Anda di halaman 1dari 34

1

A. STRATEGI PEMASARAN BAHAN BANGUNAN UD. SUMBER

INDAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAN VOLUME

PENJUALAN DITINJAU DARI EKONOMI ISLAM (Studi kasus di toko

bangunan bapak Taufiq Kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep).

B. Konteks Penelitian

Penelitian ini dilatar belakangi oleh suatu pemikiran bahwa semua

organisasi, baik yang berbentuk badan usaha swasta, badan yang bersifat

public ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, tentu mempunyai

suatu tujuan sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dari pendiriannya.

Demikian pula dengan UD. Sumber Indah Guluk-guluk tentu saja memiliki

tujuan, strategi dan manajemen dalam meningkatkan penjualan. Penelitian

terhadap UD. Sumber Indah Guluk-guluk diketahui dalam meningkatkan

penjualan bahan bangunan bahwa UD. Sumber indah menerapkan teori dan

konsep strategi pemasaran Islam yang terdiri dari: pertama, keramahan

terhadap pembeli bahan bangunan maupun pengunjung UD. Sumber Indah ;

kedua, karyawan UD. Sumber Indah jujur dalam menetapkan harga sesuai

dengan yang ditetapkan atau yang tertera di masing-masing bahan yang dibeli

oleh pelanggan.

Dalam dunia bisnis yang dihadapkan dengan persaingan, sehingga

suatu perusahaan banyak yang menciptakan Produk-produk baru. Produk baru

tersebut mendorong timbulnya usaha baru di berbagai bidang untuk

memasarkan produk yang tepat, tapi dalam kenyataanya tidaklah mudah untuk

memasarkan suatu produk karena selain faktor pesaing yang semakin

meningkat, perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakata


2

cenderung membawa perilaku konsumen. Seperti yang diketahui, bahwa

dalam suatu sistem perekonomian terdapat banyak industri atau produsen yang

ikut berperan dalam siklus bisnis yang nantinya akan memancing tingkat

persaingan ke arah yang lebih tinggi dan ketat untuk memenangkan konsumen

dan memuaskan selera konsumen agar bisa mengimbangi perekonomian yang

global setiap pelaku bisnis yang menawarkan produk maupun jasa untuk

kebutuhan sehari-hari

Tingkat persaingan dalam dunia bisnis menuntut setiap pemasar

untuk mampu melaksanakan kegiatan pemasarannya dengan lebih efektif dan

efisien. Kegiatan pemasaran tersebut membutuhkan sebuah konsep pemasaran

yang mendasar sesuia dengan kepentingan pemasar dan kebutuhan serta

keinginan pelanggan. Dalam hal ini pemasaran islami memiliki posisi yang

sangat strategis, karena pemasaran islami merupakan salah satu strategi

pemasaran yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Pemasaran islami merupakan sebuah disiplin bisnis strategis yang

mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan values (nilai) dari

satu inisiator (pemrakarsa) kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan

prosesnya sesuai dengan akad serta prinsip-prinsip islam dan muamalah dalam

islam.

Menurut Kotler pengertian pemasaran dalam arti luas diartikan

sebagai aktivitas sosial dan manajerial di mana individu atau kelompok

menyediakan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan

pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain. Namun saat ini, pemasaran

juga diartikan sebagai proses di mana perusahaan menciptakan nilai untuk


3

pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat dalam rangka

mendapatkan manfaat atau keuntungan.1 Dalam proses pemasaran terdapat

beberapa langkah kegiatan, Pertama;2 memahami kebutuhan pelanggan,

kedua; merancang strategi pemasaran, ketiga; menyusun program pemasaran,

keempat; membangun hubungan dan menciptakan jaringan nilai (value

network), yaitu sebuah sistem kemitraan dan aliansi. 3 Kegiatan pemasaran

selama ini tidak terlepas dari unsur persaingan. tidak ada satu bisnispun yang

leluasa bisa santai menikmati penjualan dan keuntungan, karena akan ada

persaingan yang ingin turut menikmatinya. Persaingan tidak akan menanyakan

apakah modal si pesaing itu dari warisan, atau berasal dari hasil pinjaman.

Oleh karena itu masalah persaingan mendapatkan perhatian dalam pemasaran.

Perusahaan yang bergerak dibidang penjualan alat atau bahan-

bahan bangunan yang merupakan suatu perusahaan yang masuk dalam jajaran

perusahaan kecil menengah, kebanyakan perusahaan yang bergerak dibidang

penjualan bahan bangunan tidak mampu bertahan dalam persaingan yang ketat

ini adalah karena kurang tepatnya strategi bisnis yang digunakan, maka perlu

strategi pemasaran yang tepat yang bisa menentukan seberapa besar penjualan

yang bisa meningkatkan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan

yang bergerak dibidang ini dituntut untuk menggunakan strategi yang tepat

untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

UD. Sumber Indah Guluk-guluk ini merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak dibidang penjualan bahan bangunan yang termasuk

1
Suharno dan Yudi Sutarso, Marketing in Practice, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), hlm.3
2
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama, 1996), hlm. 109
3
Ibid, hlm.110
4

dalam jenis usaha kecil menengah yang bisa menentukan perkembangan

perekonomian masyarakat juga bisa mengurangi pengangguran yang terjadi.

Dalam melakukan kegiatan pemasaran, suatu perusahaan memiliki beberapa

tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka

panjang. Dalam jangka pendek biasanya untuk merebut hati konsumen

terutama untuk produk yang baru diluncurkan. Sedangkan dalam jangka

panjang dilakukan untuk mempertahankan produk-produk yang sudah ada

agar tetap eksis. Apabila perusahaan tidak menetapkan strategi pemasaran

yang tepat maka perusahaan tidak dapat hidup dan berkembang karena itu

hendaklah setiap perusahaan harus dapat menetapkan cara dan strategi yang

tepat sehingga akhirnya dapat bersaing.

Islam memandang bahwa bisnis tidak dapat dipisahkan dari

aktivitas pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Dan orientasi pemasaran

adalah pasar, sebab pasar merupakan mitra sasaran dan sumber penghasilan

yang dapat menghidupi dan mendukung pertumbuhan perusahaan. Strategi

pemasaran juga merupakan bagian dari aktivitas pemasaran. Dalam Islam

ketika memasarkan produk ada aturan-aturan yang harus dipenuhi baik itu

dalam hal produk, konteks harga, distribusi, maupun dalam konteks promosi.

