timur pada 2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual.
Gerakan ini jelas melawan pemerintah pusat dan menentang tentara sehingga harus ditumpas.
Untuk menumpas gerakan Permesta, pemerintah melakuakan operasi militer beberapa kali.
3. Pemberontakan PRRI
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI tercipta sebagai buah dari protes
masyarakat daerah yang merasakan ketidakadilan pemerintah pusat. Daerah kecewa terhadap
pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan.
Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah seperti Dewan
Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual, Dewan Garuda di
Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian, Dewan Gajah di Sumatra Utara yang
dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan, Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh
Letkol Ahmad Husein.
4. Pemberontakan PKI di Madiun
Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di
Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut
tempat-tempat penting di Madiun.
Kemudian atas perintah Jenderal Sudirman, tentara berhasil menumpas gerakan ini. Sang tokoh
utama itu tewas sedangkan beberapa yang lain seperti Dipa Nusantara Aidit (DN. Aidit) berhasil
meloloskan diri.
5. Pemberontakan DI/TII
Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII) dibentuk karena banyak pihak yang kecewa
dengan kepemimpinan Presiden Soekarno. Tujuan DI TII sendiri ialah mendirikan negara
berbasis Islam dengan pimpinan utamanya bernama Kartosuwiryo. Kelompok ini rupanya
mendapat dukungan dari banyak pihak, termasuk Aceh dan beberapa daerah lain yang bahkan
menyatakan bergabung dengan organisasi tersebut.
Dalam perkembangannya, DI TII menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Aceh.
6. Pemberontakan GAM
Gerakan Aceh Merdeka merupakan sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan supaya
daerah Aceh lepas dari Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah dan GAM yang
diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan
jatuhnya korban hampir sekitar 15.000 jiwa.

Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM
dipimpin oleh Hasan di Tiro yang sekarang bermukim di Swedia dan memiliki kewarganegaraan
Swedia.
7. Pemberontakan OPM
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan tahun 1965
yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari pemerintahan
Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini
dipanggil dengan nama Irian Jaya.
8. Pemberontakan RMS
Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka pada 25 April
1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia
masih berupa Republik Indonesia Serikat).
Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan harus segera
ditumpas. Pulau-pulau terbesar yang menjadi basis RMS adalah Pulau Seram, Ambon, dan Buru.
Di Ambon RMS dikalahkan oleh militer Indonesia pada November 1950, tetapi konflik di Pulau
Seram masih berlanjut sampai Desember 1963.
33. Kontigen Garuda
Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional
Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut
serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957.
Kontingen Garuda I
Kontingen Garuda I dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir. Kontingen Garuda Indonesia I terdiri
dari gabungan personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT) IV/Diponegoro,
serta 1 kompi dari Resimen Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang. Kontingen ini dipimpin
oleh Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo yang kemudian digantikan oleh Letnan Kolonel Infanteri
Suadi Suromihardjo, sedangkan wakilnya Mayor Infanteri Soediono Suryantoro. Kontingen
Indonesia berangkat tanggal 8 Januari 1957 dengan pesawat C-124 Globe Master dari Angkatan
Udara Amerika Serikat menuju Beirut, ibukota Libanon. Dari Beirut pasukan dibagi dua,
sebagian menuju ke Abu Suweir dan sebagian ke Al Sandhira. Selanjutnya pasukan di El
Sandhira dipindahkan ke Gaza, daerah perbatasan Mesir dan Israel, sedangkan kelompok
Komando berada di Rafah. Kontingen ini mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 29 September
1957. Kontingen Garuda I berkekuatan 559 pasukan.
Kontingen Garuda II
Konga II dikirim ke Kongo pada 1960 dan dipimpin oleh Letkol Inf Solichin GP. Konga II
berada di bawah misi UNOC.KONGA II berjumlah 1.074 orang dipimpin Kol.Prijatna
(kemudian digantikan oleh Letkol Solichin G.P) bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei
1961.
Kontingen Garuda III
Konga III dikirim ke Kongo pada 1962. Konga III berada di bawah misi UNOC dan dipimpin
oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kol Inf Sobirin Mochtar.KONGA III terdiri atas 3.457orang
dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris, kemudian Kol. Sabirin Mochtar.KONGA III terdiri atas
Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur
bantuan tempur. Seorang Wartawan dari Medan, H.A. Manan Karim (pernah menjadi Wkl.
Pemred Hr Analisa) turut dalam kontingen Garuda yang bertugas hingga akhir 1963.
Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas
Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963. Komandan Yon
Kavaleri 7 Letkol GA. Manulang, gugur di Kongo.
Kontingen Garuda IV
Konga IV dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga IV berada di bawah misi ICCS dan dipimpin
oleh Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto.Pada tanggal 23 Januari 1973 pasukan Garuda IV
diberangkatkan ke Vietnam yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal TNI Wiyogo Atmodarminto,
yang merangkap Deputi Militer Misriga dengan kekuatan 294 orang yang terdiri dari anggota
ABRI dan PNS Departemen Luar Negeri. Kontingen Garuda IV ini merupakan Kontingen ICCS
(International Commission of Cantre and Supervision) pertama yang tiba di Vietnam. Tugas
kontingen GAruda IV adalah mencegah pelanggaran-pelanggaran, menjaga status quo,
mengawasi evakuasi pasukan dan alat-alat perang serta mengawali pertukaran tawanan perang.
Kontingen Garuda V
Konga V dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga V berada di bawah misi ICCS dan dipimpin
oleh Brigjen TNI Harsoyo.
Kontingen Garuda VI
Konga VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973. Konga VI berada di bawah misi UNEF dan
dipimpin oleh Kol Inf Rudini.Kontingen Garuda Indonesia VI di resmikan oleh
Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Pangabean. Tugas pokok Kontingen Garuda Indonesia
sebagai peace keeping force atau “Pasukan Pemelihara Perdamaian”. Komposisi Kontingen
tersebut berintikan Yonif 512/Brigif Kodam VIII/Brawijaya dengan kekuatan 466 orang,
dibawah pimpinan Kolonel Inf. Rudini. Sebagai Komandan Komando Taktis, ditunjuk Mayor
Basofi Sudirman. Selain pengiriman Kontingen, atas permintaan PBB diberangkatkan pula
Brigadir Jenderal Himawan Sutanto sebagai Komandan Brigade Selatan Pasukan PBB di Timur
Tengah, pada tanggal 13 Desember 1973. Kontingen Garuda Indonesia VI tiba kembali di
Indonesia setelah menyelesaikan tugasnya di Timur Tengah selama sembilan bulan. Pada tanggal
31 September 1974, Kasum Hankam Marsdya TNI Sudharmono atas nama Menhankam/Pangab
membubarkan Kontingen Garuda Indonesia VI dan selanjutnya diserahkan kepada kesatuan
masing-masing.
Kontingen Garuda VII
Konga VII dikirim ke Vietnam pada 1974. Konga VII berada di bawah misi ICCS dan dipimpin
oleh Brigjen TNI S. Sumantri.
Kontingen Garuda VIII/1
Konga VIII/1 dikirim ke Timur Tengah pada 1974. Konga VIII/1 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Art Sudiman Saleh.
Kontingen Garuda VIII/2
Konga VIII/2 dikirim ke Timur Tengah pada 1975. Konga VIII/2 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Gunawan Wibisono. Berintikan anggota TNI dari kesatuan
KOSTRAD, yaitu dari YONIF LINUD 305/Tengkorak-BRIGIF LINUD 17/KOSTRAD, dengan
komandan batalyon Letkol Inf.
Kontingen Garuda VIII/3
Konga VIII/3 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/3 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Untung Sridadi.
Kontingen Garuda VIII/4
Konga VIII/4 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/4 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Suhirno.
Kontingen Garuda VIII/5
Konga VIII/5 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/5 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Kav Susanto Wismoyo.
Kontingen Garuda VIII/6
Konga VIII/6 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/6 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Karma Suparman.
Kontingen Garuda VIII/7
Konga VIII/7 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/7 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Sugiarto.
Kontingen Garuda VIII/8
Konga VIII/8 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/8 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf R. Atmanto.
Kontingen Garuda VIII/9
Konga VIII/9 dikirim ke Timur Tengah pada 1979. Konga VIII/9 berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf RK Sembiring Meliala.
Kontingen Garuda IX/1
Konga IX/1 dikirim ke Iran-Irak pada 1988. Konga IX/1 berada di bawah misi UNIIMOG dan
dipimpin oleh Letkol Inf Endriartono Sutarto.
Kontingen Garuda IX/2
Konga IX/2 dikirim ke Iran-Irak pada 1989. Konga IX/2 berada di bawah misi UNIIMOG dan
dipimpin oleh Letkol Inf Fachrul Razi.
Kontingen Garuda IX/3
Konga IX/3 dikirim ke Iran-Irak pada 1990. Konga IX/3 berada di bawah misi UNIIMOG dan
dipimpin oleh Letkol Inf Jhony Lumintang.
Kontingen Garuda X
Konga X dikirim ke Namibia pada 1989. Konga X berada di bawah misi UNTAG dan dipimpin
oleh Kol Mar Amin S.
Kontingen Garuda XI/1
Konga XI/1 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/1 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh Letkol Inf Albert Inkiriwang.
Kontingen Garuda XI/2
Konga XI/2 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/2 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh May CZI TP Djatmiko.Setelah Kontingen Garuda XI-1 mengakhiri masa tugasnya
pada tanggal 23 April 1992 kemudian tugas selanjutnya diserahkan kepada Kontingen Garuda
XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-
Kuwait sebagaimana Kontingen Garuda XI-1. Kontingen gelombang kedua ini berangkat pada
tanggal 23 April 1992.Penugasan Kontingen Garuda XI-2 berdasarkan resolusi Dewan
Keamanan PBB Nomor 687 tanggal 3 April 1992 pada paragraf 5 tentang pembentukan dan
tugas-tugas yang dilaksanakan Unikom dan Surat Perintah Panglima ABRI Nomor Sprin
1024/IV/1992.Sebagai Komandan Kontingen Garuda XI-2 adalah Mayor Czi Toto Punto
Jatmiko. Personel anggota Kontingen Garuda XI-2 terdiri dari 6 perwira. Sebagai duta bangsa
prestasi yang berhasil dicapai Kontingen Garuda XI-2 adalah berperan mengembalikan personel
Amerika Serikat yang ditangkap oleh Polisi Irak di wilayah Kuwait. Di samping itu Kontingen
