Oleh :
Yanowardi
17076078
2019
1
Daftar Isi
Contents
Daftar Isi..........................................................................................................................................1
Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan.....................................................................................3
Pendidikan Anak Usia Dini.............................................................................................................3
Pendahuluan.....................................................................................................................................4
Gadget..............................................................................................................................................5
Anak Usia Dini................................................................................................................................6
Pendidikan Untuk Anak Usia Dini..................................................................................................7
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD)......................................................................8
Keterlibatan Orang tua di dalam Pendidikan Anak Usia Dini.........................................................8
Manfaat keterlibatan Orang tua dalam Pendidikan.......................................................................10
Bentuk-bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan...........................................................10
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................................14
KESIMPULAN..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
2
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal yang
berjudul “Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini”
Adapun jurnal ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir Dasar Dasar Ilmu
Pendidikan.Dalam penulisan dan penyusunan jurnal ini penulis banyak di bantu oleh berbagai
pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dra. Hj. Izzati, M.pd yang telah memberi penulis tugas dalam
pembuatan jurnal ini.
Penulis sadar bahwa penulisan jurnal ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu
penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan jurnal ini.
Akhir kata penulis berharap agar jurnal ini dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Yanowardi
3
4
Yanowardi
Prodi Pendidikan Teknik Informatika,FT,Universitas Negeri Padang
Abstrak
Seiring perkembangan zaman,berkembang pula teknologi.Teknologi yang berkembang
mempengaruhi setiap lini kehidupan baik sekolah maupun masyarakat.Salah satu teknologi yang
berkembang yaitu gadget.Gadget adalah alat atau media yang fungsi utamanya sebagai alat
komunikasi. Namun pada kenyataannya kegunaan gadget lebih dari itu. Gadget tidak hanya
mempengaruhi pola pikir atau perilaku orang dewasa, tapi juga mempengaruhi tingkah laku anak
usia dini, akibatnya juga berdampak di dalam dunia pendidikan. Perlakuan pendidikan yang
diberikan pada anak usia dini diyakini akan terpateri kuat di dalam hati dan pikiran anak yang
jernih.di dalam pendidikan pengaruh gadget sangat besar, untuk itu diperlukan perhatian khusus
dari orang tua dan calon guru.
Kata Kunci : anak usia dini, gadget, pendidikan, keterlibatan orang tua
Abstract
Along with the times, technology is also developing. The developing technology affects every line
of life, both school and community. One of the developing technologies is gadgets. Gadgets are
tools or media whose main function is as a communication tool. But in reality the usefulness of
the gadget is more than that. Gadgets not only affect the mindset or behavior of adults, but also
affect the behavior of early childhood, the result is also an impact in the world of education. The
treatment of education given to early childhood is believed to be strongly inscribed in the hearts
and minds of children who are clear. In education the influence of gadgets is very large, for that
special attention is needed from parents and prospective teachers.
Pendahuluan
Perkembangan teknologi semakin pesat ikut mempengaruhi perkembangan
zaman.Teknologi muncul berbagai macam jenis dan fitur dari teknologi selalu baru dari
hari ke hari. Kebutuhan teknologi merupakan salah satu kebutuhan penting saat ini. Hal
ini disebabkan karena teknologi sangat dibutuhkan untuk keperluan banyak. Teknologi
sangat mudah didapatkan karena harga ada yang murah dan ada juga yang mahal sesuai
dengan kantong ekonomi penggunanya.
Gagdet merupakan salah satu bentuk nyata dari berkembangnya Ipteks pada
zaman sekarang. Tentunya dengan berkembangnya Ipteks, hal ini sangat mempengaruhi
pola kehidupan manusia baik dari segi pola pikir maupun perilaku. Tentunya dengan
bantuan teknologi seperti gadget dapat mempermudah kegiatan manusia agar tidak
memakan waktu yang lama. Selain itu, penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari
tidak hanya mempengaruhi perilaku orang dewasa, anak-anak pun tidak luput dari
pengaruh penggunaan gagdet salah satunya dalam kemampuan interaksi sosial.
