2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya. Penulis Buku Ajar yang berjudul Pengaruh Negatif Gadget Terhadap
Perkembangan Anak dan Minat Belajar Anak dapat diselesaikan. Secara khusus, buku ini
hadir dihadapan pembaca karena diniati untuk memenuhi bahan bacaan pada perkuliahan
Perencanaan dan strategi pembelajaran di Universitas Dharmas Indonesia.
Buku ini hadir diniati untuk memenuhi buku ajar mahasiswa dalam rangka mendukung
tercapainya capaian pembelajaran mata kuliah Perencanaan dan strategi pembelajaran. Sebagian
besar naskah buku ini merupakan hasil kajian pustaka dari berbagai literature. Penulisan
menggunakan bahasa yang sederhana sehingga harapannya materi-materi yang disajikan dapat
mudah dipahami oleh mahasiswa.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
A. ABSTRAK
Gadget, merupakan perangkat elektronik kecil dengan fungsi khusus. Keunikan gadget
adalah kemampuannya untuk selalu menghadirkan teknologi terbaru, membuat hidup manusia
menjadi lebih praktis. Jenis gadget meliputi tablet, smartphone, dan notebook. Gadgets
menawarkan berbagai layanan, fitur, dan aplikasi terkini yang mendukung kehidupan manusia.
Penggunaan gadget pada anak memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif mencakup
bantuan pada perkembangan fungsi adaptif, peningkatan pengetahuan, perluasan jaringan
persahabatan, kemudahan komunikasi, dan pengembangan kreativitas. Penulisan buku ini
bertujuan untuk menyampaikan pengaruh terhadap perkembangan anak, dampak negatif,
pengaruh terhadap minat belajar, dan upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi dampak
negative dari penggunaan gadget terhadap anak Beberapa upaya mencakup pemilihan gadget
sesuai usia, pembatasan waktu penggunaan, pencegahan kecanduan, dan adaptasi anak dengan
perkembangan zaman. Orang tua dapat memberikan pengawasan dan memberikan reward serta
punishment sebagai kontrol penggunaan gadget anak.
Kata kunci: gadget, perkembangan anak, dampak negatif, minat belajar, upaya.
B. PENDAHULUAN
Gadget merupakan alat elektronik yang digunakan sebagai media informasi, media
belajar, dan sebagai hiburan. Manfaat gadget lainnya yaitu dapat tersambung dengan internet
dan siswa sudah mengenal fungsi internet. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang
menyalahgunakan penggunaan internet untuk hal negatif, sehingga siswa harus selalu dalam
pengawasan orang tua.
Kemajuan zaman di bidang ilmu teknologi semakin berkembang (Azizul et al., 2020;
Lestari, 2018). Teknologi yang sangat populer di era globalisasi ini adalah gadget (Dewi,
2019; Patricia, 2020). Gadget dahulu hanya digunakan oleh kalangan menengah ke atas.
Namun, sekarang gadget tidak hanya digunakan oleh orang-orang penting, tetapi juga
digunakan anak-anak usia sekolah (Pankaj S. Parsania, 2015; Suhana, 2018). Penggunaan
gadget dalam dunia pendidikan merupakan sebuah permasalahan yang perlu dikaji secara
mendalam karena dalam pikiran sepertinya gadget hanya berguna untuk menyampaikan Short
Message service (SMS), mendengarkan musik, menonton tayangan audiovisual, dan game
(Angga et al.,2020).
Kini gadget bukan lagi sekadar alat berkomunikasi, tetapi gadget juga merupakan alat
untuk menghibur dengan suara, tulisan, gambar dan video. Gadget merupakan suatu istilah
yang digunakan dalam menyebut beberapa macam jenis alat teknologi yang sifatnya semakin
berkembang pesat dan memiliki fungsi khusus (Arwansyah & Wahyuni, 2020; Hudaya,
2018). Contoh dari gadget yaitu smartphone, I phone, computer, laptop, dan tab
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Gadget
Istilah “gadget” berasal dari bahasa Inggris yang berarti suatu alat elektronik
berukuran kecil yang mempunyai fungsi tertentu. Satu hal yang membedakan gadget
dengan perangkat elektronik lainnya adalah adanya unsur “kebaruan”. Artinya, gadget
terus bermunculan dari hari ke hari, menghadirkan teknologi terkini yang membuat hidup
manusia semakin nyaman.
Gadget merupakan perangkat yang berkaitan dengan perkembangan teknologi
saat ini. Contoh gadget antara lain tablet, smartphone, notebook, dan lain sebagainya.
Gadget adalah perangkat elektronik berukuran kecil dengan fungsi tertentu. Diantaranya
adalah ponsel pintar seperti iPhone dan BlackBerry, serta notebook, kombinasi komputer
jinjing seperti notebook dan internet (Widiawati, 2014: 106). Berbagai jenis gadget mudah
didapatkan saat ini. Karena harga berbagai jenis teknologi berbeda-beda, ada yang murah
dan ada pula yang mahal, tergantung kebutuhan ekonomi penggunanya. Dan setiap orang
selalu ingin memiliki teknologi yang semakin maju. Barang-barang berteknologi tidak
jarang ditemukan. Hampir seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, sosial
budaya, olah raga, ekonomi, dan politik selalu memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk
mencari informasi dan membantu dalam menjalankan aktivitasnya dalam memecahkan
suatu permasalahan.
