Anda di halaman 1dari 11

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA KESENIAN REBANA

SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATEMATIKA PADA JENJANG MI


Oleh : Linda Indiyarti Putri
lindaputri5@gmail.com
Unwahas Semarang

ABSTRAK

Pada hakikatnya budaya merupakan hasil olah karya, rasa, dan cipta manusia, sedangkan
matematika merupakan suatu ilmu yang diadakan atas akal yang berhubungan dengan benda-benda
dan pikiran yang abstrak. Etnomatematika hadir untuk menjembatani antara budaya dan pendidikan.
Sumber belajar matematika dapat memanfaatkan budaya sebagai media pembelajarannya.
Melaui kesenian tradisional rebana yang bernuansa Islami akan dapat memberikan wawasan
pembelajaran berbasis Etnomatematika. Umumnya proses pembelajaran matematika di Madrasah
Ibtidaiyah menggunakan pendekatan dan penalaran induktif yang bersifat empiris. Dengan cara
ini konsep-konsep matematika yang abstrak dapat dimengerti peserta didik melalui benda-benda
konkret. Alasan mendasar karena tahap berfikir masih pada ranah operasional kongkrit. Penelitian
lapangan ini menemukan dan mendiskripsikan hasil eksplorasi bentuk etnomatematika pada
kesenian tradisional rebana. Hasil eksplorasi menunjukkan bahwa dalam kesenian tradisional
rebana mengandung unsur-unsur matematika diantaranya konsep geometri serta teknik membilang
sehingga terbentuk pola nada yang serasi.

Kata kunci : Etnomatematika, Kesenian Tradisional Rebana, Pembelajaran Matematika

A. Pendahuluan yang terkait dengan budaya. Dalam konteks


Pendidikan dan budaya adalah sesuatu ini tinjauan budaya dilihat dari tiga aspek,
yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan yaitu pertama, budaya yang universal yaitu
sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan berkaitan nilai-nilai universal yang berlaku di
utuh dan menyeluruh yang berlaku dalam mana saja yang berkembang sejalan dengan
suatu masyarakat, dan pendidikan merupakan perkembangan kehidupan masyarakat dan ilmu
kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam pengetahuan atau teknologi. Kedua, budaya
masyarakat. Budaya merupakan sistem nilai nasional, yaitu nilai-nilai yang berlaku dalam
dan ide yang dihayati oleh sekelompok manusia masyarakat Indonesia secara nasional. Ketiga,
di suatu lingkungan hidup tertentu dan di suatu budaya lokal yang eksis dalam kehidupan
kurun tertentu. Budaya sendiri dapat berubah masayarakat setempat.
sesuai dengan perkembangan pola pikir Sardjiyo dan Pannen (2005: 83-97)
masyarakat setempat. Perkembangan peradaban mengatakan bahwa pembelajaran berbasis
bergantung pada tingkat intelektualitas terkait budaya merupakan suatu model pendekatan
dengan daya nalar masyarakat, sehingga budaya pembelajaran yang lebih mengutamakan
lebih bersifat dinamis mengikuti perkembangan aktivitas siswa dengan berbagai ragam latar
zaman dan kebutuhan suatu kelompok atau belakang budaya yang dimiliki, diintegrasikan
golongan masyarakat. dalam proses pembelajaran bidang studi
Daoed Joesoef dalam makalah Astri tertentu, dan dalam penilaian hasil belajar dapat
Wahyuni, dkk (2013: 114) menyatakan bahwa menggunakan beragam perwujudan penilaian.
kebudayaan diartikan sebagai semua hal Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan

Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017 21


menjadi tiga macam, yaitu belajar tentang perkembangan budaya masyarakat setempat.
budaya, belajar dengan budaya, dan belajar Permainan termasuk pada memainkan alat
melalui budaya. Pembelajaran berbasis budaya musik tradisional juga merupakan tradisi
merupakan strategi penciptaan lingkungan budaya nusantara yang perlu dipertahankan
belajar dan perancangan pengalaman belajar keberadaannya.
yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian Keberadaan kesenian tradisional juga
dari proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis merupakan warisan budaya yang pada masa
budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap sekarang hampir terlupakan oleh generasi-
budaya sebagai bagian yang fundamental generasi muda. Mendengar kata tradisional saja
(mendasar dan penting) bagi pendidikan terkadang seorang anak sudah enggan untuk
sebagai ekspresi dan komunikasi suatu gagasan memainkannya. Hal ini berlaku di pedesaan
dan perkembangan pengetahuan apalagi di perkotaan. Karimi (2012: 156) dalam
Supriadi (2010: 115) menyebutkan bukunya menyebutkan bahwa ada semacam
ada empat hal yang harus diperhatikan kegelisahan menganai punahnya berbagai
dalam pembelajaran berbasis budaya, yaitu macam permainan tradisional. Kesenian rebana
substansi dan kompetensi bidang ilmu/ merupakan kesenian musik tradisional yang
bidang studi, kebermaknaan dan proses masuk dan diterima di Indonesia sejak bererapa
pembelajaran, penilaian hasil belajar, serta abad lalu. Keberadaan kesenian rebana telah
peran budaya. Pembelajaran berbasis budaya menjadi salah satu seni tradisi bagi masyarakat,
lebih menekankan tercapainya pemahaman hingga kini telah tumbuh dan berkembang di
yang terpadu (integrated understanding) dari wilayah Nusantara.
pada sekedar pemahaman mendalam (inert Menurut kebiasaan, pertunjukan kesenian
understanding). Dengan keterpaduan akan rebana sekurang-kurangnya dimainkan
memberikan pemahaman yang komprehensif oleh tiga orang pemain. Wirya (1984: 7)
terhadap keilmuan yang dipelajari. Membuat menjelaskan bahwa “hal ini merupakan suatu
siswa mampu bertindak secara mandiri keharusan sebab prinsip permainan rebana pada
berdasarkan prinsip ilmiah untuk menyelesaikan dasarnya harus bersahut-sahutan, demikian
permasalahan yang dihadapinya dalam konteks juga nyanyiannya”. Pertunjukan kesenian
komunitas budaya dan mendorong siswa untuk rebana secara kelompok dengan pola tabuhan
kreatif terus mencari dan menemukan gagasan yang bersahutan, menyebabkan pertunjukan
berdasarkan konsep dan prinsip ilmiah ini terkesan penuh semangat dan meriah. Hal
Terkait dengan budaya, Johan Huizinga, inilah yang menjadi daya tarik kesenian rebana
seorang profesor, teoritisi budaya dan sehingga disukai masyarakat.
sejarahwan Belanda pada tahun 1938 menulis
sebuah buku Homo Ludens: A Study of Play B. Kajian Teori
Element in Culture. (Karimi, 2012: 155) Dimana 1. Etnomatematika pada Pembelajaran
dalam penemuannya manusia dikatakan sebagai Matematika di MI
Homo Ludens yaitu “makhluk bermain” artinya Etnomatematika di Indonesia sebenarnya
bahwa manusia merupakan makhluk yang suka bukanlah merupakan suatu ilmu pengetahuan
bermain atau menciptakan permainan. Dia juga baru melainkan sudah dikenal sejak
berpendapat bahwa permainan itu lebih tua diperkenalkan ilmu matematika itu sendiri.
dari kebudayaan, tiap zaman memiliki tipikal Hanya saja disiplin ilmu ini disadari setelah
permainannya sendiri yang terkait erat dengan beberapa ilmuwan memperkenalkan nama

22 Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017


etnomatematika menjadi bagian dari ilmu bagi peserta didik. Melalui etnomatematika
matematika. Sejak dikenal secara luas, pembelajaran akan lebih berkesan karena
etnomatematika mulai dikembangkang melalui sekaligus memperkenalkan tradisi maupun
kajian berbagai keilmuan yang relevan. Oleh budaya lokal yang masih diakui dan dilakukan
karena itu kini telah banyak pengembangan oleh kelompok masyarakat tertentu.
etnomatematika terutama pada aplikasi Ruang lingkup etnomatematika yang
pembelajaran di sekolah-sekolah. mencakup ide-ide matematika, pemikiran
Istilah etnomatematika berasal dari kata dan praktik yang dikembangkan oleh semua
ethnomathematics, yang diperkenalkan oleh budaya. Etnomatematika juga dapat dianggap
D’Ambrosio seorang matematikawan Brasil sebagai sebuah program yang bertujuan untuk
pada tahun 1977. Terbentuk dari kata ethno, mempelajari bagaimana peserta didik untuk
mathema, dan tics. Awalan ethno mengacu memahami, mengartikulasikan, mengolah, dan
pada kelompok kebudayaan yang dapat akhirnya menggunakan ide-ide matematika,
dikenali, seperti perkumpulan suku di suatu konsep, dan praktek-praktek tersebut dan
negara dan kelas-kelas profesi di masyarakat, diharapkan akan dapat memecahkan masalah
termasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
sehari-hari. Kemudian, mathema disini berarti mereka. Etnomatematika menggunakan konsep
menjelaskan, mengerti, dan mengelola hal- matematika secara luas yang terkait dengan
hal nyata secara spesifik dengan menghitung, berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas
mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan, dan mengelompokkan, berhitung, mengukur,
memodelkan suatu pola yang muncul pada suatu merancang bangunan atau alat, bermain,
lingkungan. Akhiran tics mengandung arti seni menentukan lokasi, dan lain sebagainya.
dalam teknik. Secara istilah etnomatematika Inda Rachmawati (2012) dalam penelitiannya
diartikan sebagai matematika yang dipraktikkan menerangkan bahwa etnomatematika adalah
di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti cara-cara khusus yang digunakan oleh suatu
masyarakat nasional suku, kelompok buruh, kelompok budaya atau masyarakat tertentu
anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas dalam aktivitas matematika. Dimana aktivitas
professional (D’Ambrosio, 1985: 44-48). Lebih matematika adalah aktivitas yang di dalamnya
luas lagi, jika ditinjau dari sudut pandang riset, terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman
maka etnomatematika didefinisikan sebagai nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam
antropologi budaya (cultural antrophology of matematika atau sebaliknya, meliputi aktivitas
mathematics) dari matematika dan pendidikan mengelompokkan, berhitung, mengukur,
matematika (D’Ambrosio, 2006: 1). merancang bangunan atau alat, membuat pola,
Matematika yang timbul dan berkembang membilang, menentukan lokasi, permainan,
dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan menjelaskan, dan sebagainya.
setempat, merupakan pusat proses pembelajaran Etnomatematika merupakan sebuah
dan metode pengajaran. Hal ini membuka pendekatan yang dapat digunakan untuk
potensi pedagogis dengan mempertimbangkan menjelaskan realitas hubungan antara budaya
pengetahuan para peserta didik yang diperoleh lingkungan dan matematika sebagai rumpun
dari belajar di luar kelas. Dengan mengambil ilmu pengetahuan. Jika menengok negara-
tema tertentu, pembelajaran matematika dapat negara lain, keberhasilan negara Jepang dan
dilakukan secara kontekstual sehingga akan Tionghoa dalam pembelajaran matematika
memberikan pengalaman dan wawasan baru karena mereka menggunakan Etnomatematika

Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017 23


dalam pembelajaran matematika (Uloko ES, menyelesaikan permasalahan yang sifatnya
Imoko BI, 2007:31-36). Hal ini membuktikan praktis.
bahwa implementasi etnomatematika dalam Peran lainnya adalah mampu memberikan
pembelajaran akan lebih bermakna dan efektif wawasan peran sosial matematika dalam
bagi peserta didik. bidang akademik. Melalui nilai-nilai budaya
Etnomatematika terbentuk dari cara- lokal karakter bangsa dapat dibangun. Hal ini
cara atau kebiasaan yang mampu membaur diharapkan akan memberikan angin segar dalam
dengan tradisi setempat. Kebiasaan atau cara rangka menjawab kompleksitas permasalahan
yang dilakukan secara turun temurun dan yang dialami oleh masyarakat dengan tetap
memiliki nilai guna bagi kehidupan masyarakat melestarikan dan mengembangkan budaya
sehingga masih dipertahankan hingga saat lokal. Transformasi nilai-nilai budaya ini dapat
ini. Cara-cara yang digunakan berbeda antara dilakukan melalui etnomatematika. Penerapan
satu tempat dengan tempat lain. Seperti etnomatematika sebagai salah satu pendekatan
misalnya beberapa kebudayaan yang masih pembelajaran dapat dijadikan sebagai wadah
bertahan dan dilestarikan hingga saat ini untuk mengembangkan karakter bangsa melalui
yakni beberapa alat musik tradisional rebana. wahana belajar berupa hasil karya cipta yang
Dalam perancangannya menggunaakan konsep sifatnya konkret diambil dari realitas kehidupan.
geometri dengan mengikuti cara-cara yang Fujiati dan Z. Mastur (2014) telah
sudah ada tanpa mempelajari tehnik rancang membuktikan dalam penelitiannya,
dengan hitungan matematis yang rumit. bahwa dalam pembelajaran menggunakan
Oleh karena tumbuh dan berkembang dari etnomatematika siswa terlibat aktif mencari
budaya, keberadaan etnomatematika seringkali budaya lokal di Batang yang berkaitan dengan
tidak disadari oleh masyarakat penggunanya. geometri, serta guru menggunakan alat peraga
Hal ini disebabkan, etnomatematika seringkali yang berhubungan dengan budaya Batang
terlihat lebih “sederhana” dari bentuk formal sehingga motivasi belajar peserta didik semakin
matematika yang dijumpai di sekolah. bertambah. Tidak heran apabila sikap siswa
Masyarakat daerah yang biasa menggunakan cenderung lebih bisa menghargai kebudayaan
etnomatematika mungkin merasa tidak percaya yang ada. Sebagai media pembelajaran, budaya
diri dengan warisan nenek moyangnya, karena dan beragam perwujudannya dapat menjadi
matematika dalam budaya ini, tidak dilengkapi konteks dari contoh tentang konsep atau prinsip
definisi, teorema, dan rumus-rumus seperti yang dalam suatu mata pelajaran, serta menjadi
biasa ditemui di matematika akademik. konteks penerapan prinsip atau dalam suatu
Tiap budaya dan sub budaya mata pelajaran.
mengembangkan matematika dengan caranya Eksplorasi kajian-kajian budaya berupa
sendiri. Matematika bukanlah domain aktivitas terkait matematika akan memberikan
pengetahuan formal yang universal, tetapi informasi baru betapa beraneka ragamnya
merupakan kumpulan representasi dan prosedur budaya lokal Indonesia. Hal ini dimaksudkan
simbolik yang terkonstruksi secara kultral dalam agar keterkaitan antara matematika dan budaya
kelompok masyarakat tertentu (Silvia, 1999: 9). bisa lebih dipahami, persepsi peserta didik
Disadari atau tidak matematika memiliki andil dan masyarakat tentang matematika menjadi
yang penting dalam mempengaruhi konstruksi lebih tepat, dan pembelajaran matematika
budaya manusia, karena konsep dasar yang bisa lebih disesuaikan dengan konteks budaya
ditawarkan oleh matematika dapat membantu peserta didik dan masyarakat, dan matematika