Pendidikan anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, pendidikan anak
usia dini memiliki peranan yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak
serta mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut
(Fauziddin, 2016)
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler
dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010:7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6
tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik
dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan
tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Masa anak usia dini sering disebut
dengan istilah “golden age” atau masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak
mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat.
Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan
yang berbeda.
Pada anak usia dini ini, anak mengalami perkembangan dalam tahap mengeksplor
dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya. Anak usia dini biasanya
cenderung senang dengan hal-hal yang baru yang didapatnya melalui aktivitas bermain.
Tidak jarang pula anak bermain dan memuaskan rasa penasaran mereka melalui gadget,
karena gadget merupakan hal yang menarik bagi mereka apalagi ditambah dengan
aplikasi game online yang terdapat pada gadget, sehingga kebanyakan dari mereka
menghabiskan waktu seharian untuk bermain gadget. Padahal anak seusia mereka harus
bermain dan berbaur dengan teman-teman sebayanya.
6
Gadget
Gadget adalah media yang dipakai sebagai alat komunikasi modern. Gadget
semakin mempermudah kegiatan komunikasi manusia. Kini kegiatan komunikasi telah
berkembang semakin lebih maju dengan munculnya gadget.
Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk
mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak
sering bertanya tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab,
maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu,
setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa
juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak,
sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.
Hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan
tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti
menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang
dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.
Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek perkembangan yaitu
masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional, serta
kognitif. Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2003: 56-72), anak memiliki 4 tingkat
perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), pra operasional konkrit
(2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas).
Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat perkembangan
yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu dari berbagai aspek
perkembangan yang ada. Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Richard
D.Kellough (Kuntjojo, 2010) adalah sebagai berikut: a) egosentris, b) memiliki curiosity
yang tinggi, c) makhluk sosial, d) the unique person, e) kaya dengan fantasi, f) daya
konsentrasi yang pendek, g) masa belajar yang paling potensial.
8
Anak-anak yang berada pada masa prasekolah berada pada periode yang sensitif,
ia mudah menerima rangsanganrangsangan dari lingkungan. Menurut Hainstok dalam
Sujiono (2009:54) pada masa ini anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan
upaya pendidikan dari lingkungan baik disengaja atau tidak. Pada masa ini pula terjadi
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan
mengaktualisasikan tahapan perkembangan pada prilakunya sehari hari.
Kenyataannya masih banyak guru yang mengajar dengan cara berbicara dan
mengajak anak berdiskusi. Hamilton (2009) menyindir kebiasaan guru yang banyak
bicara dan menyuruh siswa berdiskusi di dalam pendidikan karakter yang tidak cocok
untuk anak usia dini. Ia mengatakan:
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan berpengaruh positif apabila
orang tua maupun guru memahami makna, bentuk dan tujuan keterlibatan tersebut. Akan
tetapi pengaruh sebaliknya akan terjadi apabila orang tua maupun guru tidak memahami
makna, bentuk dan tujuan keterlibatan orang tua itu sendiri. Dengan demikian maka
orang tua dan guru hendaknya benar-benar memahami apa arti atau makna dari
keterlibatan orang tua dalam pendidikan sebenarnya, agar mereka dapat memutuskan
tindakan yang tepat dalam pendidikan anak mereka di sekolah. Sehubungan dengan hal
tersebut terdapat pendapat Henderson dkk. (dalam Ferara & Ferara, 2005) bahwa
10
keterlibatan orang tua merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung belajar anak,
baik di sekolah formal maupun di kursus belajar.