Dari pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa gadget adalah
perangkat elektronik yang memiliki berbagai fitur layanan dan aplikasi yang
menghadirkan teknologi terkini, membantu kehidupan manusia menjadi lebih nyaman dan
memiliki fungsi tertentu
Menurut Hurlock, minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.4 Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crow and Crow
mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang
untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.5 Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap
pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan
minat seseorang akan melakukan
Pada saat ini ini minat belajar pada anak-anak semakin menurun terlebih karena
adanya pengaruh teknologi informasi yang sangat berkembang pesat termasuk gadget.
Gadget berpengaruh pada anak-anak dalam proses berinteraksi pada ruang lingkup
sekolahnya maupun di rumah, terutama pada masa pandemi ini. Semua proses belajar
mengajar dilakukan secara online/durring yang menuntut setiap guru maupun siswa
melakukan pembelajaran menggunakan gadget atau komputer. Gadget dapat memudahkan
anak-anak dalam proses belajarnya, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa gadget juga
dapat menghambat anak-anak untuk belajar. Para orang tua agar selalu mendampingi anak-
anak dalam menggunakan gadget. Jika tanpa didampingi oleh orang tua, anak-anak akan
lebih senang bermain game atau media social dibandingkan belajar atau mengerjaka tugas
sekolah.
5. Upaya untuk mengatasi dampak negative dari penggunaan gadget terhadap anak
Sosok yang paling berpengaruh dalam mencegah maupun mengatasi dampak
negatif dari gadget adalah orang tua. Maka orang tua memiliki peran besar dalam
membimbing dan mencegah agar teknologi gadget tidak berdampak negatif bagi anak.
a. Batasi waktu
Anak-anak, boleh-boleh saja diberi gadget. Tapi harus diperhatikan durasi
pemakaiannya. Misalnya, boleh bermain tapi hanya setengah jam dan hanya pada saat
senggang. Contohnya, kenalkan gadgetseminggu sekali, misalnya hari Sabtu atau
Minggu. Lewat dari itu, ia harus tetap berinteraksi dengan orang lain. Aplikasi yang
boleh dibuka pun sebaiknya aplikasi yang lebih ke fitur pengenalan warna, bentuk, dan
suara.
Sejalan pertambahan usia, ketika anak masuk usia pra remaja, orangtua bisa
memberi kebebasan yang lebih, karena anak usia ini juga perlu gadget untuk fungsi
jaringan sosial mereka.
b. Hindarkan kecanduan
Kasus kecanduan atau penyalahgunaan gadget biasanya terjadi karena orangtua
tidak mengontrol penggunaannya saat anak masih kecil.. Akan susah mengubah karena
kebiasaan ini sudah terbentuk. Ini sebabnya, orang tua harus ketat menerapkan aturan
ke anak, tanpa harus bersikap otoriter. Ciri-ciri anak yang sudah kecanduan antara lain
Anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan gadget. Anak
mengabaikan/mengesampingkan kebutuhan lain hanya untuk bermain gadget. Misalnya
lupa makan, lupa mandi., lupa tidur. Anak mengabaikan teguran-teguran dari orang
sekitar.
c. Beradaptasi dengan zaman
Salah satu dampak positif gadget adalah akan membantu perkembangan fungsi
adaptif seorang anak. Artinya kemampuan seseorang untuk bisa menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan sekitar dan perkembangan zaman. Jika perkembangan
zaman sekarang muncul gadget, maka anak pun harus tahu cara menggunakannya.
D. KESIMPULAN
Gadget adalah perangkat elektronik kecil dengan fungsi khusus dan terus
berkembang dengan menyajikan teknologi terbaru. Gadget mencakup berbagai
perangkat seperti tablet, smartphone, dan notebook.
Pengaruh Gadget terhadap Perkembangan Anak memiliki dampak positif dan
negatif. Dampak positif termasuk membantu perkembangan fungsi adaptif, memperluas
pengetahuan, dan membangun kreativitas anak. Namun, dampak negatifnya melibatkan
ketergantungan, kesulitan berkonsentrasi, dan pengaruh terhadap perilaku dan kesehatan
anak.
Dampak Negatif dari Penggunaan Gadget melibatkan risiko terhadap kesehatan,
penggangguan perkembangan anak, rawan terhadap tindak kejahatan, dan pengaruh
terhadap perilaku anak. Radiasi elektromagnetik dari gadget dan akses mudah ke konten
yang tidak sesuai dengan usia anak adalah masalah yang perlu diatasi.
Penggunaan Gadget juga dapat mempengaruhi minat belajar anak. Meskipun gadget
dapat memudahkan pembelajaran, penggunaan yang berlebihan dapat menghambat
minat belajar dan konsentrasi anak.
Upaya untuk mengatasi dampak negatif melibatkan peran penting orang tua. Orang
tua perlu memilih gadget sesuai dengan usia anak, membatasi waktu penggunaan,
menghindari kecanduan, dan memastikan anak beradaptasi dengan zaman tanpa
mengorbankan interaksi sosial dan aktivitas fisik.
