Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA SEDIAAN LIKUIDA

Formulasi Sediaan Dry Syrup Erythromycin

Dosen Pembimbing: Dr. Noorma Rosita, M. Si., Apt.

KELOMPOK KAMIS PAGI (KELAS A) – A 1


Anggota Kelompok:
Elsa Shisyana Hingis (051711133001)
Alvira Titis Sari (051711133005)
Gede Parisudha Tegeh P. (051711133009)
Dewi Lestari (051711133013)
Siti Khotijah (051711133020)
Imamatin Nufus Melania (051711133028)
Yunita Eliyana (051711133032)
Bunga Izzatul Lutfiyah (051711133036)
Ghina Rosyida (051711133041)
Romandani Puspita Sari (051711133045)
Rifda Tarimi Octavia (051711133053)
Ester Adelia Mianing (051711133057)
Ikbar Nanda Pratama (051711133062)

DEPARTEMEN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i


Daftar Isi ....................................................................................................... ii
Pendahuluan ................................................................................................ iii
BAB I Tinjauan Bahan Obat ........................................................... 1
BAB II Bahan Aktif Terpilih .............................................................. 8
BAB III Perhitungan Dosis ................................................................ 9
BAB IV Persyaratan Umum Bentuk Sediaan .................................... 11
Rencana Spesifikasi Sediaan....................................................................... 13
Formula Baku ............................................................................................... 14
Skema Bagan Alir ........................................................................................ 16
Sifat Fisika & Kimia Bahan Tambahan ......................................................... 17
A. Suspending Agent ......................................................................... 17
B. Dapar ............................................................................................ 20
C. Pemanis ........................................................................................ 23
D. Wetting Agent ............................................................................... 25
E. Perasa…………………………………………………………………..29
F. Pengawet ..................................................................................... 31
Rancangan Formula ……………………………………………………………..33
Perhitungan ADI ........................................................................................... 34
Perhitungan Dapar ....................................................................................... 42
Perhitungan Pengawet ................................................................................. 45
Metode Pembuatan dan Skema Kerja.......................................................... 47
Hasil Pengamatan Evaluasi Sediaan ........................................................... 50
Rancangan Brosur ....................................................................................... 70
Rancangan Etiket ......................................................................................... 71
Rancangan Kemasan ................................................................................... 71
Pembahasan ................................................................................................ 7
Kesimpulan dan Saran .................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................................

ii
PENDAHULUAN

Antibiotika merupakan obat untuk mencegah dan mengobati infeksi yang


disebabkan oleh bakteri (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Secara umum,
mekanisme kerja dari antibiotika pada sel bakteri dapat terjadi melalui beberapa cara
yaitu:

a. Menghambat sintesis dinding sel bakteri


b. Menghambat fungsi membran plasma
c. Menghambat sintesis asam nukleat
d. Menghambat sintesis protein melalui penghambatan pada tahap translasi dan
transkripsi material genetik
e. Menghambat metabolisme folat

Salah satu jenis antibiotika yang sering digunakan adalah eritromisin. Eritromisin
merupakan antibiotik golongan makrolida, mempunyai persamaan yaitu mempunyai
cincin lakton yang besar dalam struktur molekulnya.

Gambar 1. Struktur Molekul Eritromisin

(Sumber: Martindale 36th ed p. 269)

iii
Golongan makrolida merupakan golongan yang menghambat sintesis protein
kuman dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50s dan
umumnya bersifat bakteriostatik walaupun terkadang bersifat bakterisidal untuk kuman
yang peka (Farmakologi dan Terapi Edisi 6 hal 728-729).

Sediaan dry syrup adalah preparat serbuk kering dimaksudkan untuk


disuspensikan dalam cairan, yang dengan pengocokan dengan tertera cairan pembawa
(biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan (Ansel,
2008). Sediaan dry syrup (sirup kering) dipilih untuk menjaga kestabilan bahan aktif
karena bahan aktif tidak stabil dalam air, sehingga sediaan dibuat dalam bentuk serbuk
atau granul kemudian direkonstitusi dengan air saat akan digunakan. Sediaan dry syrup
juga lebih memudahkan pengiriman dan penyimpanan karena tahan terhadap perubahan
suhu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan dry syrup eritromisin
adalah homogenitas, kualitas sediaan saat di rekonstitusi, dan aseptabilitas. Hal ini untuk
menghasilkan sediaan yang aman, efektif, dan aseptabel.

iv
BAB I

TINJAUAN BAHAN AKTIF

1.1 Karakteristik Fisika Kimia

Bahan Aktif Sifat Fisika Kimia Keterangan Lain


Erithromisin Pemerian : Serbuk hablur, putih 1 g Eritromisin base setara dengan :
Base atau agak kuning; tidak berbau Eritromisin Estolat 1,44g; Eritromisin
atau praktis tidak berbau. (FI V Etilsuksinat 1,17 g; Eritromisin
p.375) Gluseptat 1,31 g; Eritromisin
BM C37H67NO13 = 733,94 (FI V Laktinionat 1,49 g; Eritromisin
p.375) Propionat 1,08 g; Eritromisin Stearat
Titik lebur : 135°-140°C, kemudian 1,39 g.
memadat kembali dan peleburan Efek Samping : Gangguan
kedua pada suhu 190°-193°C. gastrointestinal, reaksi hipersensitif.
(Pharmaceutical Codex 12th Ed Peringatan : Ibu hamil dan menyusui,
p.857) pasien alergi terhadap eritromisin dan
pH : Larutan eritromisin 0,067% b/v pasien penderita gangguan fungsi
pada aqua bebas CO2 adalah 8,0- liver dan ginjal.
10,5. (Pharmaceutical Codex 12th Ed Inkompatibilitas :
p.857) Kloramfenikol 500mg Oksitetrasiklin
pKa : 8,6; 8,7; 8,8; 8,9 pada HCl 250mg Tetrasiklin HCl 500mg
dimetilformamide 66% atau air 34%, Larutan dextrose 5%
pKa = 8,6 (Pharmaceutical Codex
12th Ed p.857)
Kelarutan : Air 20°C = 1:1000
Etanol = 1:5 Kloroform = 1:6 Eter =
1:5
Stabilitas : Stabil dalam bentuk
kering, kestabilan berkurang labat

1
pada suhu kamar dan berkurang
cepat pada suhu ≥60°C. Simpan
pada suhu ≤30°C. Terlindung dari
cahaya.
pH 8,0-15,0

Erithromisin Pemerian : Serbuk hablur, putih Efek Samping : Hepatotoksik


Etil suksinat atau sedikit kuning; tidak berbau Absorpsi : Lebih stabil pada pH asam
atau praktis tidak berbau; praktis disbanding pH basanya.
tidak berasa. (FI V p.378) Inkompatibilitas : Dengan sodium
BM C43H75NO16 = 862,06 (FI V ampicillin, dan sodium cloxacillin.
p.378)
pH = 6,0-8,5 dalam suspense 1%
b/v. (Pharmaceutical Codex p.857)
Kelarutan : Sangat sukar larut
dalam air; mudah larut dalam etanol,
aseton, kloroform, macrogol 400,
methanol; praktis tidak larut dalam
HCL 2M.

2
Eritromisin Pemerian : Serbuk kristalin putih, Efek Samping : Hepatotoksik
Estolat tidak berbau atau praktis tidak Absorpsi : Lebih stabil pada pH asam
berbau. (USP 31) disbanding bentuk basanya.
BM C40H71NO14.C12H26O4S = Peringatan : Penderita gangguan
1056,39 (USP 32 p.94) fungsi liver
Titik leleh : 190°-193°C
(Pharmaceutical Codex 12th Ed
p.857)
pH : Suspensi mengandung
10mg/ml eritromicin estolate
mempunyai pH antara 4,5-7,0.
pKa : 6,9 dalam 66%
dimetilformamide atau 34% air.
(Pharmaceutical Codex 12th Ed
p.857)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
air. Etanol = 1 : 2. Kloroform = 1 :
10. Aseton = 1 : 15. Praktis tidak
larut dalam HCl 2M (Pharmaceutical
Codex 12th Ed p.858)

3
Eritromisin Pemerian : Putih atau agak kuning, Merupakan garam dari hasil produk
Laktobionat serbuk higroskopis. (Martindale 36th fermentasi Steromyces erythreus,
Ed p.270) cocok unruk prepaeasi larutan IV
BM C49H89NO25 = 1092,233
pH : 6,0-7,5 pada larutan 2% dan Peringatan : Pasien penderita
6,5-7,5 pada larutan 7,5% b/v. gangguan ginjal.
(Pharmaceutical Codes 12th Ed
p.657)
Kelarutan : Mudah larut dalam air,
etanol, methanol; sukar larut dalam
asetan dan kloroform; praktis tidak
larut dalam eter. (Pharmaceutical
Codex 12th Ed p.858)
Stabilitas : Simpan pada suhu
kamar, terlindung dari cahaya,
larytan harus disimpan selama 1-2
minggu di kulkas. Bentuk serbuk dan
larutan tidak stabil dalam panas

Erithromisin Pemerian : Serbuk putih tidak Cocok untuk sediaan parenteral.


Gluceptat berbau/hampir tidak berbau, sedikit Inkompatibitas : Dengan amikasin
higroskopis. sulfat, cephaloridine, dan
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, cephaloridine Sodium.
dioxanmetanol, dan pronglikol.
Sukar larut dalam aseton dan

4
kloroform. Praktis tidak larut dalam
benzene, karbontetrakloroda, eter,
dan toluene.
Ph : Stabil pada pH 6,0-7,5
Stabiltas : 2,5% larutan dalam air
stabil pada suhu 2-4°C selama 7
hari. Kehilangan 70-80% potensi
selama 15 menit pada pH4,5.
Eritromisin Pemerian : Serbuk atau hablur; Absorpsi : Relatif stabil pada asam
Stearat putih agak kuning; tidak berbau lambung dan pelepasan terjadi di
atau sedikit berbau tanah; dan rasa mulut dan aktif kerjanya di duodenum.
agak pahit. (FI V p.380)
BM C37H67NO13.C18H36O2 =
1018,42 (FI V p.380)
pH : menurut BP dalam suspense
1% b/v memiliki pH 7,0 - 10,5;
menurut USP pada suspensi serupa
memiliki pH 6,0-11,0.
(Pharmaceutical Codex 12th Ed
p.857)
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam
air; larut dalam etanol, aseton,
kloroform, eter. (Pharmaceutical
Codex 12th Ed p.857)
Wadah dan penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat. (FI V p.381)
Merupakan campuran stearate dari
eritromisin stearate dan asa
stearate. (artindale 36th Ed p.270)
Stabilitas : Stabilitas dari turunan
eritromisin sangat dipengaruhi oleh

5
pH. Dengan kecepatan degradasi
meningkat tajam pada pH lebih dari
10 atau kurang dari 5,5. (Martindale
36th Ed p.270)

Eritromisin Pemerian : Serbuk putih atau Efek Samping : Hepatotoksik


Propionat hampir putih, serbuk kristal/ hampir
tidak berbau, sedikit higroskopis.
BM : 790,0 (C40H17NO14)
Kelarutan : Sukar larut dalam air,
agak larut dalam etanol, aseton,
klorofor, dimetilformamida, etil
asetat, dan metanol