Garuda XI-2 berhasil membujuk suku Bieloven untuk tidak melaksanakan kegiatan pasar gelap.
Pada tanggal 23 April 1991 Kontingen Garuda XI-2 telah selesai melaksanakan tugas dan
kembali ke tanah air dan mereka kemudian mendapatkan bintang Satyalencana Santi Dharma
dari pemerintah.
Kontingen Garuda XI/3
Konga XI/3 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1993. Konga XI/3 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh May Kav Bambang Sriyono.Garuda XI-2 mengakhiri masa tugasnya pada tanggal
23 April 1992, maka Kontingen Garuda XI-3 menggantikan Kontingen Garuda XI-2 untuk
melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-Kuwait.
Kontingen ini beranggotakan enam orang perwira ABRI di bawah pimpinan Mayor Kav.
Bambang Sriyono. Mereka berangkat ke wilayah Irak-Kuwait pada tanggal 19 April 1993 dan
kembali ke tanah air pada tanggal 25 April 1994.Atas permintaan Dewan Keamanan PBB pada
tanggal 10 Oktober 1993 Pemerintah Indonesia mengirimkan Letkol Inf. Hasanudin sebagai
anggota Staf UNIKOM. Ia termasuk Kontingen Garuda XI/UNIKOM dan berhasil melaksanakan
tugas dengan baik. Pada tanggal 17 Oktober 1994 kontingen ini kembali ke tanah air.
Kontingen Garuda XI/4
Konga XI/4 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1994. Konga XI/4 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh May Inf Muh. Mubin.
Kontingen Garuda XI/5
Konga XI/5 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1995. Konga XI/5 berada di bawah misi UNIKOM dan
dipimpin oleh May CPL Mulyono Esa.
Kontingen Garuda XII/A
Konga XII/A dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/A berada di bawah misi UNTAC dan
dipimpin oleh Letkol Inf Erwin Sujono.
Kontingen Garuda XII/B
Konga XII/B dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII/B berada di bawah misi UNTAC dan
dipimpin oleh Letkol Inf Ryamizard Ryacudu.
Kontingen Garuda XII/C
Konga XII/C dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/C berada di bawah misi UNTAC dan
dipimpin oleh Letkol Inf Darmawi Chaidir.
Kontingen Garuda XII/D
Konga XII/D dikirim ke Kamboja pada 1993. Konga XII/D berada di bawah misi UNTAC dan
dipimpin oleh Letkol Inf Saptaji Siswaya dan Letkol Inf Asril Hamzah Tanjung.Pada tanggal 20
Januari 1993 Kontingen Garuda XII-D diberangkatkan ke Kamboja untuk menggantikan
Kontingen Garuda XII-C. Kontingen Garuda XII-D dipimpin oleh Letkol Inf. Saptdji dan
wakilnya Mayor Inf. Suryo Sukanto. Jumlah personel 850 orang terdiri atas 390 orang dari Yonif
303/SSM Kostrad, 213 orang anggota Korps Marinir TNI AL dan 217 orang anggota ABRI dari
berbagai kesatuan. Selama penugasan terjadi penyusutan lima orang personel, karena tiga orang
menderita kecelakaan ranjau, satu orang kecelakaan lalu lintas dan satu orang sakit. Untuk
menggantikan personel tersebut dikirim 63 orang, sehingga pada akhir penugasan berjumlah 908
personel.
Kontingen Garuda XII
Konga XII dikirim ke Kamboja pada 1992. Konga XII berada di bawah misi UNTAC (civil
police) dan dipimpin oleh Kol Pol Drs S Tarigan dan Kol Pol Drs Rusdihardjo.
Kontingen Garuda XIII
Konga XIII dikirim ke Somalia pada 1992. Konga XIII berada di bawah misi UNOSOM dan
dipimpin oleh May Mar Wingky S.
Kontingen Garuda XIV/1
Konga XIV/1 dikirim ke Bosnia-Herzegovina pada 1993. Konga XIV/1 berada di bawah misi
UNPROFOR dan dipimpin oleh Letkol Inf Eddi Budianto.
Kontingen Garuda XIV/2
Konga XIV/2 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/2 berada di bawah misi UNPROFOR
dan dipimpin oleh Letkol Inf Tarsis K.
Kontingen Garuda XIV/3
Konga XIV/3 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/3 berada di bawah misi UNPROFOR.
Kontingen Garuda XIV/4
Konga XIV/4 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/4 berada di bawah misi UNPROFOR
(civil police) dan dipimpin oleh Letkol Pol Drs Suhartono.
Kontingen Garuda XIV/5
Konga XIV/5 dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/5 berada di bawah misi UNPROFOR
dan dipimpin oleh Letkol Art Mazni Harun.
Kontingen Garuda XIV/A
Konga XIV/A dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/A berada di bawah misi UNPROFOR
(Yonkes) dan dipimpin oleh Letkol CKM dr Heridadi. Konga XIV/A ini merupakan petugas
kesehatan.
Kontingen Garuda XIV/B
Konga XIV/B dikirim ke Bosnia pada 1994. Konga XIV/B berada di bawah misi UNPROFOR
(Yonkes) dan dipimpin oleh Letkol CKM dr Budi Utoyo. Konga XIV/B ini merupakan petugas
kesehatan.
Kontingen Garuda XIV/C
Konga XIV/C dikirim ke Bosnia pada 1995. Konga XIV/C berada di bawah misi UNPROFOR
(Yon Zeni) dan dipimpin oleh Letkol CZI Anwar Ende. Konga XIV/C ini adalah dari Batalyon
Zeni.
Kontingen Garuda XV
Konga XV dikirim ke Georgia pada 1994. Konga XV berada di bawah misi UNOMIG dan
dipimpin oleh May Kav M Haryanto.
Kontingen Garuda XVI
Konga XVI dikirim ke Mozambik pada 1994. Konga XVI berada di bawah misi UNOMOZ dan
dipimpin oleh May Pol Drs Kuswandi. Kontingen ini terdiri dari 15 pasukan.
Kontingen Garuda XVII
Konga XVII dikirim ke Filipina pada 1994. Kontingen ini bertugas dari 17 Juni 1994 sampai 28
Desember 1994. KONGA XVII dipimpin oleh Brigjen TNI Asmardi Arbi, kemudian digantikan
oleh Brigjen TNI Kivlan Zein, bertugas di Filipina sebagai pengawas genjatan senjata setelah
adanya perundingan antara MNLF pimpinan Nur Misuari dengan pemerintah Filipina.
Kontingen Garuda XVIII
KONGA XVIII dikirim ke Tajikistan pada November 1997. Kontingen ini terdiri dari 8 perwira
TNI yang dipimpin oleh Mayor Can Suyatno.
Kontingen Garuda XIX/1
Konga XIX/1 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/1 beranggotakan 10 perwira
TNI dipimpin oleh Letkol K. Dwi Pujianto dan bertugas sebagai misi pengamat (observer
mission).
Kontingen Garuda XIX/2
Konga XIX/2 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/2 beranggotakan 10 orang
dipimpin oleh Letkol PSK Amarullah. Konga XIX/2 bertugas sebagai misi pengamat.
Kontingen Garuda XIX/3
Konga XIX/3 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/3 beranggotakan 10 perwira
dipimpin oleh Letkol (P) Dwi Wahyu Aguk. Konga XIX/3 bertugas sebagai misi pengamat.
Kontingen Garuda XIX/4
Konga XIX/4 dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002. Konga XIX/4 beranggotakan 10 perwira
dan dipimpin oleh Mayor CZI Benny Oktaviar MDA. Konga XIX/4 bertugas sebagai misi
pengamat.
Kontingen Garuda XX/A
Konga XX/A dikirim ke Bungo, Kongo pada 6 September 2003 dan bertugas selama 1 tahun.
Konga XX/A berjumlah 175 prajurit dari Kompi Zeni dibawah pimpinan Mayor CZI Ahmad
Faizal.
Kontingen Garuda XX/B
Konga XX/B bertugas di Republik Demokratik Kongo. Konga XX/B berasal dari Kompi Zeni.
Kontingen Garuda XX/C
Konga XX/C dikirim ke Republik Demokratik Kongo pada 28 September 2005. Konga XX/C
berjumlah 175 personel dan dipimpin Mayor Czi Demi A. Siahaan. Konga XX/C berasal dari
Kompi Zeni.
Kontingen Garuda XX/D
Konga XX/D rencananya akan diberangkatkan ke Republik Demokratik Kongo untuk
menggantikan Konga XX/C yang telah bertugas selama hampir satu tahun. Konga XX/D
berjumlah 175 personel dan dipimpin oleh Mayor Czi Jamalulael. Konga XX/D berasal dari
Kompi Zeni yang terdiri dari kelompok komando 27 orang, tim kesehatan 11 orang, ton bantuan
30 orang, ton 1 Zikon 22 orang, ton 2 Zikon 22 orang, ton 3 Zikon 22 orang dan ton Alberzi 41
orang.
Kontingen Garuda XXI
Kontingen Garuda XXI merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Liberia
(UNMIL)yang terdiri dari perwira AD,AL,AU yang terlatih dalam misi PBB dan mempunyai
kecakapan khusus sebagai pengamat militer (UN military observer).
Konga XXI terdiri dari 3 tahap:
Konga XXI-1 dipimpin oleh Letkol Lek Bayu Roostono, bertugas antara tahun 2003-2004 dalam
periode DDRR, pasca perang sipil II.
Konga XXI-2 dipimpin oleh Letkol (L) Putu Angga, bertugas antara tahun 2004-2005 dalam
periode pasca pemilu dan pemilu.
Konga XXI-3 dipimpin oleh Letkol (L)Supriatno, bertugas antara tahun 2005-2006 dalam
periode pemulihan keamanan, rekonstruksi dan pemerintahan demokratis pertama semenjak
perang sipil 14 tahun.
Kontingen Garuda XXI dalam melaksanakan tugasnya senantiasa didukung oleh Perhimpunan
Masyarakat Indonesia di Liberia (PERMIL).
Kontingen Garuda XXII
Kontingen Garuda XXIII/A
Konga XXIII/A bertugas sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Libanon (UNIFIL)
dan rencananya akan berangkat pada akhir September 2006 tetapi kemudian ditunda karena PBB
menunda keberangkatan pasukan perdamaian dari negara-negara Asia sehingga akhirnya
pasukan dikembalikan lagi ke kesatuannya masing-masing. Kontingen Garuda XXIII/A dipimpin
oleh Kolonen Surawahadi dan terdiri dari 850 personel TNI. Anak pertama Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono juga ikut serta dalam pasukan ini.

