Anda di halaman 1dari 18

Tugas Akhir Jurnal

“Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan

Pendidikan Anak Usia Dini”

Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir

mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Pendidikan

Oleh :

Yanowardi

17076078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
1

Daftar Isi

Contents
Daftar Isi..........................................................................................................................................1
Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan.....................................................................................3
Pendidikan Anak Usia Dini.............................................................................................................3
Pendahuluan.....................................................................................................................................4
Gadget..............................................................................................................................................5
Anak Usia Dini................................................................................................................................6
Pendidikan Untuk Anak Usia Dini..................................................................................................7
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD)......................................................................8
Keterlibatan Orang tua di dalam Pendidikan Anak Usia Dini.........................................................8
Manfaat keterlibatan Orang tua dalam Pendidikan.......................................................................10
Bentuk-bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan...........................................................10
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................................13
HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................................14
KESIMPULAN..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
2

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan jurnal yang
berjudul “Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini”

Adapun jurnal ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir Dasar Dasar Ilmu
Pendidikan.Dalam penulisan dan penyusunan jurnal ini penulis banyak di bantu oleh berbagai
pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dra. Hj. Izzati, M.pd yang telah memberi penulis tugas dalam
pembuatan jurnal ini.

Penulis sadar bahwa penulisan jurnal ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu
penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan jurnal ini.

Akhir kata penulis berharap agar jurnal ini dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Padang, 23 Desember 2019

Yanowardi
3
4

Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan

Pendidikan Anak Usia Dini

Yanowardi
Prodi Pendidikan Teknik Informatika,FT,Universitas Negeri Padang

Abstrak
Seiring perkembangan zaman,berkembang pula teknologi.Teknologi yang berkembang
mempengaruhi setiap lini kehidupan baik sekolah maupun masyarakat.Salah satu teknologi yang
berkembang yaitu gadget.Gadget adalah alat atau media yang fungsi utamanya sebagai alat
komunikasi. Namun pada kenyataannya kegunaan gadget lebih dari itu. Gadget tidak hanya
mempengaruhi pola pikir atau perilaku orang dewasa, tapi juga mempengaruhi tingkah laku anak
usia dini, akibatnya juga berdampak di dalam dunia pendidikan. Perlakuan pendidikan yang
diberikan pada anak usia dini diyakini akan terpateri kuat di dalam hati dan pikiran anak yang
jernih.di dalam pendidikan pengaruh gadget sangat besar, untuk itu diperlukan perhatian khusus
dari orang tua dan calon guru.

Kata Kunci : anak usia dini, gadget, pendidikan, keterlibatan orang tua

Abstract
Along with the times, technology is also developing. The developing technology affects every line
of life, both school and community. One of the developing technologies is gadgets. Gadgets are
tools or media whose main function is as a communication tool. But in reality the usefulness of
the gadget is more than that. Gadgets not only affect the mindset or behavior of adults, but also
affect the behavior of early childhood, the result is also an impact in the world of education. The
treatment of education given to early childhood is believed to be strongly inscribed in the hearts
and minds of children who are clear. In education the influence of gadgets is very large, for that
special attention is needed from parents and prospective teachers.

Keywords: early childhood, gadgets, education, parental involvement


5

Pendahuluan
Perkembangan teknologi semakin pesat ikut mempengaruhi perkembangan
zaman.Teknologi muncul berbagai macam jenis dan fitur dari teknologi selalu baru dari
hari ke hari. Kebutuhan teknologi merupakan salah satu kebutuhan penting saat ini. Hal
ini disebabkan karena teknologi sangat dibutuhkan untuk keperluan banyak. Teknologi
sangat mudah didapatkan karena harga ada yang murah dan ada juga yang mahal sesuai
dengan kantong ekonomi penggunanya.

Gagdet merupakan salah satu bentuk nyata dari berkembangnya Ipteks pada
zaman sekarang. Tentunya dengan berkembangnya Ipteks, hal ini sangat mempengaruhi
pola kehidupan manusia baik dari segi pola pikir maupun perilaku. Tentunya dengan
bantuan teknologi seperti gadget dapat mempermudah kegiatan manusia agar tidak
memakan waktu yang lama. Selain itu, penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari
tidak hanya mempengaruhi perilaku orang dewasa, anak-anak pun tidak luput dari
pengaruh penggunaan gagdet salah satunya dalam kemampuan interaksi sosial.

Pendidikan anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun, pendidikan anak
usia dini memiliki peranan yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak
serta mempersiapkan anak untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut
(Fauziddin, 2016)

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun. Menurut Beichler
dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010:7), anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6
tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik
dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan
tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Masa anak usia dini sering disebut
dengan istilah “golden age” atau masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak
mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat.
Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan
yang berbeda.