Spiritual adalah strategi yang paling tepat dan paling unggul dan strategi ini

bisa memayungi berbagai macam strategi lainnya. Inti dari spiritual marketing

ini adalah kejujuran (nilai nubuwwah) yang dilandasi dengan keyakinan

(keimanan) akan kebesaran Allah SWT, yang akan mengawasi setiap

perbuatan manusia. Maka, ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal,

keimanan, keadilan, nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintahan), dan


5

ma’ad (hasil). Beberapa nilai yang telah diuraikan tersebut, dibangunlah

konsep yang memayungi kesemuanya, yakni konsep akhlak. Karena akhlak

inilah yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis islam dalam

melakukan aktivitasnya.4

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka penulis kemudian

merasa tertarik untuk melakukan penelitian pada sebuah usaha bisnis

penjualan bahan-bahan bangunan yaitu UD. Sumber Indah. Penulis ingin

melihat langsung sejauh mana aplikasi dari strategi pemasaran dapat

mempengaruhi pendapatan dan tingkat penjualan suatu produk dalam hal ini

bisnis penjualan bahan bangunan pada UD. Sumber Indah Guluk-guluk dan

bagaimana Islam menyikapi hal tersebut. Penulis merasa tertarik untuk

membahas dan mengambil judul “STRATEGI PEMASARAN BAHAN

BANGUNAN UD. SUMBER INDAH DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN DAN VOLUME PENJUALAN DITINJAU DARI

EKONOMI ISLAM (Studi kasus di toko bangunan bapak Taufiq Kecamatan

Guluk-guluk Kabupaten Sumenep).”

C. Fokus Penelitian

Sesuai dengan konteks penelitian di atas penulis dapat jadikan fokus


penelitian sebagai berikut :

1. Apa saja jenis-jenis strategi pemasaran bahan bangunan dalam


meningkatkan pendapatan dan volume penjualan yang dilakukan oleh
UD. Sumber Indah kecamatan Guluk-guluk kab. Sumenep?
2. Bagaimana strategi pemasaran bahan bangunan dalam meningkatkan
pendapatan dan volume penjualan yang dilakukan oleh UD. Sumber
Indah kecamatan Guluk-Guluk kab. Sumenep?
4
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm.34
6

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui strategi pemasaran bahan bangunan dalam
meningkatkan pendapatan dan volume penjualan yang dilakukan oleh
UD. Sumber Indah kecamatan Guluk-guluk kab. Sumenep.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis strategi pemasaran bahan bangunan yang
dilakukan oleh UD. Sumber Indah kecamatan Guluk-guluk kab.
Sumenep.

E. Kegunaan Penelitian
Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis berharap bisa
bermanfaat diantaranya sebgai berikut :

1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan menemukan konsep baru dalam strategi
pemasaran. Di samping itu, unsur-unsur syari’ah yang terkandung dalam
strategi pemasaran islami sehingga penelitian ini dapat digunakan untuk
memperkaya khasanah ilmu pengatahuan sebagai bahan referensi bagi
peneliti yang akan datang.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi perusahaan UD. Sumber Indah, penelitian ini dapat menjadi
bahan evaluasi bagi bisnis usaha bahan bangunan dalam meningkatkan
laba usaha, dan volume penjualan demi kemajuan suatu perusahaan
tersebut.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menjadikan sebagai tambahan
pengalaman dalam melakukan suatu usaha atau bisnis, khususnya di
bidang pemasaran yang sesuai dengan syari’ah.
c. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini akan menjadi suatu
pengalaman yang berharga sehingga akan lebih memotivasi untuk
selalu melakukan penelitian, dan sebagai acuan untuk selalu
mendokumentasikan hasil penelitian yang dilakukan.
d. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini menjadikan bahan acuan
untuk selalu meningkatkan sumber daya alam serta sebagai bahan
7

evaluasi dalam bidang ekonomi untuk meningkatkan pendapatan


negara Indonesia.

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari kekaburan makna/ kekurang jelasan atau


kesalah pahaman dalam memahami kata kunci dan konsep pokok yang
terdapat dalam judul proposal penelitian ini. Maka peneliti memberikan
batasan pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam proposal
penelitian ini sebagai berikut:
1. Strategi adalah segala cara/ taktik dan daya untuk menghadapi sasaran
tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan
secara maksimal. Strategi juga bisa dikatakan perencanaan (plan), arahan
atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan di
masa depan.
2. Pemasaran adalah suatu aktivitas sosial dan manajerial di mana individu
atau kelompok menyediakan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, penawaran dengan mempertukarkan produk dan
nilai dengan pihak lain.5
3. Strategi pemasaran adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan
menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang
kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran
suatu perusahaan.6

G. Kajian Pustaka

1. Kajian Teoritik
a. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah logika pemasaran di mana unit bisnis
mengharapkan untuk mencapai tujuan pemasaran. Strategi pemasaran

5
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran; Analisa Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian,
(Jakarta: Erlangga, 1996), cet. Ke-6, hlm.4
6
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Raja Grafindo, 2007. hlm. 168-169
8

tersebut dipakai sebagai rancangan yang menyeluruh untuk dipedomani


dalam melakukan tindakan pokok, prioritas, dan dirancang untuk
mencapai sasaran jangka panjang.7
Strategi pemasaran menurut Muhammad Syakir adalah merupakan
pernyataan (baik eksplisit maupun implisit) mengenai bagaimana suatu
merek atau lini produk mencapai tujuannya. 8 Dengan kata lain, strategi
pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan
yang memberikan arahan kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke
waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya,
terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan
dan keadaan pesaing yang selalu berubah.
b. Jenis Strategi pemasaran
Dalam strategi pemasaran sebuah perusahaan atau lembaga perlu
menentukan pasar target dan bauran pemasaran yang terkait. Unsur-
unsur tersebut menurut Fredy Rangkuti diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Segmentasi Pasar, yaitu tindakan mengidentifikasi dan membentuk
kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing
konsumen dibedakan menurut krakteristik kebutuhan produk dan
bauran pemasaran tersendiri.
b) Targeting, yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing
segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen pasar untuk
dilayani kebutuhannya.9 Dalam targeting ini segmen-segmen yang
perlu dievaluasi adalah :
1. Ukuran dan pertumbuhan segmen, perusahan perlu
mengevaluasi data mengenai tingkat permintaan pasar, tingkat
pertumbuhan pasar, serta tingkat keuntungan yang diharapkan
setiap segmen.
2. Daya tarik segmen, setelah mengatahui ukuran dan
pertumbuhan segmen, perusahaan perlu mempertimbangkan

7
Ismail Nawawi Uha, Bisnis Syari’ah; Pendekatan Ekonomi Dan Manajemen Doktrin, Teori dan
Praktik, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hlm.394
8
Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing,(Bandung: Mizan Pustaka, 2006), hlm. 12
9
Suharno, dan Yudi Sutarso, Marketing in Practice, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 26
9

faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik jangka panjang


setiap segmen.
c) Positioning, adalah menetapkan posisi pasar, tujuannya adalah
untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing
produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen, atau
mengarahkan kesan produk agar melekat dibenak target pasar
secara jelas, berbeda, dan menarik dibanding pesaing. Strategi
penentuan posisi pasar terdiri dari: dasar atribut (harga murah atau
harga mahal), menurut kelas pengguna, menurut kelas produk.
Dalam spiritualisasi marketing dirancang berdasarkan tiga
kombinasi, yaitu:10
1) Pemasaran pada tingkat kecerdasan intelektual fokusnya
adalah strategi, program yang terkait dengan (product,
place, price, promotion marketing mix) deferensiasi
marketing dan seling.
2) Pemasaran pada tingkat kecerdasan emosional/ felling/ rasa
ditandai dengan hadirnya konsep customer releationship,
emotional branding, dan experiental marketing, yang
intinya memasukan value emotional untuk memanjakan
pelanggan dengan cinta kasih yang menciptakan
pengalaman baru dalam mengkonsumsi produk.