34. PRRI/ Permesta (perang dingin)

35. IPTEK (tenaga nuklir)


BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional)
Tugas pokok BATAN sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 adalah
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir di
Indonesia hanya diarahkan untuk tujuan damai dan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Komitmen ini secara tegas dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan meratifikasi Traktat
Pencegahan Penyebaran Senjata Nuklir dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1978, dan
meratifikasi Traktat mengenai Kawasan Asia Tenggara Bebas dari Senjata Nuklir dengan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 1997.
Kemudian sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013, dalam
melaksanakan tugasnya tersebut BATAN menyelenggarakan fungsi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian, pengembangan dan
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir;
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BATAN;
3. Pelaksanaan penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi nuklir;
4. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan lembaga lain di
bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
nuklir;
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan BATAN;
6. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan jaminan mutu nuklir;
7. Pembinaan pendidikan dan pelatihan;
8. Pengawasan atas pelaksanaan tugas BATAN; dan
9. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian, pengembangan, dan
pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir.
Visi
BATAN Unggul di Tingkat Regional, Berperan dalam Percepatan Kesejahteraan Menuju
Kemandirian Bangsa
Misi
1. Merumuskan kebijakan dan strategi nasional iptek nuklir
2. Mengembangkan iptek nuklir yang handal, berkelanjutan dan bermanfaat bagi
masyarakat
3. Memperkuat peran BATAN sebagai pemimpin di tingkat regional, dan berperan aktif
secara internasional
4. Melaksanakan layanan prima pemanfaatan iptek nuklir demi kepuasan pemangku
kepentingan
5. Melaksanakan diseminasi iptek nuklir dengan menekankan pada asas kemanfaatan,
keselamatan dan keamanan
Tujuan
Tujuan pembangunan iptek nuklir adalah memberikan dukungan nyata dalam pembangunan
nasional dengan peran

 Meningkatkan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi, dan


pemanfaatan/pendayagunaanya oleh masyarakat dalam mendukung program
pembangunan nasional

 Meningkatkan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem inovasi dalam


rangka mendukung penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan
radiasi
Sasaran
Sasaran pembangunan iptek nuklir yang ingin dicapai adalah :

 Peningkatan hasil litbang enisora berupa bibit unggul tanaman pangan, tersedianya
insfrastruktur dasar pembangunan PLTN, pemahaman masyarakat terhadap teknologi
nuklir, pemanfaatan aplikasi teknologi isotop dan radiasi untuk kesehatan; dan

 Peningkatan kinerja manajemen kelembagaan dan penguatan sistem inovasi meliputi


kelembagaan iptek, sumber daya iptek dan penguatan jejaring iptek dalam rangka
mendukung pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir,
isotop dan radiasi di masyarakat
Prinsip
Segenap kegiatan iptek nuklir dilaksanakan secara profesional untuk tujuan damai dengan
mengutamakan prinsip keselamatan dan keamanan, serta kelestarian lingkungan hidup
Nilai-Nilai
Segenap kegiatan nuklir dilandasi nilai-nilai

 Visionary, Innovative, Excellent dan Accountable

 Kejujuran, Kedisiplinan, Keterbukaan, Tanggungjawab, Kreatif dan Kesetiakawanan


5 (lima) pedoman BATAN yaitu :

 Berjiwa pionir

 Bertradisi ilmiah

 Berorientasi industri

 Mengutamakan keselamatan

 Komunikatif

36. Revolusi hijau


Revolusi hijau adalah usaha dalam mengembangkan teknologi pertanian yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi pangan. Hal ini dikarenakan :

 Hancurnya lahan pertanian akibat PD  Adanya lahan kosong


I dan PD II  Upaya peningkatan produksi
 Pertambahan penduduk pertanian.
Upaya pelaksaaan :

 Intensifikasi pertanian : pemilihan bibit unggul, pengelolaan tanah yang baik,


pemupukan, irigasi, dan pemberantasan hama.
 Ekstensifikasi pertanian : pembukaan lahan baru.
 Diversivikasi pertanian : usaha penganekaragaman jenis tanaman dengan system
tumpang sari.
 Rehabilitasi pertanian : usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis.

