Anda di halaman 1dari 24

TEPUNG TAWAR DALAM MASYARAKAT

MELAYU DI TEBAS,KALIMANTAN BARAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh

DOSEN PENGAMPU : DR.ADNAN,M.S.I

DISUSUN OLEH,
MUHAMAD AGUNG ARIFIN (1022018051)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM


SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN 1441H/ 2020M
PAPARAN DATA

Narasumber : Zakiya
Waktu : 08-01-2020
Tempat : Jln. Keluarga Tebas
Jabatan : Tokoh Masyarkat

Tanya : Apa makna Tepung Tawar sebelum dan sesudah Islam


datang ?

Jawab : kalau untuk makna sebenarnya tidak ada perbedaan


karena hakikatnya tepung tawar adalah sebagai permohonan do’a
selamat kepada Allah swt, kalau dulu untuk permohonan kepada
dewa – dewa atau sejenisnya

Tanya : kalau untuk alat dan bahan dari dulu sampai saat ini apa
ada perbedaan ?

Jawab : kalau dulu itu pakai beras, pakai bunga atau bertih,
seperti yang kita tau sebenarnya dulu tepung tawar itu masa
kepercayaan sebelum Islam menggunakan kemenyan yang
sebenarnya itu berasal dari getah kayu, yang fungsinya untuk
memanggil ruh, ini kepercayaan animisme ya sebelum Islam
yang tujuannya agar ruh itu datang dan memberikan keberkahan.
Kemudian mucul lah sesudah adanya Islam, ee saya awali Islam
kan masuk dan datang itu menyebarkan agama dan untuk
memberi pengaruh kepada orang yang bukan Islam, misalnya ada
ulama atau wali songo segala macem itu tugasnya memberi
pengaruh, seperti dulu ada kepercayaan animism – animism itu
supaya percaya kepada Islam, jadi contohnya begini ada ruh
dikatakan tadi kemenyan itu dengan wanginya menjemput
ruh, kan sampai sekarang orang percaya itu, tapi dalam Islam
sebenarnya wangi – wangi itu dianjurkan, sunnah hukumnya
ya asal tidak menggunakan yang haram. Nah wangi –
wangian itu untuk supaya malaikat hadir di tengah – tengah
kita begitulah kira– kira. Jadi tepung tawar ini , dalam adat
melayu suatu do’a tapi itu do’a perbuatan dimana dalam
tepung tawar menggunakan bahan – bahan yang memiliki
khasiat dan makna yang diharap membawa kepada
keberkahan.

Dan bahan yang digunakan itu nantinya tidak dibuang


melainkan diberikan kepada hewan dan di sebar kepada
tanaman sehingga tidak mubazir. Jangan difikir bahwa
tepung tawar itu hanya mainan saja, tidak. Tepung tawar
disetiap alat dan bahan itu ada harapan dan do’a untuk orang
yang diberi tepung tawar. Seperti dalam pernikahan tepung
tawar diselipkan do’a semoga pasamgan ini bahagia dan
segala macem, yang ditujukan kepada Allah swt, dan diiringi
dengan sholawat, jadi tidak ada sia – sianya tepung tawar ini.
Seperti suku – suku lainnya pasti punya tradisi masing –
masing begitu juga kita sebagai orang Melayu untuk terus
mempertahankan tradisi, rasanya tidak lengkap jika tepung
tawar tidak dilaksanakan.

Tanya : Kalau untuk pelaksanaan apakah ada perbedaan dari


dulu sampai saat ini ?

Jawab : sebenarnya kita melayu ini hanya melanjutkan apa


yang sudah ada, tapi kalau ada yang tidak bagus dibuang,
kalau kita ke animism pula memohon di depan pohon sampai
memberi penawar itu yang kita tinggalkan. Begitulah Islam
mengatur sebagaimana yang diketahui Melayu itu identic dengan
Islam. seperti kemenyan saat ini sudah tidak dipakai lagi karena
nanti jatuhnya untuk memanggil arwah dan syirik makanya itu
ditinggalkan.

Tanya : digunakan disetiap acara apa saja tepung tawar ?