24 Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017


ambah. Tidak heran apabila sikap siswa cenderung lebih bisa menghargai kebudayaan
g ada. Sebagai media pembelajaran, budaya dan beragam perwujudannya dapat menjadi
teks dari contohbisa lebih konsep
tentang mudah atau dipahami
prinsipkarena
dalamtidaksuatulagimata 2. Rebanaserta
pelajaran, Sebagai Sumber Belajar Berbasis
menjadi
dipersepsikan sebagai sesuatu yang ‘asing’ oleh Etnomatematika
teks penerapan prinsip atau dalam suatu mata pelajaran.
peserta didik dan masyarakat. Agar aplikasi Kesenian tradisional merupakan bentuk
Eksplorasi kajian-kajian budaya berupa aktivitas
dan manfaat matematika bagi kehidupan seni yang terkait matematika akanbersumber
memberikan dan berakar serta telah
peserta
rmasi baru betapa didik ragamnya
beraneka dan masyarakat budayaluas lokallebih dapat Hal
Indonesia. dirasakan sebagai milik
ini dimaksudkan agarsendiri oleh masyarakat
erkaitan antara dioptimalkan,
matematika dansehingga
budaya bisa peserta
lebih didik
dipahami, di lingkungannya.
dan persepsi peserta didikKehidupan
dan dan pengolahan
masyarakat memperoleh manfaat yang optimal seni tradisional didasarkan atas cita rasa
yarakat tentang matematika menjadi lebih tepat, dan pembelajaran matematika bisa lebih
dari kegiatan belajar matematika. masyarakat pendukungnya, meliputi pandangan
suaikan dengan konteks budaya peserta didik dan
Perlunya pembelajaran berbasis budaya hidup, masyarakat, dan matematika bisa lebih
nilai kehidupan tradisi, rasa etis, estetis,
bagi peserta
dah dipahami karena didikdipersepsikan
tidak lagi bukan tidak sebagaimungkinsesuatuuntuk yangserta ‘asing’
ungkapan budaya lingkungan yang
oleh peserta
dirancang
k dan masyarakat. dan diterapkan
Agar aplikasi dan manfaat di dalam kurikulum
matematika bagi kemudian
kehidupandiwariskan pada generasi penerusnya.
peserta didik
khusunya oleh guru di tingkatan Madrasah Kesenian tradisional biasanya terkait dengan
masyarakat luas lebih dapat dioptimalkan, sehingga peserta didik dan masyarakat
Ibtidaiyah. Terlebih tahap berfikir peserta adat istiadat yang berbeda antara kelompok
mperoleh manfaat yang
didik usiaoptimal dari kegiatan
ini masih belajar matematika.
pada operasional konkret satu dengan kelompok lainnya, seperti halnya
sehingga membutuhkan
Perlunya pembelajaran berbasis budaya media
bagibelajar
peserta visual dengan
didik bukan tidakkesenian
mungkinrebana
untuk yang ada di Pantura
atau alatdi peraga
ncang dan diterapkan lebih banyak
dalam kurikulum oleh guruJawa
dan variatif
khusunya Tengah (Sinaga
di tingkatan Madrasah2001).
sebagai sumber belajarnya demi menunjang Kesenian rebana merupakan salah satu
daiyah. Terlebih tahap berfikir peserta didik usia ini masih pada operasional konkret
bangunan pemahaman terhadap materi yang kesenian yang telah tumbuh dan berkembang
ngga membutuhkan
tengah media belajar
dipelajari. Olehvisual atau memberikan
Sniveley, alat peraga lebih banyak dansejak
di Indonesia variatifbeberapa abad yang
gambaran demi langkah-langkah
agai sumber belajarnya menunjang bangunanpenerapan pemahaman lalu. Diperkirakan
terhadap kesenian rebana masuk
materi yang
gah dipelajari. pembelajaran
Oleh Sniveley, berbasis etnomatematika
memberikan gambaran ke Indonesia penerapan
padalangkah-langkah sejak abad ke 13 bersamaan
pembelajaran sains di sekolah: dengan penyebaran agama Islam di Indonesia.
mbelajaran berbasis etnomatematika pada pembelajaran sains di sekolah:
Kesenian rebana tumbuh, berkembang serta
Nara Sumber Buku Pelajaran Bukti-bukti merupakan bagian dari kehidupan masyarakat
Budaya Sains Budaya Lokal
di nusantara. Di beberapa daerah kesenian
rebana dikenal dengan istilah kesenian hadroh
Memilih Topik: Topik Sains Asli yang
Sesuai dengan Topik Pelajaran Sains di atau kesenian terbang. Dalam penelitiannya,
Sekolah
Sinaga (2006:1) menyebutkan bahwa rebana
Langkah 1 : Identifikasi Pengetahuan / sebagai salah satu media dakwah, aktifitas
Keyakinan Pribadi Peserta Didik
kesenian rebana hadir dari berbagai kegiatan
kelompok pengajian, kegiatan peringatan hari
Langkah 2 : Penyelidikan dari Berbagai
Perspektif
besar islam, tasyakuran, walimatul Urusy,
Walimatul Khitan, Walimatul Hamli, maupun
Langkah 3 : Refleksi perayaan yang lain.
Fenomena kesenian rebana pada akhir tahun
Langkah 4 : Penilaian Proses dan Produk 2000-an ini banyak dipengaruhi oelh beberapa
faktor diantaranya faktor internal dan faktor
Gambar 1 Langkah-Langkah Implementasi eksternal. Faktor internal yang ada di Jawa
Gambar 1 Langkah-Langkah Implementasi Pembelajaran Sains Berbasis
Pembelajaran
Budaya Sains Berbasis
Lokal di Sekolah. Budaya Lokal
(Dimodifikasi di
dari: Snively, Tengah
2002) dikarenakan sebagian besar anggota
masyarakatnya menganut agama Islam yang
Sekolah. (Dimodifikasi dari: Snively, 2002)
kuat di samping ada sebagian yang tergolong
sebagai Islam abangan. Faktor eksternal banyak
dipengaruhi baik dari faktor politik maupun

Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017 25


masuknya budaya baru baik melalui proses keberagaman umat muslim. Adapun isi lantunan
akulturasi, adisi, inovasi maupun sinkretisme yang terkandung di dalam rebana adalah isi
(Sinaga, 2001: 86) yang terkandung berupa sholawat-sholawat,
Sejak zaman Rasullulloh SAW rebana madah-madah rosul yang menerangkan sejarah
dijadikan musik pengiring dalam menyambut kehidupan dan sifat-sifat yang dimiliki baginda
kedatangan Rasullulloh SAW terutama dari Rosul Muhammad SAW.
peperangan yang membahayakan jiwa. Hal ini Rebana adalah alat musik yang cara
merupakan suatu penggambaran rasa senang memainkannya dengan cara dipukul
terhadap kedatangan beliau, dan disepakati oleh menggunakan tangan maupun jari jemari
para ulama cara ini untuk mendekatkan diri tangan. Kemudian pengertian lain dari rebana
kepada Allah. Rebana ditinjau dari kebudayaan adalah sejenis gendang/kendang yang berbentuk
Islami yang akan terus berkembang, di dalam bundar dan pipih yang menjadi ciri khas alat
madzhab Syafi’i bahwa Duff (rebana) hukumnya musik melayu. Pada umunya rebana digunakan
Mubah secara Mutlak (lihat dalam Faidh al- untuk mengiri musik seperti musik kosidah dan
Qadir juz 1 halaman 11), sehingga memainkan hadroh. Rebana juga termasuk dalam keluarga
alat musik rebana bisa dijadikan alternatif dalam perkusi karena cara memainkannya dipukul
pembelajaran di segala usia. seperti perkusi-perkusi lainnya.
Ibrahim Al-Quraibi (2009: 377) Seperti halnya Banoe dalam Hasmi (2014:
menyebutkan dalam bukunya, Al-Mubarakfuri 1), mendefinisikan rebana sebagai alat musik
kemudian menukil ucapan at-Turbisyati, tradisional berupa kendang satu sisi dengan
“Rasulullah mengizinkannya untuk memukul badan tidak rendah sesuai dengan genggaman
rebana di depannya karena anak perempuan tangan, termasuk dalam keluarga frame-drum
itu bernazar. Nazarnya menunjukkan bahwa sejenis tambourin, baik dengan kericikan atau
ia menganggap kepulangan Rasulullah dalam tanpa kericikan”. Alat musik rebana dapat
keadaan selamat merupakan nikmat Allah mengeluarkan berbagai macam bunyi meskipun
SWT”. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi bentuknya sederhana. Alat musik rebana dapat
memainkan rebana sudah menjadi ciri khas mengeluarkan enam macam bunyi, diantaranya:
umat muslim dalam menyambut kegembiraan. suara tinggi bergema, suara tinggi tidak
Rebana digunakan oleh kelompok hadroh bergema, suara sedang bergema, suara sedang
dan kasidah kadang pada acara adat termasuk tidak bergema, suara rendah bergema, dan suara
pada acara-acara syukuran seperti khitanan, rendah tidak bergema. Perbedaan cara memukul
pernikahan, peresmian tempat-tempat yang pada bagian rebanalah yang menimbulkan enam
berkaitan dengan religi dan lain sebagainya. karakter bunyi tersebut.
Menurut Mushofa (2009) dalam seminar Permainan alat musik rebana dapat
religi “Kumandangkan Shalawat di Kampusku”, memberikan pengetahuan dan kesadaran baru
mengemukakan bahwa beberapa fungsi musik tentang kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa
rebana antara lain: (1) sarana untuk melestarikan kepada peserta didik melalui pembelajaran di
budaya kesenian tradisional Islami agar tidak dalam kelas maupun di luar kelas. Adakalanya
punah, dan diharapkan mampu mengimbangi matematika sulit dipahami oleh peserta didik
budaya musik lainnya; (2) sebagai media karena proses belajar matematika cenderung
dakwah menyiarkan agama Islam dengan formal dan kaku serta kurang menyenangkan.
diringi puji-pujian kepada Nabi Muhammad Disamping itu pemahaman tentang nilai-
dan dzikir kepada Allah SWT; (3) sebagai ritual nilai dalam pembelajaran matematika yang