Dampak Positif Dampak Negatif


 Lapangan kerja bagi petani dan  Kesuburan tanah merosot
buruh petani  Tanah mengandung endapan
 Daerah pertanian bertambah pestisida
 Kekurangan bahan pangan teratasi  Keseimbangan ekosistem rusak
 Sector pertanian menjadi pilar  Muncul peledakan jumlah
penyangga perekonomian serangga dan hama

Revolusi hijau masa orde baru dilaksanakan sesuai pelita / pembangunan lima tahun:

 Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)


Menekankan pada sektor pertanian dan industri untuk fokus dalam industri yang
mendukung sektor pertanian.

 Pelita II (1 April 1974 – 31 Maret 1979)


Menitikberatkan sektor industri untuk mendukung sektor pertanian dengan mengelola
bahan baku mentah menjadi bahan baku.

 Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)


Menitikberatkan sektor pertanian dan industri pada pengelolahan bahan baku menjadi
barang jadi.

 Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)


Menitikberatkan sektor pertanian dan industri pada industri yang menghasilkan mesin-
mesin industri, baik industir berat maupun ringan.

 Pelita V (1 April 1989 – 31 Maret 1994)


Menekankan pada sektor pertanian dan industri untuk menghasilkan barang ekspor
industri yang menyerap banyak tenaga kerja, industri yang mampu mengelolah hasil
pertanian dan swasembada pangan serta industri yang dapat menghasilkan barang-barang
industri.

 Pelita VI (1 April 1994 – 31 Maret 1999)


Menekankan pada sektor pertanian dan industri pada pembangunan industri nasional
(yang mengarah pada penguatan dan pendalaman struktur industri yang didukung dengan
kemampuan teknologi yang semakin meningkat).
37. Politik orde baru
a) Dalam Negeri
 Pembentukan Kabinet
Kabinet pertama pada masa orde baru adalah Kabinet Ampera dengan tugas menciptakan
stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan
nasional. Program kabinet Ampera disebut Catur Karya di antaranya :
 Memperbaiki kehidupan rakyat terutama pada bidang sandang dan pangan.
 Melaksanakan Pemilu dalam batas waktu 5 Juli 1968.
 Melaksanakan politik luar negri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.
 Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk
dan manifestasinya.
Setelah sidang MPRS tahun 1968, Soeharto ditetapkan sebagai presiden untuk masa
jabatan 5 Tahun dan dibentuk kabinet baru bernama Kabinet Pembangunan dan program
yang disebut Pancakrida, meliputi :

 Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi.


 Penyusunan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama.
 Pelaksanaan Pemilihan Umum
 Pengikisan habis sisa-sisa Gerakan 30 September.
 Pembersihan aparatur negara di pusat pemerintahan dan derah dari pengaruh PKI.

 Pembubaran PKI
Usaha Soeharto untuk menjamin keamanan, ketenangan, dan kestabilan jalannya
pemerintahan :
 Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966.
 Mengeluarkan keputusan yang menyatakan bahwa PKI adalah organisasi
terlarang di Indonesia.
 Pengamanan terhadap 15 orang mentri yang dianggap terlibat dalam G30S/PKI
pada tanggal 8 Maret 1966.

 Penyederhanaan dan pengelompokan Parpol


Setelah pemilu 1971, pemerintah melakukan penyerdehanaan jumlah parpol dengan cara
penggabungan (fusi) sejumlah partai. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan
sosial politik, diantaranya :
 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan fusi dari NU, Parmusi,
PSII, dan Partai Islam Perti.
 Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai
Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai yang bersifat nasionalis).
 Golongan Karya (golkar).

 Penyelenggaraan Pemilu
Pemilu yang sudah diatur melalui SI MPR 1967 yang menetapkan pemilu akan
dilaksanakan pada tahun 1971 dan setiap lima tahun sekali ini, berbeda dengan pemilu
pada tahun 1955 (orde revolusi atau orde lama). Pada pemilu ini para pejabat pemerintah
hanya berpihak kepada salah satu peserta Pemilu yaitu Golkar. Dan Golkar yang selalu
memenangkan pemilu di tahun 1971-1997. Penyelenggaraan pemilu yang teratur selama
orde baru menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah tercipta.

 Dwifungsi ABRI
Dwifungsi ABRI adalah peran ganda ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan
sebagai kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan sosial politik ABRI diarahkan untuk
mampu berperan secara aktif dalam pembangunan nasional. ABRI juga memiliki wakil
dalam MPR yang dikenal sebagai Fraksi ABRI, sehingga kedudukannya pada masa Orde
Baru sangat dominan.

 Pemasyarakatan P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)


Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P-4 atau Ekaprasetya Pancakarsa,
bertujuan untuk memberi pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai
Pancasila. Semua organisasi tidak boleh menggunakan ideologi selain Pancasila, bahkan
dilakukan penataran P4 untuk para pegawai negeri sipil.
b) Luar negri
 Indonesia kembali menjadi anggota PBB
Pada saat Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965, Indonesia terkucil dari pergaulan
internasional dan menyulitkan Indonesia secara ekonomi maupun politik dunia. Keadaan ini
kemudian mendorong Indonesia untuk kembali menjadi anggota PBB berdasarkan hasil sidang
DPRGR. Pada tanggal 28 September 1966, Indonesia resmi aktif kembali menjadi anggota PBB.
 Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan Singapura dan pemutusan
hubungan dengan Tiongkok

Pada tahun 1965, terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura.
Untuk memulihkan hubungan diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian antara
Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik dan Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul
Razak pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta. Pemulihan hubungan diplomatik dengan
Singapura melalui pengakuan kemerdekaan Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang
dilakukan dengan perantara Habibur Rachman (Dubes Paskitan untuk Myanmar).