Pada anak usia dini ini, anak mengalami perkembangan dalam tahap mengeksplor
dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitarnya. Anak usia dini biasanya
cenderung senang dengan hal-hal yang baru yang didapatnya melalui aktivitas bermain.
Tidak jarang pula anak bermain dan memuaskan rasa penasaran mereka melalui gadget,
karena gadget merupakan hal yang menarik bagi mereka apalagi ditambah dengan
aplikasi game online yang terdapat pada gadget, sehingga kebanyakan dari mereka
menghabiskan waktu seharian untuk bermain gadget. Padahal anak seusia mereka harus
bermain dan berbaur dengan teman-teman sebayanya.
6

Tidak dapat dipungkiri, gadget sangat mempengaruhi kehidupan manusia, baik


orang dewasa maupun anak-anak. Smartphone, notebook, tablet dan aneka ragam bentuk
gadget dalam kehidupan sehari-hari sangat mudah ditemui pada zaman sekarang. Hal
seperti ini bukan menjadi hal yang mewah untuk zaman sekarang, karena sebagian dari
anak-anak sudah difasilitasi oleh orang tuanya sendiri agar orang tua lebih leluasa untuk
melakukan aktivitas tanpa harus mendampingi anak bermain. Anak-anak tentunya sangat
senang jika memperoleh gadget dari orang tuanya. Namun tanpa disadari, hal seperti ini
sangat mempengaruhi kemampuan interaksi sosial pada anak.

Gadget
Gadget adalah media yang dipakai sebagai alat komunikasi modern. Gadget
semakin mempermudah kegiatan komunikasi manusia. Kini kegiatan komunikasi telah
berkembang semakin lebih maju dengan munculnya gadget.

Gadget adalah perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus.


Diantaranya martphone seperti iphone dan blackberry, serta netbook (perpaduan antara
komputer portabel seperti notebook dan internet). Novitasari (2016) menyatakan bahwa
media memungkinkan seseorang untuk melakukan sebuah interaksi sosial, khususnya
untuk kontak sosial maupun berkomunikasi satu dengan yang lainnya tidaklah susah,
hanya dengan menggunakan gadget seseorang dapat berinteraksi satu dengan lainnya.
Gadget menurut kamus berarti perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus.
Gadget merujuk pada suatu peranti atau instrument kecil yang memiliki tujuan dan fungsi
praktis spesifik yang berguna (Castelluccio, Michael. 2007).

A gadget is a smalltechnological object (such as a device or an appliance) that has


a particular function, but is often thought of as a novelty. Gadgets are invariably
considered to be more unusually or cleverly designed than normal technology at the time
of their invention. Gadgets are sometimes also referred to as gizmos. (Wikipedia.com)

Pada dasarnya, gadget diciptakan untuk kemudahan konsumen dalam


menggunakan media komunikasi. Definisi komunikasi menurut Laswell (West dan
Turner. 2007:30-31) adalah suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa,
dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat atau hasil apa, gadget jika dilihat
melalui model komunikasi Laswell, merupakan media dalam menyampaikan pesan antara
komunikator dan komunikan. Dapat disimpulkan bahwa gadget merupakan salah satu
media untuk berkomunikasi dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan komunikasi
manusia.
7

Anak Usia Dini


Di Indonesia pengertian anak usia dini ditujukan kepada anak yang berusia 06
tahun, seperti dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 yang menyatakan pendidikan anak usia
dini adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun.
Sedangkan Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of
Young Children), adalah anak yang berusia antara 0 sampai 8 tahun yang mendapatkan
layanan pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak dalam keluarga (family
child care home), pendidikan prasekolah baik negeri maupun swasta, taman kanak-kanak
(TK) dan sekolah dasar (SD). Hal ini dapat disebabkan pendekatan pada kelas awal
sekolah dasar kelas I, II dan III hampir sama dengan usia TK 4-6 tahun.

Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk
mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak
sering bertanya tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab,
maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu,
setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa
juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak,
sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.

Hakikat anak usia dini (Augusta, 2012) adalah individu yang unik dimana ia
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan
tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi, peneliti
menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang
dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun mental.

Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek perkembangan yaitu
masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional, serta
kognitif. Menurut Piaget (Slamet Suyanto, 2003: 56-72), anak memiliki 4 tingkat
perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), pra operasional konkrit
(2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas).
Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat perkembangan
yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu dari berbagai aspek
perkembangan yang ada. Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Richard
D.Kellough (Kuntjojo, 2010) adalah sebagai berikut: a) egosentris, b) memiliki curiosity
yang tinggi, c) makhluk sosial, d) the unique person, e) kaya dengan fantasi, f) daya
konsentrasi yang pendek, g) masa belajar yang paling potensial.
8

Anak-anak yang berada pada masa prasekolah berada pada periode yang sensitif,
ia mudah menerima rangsanganrangsangan dari lingkungan. Menurut Hainstok dalam
Sujiono (2009:54) pada masa ini anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan
upaya pendidikan dari lingkungan baik disengaja atau tidak. Pada masa ini pula terjadi
pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespon dan
mengaktualisasikan tahapan perkembangan pada prilakunya sehari hari.