3) Pemasaran pada kecerdasan spiritual, pemasaran yang


dibimbing dengan nilai-nilai akidah, yaitu kejujuran
(shiddiq), komunikatif (tabligh), kepercayaan (amanah),
dan kecerdasan (fathanah) yang disebut dengan soul
marketing yang telah dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Pemasaran spiritual mendorong marketer agar menjadi
keinginan pasar itu sebagai ibadah untuk menciptakan
kemakmuran dan dakwah fastabiqul khairat.

c. Strategi Pemasaran Ditinjau Dari Ekonomi Islam (Pemasaran Islami)


10
Ismail Nawawi Uha, Bisnis Syari’ah; Pendekatan Ekonomi Dan Manajemen Doktrin, Teori dan
Praktik, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hlm. 517
10

Pemasaran islami menurut Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa,


pemasaran islami adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang
mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari
satu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan
prosesnya sesuai dengan akad serta prinsip-prinsip al-Qur’an dan hadis.11
Menurut Kertajaya sebagaimana dikutip Bukhari Alma dan Donni Juni
Priansa, bahwa secara umum pemasaran islami adalah strategis bisnis,
yang harus memayungi seluruh aktivitas dalam sebuah perusahaan,
meliputi seluruh proses, menciptakan, menawarkan, pertukaran nilai,
dari seorang produsen, atau satu perusahaan, atau perorangan yang
sesuai dengan ajaran islam.12
Pentingnya pasar dalam islam tidak terlepas dari fungsi pasar
sebagai wadah bagi berlangsungnya kegiatan jual beli.13 Keberadaan
pasar yang terbuka memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
ambil bagian dalam menentukan harga, sehingga harga ditentukan oleh
kemampuan riil masyarakat dalam mengoptimalisasikan faktor produksi
yang ada di dalamnya.14 Konsep islam memahami bahwa pasar dapat
berperan efektif dalam kehidupan ekonomi bila prinsip persaingan bebas
berlaku secara efektif. 15

d. Konsep Pemasaran Islami


Secara konseptual dan operasional, Hermawan Kertajaya
menguraikan karakteristik dari pemasaran syari’ah terdiri dari beberapa
unsure, (1) Theistis (rabbaiyyah, (2) Etis (akhlaqiyah), (3) Realistis (Al-
waqiyah) dan (4) Humanistik (Al-insaniyah). Jika ditinjau dari keempat
tersebut;16

11
Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan Nilai dan
Praktis Syariah dalam Bisnis Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 340
12
Ibid, hlm. 343
13
Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2013),
hlm.201.
14
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta: UII, 2008), hlm. 229.
15
Mustafa Edwin Nasution, et. Al., Pengenalan Eklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2014), hlm. 160.
16
Ismail Nawawi Uha, Bisnis Syari’ah; Pendekatan Ekonomi Dan Manajemen Doktrin, Teori dan
Praktik, (Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hlm. 510
11

1) Berdasarkan ketuhanan. Suatu keyakinan yang bulat semua


gerak-gerik manusia selalu berada di bawah pengawasan Ilahi,
Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pencipta, Yang Maha Pengawas.
Oleh karena itu insan harus berprilaku sebaik mungkin, tidak
berprilaku licik, suka menipu, dan sebagainya.
2) Etis. Artinya semua prilaku berjalan di atas norma etika yang
berlaku umum, etika adalah kata hati yang sebenarnya, tidak bisa
dibohongi. Oleh sebab itu para marketer syari’ah selalu
memelihara setiap tutur kata, berlaku dalam hubungan bisnis
dengan siapa saja, komsumen, penyalur, pemasok, atau
saingannya.
3) Realistis. Artinya sesuai dengan kenyataan, jangan mengada-
ngada, apalagi menjurus pada kebohongan. Semua transaksi yang
dilakukan harus berlandaskan pada realitas dan penuh dengan
kejujuran.
4) Humanistik. Artinya berperikemanusiaan, saling menghormati
sesama, marketing berusaha membuat kehidupan menjadi lebih
baik. Seorang marketer harus menghindari sifat serakah, atau
menguasai segalanya, menindas, dan merugikan orang lain.

Dari konsep pemasaran islami di atas bahwa bisnis harus disertai


keikhlasan semata-mata untuk mencari ridha Allah, dan menjadikan nilai
ibadah di hadapan Allah SWT. Pada pasar syari’ah yang merupakan
pasar yang emosional (emotional market) dimana orang tertarik karena
alasan keagamaan bukan karena keuntungan financial semata, tidak ada
yang bertentangan dengan prinsip-prinsip muamalah ia mengandung
nilai-nilai ibadah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat
162

        



Artinya: “Katakanlah sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku
12

”dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam

Dalam syari’ah marketing, bisnis yang disertai keikhlasan semata-


mata untuk mencari ridha Allah, maka bentuk transaksinya insyaAllah
menjadi nilai ibadah di hadapan Allah SWT.17 Ada beberapa sifat yang
membuat Nabi Muhammad berhasil dalam melakukan bisnis yaitu:
1. Shiddiq (jujur atau benar) dalam berdagang Nabi Muhammad selalu
dikenal sebagai seorang pemasar yang jujur dan benar dalam
mengimformasikan produknya.
2. Amanah (dapat dipercaya) saat menjadi pedagang Nabi Muhammad
selalu mengembalikan hak milik atasannya, baik itu berupa hasil
penjualan maupun ataupun sisa barang.
3. Fathanah (cerdas) dalam hal ini pemimpin yang mampu memahami,
menghayati, dan mengenal tugas dan tanggung jawab bisnisnya
dengan sangat baik.
4. Tabligh (komunikatif) seorang pemasar harus mampu menyampaikan
keunggulan-keunggulan produk dengan menarik dan tetap sasaran
tanpa meninggalkan kejujuran dan kebenaran.
e. Prinsip, Krateristik dan Praktik Pemasaran Nabi Muhammad SAW
Tanpa memperhatikan intensitas persaingan, perusahaan harus
bersaing secara etis. Etika pemasaran merujuk pada prinsip atau nilai-
nilai moral secara umum yang mengatur perilaku seseorang atau
kelompok. Setandar-setandar hukum mungkin tidak selalu etis atau
sebaliknya, standar-standar etika belum tentu sesuai dengan standar
hukum, karena hukum merupakan nilai-nilai dan standar-standar yang
dapat dilaksanakan oleh pengadilan.
Prinsip-prinsip pemasaran islami menurut Abdullah Gymnastiar
dan Hermawan Kertajaya adalah:18
1) Berlaku adil