Makna keterlibatan orang tua dalam pendidikan itu sendiri juga telah
didefinisikan secara beragam oleh beberapa tokoh, di antaranya adalah Jeynes (dalam
Hornby, 2011, hlm. 1) yang mendefinisikan keterlibatan orang tua sebagai ‘…partisipasi
orang tua dalam proses dan pengalaman pendidikan anak-anak mereka’. Definisi ini
menunjukan bahwa keterlibatan orang tua yang dimaksud oleh Jeynes merupakan
kehadiran orang tua di sekolah termasuk dalam proses belajar yang diikuti anak, sehingga
orang tua juga turut mengalami apa yang dialami oleh anak mereka dalam proses
pendidikan yang diikutinya. Disamping itu Hawes & Jesney mengungkapkan bahwa
keterlibatan orang tua dapat diartikan sebagai partisipasi orang tua terhadap pendidikan
dan pengalaman anaknya (Padavick, 2009).
Orang tua juga akan mendapat keuntungan tersendiri dari keterlibatan mereka
dalam pendidikan anak, diantaranya adalah kepercayaan diri dan kepuasan dalam
mengasuh anak mereka (Hornby, 2011, hlm. 2), menambah wawasan dan pengalaman
mengasuh serta mendidik anak (Powel, 2000), serta meningkatkan keterampilan mereka
dalam mengasuh anak (Epstein, Sander, Simon, Salinas, Jansorn, dan Voorhis, 2002,
hlm. 16 ). Keuntungan-keuntungan tersebbut akan sangat membantu orang tua dalam
menjalankan tugasnya sebagai orang tua.
Pihak lain yang juga akan merasakan manfaat dari keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak adalah guru atau sekolah tempat anak belajar itu sendiri. Manfaat yang
dapat diperoleh tersebut adalah guru akan terwujudnya suasana sekolah yang lebih baik,
perbaikan pada perilaku dan sikap guru serta memperbaiki hubungan antara orang tu dan
guru (Hornby, 2011, hlmn. 2). Selain itu, keterlibatan orang tua juga akan mampu
membantu meringankan tugas guru di sekolah (Epstein dkk., 2002, hlm. 17 ).
bentuk keterlibatan orang tua secara terperinci menjadi enam tipe keterlibatan, yakni
parenting education (pendidikan orang tua), komunikasi, volunteer (relawan),
pembelajaran di rumah, membuat keputusan dan bekerjasama dengan komunitas. Adapun
penjelasan masing-masing tipe adalah sebagai berikut:
Parenting education ini adalah berupa keterlibatan orang tua dalam kegiatan
pendidikan bagi orang tua yang bertujuan membantu orang tua untuk menciptakan
lingkungan rumah yang mendukung anak sebagai pelajar, dan mendapatkan informasi
tentang kesehatan, keamanan, gizi dan setiap hal yang berhubungan dengan
perkembangan anak (Epstein, dkk., 2002, hlm. 16). Kegiatan pendidikan orang tua ini
dapat dilaksanakan baik secara formal di sekolah atau pun secara non formal, langsung
atau tidak langsung. Pada kegiatan pendidikan ini juga orang tua tidak hanya dapat
berperan sebagai penerima materi dari guru atau tenaga ahli lainnya, akan tetapi juga bisa
berperan sebagai narasumber berdasarkan keahlian dan keterampilan yang mereka miliki.
Hal ini mampu membuat orang tua dan guru dapat saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan tentang anak berdasarkan pengetahuan mereka masing-masing. Adapun
kegiatannya dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk kegiatan sebagai berikut:
1. Pendidikan bagi orang tua tentang perkembangan dan kesehatan anak atau
lainnya secara informal. Pada kegiatan ini orang tua akan menerima pendidikan atau
pengetahuan dalam suasana yang tidak resmi secara berkelompok. Dimana mereka saling
berbagi ilmu dan pengalaman dalam suasana santai, sehingga masing-masing orang tua
dapat membagi pengalaman mereka dalam mendidik atau merawat anak mereka. Melalui
kegiatan tersebut orang tua juga bisa mendapatkan ilmu atau cara-cara baru yang sesuai
dan dapat digunakan dalam mendidik maupun mengasuh anak mereka di rumah
(Henniger, 2013, hlm. 81).