1.2 Efek Farmakologi dan Efek Samping Bahan Aktif


Bahan Aktif Efek Farmakologi Efek Samping
Eritromisin ➢ Basa Eritromisin diserap baik oleh ➢ Efek samping yang terjadi akibat
usus kecil bagian atas, pemakaian eritromisin dan
aktivitasnya dapat menurun turunannya jarang terjadi. Reaksi
karena obat dirusak oleh sam alergi mungkin timbul dalam entuk
lambung. Adanya makanan juga demam, eosinofilia, dan eksantem
dapat menghambat penyerapan yang dapat cepat hilang apabila
eritromisin. penggunaan obat dihentikan.
➢ Hanya 2-5% eritromisin yang ➢ Eritromisin oral (terutama dalam
dieksresi dalam bentuk aktif dosis besar) sering menimbulkan

6
melalui urin. Eritromisin iritasi saluran cerna seperti mual,
mengalami pemekatan dalam muntah, dan nyeri epigastrium.
jaringan hati. Kadar bahan aktif (Farkol UI, page 724)
obat dalam cairan empedu 100x ➢ Efek samping eritromisin umumnya
kadar yang tercapai dalam darah. dapat ditoleransi dan jarang terjadi.
➢ Massa paruh eliminasi eritromisin Gangguan gastrointestinal seperti
sekitar 1,5 jam. Eritromisin kram perut, mual, muntah, dan
berdifusi dengan baik ke berbagai diare cukup umum untuk
jaringan tubuh kecuali otak dan penggunaan oral. Hal ini dapat
cairan serebrospinal. disebabkan karena adanya efek
➢ Obat ini dieksresi terutama stimulan eritromisin pada usus.
melalui hati. Dialisis peritaneal Efek gastrointestinal lebih umum
dan hemodialisis tidak dapat muncul pada pasien muda. Infeksi
mengeliminasi eritromisin. (Farkol dengan organisme resisten juga
UI, page 724) dapat terjadi.
➢ Basa Eritromisin tidak stabil ➢ Reaksi hipersentivitas untuk
dalam asam lambung, oleh hepatotoksisitas dapat terjadi.
karena itu absorpsi tidak dapat (Martindale 36th page 270)
maksimal. Makanan juga dapat
mengurangi penyerapan
eritromisisn base dan stearat.
➢ Konsentrasi plasma puncak
umumnya terjadi antara 1-4 jam
setelah dosis diberikan.
Konsentrasi puncak yang agak
tinggi dapat dicapai pada
penggunaan berulang 4 kali
sehari. (Martindale 36th page 272)

7
BAB II

BAHAN AKTIF TERPILIH

Pada literatur, Eritromisin yang digunakan sebagai suspensi oral umumnya adalah:

1. Eritromisin etil suksinat


2. Eritromisin stearate
3. Eritromisin estolat

Diantara Eritromisin tersebut dipilih bahan aktif Eritromisin stearat, alasannya:

✓ pH stabilitas rentangnya besar yakni 7,0-10,5 dan stabil dalam asam. (Essay
“Stability and Bioavailability of Dofferent Erythromycin Derivatifes)
✓ Bioavailabilitas lebih tinggi dibandingkan eritromisin lainnya. (Disanto,1980)
✓ Konsentrasi Eritromisin stearat dalam plasma tinggi. (Ewing, 1992)

Bahan aktif tidak terpilih, alasannya:

✓ Eritromisin estolat absorpsinya lebih cepat tetapi harus diperhatikan pada pasien
dengan gangguan hati. (The Pharmaceutical Codex)
✓ Eritromisin etil suksinat bioavailabilitas buruk dikarenakan masuk ke usus terlebih
dahulu kemudian berdisosiasi sehingga kadar obat dalam plasma sedikit.

8
BAB III

PERHITUNGAN DOSIS

➢ Target pasien : Anak-anak dan dewasa


Usia : 2-8 tahun = 125-250 mg
Lebih dari 8 tahun = 250-500 mg

➢ Menurut BNF for Children


• 1 bulan – 2 tahun : 125 mg, 4 kali sehari
• 2-8 tahun : 250 mg, 4 kali sehari
• 8-18 tahun : 500 mg, 4 kali sehari
Catatan: Total dosis sehari mungkin bisa diberikan dalam 2 dosis terbagi

➢ Based on age, the ususal dose in children 2 to 8 years old is 1 gram daily and
infants and children up to 2 years old 500 mg daily. These over 8 years old may
be given the usual adult dose. The usual adult dose is the equivalent to 1,39 gram
Erythromycin stearate.

➢ Bila dalam 5 ml (1 sendok takar) mengandung 250 mg Erythro mgmycin base,


maka dalam 0,25 gram Erythromycin base x 1,39 gram, menghasilkan 0,3475
gram Erythromycin stearate.

• Pemakaian sekali minum:


2-8 tahun = 250 mg = 1 sendok takar (5 ml)
> 8 tahun = 250 mg-500 mg = 1-2 sendok takar (5-10 ml)

• Pemakaian sehari (2-4 kali):


2-8 tahun = 1000 mg = 4 sendok takar x 5 ml = 20 ml
> 8 tahun = 1000-2000 mg = 4-8 sendok takar x 5 ml = 20-40 ml

9
• Pemakaian 3 hari
2-8 tahun = 20 ml x 3 = 60 ml
>8 tahun = (20-40 ml) x 3 = 60-120 ml

➢ Jadi, dipilih sediaan yang mengandung 250 mg Erythromycin base dengan


kemasan terkecil 60 ml. Dalam 5 ml mengandung 250 mg Erythromycin base yang
setara dengan 0, 3475 gram Erythromycin stearate.

60 ml
x 250 mg = 3000 mg
5 ml

* 3 gram Erythromycin base x 1,39 gram = 4,17 gram Erythromycin stearate

10
BAB IV

PERSYARATAN UMUM BENTUK SEDIAAN

Menurut Ansel, sediaan dry syrup adalah preparat serbuk kering dimaksudkan
untuk disuspensikan dalam cairan, yang dengan pengocokan dengan tertera cairan
pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk
diberikan. Menurut Farmakope edisi V, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat
langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus
direkonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum
digunakan. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi, dan
jamur. Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada
dasar wadah apabila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat mempermudah
pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali walaupun dengan
pengocokan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai
untuk meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan,
poliol, polimer, atau gula. Hal yang sangat penting adalah suspensi harus dikocok baik
sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam
pembawa, sehingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Menurut Lieberman (1966), karakteristik yang harus dipenuhi sediaan suspensi


yang perlu rekonstitusi antara lain:

1. Campuran serbuk harus mengandung masing-masing bahan (komposisi)


dengan konsentrasi yang seragam

2. Selama rekonstitusi, campuran serbuk harus terdispersi cepat dan sepenuhnya


terdapat pada cairan pembawa

11
3. Suspensi yang telah direkonstitusi harus mudah di dispersikan kembali dan saat
dituang oleh pasien menghsilkan dosis yang seragam dan akurat

4. Produk akhir harus memiliki penampilan, bau, dan rasa yang akseptabel

Umumnya bahan antibiotik tidak stabil ketika disiapkan dalam bentuk larutan pada
jangka waktu yang cukup lama (Ansel, 2014). Oleh karena itu, untuk membentuk sediaan
yang stabil dapat disiapkan dalam bentuk tidak terlarut. Pada suspensi aqueos atau
dalam bentuk serbuk kering yang direkonstitusikan. Fase terdispersi pada suspensi
antibiotik biasanya berwarna, manis, dan berasa agar lebih menarik dan enak. Produk
sirup kering disiapkan dengan kandungan antibiotik, perwarna (FD & C dyes), perasa,
pemanis (seperti sukrosa atau Na sakarin), agen penstabil (seperti asam sitrat, Na sitrat),
agen pensuspensi (seperti guar gum, xanthan gum, methylcellulose), dan pengawet
(seperti metil paraben, natrium benzoat) untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Sangat
penting untuk menentukan jumlah air murni yang perlu ditambahkan untuk mencapai
dosis yang sesuai. Umumnya, produsen menyiapkan botol yang agak longgar agar
terdapat ruang untuk pengocokan saat direkonstitusi.

12
RENCANA SPESIFIKASI SEDIAAN

I. Spesifikasi Granul
Jenis Spesifikasi yang Alasan
Diinginkan
Sudut Istirahat 25o - 30o (Excellent) Sudut istirahat yang baik untuk proses filling
Bentuk partikel Speris (bulat) Memudahkan granul untuk mengalir
Moisture Content 2-5% Moisture Content berpengaruh pada stabilitas dan
sifat alir
Ukuran Granul Ayakan no. 16 mesh Dibuat granul untuk mempermudah pengisian
MASIH BELUM PASTI dalam botol untuk proses fabrikasi, dengan kata
lain dapat memperbaiki sifat alir
Warna Merah Ditambah pewarna untuk menambah aseptabilitas
sediaan
Bau Strawberry Ditambah essence untuk menambah akseptabilitas
sediaan

II. Spesifikasi Sediaan


Jenis Spesifikasi yang Alasan
Diinginkan
pH Sediaan 7,5 ± 0,5 Terdapat dalam rentang pH stabilitas
Viskositas 6000-8000 cPs Memudahkan penuangan saat sudah direkonstitusi
dan mempertahankan stabilitas sediaan.
Ukuran Partikel 0,1 - 10µm Ukuran partikel untuk suspense ideal
MASIH BELUM PASTI
Warna Merah muda Untuk menambah aseptabilitas sediaan
Bau Strawberry Untuk menambah aseptabilitas sediaan
Waktu Rekonstitusi < 1 menit Pada jangka waktu tersebut, diharapkan semua
bahan tambahan dapat larut dan terdispersi
sempurna

13
FORMULA BAKU

1. Erythromycin Stearate 6,94 %


Sucrose 60 %
Sodium Alginate 1,5 %
Sodium Benzoate 0,2 %
Tween 80 0,12 %
(Pharmaceutical Dossage Forms Disperse System Volume 2 Page 257)

2. Erythromycin Stearate for Oral Suspension


Bill of Materials
Scale (mg/ml) Item Material Name Qty/l (g)
25,00 1 Erythromycin stearate 600µg/mg. 43,75
5% excess
1,00 2 Methyl paraben 1,00
0,20 3 Propyl paraben 0,20
10,00 4 Magnesium aluminium silicate 10,00
1,15 5 Sodium carboxymethylcellulose 1,15
(CMC). low viscosity
4,00 6 Alcohol 190 proof 4,00
120,00 7 Sodium citrate dihydrate 120,00
0,20 8 Saccharin sodium 0,20
700,00 9 Sugar granular 700,00
0,07 10 Yellow dye 0,07
2,76 11 Chocolate flavor 2,76
0,54 12 Orange flavor 0,54
1,25 13 Sodium lauryl sulfate 1,25
QS 14 Water puriefied QS
(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations, Page 278
Uncompressed solid)

14
3. Erythromycin Stearate for Oral Suspension
Bill of Materials
Scale (mg/ml) Item Material Name Qty/l (g)
25,00 1 Erythromycin Stearate 600 43,75
mcg/mg. 5% excess
1,00 2 Methyl Paraben 1,00
0,20 3 Propyl Paraben 0,20
2,00 4 Xanthan Gum 10,00
120,00 5 Sodium Citrate Dihydrate 1,15
0,20 6 Saccharin Sodium 4,00
100,00 7 Sorbitol Solution 120,00
4,50 8 Antifoam Emulsion Dow Coming 0,20
0,07 9 Dye Yellow 700,00
2,76 10 Flavor Chocolate 0,07
700,00 11 Sugar Granular 2,76
0,54 12 Flavor Orange 0,54
1,25 13 Sodium Lauryl Sulfate 1,25
QS 14 Water Puriefied QS
(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations. Page 279
Uncompressed Solid)

15
SKEMA BAGAN ALIR

16
SIFAT FISIKA DAN KIMIA BAHAN TAMBAHAN

A. Suspending Agent

1. Sodium Alginate

Pemerian : Serbuk hablur tidak berbau dan berasa, berwarna


putih sampai kuning pucat.