 Memperkuat Kerja Sama Regional dan Internasional

Indonesia mulai memperkuat kerjasama baik regional dan internasional dengan


melakukan beberapa upaya, yaitu:

38. Kejatuhan orde baru


EKONOMI
1. Krisis Moneter
Krisis ini pertama kali melanda wilayah Asia Timur sekitar juli 1997. Krisis yang
menghantam Thailand dan membuat mata uangnya merosot tajam, tak pelak ini pun ikut
mengguncang perekonomian di Indonesia. Sekitar juli 1997 nilai tukar rupiah justru merosot
tajam di angka Rp 5.000 per USD pada akhir desember, dan justru sangat terpuruk tajam di
angka Rp 16000 per USD pada maret 1998. Keadaan ekonomi yang kacau menyebabkan
masalah dimana-mana stabilitas nasional sungguh terguncang dan kacau.
2. Utang Luar negeri
Utang Indonesia hingga 6 februari 1998 mencapai USD 63,462 milliar, sedangkan utang
yang dimiliki pihak swasta mencapai USD 73,962 milliar.
3. Penyimpangan UUD
Menurut UUD 1945, terutama dalam pasal 33 bahwa sistem perekonomian dijalankan
dengan asas demokrasi ekonomi. Namun dalam kenyataannya yang terjadi justru dikuasai
oleh sebagian orang saja yakni para konglomerat dan terjadi monopoli ekonomi
4. Kepercayaan
Berkurangnya rasa simpati masyarakat akibat praktek-praktek KKN yang seolah dihalalkan
oleh pemerintah tanpa ada rasa sungkan ataupun malu. Krisis ini pun membuat para investor
menarik seluruh modal yang ditanamkan di Indonesia secara besar-besaran yang semakin
membuat Indonesia terjebak dalam krisis berkepanjangan.
POLITIK
5. Masalah Politik
Sistem politik di Indonesia pada masa orde baru yang sarat dengan KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme). Pada masa orde baru, kekuatan politik pun dibatasi. Seperti terlihat pada
penyederhanaan partai politik yang hanya menjadi tiga partai saja yakni PPP, PDI dan
Golongan Karya. Dengan dalih untuk menciptakan stabilitas dan keamanan bangsa dan
negara yang lebih terjaga. Ini menyebabkan banyak aspirasi rakyat yang seolah terbungkam
dan secara tidak langsung wajib menuruti kehendak penguasa tanpa boleh membantah.
39. Pemilu pada orde baru, reformasi, sekarang
perbedaan pemilu orde baru dan reformasi.

40. Konflik kamboja Vietnam


Peran Indonesia = JIM (Jakarta Informal Meeting)
Indonesia mendesak pihak-pihak yang bertikai di Kamboja untuk menyelesaikan masalah
melalui perundingan guna mencapai penyelesaian masalah. Usul itu berupa pertemuan
Informal (JIM) di Jakarta pada tahun 1988. Lebih tepatnya di Istana Bogor (Indonesia) pada
bulan Juli 1988. Pertemuan ini membuka jalan untuk memasuki konferensi perdamaian di
Paris pada tahun 1989. Konferensi ini disebut International Conference on Kampuchea
(ICK), yang berlangsung pada tanggal 30-31 Juli 1989. Perjalanan panjang masalah
Kamboja menemui titik terang. Pada tahun 1991, pasukan perdamaian PBB memprakasai
genjatan senjata pihak-pihak yg bertikai.
Esai
1. Diakronik dan sinkronik
a) Sinkronis → sinkron terhadap hal-hal lain → cth: Ekonomi Indonesia tahun 1915-
1959.
(mempelajari peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu
tertentu dengan lebih mendalam)
b) Diakronis → berdasarkan sebab akibat, tetap runtut.
(memanjang dalam waktu/ilmu bantu sejarah yang menyusun peristiwa atau kejadian-
kejadian sesuai dengan urutan waktu terjadinya)

2. Akulturasi hindu Buddha dan islam (diberbagai bidang social, budaya, pemerintahan)
Hindu-Budha
Sistem pemerintahan :
Pemimpin/kepala suku diubah menjadi raja, kemudian wilayahnya disebut sebagai
wilayah kerajaan. Contoh nya seperti di Kutai.

Islam
Sistem pemerintahan :
 Sistem pemerintahan masih berbentuk kerajaan tetapi namanya berubah menjadi
Kesultanan.
 Raja berganti gelar Menjadi Sultan
 Konsep dewa dewi berubah menjadi islam khalifa
Budaya :
 Kaligrafi bersumber dari ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat
Islam. Fungsinya bisa digunakan sebagai hiasan pada masjid, corak motif batik
dan sebagainya.
 Berpengaruh terhadap seni bagunan, seperti bentuk masjid kuno, keraton, dan
pintu gerbang kerajaan Islam.
 Dalam seni busana juga ada, seperti adanya sarung, baju koko, kopiah, dan
kerudung
 Berpengaruh juga terhadap seni sastra, yaitu adanya suluk, hikayat, babad, dan
syairAda juga dalam seni pertunjukan seperti sekaten dan wayang.
Sosial :