Jawab : karena dia do’a selamat sebenarnya bisa digunakan


diacara apa saja, tapikan lebih umumnya pernikahan, membuka
lahan, dan sebagainya. Jadi prinsipnya tepung tawar ini do’a yang
diiringi perbuatan, penggambaran dari do’a itu harus diiringi
usaha begitulah istilahnya. Kenapa orang dulu kalau buka lahan
sumur atau lahan tidak ada masalah sampai waktu yang lama,
karena orang dulu percaya do’a itu punya kekuatan yang sangat
kuat, dan memberi penawar sebagai pengusir hal – hal buruk.
Karena alat dan bahannya memiliki khasiat masing – masing
dimana diantaranya untuk mengusir jin dan setan, agar tidak
menggangu.
Narasumber : Serli Mardiati
Waktu : 10 Januari 2020
Tempat : Jln. Keluarga Tebas
Jabatan : Tokoh Masyarakat

Tanya : Bagaimana Melayu datang ke Kalimantan untuk yang


pertama kali ?

Jawab : “Untuk Melayu datang ke Kalimantan kita tidak tau


pasti kapan, karena sudah berkembang, karena kalau kita
mengambil sejarahnya melayu itu kan dari India belakang iya
kan. Di daerah Tibet kawasan Nepal kan begitu, (ehem) mereka
berada di kaki gunung Himalaya, jadi ee apa namanya mereka
ketika antara tahun 2500 – 1500 SM. Jadi mereka itu apa
namanya ee, ketika itu kan banyak meletus gunung – gunung
yang ada di Himalaya sementara mereka di kaki gunung
himalayakan, anak – anak gunung Himalaya. Nah itu mereka
(cikal bakal melayu) terganggu, kemudian datangnya pasukan
Yunani tentara Yunani yang ingin menguasai daratan India, jadi
kadang – kadang melintas perang segala macam seakan – akan
kehidupan mereka jadi terganggu. Maka dari situ mereka sudah
eksodus meninggalkan daratan itu daratan malay, pada mula kan
nama perkampungannya kan meleyen. Tentara – tentara Yunani
menyebut mereka itu suku moloy. Jadi mereka itu kan sudah apa
namanya berbudaya sudah pandai bikin perahu segala macam,
jadi berangkatlah mereka berperahu, nah yang berperahu ini lah
yang mampir di pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan,
ee Sulawesi sebagian, kemudian apanamanya kepulauan
Filiphin sebagiannya, semenanjung Malaysia. Nah mereka
yang berjalan kaki yang berkuda, yang ber apa namanya ber
gajah dan sebagainya itulah mereka mampir akhirnya
menjadi masyarakat Thailand, Kamboja, ee Vietnam,
Myanmar dan sebagainya.

Maka dikatakan Asia Tenggara ini adalah ber etnis


Melayu ya itu, jadi dalam perkembangannya kita ga tau
kapan pasti tahunnya, semenjak itu kan mulai berkembang
pindah kesana mengisi sana mengisi dimana tempat yang
aman mereka tinggal berkembanglah akhirnya terjadi
perkawinan beranak cucu dan sebagainyakan, berkembang
ini kan berpuak – puak ini. Akhirnya sebahagian ada yang
disana disini dan sebagainya dan akhirnya sampailah ke
Tanjung Pura, kita ga tau pasti ke Tanjung Pura itu kapan
mereka masuk ya ga tau pasti. Tapi setelah berkembang
itulah mereka masuk, apalagi Tanjung Pura ini kan termasuk
pinggiran ya jadi termasuk apa ya namanya ya pinggiran
pantai la, Babalan ini pinggiran pantai. Jadi orang – orang
pendatang itu selalu pantai dulu kan, baru ke gunung. Maka
itu orang – orang gunung itu Karo la itu katakana, itu
sebenarnya dikatakan suku Melayu, Melayu Tua termasuk
Batak dan sebagainya. Jadi Abad ke 7 ketika Islam masuk,
yang mana pada awalnya mereka kan belum beragama,
dimana sebagian hindu dan kemudian kepercayaan animism
dan sebagainya, jadi ketika agama masuk, Islam masuk
secara menyeluruh orang – orang pantai ini menerima dan
memeluk Islam, sebagian mereka yang orang – orang
Melayu Tua yang tidak mau memeluk agama Islam mereka
lari ke gunung itulah orang Karo atau orang Batak dan
sebagainya la. Nah dimana bukti bahwa mereka dulu adalah
orang – orang Hindu adalah pada 30 tahun yang lalu masih
ditemukan candi – candi di daerah Karo yang membuktikan
bahwa mereka adalah penganut Hindu. Nah inilah yang bisa
disebut dengan perkembangannya. Untuk Tanjung Pura itu abad
16 kotanya sudah ada, nama kotanya kota Pati nah pada abad 17
barulah berubah menjadi nama Tanjung Pura.