Kelarutan : Praktis tidak larut etanol (95%), eter, kloroform.


Secara perlahan larut dalam air, membentuk larutan
koloid yang kental.

Rentang penggunaan : Sebagai suspending agent (1-5%).

pH : 7,2 (1%b/v larutan encer).

ADI : 175 mg/Kg BB selama 7 hari

200mg/Kg BB selama 16 hari.

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan turunan aeridine, Kristal violet,


phenylmercuric acetate dan nitrat, garam kalsium,
logam berat, dan etanol dalam konsentrasi lebih dari
5%. Konsentrasi elektrolit rendah menyebabkan
peningkatan viskositas tetapi konsentrasi elektrolit
tinggi menyebabkan salting out.

(HPE 6th ed. p.622)

2. CMC-Na

Pemerian : Serbuk/granul, putih sampai krem, higroskopis (FI V


p.609).

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan


koloid, tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut lain
(FI V p.609).

17
Rentang penggunaan : Sebagai emulsifying agent (0,25-1,0%)

Sebagai gel forming agent (3,0-6,0%)

pH : Antara 6,5 dan 8,5.

ADI :-

Inkompatibilitas : Larutan asam kuat dan dengan garam yang terlarut


dari besi dan beberapa logam lainnya seperti
aluminium, merkuri, seng, dan xanthan gum.

(HPE 6th ed. p.120) dan (FI V p.609)

3. Xanthan Gum

Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, mudah mengalir, serbuk


lembut.

Kelarutan : Praktis tidak larut etanol dan eter, larut dalam air
dingin dan air panas.

Rentang penggunaan : -

pH : 6,0-8,0.

ADI :-

Inkompatibilitas : Xanthan gum adalah material anonik, tidak


kompatibel dengan surfaktan kationik, polimer atau
pengawet. Sehingga surfaktan anionik dan amfoterik
dalam konsentrasi >15% w/v menyebabkan
presipitasi dari xanthan gum dalam larutan.

(HPE 6th ed. p.782-784)

4. Microcrystalline Cellulose (MCC) atau Avicell

Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan : Agak sukar larut didalam larutan 5% w/v NaOH,

18
praktis tidak larut di air, asam lemah, dan beberapa
solvent organik.

Rentang penggunaan : Adsorbent (20-90%), antiadherent (5-20%), capsule


binder/diluent (20-90%), tablet disintegrant (5-15%),
dan tablet binder/diluent (20-90%).

pH : 5,0-7,5.

ADI :-

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan oksidator kuat.

(HPE 6th ed. p.129-132)

5. Tragacanth

Pemerian : Tidak berbau, tawar, seperti lender (FI V p.1281).

Kelarutan : Praktis tidak larut air, etanol (95%), dan pelarut


organic lain. Walaupun tidak larut air, tragakan lebih
cepat larut dengan 10x dari beratnya dalm air panas/
dingin untuk memproduksi kelarutan koloid
kental/semigel.

Kegunaan : Suspending agent, viscosity-increasing agent.

pH : 5-6 untuk 1% w/v aqueous dispersion.

ADI :-

Inkompatibilitas : Pada pH 7 tragakan dapat mengurangi efektifitas


pengawet antimikroba benzalkonium klorida,
klorobutanol, dan metil paraben. Pada pH <5,
tragakan tidak memiliki efek pada pengawet asam
benzoate, klorobutanol/metil paraben.

(HPE 6th ed. p.744-745)

Suspending agent yang terpilih: Xanthan gum, Avicell (MCC), dan CMC-Na

19
Alasan:

✓ Dipilih Xanthan gum, karena viskositasnya tidak bergantung pada suhu


dan pH, pKa Xanthan gum mendekati pH spesifikasi sediaan yang
diinginkan.

✓ Dipilih Avicell (MCC) dan CMC-Na, karena setelah direkonstitusi akan


menghasilkan suspensi yang tiksotropik.

B. Dapar (Buffer)
1. Sodium Phosphate Dibasic
Pemerian : Putih atau hampir putih, kristal tidak berbau.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, sedikit larut dalam air panas
atau air mendidih, praktis tidak larut etanol 95%.
BM : 141,96 g/mol
Berat Jenis : 1,7 g/cm3
pH dan Pka : 9,1
pKa1 = 2,15 (25 ˚C)
pKa2 = 7,2 (25˚C)
pKa3 = 12,38 (25˚C)
Inkompatibilitas : Dengan alkohol, antipyrine, resorsinol, kloralhidrat,
pyrogaliol, dan kalsium glukonat.
Penyimpanan : Tempat yang sejuk dan kering.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 656)

2. Sodium Phosphate Monobasic


Pemerian : Serbuk kristalin berwarna putih/ granul (anhidrat)
tidak berbau, tidak berwarna/ putih, kristal (hidrat).
Kelarutan : larut dalam air dengan perbandingan 1:1, sangat larut
dalam etanol 95%.
BM : 119,98 g/mol
Berat Jenis : 1,915 g/cm3

20
pH : 4,1 - 4,5, untuk 5% b/v larutan dalam air.
pKa : 2,15 (25˚C)
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan alkalin dan karbonat.
Penyimpanan : Tempat kedap udara, sejuk, dan kering.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 659)

3. Asam Sitrat (C6H8O7)


Pemerian : Kristal tidak berwarna atau kristal putih, serbuk
efflorescent, tidak berbau, mempunyai rasa asam yang
kuat, struktur Kristal ortorombik.
Kelarutan : Larut dalam etanol dengan perbandingan 1:1,5;
dalam air 1:1; sedikit larut dalam eter.
BM : 210,14 g/mol
Retang penggunaan : 0,1% - 2,0% (sebagai buffering agent)
pH : 2,2 (1% w/v larutan)
pKa : pKa1 = 3,128 (25˚C)
pKa2 = 11,76 (25˚C)
pKa3 = 6,396 (25˚C)
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan potassium tartrat, alkali tanah,
karbonat, dan bikarbonat, asetat, reduktor dan
oksidator. Dalam penyimpanan sirup yang
mengandung sukrosa dengan adanya sitrat akan
mengkristal.
Peyimpanan : Wadah kedap udara, sejuk, dan kering.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 181)

4. Natrium Sitrat
Pemerian : Kristal monoklinik/ serbuk kristal putih, tidak berbau,
berasa asin.
Kelarutan : larut dalam air (1:0,8); dalam air mendidih (1:0,6),
larut sebagian dalam etanol 95%.

21
BM : 294,10 g/mol.
pH : 7,5 – 9 (5% b/v larutan dalam air).
Rentang Penggunaan : Sebagai buffering agent 0,3% -2,0%.
Inkompatibilitas : Larutan dalam air sedikit alkalis akan bereaksi
dengan zat asam, larutan dalam air/ hidroalkohol dapat
mengendapkan garam alkaloid. Garam kalsium dan
stronsium akan mengendapkan sitrat. Dan
inkompatibel dengan basa, reduktor, oksidator.
Penyimpanan : wadah kedap udara, sejuk, dan kering.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 641)

5. Asam Asetat
Pemerian : Kristal, tidak berwarna, mempunyai bau yang khas.
Kelarutan : Larut dalam etanol, eter, gliserin, air.
BM : 60,05 g/mol.
pH : 2,4 (1m dalam air); 2,9 (0,1m dalam air); 3,4 (0,01m
dalam air).
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan alkalin.
Penyimpanan : Wadah kedap udara, sejuk, dan kering.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 5)

Dapar yang terpilih: Sodium Phosphate Dibasic


Alasan:
✓ Karena memiliki pKa yang mendekati spesifikasi pH yang diinginkan dan
Sodium Phosphate Dibasic mempunyai kelarutan yang baik dalam air.

22
C. Pemanis (Sweetening Agent)
1. Sukrosa (C12H22O11)
Pemerian : Kristal, tidak berbau, tidak berwarna, rasa manis.
Kelarutan : Dalam etanol 95% (1:170); dalam air (1:0,5); air
mendidih (1:0,2).
Berat Jenis : 1,69 g/cm3
ADI : 15 mg/ Kg BB
Rentang Penggunaan : Oral syrup 67% dan sweetening agent 67%.
Inkompatibilitas : Terhidrolisis menjadi dektrosa, dan fruktosa dengan
adanya pengenceran dan terdegradasi dengan
adanya asam kuat.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 703-706)

2. Saccharin Na
Pemerian : Serbuk kristal putih, rasa manis, setelah itu timbul
rasa pahit. Rasa pahit ini bisa ditutupi dengan
penambahan pemanis lain.
Kelarutan : 1:1,5 dalam air; 1:3,5 dalam etanol (95%); 1:3,5
dalam propilenglikol.
pH : 6,6 (10% b/v dalam larutan air).
ADI : 2,5 mg/Kg BB.
Stabilitas : Terurai pada suhu tinggi (125 ˚C) dan pada pH yang
rendah (pH = 2).
Kemanisan : 300-600x dari sukrosa.
Rentang Penggunaan : Sebagai pemanis 0,075% - 0,6% (oral solution) dan
0,04% - 0,25% (oral sirup).
Inkompatibilitas :-
(Sumber = HPE 6th ed. P. 608-610)

23
3. Sodium Cyclamate
Pemerian : Kristal putih, tidak berbau/ hampir tidak berbau, rasa
sangat manis.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam benzene, 1:250 dalam
etanol, 1:25 dalam propilenglikol, 1:5 dalam air, 1:2
dalam air (45˚C).
pH : 5,5 – 7,5.
Rentang Penggunaan : 0,17%.
ADI : 11 mg/Kg BB.
Stabilitas : Dalam bentuk larutan stabil terhadap panas, cahaya,
dan udara pada rentang pH yang besar.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 643-644)

4. Sorbitol
Pemerian : Serbuk, butiran atau kepingan, putih, higroskopis.
Kemanisan : 50-60% dari sukrosa. Rasa masnis dan mempunyai
sensasi dingin menyebabkan kristalisasi pada tutup
botol (pada sirup).
Kelarutan : Sangat mudah larut air (1:0,5) dan sangat larut etanol
95% p., methanol p., dan asam asetat p..
Rentang Pemakaian : 20-30% (oral solution).
Inkompatiblitas : Penambahan cairan PEG pada larutan sorbitol dapat
membentuk lilin, gel, larutan dengan TL = 35-40%.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 679-681)

Pemanis yang terpilih: Sukrosa dan Saccharin Na


Alasan:
✓ Saccharin Na mempunyai rasa bitter sweet (manis pahit) sehingga
dinetralkan dengan penambahan sukrosa.