17
Hermawan Kertajaya dan Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing, (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2006), hlm. 28.
18
Abdullah Gymnastiar dan Hermawan Kertajaya, Berbisnis dengan Hati, (Jakarta: Mark Plus &
CO, 2004), hlm. 46.
13

Pada dasarnya kompetitor akan memperbesar pasar, sebab


tanpa kompetitor industri tidak dapat berkembang dan kompetitor ini
perlu diikuti mana yang bagus dan mana yang jelek, dimana
kompetitor yang bagus perlu ditiru.
2) Tanggap Terhadap Perubahan
Selalu ada perubahan dalam perindustrian, sehingga langkah
bisnis akan terus berubah untuk menyesuaikan dengan pasar.
Kompetisi yang semakin sengit tidak dapat dihindari, arus globalisasi
dan teknologi akan membuat pelanggan semakin pintar dan selektif
sehingga jika kita tidak sensitif terhadap perubahan maka kita akan
kehilangan pelanggan.
3) Berbuat yang terbaik dari Sisi produk dan harga
Dalam konsep pemasaran islami, tidak diperbolehkan
menjual barang jelek dengan harga yang tinggi, hal ini dikarenakan
pemasaran islami adalah pemasaran yang fair dimana harga sesuai
dengan barang/Produk.
4) Rela sama rela dan adanya hak khiyar pada pembeli (hak pembatalan
terhadap transaksi)
Pada prinsip ini, pemasar yang mendapatkan pelanggan
haruslah memelihara hubungan baik dengan mereka. Dan dipastikan
pelanggan puas terhadap pelayanan yang diberikan, sehingga
pelanggan menjadi lebih royal. Dengan arti lain keep the costumer,
namun keep the costumer saja tidaklah cukup, perlu pula grow the
costumer, yaitu value yang diberikan kepada pelanggan perlu
ditingkatkan sehingga dengan bertambahnya pelayanan, pelanggan
juga akan mengikuti pertambahan tersebut.
5) Tidak curang
Dalam pemasaran islami tadlis sangatlah dilarang, seperti
penipuan menyangkut kuantitas, kualitas, dan waktu penyerahan
barang dan harga.
6) Berorientasi pada kualitas
14

Tugas seorang marketer adalah selalu meningkatkan quality,


cost, dan delivery agar tidak kehilangan pelanggan.

Kemudian menurut Abdullah Amrin, prinsip-prinsip pemasaran


islami adalah sebagai berikut:19
a) Ikhtiar
Salah satu usaha untuk mengadakan perubahan yang dilakukan oleh
seseorang secara maksimal dengan segenap kemampuan yang
dimiliki dengan harapan menghasilkan ridha Allah SWT.
b) Manfaat
Berguna bagi pemakai barang/jasa dan memiliki nilai guna.
c) Amanah/tanggung jawab
Bertanggung jawab terhadap apa yang dipromosikan dan menepati
janji yang diberikan pada saat promosi, sehingga dilarang
mengiklankan barang secara berlebihan.
d) Nasihat
Produk/jasa yang dikeluarkan harus mengandung unsur peringatan
berupa nasihat, sehingga hati setiap konsumen yang memanfaatkan
tersentuh terhadap tujuan kemanfaatan produk/jasa yang digunakan.
e) Keadilan
Berbisnis secara adil adalah wajib hukumnya dalam seluruh aspek
ekonomi.

f) Transparan/keterbukaan
Dalam setiap usaha, keterbukan dan transparansi merupakan suatu
hal yang penting. Karena prinsip usaha syari’ah adalah kedilan dan
kejujuran.
g) Kejujuran

19
Abdullah Amrin, Asuransi Syari’ah, (Jakarta: Media Komputindo, 2006), hlm. 200.
15

Dalam promosi, informasi mengenai produk/jasa harus sesuai


dengan spesifikasi produk/jasa itu sendiri tidak boleh menyeleweng
dengan kenyataan tentang produk/jasa tersebut.
h) Ikhlas/tulus
Ikhlas/tulus merupakan salah satu nilai islami yang terdapat dalam
kegiatan promosi. Artinya dalam melaksanakan kegiatan promosi
harus memiliki niat yang baik, ikhlas/tulus dan tidak ada itikad yang
buruk.

Kertajaya yang dikutip oleh Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa
menyatakan bahwa krakteristik pemasaran islami terdiri dari beberapa
unsur yaitu ketuhanan, etis, realistis, dan humanistis.20 Muhammad dalam
bukunya “Etika Bisnis Islami” bahwa etika pemasaran dalam konteks
produk meliputi:
a. Produk yang halal dan thoyyib
b. Produk yang berguna dan dibutuhkan
c. Produk yang berpotensi ekonomi atau benefit
d. Produk yang bernilai tambah yang tinggi
e. Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan sosial
f. Produk yang dapat memuaskan masyarakat21

Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa dalam bukunya “Manajemen


Bisnis Syariah : Menanamkan Nilai dan Praktis Syariah Dalam Bisnis
Kontemporer”, menyatakan bahwa praktik pemasaran Nabi Muhammad SAW
antara lain sebagai berikut:22

1. Segmentasi dan Targeting


Segmentasi dan targeting dipraktikkan Nabi Muhammad SAW
tatkala ia berdagang ke negeri Syam, Yaman, Bahrain. Muhammad
mengenal betul barang apa yang disenangi oleh penduduk dan diserap
20
Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan Nilai dan
Praktis Syariah dalam Bisnis Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.350.
21
Muhammad, Etika Bisnis Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm. 101.
22
Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan Nilai dan
Praktis Syariah dalam Bisnis Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.358-361.
16

oleh pasar setempat. Setelah mengenal target pasarnya (targeting), Nabi


Muhammad SAW menyiapkan barang-barang dagangan yang dibawa ke
daerah tersebut.
Nabi Muhammad SAW betul-betul profesional dan memahami
dengan baik segmentasi dan targeting sehingga sangat menyenangkan
hati Khadijah, yang saat itu berperan sebagai bosnya. Barang-barang
yang diperdagangkan Muhammad selalu cepat terjual, karena memang
sesuai dengan segmen dan target pasarnya (targeting).
2. Positioning
Positioning berarti bagaimana membuat barang yang kita hasilkan
atau kita jual memiliki keunggulan, disenangi, dan melekat di hati
pelanggan dan bisa melekat dalam jangka waktu yang lama. Positioning
berhubungan dengan apa yang ada di benak pelanggan, berhubungan
dengan persepsi, dimana persepsi tersebut akan melekat dalam waktu
yang lama.
Positioning Nabi Muhammad SAW yang sangat mengesankan dan
tidak terlupakan oleh pelanggan merupakan kunci kenapa Muhammad
menjadi pebisnis yang sukses. Beliau menjual barang-barang asli yang
memang original serta sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Tidak pernah terjadi pertengkaran atau klaim dari pihak
pelanggan bahwa pelayanan dan produk yang dijual Muhammad
mengecewakan.