Tanya : Kalau makna tradisi Tepung Tawar sebelum adanya


Islam ?

Jawab : Kalau untuk Tepung Tawar sendiri memang peninggalan


dari Hindu, Tepung Tawar, Inai yakan gitu, dulu Tepung Tawar
itu kan apa namanya asalnya itu ada bertih, ada beras kuning,
beras putih, dan sebagainya ada inai kemudian ada namanya ini
bedak sejuk, itu ya bedak putih dan sebagainya. Nah belakangan
timbul suatu protes, dikatakan bahwa Tepung Tawar itu adalah
bid’ah, dikatakan mubadzir timbulah ini itu dan sebagainya. Jadi
kalau saya tetap bertahan, biarkan lah orang katakana bid’ah biar
katakan mubadzir dan sebagainya. Tapi saya bertahan kepada sisi
adat, itu Tepung Tawar jika sudah kita gunakan itu bukan
dibuang, oleh si tuan rumah ini dikumpulkan lagi atau masyarakat
yang tau dia minta izin dia kumpulkan lagi ya kumpulkan lagi itu
bunga – bungaan, itu kan ada pandan apa namanya apa bunga
rampai ya itu disiramkan ke pohon ke tanaman nah ini yang
dikasinya juga kebinatang malah binatangnya sehat dan gemuk,
ga kena penyakit dan yang disiramkan ketumbuhan itu tumbuh
subur, nah ini jadi saya secara logika pernah meneliti itu, kenapa
dikasi ini ayam jadi sehat kemudian kepada ini kok
tumbuhan subur kan gitu. Itu pernah saya teliti, jadi salah
satunya itukan Tepung Tawar itu do’a jadi sisa do’a la itu
kira – kira terkena kepada tumbuhan dan sebagainya. Ke dua
kenapa ayam menjadi sehat rupanya bertih itu dengan beras
kuning, kuningnya itu kunyit itu merupakan obat bagi ayam
kan itu kan apanya, makanya ayam sehat dan sebagainya itu
kira – kira apanya ya. Apa tadi pertanyaannya ya ?

Tanya : Makna Tepung Tawar bagi penganut Hindu Budha


dulu ini apa ya ?

Jawab : Maknanya juga suatu do’a juga, do’a menurut


mereka. Tapi setelah islam masuk baru kita selaraskan
kepada do’a menurut Islam.

Tanya : Berarti sama – sama memiliki makna untuk do’a


selamat ya ?

Jawab : iya untuk do’a selamat itu aja tujuannya, sedangkan


inai memiliki manfaat untuk menghambat masuknya
gangguan – gangguan jin, setan, ibliskan. Tapi sekarang
tujuannya itu juga sebagai pelindung diri (tepung tawar)
kepada Allah dimana Tepung Tawar ini sebagai perantara.

Tanya : Kalau untuk pelaksanaannya pak, apakah ada


perbedaan disetiap acara adatnya, seperti di pernikahan,
khitanan, apakah ada perbedaan pelaksanaan ?