24
D. Pembasah (Wetting Agent)
1. Propilenglikol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, viskus, praktis tidak
berbau, manis, dan sedikit rasa pedas seperti gliserin.
Kelarutan : Larut dalam aseton, kloroform, etanol 96%, gliserin,
air, 1:6 eter. Tidak larut dalam minyak mineral.
Stabilitas : Pada suhu rendah stabil disimpan pada wadah
tertutup rapat, tetapi pada suhu tinggi akan cenderung
mengoksidasi propionaldehid, asam laktat, asam
piruvat. Stabil secara kimiawi ketika bercampur
dengan etanol 95%, gliserin atau air. Bersifat
higroskopis.
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganat (KMnO4)
ADI : 25 mg/Kg BB per hari.
Berat Jenis : 1,038 g/cm2 pada suhu 20˚C.
Viskositas : 58,1 cP pada suhu 20˚C.
Dosis : Dosis letal = 35%.
Kegunaan : Larutan oral = 10-25%.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 592-593)

2. Gliserin
Pemerian : Cairan bening tidak berwarna, tidak berbau, kental,
higroskopis, rasa manis, kemanisannya ±0,6 kali
sukrosa.
Kelarutan : Sedikit larut dalam aseton, praktis tidak larut dalam
benzena, kloroform dan minyak, larut dalam etanol
95%, 1:50 dalam eter, 1:11 dalam etil asetat. Larut
dalam methanol air.
Stabilitas : Bersifat higroskopis, gliserin murni cenderung tidak
teroksidasi pada penyimpanan suhu kamar dapat

25
terurai pada pemanasan menjadi racun akroilin. Stabil
secara kimia bila bercampur dengan air, etanol 95%
dan propilenglikol, gliserin akan mengkristal pada
penyimpanan suhu rendah (<20˚C).
Inkompatibilitas : Dapat meledak bila bercampur dengan pengoksidasi
kuat seperti kromium trioksida, potassium klorida,
potassium permanganate. Namun dengan
pengenceran akan menurunkan kecepatan proses
reaksi oksidasi dan hasil produk oksidasi menurun.
Dengan adanya cahaya/ terjadi kontak dengan zink
oksida akan terjadi perubahan warna menjadi
gelap/hitam.
ADI : 1,0-1,5 g/Kg BB per hari.
Berat Jenis : 1,2620 g/cm3 (25˚C), 1,2636 g/cm3 (20˚C), 1,2656
g/cm3 (15˚C).
Dosis : Dosis letal = 70-80 g, over 30-60 menit.
Kegunaan : Sebagai antimicrobial preservative = <20%, sebagai
pemanis = ≤20%, sebagai humektan ≤30%.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 283-285)

3. Sorbitol
Pemerian : Kristalin, serbuk higroskopis, tidak berbau, putih atau
hampir tidak berwarna, memiliki 4 bentuk polimorf dan
1 bentuk amorf, rasa manis yang menyenangkan,
dingin dan sekitar 50-60% rasa manis seperti sukrosa.
Kelarutan : Larut dalam etanol 95% (1:25), praktis tidak larut
dalam eter dan kloroform, sedikit larut methanol, larut
dalam air (1:0,5).
Stabilitas : stabil di udara dengan tidak adanya katalis dan asam
dingin dan encer dan alkali. Sorbitol tidak berubah
warna ataupun rusak pada suhu tinggi. Tahan

26
terhadap fermentasi oleh banyak mikroorganisme.
Dapat disimpan dalam wadah kaca, plastic alumunium,
dan stainless steel.
Inkompatibilitas : Keadaan asam dan basa kuat akan membentuk kelat;
Penambahan PEG menghasilkan sel berlilin dan larut
air; Bereaksi dengan oksida besi menyebabkan
pelunturan warna.

ADI : <209/hari.

Berat Jenis : 1,119 g/cm3

Dosis : Oral solution = 20-35%.

pH : 3,5-7,0 (10% b/v) (USP 32 NE 27)

Viskositas : 10% b/b = 1,2 mps pada suhu 25˚C

TL : 110-112˚C = anhidroform

-97,7˚C = gamapolimorf

93˚C = metastabilform

BM : 182,17

Kegunaan : Oral suspense = 70%, humektan= 3-5%.

(Sumber = HPE 6th ed. P. 679-681)

4. Sodium Lauril Sulfat


Pemerian : Kristal putih atau cream hingga kuning pucat, hablur,
atau serbuk halus, rasa pahit, berbau lemah.
Kelarutan : Larut dalam air, praktis tidak larut eter dan kloroform.
Stabilitas : Stabil dibawah kondisi penyimpanan normal.
Dibawah pH ekstream (pH = 2/ kurang). Terhidrolisis
menjadi lauril alkohol dan sodium bisulfat.

27
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan surfaktan kationik, inkompatibel
garam logam nokivalen (Al, Zn, Pb).
ADI : 0,5 – 5,0 g/ Kg BB.
Berat Jenis : 1,07 g/ cm3 (20˚C).
pH : 7 – 9,5 (% b/v larutan air).
Kegunaan : Rentang Pemakaian 1-2%.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 651-653)

5. Polysorbate 80
Pemerian : Cairan kental seperti minyak jernih; kuning; bau asam
dan lemak khas, panas, dan terkadang memiliki rasa
pahit.
Kelarutan : Larut dalam etanol, tidak larut dalam mineral oil, tidak
larut minyak sayur, larut dalam air.
Inkompatibilitas : Terjadi pengendapan dengan fenol dan tannin.
Pengawet paraben menurunkan fungsi polisorbat.
ADI : 25 mg/Kg BB.
pH : 6-8.
Kegunaan : Rentang pemakaian 0,1-3%.
(Sumber = HPE 6th ed. P. 549)

Pembasah yang terpilih: Polysorbate 80


Alasan:
✓ Karena polysorbate 80 bersifat tidak higroskopis dari pada propilenglikol
dan gliserin, selain itu polysorbate 80 lebih sedikit menimbulkan busa
(foam) daripada Sodium Lauril Sulfat ketika berinteraksi dengan air.

28
E. Perasa
1. Maltol (Strawberry)
Pemerian : Kristal putih padat, memiliki bau dan rasa seperti
caramel. Dalam bentuk cair memiliki rasa seperti
strawberry atau nanas.
Kelarutan : a. Bebas larut kloroform pada suhu 20ºC
b.1: 21 larut dalam etanol 95% pada suhu 20ºC
c. 1: 80 larut dalam gliserin pada suhu 20ºC
d. 1: 28 larut dalam propilenglikol pada suhu 20ºC
e. 1: 83 laeut dalam air pada suhu 20ºC.
Stabilitas : Disimpan dalam wadah gelas atau plastic, lindungi
dari cahaya, simpan ditempat yang sejuk dan kering.
Inkompatibilitas : Pada wadah logam, larutan pekat termasuk
stainlesstel warna dari maltol akan pudar.
ADI : 1 mg/Kg BB
pH : 5,3
BM : 126,11 gram/mol
TL : 162-164ºC
(Sumber : HPE 6th ed p.421)

2. Isoamyl Acetate (Banana Essence)


Pemerian : Cairan tidak berwarna, mempunyai bau dan rasa
seperti pisang.
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, kelarutan meningkat dengan
alcohol, eter, dan benzene.
Inkompatibel : Dengan nitrat, oksidator kuat, asam dan basa.
ADI : 0-3 mg/kg BB
Berat Jenis : 0,876 g/cm2
BM : 130,19 gram/mol
TD : 149 ºC
(Sumber : USP 18th ed. P.994)

29
3. Malic Acid (Apple)
Pemerian : Serbuk kristal atau granul putih, sedikit berbau,
dengan rasa asam yang kuat, higroskopis, secara
alami diperoleh dalam buah apel.
Kelaruan : a. 1:56 larut dalam aseton pada suhu 20ºC
b. 1:119 larut dalam dietil eter pada suhu 20ºC
c. 1: 2,6 larut dalam etanol 95% pada suhu 20ºC
d. 1: 1,5 – 2,0 larut dalam air
e. 1: 9 larut dalam propilen glikol.
Inkompatibel : bereaksi terhadap oksidator, korosif terhadap karbon.
ADI : 0-3 mg/kg BB
pH : 2,35 (1% w/v larut pada suhu 258ºC)
TD : 150ºC
TL : 131 – 132ºC
BJ Nyata : 0,81 g/cm3
BJ Mampat : 0,92 g/cm3
(Sumber : HPE 6th ed p.411)

4. Citric Acid (Orange)


Pemerian : Kristal tidak berwarna atau putih, tidak berbau, rasa
asam yang kuat.
Kelarutan : (1:1,5) larut dalam etanol 95%, (1:< 1) larut dalam air.
Inkompatibilitas : Asam tartrat, karbonat dan bikarbonat, alkali dan
alkali tanah, asetat sulfida, oksidator, reduktor, nitrat.
ADI : tidak dibatasi
pH : 2,2
TL : 100 ºC (milai meleleh pada suhu 75 ºC)
Berat Jenis : 1,542 g/cm3
(Sumber : HPE 6th ed p.411)

30
Perasa yang terpilih: Maltol (Strawberry)
Alasan:
✓ Karena sesuai spesifikasi sediaan yang diinginkan dengan perasa
strawberry, serta memiliki pH : 5,3 yang mendekati pH sediaan : 7,5 ± 0,5.

F. Pengawet
1. Natrium Benzoat
Pemerian : Kristal atau granul putih, serbuk sedikit higroskopis,
tidak berbau dengan sedikit bau benzoate.
Kelarutan : a. 1:75 larut etanol 95% pada suhu 20 ºC
b. 1:50 larut etanol 90% pada suhu 20 ºC
c. 1:1,8 larut air pada suhu 20 ºC
d. 1: 1,4 larut air pada suhu 100 ºC
Inkompatibilitas : Dengan senyawa kuartener, gelatin, garam besi,
garam kalsium, dan garam dari logam berat. Aktivitas
pengawet dapat dikurangi dengan interaksi dari koulin
dan surfaktan non ionik.
ADI : 5 mg/Kg BB
pH : 8,0 (pH antimocrobal activitas : 2-5 dan inactive pada
pH >5)
Berat Jenis : 1,497 – 1,527 g/cm3 dalam 24 ºC
Kegunaan : Sebagai antimicrobial preservative : 0,02 – 0,5%
(Sumber : HPE 6th ed p.627 - 629)

2. Sukrosa
Pemerian : Kristal tidak berwarna, massa kristal atau serbuk
kristal putih, tidak berbau, dan rasa manis, stabil
diudara.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air (1:0,5), lebih mudah
larut dalam air mendidih (1:0,2), sukar larut dalam

31
etanol (1:400), larut dalam etanol 95% (1:170), tidak
larut dala kloroform dan eter.
Inkompatibilitas : Sukrosa serbuk dapat terkontaminasi logam berat
sehingga mangakibatkan inkompatibilitas dengan
bahan aktif, seperti asam askorbat. Sukrosa dapat
terhidrolisis menjadi gula invert (fruktosa dan glukosa)
karena asam.
ADI : tidak dibatasi
pH :-
Kegunaan : untuk sirup sediaan oral dan pengawet adalah
67%w/w dengan cara meningkatkan viskositas
sediaan.
(Sumber : HPE 6th ed p.703)

Pengawet yang terpilih: Natrium Benzoat


Alasan:
✓ Karena mudah dilarutkan dalam air biasa, dan natrium benzoate tidak
inkompatiel dengan bahan tambahan dan bahan aktif.