3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)


Ini adalah suatu strategi pemasaran untuk melayani pelanggan
dengan cara memuaskannya melalui product, price, place, dan
promotion (4P).
a. Produk (product)
Berarti menawarkan produk yang terjamin kualitasnya.
Produk yang dijual harus sesuai dengan selera serta memenuhi
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Muhammad dalam praktik
17

elemen produk selalu menjelaskan kualitas barang yang dijualnya.


Kualitas produk yang dipesan oleh pelanggan selalu sesuai dengan
barang yang diserahkan. Seandainya terjadi ketidakcocokan, beliau
mengajarkan, bahwa pada pelanggan ada hak khiyar, dengan cara
membatalkan jual beli, seandainya terdapat segala sesuatu yang tidak
cocok.
b. Harga (price)
Penetapan harga ini tidak mementingkan keinginan
pedagang sendiri, tapi juga harus mempertimbangkan kemampuan
daya beli masyarakat. Pada ekonomi Barat, ada taktik menetapkan
harga setinggi-tingginya yang disebut “skimming price”. Dalam
ajaran syari’ah tidak dibenarkan mengambil keuntungan sebesar-
besarnya, tapi harus dalam batas-batas kelayakan. Dan tidak boleh
melakukan perang harga dengan niat menjatuhkan pesaing, tapi
bersainglah secara fair, bikin keunggulan dengan tampil beda dalam
kualitas dan layanan yang diberikan.
c. Lokasi/Distribusi (place)
Perusahaan memilih saluran distribusi atau menetapkan
tempat untuk kegiatan bisnis. Dalam perspektif Barat, para penyalur
produk berada di bawah pengaruh produsen, atau bahkan sebaliknya
para penyalur dapat melakukan tekanan-tekanan yang mengikat
kaum produsen, sehingga produsen tidak bisa lepas dari ikatan
penyalur.

Nabi Muhammad SAW melarang orang-orang atau perantara


memotong jalur distribusi dengan melakukan pencegatan terhadap
pedagang dari desa yang ingin menjual barangnya ke kota. Mereka
dicegah di pinggir kota dan mengatakan bahwa harga barang bawaan
mereka sekarang harganya jatuh, dan lebih baik barang itu dijual
kepada mereka yang mencegah. Hal ini sangat dilarang oleh Nabi
Muhammad SAW.
Kemudian dalam hal perantara, para tengkulak yang suka
menjalankan politik ijon, dan membeli buah di atas pohon, yang
18

ditaksir berapa harganya. Hal ini dilarang Oleh Nabi Muhammad


membeli buah di atas pohon, karena belum jelas jumlah hasilnya,
sehingga jual beli itu meragukan.
d. Promosi (promotion)
Banyak pelaku bisnis menggunakan teknik promosi dengan
memuji-muji barangnya setinggi langit dan tidak segan-segan
mendiskreditkan produk saingan. Bahkan ada kejadian, produk
pesaing dipalsukan kemudian dilepas ke pasar sehingga pesaingnya
memperoleh citra tidak baik dari masyarakat. Tidak boleh
mengatakan bahwa modal barang ini mahal jadi harganya tinggi, dan
sudah banyak orang yang membeli produk ini, tapi kenyataanya
tidak. Untuk melariskan jual belinya pedagang tidak segan-segan
melakukan sumpah palsu, padahal hal tersebut merusak. Juga tidak
dibenarkan, para penjual main mata dengan teman-temannya agar
pura-pura berminat dengan barang yang dijual dan membelinya
dengan harga mahal sesuai dengan harga yang diminta oleh penjual.
Ini disebut najasi, praktik ini sangat dilarang oleh Nabi Muahammad
SAW.
4. Konsep Produk
Konsep produk pada pemasaran islami yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW selalu menjelaskan dengan baik kepada pembeli akan
kelebihan dan kekurangan produk yang dijualnya, sebagaimana sabda
beliau:
Muhammad SAW bersabda, dalam (HR. Muslim, dari Hakim bin
Hizam Ra ) “Dua orang yang berjual beli masing-masing mempunyai
hak pilih (untuk meneruskan jual beli atau tidak) selama keduanya
belum pernah berpisah. Jika keduanya berlaku jujur dan berterus terang
menjelaskan (keadaan barang yang diperjual belikan), maka keduanya
akan mendapat berkat dari jual beli mereka tetapi jika mereka berdusta
dan menyembunyikan cacat, hilanglah jual beli mereka.23
Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 70-71
23
Thorik Gunara dan Utus Hardiono, Marketing Muhammad, (Bandung: Madania Prima, 2007),
hlm. 58
19

       


  
        
  
 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada


Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70) niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barang siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar
(71). (QS. Al-Ahzab:70-71).24

Kejujuran adalah kunci utama dalam perniagaan Nabi Muhammad,


kejujuran adalah cara yang termurah walaupun sulit dan langka
ditemukan sekarang. Jika kita menjual produk dengan segala kelebihan
dan kekurangannya kita ungkapkan secara jelas, maka yakin produk itu
akan terjual dan juga akan dipercaya oleh konsumen kita. Dan mereka
tidak akan meninggalkan kita karena merasa tidak dibohongi dengan
ucapan kita.

5. Konsep Harga
Strategi harga yang digunakan Nabi Muhammad SAW berdasarkan
prinsip suka sama suka/rela sama rela. Dalam surat An-Nisa’ ayat 29:
     
        
          

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan rela sama rela diantara kamu.

24
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Departemen Agama RI, 2006), hlm. 604.
20

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah


Maha Penyayang kepadamu” (An-Nisa’ : 29).
Islam memberikan kebebasan pasar, dan menyerahkannya kepada
hukum naluri yang kiranya dapat melaksanakan fungsinya selaras
dengan penawaran dan permintaan. Justru itu kita lihat Rosulullah SAW.
ketika sedang naiknya harga, beliau diminta oleh orang banyak supaya
menentukan harga, maka jawab Rosulullah SAW: “Allahlah yang
menentukan harga, yang mencabut, yang meluaskan dan yang memberi
rizki. Saya mengharap ingin bertemu Allah sedang tidak ada seorang
pun diantara kamu yang meminta saya upaya berbuat zalim baik
terhadap darah maupun harta benda”. (Riwayat Ahmad, Abu Daud,
Tarmizi, Ibnu Majah, ad-Darimi dan Abu Ya’la).25
6. Konsep Promosi
Islam memaknai marketing sebagai dakwah, karena pada dasarnya
dakwah ini adalah menjual dan mempromosikan nilai islam yang kita
yakini kebenarannya. Dalam berdakwah ini akan berurusan dalam
penjualan produk yang sudah Allah berikan kepada kita melalui Nabi
Muhammad. Lebih lanjut Nabi Muhammad SAW menekankan agar
tidak melakukan sumpah palsu. Dimana sumpah palsu menurut beliau
adalah usaha yang dilakukan untuk melariskan barang dagangannya lagi
berusaha dengan cara yang tercela.26
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Syuara’:181
      