Jawab : ada perbedaan, misalnya kalau orang khitan kalau orang


apa namanya ee pesta perkawinan , begitu juga orang berangkat
haji ada yg tidak sama misalnya orang turun bibit itu pakai
tepung tawar juga tapi pelaksanaannya tidak pakai ini penabur,
tapi pakai pemercik, maka dalam turun bibit itu air yang
dicampur jeruk purut itu dibuat lebih banyak dari pada pemercik
yang ada di acara lainnya. airnya itu kan jeruk campur itu jadikan
mudah – mudahan dipercik itu kena dengan bibit lalu basah
diharapkan dengan itu bibit menjadi subur.

Tanya : kalau Tepung Tawar menabalkan anak ?

Jawab : sama, hanya itu saja yang beda (Tepung Tawar


membuka lahan / turun bibit), kemudian tepung tawar apa,
kawasan hutan, misalnya ada budaya Melayu mengatakan
ngereba atau yang sedang mencari pekerjaan, biasanya bertani
maka dicarilah tanah, tanah itu di apanamanya itu hutan itu di
bersihkan, jadi untuk buka hutan itu dikatakan dalam Melayu itu
Ngerebah asal katanya mereba atau merebahkan pohon – pohon ,
rumput – rumput kan gitu kan merebah – merebah. Itu memang
sebelum apanamanya sebelum hutan itu di rebahkan, itu
pinggirnya dipagari itu tadi tapi tidak pakai bunga – bungaan tapi
hanya airnya aja air percikan sambil jalan keliling sambil baca
sholawat.

Tanya : untuk alat dan bahan apakah ada perbedaan dengan masa
Hindu dan setelah Islam datang ?

Jawab : kalau pada masa dulu beras pakai, beras kuning , beras
putih, bertih juga pakai tapi tidak pakai air jeruk purut dan 7
macam daun tetapi langsung memercik menggunakan tangan
saja.

Tanya : apakah orang melayu punya nilai – nilai pandangan


hidup yang dijadikan pegangan ?
Jawab : di Melayu itu kan ada Sembilan jati diri Melayu
itu lah yang menjadi gambaran dari jati diri masyarakat
Melayu.

Tanya : apakah Tepung Tawar sebagai ikon penting Melayu


memiliki pengaruh terhadap perumusan Sembilan Jati Diri
Melayu ini pak ?

Jawab : Tentu ada pengaruhnya, karena adanya


perkembangan secara psikologi dan kejiwaan.
Pembahasan Mahasiswa
Tepung Tawar dalam masyarakat Melayu merupakan
tradisi yang sudah berjalan sejak lama. Membahas mengenai
tradisi tentu tidak terlepas dari istilah kebudayaan, karena tradisi
adalah bagian dari budaya itu sendiri. Dilihat dari sudut pandang
bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta
“buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddi yang berarti budi
atau akal. Pendapat lain mengatakan, bahwa budaya adalah
sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi – daya yang
berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara
budaya dengan kebudayaan.1

Terkait pembahasan mengenai kebudayaan, beberapa


tokoh antropologi memberikan penjelasan tentang defenisi
kebudayaan secara sistematis dan ilmiah. Defenisi kebudayaan
yang dianggap paling tua adalah defenisi yang diungkapkan oleh
Edward B. Tylor pada tahun 1871. Pendapat Tylor menurut
Sugeng Pujileksono dijelaskan bahwa kebudayaan adalah
“keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, hukum, moral, adat dan berbagai kemampuan serta
kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”.

Adapun defenisi menurut Cliffort Geertz yang


dikutip oleh Sugeng Pujileksono bahwa kebudayaan adalah
“sistem simbol dari makna – makna, kebudayaan adalah
sesuatu yang dengannya kita memahami dan memberi
makna pada hidup kita, kebudayaan mengacu pada suatu
pola makna – makna yang diwujudkan dalam simbol –
simbol yang di turun alihkan secara historis, suatu sistem
gagasan – gagasan yang diwarisi yang diungkapkan dalam
bentuk – bentuk simbolik yang dengannya manusia
menyampaikan, melestarikan, dan mengembangkan
pengetahuan mereka mengenai sikap dan pendirian mereka
terhadap kehidupan”.