Dengan demikian, penggunaan gadget memiliki aspek positif dan negatif yang perlu
diperhatikan dan dielola dengan bijak, terutama dalam konteks perkembangan anak
DAFTAR RUJUKAN
Nikmawati, Henri Suryo Bintoro, Santoso. 2021. Dampak penggunaan gadget terhadap hasil
belajar dan minat belajar siswa sekolah dasar. Universitas Pendidikan Ganesha.
Vivi Yumarni. 2022. pengaruh gadget terhadap anak usia dini. STAI Ma’rif Jambi
Al- Nizar, Siti Hajaroh. 2019. Pengaruh intensitas penggunaan game gadget terhadap minat
belajar anak. Universitas Negeri Mataram.
PERILAKU MENCONTEK : PERAN GURU MATA PELAJARAN DAN GURU BK
DALAM MENGURANGI PERILAKU SISWA MENCONTEK DISEKOLAH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-nya.Penulis Buku Ajar Perencanaan dan Strategi pembelajaran dapat diselesaikan,
karena tanpa rahmat dan ridhonya kami tidak dapat menyelesaikan buku ajar ini dengan baik
dan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan kepada ibu Sonia Yulia Friska,M.pd selaku dosen
mata kuliah Perencanaan dan stategi pembelajaran yang membantu kami dapat
menyelesaikan buku ajar ini
Dalam buku ajar ini kami menjelaskan tentang cara mengatasi anak yang sering
menyontek Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ajar ini, untuk itu
kritik dan saran terhadap buku ajar ini sangat diharapkan. Semoga dengan adanya buku ajar
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan pendengar .
DAFTAR ISI
A. Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi berdasarkan kondisi realitas yang diperoleh melalui
pengamatan dan laporan dari beberapa guru mata pelajaran dan pengawas yang terhimpun
dalam catatan kasus siswa yang mencontek pada saat ulangan , bila kondisi ini berkelanjutan
dapat berakibat fatal karena bisa menyebabkab peserta didik meragukan dan tidak percaya
dengan kemampuannya sendiri dan dapat membentuk sifat pembohong.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru BK dalam mengurangi perilaku
siswa menyontek dan cara dalam mengurangi perilaku siswa menyontek dikelas V Subjek
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, Guru pembimbing dan siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu meneliti bagaimana peran guru
BK dalam mengurangi perilaku siswa menyontek dikelas. Guru pembimbing melakukan
perannya dengan cara memberikan layanan informasiserta memberi bimbingan kelompok
kepada siswa ,dengan memberikan materi informasi yang berkaitan dengan mengurangi
perilaku siswa menyontek dan layanan bimbingan kelompok dapat melatih mengurangi
kebiasaan menyontek mereka.
Kata kunci : Perilaku mencontek, penyebab perilaku mencontek, Peran guru mata
pelajaran dan guru BK
B. Pendahuluan
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa
dimasa depan, melalui pendidikan manusia sebagai subjek pembangunan dapat dididik,
dibina dan dapat dikembangkan potensinya. Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode – metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman ,
dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan juga berarti tahapan
kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah)yang dipergunkan untuk
mnyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap,
dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping
secara formal seperti disekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya, pendidikan juga
dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri ( self-instruction) ( Muhibbinsyah
2009:10-11). Terkait dengan dunia pendidikan, untuk menciptakan manusia menjadi pribadi
yang berkualitas dan berprestasi tinggi maka siswa harus memiliki prestas belajar yang juga
baik. Prestasi belajar merupakan tolak ukur maksimal yang dicapai siswa setelah melakukan
perubahan belajar selama waktu yang telak ditentukan bersama seorang siswa dikatakan telah
mencapai perkembangan secara optimal apabila siswa dapat memperoleh pendidikan dan
prestasi belajar yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya.
Pendidikan juga tidak terlepas dari istilah membimbing/ memberikan bimbingan dan
konseling. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak – anak, remaja maupun dewasa.
Agar orang yang dibimbing mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandir,dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku. Dengan demikian , peran guru BK dalam bimbingan dan
konseling sangatlah penting baik dalam berlangsung kegiatan belajar mengajar maupun
sebagai tenaga pembina sekaligus membantu dalam menangani bebagai masalah yang
dialami oleh siswa . Dengan adanya guru BK dalam lembaga sekolah, maka memungkinkan
teratasinya suatu masalah termasuk masalah rendahnya prestasi belajar siswa. Selain itu,
kehadiran dan bimbingan konseling sangat relevan sekali dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensi
berupa minat belajar, bakat dan kopmpetensi( Prayitno, 2004:29).
C. Pembahasan
Pada masa sekarang ini hampir seluruh lembaga pendidikan sudah memiliki guru
bimbingan dan konseling disekolahnya. Usaha ini dilakukan karena guru pembimbing
dipandang sebagai salah satu unsur yang dapat membantu proses pendidikan. Disamping itu
telah banyak contoh yang menunjukan bahwa keberadaan guru pembimbing dapat lebih
intensif untuk menangani siswa-siswa yang bermasalah. Karena program membimbing dan
konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam keseluruhan program pendidikan
dilingkugan sekolah.
a. Perilaku mencontek
2. Orang Tua
Menurut Hurlock(1999:132;dalam Uni Setyani,2007:76) pandangan orang tua tentang
kemampuan dan prestasi anak akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya.orang
tua yang terlalu mengharapkan anaknya mendapatkan prestasi yang baik akan mempengaruhi
anak untuk memperoleh nilai yang baik bagaimanapun caranya, termasuk mencontek.