32
RANCANGAN FORMULA

33
PERHITUNGAN ADI

➢ Target Konsumen yang Dituju


- Anak-anak : usia 2 – 8 tahun
- Dewasa : usia 8 tahun keatas

➢ Dosis Pemakaian Sekali Minum


- Usia 2 – 8 tahun : 250 mg = 5 ml (1 sendok takar)
- Usia 8 tahun keatas : 250 – 500 mg = 5 – 10 ml (1 – 2 sendok takar)

➢ Dosis Pemakaian Sehari (2 – 4 kali)


- Usia 2 – 8 tahun : 1000 mg = 5 ml × (4 sendok takar) = 20 ml
- Usia 8 tahun keatas : 1000 – 2000 mg = 5 ml × (4 – 8 sendok takar)
= 20 – 40 ml

➢ Berat Badan Umum Menurut ISO


- Usia 2 – 8 tahun : 9,3 – 20,0 kg
- Usia 8 tahun keatas : > 20,0 kg

➢ Perhitungan ADI Menurut Pustaka


1. CMC – Na
▪ ADI : 25 mg/kg BB
▪ Usia 2 – 8 tahun : [(25 × 9,3) – (25 × 20,0)] mg = 232,5 – 500 mg
▪ Usia 8 tahun keatas : (25 × 20,0) mg = 500 mg

2. Xanthan Gum
▪ ADI : 10 mg/kg BB
▪ Usia 2 – 8 tahun : [(10 × 9,3) – (10 × 20,0)] mg = 93 – 200 mg
▪ Usia 8 tahun keatas : (10 × 20,0) mg = 200 mg

34
3. Na – alginat
▪ ADI : 175 mg/kg BB
▪ Usia 2 – 8 tahun : [(175 × 9,3) – (175 × 20,0)] mg = 1627,5–3500 mg
▪ Usia 8 tahun keatas : (175 × 20,0) mg = 3500 mg

4. Tween 80
▪ ADI : 10 mg/kg BB
▪ Usia 2 – 8 tahun : [(10 × 9,3) – (10 × 20,0)] mg = 93 – 200 mg
▪ Usia 8 tahun keatas : (10 × 20,0) mg = 200 mg

5. Na – Sakarin
▪ ADI : 2,5 mg/kg BB
▪ Usia 2 – 8 tahun : [(2,5 × 9,3) – (2,5 × 20,0)] mg = 23,25 – 50,00 mg
▪ Usia 8 tahun keatas : (2,5 × 20,0) mg = 50,00 mg

6. Na Benzoat
▪ ADI : 5 mg/kg BB
▪ Usia 2 – 8 tahun : [(5 × 9,3) – (5 × 20,0)] mg = 46,5 – 100 mg
▪ Usia 8 tahun keatas : (5 × 20,0) mg = 100 mg

7. Etil Maltol Isobutirat (Strawberry Essence)


▪ ADI : Tidak ada ketentuan ADI

35
➢ Perhitungan ADI - FORMULA 1
1. CMC – Na 1% b/v
1
▪ Jumlah CMC – Na dalam 60 ml : 100 × 60 = 0,6 𝑔 = 600 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 600 𝑚𝑔 = 200 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
( × 600 𝑚𝑔) − ( × 600 𝑚𝑔) = 200 − 400 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙 60 𝑚𝑙

- Jadi jumlah penggunaan CMC – Na dalam formula, tidak melebihi ADI


pustaka

2. Tween 80 0,12%
0,12
▪ Jumlah Tween 80 dalam 60 ml : × 60 = 0,072 𝑚𝑙
100
𝑔
0,072 𝑚𝑙 × 1,06 𝑚𝑙 = 0,076 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 76 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 76 𝑚𝑔 = 25 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 76 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 76 𝑚𝑔) = 25 − 50 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Tween 80 dalam formula, tidak melebihi ADI


pustaka

3. Na – Sakarin 0,5% b/v


0,5
▪ Jumlah Na - Sakarin dalam 60 ml : 100 × 60 = 0,3 𝑔 = 300 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 300 𝑚𝑔 = 100 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :

36
20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 300 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 300 𝑚𝑔) = 100 − 200 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Na – Sakarin dalam formula, melebihi ADI


pustaka

4. Na Benzoat 0,2 % b/v


0,2
▪ Jumlah CMC – Na dalam 60 ml : 100 × 60 = 0,12 𝑔 = 120 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 120 𝑚𝑔 = 40 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 120 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 120 𝑚𝑔) = 40 − 80 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Na Benzoat dalam formula, tidak melebihi ADI


pustaka

37
➢ Perhitungan ADI - FORMULA 2
1. Xanthan Gum 0,5 % b/v
0,5
▪ Jumlah CMC – Na dalam 60 ml : 100 × 60 = 0,3 𝑔 = 300 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 300 𝑚𝑔 = 100 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
( × 300 𝑚𝑔) − ( × 300 𝑚𝑔) = 100 − 200 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙 60 𝑚𝑙

- Jadi jumlah penggunaan Xanthan Gum dalam formula, tidak melebihi


ADI pustaka

2. Tween 80 0,12 %
0,12
▪ Jumlah Tween 80 dalam 60 ml : × 60 = 0,072 𝑚𝑙
100
𝑔
0,072 𝑚𝑙 × 1,06 𝑚𝑙 = 0,076 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 76 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 76 𝑚𝑔 = 25 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 76 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 76 𝑚𝑔) = 25 − 50 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Tween 80 dalam formula, tidak melebihi ADI


pustaka

3. Na – Sakarin 0,5% b/v


0,5
▪ Jumlah Na - Sakarin dalam 60 ml : 100 × 60 = 0,3 𝑔 = 300 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 300 𝑚𝑔 = 100 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :

38
20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 300 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 300 𝑚𝑔) = 100 − 200 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Na – Sakarin dalam formula, melebihi ADI


pustaka

4. Na Benzoat 0,2 % b/v


0,2
▪ Jumlah CMC – Na dalam 60 ml : 100 × 60 = 0,12 𝑔 = 120 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 120 𝑚𝑔 = 40 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 120 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 120 𝑚𝑔) = 40 − 80 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Na Benzoat dalam formula, tidak melebihi ADI


pustaka

39
➢ Perhitungan ADI - FORMULA 3
1. CMC – Na 0,75 % b/v
0,75
▪ Jumlah CMC – Na dalam 60 ml : × 60 = 0,45 𝑔 = 450 𝑚𝑔
100

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 450 𝑚𝑔 = 1500 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
( × 450 𝑚𝑔) − ( × 450 𝑚𝑔) = 150 − 300 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙 60 𝑚𝑙

- Jadi jumlah penggunaan CMC – Na dalam formula, tidak melebihi ADI


pustaka

2. MCC
Not Specified

3. Tween 80 0,12%
0,12
▪ Jumlah Tween 80 dalam 60 ml : × 60 = 0,072 𝑚𝑙
100
𝑔
0,072 𝑚𝑙 × 1,06 𝑚𝑙 = 0,076 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 76 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 76 𝑚𝑔 = 25 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 76 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 76 𝑚𝑔) = 25 − 50 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Tween 80 dalam formula, tidak melebihi ADI


pustaka

4. Na – Sakarin 0,5% b/v


0,5
▪ Jumlah Na - Sakarin dalam 60 ml : 100 × 60 = 0,3 𝑔 = 300 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari

40
- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 300 𝑚𝑔 = 100 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 300 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 300 𝑚𝑔) = 100 − 200 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Na – Sakarin dalam formula, melebihi ADI


pustaka

5. Na Benzoat 0,2 % b/v


0,2
▪ Jumlah CMC – Na dalam 60 ml : 100 × 60 = 0,12 𝑔 = 120 𝑚𝑔

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 120 𝑚𝑔 = 40 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 120 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 120 𝑚𝑔) = 40 − 80 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan Na Benzoat dalam formula, tidak melebihi ADI


pustaka

6. FD&C Red no.3 0,2 % b/v


0,02
▪ Jumlah FD&C Red no.3 dalam 60 ml : × 60 = 0,012 𝑔 = 12 𝑚𝑔
100

▪ Penggunaan dalam sehari


- Usia 2 – 8 tahun :
20 𝑚𝑙
× 12 𝑚𝑔 = 4 𝑚𝑔
60 𝑚𝑙

- Usia 8 tahun keatas :


20 𝑚𝑙 40 𝑚𝑙
(60 𝑚𝑙 × 12 𝑚𝑔) − (60 𝑚𝑙 × 12 𝑚𝑔) = 4 − 8 𝑚𝑔

- Jadi jumlah penggunaan FD&C Red no.3 dalam formula, tidak melebihi
ADI pustaka.

41
PERHITUNGAN DAPAR

➢ pH stabilitas Erythromicin stearat = 6-11


pH spesifikasi yang diinginkan = 7,5

➢ Dapar yang dipilih yaitu dapar phosphate


Pka dapar phosphate ada 3, yaitu:

𝑁𝑎3 𝑃𝑂4 𝐻3 𝑃𝑂4 , 𝑝𝐾𝑎1 = 2,15 at 25°C

𝑁𝑎2 𝐻𝑃𝑂4 𝐻2 𝑃𝑂4 − , 𝑝𝐾𝑎2 = 7,20 at 25°C

𝑁𝑎𝐻2 𝑃𝑂4 𝐻𝑃𝑂4 2− , 𝑝𝐾𝑎3 = 12,38 at 28°C

(HPE 6𝑡ℎ ed.p.656)

➢ Dapar phosphate yang dipilih yaitu𝑁𝑎2 𝐻𝑃𝑂4 dengan 𝑝𝐾𝑎2 = 7,20 karena
mendekati spesifikasi pH yang diinginkan.