2. Pendidikan bagi orang tua secara formal. Keterlibatan orang tua dalam bentuk
ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan workshop, seminar atau pelatihan tentang
pendidikan, perkembangan dan kesehatan anak yang diberikan oleh tenaga ahli. Tenaga
ahli tersebut dapat diberdayakan berupa tenaga ahli dari orang tua sendiri atau pun tenaga
ahli yang diundang secara khusus untuk menyajikan materi (Henniger, 2013, hlm. 81;
Epstein, 2002, hlm. 172).
4. Kunjungan ke rumah anak yang dilakukan oleh guru (Home visit). Program
home visit penting dilakukan oleh guru terutama terhadap keluarga anak dimana orang
tua mereka sangat sulit untuk terlibat secara langsung di sekolah. Program ini dapat
berfungsi sebagai pembuktian kepedulian guru terhadap orang tua dan anak. Program ini
bertujuan agar guru lebih memahami anak atau orang tua dengan mengetahui latar
belakang mereka dan orang tua juga lebih dapat terbuka dan memahami guru (Epstein,
2002, hlm. 172; Morrison, 1988, hlm. 338).
Komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru tersebut tidak dapat tercipta
dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru sebagai
pendidik dalam mewujudkannya. Adapun keterampilan yang dimaksud adalah
keterampilan mendengar, ketegasan, mendengar reaksi lainnya dan penyelesaian masalah
secara kolaboratif (Porter, 2008, hlm. 41).
dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki. Kegiatan sukarelawan ini
dapat berupa pendampingan guru di kelas, membantu guru di perpustakaan, di ruang
makan, di halaman bermain, ruang computer, makan, di halaman bermain, ruang
computer, ruang keluarga, dan sebagainya termasuk menghadiri penampilan anak,
kegiatan olah raga, perayaan-perayaan dan pendampingan anak pada kegiatan kunjungan
lapangan (Epstein dkk., 2002).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan kajian pustaka, kajian pustaka dalam suatu penelitian
ilmiah adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode
penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki
beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca hasil penelitian lain yang
berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian
dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian
sebelumnya. Geoffrey dan Airasian mengemukakan bahwa tujuan utama kajian pustaka
adalah untuk menentukan apa yang telah dilakukan orang yang berhubungan dengan
topik penelitian yang akan dilakukan. Dengan mengkaji penelitian sebelumnya, dapat
memberikan alasan untuk hipotesis penelitian, sekaligus menjadi indikasi pembenaran
pentingnya penelitian yang akan dilakukan. Lebih lanjut Anderson mengemukakan
bahwa kajian pustaka dimaksudkan untuk meringkas, menganalisis, dan menafsirkan
konsep dan teori yang berkaitan dengan sebuah proyek penelitian.
15
Pada salah satu penelitian oleh Novitasari (2016) penggunaan gadget pada anak
usia dini menyebutkan bahwa “pemakaian gadget lebih menyenangkan dibandingkan
dengan bermain dengan teman sebayanya. Hal ini tak lepas oleh berbagai aplikasi
permainan yang terdapat pada gadget anak-anak ini, yang tentunya lebih menarik
perhatian anak-anak ini dibandingkan dengan permainan-permaian yang terdapat di
lingkungan sekitarnya. Selain itu juga, orangtua meng”iya”kan bahwa saat anak-anaknya
bermain gadget cenderung anak-anak ini diam di depan gadgetnya masing-masing tanpa
mempedulikan dunia sekitarnya”. Secara tidak sadar, anak-anak sudah mengalami
ketergantungan menggunakan gadget. Ketergantungan inilah yang menjadi salah satu
dampak negatif yang sangat berpengaruh (Prasetyo, 2013). Para responder menyebutkan
bahwa dalam penggunaan gadget kebanyakan anak lebih menggunakannya untuk
bermain. Dari hal kecil tersebut, anak yang awalnya senang bermain dengan temannya
dapat berubah dengan terbiasanya diberikan gadget sebagai pengganti teman bermain.