3. Guru
Guru hendaknya meningkatkan pengawasan dan memberikan hukuman tegas pada
siswa yang mencontek sehingga siswa tidak berani mengulangi perbuatannya. Guru juga
hendaknya tidak menganggap bahwa menyontek sebagai perbuatan yang wajar, akan tetapi
harus menyikapinya dengan serius.
4. Sekolah
Berkaitan dengan pelaksanaan ujian, sekolah dharapkan membuat sistem ujian dan
menggunakan bentuk soal yang meminimalisir intensi mencontek, minsalnya dengan
mengatur jarak antar siswa, dan membuat soal siswa berbeda-beda antar kelas. Sejak siswa
mulai masuk sekolah diharapkan menanamkan pemahaman pada siswa bahwa mencontek
merupakan sesuatu bentuk ketidak jujuran yang dapat berdapak pada aspek kehidupan lain.
Kesimpulan
Mencontek adalah perbuatan yang tidak jujur dan akan menjadi negatif jika hal
tersebut terus-menerus dilakukan. Maka dari itu dibutuhkan kepedulian dari semua orang,
bukan hanya pelajar tersebut saja, namun orang tua, guru dan dosenpun harus tegas dalam
masalah contek-mnecontek ini, agar peserta didik tidak menjadi orang yang pemalas,
sehingga tiadak menjadi kebiasaan mencontek.
Mencontek merupakan sebuah kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengerjakan tugas dan ujian, baik itu disekolah, diperguruan tinggi, maupun ditempat yang
lainnya dan juga merupakan suatu penipuan atau melakukan perbuatan tidak jujur.
Mencontek mempunyai gejala-gejala dan bentuk yang bermacam-macam yaitu
prokrastinasi, self-efficac yang rendah, kecemasan yang berlebihan, motivasi belajar, dan
prestasi yang rendah, keterikatan pada kelompok, keinginan akan nilai tinggi. Pikiran negatif
dan cari perhatian. Sedangkan Bentuk-bentuk mencontek diantaranya yaitu individual-
opportunistic, independent-planned, social-active, social-passive, melihat jawaban teman
pada saat tes berlangsung, meminta jawaban kepada teman, mengizinkan teman menyalin
jawaban mengunakan bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan akademik, plagiat,
membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku mencontek. Membuat catatan sendiri, dan
membuka buku pada saat ujian
Faktor penyebab perilaku mencontek terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal , upaya penanggulangan perilaku mencontek dapat dilakukan dalam berbagai
segi, baik itu dari diri sendiri, orang tua, guru, sekolah, guru BK atau konselor adapun cara
penanggulangan perilaku mencontek oleh konselor dapat digunakan melalui konseling
kognitif perilaku (KKP) dan konseling REBT berbasis kelompok.
Seorang siswa hendakya mampu meningkatkan ras percaya diri dan keyakinan diri
bahwa dia mampu untuk menjawab soal ujian maupun mengerjakan tugas tanpa mencontek
dari teman maupun mencontek dari yang lainnya. Orang tua hendaknya juga tidak menuntut
secara berlebihan kepada anak untuk mendapatkan nilai yang baik. Karena itu akan mrmbuat
anak menghalalkan segala cara untuk mrnyenangkan orang tua, seperti dengan cara
mencontek. Orang tua juga tidak seharusnya memakai pola asuh yang otoriter kepada anak,
hak ini akan mengakibatkan anak menarik diri dari pergaulan dan tidak mempunyai rasa tidak
percaya diri.
Sebagai guru, sebaiknya juga harus melarang siswa untuk tidak mencontek dan tidak
seharusnya guru mrmbiarkan siswa mencontek ketika ujian maupun dalam membuat tugas.
Jika ada siswa yang mencontek hendaknya diberikan hukuman yang membuat siswa untuk
tidak mencontek dan mrmbuat siswa jera dan tidak mrnyontek lagi. Hal ini juga perlu adanya
ketegasan dari sekolah untuk menangani siswa yang mencontek.
Guru BK dan konselor juga harus mampu untuk mencegah siswa agar tidak
terjerumus untuk mencintek, Guru BK atau konselor agar mampu membantu siswa agar
siswa mempunyai konsep diri yang positif dan percaya diri ang tinggi dan juga membantu
agar siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Winda, A. A (2017) Peran Guru BK dalam Mengurangi Perilaku Siswa Mencontek di MTS
Swasta Proyek Kandepag Mmedan TA 2016/2017.(Thesis, sumatera Utara:
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
Hartanto, D. (2012). Bimbingan & Konseling Mencontek Mengungkap Akar Masalah dan
Solusinya. Jakarta Barat: Indeks
Marwan, D. (2013). Hubungan percaya Diri Siswa dengal Hasil Belajar Geografi Kelas XI
IPS di SMA N ! Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Pendidikan Geografi,
1(1).