26 Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017


disampaikan para guru belum menyentuh dalam bentuk tertulis melalui analisa dokumen
keseluruh aspek yang mungkin. Ada indikasi atau respon survey. Alat pengumpul data
terdapat hubungan yang saling asing antara adalah peniliti sendiri dengan menggunakan
materi matematika di sekolah dengan kehidupan teknik pengumpulan data dan informasi terkait
kesehariannya. dengan rumusan masalah yang menjadi fokus
Peserta didik jenjang sekolah dasar yang dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
berada fase kongkrit dan masa bermain triangulasi data yaitu memadukan teknik
membutuhkan suatu sentuhan materi observasi, wawancara dan dokumentasi.
matematika yang nyata dan sering dijumpainya Analisis data kualitatif penelitian ini mengacu
serta menyenangkan. Permainan tradisonal pada Miles dan Huberman, yaitu reduction,
adalah salah satu aktivitas yang menyenangkan display, conclusion and verification.
dan hal yang dekat dengan anak-anak dalam
hal ini peserta didik sekolah dasar. Oleh karena D. Hasil Penelitian
1. Alat musik rebana
itu, pada penelitian ini menyuguhkan alternatif
Ari Mashudi, seorang santri Ponpes
sumber belajar kesenian tradisional rebana
Iskandariah Semarang yang tergabung dalam
terkait dengan bahasan geometri maupun hal-
anggota grup rebana hadroh dalam wawancara
hal yang relevan untuk dipelajari terkait ilmu
menjelskan dari segi alat musik, musik terbang
matematika.
tidak jauh berbeda dengan musik rebana pada
C. Metode Penelitian umunya, yang sangat membedakan dari musik
Pendekatan dan jenis penelitian ini rebana adalah penyair atau vokalis. Vokalis
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif biasanya terdiri dari 3 sampai 4 orang bahkan
dengan menggunakan jenis penelitian bisa lebih. Pembagian tugas dapat dilakukan
lapangan atau lingkungan alamiah sebagai dengan 1 orang sebagai penyair utama, 2
sumber data langsung. Penelitian lapangan sampai 3  penyair pendukung, dan 1 sampai
mengungkap fakta kehidupan sosial dan 2 orang sebagai suara pelengkap atau back
budaya masyarakat di lapangan (Marheni, sound.
2005: 25). Pendekatan kualitatif merupakan Hasil eksplorasi di lapangan, beberapa alat
prosedur penelitian yang menghasilkan data musik rebana memiliki nama atau istilah yang
deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku berbeda pada beberapa lokasi yang menjadi
yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) objek penelitian. Seperti yang diungkapkan
itu sendiri. Penelitian yang dilakukan guna oleh Ahmad Zaki Yamani, anggota Grup
menggali informasi tentang bentuk-bentuk Rebana Kudus Abatasa mengatakan alat
etnomatemtika pada permainan alat musik rebana yang minimal digunakan antara lain :
tradisional rebana meliputi identifikasi konsep Jidur, Terbang, Dumbuk, Tam. Ahmad Ridho
geometri serta teknik membilang sehingga Pahlevy seorang narasumber dari Grup Rebana
terbentuk pola nada yang serasi. Sumber data Nurul Najah Alhabsyi bimbingan Kyai Nur
dalam penelitian ini diantaranya adalah santri Khozi Abdulwahab, menyebutkan istilah lain
pondok yang aktif pada grup rebana hadroh di dari Jidur adalah Gambur atau Bass, sedangkan
Ponpes, takmir masjid anggota grup rebana, Terbang istilah lain adalah rebana atau marawis.
alat musik rebana, teknik memainkan rebana. Dumbuk disebut juga dengan Darbuka, Roling,
Sumber data ini diperoleh dapat berupa Calti. Begitu juga dengan alat Tam, memiliki
perkataan secara verbal hasil wawancara atau istilah lain Keprak.

Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017 27


Gambar 1. Alat Rebana:
(1) Gambur/Jidur/Bass;
(2) Terbang/Rebana/Marawis;
(3) Darbuka/Dumbuk/Roling/Calti; Gambar 2. Teknik memainkan rebana dengan
alat musik yang sumber bunyi berasal
(4) Tam/Keprak dari membran atau kulit binatang seperti sapi,
cara dipukul
kambing. Bentuk dan ukurannya bermacam-macam, bingkainya terbuat dari kayu
2. Eksplorasi Etnomatematika Pada kepingan logam sebanyak 3-4 buah keping di
yang melingkar
Bentuk Alat Musik Rebana dengan diameter antara 25-30 cm satu sisi ditutup dengan kulit
sekeliling rebana sehingga menimbulkan bunyi
Hasil binatang
eksplorasiyang telah
bentuk disamak danpada
etnomatematika dipakugemerincing
pada pinggir
saatbingkainya.
dimainkan. Ada rebana yang
kesenian bingkainya
alat musik rebana
diberi telah menggunakan
variasi kepingan-kepinganBangun yang memiliki
logam sebanyak 3-4 buah sisikeping
lengkung
di
konsep dasar geometri yang diterapkan dalam berbentuk kurva tertutup sederhana yakni
sekeliling rebana sehingga menimbulkan bunyi gemerincing saat dimainkan.
pembuatannya. Rebana merupakan alat bangun datar segi banyak berupa lingkaran pada
Bangun
musik perkusi yang tergolong yang pada
memiliki sisi lengkung
kelompok berbentukSelain
bentuk fisiknya. kurva itu
tertutup sederhana
juga menerapkan
yakni bangun
membranophone datarmusik
atau alat segi banyak berupa lingkaran
yang sumber pada bentuk
konsep bangun fisiknya.
ruang prismaSelain
segiitubanyak
juga
bunyi berasal dari membran
menerapkan konsepatau kulitruang
bangun binatang yaitu
prisma segiprisma
banyakdengan tutup dengan
yaitu prisma dan alastutup
lingkaran
dan
seperti sapi, kambing. Bentuk dan ukurannya yang biasa dikenal dengan bangun ruang
alas lingkaran yang biasa dikenal dengan bangun ruang tabung. Limas segi banyak
bermacam-macam, bingkainya terbuat dari kayu tabung. Limas segi banyak atau yang familiar
atau yang
yang melingkar familiar
dengan dengan
diameter sebutan
antara kerucut
25-30 cm juga sebutan
dengan digunakan dalamjuga
kerucut mendukung
digunakan bentuk
dalam
dan penampilan
satu sisi ditutup alatbinatang
dengan kulit rebana. yang telah mendukung bentuk dan penampilan alat rebana.
disamak dan dipaku pada pinggir bingkainya. Ada Hasil ekplorasi etnomatematika pada alat
rebana yang bingkainya diberi variasi kepingan- musik rebana :
Hasil ekplorasi etnomatematika pada alat musik rebana :
Implementasi
No. Etnomatematika Konsep Matematika
pembelajaran
1. Identifikasi bangun,
D = 2.r mengitung Luas
D = 2.r
permukaan,
menghitung Luas
tinggi tinggi selimut,
menghitung volume
menghitung tinggi,
jari-jari, diameter,
dll.
2. 2
.
Identifikasi bangun,
D= 2. r D= 2.r menghitung tinggi,
jari-jari, diameter,
dll.