Artinya: “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang merugikan”
Tidak dibolehkannya pedagang melakukan pencampuran antara
barang yang berkualitas baik dengan yang tidak baik. Harga yang
ditetapkan pedagang, adakalanya terkandung unsur penipuan, ada yang
disadari dan ada pula yang tidak disadari, misalnya, harga yang
ditetapkan berdasarkan negoisasi (tawar-menawar), biasanya ditentukan

25
Ibid, hlm. 62
26
Ibid, hlm. 59.
21

oleh keahlian pelanggan dalam menawar, bisa jadi harga berbeda untuk
barang yang sama, tempat yang sama. Apabila pelanggan bertemu satu
sama lain, dengan membeli barang yang sama, tetapi harga berbeda.
Pelanggan dengan harga tinggi merasa tertipu. Hal itu tidak
diperbolehkan dalam islam.
7. Konsep distribusi
Banyak kecendrungan yang ada pada masa Nabi Muhammad SAW
dalam pemasaran, salah satunya yaitu memotong jalur distribusi. Nabi
Muhammad SAW melarang mencegat (menyongsong) pedagang
(sebelum tiba di pasar), dan melarang orang kota membeli dagangan
orang desa. Inti dari pelarangan tersebut adalah untuk menghindarkan
adanya tengkulak (perantara).
Dalam hal ini ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW adalah
bahwa sebuah proses distribusi harus sesuai dengan peraturan yang telah
disepakati bersama dan tidak ada pihak yang dirugikan baik dari pihak
produsen, distributor, agen, penjual eceran dan konsumen.

2. Kajian Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan perbandingan dalam proposal penelitian kualitatif ini


dari penelitian yang pernah di lakukan sebelumnya, yaitu :
a. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Novitasari dengan judul
“Strategi pemasaran dalam meningkatkan laba (studi kasus di toko
fizaria busana muslim jepara)”.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Santi Novitasari bahwa
Strategi pemasaran adalah memilih dan menganalisis pasar sasaran
yang merupakan suatu sekolompok orang yang ingin dicapai oleh
suatu perusahaan dan menciptakan suatu bauran pemasaran yang
cocok dan dapat memuaskan pasar sasaran tersebut.27

27
Santi Novitasari, Strategi Pemasaran Islam Dalam Meningkatkan Laba (Semarang: UIN WALI
SONGO, 2016).
22

b. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail dengan judul “Pengaruh


Strategi Pemasaran dalam Konsep Islam Terhadap Peningkatan
Penjualan Tiket Pesawat Pada PT. Sumber Maspul Makassar”.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Ismail bahwa Strategi
pemasaran merupakan pernyataan mengenai bagaimana suatu merk
atau lini produk dapat memenuhi keinginan dan dapat memuaskan
pelanggan. Selain itu pemasaran sendiri dapat di artikan sebagai
seleksi atas pasar sasaran, menentukan posisi persaingan dan
pengembangan suatu bauran pemasaran yang efektif untuk mencapai
dan melayani klien yang di pilih. Beberapa strategi pemasaran yang
di terapkan yang nantinya akan mampu menembus pasar,
mengembangkan pasar, mengembangan produk, diversifikasi, biaya
murah, dan pemfokusan pasar.28
c. Penelitian yang dilakukan oleh Anisatul Farochah dengan judul “
Penerapan Strategi pemasaran Produk Penghimpunan Dana KJKS
Bina Niaga Utama Cabang Weleri Dalam Meningkatkan
Keunggulan kompetitif “ 2011, dengan hasil penelitian:
Hasil penelitian tentang produk unggulan adalah Mudharabah:
SIRELA (simpanan suka rela lancar), TASAQUR (tabungan
persiapan qurban), SISUKA (simpanan suka rela berjangka) dan
wadiah: TARBIAH (tabungan arisan berhadiah) yang mempunyai
ekstra manfaat bagi nasabah/anggota KJKS. Sedangkan strategi
pemasaran yang digunakan oleh KJKS BINAMA dalam penjualan
produknya yaitu dengan : strategi produk dengan cara menentukan
motto, menciptakan merek yang mudah diingat, terkesan modern.
Strategi harga ditentukan berdasarkan bentuk atau ukuran produk dan
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing produk.
Strategi tempat dalam upaya KJKS melayani konsumen tepat waktu
dan tepat sasaran. Strategi promosi deengan cara periklanan, promosi
penjualan, publisitas melalui kegiatan sponsor dan bakti sosial.
KJKS BINAMA juga menetapkan strategi pemasaran seperti
menetapkan target, dalam hal ini harus ditetapkan beberapa target
28
Ismail, Pengaruh Strategi Pemasaran dalam konsep Islam Terhadap Peningkatan Penjualan
(Makassar:UIN ALAUDDIN, 2016), hlm. 33
23

funding yang akan dihimpun agar marketing termotivasi melakukan


kinerja yang maksimal.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Kaspul Muklis dengan judul:
“Analisis Strategi Pemasaran pada peternakan ayam potong di Desa
Sukosono Jepara”
Hasil penelitian dari Pemasaran pada peternakan ayam potong
di Desa Sukosono Jepara bahwa peternakan tersebut menggunakan
Strategi pemasaran yang terarah di bidang pemasaran untuk
memperoleh suatu hasil yang optimal, strategi pemasaran
mengandung 2 faktor yakni: Pasar Target atau sasaran dan Bauran
pemasaran (Marketing Mix).29
e. Penelitian yang dilakukan oleh Fahrurrozi dengan judul: “Strategi
Pemasaran Jasa dalam Meningkatkan Citra Lembaga Pendidikan
Islam”2012, dengan hasil penelitian:
1. Analisa pasar jasa pendidikan yang dilakukan oleh SD
Hidayatullah dan MIT Nurul Islam didasarkan pada kebutuhan
(need) dan keinginan (want) dari masyarakat sekitar.
2. Strategi pemasaran yang diterapkan diklasifikasikan menurut
strategi bauran pemasaran.
3. Citra Hidayatullah dan MIT Nurul Islam sebagai dampak dari
strategi pemasaran jasa pendidikan dibuktikan dengan beberapa
pandangan poisitif penilaian wali murid.
f. Penelitian yang dilakukan oleh Desta Marta Nita dengan judul :
“Analisis Strategi Pemasaran BMT Dalam Menigkatkan Keunggulan
Kompetitif Dalam Perspektif Ekonomi Islam” .
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desta Marta Nita bahwa
Pemasaran BMT Dalam Menigkatkan Keunggulan Kompetitif yaitu
dengan cara menawarkan dan menjual kepada masyarakat terhadap
produk yang dimiliki. Cara tersebut di wujudkan dalam bentuk
tindakan dan langkah-langkah yang sejalan dengan prinsip syari’ah.
g. Penelitian yang dilakukan oleh Eriza Yolanda Maldina dengan judul:
“Strategi Pemasaran Islami Dalam Meningkatkan Penjualan Pada
Batik Calista”
Hasil penelitian dari Penjualan Pada Batik Calista bahwa strategi atau
kegiatan pemasarannya di landasi dengan nilai-nilai islami yang di jiwai
29
Kaspul Muklis, Analisis Strategi Pemasaran (Jepara:UNISNU ,2011). Hlm. 43
24

oleh semangat ibadah kepada Allah dan berusaha semaksimal mungkin


untuk kesejahteraan bersama.
Dari penelitian-penelitian tersebut, penulis meneliti mengenai strategi
pemasaran syariah pada produksi gula merah. Sedangkan pembedaannya
dengan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu adalah dari segi
keunnggulan produk yang dipasarkan, keunggulan strtegi pemasaran
syari’ah yang kreatif, dan pelayanan yang baik.

H. Metode Penelitian

Dalam Setiap penelitian, untuk lebih terarah dan rasional diperlukan


suatu metode yang sesuai dengan obyek yang dikaji, karena metode
merupakan cara bertindak supaya penelitian berjalan terarah dan mencapai
hasil maksimal. Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang
digunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan
ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji
topik penelitian.30 Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian yang
tepat dan relevan sebagaimana yang dilaksanakan yakni:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan


pendekatan kualitatif, yaitu peneliti melakukan penelitian langsung
secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
lembaga atau gejala tertentu serta dengan pengamatan obyek (kegiatan
atau peristiwa).31
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk
mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

30
Deddi Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm.
145
31
Koencoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1981), hlm. 16
25

sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu


maupun secara kelompok.32
Menurut Botgar dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati dengan jenis
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu riset yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya
melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.33
Penelitian ini juga bersifat deskriptif yaitu menggambarkan dan
menyajikan fakta secara sistematik mengenai keadaan obyek sebenarnya.
Penelitian deskriptif artinya melukiskan variabel demi variabel, satu
demi satu, dengan mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat,
serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dan juga situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan, serta
proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.34

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif ini mutlak


diperlukan. Hal ini karena untuk mendapatkan data-data atau informasi
yang valid yang dibutuhkan oleh peneliti dalam proposal penelitian ini.
Kesahihan dan keabsahan data sangat ditentukan oleh komitmen,
keikutsertaan, dan keterlibatan peneliti secara intens dan bermakna
dalam penelitian yang dilakukannya.35 Oleh karena itu, keikutsertaan/
kehadiran peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data atau
Informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. sehingga data yang diperoleh
dari lapangan dapat disusun secara sistematis dan jelas tentang data yang
dihasilkan dari hasil penelitian yang dilakukan. Peneliti dalam hal ini
bertindak sebagai instrumen sekaligus perencana, pengumpul data,

32
Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metoe Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), hlm.89
33
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 56
34
Sudarmawan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 41
35
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2014), hlm.394
26

analis, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor dari hasil penelitian yang
dilakukannya.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:


a. Data Primer: meliputi hasil pengamatan langsung (observasi dan
wawancara). Observasi dilakukan peneliti dengan terjun langsung
untuk mengatahui fenomena-fenomena yang ada. Data yang
diperoleh dari observasi tersebut kemudian diperdalam melalui
Interview/ wawancara, yaitu segala kegiatan menghimpun data
dengan cara melakukan tanya jawab lisan secara tatap muka dengan
pemilik industri gula merah prenduan. Sehingga peneliti dapat
memperoleh data yang valid dari sumber aslinya.
b. Data Sekunder: meliputi hasil informasi yang diperoleh dari
perpustakaan, buku-buku mengenai strategi pemasaran, dan
dokumen-dokumen ataupun artikel atau catatan yang berkaitan
dengan strategi pemasaran islami.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data adalah suatu cara atau proses yang


sistematis dalam pengumpulan, pencatatan dan penyajiyan fakta untuk
tujuan tertentu.36 Penelitian ini menggunakan tiga jenis prosedur
pengumpulan data. Ketiga prosedur pengumpulan data tersebut yaitu:
wawancara, telaah dokumen, dan observasi.
a. Wawancara
Metode Interview (wawancara) adalah suatu kejadian atau
suatu proses interaksi antara pewawancara dan sumber informasi
atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung dengan
percakapan tatap muka (face to face).37 Dapat pula dikatakan bahwa
wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.
138
37
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2014), hlm.372
27

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan


yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.38 Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada
beberapa orang informan. Meliputi pemilik toko bahan bangunan
UD. Sumber Indah Guluk-Guluk, dan karyawan UD. Sumber Indah.

b. Telaah Dokumen
Telaah dokumen yaitu pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen.39 Telaah dokumen dilakukan untuk
memperoleh data tentang berbagai jenis kegiatan usaha pemasaran
yang terdokumentasi dalam berbagai buku ataupun catatan-catatan
kegiatan UD. Sumber Indah. Pengumpulan data dokumen merupakan
metode yang digunakan peneliti untuk menelusuri data historis yang
berisi sejumlah fakta yang berbentuk dokumen, hal ini sebagai
pelengkap data penelitian, data sebagai penunjang dari hasil
wawancara dan observasi. Dalam teknik ini, peneliti mendapatkan
data-data yang berupa dokumentasi foto dan rekaman hasil
wawancara dan dokumen-dokumen yang ada sebagai kelengkapan
penelitian ini.
c. Observasi
Metode observasi adalah sebagai metode yang dilakukan
untuk pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian.40 Pengamatan dilakukan untuk
memperoleh data tentang aktivitas di UD. Sumber Indah Guluk-
Guluk dalam pemasaran usaha bisnis Islam dengan mengamati
secara langsung kinerja para karyawan UD. Sumber Indah. Hal ini
dimaksudkan agar penelitian dapat memperoleh data yang akurat dan

38
J Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2014), hlm.
135
39
Anwar Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar, 2014), hlm. 5
40
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan , (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hlm. 58
28

faktual berkenaan dengan aktivitas pemasaran di UD. Sumber Indah


Guluk-Guluk.

5. Analisis Data

Dalam menganalisa data penulis menggunakan teknik analis data


kualitatif atau menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu
bentuk penelitian yang meliputi proses pengumpulan dan penyusunan
data. Kemudian data yang sudah terkumpul dan tersusun tersebut
dianalisis sehingga diperoleh data yang jelas (valid).
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis alir
yaitu metode dengan beberapa tahap diantaranya: reduksi data, display
data, gambaran kesimpulan dan verifikasi data.41
a. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok
difokuskan pada hal-hal yang penting dan disusun secara sistematis
sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang hasil penelitian.
b. Display data, yaitu menyajikan informasi atau data-data yang
diperoleh dari lapangan dan disusun secara sistematis sehingga
tersusun gambaran yang jelas dan sistematis tentang data yang
dihasilkan dari hasil penelitian yang dilakukan.
c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi, proses penarikan
kesimpulan didasarkan pada hubungan infrormasi yang tersusun
dalam satu bentuk yang dipadu pada penyajian data. Melalui
informasi tersebut, peneliti dapat melihat apa yang ditelitinya dan
menentukan kesimpulan yang benar sebagai obyek penelitian.
Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi itu sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran peneliti selama menulis dan merupakan suatu tinjauan
ulang pada catatan lapangan.

6. Pengecekan Keabsahan data

41
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2014), hlm.407
29

Dalam penelitian ini metode pemeriksaan data yang digunakan


adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan kata lain tringulasi yaitu
metode membandingkan temuan data hasil pengamatan di lapangan
dengan data hasil perolehan dari wawancara.
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti
yang dirumuskan ada dua macam yaitu, antara lain:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan
dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan
peneliti pada latar penelitian.42 Dalam konteks ini, dalam upaya
menggali data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian, peneliti selalu ikut serta dengan informan utama dalam
upaya menggali informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Misalnya peneliti selalu bersama informan utama dalam melihat
lokasi penelitian.
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu sendiri.43
Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Yaitu
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif. Hal ini bisa dilakukan dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berlainan.44

42
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm.
175
43
Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metoe Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), hlm.322
30

Jadi tringulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan


perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks
suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kajian dan
hubungan dari berbagai pandangan. Untuk itu maka peneliti dapat
melakukannya dengan cara :
a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.
b. Mengeceknya dengan berbagai sumber data. 45

7. Tahap-Tahap Penelitian

Menurut Lexy J. Moleong mengemukakan dalam penelitian terdiri


dari beberapa tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan
tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan. 46 Oleh karena itu dalam
penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahap tersebut.
a. Tahap Pra lapangan
Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum
melakukan penelitian.47 Dalam konteks ini, peneliti terlebih dahulu
membuat fokus penelitian atau rumusan permasalahan yang akan
dijadikan obyek penelitian, untuk kemudian membuat usulan judul
penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat
proposal penelitian.
b. Tahap Lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan ini meliputi tiga bagian
yaitu memahami konteks penelitian dan persiapan diri, memasuki
lapangan dan berperan serta untuk mengumpulkan data. Tahap ini
peneliti lebih fokus pada pencarian dan pengumpulan data di

44
J Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm.
331
45
Ibid, hlm. 332
46
J Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), hlm.
125
47
Ibid, hlm. 86
31

lapangan, serta mengamati segala bentuk aktivitas yang ada dilokasi


penelitian, sambil menulis catatan lapangan untuk tahap berikutnya.48
c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data ini meliputi analisis data yang diperoleh
melalui observasi, dokumentasi, ataupun wawancara mendalam
dengan informan. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai
dengan konteks permasalahan yang diteliti. Penarikan kesimpulan
dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan awal dari hasil sementara
yang ada, kemudahan melakukan verifikasi atau pencocokan hasil
kesimpulan awal dengan kesimpulan akhir dengan bukti-bukti yang
ada dalam penelitian.49
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap penulisan laporan ini dimana peneliti menuangkan
hasil dari penelitian ke dalam suatu laporan. Tahap ini adalah tahap
akhir dari seluruh prosedur penelitian, dan disini peneliti dituntut
kreatif dalam menuliskan laporan.

48
Dedy N, Hidayat, 1999. “Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi”, “Jurnal Ikatan
Sarjana Komunikasi Indonesia, Vol.III/April 1999, Jakarta: IKSI dan Remaja Rosda Karya. Hal.
73
49
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, ( Yogyakarta: Andi Officer, 1991), hal. 136
32

DAFTAR RUJUKAN

Suharno dan Yudi Sutarso, Marketing in Practice, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama, 1996

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: Rajawali Press, 2010.

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran; Analisa Perencanaan, Implementasi dan


Pengendalian, Jakarta: Erlangga, 1996.

Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, Jakarta: Raja Grafindo, 2007.

Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing, Bandung: Mizan Pustaka, 2006.

Ismail Nawawi Uha, Bisnis Syari’ah; Pendekatan Ekonomi Dan Manajemen


Doktrin, Teori dan Praktik, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012.

Bukhari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah: Menanamkan
Nilai dan Praktis Syariah dalam Bisnis Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2005.

Wibowo, Sukarno dan Dedi Supriadi, Ekonomi Mikro Islam, Bandung: Pustaka
Setia, 2013.

Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Yogyakarta: UII, 2008

Nasution, Mustafa Edwin, et. Al., Pengenalan Eklusif Ekonomi Islam, Jakarta:
Prenada Media Grup, 2014.
33

Ismail Nawawi Uha, Bisnis Syari’ah; Pendekatan Ekonomi Dan Manajemen


Doktrin, Teori dan Praktik, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012.

Kertajaya, Hermawan dan Muhammad Syakir, Syari’ah Marketing, Bandung: PT


Mizan Pustaka, 2006.

Abdullah Gymnastiar dan Hermawan Kertajaya, Berbisnis dengan Hati, Jakarta:


Mark Plus & CO, 2004.

Amrin, Abdullah, Asuransi Syari’ah, Jakarta: Media Komputindo, 2006.

Muhammad, Etika Bisnis Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Gunara, Thorik dan Utus Hardiono, Marketing Muhammad, Bandung: Madania


Prima, 2007.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan


Terjemahnya, Departemen Agama RI, 2006.
Deddi Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002.

Koencoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama, 1981.

Ghony, Djunaidi dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, Jogjakarta:


Ar-Ruzz Media, 2014.

Kriyantono, Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2009.

Danim, Sudarmawan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Yusuf, A. Muri, Metode Penelitian; Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian


Gabungan, Jakarta: Prenada Media Group, 2014.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:


Alfabeta, 2009.

Moleong, J Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda


Karya, 2014.

Saifuddin, Anwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar, 2014.


34

S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan , Jakarta: Rineka Cipta, 2014.

Dedy N, Hidayat, “Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi”,


“Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Vol.III/April 1999, Jakarta: IKSI
dan Remaja Rosda Karya, 1999.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, Yogyakarta: Andi Officer, 1991.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

1. Apa saja jenis-jenis strategi pemasaran dalam meningkatkan pendapatan


dan volume penjualan bahan bangunan yang dilakukan UD. Sumber
Indah ?
2. Apa bapak Selalu memperhatikan kualitas Barang-barang yang dijual?
3. Apa saja kendala-kendala yang menjadi hambatan terhadap penjualan
bahan-bahan bangunan?
4. Bagaimana strategi pemasaran dalam meningkatkan pendapatan dan
volume penjualan bahan bangunan yang dilakukan UD. Sumber Indah ?
5. Bagaimana sikap bapak dalam menghargai pembeli ?
6. Bagaimana cara menetapkan harga produk bahan bangunan yang bapak
jual ?
7. Bagaimana cara pendistribusian atau penyaluran bahan-bahan bangunan
tersebut?

Anda mungkin juga menyukai