Haryati, A., Wibowo, M. E., & Mulawarman, M.(2017). Model Bimbingan Kelompok
Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Empati siswa. Jurnal Bimbingan Konseling,
6(1), 28-33.
Maulida, F., Dahliana., & Said, N. (2017) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menyontek Pada siswa SMA Negeri dalam wilayah kota Takengon. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. 2(1):23
Mukti, P. G. (2015) Hubungan antar Self-Efficacy Dengan Perilaku Menyontek pada siswa
kelas XI Di SMA Negeri 1 Plleret Bantul Yogyakarta, Jurnal Fakultas Psikologi. 3(1):
8-15.
Gladding (2004) dalam Dody Hartanto,2012:60)
Hurlock(1999:132;dalam Uni Setyani,2007:76)
George & Crintiani ( 1990:dalam Hartanto dan Boy Soerdarmadji, 2013:131)
BUKU AJAR
Dosen Pengampu:
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
Sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Ajar yang bertema Strategi Guru dalam
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik ini tepat pada waktunya. Terimakasih juga kami
ucapkan kepada Ibu Sonia Yulia Friska, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perencanaan dan Strategi Pembelajaran dan kepada teman-teman atas bantuan dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran dalam terselesaikannya Buku Ajar ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad
saw. yang selalu kita harapkan syafa’atnya dihari kiamat nanti.
Adapun tujuan dari Buku Ajar ini adalah untuk menambah wawasan kita tentang
Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik. Karena keterbatasan pengeta
huan ataupun pengalaman yang kami miliki, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
Buku Ajar ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih, semoga
Buku Ajar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................6
A. ABSTRAK
B. PENDAHULUAN
Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk
mencapai tujuan seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung
memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut. Untuk
mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasam juga minat, sebab tanpa adanya minat
segala kegiatan akan di lakukan kurang efektif dan efeisien. Hamdu, dkk, menyatakan
bahwa minat adalah sebagian sebab yaitu kekuatan pendorongan yang memaksakan
seseorang menurut perhatian pada orang situasi atau aktivitas tertentu dan bukan pada
yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang disitimular oleh
hadirnya seseorang atau suatu objek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktivitas.
Guru dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi agar saat menjalankan tugasnya
seorang profesional. Kecakapan guru dalam mengelola kelas menjadi suatu tuntutan dan
kebutuhan dalam mendorong peserta didik berpartisipasi dalam pembelajaran dikelas.
Guru merupakan faktor dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar
mengajar. Seorang guru bukan hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator, akan
tetapi juga dituntut untuj dapat berperan sebagai sebagai motivator yang dapat
membangkitkan semangat dan dorongan peserta didik dalam belajr dengan mengunakan
berbagai keterampilan mengajar guru yang sesuai serta menunjang pembentukan
kompetensi dasar peserta didik yang lebih baik dari segi pengetahuan, keterampila,
maupun sikapnya. Peserta didik dapat meningkatkan minat belajarnya jika siap untuk
belajar. Kesiapan belajar peserta didik tersebut tampak pada fokusnya mengikuti
pembelajaran, dapat berpartisipasi, rajin bertanya, menyimak penjelasan guru, dab
seterusnya.
C. PEMBAHASAN
Minat belajar atau dorongaan untuk belajar didapat dari suasana pembelajaran
yang akan memberikan motivasi dan kebebasan dalam mengeksplorasi atau menganalisis
pengalaman belajar. Strategi guru untuk meningkatkan minat dan motifasi belajar peserta
didik didalam kelas, adalah:
Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk
mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung
memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar terhadap objek tersebut.
Setiap usaha yang dilakukan tidak terlepas dari faktor penghambat dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Guru merupakan faktor dominan dalam menentukan keberhasilan
proses belajar. Seorang guru bukan hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator, akan
tetapi juga dituntut untuk dapat berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan
semangat dan dorongan peserta didik dalam belajar dengan menggunakan berbagai
keterampilan, mengajar guru yang sesuai serta menjunjung pembentukan kompetensi
dasar peserta didik yang lebih baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun
sikapnya.
Berikan sebuah instruksi yang jelas, ciptakan lingkungan kelas bebas ancam, ubah
suasanan belajar, tawarkan metode dan model pembelajaran yang beraneka ragam,
ciptakan kompetensi yang positif, tawarkan hadiah, berikan tanggung jawab kepada
peserta didik, berikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara berkelompok,
mengenal peserta didik untuk menemukan motivasi dari dalam dirinya, berikan feedback,
dan bantuan menemukan solusi, menjadikan kelas yang menyenangkan, dan berikan
kesempatan untuk melakukan.
DAFTAR RUJUKAN
Trismayanti, S. 2019. Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik di
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 17. No. 2. Hal 142-158
BUKU AJAR
Dosen Pengampu:
Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar. Tak lupa juga mengucapkan salawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena
berkat beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang lebih terang.
Kami ucapkan juga rasa terima kasih kami kepada pihak-pihak yang mendukung
lancarnya buku ajar ini. Adapun, buku ajar kami yang berjudul DAMPAK BURUK
YANG TERJADI TERHADAP ANAK YANGTERKENA BULLIYING ini telah selesai
kami buat secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat bagi pembaca
yang membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai dampak buruk yang terjadi
terhadap anak yang terkena bulliying.
Kami sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari
sempurna tentang buku ini. Oleh sebab itu, kami mohon agar pembaca memberi kritik
dan juga saran terhadap karya buku ajar ini agar kami dapat terus meningkatkan kualitas
buku.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
A. ABSTRAK
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa
tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Remaja yang menjadi korban bullying
lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying,
antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah
tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit
kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan
sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Dalam kasus yang
cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan.
Dan Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara
menyakiti dalam bentuk fisik, verbal atau emosional/psikologi oleh seseorang atau
kelompok yang merasa lebih lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada
perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita
B. PENDAHULUAN
Saat ini, bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia. Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang
atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban
merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Pelaku bullying sering disebut
dengan istilah bully. Seorang bully tidak mengenal gender maupun usia. Bahkan, bullying
sudah sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh para remaja.
Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas cakupannya. Remaja
yang menjadi korban bullying lebihberisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik
secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak
yang menjadi korban bullying antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti
depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa,
keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak
aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi
akademis.
Perilaku bullying sepatutnya mendapatkan perhatian khusus oleh para praktisi
pendidikan. Sebab, dampak yang ditimbulkan oleh bullying jika dibiarkan akan menjadi
fatal. Bahkan anak bisa bunuh diri karena bullying. Sebagian dari mereka merasa tertekan
karena sering dibully. Korban bullying biasanya cenderung diam dan tidak mau bercerita
tentang tindakan bullying yang dialami.
C. PEMBAHASAN
a. Pengertian Bulliying.
Bullying adalah perilaku agresif dan berulang yang ditujukan kepada seseorang
yang cenderung lebih lemah atau kurang mampu membela diri. Perilaku ini bisa
berupa pelecehan verbal, fisik, atau sosial, dan sering kali terjadi dalam konteks yang
tidak seimbang kekuasaan.
Anak yang menjadi korban bullying dapat mengalami dampak buruk secara
psikologis, emosional, dan bahkan fisik. Beberapa dampak termasuk rendah diri,
kecemasan, depresi, isolasi sosial, penurunan prestasi akademis, dan dalam kasus
ekstrem, bahkan mungkin menyebabkan pemikiran atau tindakan bunuh diri. Penting
untuk mengatasi bullying dengan serius untuk melindungi kesejahteraan mental dan
emosional anak-anak.
Dan dampak dari bulliying tidak hanya berlaku untuk korban saja tetapi pelaku
juga mendapatkan dampak dari apay ag dia lakukan diantaranya:
1. Dampak Hukuman: Jika terbukti bersalah, pelaku bullying dapat menghadapi
konsekuensi hukuman atau sanksi, baik di sekolah, tempat kerja, atau dalam
hukum pidana.
2. Masalah Perilaku dan Emosional: Beberapa pelaku bullying mungkin
mengalami masalah perilaku dan emosional, seperti agresivitas yang tidak
terkendali, kesulitan membentuk hubungan sosial yang sehat, atau rendahnya
empati terhadap orang lain.
3. Pengaruh Keluarga: Faktor lingkungan keluarga juga dapat berperan dalam
perilaku bullying. Pelaku mungkin mengalami ketidakstabilan atau model
perilaku agresif dalam keluarganya.
4. Resiko Hukum: Beberapa tindakan bullying dapat melanggar undang-undang
dan dapat menyebabkan pelaku menghadapi tuntutan hukum atau tanggung
jawab perdata.
5. Penyesalan dan Stigma Sosial: Setelah menyadari dampak dan konsekuensi
tindakan mereka, pelaku bullying mungkin merasa penyesalan dan
menghadapi stigma sosial di masyarakat.
6. Isolasi Sosial: Pelaku bullying dapat mengalami isolasi sosial karena perilaku
mereka dapat membuat orang lain menjauhi mereka.
7. Intervensi Pendidikan: Dalam konteks pendidikan, pelaku bullying mungkin
menghadapi tindakan disipliner atau intervensi pendidikan untuk mengubah
perilaku mereka.
8. Gangguan Masa Depan: Perilaku bullying di masa muda dapat berdampak
pada perkembangan pelaku di masa depan, termasuk sulitnya membangun
hubungan interpersonal dan menghadapi konsekuensi dalam
kehidupan profesional.
f. Upaya mengatasi perilaku Bullying
Beragam upaya dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying, diantaranya
mengoptimalkan layanan bimbingan konseling. Menurut Prayitno, tugas guru
BK/konselor dalam pelayanan konseling antara lain membantu mengatasi masalah
melalui berbagai jenis layanan. Prayitno mengemukakan konseling perorangan
merupakan layanan konseling yang diselenggrakan oleh konselor terhadap seorang
klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. Jadi, layanan ini dapat
membantu siswa perindividu dalam mengentaskan masalah tentang bullying yang
dibantuoleh guru BK/konselor
D. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana
tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat
seseorang merasa tidak nyaman.
anak yang terkena bullying menyoroti bahwa pengalaman tersebut dapat memiliki
konsekuensi serius secara psikologis, emosional, dan sosial. Korban bullying rentan
mengalami penurunan tingkat kepercayaan diri, stres, depresi, isolasi sosial, penurunan
prestasi akademis, dan bahkan risiko pemikiran atau tindakan bunuh diri. Upaya
pencegahan dan penanganan yang holistik menjadi penting untuk melindungi
kesejahteraan anak-anak dan menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung bagi mereka.