dalam penggunaan gadget dengan orang lain; 6. Sering berbohong karena sudah tidak
bisa lepas dengan gadgetnya, dengan kata lain anak akan mencari cara apapun agar tetap
bisa menggunakan gadgetnya walaupun hingga mengganggu waktu tidurnya. Dari ciri-
ciri tersebut, dapat dilihat ternyata penggunaan gadget pada anak usia dini dapat
mengurangi interaksi sosialnya dalam kehidupan sehari-hari baik itu dengan orang
tuanya, teman sebanya, maupun dengan masyarakat. Untuk itu, ada baiknya orang tua
perlu mendampingi dan membimbing anaknya saat sedang menggunakan gadget, dan
peran orang tua dalam mendisiplinkan sangat dibutuhkan agar anak tidak mengalami
ketergantungan yang akan menyebabkan dampak negatif terhadap perkembangan anak
terutamadengan hubugannya dengan kehidupan sosial anak tersebut (Ameliola, 2013)
KESIMPULAN
Hal ini menyebabkan berbagai macam pengaruh terhadap pola kehidupan
manusia baik pola pikir maupun perilaku. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia. Salah satu perkembangan teknologi yang sangat mempengaruhi pola pikir
manusia adalah gadget. Gadget adalah media yang dipakai sebagai alat komunikasi
modern. Gadget semakin mempermudah kegiatan komunikasi manusia. Kini kegiatan
komunikasi telah berkembang semakin lebih maju dengan munculnya gadget. Salah
satunya mempengaruhi interaksi sosial pada anak usia dini.
Berkaitan dengan pengaruh gadget terhadap pendidikan pada anak usia dini
ternyata memberikan dampak negatif. Seringnya anak usia dini berinteraksi dengan
gadget dan juga dunia maya mempengaruhi daya pikir anak terhadap sesuatu diluar hal
tersebut. Gadget juga ternyata secara efektif dapat mempengaruhi pergaulan sosial anak
terhadap lingkungan terdekatnya. Selain itu, ia juga akan merasa asing dengan
lingkungan sekitar karena kurangnya interaksi sosial selain itu anak juga kurang peka dan
bahkan cenderung tidak perduli terhadap lingkungannya.
Hal ini tentunya sangat membahayakan perkembangan pendidikan pada anak usia
dini. Sebagai orang tua, sebaiknya mereka membimbing dan memantau serta memberikan
pemahaman yang baik kepada anak untuk lebih selektif dalam memilih permainan (game
online) yang terdapat pada gadget.
17
DAFTAR PUSTAKA
[1] Diadha, Rahminur. (2015). Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini di
taman kanak-kanak. Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1.
[2] Jailani, M. Syahran. (2014). Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang
Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8, Nomor 2.
[3] Suhono dan Utama, Ferdian. (2017). Keteladanan Orang Tua Dan Guru Dalam
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Dini (Perspektif Abdullah Nashih Ulwan
Kajian Kitab Tarbiyyah Al-Aulad Fi Al-Islam). Institut Agama Islam Ma’arif NU Metro
Lampung.
[4] Supardan, Dadang. (2008). Menyingkap Perkembangan Pendidikan Sejak Masa Kolonial
Hingga Sekarang: Perspektif Pendidikan Kritis. GENERASI KAMPUS, Volume 1,
Nomor 2.
[5] Setyowibowo, Feri dan Anton Subarno. (2010). Analisis Kepuasan Sivitas Akademika
Terhadap Pelayanan Penyelenggaraan Pendidikan. PAEDAGOGIA, Jilid 13, Nomor 2,
Agustus 2010, halaman 161 – 172.
[6] Pebriana, Putri Hana. (2017). Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan
Interaksi Sosial pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 1 Issue
1 Pages 1 – 11.
[7] Suyanto, Slamet. (2012). Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Anak, Volume 1, Edisi 1.