 Dalam agama islam tidak mengenal system kasta


 Penggunaan kosakata Arab baik dalam kata-kata maupun pemberian nama
SUMBER LAIN
• Akulturasi Hindu Buddha terhadap Budaya Indonesia
 Sistem Kepercayaan.
Zaman prasejarah bangsa Indonesia: kepercayaan berupa pemujaan terhadap roh nenek
moyang & kepercayaan terhadap benda-benda tertentu (animisme dan dinamisme).
Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia: upacara keagamaan atau pemujaan
terhadap para dewa di candi, adanya unsur pemujaan terhadap roh nenek moyang, candi
berfungsi sebagai makam.
Letak akulturasi: upacara keagamaan atau pemujaan terhadap dewa yang ada pada candi
tersebut (HB) merupakan pemujaan terhadap roh nenek moyang (Budaya Indo).
 Filsafat (maknanya secara sederhana alam pikiran, berpikir secara mendalam). Wujud
akulturasi Indonesia dan Hindu—Budha di bidang filsafat dapat ditemukan dalam cerita
wayang. Isi cerita tersebut mengandung nilai filosofis, yaitu bahwa kebenaran dan
kejujuran akan berakhir dengan kebahagiaan dan kemenangan. Sebaliknya, keserakahan
dan kecurangan akan berakhir dengan kehancuran.
 Seni wayang : bersumber dari cerita Ramayana dan Mahabrata yang berasal dari India.
Namun, penampilan wujud tokoh dalam wayang tersebut adalah budaya Indonesia yang
antara daerah satu dan lainnya berbeda. Hukum karma dan reinkarnasi mengandung
makna filosofis, yaitu bahwa manusia harus berbuat kebaikan, kebenaran, dan kejujuran
agar lepas dari samsara atau penderitaan. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat
Indonesia sejak dulu telah berkembang suatu konsep berupa petuah-petuah, nasehat atau
pesan yang mengandung makna filosofis tentang kebenaran, kejujuran dan kebaikan.
 Pertunjukan: gamelan
 Pemerintahan. Sebelum masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha, pemerintahan di
Indonesia berlangsung secara demokratis, yaitu untuk menentukan seorang pemimpin
(kepala suku) dilakukan melalui pemilihan. Setelah masuknya budaya Hindu-Budha
dikenal sistem pemerintahan kerajaan yang tidak lagi dipilih secara demokratis, tetapi
secara turun temurun. Namun, dalam perkembangannya sifat pemerintahan demokratis
tetap menampakkan kembali ciri khasnya. Pemerintah kerajaan tetap menerapkan
musyawarah dalam mengambil keputusan. Kekuasaan raja tidak bersifat mutlak seperti di
India. Dalam pergantian raja tidak selalu dilakukan secara turun-temurun. Unsur
musyawarah sangat menentukan, terutama bila raja tidak mempunyai putra mahkota.
 Seni Bangunan (ada stupa dan ukiran/pahatan): Masuknya pengaruh Hindu-Budha ke
Indonesia membawa pengaruh terhadap seni bangunan, terutama bangunan candi. Jika
dilihat dari bentuknya, bangunan candi selalu bertingkat-tingkat yang terdiri atas kaki
candi, tubuh candi, dan puncak candi (berundak). Pada candi Hindu ditemukan pripih
yang berisikan lambang jasmaniah raja (yang membuat candi), kemudian di atasnya
terdapat patung dewa dan pada puncaknya terdapat lambang para dewa. Dengan
demikian, jika dilihat dari bentuk bangunannya candi akan mengingatkan kita pada
bangunan punden berundak. Oleh karena itu, pada candi ditemukan unsur Indonesia dan
unsur Hindu-Budha. Fungsi candi di India adalah sebagai tempat untuk memuja dewa. Di
Indonesia, candi berfungsi sebagai makam dan pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Hal itu dapat dilihat dengan lambang jasmaniah raja di dalam pripih, sedangkan arca di
atasnya adalah perwujudan raja yang telah meninggal tersebut.
 Seni Rupa. Masuknya kebudayan Hindu-Budha berpengaruh terhadap perkembangan
seni rupa di Indonseia. Contoh, seni hias yang berupa relief pada dinding candi di
Indonesia menunjukkan adanya akulturasi antara budaya Indonesia dan Hindu-Budha.
Hiasan relief pada candi biasanya merupakan suatu cerita yang berhubungan dengan
agama. Relief pada dinding Candi Borobudur seharusnya adalah cerita tentang riwayat
Sang Budha Gautama. Namun, yang digambarkan adalah suasana kehidupan masyarakat
Indonesia karena ditemukannya hiasan gambar perahu bercadik, rumah panggung, dan
burung merpati. Pada Candi Jago di Jawa Timur dijumpai tokoh Punakawan, yaitu orang
yang menjadi pengawal seorang ksatria. Cerita itu hanya ditemukan di Indonesia.
 Seni Sastra (Puisi, Prosa,Kitab Hukum, Tutur, Wiracarita). Pengaruh seni sastra India
juga turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa Sansekerta besar
pengaruhnya terhadab sastra Indonesia. Prasasti di Indonesia, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan prasasti di Jawa tengah pada umumnya ditulis dalam bahasa
sansekerta dan huruf pallawa.
 Sistem Kalender. Sistem penanggalan (kalender) Hindu-Budha turut berpengaruh
dalam kebudayaan Indonesia, yaitu digunakannya kalender Saka di Indonesia, juga
ditemukan candrasangkala dalam usaha memperingati suatu peristiwa dengan tahun atau
kalender Saka. Tahun Saka dimulai tahun 78 M. Kalender Saka merupakan kalender dari
India yang digunakan di Indonesia. Penggunaan kalender Saka ditemukan dalam prasasti
Talang Tuo (adalah prasasti yang menjelaskan mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya
di Sumatra) yang berangka tahun 606 Saka (686 M). Prasasti tersebut menggunakan
huruf pallawa dan bahasa melayu kuno. Dua contoh prasasti tersebut merupakan wujud
akulturasi kebudayaan Indonesia dan Hindu-Budha.
 Sosial: Dengan masuknya kebudayaan Hindu dan Buddha di Indonesia maka
mempengaruhi juga pada bidang sosial. Contohnya yaitu pengaruh pada sistem dan
struktur sosial. Seperti yang kita ketahui bahwa dengan adanya Hindu maka terjadi
pembagian kasta di Indonesia. Akan tetapi pembagian kastanya berbeda dengan
kebudayaan India. Pembagian kasta di Indonesia dikelompokkan berdasarkan tingkatan
kehidupan yang dilakukan secara turun temurun untuk menunjukkan mengenai status
sosial di lingkungan masyarakat. Sedangkan di India pembagian kasta dikelompokkan
berdasarkan antara kaum Arya dan kaum Dravida.
• Akulturasi Islam terhadap Budaya Indonesia
 Ekonomi: Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab,
Parsi,dan Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban
membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf,
menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam
semakin berkembang.
 Seni Bangunan: terlihat pada bangunan masjid, makam, istana.
Wujud akulturasi dari masjid kuno memiliki ciri sebagai berikut:
Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun semakin ke atas semakin kecil dari
tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5, di puncaknya
terdapat Mustaka.
Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya bangunan masjid yang ada di luar
Indonesia atau yang ada sekarang, tetapi dilengkapi dengan kentongan atau bedug untuk
menyerukan adzan atau panggilan sholat. Bedug dan kentongan merupakan budaya asli
Indonesia.
Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah barat alun-alun atau bahkan
didirikan di tempat-tempat keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.
Mengenai contoh masjid kuno dapat memperhatikan Masjid Agung Demak, Masjid
Gunung Jati (Cirebon), Masjid Kudus dan sebagainya. Selain bangunan masjid sebagai
wujud akulturasi kebudyaan Islam, juga terlihat pada bangunan makam.
 Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula
Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, ditengah
ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura
atau pada pintu dan tiang. Untuk hiasan pada gapura.
 Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau
tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab
Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai
untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti
lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni
kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni
sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang
banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra
tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab
Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang
berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
 Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001
Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama
(Hindu).
 Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah
contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
 Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk
Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
 Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab
yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.

 Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti
halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan di
candi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
 Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal
Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini
ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Apakah
sebelumnya Anda pernah mengetahui/mengenal hari-hari pasaran? Setelah
berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender J

3. Sumpah pemuda (dikaitkan dengan sekarang)


 Memberikan penekanan u/ menghargai perjuangan Indonesia
 Memberikan semangat u/ berjuang
 Memberikan makna mencintai Indonesia dengan segenap hati
 Memberikan penekanan u/ bangga menjadi bagian dari Indonesia
 Mengajak u/ menjaga keutuhan NKRI
 Mencintai bahasa Indonesia

4. Perjanjian linggarjati (alasan, dampak, dll)


Dilatar belakangi oleh masuknya AFNEI (Amerika) yang diboncengi NICA ke
Indonesia. Pemerintah Inggris selaku penanggung jawab berupaya menyelesaikan konflik
politik dan militer di Asia. Pada akhirnya diplomat Inggris bernama Sir Archibald Clark
Kerr mengundang Indonesia dan Belanda untuk melakukan perundingan di Hooge
Veluwe. Namun perundingan yang direncanakan tersebut gagal karena Indonesia
meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas pulau Jawa, pulau Sumatera dan pulau
Madura, sedangkan Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja.
(penjelasan versi pendek )

Perjanjian Linggarjati dilaksanakan mulai tanggal 11 November 1946 sampai 13


November 1946 di Linggarjati, Cirebon, namun penandatanganan perjanjian Linggarjati
baru dilakukan pada tanggal 25 Maret 1947.

Pemerintah Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir (ketua), A. K. Gani, Susanto


Tirtoprojo, Mohammad Roem
Pemerintah Belanda diwakili oleh Wim Schermerhorn (ketua), H. J. van Mook, Max
van Pool, F. de Boer
Pemerintah Inggris selaku mediator/penengah diwakili oleh Lord Killearn
Isi Perjanjian Linggarjati
a. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa,
Sumatera dan Madura
b. Belanda harus meninggalkan wilayah Republik Indonesia paling lambat tanggal 1
Januari 1949
c. Pihak Belanda dan Indonesia sepakat membentuk negara Republik Indonesia
Serikat (RIS) yang terdiri dari wilayah Indonesia, Kalimantan dan Timur Besar
sebelum tanggal 1 Januari 1949
d. Dalam bentuk Republik Indonesia Serikat, pemerintah Indonesia harus tergabung
dalam Commonwealth atau Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai kepalanya.
Dampak Perjanjian Linggarjati

Dampak Positif Dampak Negatif


pemerintah Indonesia mendapat pengakuan wilayah Indonesia menjadi semakin sempit
secara de facto dari pihak Belanda. karena yang diakui hanya wilayah Jawa,
Madura dan Sumatera
untuk menyelesaikan konflik untuk Beberapa partai nasional mengkritik
menghindari jatuhnya korban pemerintah karena mau menandatangani
perundingan ini
menarik simpati dunia internasional. menuding bahwa pemerintahan Indonesia
memberi peluang bagi pasukan militer lemah untuk mempertahankan kedaulatan
Indonesia untuk melakukan berbagai hal negara Indonesia.
diantaranya dalah konsolidasi

Pelanggaran Perjanjian Linggarjati


Pada tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jenderal H. J. van Mook akhirnya menyatakan
bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini. Pada tanggal 21 Juli 1947, terjadi
Agresi Militer Belanda I yaitu serangan dari tentara Belanda ke wilayah Indonesia.

5. Reformasi (awal, latar belakang)


Reformasi di Indonesia terjadi pada tahun 1998. Penyebab reformasi tersebut adalah
kurangnya kepercayaan terhadap pemerintah. Kepercayaan terhadap pemerintah
berkurang karena pemerintah tidak memihak pada kepentingan rakyat. Bentuk
pemerintahan sebelum reformasi terjadi banyak dikuasai oleh tentara sehingga tidak ada
demokrasi. Selain itu, perekonomian juga semakin terpuruk, KKN marak terjadi, dan
hukum yang tidak bisa ditegakkan. Karena tidak adanya demokrasi dan banyak kerugian
lain yang dialami masyarakat, Indonesia akhirnya mengalami reformasi pada tahun 1998.
Reformasi tersebut dipelopori oleh kalangan mahasiswa. Ada 3 hal yang dituntut pada
reformasi tahun 1998, yaitu berantas KKN, turunkan Soeharto dari kursi pemerintahan,
dan hapuskan dwifungsi ABRI.

Puncak Reformasi 1998 terjadi pada tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti, Jakarta.
Pada puncak reformasi ini terjadi bentrok antara aparat keamanan dan para demonstran,
yang menyebabkan empat orang mahasiswa tertembak. Keempat mahasiswa tersebut
adalah Elang Mulya Lesmana, Heri Hartanto, Hendrawan Sie, dan Hafidhin Royan.
Tokoh lainnya yang berperan besar dalam peristiwa reformasi ini adalah Amien Rais
yang membongkar kebobrokan sistem pengelolaan PT Freeport, Papua, yang dianggap
merugikan negara.

Keadaan ini memicu kembali gelombang demonstrasi yang lebih besar pada tanggal 13-
14 Mei 1998. Terjadi banyak perusakan pertokoan, rumah, perkantoran, dan kendaraan
milik warga etnis Tionghoa. Para demonstran juga menduduki Gedung DPR dan terdapat
banyak desakan supaya Presiden Soeharto lengser dari jabatannya. Pada 21 Mei 1998,
Presiden Soeharto meletakkan jabatannya di Istana Negara dan menunjuk wakilnya,
B.J.Habibie, untuk menggantikan posisinya sebagai Presiden RI. Dengan lengsernya
Soeharto dan majunya B.J.Habibie sebagai presiden, maka lahir pula masa reformasi di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai