Anda di halaman 1dari 12

ANALISA KENYAMANAN AKSESIBILITAS PEJALAN KAKI

TERHADAP JALUR SIRKULASI MENUJU PEMBERANGKATAN


BUS AKAP (STUDI KASUS DI TERMINAL KALIDERES)

Agus Triwidagdo dan Mona Anggiani


Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana, Jakarta-Indonesia
e-mail: triwidagdo_2010@yahoo.com

ABSTRACT

The bus terminal is one part of the network of urban transport system has an
important role for community mobility especially because to date in Indonesia, the bus
becomes public transportation mode of choice for most people of the town, good for short
distance transport or for long-distance, inter city or between provinces.
A number of people using bus transportation for day to day activities in the city, such as
departing from and to the workplace, to the trade or business, or to school, but this time the
convenience of accessibility for all users, especially pedestrians bus terminal is not a major
consideration in public facility planning. The phenomenon of accessibility comfort to the path
of the vehicle at the bus terminal, become an important issue in the new approach to
architecture. The purpose of this study was to determine, whether the pedestrian who wear
comfortable AKAP bus in achieving its target AKAP bus.

Keywords: convenience of accessibility, pedestrian, circulation, bus terminal

ABSTRAK
Terminal bus merupakan salah satu bagian dari jaringan sistem transportasi kota
yang mempunyai peran penting bagi mobilitas masyarakat terlebih karena sampai saat ini di
Indonesia, bus menjadi moda transportasi publik yang menjadi pilihan kebanyakan
masyarakat kota, baik untuk transportasi jarak dekat maupun untuk jarak jauh, antar kota
atau antar provinsi.
Sejumlah kalangan menggunakan transportasi bus untuk kegiatan sehari-harinya di dalam
kota, seperti berangkat dari dan ke tempat kerja, ke tempat berdagang atau berbisnis, atau ke
sekolah, namun saat ini kenyamanan aksesibilitas bagi setiap pengguna terminal bus
terutama pejalan kaki belum menjadi pertimbangan utama dalam perencanaan fasilitas
publik. Fenomena kenyamanan aksesibilitas menuju jalur kendaraan di dalam terminal bus,
menjadi sebuah isu penting dalam pendekatan baru dalam arsitektur. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui, apakah pejalan kaki yang memakai bus AKAP nyaman dalam
mencapai bus AKAP yang ditujunya.

Kata Kunci: kenyamanan aksesibilitas, pejalan kaki, sirkulasi, terminal bus


Dalam penelitian Aksesibilitas bagi
1 LATARBELAKANG pengguna terminal bus Purabaya
penelitian tersebut menggunakan
Terminal bus merupakan unit fasilitas penelitian eksploratif mengenai tingkat
untuk pelayanan umum, dalam hal ini aksesibilitas fasilitas publik berupa
pergerakan manusia dan barang dari satu terminal bus dan fokus pada kajian teoritik
tempat ke tempat lain. Sebagai fasilitas yaitu mengenai prinsip desain inklusi
umum, terminal bus harus dapat (desain untuk semua), yang diawali
memberikan pelayanan kepada dengan telaah literatur secara intensif
masyarakat dengan sebaik-baiknya. kemudian dilanjutkan dengan penelitian
kualitatif rasionalistik. Bagian ini
Aksesibilitas pejalan kaki yang kurang dilakukan dengan menggunakan metode
baik merupakan isu yang sering muncul pengamatan aktivitas pengguna terminal
pada setiap terminal bus nusantara. Salah bus selama berada di lingkungan yang
satunya adalah terminal bus Kalideres diteliti, merekam dengan foto dan film, dan
dengan jumlah manusia yang banyak melakukan wawancara semi-terstruktur
berlalu lalang pada jalur kendaraan dan wawancara terbuka. Subyek yang
(khusus bus), apalagi saat menjelang diwawancarai adalah sejumlah pengguna
momen hari besar lebaran yang jumlah terminal bus yang mewakili kelompok
pemakai moda transportasi ini bisa pengguna fasilitas terminal bus Purabaya,
melonjak berkali lipat dari jumlah pemakai Surabaya.
pada hari biasa, aksesibilitas jalur pejalan
kaki yang sempit, kondisi ruang tunggu Sedang dalam jurnal penelitian
penumpang yang kurang nyaman bagi ismiyati (2011), Analisa sistem sirkulasi di
pengunjung, penuhnya parkir kendaraan terminal bus Baranangsiang Bogor, yang
pribadi dan taksi, penetapan jalur bertujuan untuk dapat mengkaji,
keberangkatan AKAP (Antar Kota Antar mendeskripsikan menjelaskan, dan
Provinsi) yang kurang jelas memberikan solusi yang terbaik, dari
mengakibatkan calon penumpang fenomena yang terjadi pada sirkulasi di
mengharuskan mencapainya dengan terminal Baranangsiang, serta
susah payah dan hal tersebut itu menjadi menganalisis sirkulasi di terminal yang di
alasan mengapa penulis meneliti objek lakukan manusia (pengunjung dan
salah satu masalah yaitu aksesibilitas pengelola) juga kendaraan khususnya bus
jalur pejalan kaki menuju jalur dari mulai dan menuju terminal sampai
pemberangkatan bus AKAP. pada sirkulasi keluar dari terminal.
Metode penelitian menggunakan
kualitatif deskriptif yaitu dengan cara
2 METODE PENELITIAN observasi langsung untuk mendapatkan
data primer dan observasi tidak langsung
Seperti telah diungkapkan pada bab melalui data-data seperti buku, internet
pendahuluan, tujuan dari penelitian ini: dan data yang menunjang dan wawancara
dengan nara sumber, metode analisis data
- Untuk mengetahui, apakah jalur yang digunakan yaitu, jenis penelitian
pejalan kaki sudah sesuai dengan kualitatif deskriptif. Pada pengumpulan
standar Peraturan Menteri data ini dilakukan untuk mencari informasi
Pekerjaan Umum. dan jawaban atau pemecahan masalah
- Untuk mengetahui, apakah dengan menguraikan dan menjelaskan
pejalan kaki nyaman dalam perihal atau fenomena yang ditemukan
mencapai bus AKAP yang dilapangan.
ditujunya. Metode yang akan penulis gunakan
Pendekatan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif untuk
mengadaptasi pada dua penelitian yaitu melakukan analisis data dengan
jurnal penelitian Aksesibilitas bagi memperkaya informasi dengan cara
pengguna terminal bus Purabaya, mencari informasi berdasarkan data, baik
Surabaya oleh Joyce Marcella Laurans melalui observasi lapangan, wawancara,
dan Gunawan Tanu Widjaja (2012) dan dan data dokumen. Hasil analisis data
Analisa sistem sirkulasi di terminal bus berupa pemaparan mengenai situasi yang
Baranangsiang Bogor oleh Ismiyati (2011) diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian
Antara lain : naratif. Isi dari
pemaparan data akan menjawab Studi pustaka merupakan langkah awal
pertanyaan-pertanyaan tentang dalam metode pengumpulan data. Studi
kenyamanan aksesibilitas pejalan kaki pustaka merupakan metode pengumpulan
dalam mencapai bus yang ditujunya (bus data yang diarahkan kepada pencarian
AKAP) di terminal kalideres. data dan informasi melalui dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto,
gambar, maupun dokumen elektronik yang
2.1 Jenis dan Sumber Data dapat mendukung dalam proses
penelitian.
Sumber data mempunyai peran yang
sangat penting dalam penelitian karena Observasi lapangan merupakan
dengan adanya sumber data penulis akan langkah kedua dalam melakukan
mendapatkan sumber yang dapat pengumpulan data setelah penulis
digunakan untuk mengetahui segala melakukan studi pustaka. Observasi
informasi yang berkaitan dengan lapangan merupakan teknik pengumpulan
penelitian yang dilakukan. data dengan cara melakukan pengamatan
langsung tentang keadaan yang ada di
Data primer dalam penelitian ini adalah lapangan. Dengan melakukan observasi
data hasil dari observasi lapangan dan
lapangan, penulis menjadi lebih
wawancara kepada responden yang
memahami tentang subyek dan obyek
menjadi sampel dalam penelitian ini.
yang sedang diteliti.
Tanggapan dari pejalan kaki dari segi
kenyamanan aksesibilitas menuju jalur Wawancara merupakan langkah yang
pemberangkatan bus AKAP di terminal diambil selanjutnya setelah observasi
kali deres. Responden merupakan lapangan dilakukan. Wawancara atau
pengguna bus AKAP di terminal kalideres, interview merupakan teknik pengumpulan
usia responden antara 25 tahun - 40 tahun data dengan cara bertatap muka secara
tidak terbatas kepada laki-laki atau langsung antara pewawancara dengan
perempuan. Pengguna merupakan responden. Penulis dalam penelitian ini
penumpang yang memakai bus AKAP menggunakan teknik wawancara
tetap, penumpang yang memakai bus terstruktur yaitu wawancara di mana
AKAP secara berkala (setiap seminggu, penulis menggunakan daftar
dua minggu atau sebulan sekali). pertanyaannya yang telah disusun
sebelumnya. Penulis menggunakan
Data Sekunder, yakni data-data wawancara terstruktur agar pertanyaan
pendukung, dokumen dan sumber lebih terfokus, sehingga data yang
referensi lainnya yang relevan dengan
diperoleh tidak akan melenceng dari
penelitian. Dimana peneliti dapat
pokok permasalahan.
memperoleh data secara tidak langsung
dari sumbernya yang terkait dengan
kenyamanan aksesibilitas pejalan kaki.
Referensi yang diperlukan adalah teori- 3 ANALISA DAN HASIL
teori mengenai aksesibilitas, kenyamanan, PENELITIAN
jalur pejalan kaki dan sirkulasi
penumpang. Kemudian dari hasil Analisa dilakukan melalui observasi
wawancara yang dilakukan dengan lapangan dan wawancara mengenai
pejalan kaki dibandingkan dengan teori- kenyamanan aksesibilitas (derajat
teori yang ada, apakah sudah sesuai atau kemudahan dicapai oleh orang, terhadap
belum dengan kenyamanan aksesibilitas suatu objek, pelayanan ataupun
pejalan kaki di terminal kali deres. lingkungan). Jalur pejalan kaki atau jalur
pedestrian akan dilihat pada :

2.2 Metode Pengumpulan Data dan 1. Analisa kondisi fisik yaitu


Analisa Kenyamanan aksesibilitas fisik
berkenaan elemen-elemen jalur
Metode secara umum diartikan sebagai
pejalan kaki (dimensi lebar bebas
proses, cara, atau prosedur yang
jalur pejalan kaki, material jalur
digunakan untuk memecahkan suatu
pedestrian paving (beton), bata
masalah. Metode yang digunakan untuk
atau batu). Dan Elemen-elemen
mengumpulkan data dalam penelitian ini
pendukungnya rambu, bangku,
adalah :
shelter, tempat sampah, tepi
pengaman kanstin, penerangan
jalan dan drainase). Metode yang 2. Analisa kondisi Kenyamanan
digunakan dalam menganalisa berkenaan dengan fisik dan
yaitu perbandingan kondisi fisik lingkungan yaitu kondisi fisik dan
saat ini (di lapangan) terhadap pengaruh dari luar kepada
standar kebijakan perundang- manusia yaitu temperatur,
undangan pemerintah (Dinas sirkulasi udara atau bau,
Pekerjaan Umum tahun 2006). pencahayaan, kebisingan dan
warna.
3.1.1 Analisa Kondisi Fisik A. Kurang sesuai Peraturan PU
Analisa melalui observasi lapangan, 2006.
Analisa kondisi fisik perbandingan kondisi Karena ukuran dimensi Lebar
saat ini (di lapangan) terhadap standar trotoar yaitu 2 meter di beberapa
kebijakan perundang-undangan titik telah dikurangi oleh, tiang
pemerintah (Peraturan Menteri Pekerjaan listrik, tiang lampu listrik, pot
Umum tahun 2006) . bunga dan tempat sampah. Dan
pedagang kaki lima sehingga
1. Zona A (zona akses masuk mulai mengganggu kenyamanan pejalan
dari jalan raya Daan Mogot) kaki bila terjadi berpaspasan
pejalan kaki.
B. Tidak Sesuai dengan Peraturan
PU 2006.
Permukaan jalan sudah stabil dan
kuat,bertekstur kasar (paving blok)
dan tidak licin. Tapi tidak
ditemukan adanya jalur yang
memandu penyandang cacat
untuk berjalan dengan
memanfaatkan tekstur ubin
pengarah dan ubin peringatan.
C. Tidak sesuai Peraturan PU 2006.
Karena menurut Peraturan
standart kriteria penyatuan tanda
Gambar 1 Akses masuk pejalan kaki dan
petunjuk rambu dan marka akan
moda transportasi terminal kali deres
lebih efisien dan memudahkan
Sumber : Dokumentasi pribadi orang membaca, terletak di
tempat terbuka, ketinggian papan
Analisa kondisi lapangan : reklame yang sejajar dengan
kondisi jalan, Tanda petunjuk ini
A. Untuk ukuran dimensi lebar memuat informasi tentang lokasi
jalur pejalan kaki sudah 2 dan fasilitasnya. tidak tertutup
meter namun di beberapa titik pepohonan. Masalah yang di
telah dikurangi oleh pedagang temukan di beberapa bagian
kaki lima, tiang listrik, tiang tanda petunjuk dan marka jalan
lampu listrik, pot bunga dan ada yang tertutup pepohonan
tempat sampah sehingga informasi dan marka
B. Permukaan jalan stabil dan jalan kurang bisa memberikan
kuat,bertekstur kasar (paving informasi.
blok) dan tidak licin.
C. Tanda petunjuk Rambu di
beberapa titik tertutup
pepohonan
Hasil Analisa (zona akses masuk
mulai dari jalan raya Daan Mogot)
dengan Standar peraturan Menteri
pekerjaan Umum 2006 :
2. Zona A (zona akses dengan Standar peraturan Menteri
masuk mulai masuk terminal pekerjaan Umum :

A. Kurang sesuai Peraturan PU


2006
Untuk ukuran dimensi lebar jalur
pejalan kaki sudah 2 meter tapi
di beberapa titik telah dikurangi
oleh, tiang listrik, tiang lampu
listrik, pot bunga dan tempat
sampah. Sehingga mengganggu
kenyaman pejalan kaki.
B. Tidak sesuai Peraturan PU 2006
Karena permukaan jalan sudah
stabil dan kuat,bertekstur kasar
Gambar 2 Jalur pejalan kaki di zona A (paving blok) Tapi tidak ditemukan
(mulai masuk terminal) adanya jalur yang memandu
penyandang cacat untuk berjalan
Sumber : Dokumentasi pribadi dengan memanfaatkan tekstur
Analisa kondisi lapangan : ubin pengarah dan ubin
peringatan.
A. Untuk ukuran dimensi lebar jalur C. Tidak sesuai Peraturan PU 2006
pejalan kaki 2 meter namun di Karena tidak adanya tepi
beberapa titik telah terkurangi pengaman atau kanstin minimal
oleh, tiang listrik, tiang lampu setinggi 10 cm dan lebar 15 cm
listrik, pot bunga dan tempat sepanjang jalur. Penting bagi
sampah. penghentian roda kendaraan dan
B. Permukaan jalan stabil dan tongkat tunanetra ke arah area
kuat,bertekstur kasar (paving blok) yang berbahaya.
dan tidak licin. Tapi tidak D. Sesuai Peraturan PU 2006
ditemukan adanya jalur yang Tanda petunjuk dan Marka jalan
memandu penyandang cacat terlihat jelas tidak tertutup
untuk berjalan dengan pepohonan.
memanfaatkan tekstur ubin E. Tidak sesuai Peraturan PU 2006
pengarah dan ubin peringatan. Karena vegetasi dan pot bunga,
C. Tidak adanya tepi pengaman penempatan mengganggu alur
atau kanstin minimal setinggi 10 sirkulasi pejalan kaki dan
cm dan lebar 15 cm sepanjang tanamankarena tidak bermassa
jalur. padat.
D. Tanda petunjuk Rambu jalan F. Kurang sesuai sesuai Peraturan
terlihat jelas tidak tertutup PU 2006
pepohonan. Tempat sampah ada pembagian(
E. Vegetasi dan pot bunga, tempat sampah kering dan tempat
penempatan mengurangi dimensi sampah basah) namun
trotoar dan dan tanaman tidak penempatanya sangat acak dan
bermassa padat. tidak teratur. Pada umumnya tidak
F. Tempat sampah ada pembagian ( terawat, kusam dan rusak .
tempat sampah kering dan tempat G. Sesuai Peraturan PU 2006
sampah basah) namun Tinggi lampu 4 – 6 meter. Jarak
penempatanya sangat acak dan penempatan 10 – 15 meter, tidak
tidak teratur. Pada umumnya tidak menimbulkan black spot, Kriteria
terawat, kusam dan rusak. desain sederhana, geometris,
G. Lampu penerangan jalan dan modern futuristic, fungsional, ,
pejalan kaki .Tinggi lampu 4 – 6 terutama bola lampu.
meter. Jarak penempatan 10 – 15 Penempatannya direncanakan
meter dan tidak menimbulkan sedemikian rupa sehingga dapat
black spot. memberikan penerangan yang
merata.
Hasil Analisa lapangan (zona A- zona
akses masuk mulai masuk terminal)
listrik, tiang lampu listrik. Sehingga
3. Zona B (zona depan kantor mengganggu kenyaman pejalan
polisi) kaki.
B. Kurang sesuai Peraturan PU
2006
Permukaan jalan sudah stabil dan
kuat,bertekstur kasar (paving blok)
dan tidak licin. Tapi tidak
ditemukan adanya jalur yang
memandu penyandang cacat
untuk berjalan dengan
memanfaatkan tekstur ubin
pengarah dan ubin peringatan.
C. Sesuai Peraturan PU 2006
Sudah adanya tepi pengaman
Gambar 3 Jalur pejalan kaki di depan atau kanstin minimal setinggi 10
kantor polisi cm dan lebar 15 cm sepanjang
jalur. Penting bagi penghentian
Sumber : Dokumentasi pribadi roda kendaraan dan tongkat
Analisa kondisi lapangan : tunanetra ke arah area yang
berbahaya.
D. Kurang sesuai Sesuai Peraturan
A. Untuk ukuran dimensi lebar jalur
PU 2006
pejalan kaki 1,6 meter dan akses
Tanda petunjuk Rambu dan
telah ditutup oleh, tiang listrik,
Marka jalan terlihat tidak jelas
tiang lampu listrik, pot bunga dan
karena tertutup pepohonan.
tempat sampah.
E. Tidak sesuai Peraturan PU 2006
B. Permukaan jalan stabil dan
Vegetasi dan pot bunga,
kuat,bertekstur kasar (paving blok)
penempatan ditengah jalur pejalan
dan tidak licin. Tapi tidak
kaki mengganggu alur sirkulasi
ditemukan adanya jalur yang
pejalan kaki dan tanaman tidak
memandu penyandang cacat
bermassa padat.
untuk berjalan dengan
F. Kurang sesuai sesuai Peraturan
memanfaatkan tekstur ubin
PU 2006
pengarah dan ubin peringatan.
Tempat sampah sudah ada
C. adanya tepi pengaman atau
pembagian( tempat sampah
kanstin minimal setinggi 10 cm
kering dan tempat sampah basah)
dan lebar 15 cm sepanjang jalur.
namun penempatanya di jalur
D. Tanda petunjuk dan Rambu jalan
pejalan kaki, sehingga
terlihat tidak jelas tertutup
mengganggu pejalan kaki.
pepohonan.
E. Vegetasi dan pot bunga,
penempatan mengganggu alur
sirkulasi pejalan kaki dan tanaman
tidak bermassa padat.
F. Tempat sampah ada pembagian(
tempat sampah kering dan tempat
sampah basah) namun
penempatanya tidak teratur.
Hasil Analisa lapangan (zona B)
dengan Standar peraturan Menteri
pekerjaan Umum 2006 :

A. Tidak sesuai Peraturan PU 2006


Karena ukuran dimensi lebar jalur
pejalan kaki 1,6 meter telah
ditutup oleh pot bunga dan tempat
sampah,tiang marka jalan, tiang
satu arah yaitu minimum 1,2
4. Zona C (zona zona emplasemen 1
meter untuk dua arah 1,6 meter)
keberangkatan bus AKAP)
B. Sesuai dengan Peraturan PU
2006.
Permukaan jalan sudah stabil dan
kuat,bertekstur kasar(paving blok)
dan tidak licin.
C. Kurang sesuai dengan Peraturan
PU 2006.
Kurang ditinggikanya tepi
pengaman atau kanstin minimal
setinggi 10 cm dan lebar 15 cm
sepanjang jalur. Menurut
Gambar 4 Jalur pejalan kaki di zona Peraturan PU 2006. Penting bagi
emplasemen 1 pemberangkatan bus AKAP penghentian roda kendaraan dan
tongkat tunanetra ke arah area
Sumber : Dokumentasi pribadi
yang berbahaya.
Analisa kondisi lapangan : D. Kurang sesuai Sesuai Peraturan
PU 2006
A. Untuk ukuran dimensi lebar jalur Tanda petunjuk Rambu dan
pejalan kaki lebih dari 2 meter tapi Marka jalan terlihat tidak jelas
di beberapa titik ada penempatan dan tertutup pepohonan.
pot bunga dan tempat sampah. Menurut Peraturan standart
B. Permukaan jalan stabil dan kriteria penyatuan tanda petunjuk
kuat,bertekstur kasar (paving blok) akan lebih mengefisiensikan dan
dan tidak licin. Tapi tidak memudahkan orang membaca,
ditemukan adanya jalur yang terletak di tempat terbuka, , Tanda
memandu penyandang cacat petunjuk ini memuat informasi
untuk berjalan dengan tentang lokasi dan fasilitasnya.
memanfaatkan tekstur ubin tidak tertutup pepohonan..
pengarah dan ubin peringatan. E. Kurang sesuai dengan Peraturan
C. Adanya tepi pengaman atau PU 2006.
kanstin tapi ketinggiannya tidak di Vegetasi dan pot bunga,
perhatikan minimal setinggi 10 cm penempatan mengganggu alur
dan lebar 15 cm sepanjang jalur. sirkulasi pejalan kaki karena
D. Tanda petunjuk Rambu dan mengurangi lebar dimensi trotoar
Marka jalan terlihat tidak jelas dan tanaman tidak bermassa
tertutup pepohonan. padat, menurut peraturan,
E. Vegetasi dan pot bunga, kriterianya yaitu dapat berfungsi
penempatan mengganggu alur sebagai peneduh (jalur tanaman
sirkulasi pejalan kaki dan tanaman tepi ). Ditempatkan pada jalur
tidak bermassa padat. tanaman (minimal 1.50 meter )
F. Tempat sampah ada pembagian ( diluar, percabangan 2 meter
tempat sampah kering dan tempat diatas tanah, bentuk percabangan
sampah basah) namun tidak merunduk, bermassa daun
penempatanya tidak teratur. padat dan ditanam secara
G. Tinggi lampu 4 – 6 meter. Jarak berbaris.
penempatan 10 – 15 meter, tidak F. Kurang sesuai dengan Peraturan
menimbulkan black spot. PU 2006
Penempatanya sangat acak dan
Hasil Analisa lapangan (zona C) tidak teratur. Pada umumnya tidak
dengan Standar peraturan Menteri terawat, kusam dan rusak, tapi
pekerjaan Umum 2006 sudah terbagi ( tempat sampah
A. Sesuai Peraturan PU 2006 kering dan tempat sampah
Ukuran dimensi Lebar efektif basah). Menurut Peraturan PU
trotoar yaitu lebih dari 2 meter 2006. Kriteria perletakan tempat
sudah mengikuti standar menurut sampah yang diatur dalam jarak
peraturan menteri pekerjaan tertentu ( jarak penempatan 15 –
umum tahun 2006 (untuk jalur 20 meter ). Mudah dalam sistem
pengangkutannya. Jenis tempat
sampah yang disediakan memiliki G. Sesuai dengan Peraturan PU
tipe yang berbeda-beda sesuai 2006
dengan fungsinya (tempat Lampu penerangan jalan dan
sampah kering dan tempat pejalan kaki sudah sesuai dengan
sampah basah). penempatan dan standart Menurut Peraturan PU
tempat sampah harus fungsional. 2006. Tinggi lampu 4 – 6 meter.
Desain dari ketinggian tempat Jarak penempatan 10 – 15 meter,
sampah harus dapat dijangkau tidak menimbulkan black spot
dengan tangan dalam Penempatannya direncanakan
memasukkan kotoran / sampah sedemikian rupa sehingga dapat
(tinggi 60 – 70 cm). memberikan penerangan yang
merata.

4. Zona D (zona emplasemen 2 F. Tempat sampah ada pembagian (


keberangkatan bus AKAP) tempat sampah kering dan tempat
sampah basah) tapi
penempatanya tidak teratur.
G. Drainase Dibuat tegak lurus
dengan arah jalur dengan
kedalaman maksimal 1,5 m, tapi
tidak ada tutupnya.

Hasil Analisa lapangan (zona D)


dengan Standar peraturan
Menteri pekerjaan Umum 2006
Gambar 5 Jalur pejalan kaki di zona
emplasemen 2 pemberangkatan bus AKAP A. Sesuai dengan Peraturan PU
2006
Sumber : Dokumentasi pribadi Ukuran dimensi Lebar efektif
trotoar 2 meter sudah mengikuti
standar menurut peraturan
Analisa kondisi lapangan : menteri pekerjaan umum tahun
2006 (untuk jalur satu arah yaitu
A. Untuk ukuran dimensi lebar jalur minimum 1,2 meter untuk dua
pejalan kaki lebih dari 2 meter tapi arah 1,6 meterTidak sesuai
di beberapa titik ada penempatan dengan Peraturan PU 2006
pot bunga dan tempat sampah. Permukaan jalan kurang
B. Permukaan jalan kurang stabil,sudah bertekstur kasar
stabil,sudah bertekstur kasar (paving blok) tapi di beberapa
(paving blok) tapi di beberapa bagian permukaan jalur pejalan
bagian permukaan jalur pejalan kaki,material sudah tidak ada dan
kaki,material sdah tidak ada dan tidak ditemukan adanya jalur yang
tidak ditemukan adanya jalur yang memandu penyandang cacat
memandu penyandang cacat untuk berjalan dengan
untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin
memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan.
pengarah dan ubin peringatan. Permukaan jalan harus stabil,
C. Sudah adanya tepi pengaman kuat, tahan cuaca, bertekstur
atau kanstin dan ketinggiannya di halus tetapi tidak licin. Hindari
perhatikan lebih dari 10 cm dan sambungan atau gundukan pada
lebar 15 cm sepanjang jalur. permukaan, kalaupun terpaksa
D. Tanda petunjuk Rambu dan ada, tingginya harus tidak lebih
Marka jalan terlihat tidak jelas dari 1,25 cm.
tertutup pepohonan. B. Sesuai dengan Peraturan PU
E. Vegetasi dan pot bunga, 2006
penempatan mengganggu alur Sudah adanya tepi pengaman
sirkulasi pejalan kaki dan tanaman atau kanstin minimal setinggi 10
tidak bermassa padat. cm dan lebar 15 cm sepanjang
jalur. Penting bagi penghentian penempatanya sangat acak dan
roda kendaraan dan tongkat tidak teratur.serta tidak terawat,
tunanetra ke arah area yang kusam dan rusak . Menurut
berbahaya. Peraturan PU 2006. Kriteria
C. Tidak sesuai dengan Peraturan perletakan tempat sampah yang
PU 2006 diatur dalam jarak tertentu ( jarak
Tanda petunjuk Rambu dan penempatan 15 – 20 meter ).
Marka jalan terlihat tidak jelas Mudah dalam sistem
tertutup pepohonan. pengangkutannya. Jenis tempat
D. Tidak sesuai dengan Peraturan sampah yang disediakan memiliki
PU 2006 tipe yang berbeda-beda sesuai
Vegetasi dan pot bunga, dengan fungsinya ( tempat
penempatan tanaman teduh sampah kering dan tempat
pohon mengganggu alur sirkulasi sampah basah ). penempatan dan
pejalan kaki karena mengurangi tempat sampah harus fungsional.
lebar dimensi trotoar dan tanaman Desain dari ketinggian tempat
tidak bermassa padat, menurut sampah harus dapat dijangkau
peraturan, kriterianya yaitu dapat dengan tangan dalam
berfungsi sebagai peneduh (jalur memasukkan kotoran / sampah
tanaman tepi ). Ditempatkan pada (tinggi 60 – 70 cm).
jalur tanaman (minimal 1.50 meter F. Kurang sesuai dengan Menurut
) diluar, percabangan 2 meter Peraturan PU 2006)
diatas tanah, bentuk percabangan Drainase sudah di buat tegak
tidak merunduk, bermassa daun lurus (tapi tidak ada penutup)
padat dan ditanam secara dengan arah jalur dan
berbaris. kedalaman sudah 1,5 m
E. Tidak sesuai dengan Peraturan
sehingga mudah di bersihkan
PU 2006
Tempat sampah sudah sesuai
dengan fungsinya namun

Dan dari hasil perbandingan analisa 2. 30% kurang sesuai standar


lapangan keseluruhan (Zona A Sampai Peraturan Menteri Pekerjaan
Zona D) dengan Standar Peraturan Umum (2006)
Menteri Pekerjaan Umum (2006) tersebut 3. 20% sesuai standar Peraturan
maka diperoleh :
Menteri Pekerjaan Umum
(2006)
1. 50% tidak sesuai standar
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum (2006)

Gambar 6 hasil analisa keseluruhan kondisi


lapangan dengan Standar Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum (2006)
Menurut responden rangkuman lima, mengganggu karena
wawancara dihasilkan (pada zona menutup akses jalan trotoar.
emplasemen 1) adalah C. Badan atau dimensi trotoar di
beberapa titik terganggu
A. Lebar trotoar kurang nyaman dengan adanya penempatan
karena adanya penempatan pot bunga di sisi trotoar
pot bunga, pedagang kaki sangat mengganggu, apabila
lima, mengganggu karena terjadi krosing pejalan kaki
menutup akses jalan trotoar. dimensi jadi berkurang jadi
B. Ruang tunggu juga terbuka salah satu pejalan kaki harus
sehingga kebisingan sangat mengalah dengan cara turun
mengganggu komunikasi. dari trotoar dan menggunakan
Usulan yang dapat diberikan bahu jalan.
adalah dengan menyediakan
ruang tunggu yang diberi
penyekat dengan halaman
emplasemen atau jalur
pemberangkatan terminal
sehingga kebisingan dapat
dikurangi.
C. Marka dan rambu jalan yang
ada beberapa tertutup oleh
rimbunnya pohon jadi orang
kurang tahu tata leak dan
keadaan di terminal,
D. Parkir motor tidak pada Gambar 8 Jalur pejalan kaki di zona A
tempatnya. (masuk terminal)

Sumber : Dokumentasi pribadi


Menurut responden rangkuman
wawancara dihasilkan (pada zona
emplasemen 2) adalah :

A. Lingkungan bau got


mengganggu karena di
beberapa bagian tidak
ditutup. Daerah dekat
parkir motor seringkali
bising karena adanya
Gambar 7 Jalur pejalan kaki di zona perawatan bus.
emplasemen 1 pemberangkatan bus AKAP B. Permukaan jalan bertekstur
kasar (paving blok) tapi di
Sumber : Dokumentasi pribadi beberapa bagian
Menurut responden rangkuman permukaan jalur pejalan
wawancara dihasilkan (pada zona A akses kaki, material sudah tidak
masuk terminal) adalah : ada kalau hujan becek.
A. Pada siang hari panas terik
matahari sangat silau sangat
tidak nyaman bagi pejalan
kaki karena tidak adanya
shelter atau kanopi di
sepanjang jalur trotoar masuk
akses bagi pejalan kaki, mulai
dari sisi depan kurang Gambar 9 Jalur pejalan kaki di zona
diperhatikannya emplasemen 2 pemberangkatan bus AKAP
B. Lebar trotoar kurang nyaman
karena adanya pedagang kaki Sumber : Dokumentasi pribadi
Berdasarkan wawancara kepada fasilitas, perawatan secara rutin sarana
beberapa responden aspek aksesibilitas dan prasarana, sehinga terminal bus ini
pejalan kaki, fisik dan lingkungan menjadi tempat yang berfungsi dengan
Kenyamanan Aksesibilitas masih nyaman.
diperlukan perbaikan dan penambahan
- Menertibkan pedagang dan
menertibkan tempat parkir yang
4 KESIMPULAN DAN SARAN dapat mengganggu kenyamanan
pejalan kaki di jalur pejalan kaki.
Dari hasil kajian yang telah dilakukan - Membagi ruang publik yang
pada analisa dan hasil diatas, maka dapat sesuai dengan aktivitas dan fungsi
disusun kesimpulan, yaitu: kegiatannya masing-masing.
- Usulan yang dapat diberikan
1. Bahwa kenyamanan aksesibilitas adalah menyediakan petugas
pejalan kaki menuju kebersihan yang rutin bertugas
pemberangkatan bus AKAP di sehingga kebersihan dan
terminal bus kalideres kurang keindahan fasilitas terminal tetap
maksimal, karena dari analisa terjaga.
hasil perbandingan jalur pejalan
2.Bagi masyarakat :
kaki menuju pemberangkatan bus
AKAP dengan Standar Peraturan
- Pedagang yang menggunakan
Menteri Pekerjaan Umum (2006).
jalur pedestrian sebagai tempat
50% lebih tidak sesuai standar
untuk berdagang, sebaiknya tidak
perundang-undangan.
menggunakan jalur pedestrian
2. Dalam wawancara, sejumlah
sepenuhnya karena hal ini tidak
responden menyatakan
sesuai dengan tujuan adanya jalur
kenyamanan aksesibilitas pejalan
pedestrian.
kaki adalah kurang nyaman,
- Bagi pengguna menggunakan
karena faktor kondisi fisik ruang
jalur pejalan kaki sebagaimana
pejalan kaki dan lingkungan,
mestinya.
anthopometry, temperatur,
sirkulasi udara, pencahayaan dan
lainnya kurang memenuhi syarat
serta kualitasnya kurang baik.
Pejalan kaki yang memanfaatkan 5 REFERENSI
jalur pejalan kaki untuk aktivitas
berjalan Keadaan jalur pejalan kaki ASCE, American Society of Civil
kurang sesuai dengan peraturan Engineers, 1981, hal. 109
perundangan, dan berubah fungsi
untuk aktivitas berdagang, parkir Dinas Perhubungan Kota Jakarta
(2009), Bahan Presentasi Kunjungan
kendaraan, seharusnya dicarikan jalan
KerjaUPTD Terminal di Jakarta
keluar agar jalur pedestrian tersebut
dapat digunakan sebagaimana D.K.Ching, Francis. 2000. Arsitektur
mestinya. Bentuk, Ruang dan Tatanan. Jakarta.
Erlangga.
Edward K. Morlok 1991, Pengantar
Adapun saran yang dapat diberikan
teknik dan perencanaan transportasi .
untuk lebih memberi kenyamanan
aksesibilitas pejalan kaki adalah sebagai Fika Dian Pratiwi ,2011.Studi
berikut: Karakteristik Pergerakan Pejalan Kaki di
Pedestrian Road Stasiun Tugu Yogyakarta
1.Bagi pemerintah dan pihak yang
terkait : Gunawan Adi Patrio (2003), Analisa
keberadaan terminal bis tirtonadi di kota
- Melakukan revitalisasi terhadap Surakarta
aksesibilitas jalur pejalan kaki
Ismiyati (2011), Analisa sistem jalur
agar sesuai dengan peraturan
sirkulasi di terminal Baranangsiang bogor
perundangan yaitu Standar
Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum.
Johan paul engelberthus anggoman Pedoman teknis fasilitas dan
(2007), studi tingkat pelayanan angkutan aksesibilitas pada bangunan gedung dan
umum damri di kota manado lingkungan (PERATURAN MENTERI
Joyce Marcella Laurans dan gunawan PEKERJAAN UMUM NOMOR :
tanu widjaja (2012), Aksesibilitas bagi 30/PRT/M/2006)
pengguna terminal bis purabaya Surabaya
Penyediaan dan Pemanfaatan
Suis Ogaswartoma(2012) evaluasi Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan
efisiensi sirkulasi terminal angkutan Kaki di Perkotaan
perkotaan di terminal bis mangkang
Joyce Marcella, Laurens. 2004. Terstiervy Indra Pawaka Listianto
Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta. (2006) Hubungan fungsi dan kenyamanan
PT Grasindo. jalur pedestrian di jalan pahlawan
semarang.

Anda mungkin juga menyukai