DAFTAR RUJUKAN
Priyatna, A. (2010). Let's End Bullying. Memahami, Mencegah & Mengatasi Bullying. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
BUKU AJAR
Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
“Strategi Guru Dalam Mengatasi Siswa yang Melakukan
Pelanggaran Tata Tertib Sekolah”
Dosen Pengampu:
Sonia Yulia Friska, M.Pd
NIDN. 1005059303
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi sekolah dalam menangani kasus
pelanggaran tata tertib yang terjadi disekolah SDN/153 VI Rantau Panjang X, Jenis penelitian
ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dengan wawancara,dan dokumen. Teknis
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriftip kuantitatip menggunakan
prosentase.
Adapun hasil dari temuan ini bahwa strategi sekolah menangani kasus pelanggaran tata
tertib pada siswa SDN/153 VI Rantau Panjang X yaitu :
1. Penanganan guru,meliputi :
a. menasehati.
b. memberikan hukuman bagi pelanggar tata tertib.
2. Penanganan sekolah
a. Memberikan scors.
b. Kerja sama sekolah dan orang tua.
Serta dapat pula disimpulkan bahwa guru sudah memberikan contoh yang baik
kepada siswa, untuk menangani siswa yang melanggar tata tertib sekolah, hasil dari
penilitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan serta
dalam membina akhlak siswa disekolah tersebut dan menanggulani kasus
pelanggaran tata tertib yang ada disekolah SDN/153 VI Rantau panjang X.
Pendahuluan
Beberapa siswa sering melanggar peraturan dan ketentuan seperti: Misalnya membolos
sekolah, tidak datang ke sekolah tepat waktu, terlibat tawuran, bahkan melakukan tindakan
pornografi. Situasi ini sangat memprihatinkan sehingga sekolah secara umum memiliki petugas
kebijakan sekolah yang bertugas di bidang kesiswaan, bimbingan dan konseling guna
memperbaiki situasi tersebut. Namun seringkali tidak efektif dan menemui kendala serta
hambatan di lapangan. Angka ini disebabkan karena keterbatasan guru dan kurangnya perhatian
terhadap siswa
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan buku ajar tentang strategi guru
dalam mengatasi siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Adapun tujuan dari
penulisan buku ajar ini adalah untuk membantu memahami para pembaca khususnya guru dalam
mempelajari cara mengatasi siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Tentu dalam
proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak serta
kerjasama. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya yang turut
serta membatu menyelesaikan buku ajar ini.
Meski demikian, Selaku manusia biasa dalam menulis buku ajar ini kami menyadari
masih banyak kekurangan, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari guna menyempurnakan
pembuatan buku ajar selanjutnya. Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga buku ajar ini
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat untuk para pembaca.
Dharmasraya
26 desember 2023
DAFTAR ISI
ABSTRACT.......................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................
a. Pelanggaran keterlambat....................................................................................
b. Pelanggaran seragam sekolah............................................................................
c. Pelanggaran tidak masuk tanpa penjelasan.....................................................
d. Pelanggaran di kantin saat jam pelajaran........................................................
2. Factor factor penyebab pelanggaran peraturan sekolah yang dilakukan
oleh siswa SDN 153 VI rantau Panjang X..............................................................
a. Sumber berasal dari siswa..................................................................................
b. Factor external siswa...........................................................................................
c. Factor yang berasal dari sekolah.......................................................................
3. Upaya sekolah dalam mengatasi pelanggaran tata tertib SDN 153
rantau Panjang X………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
PEMBAHASAN
a. Pelanggaran Keterlambatan
Jika dilihat dari tata tertib sekolah, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa SDN 153 VI Rantau panjang X.
Sumber yang berasal dari siswa adalah faktor penyebab terjadinya pelanggaran
tata tertib sekolah, ketidaksiapan siswa dalam belajar, dan rendahnya tingkat
intelektualitas. Berdasarkan yang dilihat terhadap siswa yang mempunyai permasalahan
pelanggaran tata tertib sekolah, faktor atau penyebab pelanggaran tata tertib sekolah oleh
siswa SDN 153 VI Rantau panjang x yaitu siswa malas, bosan, mengantuk, atau tidak
semangat dalam mengikuti pelajaran.
b. Faktor Eksternal Siswa
Salah satu faktor penyebab siswa melanggar peraturan sekolah yaitu faktor yang
berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari luar diri siswa misalnya di
lingkungan rumah, lingkungan tempat tinggal, lingkungan bermain, ataupun teman
bermain. Berdasarkan yang dilihat, siswa SDN 153 VI Ranatu panjang X diduga menjadi
faktor atau penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah adalah siswa yang tinggal
dalam sebuah rumah dimana ia harus membantu keluarganya dalam pekerjaan, akhirnya
merasa capek dan berujung tidak mau sekolah juga ada siswa asik bermain sama
temannya hingga menjadi terpengaruh untuk bermain terus bersama temannya, tidak ada
kepikiran untuk pergi sekolahnya hanya berpikir bermain saja.