Wiyani (2012:86) mengungkap prinsip-prinsip perkembangan anak, meliput;. a)


anak berkembang secara holistik, b) perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur, c)
perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam didalam dan diantara anak,
d) perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya dan e) perkembangan
mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif. Sedangkan Aqib (2011:75) mengutarakan
prisip-prinsip perkembangan sebagai berikut; a) anak belajar dengan baik jika kebutuhan
fisiknya terpenuhi, b) anak belajar secara terus menerus, membangun pemahaman hingga
mencipta sesuatu, c) anak belajar melalui interaksi sosial, d) motivasi timbul dari minat
dan ketekunan, e) adanya perbedaan dan dalam gaya belajar dan f) memulai dari yang
sederhana kekompleks, konkret ke abstrak, gerakan ke verbal dan dari diri kesosial.

Pendidikan Untuk Anak Usia Dini


Pendidikan untuk anak usia dini disesuaikan dengan perkembangan moral pada
anak. Menurut Piaget (1965), perkembangan moral meliputi tiga tahap, yaitu (1)
premoral, (2) moral realism, dan (3) moral relativism. Sementara Kolhberg (Power,
Higgins, & Kohlberg, 1989) menyatakan bahwa perkembangan moral mencakup (1)
preconventional, (2) conventional, dan (3) postconventional. Esensi kedua teori tersebut
sama, yaitu pada tahap awal anak belum mengenal aturan, moral, etika, dan susila.
Kemudian, berkembang menjadi individu yang mengenal aturan, moral, etika, dan susila
dan bertindak sesuai aturan tersebut. Pada akhirnya, moral, aturan, etika dan susila ada
dalam diri setiap anak di mana perilaku ditentukan oleh pertimbangan moral dalam
dirinya bukan oleh aturan atau oleh keberadaan orang lain; meskipun tidak ada orang
lain, ia malu melakukan hal-hal yang tidak etis, asusila, dan amoral. Jadi, untuk anak
Kelompok Bermain dan TK, perkembangan moral anak umumnya pada tahap premoral
dan moral realism. Pada tahap ini ada banyak aturan, etika, dan norma yang anak tidak
tahu dan anak belum bisa memahaminya. Untuk itu pendidikan di TK baru dalam tahap
pengenalan dan pembiasaan berperilaku sesuai norma, etika, dan aturan yang ada.
9

Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD)


Bagaimana mengambangkan pendidikan pada anak usia dini? Pengembangan
pendidikan untuk anak usia dini dilakukan melalui pembiasaan dan melalui kegiatan inti.
Pengenalan melalui pembiasaan dilakukan melalui kegiatan keseharian, seperti mencuci
tangan dan berdoa sebelum dan sesudah makan, bercermin dan merias diri, menyisir
rambut, dan menata baju, membersihkan dan menata kelas sebelum pulang, berkebun,
menanam pohon, dan merawat binatang. Pengenalan melalui kegiatan inti dilakukan
melalui kegiatan yang menyenangkan, bermain, simulasi, dan kreasi sesuai capaian
perkembangan dan tema. Sebagai contoh, tema “Hari Pahlawan” digunakan untuk
mengembangkan sifat kepahlawanan anak-anak. Tema Hari Kartini” dapat digunakan
untuk mengembangkan sikap emansipasi wanita dan semangat kaum wanita untuk
sekolah setinggi mungkin.

Kenyataannya masih banyak guru yang mengajar dengan cara berbicara dan
mengajak anak berdiskusi. Hamilton (2009) menyindir kebiasaan guru yang banyak
bicara dan menyuruh siswa berdiskusi di dalam pendidikan karakter yang tidak cocok
untuk anak usia dini. Ia mengatakan:

“Three-to-eight-year-old children will be no more ready to discuss education


after your teacher-talk. Did they learn to walk, to talk, and to feed themselves by
discussing it with their parents? No. In spite of that, character education lesson plans
urge the teacher to discuss - and discuss - and discuss.”

Keterlibatan Orang tua di dalam Pendidikan Anak Usia Dini


Anak usia dini (AUD) masih sangat tergantung pada orang tua, sehingga
diperlukannya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Hal tersebut adalah demi
terciptanya kesamaan persepsi dan isi pendidikan anak yang diharapkan mampu
menunjang terjadinya kesinambungan antara pendidikan di rumah dan di sekolah. Selain
itu, Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai lembaga pendidikan bagi AUD merupakan salah
satu cara untuk memberi kesempatan kepada anak untuk memperluas pergaulannya,
bermain, dan bergembira dengan batasan pendidikan sebagai kelanjutan dari apa yang
mereka dapatkan di rumah (Yusuf, 2011, hlm. 171).

Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan berpengaruh positif apabila
orang tua maupun guru memahami makna, bentuk dan tujuan keterlibatan tersebut. Akan
tetapi pengaruh sebaliknya akan terjadi apabila orang tua maupun guru tidak memahami
makna, bentuk dan tujuan keterlibatan orang tua itu sendiri. Dengan demikian maka
orang tua dan guru hendaknya benar-benar memahami apa arti atau makna dari
keterlibatan orang tua dalam pendidikan sebenarnya, agar mereka dapat memutuskan
tindakan yang tepat dalam pendidikan anak mereka di sekolah. Sehubungan dengan hal
tersebut terdapat pendapat Henderson dkk. (dalam Ferara & Ferara, 2005) bahwa
10

keterlibatan orang tua merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung belajar anak,
baik di sekolah formal maupun di kursus belajar.

Makna keterlibatan orang tua dalam pendidikan itu sendiri juga telah
didefinisikan secara beragam oleh beberapa tokoh, di antaranya adalah Jeynes (dalam
Hornby, 2011, hlm. 1) yang mendefinisikan keterlibatan orang tua sebagai ‘…partisipasi
orang tua dalam proses dan pengalaman pendidikan anak-anak mereka’. Definisi ini
menunjukan bahwa keterlibatan orang tua yang dimaksud oleh Jeynes merupakan
kehadiran orang tua di sekolah termasuk dalam proses belajar yang diikuti anak, sehingga
orang tua juga turut mengalami apa yang dialami oleh anak mereka dalam proses
pendidikan yang diikutinya. Disamping itu Hawes & Jesney mengungkapkan bahwa
keterlibatan orang tua dapat diartikan sebagai partisipasi orang tua terhadap pendidikan
dan pengalaman anaknya (Padavick, 2009).

Sementara itu Morrison (1988, hlm. 322) menyatakan bahwa “ Parent


involvement is a process of helping parents use their abilities to benefit themselves, their
children and the early childhood program”. yang dapat diartikan bahwa keterlibatan
orang tua merupakan suatu proses untuk membantu orang tua menggunakan segala
kemampuan mereka untuk keuntungan mereka sendiri, anak-anak dan program yang
dijalankan anak itu sendiri. Berdasarkan definisi yang disampaikan oleh Morrison
tersebut, terlihat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan `memberikan
keuntungan tidak hanya bagi orang tua, namun juga akan memberikan keuntungan bagi
anak maupun sekolah itu sendiri. Pendapat Morrison tersebut memiliki kesamaan dengan
apa yang disampaikan Korfmacher dkk. (2008), mereka mengartikan keterlibatan orang
tua sebagai proses menghubungkan orang tua dengan program sekolah dan menggunakan
layanan program untuk kemampuan terbaik orang tua dan program sekolah.

Selain itu proyek penelitian keluarga Harvard juga mendefinisikan keterlibatan


keluarga dalam pendidikan sebagai kegiatan yang menghubungkan orang tua di rumah
dengan lembaga pendidikan untuk secara langsung atau tidak, mendukung pendidikan
anak mereka). Pendapat ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Musyawarah
(2013, hlm. 6) bahwa “keterlibatan orang tua dalam layanan pendidikan adalah bentuk
peran serta orang tua dalam membantu proses pendidikan anaknya baik dalam
lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah”. Pendapat lain tentang definisi
keterlibatan orang tua telah disampaikan oleh White & Coleman (2000, hlm. 200),
mereka mendefinisikan keterlibatan orang tua sebagai berbagai aktifitas yang dilakukan
orang tua dan guru baik di sekolah maupun di rumah sebagai cara mereka bekerjasama
untuk mendukung pendidikan anak. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak merupakan berbagai
bentuk aktifitas yang dilakukan oleh orang tua melalui kerjasama dengan guru baik di
rumah maupun di sekolah, guna memaksimalkan perkembangan dan pendidikan anak di
sekolah demi keuntungan mereka, anak dan program sekolah.
11

Manfaat keterlibatan Orang tua dalam Pendidikan


Jika memperhatikan definisi keterlibatan orang tua di atas, terdapat sebuah
pernyataan yang berbunyi bahwa keterlibatan orang tua akan memberikan manfaat bagi
anak, orang tua dan guru atau program sekolah. Adapun manfaat yang dapat diraih anak
dengan adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan akan mampu meningkatkan
kehadiran mereka di sekolah, sikap dan perilaku mereka (Hornby, 2011, hlm. 2;
Menheree & Hooge, 2010). Disamping itu, keterlibatan orang tua juga akan dapat
meningkatkan prestasi dan kepribadian mereka (Zedan, 2011; Menheree & Hooge,
2010).