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa


kebudayaan pada dasarnya adalah keseluruhan dari perilaku
manusia dalam segala aspek kehidupan manusia serta hasil
dari karya cipta manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan.
Selain itu yang harus kita ingat adalah kebudayaan bukan
milik individu melainkan milik kelompok masyarakat karena
di dalam sebuah kebudayaan terdiri dari gagasan dan
pemikiran hasil komunikasi antar individu sebagai anggota
masyarakat.

Masyarakat terdiri atas kelompok – kelompok manusia


yang saling terkait oleh sistem – sistem, adat istiadat, ritus – ritus
serta hukum – hukum khas, dan yang hidup bersama. Kehidupan
manusia bersifat kemasyarakatan, artinya bahwa secara fitri ia
bersifat kemasyarakatan. Di dalam masyarakat juga terdapat
kebudayaan atau tradisi, adat istiadat yang berbeda – beda menurut
wilayah atau kelompok- kelompok masyarakat tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan tradisi menurut KamusBesar


Bahasa Indonesia (KBBI) tradisi adalah kebiasaan turun –
temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat. Menurut Widya Astuti tradisi menurut khazanah
bahasa Indonesia, tradisi berarti segala sesuatu seperti adat,
kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang turun temurun dari nenek
moyang. Menurut Hasan Hanafi, tradisi (turats) segala warisan
masa lampau yang masuk pada kita dan masuk ke dalam
kebudayaan yang sekarang berlaku.

Tepung Tawar adalah salah satu tradisi yang telah


dilakukan oleh masyarakat Melayu yang telah diwariskan
secara turun – temurun dan masih dilakukan hingga saat ini.
Diantara beberapa budayawan melayu menjelaskan makna
Tepung Tawar seperti diantaranya dalam buku “Adat
Budaya Melayu Jati Diri dan Kepribadian” Tuanku
Luckman Sinar Basyarsyah menjelaskan, Tepung Tawar
adalah salah satu kebiasaan adat yang paling utama di dalam
masyarakat Melayu Sumatera Timur. Tepung tawar
dipergunakan hampir di dalam segala upacara baik pada
perkawinan, khitan, upah - upah, jika orang mendapat
rezeki, dan sebagai obat dan lain lain.Menurut Farizal
Nasution, tepung tawar berasal dari kata tepung tawar
(tampung tawar) yaitu kegiatan menerima penawar dengan
ditampung tawar (menampung tangan) sebagai bentuk
menerima penawar (obat), dan memiliki fungsi magis.9
Selain itu menurut Zainal AKA, tepung tawar adalah acara
adat yang tidak pernah ditinggalkan dan selalu disertakan
pada berbagai majelis karena tepung tawar merupakan doa
yang dipanjatkan kepada Allah swt.

Menurut Farizal Nasution, tepung tawar berasal dari


kata tepung tawar (tampung tawar) yaitu kegiatan menerima
penawar dengan ditampung tawar (menampung tangan)
sebagai bentuk menerima penawar (obat), dan memiliki
fungsi magis.9 Selain itu menurut Zainal AKA, tepung tawar
adalah acara adat yang tidak pernah ditinggalkan dan selalu
disertakan pada berbagai majelis karena tepung tawar
merupakan doa yang dipanjatkan kepada Allah swt.

Upacara tepung tawar artinya suatu kebiasaan sakral


yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan Melayu, hal ini
juga mengandung makna simbolis untuk keselamatan,
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi orang yang diberi
tepung tawar. Tepung tawar dilakukan sebagai lambang
mencurahkan rasa bahagia dan gembira sebagai rasa syukur
atas keberhasilan, hajat serta niat baik yang dilakukan.11

Tradisi tepung tawar merupakan peninggalan dari


kepercayaan Animisme dan Hindu yang telah diwariskan
kepada puak Melayu, Proto Melayu (Melayu Tua) secara
turun temurunsebagai persembahan kepada sang Maha
Kuasa. Namun pada masa Detro Melayu (Melayu Muda)
setelah agama Islam masuk pada kalangan puak Melayu,
maka kepercayaan terhadap selain Islam dirubah menjadi
keyakinan syari’at Islam. Bagi kalangan kerajaan terutama
Kerajaan Langkat dikalangan istana tepung tawar ini juga
disertakan pada setiap majelis. Karena dipercaya do’a – do’a
yan dipanjatkan dan sholawat atas nabi yang dibaca dalam
tepung tawar dapat memberi rahmat dan maghfirah serta
perlindungan dari Allah swt.