I. PERHITUNGAN KONSENTRASI ASAM DAN GARAM


pH = pKa + 𝑙𝑜𝑔 [𝐺𝐴𝑅𝐴𝑀]
[𝐴𝑆𝐴𝑀]

7,5 = 7,2 + 𝑙𝑜𝑔 [𝐺𝐴𝑅𝐴𝑀]


[𝐴𝑆𝐴𝑀]

0,3 = 𝑙𝑜𝑔 [𝐺𝐴𝑅𝐴𝑀]


[𝐴𝑆𝐴𝑀]

[𝐺𝐴𝑅𝐴𝑀]
= 1,995
[𝐴𝑆𝐴𝑀]

[𝐺𝐴𝑅𝐴𝑀] = 1,995 [𝐴𝑆𝐴𝑀]

42
II. KONSENTRASI DAPAR
Dapar harus dapat memberikan reproduksibilas sebesar ± 0,02 unit, yakni
perbandingan pertambahan basa kuat (atau asam) dengan sedikit perubahan pH
yang terjadi karena penambahn basa/asam itu.
(Farmakope Indonesia Edisi III, p. 753)
• Kapasitas dapar: β = 0,02
• pKa = 7,2 → 𝑘𝑎 = 10−7,20
𝑘𝑎 = 6,3096 x 10−8
pH = 7,5 → [ 𝐻3 𝑂+ ] = 10−7,5 = 3,16 𝑥 10−8
𝑘𝑎 [𝐻3 𝑂 + ]
β = 2,3 x c x 2
[𝑘𝑎 +[𝐻3 𝑂 + ]]

6,31 𝑥 10−8 𝑥 3,16 𝑥 10−8


0,02 = 2,3 x c x [6,31 𝑥 10−8 + 3,16 𝑥 10−8]2

0,02 = 0,5114 𝐶
c = 0,0391 M

III. KONSENTRASI MASING-MASING ASAM DAN GARAM

c = [𝐺𝐴𝑅𝐴𝑀] + [𝐴𝑆𝐴𝑀]

0,0391 = 1,995 [𝐴𝑆𝐴𝑀] + [𝐴𝑆𝐴𝑀]

0,0391 = 2,995 [𝐴𝑆𝐴𝑀]

[𝐴𝑆𝐴𝑀] = 0,013 M

[𝐴𝑆𝐴𝑀] = 0,0391- 0,013

[𝐴𝑆𝐴𝑀] = 0,0261 M

IV. JUMLAH GARAM DALAM SEDIAAN 60 ML


𝑔 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑣
𝑔 1000
0,0261 = 141,96 𝑥 60
→ g = 0,222 gram

43
𝐵𝑀 𝑁𝑎2 𝐻𝑃𝑂4 .12𝐻2 𝑂
Berat 𝑁𝑎2 𝐻𝑃𝑂4. 12𝐻2 𝑂 = x berat 𝑁𝑎2 𝐻𝑃𝑂4
𝐵𝑀 𝑁𝑎2 𝐻𝑃𝑂4
358,08
= 141,96 𝑥 0,222

= 0,56 gram

V. JUMLAH ASAM DALAM SEDIAAN 60 ML


𝑔 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑣
𝑔 1000
0,013 = 119,98 𝑥 15
→ g = 0,0936 gram
𝐵𝑀𝑁𝑎𝐻2 𝑃𝑂4 .2𝐻2 𝑂
Berat 𝑁𝑎𝐻2 𝑃𝑂4 . 2𝐻2 𝑂 = x berat 𝑁𝑎𝐻2 𝑃𝑂4
𝐵𝑀 𝑁𝑎𝐻2 𝑃𝑂4
156
= 119,98 𝑥 0,0936

= 0,1217 gram

44
PERHITUNGAN PENGAWET

pH efektif = 2-5

pKa = 4,20

BM = 144,11

Konsentrasi pemakaian sebagai pengawet = 0,02% = 0,5 %

pH sediaan = 7,5 ± 0,5

konsentrasi terpilih = 0,02 %

➢ Konsentrasi Tidak Terionisasi (UI)


0,02 𝑔 0,02 1000𝑚𝑙
𝑐= = 𝑥 = 1,3878𝑥10−3
100 𝑚𝑙 144,11 100𝑚𝑙
𝑐 = 𝑈𝐼 + 𝐼
1,3878𝑥10−3 = 𝑈𝐼 + 𝐼
I = 1,3878𝑥10−3 − 𝑈𝐼
pH = pKa + 𝑙𝑜𝑔 𝐼
𝑈𝐼

5 = 4,2 + 𝑙𝑜𝑔 1,3878𝑥10−3 +𝑈𝐼


𝑈𝐼

0,8 = 𝑙𝑜𝑔 1,3878𝑥10−3 +𝑈𝐼


𝑈𝐼

6,31= 1,3878𝑥10−3 +𝑈𝐼


𝑈𝐼

6,31 UI = 1,3878𝑥10−3 + 𝑈𝐼
7,31 UI = 1,3878𝑥10−3
UI = 0,1898𝑥10−3 𝑀

45
➢ Konsentrasi Terionisasi pada pH 7,5
pH = pKa + 𝑙𝑜𝑔 𝐼
𝑈𝐼

7,5= 4,2 + 𝑙𝑜𝑔 𝐼


0,1898𝑥10−3

3,3 = 𝑙𝑜𝑔 𝐼
0,1898𝑥10−3

1993,2623= 𝐼
−3
0,1898𝑥10

I = 0,3787 M

➢ Total Konsentrasi dan Jumlah Pengawet yang Dibutuhkan


Ct = 0,0001898 M = 0,3787 M = 0,3789 M
0,3789 𝑀 𝑥 100 𝑚𝑙 𝑥144,11
Berat yang dibutuhkan = 100

= 5,4603g/100ml
= 3,2762g/60ml

46
METODE PEMBUATAN DAN SKEMA KERJA

FORMULA 1

47
FORMULA 2

48
FORMULA 3

49
HASIL PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

A. SEBELUM REKONSTITUSI (Evaluasi Serbuk)


1. Sudut Istirahat
Spesifikasi : Sudut istirahat antara 25-30 menyatakan sifat alir baik.
Alat : Corong standar, penggaris
Prosedur :
a. Diukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan
kecepatan alir (h)
b. Diukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan terzebut ®
c. Dihitung sudut istirahat dengan rumus

Hasil :

No Berat (gram) r (cm) h (cm) α (o)


1 100,000 gram 7,5 3,5 27,79o
2 100,000 gram 7,0 3,5 29,50 o
3 100,000 gram 7,0 3,0 25,78 o
Rata-rata 27,69 o
Kesimpulan : Sediaan memenuhi persyaratan spesifikasi karena setelah
penambahan talcum.

2. Kandungan Lengas (Residual Moisture Content)


Spesifikasi : Moisture content dalam rentang 2%-5%
Alat : Moisture Analyser
Prosedur :
a. Tekan tombol “ On” pada alat
b. Buka tutup / cover moisture analyser
c. Bersihkan pan
d. Letakkan pan pada tempatnya

50
e. Tekan tombol “Tare”, alat akan menunjukkan angka nol
f. Taburkan sampel keatas pan dengan berat ± 1- 1,5 g
g. Cover ditutup, tekan tombol “Start”
h. Tunggu sampai proses berhenti secara otomatis
i. Catat % moisture yang terbaca pada alat
Hasil :
No Granul Serbuk Alir
1 3,03 % 2,17%
2 3,05 % 2,13%
3 3,00 % 2,21%
Rata-rata 3,03% ± 0,025 % 2,17% ± 0,040
Kesimpulan : Sediaan memenuhi persyaratan spesifikasi.

3. Distribusi Ukuran Granul


Tujuan : Untuk mengetahui rentang ukuran partikel dalam sediaan
Alat : Ayakan ERWEKA
Prosedur Kerja :
a. Membersihkan masing-masing pengayak
b. Menimbang masing-masing pengayak dan pan penampung yang akan
digunakan
c. Menimbang 50 g granul
d. Menyusun ayakan dengan nomor mesh terbesar di atas
e. Memasukkan granul ke dalam ayakan
f. Mengayak granul dengan kecepatan 100 rpm selama 10 menit
g. Menimbang masing-masing pengayak beserta granul
h. Menghitung bobot granul pada masing-masing pengayak dan pan
penampung
i. Membuat table distribusi, menghitung diameter rata-rata serbuk
j. Membuat kurva distribusi ukuran partikel

51
Hasil : Berat granul = 100 gram

No Mesh dan Berat Berat % berat


Diameter awal (g) akhir (g) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑥 100%
Ayakan 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙

18 → 1000µm 440 450 450 − 440


𝑥 100 % = 10%
100
25 → 710µm 340 345 345 − 340
𝑥 100 % = 5%
100
35 → 500µm 330 335 335 − 330
𝑥 100 % = 5%
100
45 → 355µm 310 320 320 − 310
𝑥 100 % = 10%
100
100 → 150µm 285 320 320 − 285
𝑥 100 % = 35%
100
140 → 106µm 280 305 305 − 280
𝑥 100 % = 25%
100
Pan 255 265 265 − 255
𝑥 100 % = 10%
penampung 100

Total 100%

Tabel distribusi ukuran granul


Ukuran Bobot granul
granul (µm) gram % % kumulatif < % kumulatif >
>1000 10 10 100 10
>10 - 1000 5 5 90 15
500 - 710 5 5 85 20
355 - 500 10 10 80 30
150 – 355 35 35 70 65
106 - 150 25 25 35 90
< 106 10 10 10 100
Jumlah 100 100

52
Tabel diameter rata-rata sampel
Ukuran Rata-rata Berat sampel % Bobot B x D
lubang ukuran (g) sampel
ayakan (µm) lubang
ayakan (µm)
A B C D E
< 106 106 10 10 1060
106 – 150 118 25 25 3200
150 - 355 252,5 35 35 8837,5
355 - 500 437,5 10 10 4275
500 - 710 605 5 5 3025
710 - 1000 855 5 5 4275
>1000 1000 10 10 10000
Ʃ 34672,5

Ʃ BxD
Diameter rata-rata (dsv) = 100
34672,5
= 100

= 346,725 µm

53
Kesimpulan : Diameter rata-rata granul adalah 346,725 µm. Dapat diketahui
bahwa ukuran granul dominan terdapat pada rentang ukuran ayakan 355-500
µm

4. Organoleptis
Pengecekan organoleptis hasil sediaan yang menyangkut hal-hal berikut ini:
a. Warna
b. Bau

Prosedur : Menyebarkan form penilaian kepada 30 responden untuk diisi


berdasarkan hasil sediaan. Form tersebut berisikan hal berikut ini disertai skala
tertentu

a. Warna
1. Tidak berwarna
2. Pink Pudar
(Kriteria ideal 2x30 = 60)
b. Bau
1. Tidak berbau

54
2. Agak berbau
3. Berbau stroberi
(Kriteria ideal 3x30 = 90)

Hasil :
Evaluasi Jumlah Responden
1 2 3
Bau 12 17 1
Warna 0 30 -
Jumlah responden = 30

Analisis Data :
✓ Bau
1. Tidak berbau = 1 x 12 = 12
2. Agak berbau = 2 x 17 = 34
3. Berbau stroberi = 3 x 1 =3

Total = 49

Perhitungan Presentase
12
1. Tidak berbau = 90 x 100% = 13,33%
34
2. Agak berbau = 90 x 100% = 37,78%
3
3. Berbau stroberi = 90 x 100% = 3,33%

