Anda di halaman 1dari 7

SEPUCUK ANGPAU DARI TANAH RANTAU

Oleh: Fathur Rasyid

Lewat sajak ini


dengarkanlah burung daramu
bercurah Ibu

Sungguh tak ada


dalam hati buah hatimu
ruangan kosong penuh debu
Semua bersih terisi
pukat lanca kalimat rindu
bias cahaya dawuhmu
yang tak pernah lekang
dari tanah rantau

Di perantauan
tak ada pemantik yang lebih kekal
selain raut dua wajah senja
Dari saban dua retinanya
ingin kulihat melihatku
menangkarkan gugusan bintang
sebagai hiasan hidupmu Bu
pun hidup Bapak

Dan bila sampai waktunya


tubuh kita tanpa spasi
Biar hangatmu kupeluk
Meredam tumpukan rindu
gejolak seorang perantau
Seperti kutahu
tak ada rindu
yang benar-benar utuh
Di sini
tak ada
selain rinduku padamu Bu
TENTANG ESOK KITA DAN BURUNG-BURUNG
Oleh: Fathur Rasyid

Duh yang maha memiliki segala!


Dimanakah nanti anak cucuku tinggal
Menggarap prakarsa menulis cerita
Sedang kertas bumi pertiwi
Penuh prangko jeriji tak dikenali
Hingga tak ada dapat ditulis kekal
Selain kisah kepala tak berakal

Wahai sang pemilik segala!


Dimanakah burung-burung akan tinggal
Menggarap rumput membangun sarang
Sedang hutan dibabat, dibakar, ditebang
Dan pohon-pohon kini adalah tiang
Tegak menuding langit yang ditantang
Musim marah, bumi tandus nan gersang
Musim murka, banjir bandang menggoncang

Pergilah kalian anak cucuku!


Merantaulah ke tanah seberang
Ke tanah mereka yang menjajah tanah kita
Agar tak kita saja merasa terjajah
Hingga dunia menjelma satu negara
Dan ini lebih membuatku tertawa

Terbanglah kalian burung-burung!


Migrasilah ke bumi seberang
Temukan hijau, tenang, dan rindang
Menjauhlah dari manusia serakah
Makhluk-makhluk pongah
Menganggap bumantara miliknya saja
Aku tak ingin kalian menjadi sejarah

Annuqayah, 21-02-20
KARENA KAU MATA AIRNYA
Oleh: Fathur Rasyid

di
dalam
pengembaraanmu
jangan sampai kau candu
lalu lupa cara pulang
dan memilih untuk hilang

di desa bertebar rumah


di rumah hidup keluarga
dalam keluarga ada cinta
termaktub dalam cinta
kita - mereka
engkau... mata airnya

Annuqayah, 2020 M.
BATU GUNTING KERTAS PERANTAU
Oleh: Fathur Rasyid

Batu gunting kertas kemarin, kami kalah


Batu gunting kertas hari ini, kami menang
Batu gunting kertas esok,
siapa di antara kita yang tau
Bukankah takdir hidup adalah dadu
di meja judi ciptaan tuhan

Dengan segenap jiwa bertumpah pada pena


Biar kami tulis jalan hidup sendiri
di atas kertas tak tersentuh
yang dipinjam dari neraka para buruh

Dan biarlah kami dianggap rendah


sebagai sampah plastik tak berharga
niscaya kami tetap akan baka
Sewaktu-waktu kami akan berlindak
mengalahkan gedung pencakar langit
menggunakan siasat mata langit
menghentikan kepongahan jabatan
di negeri tempat para tuan
duduk manis di kursi pemerintahan
berdampingan dengan setan-setan

Annuqayah, 06-03-20
DI SEPANJANG MADURA JOGJA
Oleh: Fathur Rasyid

Telah kutulis berlarik-larik catatan


di sepanjang perantauan
Madura-Jogja
Telah kudengar beburung bercengkerama
saling lempar keluh kesah
mengadu derana
Telah kulihat tetumbuhan merana
penuh memar derita
ronta manusia

Dalam perantauanku hidupi senja


ada duka untuk keluarga
pun semesta
Banting tulang memandang semu
Kekalkan jiwa tubuhku
yang rapuh
pada agung jantung hati puisi
dengan lekuk tipografi
serta diksi

Kukoarkan berjuta bentuk peringatan


perihal ranjau masa depan
penuh keniscayaan
dunia kita yang kian gelap gulita
Hewan tumbuhan punah
Manusia rengsa
Seantero kepala tutup telinga
enggan membuka mata
Habislah kita!

Bumi Rantau, 28-02-20


PULANG!
Oleh: Fathur Rasyid

Jangan lama di sana ayah


Tak perlu banyak ibu
Aku akan tetap hidup
walau tak bergelimang harta
Darimu yang kubutuh
hanya cinta paling baka
Bersambut kasih sayang
perhatian dan didikan
Sebelum putih budiku
dikutuk rayu setan

Aku adalah siswa anyar


dalam kelas keluarga kita
Kalianlah mutlak gurunya
Mengajariku mengarungi dunia
Mengenalkan getir kehidupan
tatkala aku pulas di pangkuan
sehabis menangis ketakutan

Sementara kalian pergi


pada babak penuh elegi
Tak kutahu arah mengeja diri
Menikmati sekelumit aksara
yang sukar diterjemah
Maka,
dengan do’a sederas hujan
kupinta kalian
pulang!

Kasur Pasir, 2020


Fathur Rasyid lahir di kampung Kasur Pasir, Legung
Timur, Batang-Batang, Sumenep pada tanggal 06
Oktober 2002 M. Saat ini tercatat sebagai Santri
aktif PP. Annuqayah daerah Lubangsa. Belajar serius
menulis puisi sejak 2018 M. dan baru berani
memublikasikannya sejak pertengahan 2019 M.
Juara 2 event Indonesia Berpuisi #8 CV. Poetry
Publisher (2019), Nominasi festival cipta puisi
nasional Fun Bahasa (2019), Penulis Terpilih lomba
cipta puisi tingkat nasional Jendela Sastra Indonesia
(2020), Penulis Terpilih Batch 2 Ruang Kreasi (2020). Bisa dikunjungi lewat surel
fathur.rasyid197@gmail.com dan no. telpon 085203948448.

Anda mungkin juga menyukai