Orang tua juga akan mendapat keuntungan tersendiri dari keterlibatan mereka
dalam pendidikan anak, diantaranya adalah kepercayaan diri dan kepuasan dalam
mengasuh anak mereka (Hornby, 2011, hlm. 2), menambah wawasan dan pengalaman
mengasuh serta mendidik anak (Powel, 2000), serta meningkatkan keterampilan mereka
dalam mengasuh anak (Epstein, Sander, Simon, Salinas, Jansorn, dan Voorhis, 2002,
hlm. 16 ). Keuntungan-keuntungan tersebbut akan sangat membantu orang tua dalam
menjalankan tugasnya sebagai orang tua.

Pihak lain yang juga akan merasakan manfaat dari keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak adalah guru atau sekolah tempat anak belajar itu sendiri. Manfaat yang
dapat diperoleh tersebut adalah guru akan terwujudnya suasana sekolah yang lebih baik,
perbaikan pada perilaku dan sikap guru serta memperbaiki hubungan antara orang tu dan
guru (Hornby, 2011, hlmn. 2). Selain itu, keterlibatan orang tua juga akan mampu
membantu meringankan tugas guru di sekolah (Epstein dkk., 2002, hlm. 17 ).

Bentuk-bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan


Keterlibatan orang tua pada umumnya berwujud dukungan orang tua dalam
bentuk pendanaan dan terhadap hal-hal tertentu dalam pendidikan anak mereka (Hornby.
2011, hlm. 32). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua
dalam pendidikan anak hanya pada hal-hal tertentu seperti menghadiri kegiatan anak,
mengantar dan menjemput anak, membayar uang sekolah (Amini, 2013; Mendez, 2010;
Risti, 2013). Akan tetapi sesungguhnya bentuk keterlibatan orang tua tersebut lebih
kompleks dari apa yang telah diketahui dan diterapkan orang tua di sekolah. Sebuah
lembaga pendidikan yang memahami akan pentingnya keterlibatan orang tua dalam
pendidikan anak mereka di sekolah, akan selalu berusaha untuk menyediakan berbagai
alternatif kegiatan keterlibatan orang tua yang dapat dipilih oleh orang tua untuk mereka
ikuti dengan mempertimbangan kondisi mereka masing-masing dan mengakomodir
kebutuhan orang tua di sekolah tersebut (Epstein dkk., 2002. ). Bentuk-bentuk
keterlibatan orang tua tersebut telah dicetuskan dalam Teori Overlapping Sphere of
Influence yang dikemukan oleh Epstein (Epstein dkk., 2002, hlm. 44) yang membagi
12

bentuk keterlibatan orang tua secara terperinci menjadi enam tipe keterlibatan, yakni
parenting education (pendidikan orang tua), komunikasi, volunteer (relawan),
pembelajaran di rumah, membuat keputusan dan bekerjasama dengan komunitas. Adapun
penjelasan masing-masing tipe adalah sebagai berikut:

1. Tipe 1: Parenting Education ( Pendidikan Orang tua)

Parenting education ini adalah berupa keterlibatan orang tua dalam kegiatan
pendidikan bagi orang tua yang bertujuan membantu orang tua untuk menciptakan
lingkungan rumah yang mendukung anak sebagai pelajar, dan mendapatkan informasi
tentang kesehatan, keamanan, gizi dan setiap hal yang berhubungan dengan
perkembangan anak (Epstein, dkk., 2002, hlm. 16). Kegiatan pendidikan orang tua ini
dapat dilaksanakan baik secara formal di sekolah atau pun secara non formal, langsung
atau tidak langsung. Pada kegiatan pendidikan ini juga orang tua tidak hanya dapat
berperan sebagai penerima materi dari guru atau tenaga ahli lainnya, akan tetapi juga bisa
berperan sebagai narasumber berdasarkan keahlian dan keterampilan yang mereka miliki.
Hal ini mampu membuat orang tua dan guru dapat saling berbagi pengalaman dan
pengetahuan tentang anak berdasarkan pengetahuan mereka masing-masing. Adapun
kegiatannya dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk kegiatan sebagai berikut:

1. Pendidikan bagi orang tua tentang perkembangan dan kesehatan anak atau
lainnya secara informal. Pada kegiatan ini orang tua akan menerima pendidikan atau
pengetahuan dalam suasana yang tidak resmi secara berkelompok. Dimana mereka saling
berbagi ilmu dan pengalaman dalam suasana santai, sehingga masing-masing orang tua
dapat membagi pengalaman mereka dalam mendidik atau merawat anak mereka. Melalui
kegiatan tersebut orang tua juga bisa mendapatkan ilmu atau cara-cara baru yang sesuai
dan dapat digunakan dalam mendidik maupun mengasuh anak mereka di rumah
(Henniger, 2013, hlm. 81).