55
Perhitungan Skala :

49
x 3 = 1,67
90

56
✓ Warna
1. Tidak berwarna = 1 x 0 =0
2. Pink pudar = 2 x 30 = 60

Total = 60

Perhitungan Presentase

1. Tidak berwarna = 0%
60
2. Pink Pudar = x 100% = 100%
60

Perhitungan Skala :

60
x2=2
60

57
Kesimpulan : Bau sediaan tidak sesuai spesifikasi yaitu tidak berbau stroberi,
sedangkan warna sediaan telah memenuhi spesifikasi yaitu pink pudar

B. SETELAH REKONSTITUSI
1. Organoleptis
Pengecekan organoleptis hasil sediaan setelah direkonstitusi yang
menyangkut hal-hal berikut ini:
a. Warna
b. Bau

Prosedur : Menyebarkan form penilaian kepada 30 responden untuk diisi


berdasarkan hasil sediaan. Form tersebut berisikan hal berikut ini disertai skala
tertentu

a. Warna
1. Tidak berwarna
2. Pink Pudar
3. Pink
(kriteria ideal 3x30 = 90)

58
b. Bau
1. Tidak berbau
2. Agak berbau
3. Berbau stroberi
(Kriteria ideal 3x30 = 90)

Hasil :
Evaluasi Jumlah Responden
1 2 3
Bau 5 25 0
Warna 0 0 30
Jumlah responden = 30

Analisis Data :
✓ Bau
1. Tidak berbau =1x5 =5
2. Agak berbau = 2 x 25 = 50
3. Berbau stroberi = 3 x 0 =0

Total = 55

Perhitungan Presentase
5
1. Tidak berbau = 90 x 100% = 5,56%
50
2. Agak berbau = 90 x 100% = 55,56%

3. Berbau stroberi = 0%

59
Perhitungan Skala :

55
x 3 = 1,83
90

60
✓ Warna
1. Tidak berwarna = 1 x 0 =0
2. Pink pudar =2x0 =0
3. Pink = 3 x 30 = 90

Total = 90

Perhitungan Presentase

1. Tidak berwarna = 0%
2. Pink Pudar = 0%
90
3. Pink = 90 x 100% = 100%

Perhitungan Skala :

90
x3=3
90

61
Kesimpulan : Bau sediaan setelah direkonstitusi tidak memenuhi spesifikasi
yaitu agak berbau, sedangkan warna sediaan setelah direkonstitusi telah
memenuhi spesifikasi yaitu berwarna pink.

2. Waktu Rekonstitusi
Tujuan : Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menghomogenkan
sediaan dengan mengocok.
Alat : Stopwatch
Prosedur :
a. Menyiapkan aquadest
b. Menuangkan aquadest pada sediaan dry syrup dalam botol yang sudah
dikalibrasi sebanyak lebih kurang hingga apabila setelah dikocok
suspensi akan tepat tanda
c. Menutup botol dan mengocok hingga homogen
d. Mencatat waktu yang dibutuhkan hingga terbentuk suspensi yang
homogen.

62
Hasil :
Replikasi Waktu (detik)
1 22,38
2 22,18
3 21,48
Rata-rata 22,01
SD = 0,153
Kesimpulan : Waktu rekonstitusi sediaan memenuhi spesifikasi, yaitu kurang
dari 30 detik suspensi sudah terdispersi.

3. Penetapan Bobot Jenis


Tujuan : Mengetahui bobot jenis sediaan
Alat : Piknometer
Suhu : 20°C
Prosedur :
a. Membersihkan alat piknometer dengan alcohol 96% kemudian
dikeringkan
b. Menimbang piknometer kosong dengan neraca analitik
c. Menyesuaikan suhu sediaan dengan suhu yang tertera pada piknometer
d. Mengisi piknometer dengan sediaan ad garis tanda
e. Menimbang piknometer yang berisi sediaan dengan timbangan analitik
f. Menghitung berat jenis dengan rumus:
𝑀2 − 𝑀1
𝜌=
𝑉
Keterangan : M2 = berat piknometer + sediaan
M1 = berat piknometer kosong
V = Volume yang tertera pada piknometer
g. Menghitung rata-rata berat jenis sediaan dari 3 kali replikasi

63
Hasil :
Volume awal (V0) = 1. 24,772 mL
2. 24,772 mL
3. 24,772 mL
Suhu = 200 C

No Berat Piknometer Berat Piknometer Volume (M2 – M1) /


kosong (M1) Sediaan (M2) pada V0
piknometer
1 31,714 g 60,021 g 28,307 g 1,143 g/mL
2 31,711 g 60,088 g 28,377 g 1,146 g/mL
3 31,709 g 60,154 g 28,445 g 1,148 g/mL
Rata-rata 28, 376 g 1,146 g/mL

Nilai Standar Deviasi (SD) = 0,0025


Kesimpulan : Berat Jenis sediaan yaitu 1,146 g/mL ± 0,0025.

4. Penetapan pH
Tujuan : Untuk mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan.
Alat : pH meter HP9010
Suhu : 27,10 C
Prosedur :
a. Menyiapkan alat pH meter Fisher
b. Membilas elektroda dengan aquadest kemudian dikeringkan
c. Menyiapkan dapar standar dengan pH mendekati pH sediaan yang akan
diukur untuk dilakukan kalibrasi sesuai pH yang diinginkan
d. Menyalakan pH meter
e. Memasukkan elektroda ke dalam larutan dapar standar dan mengukur
pH-nya
*) pH standar yang terukur pada alat digunakan sebagai pembanding atau
acuan pengukuran pH sediaan

64
f. Menyiapkan sebanyak 50 mL sediaan yang akan diukur pH-nya
g. Membilas elektroda dengan aquadest kemudian dikeringkan
h. Memasukkan elektroda ke dalam sediaan untuk mengukur pH
i. Mencatat pH yang terbaca pada alat
j. Melakukan replikasi sebanyak 3 kali

Hasil :
Replikasi pH
1 7,09
2 7,07
3 7,06
Rata-rata 7,07 ± 0,012

Kesimpulan : pH sediaan = 7,07 ± 0,012, memenuhi spesifikasi produk.

5. Viskositas
Tujuan : Untuk mengetahui viskositas sediaan sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan.
Alat : Viscotester VT-D4
Suhu : 260 C
Prosedur :
a. Membersihkan alat viscotester
b. Mengisi wadah viscotester dengan sediaan hingga hampir penuh
c. Menurunkan rotor hingga tercelup semua dalam sediaan, perhatikan
jangan sampai rotor mengenai dinding wadah
d. Menyalakan alat viscotester
e. Mengamati angka yang ditunjuk jarum, diinterpretasikan sebagai
viskositas sediaan dalam satuan dPs.

65
Hasil :
Viskositas Viskositas
Replikasi
(dPs) (cPs)
1 3,9 390
2 4,0 400
3 3,9 390
Rata-rata 3,93 393,3

Standar Deviasi (SD) : 5,77


Kesimpulan : Viskositas sediaan = 393,3 ± 5,77 cPs, belum memenuhi
spesifikasi namun masih mudah untuk dituang.

6. Distribusi Ukuran

Alat : Mikroskop

Nama dan Tipe Instrumen = Retsch 5567 Haan Germany

Prosedur :
a. Menghidupkan mikroskop dan memilih perbesaran
b. Mengkalibrasi skala okuler dengan memasang mikrometer objektif
c. Meneteskan suspensi diatas objek glass, tutup dengan cover glass
d. Mengambil mikrometer objektif, ganti dengan objek glass yang berisi
sampel
e. Mengukur diameter partikel sebanyak ± 300 partikel
f. Lakukan pengelompokan, tentukan ukuran partikel terkecil dan
terbesar di seluruh sampel dalam berbagai interval dan kelas

Hasil :

Berat granul = 100 gram

66
No Mesh dan Bobot awal Bobot akhir % Berat
diameter (g) (g) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑋 100 %
ayakan (µm) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙

18 → 1000 440 450 450 − 440


𝑋 100% = 10 %
100
25 → 710 340 345 345 − 340
𝑋 100% = 5 %
100
35 → 500 330 335 335 − 330
𝑋 100% = 5 %
100
45 → 355 310 320 320 − 310
𝑋 100% = 10 %
100
100 → 150 285 320 320 − 285
𝑋 100% = 35 %
100
140 → 106 280 305 305 − 280
𝑋 100% = 25 %
100
Pan 255 265 265 − 255
𝑋 100% = 10 %
Penampung 100

Tabel Distribusi Ukuran Partikel


Ukuran Bobot Granul
Granul (µm) gram % % kumulatif < % kumulatif >
> 1000 10 10 100 10
710 – 1000 5 5 90 15
500 – 710 5 5 85 20
355 – 500 10 10 80 30
150 – 355 35 35 70 65
106 – 150 25 25 35 90
<106 10 10 10 100
Jumlah 100 100

67
Tabel Diameter rata-rata sampel
Ukuran Rata –rata Bobot sampel % Bobot B x D
Lubang ukuran (gram) sampel
Ayakan (µm) lubang (µm)
A B C D E
<106 106 10 10 1060
106 – 150 128 25 25 3200
150 – 355 252,5 35 35 3837,5
355 – 500 427,5 10 10 4275
500 – 710 605 5 5 3025
710 - 1000 855 5 5 4275
>1000 1000 10 10 10000
Jumlah 34672,5

Ʃ 𝐵 𝑥𝐷
Diameter rata-rata (dav) = 100

34672,5
= 100

= 346,725 µm
Kesimpulan : Diameter rata-rata granul adalah 346,725 µm. Dapat diketahui
bahwa ukuran partikel granul dominan terdapat pada rentang ukuran ayakan 355
– 500 µm.

68
Kurva Histogram Frekuensi Distribusi Ukuran Granul

Kurva Histogram Frekuensi Distribusi Ukuran


Granul
120

100

80
% Kumulatif

60

40

20

0
>1000 710 - 1000 500 - 710 355 - 500 150 - 355 106 - 150 <106
Ukuran Granul (µm)

Keterangan:

= % kumulatif <

= % kumulatif >

69
RANCANGAN BROSUR

DRYMICIN
Eritromisin Sirop Kering

KOMPOSISI
Setelah penambahan air minum, tiap 5 mL, mengandung Eritromisin Stearat yang setara dengan 250 mg Eritromisin.

FARMAKOLOGI
DRYMICIN mengandung Eritromisin yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein tanpa menghambat
sintesis asam nukleat. Pada pemakaian per oral Eritromisin cepat diabsorpsi, terutama bila perut kosong.

INDIKASI
Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif terhadap Eritrimisin seperti :
- Infeksi saluran pernapasan bagian atas ringan sampai sedang yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes, Streptococcus pneumoniae dan Haemophylus influenza.
- Infeksi saluran pernapasan bagian bawah ringan sampai agak berat yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes, Streptococcus pneumonia.
- Infeksi saluran pernapasan yang disebabkan Mycoplasma pneumonia
- Pertusis yang disebabkan oleh Bordetella pertussis
- Infeksi kulit dan jaringan lunak ringan sampai agak berat yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus.