Tepung tawar dilakukan disetiap acara adat masyarakat


Melayu Langkat seperti acara pernikahan, khitanan, memberi
nama anak (menabalkan nama anak), walimatus safar, membuka
lahan, menempati rumah baru dan juga dilakukan sebagai ucapan
rasa syukur kepada Allah swt apabila seseorang sembuh dari sakit
yang cukup lama serta selamat dari musibah.

Alat dan bahan yang digunakan dalam tepung tawar


terdiri dari ramuan penabur, ramuan perinjis, dan pedupaan.
Ramuan penabur terdiri dari beras putih, beras kuning,
bertih, bunga rampai dan tepung beras. Bahan – bahan
penabur diletakkan di dalam wadah – wadah kecil secara
terpisah, bahan yang digunakan dalam ramuan penabur
masing – masing memiliki makna simbolik yang berbeda –
beda. Ramuan perinjis terdiri dari mangkuk yang diiisi
dengan air dan irisan jeruk purut, serta alat yang digunakan
sebagai pemercik yaitu 7 macam daun yang diikat menjadi
satu. Adapun daun yang digunakan adalah daun
kalinjuhan, pepulut, ganda rusa, jejurun, sepenuh, sedingin,
sambau dan akarnya dimana seluruh bahan dan alat yang
digunakan memiliki makna simbolik masing – masing. Yang
terakhir yaitu pedupaan terdiri dari dupa yang terbuat dari
bahan logam kemudian diisi dengan kemenyan atau setanggi
yang dibakar. Perdupaan sekarang dipakai hanya untuk bau
wangi setanggi atau sekedar seremoni saja dan tidak
memiliki makna khusus karena dikhawatirkan merujuk
kepada syirik.

Cara penepung tawar disetiap acara adat masyarakat


melayu tidak memiliki perbedaan yang signifikan, mulai dari
alat, bahan, namun untuk cara penepung tawaran ada sedikit
perbedaan untuk tepung tawar yang objeknya bukan
manusia. Cara penepung tawaran yang objeknya adalah
manusia dimulai dengan membentangkan kain di atas kedua
paha orang yang akan diberi tepung tawar kemudian
menampung tangannya di atas kain yang sudah
dibentangkan. Orang yang akan memberi penepung tawar
mengambil sedikit bahan – bahan penabur yang telah
disediakan kemudian disebarkan dari arah kanan ke kiri
objek yang akan ditepung tawari sembari membaca sholawat
kepada Rasulullah SAW. Setelah itu kembali mengambil
ramuan perinjis kemudian memercikkannya ke telapak
tangan dan yang terakhir memberikan sedikit tepung beras di
telapak tangannya.

Jumlah penepung tawar harus ganjil, biasanya


dilakukan oleh 7 orang dan didahulukan yang berpangkat.
Apabila tidak ada yang berpangkat maka didahulukan yang
tertua diantarapenepung tawar yang hadir.Setelah acara
tepung tawar selesai dilakukan ditutup dengan doa yang
bertujuan untuk mendapatkan berkah dan ridho dari Allah
swt.

Sebelum Tepung Tawar menjadi tradisi penting bagi


masyarakat Melayu yang berlatar belakang Islam, tradisi ini
dipercaya sebagai kebiasaan Hindu yang menyiramkan bunga dan
memercikkan air suci sebagai permohonan keselamatan kepada
dewa.15 Bahan yang digunakan pada masa kepercayaan Hindu
yang menempati kawasan Sumatera Timur pada masa itu hanya
mengguanakan bertih dan beras putih yang kemudian diiringi
dengan mantra yang dipimpin oleh tetua adat atau kepala suku.