2. Pendidikan bagi orang tua secara formal. Keterlibatan orang tua dalam bentuk
ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan workshop, seminar atau pelatihan tentang
pendidikan, perkembangan dan kesehatan anak yang diberikan oleh tenaga ahli. Tenaga
ahli tersebut dapat diberdayakan berupa tenaga ahli dari orang tua sendiri atau pun tenaga
ahli yang diundang secara khusus untuk menyajikan materi (Henniger, 2013, hlm. 81;
Epstein, 2002, hlm. 172).

3. Informasi tentang pendidikan, perkembangan dan kesehatan anak pada


berbagai media. Adapun informasi tersebut hendaknya dapat digunakan oleh orang tua
baik di sekolah maupun di rumah, seperti buku-buku, video, atau media lain yang
13

menyediakan informasi tentang pendidikan, pengasuhan maupun perkembangan dan


kesehatan anak (Henniger, 2013, hlm. 81; Epstein, 2002, hlm. 172). Informasi yang
dimaksud juga dapat berisi tentang apa yang disampaikan pada workshop maupun
seminar.

4. Kunjungan ke rumah anak yang dilakukan oleh guru (Home visit). Program
home visit penting dilakukan oleh guru terutama terhadap keluarga anak dimana orang
tua mereka sangat sulit untuk terlibat secara langsung di sekolah. Program ini dapat
berfungsi sebagai pembuktian kepedulian guru terhadap orang tua dan anak. Program ini
bertujuan agar guru lebih memahami anak atau orang tua dengan mengetahui latar
belakang mereka dan orang tua juga lebih dapat terbuka dan memahami guru (Epstein,
2002, hlm. 172; Morrison, 1988, hlm. 338).

5. Tipe 2: Komunikasi Keterlibatan dalam bentuk komunikasi ini berupa


keterlibatan orang tua dalam komunikasi dua arah antara rumah dan sekolah atau
sebaliknya. Adapun komunikasi diharapkan mampu mengkomunikasikan tentang
program sekolah maupun pendidikan, perkembangan dan kesehatan anak guna
meningkatkan kerjasama dan pemahaman orang tua dan guru tentang anak. Sehingga
dengan adanya komunikasi aktif antara orang tua dan guru maka anak dapat melihat
bahwa orang tua dan guru mereka bekerjasama dalam mendidik mereka. Adapun
kegiatan komunikasi yang dimaksud dapat berupa: pertemuan orang tua dan guru,
telepon, buku penghubung atau surat dengan lembar tanggapan, pengambilan rapor, e-
mail, website, papan pengumuman, kegiatan atau bahan belajar anak di rumah serta kotak
saran (Epstein dkk., 2002; Morrison, 1988; Morrison, Storey & Zhang, 2011).

Keberhasilan berbagai jenis keterlibatan orang tua dan terbentuknya hubungan


yang baik antara orang tua di rumah dengan guru di sekolah akan sangat ditentukan oleh
kualitas komunikasi yang terjadi antara kedua belah pihak. Henniger (2013, hlm. 190)
merumuskan tujuh metode komunikasi yang efektif dalam menghasilkan hubungan yang
berkualitas antara orang tua dan guru yakni komunikasi melalui telepon, komunikasi
tertulis, komunikasi melalui teknologi, alat komunikasi visual, kunjungan rumah,
pertemuan orang tua dan konfrensi orang tua dan guru.

Komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru tersebut tidak dapat tercipta
dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru sebagai
pendidik dalam mewujudkannya. Adapun keterampilan yang dimaksud adalah
keterampilan mendengar, ketegasan, mendengar reaksi lainnya dan penyelesaian masalah
secara kolaboratif (Porter, 2008, hlm. 41).

6. Tipe 3: Volunteering (Sukarelawan) Keterlibatan orang tua dalam bentuk


volunteer atau sukarelawan ini berupa bantuan dan dukungan orang tua secara langsung
pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan yang dilakukan tentunya disesuaikan
14

dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki. Kegiatan sukarelawan ini
dapat berupa pendampingan guru di kelas, membantu guru di perpustakaan, di ruang
makan, di halaman bermain, ruang computer, makan, di halaman bermain, ruang
computer, ruang keluarga, dan sebagainya termasuk menghadiri penampilan anak,
kegiatan olah raga, perayaan-perayaan dan pendampingan anak pada kegiatan kunjungan
lapangan (Epstein dkk., 2002).

7. Tipe 4: Pembelajaran di rumah Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran di


rumah yang dimaksud adalah kegiatan orang tua dalam membantu anak belajar di rumah
berdasarkan kegiatan yang ada di sekolah, seperti membantu anak mengerjakan tugas di
rumah, membacakan buku cerita yang mendidik bagi anak, dan sebagainya (Epstein dkk.,
2002; Henniger, 2013, hlm. 200).