DOSIS
2 – 8 tahun :
1 sendok takar (5 ml), 4 kali sehari.
> 8 tahun :
1 - 2 sendok takar (5 – 10 ml), 2 - 4 kali sehari.
Diminum 1 - 2 jam sebelum atau sesudah makan.

CARA PEMBUATAN SUSPENSI


Tuangkan air minum sampai sedikit dibawah tanda
Tutup botol erat-erat. Balikakan botol dan kocok hingga semua granul terdispersi
Tambah lagi air minum secukupnya sampai tanda dan kocok baik-baik
Setelah pencampuran dengan air minum, sirop ini harus digunakan dalam waktu tidak lebih dari 7 hari.

PERHATIAN
- Penggunaan jangka panjang atau berulang – ulang dapat menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri
yang tidak peka atau fungi.
- Bila terjadi superinfeksi hentikan penggunaan dang anti dengan pengobatan yang sesuai.
- Hati-hati pemberian pada penderita gangguan ginjal.

EFEK SAMPING
Efek samping umumnya adalah sembelit, diare, mual, muntah, dan reaksi-reaksi kepekaan seperti urtikaria, ruam kulit,
dan reaksi anafilaksis

KONTRA-INDIKASI
Kepekaan terhadap Eritromisin.

SIMPAN DI TEMPAT SEJUK (15-25°C) KERING, TERLINDUNG DARI CAHAYA


No. Reg : DKL1900122233A1 Diproduksi oleh: Mfg. Date : OKT 19
No. Batch : D 90102025 PT. SkuyJaya EXP. Date : OKT 21
Surabaya - Indonesia HET : RP 21.000

70
RANCANGAN ETIKET

RANCANGAN KEMASAN

71
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk membuat sediaan dry syrup dengan bahan
aktif erythromycin. Pembuatan sediaan dry syrup ini bertujuan untuk menjaga kestabilan
bahan aktif karena bahan aktif yang tidak stabil dalam air sehingga dibuatlah bentuk
serbuk yang kemudian direkonstitusi dengan air saat akan digunakan dan menghasilkan
sediaan suspensi yang cocok, aman, efektif, serta akseptabel. Erytrhomycin merupakan
bahan aktif yang tidak stabil dalam air dan tidak larut air. Penggunaan erythromycin
banyak digunakan sebagai obat antibiotika golongan makrolida. Sistem kerja obat
erythromycin ini adalah dapat menghambat sintesis protein kuman dengan jalan
berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50s. Erythromycin umumnya juga
bersifat bakteriostatik walaupun terkadang bersifat bakterisidal untuk kuman yang peka.
Selain itu erythromycin yang digunakan pada sediaan adalah erythromycin stearat. Hal
ini dikarenakan erythromycin stearat mempunyai pH stabilitas dengan rentang besar dan
stabil dalam asam, lalu bioavailabilitasnya lebih tinggi, serta mempunyai konsentrasi yang
tinggi dalam plasma.

Erytrhomycin tidak larut dalam air yang artinya sukar untuk terbasahi, namun
diinginkan sediaan cair berupa suspensi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kelarutan
erytrhomycin dalam air diperlukan penambahan wetting agent. Wetting agent yang
digunakan dalam formula ini adalah tween 80 yang larut dalam air, bersifat tidak
higroskopis dari pada propilenglikol dan gliserin, dan lebih sedikit menimbulkan busa
(foam) ketika berinteraksi dengan air. Selain itu, juga digunakan suspending agent
berupa CMC Na, MCC, dan Na Alginat karena Na Alginat mempunyai viskositas yang
tidak bergantung pada suhu dan pH, lalu pKa nya mendekati pH spesifikasi sediaan yang
diinginkan. Sedangkan Avicell (MCC) dan CMC-Na, setelah direkonstitusi akan
menghasilkan suspensi yang tiksotropik.

Dosis pemakaian yang terpilih adalah setiap 5 ml mengandung 250 mg


erythromycin base yang setara dengan 0, 3475 gram erythromycin stearate. Kemudian
kemasan terkecil yang terpilih adalah 60 ml.

72
Metode yang digunakan dalam scale up pembuatan sediaan dry syrup
erythromycin yaitu metode kombinasi serbuk dan granul. Sedangkan pada saat optimasi
sediaan kami menggunakan metode powder blend. Pada pembuatan sediaan dry syrup
erythromycin, kami membuat tiga rancangan formula dengan perbedaan pada
penggunaan suspending agent nya. Formula 1 menggunakan suspending agent dengan
persentase CMC Na 1%. Sedangkan formula 2 menggunakan suspending agent dengan
persentase Xanthan gum 0,5%. Serta formula 3 yang menggunakan kombinasi
suspending agent dengan perbandingan 1:1 yaitu CMC Na 0,75% dan MCC 0,75%. Dari
perbedaan ke tiga formula tersebut kami ingin melihat stabilitas antar ke tiga formula
terutama pada aspek kekentalannya. Selain itu pada ketiga formula tersebut tidak
digunakan pewarna karena pada saat serbuk direkonstitusi saat optimasi sediaan telah
memberikan efek warna yang terlalu terang. Jadi pada ketiga formula tersebut untuk
memberikan warna yang baik kami hanya menggunakan penambahan essence
strawberry yang sudah memberikan warna pada saat scale up sediaan. Kemudian, untuk
penggunaan pengawet pada ketiga formulasi tersebut disesuaikan dengan formula baku
walaupun tidak pada pH efektivitas pengawet.

Pada saat optimasi dilakukan pengecekan sediaan dan diperoleh hasil sebagai
berikut :

1. Formula 1 : Mempunyai tingkat kekentalan yang paling baik, artinya mudah


untuk dituang setelah sediaan direkonstitusi.
2. Formula 2 : Mempunyai tingkat kekentalan yang buruk, artinya sediaan menjadi
terlalu encer ketika setelah direkonstitusi.
3. Formula 3 : Mempunyai tingkat kekentalan yang paling buruk, artinya sediaan
menjadi terlalu kental sehingga agak sulit untuk dituang, dan seluruh
serbuk/granul obat sulit direkonstitusi.

Dari hasil optimasi tersebut maka ditetapkan formula terpilih yang digunakan
adalah formula 1, karena serbuk/granul obat mudah direkonstitusi dan menghasilkan
sediaan suspensi yang baik. Sedangkan pada formula 2 dan formula 3 tersebut terbentuk
sediaan yang kurang baik karena kemungkinan pada penggunaan jenis suspending
agent yang kurang sesuai.

73
Hasil pengamatan evaluasi sediaan yang dilakukan disimpulkan bahwa sediaan
yang dibuat baik sebelum dan sesudah rekonstitusi tidak memiliki bau yang sesuai
spesifikasi yaitu kurang berbau stroberi. Hal ini dikarenakan kemungkinan akibat dari
penambahan talcum yang memberikan bau tengik. Sedangkan warna sediaan telah
memenuhi spesifikasi yaitu berwarna pink. Lalu untuk pengujian rasa tidak dilakukan.

Untuk hasil evaluasi sebelum direkonstitusi lainnya, pertama diperoleh sifat alir
serbuk/granul obat baik karena mempunyai sudut istirahat rata-rata 27,69o yang artinya
memasuki rentang spesifikasi sifat alir yang baik yaitu antara 25-30. Sifat alir yang baik
tersebut didapatkan akibat setelah penambahan talcum. Hal ini dikarenakan pada saat
evaluasi sifat alir granul yang pertama tidak dapat mengalir sehingga ditambahkan talcum
pada formula sebesar 5% sebagai glidan, sehingga sifat alir granul tersebut menjadi baik
dengan dibuktikan pada perhitungan sudut istirahat nya yang memasuki rentang
spesifikasi tersebut. Kedua, serbuk/granul obat tersebut juga memiliki kandungan lengas
yang sesuai spesifikasi yaitu dalam rentang 2%-5%. Kemudian untuk diameter rata-rata
granul yang diperoleh adalah 346,725 µm sehingga diketahui bahwa ukuran granul
dominan terdapat pada rentang ukuran ayakan 355-500 µm.

Setelah itu, untuk hasil evaluasi setelah direkonstitusi lainnya yaitu pertama
diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk menghomogenkan sediaan dengan mengocok
(waktu rekonstitusi) rata-rata adalah 22,01 detik sehingga memenuhi spesifikasi yaitu
kurang dari 30 detik suspensi sudah terdispersi. Kedua, pH sediaan yang diperoleh
adalah 7,07 ± 0,012 dan telah memenuhi spesifikasi produk juga. Namun, untuk
viskositas sediaan masih belum memenuhi spesifikasi dan masih mudah untuk dituang
yaitu 393,3 ± 5,77 cPs. Terakhir untuk diameter rata-rata granul yang diperoleh adalah
346,725 µm, sehingga diketahui bahwa ukuran partikel granul dominan terdapat pada
rentang ukuran ayakan 355 – 500 µm juga sama seperti ukuran granul dominan pada
saat sebleum direkonstitusi. Penentuan spesifikasi sediaan tersebut dimaksudkan untuk
menghasilkan sediaan yang aman, stabil, efektif, dan aseptabel. Sehingga sediaan
tersebut tidak memberikan efek samping bahkan toksik yang tidak diinginkan.

74
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan : Dari ketiga formula yang telah dioptimasi didapat bahwa formula 1 dengan
menggunakan metode powder blend maupun metode kombinasi serbuk
dan granul menghasilkan sediaan yang sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan, kecuali untuk viskositas sediaan masih belum memenuhi
spesifikasi namun masih mudah untuk dituang.

Saran : Untuk praktikum selanjutnya, praktikan sebaiknya dapat lebih


memperhatikan viskositas tiap sediaan dengan memperhatikan
penggunaan jenis suspending agentnya, sehingga dapat menghasilkan
viskositas yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

75
DAFTAR PUSTAKA

Akre, H. S., dkk. 2012. Dry Suspension Formulation of Taste Masked Antibiotic Drug For
Pediatric USE, Vol. 2. Journal of Applied Pharmaceutical Science.

Bardeskar, C & Geeverghese, R. 2015. Reconstituable Oral Suspension (Dry Syrup): an


Overview, Vol. 4, ISSUE 3. World Journal of Pharmaceutical Research.

Ganiswara, S. G., 2000. Farmakologi dan Terapi, Edisi V, 722-724, Bagian Farmakologi
FKUI, Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Lieberman, H. A., Rieger, M. M & Banker, G. S., 1989. Pharmaceutical Dosage Forms:
Disperse System, 2nd ed. 244, 257. New York: s.n.

Loyd, V Allen. J., & Ansel, H. C., 2014. Ansel’s Pharmaceutical Dossage Forms and Drug
Delivery Systems, 10th ed. Georgia: Wolters Kluwer.

Niazi, S. K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation


Uncompressed Solid Product, 2nd ed. Florida: CRC Press.

Rowe, R. C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th ed. London:


Pharmaceutical Press.

Sweetman, S.C., 2009. Martindale the Complete Drug Reference 36th ed.

London: Pharmaceutical Press, III

76

Anda mungkin juga menyukai