Selain memiliki makna simbolik tepung tawar juga


memiliki dampak yang baik terhadap kehidupan bermasyarakat
khususnya dikalangan suku melayu. Tepung tawar menjadi
sarana untuk mengumpulkan sanak saudara yang dekat maupun
jauh untuk datang berkumpul serta ikut memberikan doa dan
restu, mulai dari yang tua hingga yang muda. Tepung tawar juga
menjadi tradisi yang memiliki nilai – nilai yang dipercaya sebagai
pandangan hidup masyarakat melayu.
KESIMPULAN
1. Tepung Tawar adalah tradisi yang diteruskan dari
kebiasaan masyarakat Hindu pada masa sebelum Islam
hadir. Tradisi ini adalah cirikhas dari acara adat
masyarakat Tradisi yang pada awalnya dipercaya sebagai
kebiasaan masyarakat Hindu ini kemudian diteruskan
hingga saat ini dengan diselaraskan oleh ajaran dan
syari’at Islam agar tidak jatuh kepada syirik. Pelaksanaan
tepung tawar dilakukan dengan menaburkan ramuan
penabur yang diiringi oleh bacaan sholawat dan
dilanjutkan dengan memercikkan ramuan perinjis yang
diiringin dengan permohonan do’a kepada Allah swt.
2. Tepung tawar yang pada mulanya adalah bukan tradisi
Islam ini, memiliki beberapa unsur keagamaan di
dalamnya baik alat dan bahan dan pelaksanaannya.
Adapaun unsur – unsur keagaaman yang terkandung di
dalam tepung tawar adalah (1) unsur Animisme, (2) unsur
keIslaman, (3) unsur kepercayaan Hindu.
3. Tepung tawar yang menjadi ciri khas masyarakat Melayu
ini memiliki dampak terhadap nilai – nilai kehidupan
masyarakat Melayu di Tanjung Pura. Adapun dampak
yang diberikan tepung tawar terhadap nilai – nilai
kehidupan masyarakat Melayu adalah (1) dalam nilai
agama dan moral, dimana tepung tawar sebagai salah satu
tradisi yang di dalamnya ditanamkan unsur – unsur
keIslaman yang kental dimana pada tepung tawar
diajarkan agar manusia senantiasa mengingat bahwa
pertolongan hanya bersumber dari Allah swt, dan
memuliakan orang yang lebih tua adalah sebuah
kemuliaan di mata Allah swt.
(2) dalam nilai sosial tepung tawar memberikan dampak
baik bagi kerukunan hidup, dimana tepung tawar menjadi
sarana untuk mengumpulkan sanak saudara dan tetangga
dekat untuk ikut merasakan kebahagiaan dan memberikan
do’a baik kepada tuan rumah selaku pemilik hajat, yang
kemudian menjadikan tali silaturahmi menjadi lebih erat
antar sesama. (3) tepung tawar juga memberi pengaruh
dalam bidang ekonomi khususnya pada pedagang bunga,
dimana saat ini hidup yang serba simpel membuat
masyarakat Melayu lebih tertarik untuk menyiapkan alat
dan bahan tepung tawar pada yang lebih ahli atau dikenal
sebagai penyedia jasa tepung tawar, atau langsung
membeli alat dan bahan yang diperlukan kepada penjual
bunga.

B. Saran

Tradisi adalah bagian dari kekayaan yang kita miliki dan


poin penting yang harus selalu dijaga dan dilestarikan, penulis
berharap generasi – generasi penerus terkhusus mereka yang
bersuku Melayu lebih memahami bagaimana sejarah dan
pelaksanaan tepung tawar sebagai tradisi yang harus tetap dijaga
dan dilaksanakan sebagai warisan yang berharga bagi suku
Melayu di Kalimantan Barat.

Penulis juga berharap penelitian ini dapat menjadi


motivasi penelitan selanjutnya terkait tepung tawar di segala
aspek kehidupan masyarakat Melayu di Kalimantan Barat, agar
banyak bahan bacaan yang dapat dijadikan sumber informasi
kepada generasi – generasi penerus agar lebih kenal dan paham.
24

Anda mungkin juga menyukai