8. Tipe 5: Membuat keputusan Keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan


di sekolah adalah sebagai perwujudan rasa memiliki orang tua terhadap lembaga
pendidikan tempat anak mereka belajar. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya seperti
keikutsertaan orang tua dalam komite sekolah,keikutsertaan orang tua dalam persatuan
orang tua dan guru dan sebagainya.

9. Tipe 6: Bekerjasama dengan komunitas masyarakat Keterlibatan orang tua


dalam kegiatan yang menghubungkan orang tua, guru, murid dan masyarakat dimana
mereka merencanakan secara bersama-sama kegiatan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kualitas sekolah, seperti dalam layanan kesehatan, kelompok budaya,
rekreasi, dan kegiatan lainnya yang memerlukan kontribusi masyarakat atau juga
sebaliknya (Epstein dkk., 2002).

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan kajian pustaka, kajian pustaka dalam suatu penelitian
ilmiah adalah salah satu bagian penting dari keseluruhan langkah-langkah metode
penelitian. Cooper dalam Creswell mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki
beberapa tujuan yakni; menginformasikan kepada pembaca hasil penelitian lain yang
berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian
dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian
sebelumnya. Geoffrey dan Airasian mengemukakan bahwa tujuan utama kajian pustaka
adalah untuk menentukan apa yang telah dilakukan orang yang berhubungan dengan
topik penelitian yang akan dilakukan. Dengan mengkaji penelitian sebelumnya, dapat
memberikan alasan untuk hipotesis penelitian, sekaligus menjadi indikasi pembenaran
pentingnya penelitian yang akan dilakukan. Lebih lanjut Anderson mengemukakan
bahwa kajian pustaka dimaksudkan untuk meringkas, menganalisis, dan menafsirkan
konsep dan teori yang berkaitan dengan sebuah proyek penelitian.
15

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian menunjukan kebanyakan gadget yang diberikan para orang tua
kepada anaknya adalah berdasarkan keinginan anaknya. Untuk tujuan tertentu seperti
untuk mengenalkan teknologi lebih dini atau sekedar untuk mebuat anaknya tidak bosan.
Bagi orang tua yang seperti ini lebih beranggapan bahwa dengan gadget anak usia dini
dapat memperluas jaringan persahabatan mereka karena dapat dengan mudah dan cepat
bergabung ke sosial media yang telah disediakan (Nurrachmawati, 2014). Terkadang juga
gadget dapat dijadikan para orang tua untuk mengalihkan anakanak agar tidak
mengganggu pekerjaan oarang tuanya sehingga para orang tua menyediakan fasilitas
berupa gadget untuk anaknya yang masih berusia dini (Widiawati & Sugiman, 2014).

Pada salah satu penelitian oleh Novitasari (2016) penggunaan gadget pada anak
usia dini menyebutkan bahwa “pemakaian gadget lebih menyenangkan dibandingkan
dengan bermain dengan teman sebayanya. Hal ini tak lepas oleh berbagai aplikasi
permainan yang terdapat pada gadget anak-anak ini, yang tentunya lebih menarik
perhatian anak-anak ini dibandingkan dengan permainan-permaian yang terdapat di
lingkungan sekitarnya. Selain itu juga, orangtua meng”iya”kan bahwa saat anak-anaknya
bermain gadget cenderung anak-anak ini diam di depan gadgetnya masing-masing tanpa
mempedulikan dunia sekitarnya”. Secara tidak sadar, anak-anak sudah mengalami
ketergantungan menggunakan gadget. Ketergantungan inilah yang menjadi salah satu
dampak negatif yang sangat berpengaruh (Prasetyo, 2013). Para responder menyebutkan
bahwa dalam penggunaan gadget kebanyakan anak lebih menggunakannya untuk
bermain. Dari hal kecil tersebut, anak yang awalnya senang bermain dengan temannya
dapat berubah dengan terbiasanya diberikan gadget sebagai pengganti teman bermain.