3. D= 2.r Identifikasi bangun,


mengitung Luas
tinggi permukaan,
28 Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol.menghitung Luas 2017
IV No. 1 Januari
selimut,
menghitung volume
tinggi menghitung tinggi,
jari-jari, diameter,
D= 2. r D= 2.r menghitung tinggi,
jari-jari, diameter,
dll.

3. D= 2.r Identifikasi bangun,


mengitung Luas
tinggi permukaan,
menghitung Luas
selimut,
menghitung volume
tinggi menghitung tinggi,
jari-jari, diameter,
dll.

3. Teknik memainkan rebana Berikut beberapa contoh pukulan dasar


Teknik memainkan atau teknik memukul rebana yang menggunakan konsep penambahan
merupakan cara atau teknik sentuhan pada dan perkalian :
instrumen musik atas tertentu sesuai petunjuk D / T  D  T  T  D / D
atau notasinya (Banoe, 2003: 409). Teknik TT  TT  T . TT  TD  D . DD  DD  D . DD  DD
T . TT  D  TT  TT  T . TT  TT  D  TT  TD
memainkannya pun dilakukan secara bersahut-
T . TT  T  TT  TT  T . TT  TT  D . TT  TD  3X
sahutan dengan menghitung pola ketukan. D  TT  TT  D . TT  TD
Memainkan alat musik ini membutuhkan
keserasian dan dinamika bermusik dengan D  D . T  TT  D  3X  D
T  TT  T . T  TT  D . D  DD  D . D  DD  D
berpatokan pada kunci atau rumus yang terdiri dari
* * * D / D  D . DD  D  3X
pukulan D (dung) dan T (tak). Kunci merupakan T  TT  T . T  TT  D  3X
pola pukulan yang diulang-ulang pada lagu. Tanda *  Berarti Menunggu Waktu Luang
Pada pemain pemula lebih ditekankan Selama Tiga Ketukan
pada latihan dasar penguasaan teknik D dan T
terlebih dahulu. Nada dasar merupakan pola Dari hasil pengamatan tersebut, peserta
pukulan yang diulang-ulang pada awal bait didik MI yang memainkan harus menguasai
lagu. Naikan adalah pola pukulan selingan atau pola hitungan pada tiap ketukan. kemampuan
variasi disela bait lagu maupun hanya untuk berhitung dengan cepat dan tepat dibutuhkan
variasi yang digunakan ketika peralihan dari dalam teknik permainan alat rebana, baik berupa
lagu menuju reff. Kunci tengahan adalah pola pengulangan (konsep perkalian/kelipatan)
pukulan rebana selingan dengan jeda sejenak maupun penambahan atau menghilangkan
ditengah-tengah reff lagu. Penutup adalah pola beberpa jenis pukulan (penjumalahan dan
pukulan paling akhir untuk mengakhiri reff, pengurangan).
baik langsung berhenti maupun dilanjutkan ke
pola nada dasar bait lagu berikutnya. E. Simpulan
Ada 2 jenis Pukulan dasar, yaitu : Sumber belajar tidak hanya bersumber
1. Pukulan 1 atau Disebut pukulan dari buku-buku pelajaran saja, namun dapat
Anakan, dan didukung dari lingkungan maupun budaya
2. Pukulan 2 atau disebut pukulan setempat yang lebih bermakna bagi peserta
Nikahan.
didik. Dalam pembelajarannya matematika
Kedua jenis pukulan diatas dimainkan
dapat diajarkan dengan menggunakan budaya
secara bersamaan sehingga membentuk harmoni
sebagai sumber belajar. Etnomatematika
bunyi yang khas. Maka dari itu dibutuhkan
sebagai jembatan antara pendidikan dan budaya
minimal dua orang penabuh hadroh agar dapat
mampu memberikan pengetahuan dengan nilai
mengiringi lagu qosidah sholawat.
lebih untuk dipahami karena terkait dengan

Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017 29


kebiasaan yang mampu membaur dengan tradisi Fidiyarti, Hasmi, Peningkatan Apresiasi Siswa
setempat dalam pembelajaran matematika. Hal MTS Ma’arif NU 01 Gandrungmangu
ini dikarenakan etnomatematika menawarkana Terhadap Kesenian Rebana Melalui
Pendekatan Scientific, Jakarta: Universitas
pembelajaran berbasis budaya lokal sehingga
Pendidikan Indonesia, 2014
peserta didik sekaligus dapat mengenal
dan mendalami budaya yang dimiliki oleh Fujiati dan Mastur, Z., Keefektifan Model
bangsanya. Pogil Berbantuan Alat Peraga Berbasis
Etnomatematika Terhadap Kemampuan
Penelitian ini menyajikan hasil eksplorasi
Komunikasi Matematis, Unnes Journal
bentuk etnomatematika yang bisa ditemukan
of Mathematics Education 3 (3 ), 2014.
pada kesenian bernuansa Islami berupa
alat musik tradisional rebana. Rebana lebih Ibrahim Al-Quraibi, Tarikh Khulafa, Jakarta:
Qisthi Press, 2009
mudah masuk dalam kurikulum berbasis
etnomatematika di Madrasah Ibtidaiyah Inda Rachmawati, Eksplorasi Etnomatematika
karena kesamaan visi yang dibawa oleh Masyarakat Sidoarjo, E-Jurnal UNESA.
kesenian rebana itu sendiri, yakni adanya Vol 1 No 1. Th 2012.
nuansa dakwah. Konsep matematika yang Karimi, Ahmad Faizin, Think Diffferent Jejak
ditemukan berupa bentuk fisik dari alat-alat Pikir Reflektif Seputar Intelektualitas,
yang dipakai yakni berwujud bangun lengkung Humanitas, dan Religiusitas, Gresik:
lingkaran, tabung dan kerucut. Sedangkan MUHI Press, 2012
teknik permainannya menggunakan konsep Marheni, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Bumi
matematika menghitung ketukan sehingga Aksara, 2005
alunan musik yang dikeluarkan dari permainan
Sardjiyo dan Pannen, P., Pembelajaran Berbasis
rebana akan terdengan harmonis. Budaya: Model Inovasi Pembelajaran
dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jurnal pendidikan. 6(2),
DAFTAR PUSTAKA 2005.
Banoe, Pono, Kamus Musik. Yogyakarta : Silvia, Pengembangan Bahan Ajar Matematika
Kanisius, 2003. yang Bernuansa Etnomatematika dalam
Suku Dayak Kanayat’n di Kalimantan
D’Ambrosio, U., Ethnomathematics And Its Barat untuk Membantu Peserta Didik
Place In The History And Pedagogy Sekolah Dasar Mempelajari Konsep
Of Mathematics. For learning of Matematika. Penelitian Fundamental,
Mathematics, 5 (1), 1985. tidak diterbitkan, 1999.
________, Etnomathematics Link between Sinaga, Syahrul Syah, Akulturasi Kesenian
Traditions and Modernity, Published Rebana, Jurnal Unnes Harmonia Jurnal
by: Sense Publisher, P.O. Box 21858, Pengetahuan dan Pemikiran Seni, Vol. 2
3001 AW Rotterdam, The Netherlands, No. 3/September – Desember, 2001.
2006.
________, Fungsi dan Ciri Khas Kesenian
Dirgantara, Yuana Agus, Pelangi Bahasa Sastra Rebana di Pantura Jawa Tengah, Jurnal
dan Budaya Indonesia, Yogyakarta: Unnes Harmonia Jurnal Pengetahuan
Garudhawaca, 2012 dan Pemikiran Seni, Vol. VII No. 3 /
September – Desember 2006

30 Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017


Supriadi, Pembelajaran Etnomatematika
dengan Media Lidi dalam Operasi
Perkalian Matematika untuk
Meningkatkan Karakter Kreatif dan
Cinta Budaya Lokal, Jurnal Seminar
Nasional STKIP Siliwangi, Serang:
Sekolah Pascasarjana UPI, 2010
Uloko ES, Imoko BI, Pengaruh Ethnomatematics
Mengajar Pendekatan dan Jenis
Kelamin terhadap Prestasi Siswa dalam
Lokus. J. Natl. Assoc. Sci. Humanit.
Educ., 2007, Res.5(1)
Wahyuni, Astri, Wedaring, Ayu Aji, dan Sani,
Budiman, Peran Etnomatematika
dalam Membangun Krakter Bangsa,
Makalah Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika, Prosiding,
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA
UNY, Yogyakarta: UNY, 2013
Wirya, Mus. K., Bermain Rebana, Jakarta: CV
Yasaguna, 1984

Jurnal Ilmiah “PENDIDIKAN DASAR” Vol. IV No. 1 Januari 2017 31

Anda mungkin juga menyukai