Ketergantungan terhadap gadget pada anak disebabkan karena lamanya durasi


dalam menggunakan gadget. Bermain gadget dengan durasi yang cukup panjang dan
dilakukan setiap hari, bisa membuat anak berkembang ke arah pribadi yang antisosial.
Dampak yang ditimbulkan dari hal itu sebenarnya adalah dapat membuat anak lebih
bersikap individualis karena lama kelamaan menyebabkan lupa berkomunikasi dan
berinteraksi terhadap lingkungan di sekitarnya (Simamora, 2016). Hal tersebut dapat
menyebabkan interaksi sosial antara anak dengan masyarakat, lingkungan sekitar
berkurang, bahkan semakin luntur (Ismanto dan Onibala, 2015). Seperti yang diketahui
bahwa usia dini merupakan usia anak dapat mengasah kemampuan bersosialisasinya
dengan baik dilingkungan sosial. Namun, dari penelitian yang dilakukan terhadap
responder menyatakan bahwa dalam penggunaan gadget selalu dibatasi durasinya dan
selalu dilakukan pengawasan sehingga hal tersebut tidak terjadi. Menurut Maulida (2013)
Tandatanda anak usia dini kecanduan gadget: 1. Kehilangan keinginan untuk beraktivitas;
2. Berbicara tentang teknologi secara terus menerus; 3. Cenderung sering membantah
suatu perintah jika itu menghalangi dirinya mengakses gadget; 4. Sensitif atau gampang
tersinggung, menyebabkan mood yang mudah berubah; 5. Egois, sulit berbagi waktu
16

dalam penggunaan gadget dengan orang lain; 6. Sering berbohong karena sudah tidak
bisa lepas dengan gadgetnya, dengan kata lain anak akan mencari cara apapun agar tetap
bisa menggunakan gadgetnya walaupun hingga mengganggu waktu tidurnya. Dari ciri-
ciri tersebut, dapat dilihat ternyata penggunaan gadget pada anak usia dini dapat
mengurangi interaksi sosialnya dalam kehidupan sehari-hari baik itu dengan orang
tuanya, teman sebanya, maupun dengan masyarakat. Untuk itu, ada baiknya orang tua
perlu mendampingi dan membimbing anaknya saat sedang menggunakan gadget, dan
peran orang tua dalam mendisiplinkan sangat dibutuhkan agar anak tidak mengalami
ketergantungan yang akan menyebabkan dampak negatif terhadap perkembangan anak
terutamadengan hubugannya dengan kehidupan sosial anak tersebut (Ameliola, 2013)

KESIMPULAN
Hal ini menyebabkan berbagai macam pengaruh terhadap pola kehidupan
manusia baik pola pikir maupun perilaku. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup
manusia. Salah satu perkembangan teknologi yang sangat mempengaruhi pola pikir
manusia adalah gadget. Gadget adalah media yang dipakai sebagai alat komunikasi
modern. Gadget semakin mempermudah kegiatan komunikasi manusia. Kini kegiatan
komunikasi telah berkembang semakin lebih maju dengan munculnya gadget. Salah
satunya mempengaruhi interaksi sosial pada anak usia dini.

Berkaitan dengan pengaruh gadget terhadap pendidikan pada anak usia dini
ternyata memberikan dampak negatif. Seringnya anak usia dini berinteraksi dengan
gadget dan juga dunia maya mempengaruhi daya pikir anak terhadap sesuatu diluar hal
tersebut. Gadget juga ternyata secara efektif dapat mempengaruhi pergaulan sosial anak
terhadap lingkungan terdekatnya. Selain itu, ia juga akan merasa asing dengan
lingkungan sekitar karena kurangnya interaksi sosial selain itu anak juga kurang peka dan
bahkan cenderung tidak perduli terhadap lingkungannya.

Hal ini tentunya sangat membahayakan perkembangan pendidikan pada anak usia
dini. Sebagai orang tua, sebaiknya mereka membimbing dan memantau serta memberikan
pemahaman yang baik kepada anak untuk lebih selektif dalam memilih permainan (game
online) yang terdapat pada gadget.
17

DAFTAR PUSTAKA

[1] Diadha, Rahminur. (2015). Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak usia dini di
taman kanak-kanak. Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1.

[2] Jailani, M. Syahran. (2014). Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang
Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8, Nomor 2.

[3] Suhono dan Utama, Ferdian. (2017). Keteladanan Orang Tua Dan Guru Dalam
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Dini (Perspektif Abdullah Nashih Ulwan
Kajian Kitab Tarbiyyah Al-Aulad Fi Al-Islam). Institut Agama Islam Ma’arif NU Metro
Lampung.

[4] Supardan, Dadang. (2008). Menyingkap Perkembangan Pendidikan Sejak Masa Kolonial
Hingga Sekarang: Perspektif Pendidikan Kritis. GENERASI KAMPUS, Volume 1,
Nomor 2.

[5] Setyowibowo, Feri dan Anton Subarno. (2010). Analisis Kepuasan Sivitas Akademika
Terhadap Pelayanan Penyelenggaraan Pendidikan. PAEDAGOGIA, Jilid 13, Nomor 2,
Agustus 2010, halaman 161 – 172.

[6] Pebriana, Putri Hana. (2017). Analisis Penggunaan Gadget terhadap Kemampuan
Interaksi Sosial pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 1 Issue
1 Pages 1 – 11.

[7] Suyanto, Slamet. (2012). Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Anak, Volume 1, Edisi 1.

Anda mungkin juga menyukai