3. Upaya sekolah dalam mengatasi pelanggaran tata tertib SDN 153 VI Rantau panjang
X
Berdasarkan hasil yang di lihat dari Siswa SDN 153 VI Rantau Panjang X yang
melanggar tata tertib sekolah seringkali mendapat teguran dan nasehat dari guru dan kepala
sekolah. upaya yang dapat dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam mengatasi
pelanggaran tata tertib sekolah yaitu:
Salah satu hal yang jarang dilakukan kepala sekolah dan guru bagaimana
mengevaluasi pelanggaran, apakah itu pelanggaran kecil, sedang atau berat. Dari hasil
evaluasi, barulah kepala sekolah maupun guru SDN 153 VI Rantau panjang X
memberi nasihat, teguran dan memperingati pada siswa yang melanggar agar siswa
tersebut tidak lagi melanggar tata tertib yang ada di sekolah.
b. Memberikan sanksi yang jelas dan mendidik
Jika sanksi yang diberikan oleh guru di SDN 153 VI Rantau panjang x kepada
siswa yang melanggar tata tertib berupa dinasehati, ditegur dan diperingati beberapa
kali tetapi masih melakukan pelanggaran maka guru beri hukuman kecil kepada siswa
yang melannggar. Hukuman kecil bisa berupa memungut sampah, membersihkan
lingkungan sekolah, lati lapangan atauun membersihkan wc dengan tujuan agar siswa
tersebut tidak lagi melakukan ataupun mengulangi kesalahan yang sama.
c. Melakukan Razia
Dilakukannya raziadi SDN 153 VI Rantau panjang X itu penting, razia bisa
dilakukan seminggu sekali ataupun disaat situasi sekolah yang terdapat kasus diluar
dari batas normal seperti adanya siswa yang merokok di perkarangan
sekolah, membaawa hp diam-diam, berkelahi menggunakan senjata tajam dan
lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
2 Pasal 3.
STRATEGI GURU DALAM MENGATASI SULITNYA SISWA KONSERTRASI
DALAM BELAJAR
B. Pengertian Guru
Guru ialah seorang pengajar yang memiliki simbolik yaitu di gugu dan ditiru oleh kalangan
siswa dan lingkungan sekitanya. Maka dari kata di gugu dan ditiru itulah maka peserta didik
sendiri meyakini bahwa apa yang berikan oleh gurunya adalah suatu yang benar adanya.
Kemudian kata ditiru disini bahwa seorang guru itu ialah sebagai suritauladan bagi siswa
untuk mengikuti hal-hal yang baik bagi siswa seperti adab, ahlaq dan sopan satun. Pada dunia
kerja atau lembaga pendidikan tentunya tugas soorang guru bukan hanya untuk memberikan
pembelajaran saja namun pada 5
umumnya seorang guru juga harus bisa mempunyai suatu pribadi yang memiliki kewibawaan
dan gaya tarik tersendiri agar siswa-siswi juga senang dalam melakukan kegiatan belajar
bersama guru tersebut sehingga siswa pun dapat mengangap guru terebut sama halnya dengan
orang tua mereka sendiri (Anggraini et al., 2022).
Pada dasarnya sesuai dengan keadaan sekarang dan tuntunan dari kurikulum guru ini
memiliki berbagai fungsi baik sebagai pendidik, pembimbing untuk siswa dan terutama
pengajar. Guru dalam melakukan pendidikan tentu harus menciptakan pembelajaran yang
bagus dak sesuai dengan karakteristik siswanya dan tentu harus menyenanngkan. Selain itu
guru sebagai pembimbing bagi siswa bisa membantu siswa dalam memahami akan diri siswa
itu sendiri dan mencari solusi pada suatu permasaahan yang ada pada diri siswa. selanjutnya
guru sebagai pendidik diharapkan bisa memberikan fasilitas kepada siswa dalam proses
mengenal dan mendewasakan diri siswa dalam kegiatan belajar yang mereka lakukan (Daga,
2021).
Melalui pendapat dari beberapa ahli tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa guru memiliki
peranan yang begitu penting pada semua hal dalam kegiatan belajar mengajar hal ini
dikarenakan guru harus bisa memberikan bimbingan kepada siswanya saat belajar dan harus
memberikan suatu kegiatan belajar secara maksimal. Jadi peran guru dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu ujung tombak bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar dan guru menjadi peranan yang amat penting dalam kegiatan belajar.
C. Pengertian Konsetrasi
Konsetrasi ialah suatu keadaan pada sebuah pemikiran atau suatu kondisi yang dilakukan
oleh keadaan yang terdapat didalam tubuh manusia. Untuk memberikan suatu kegiatan
terhadap sensai didalam tubuh seseorang perlu memiliki suatu kadaan yang tenang pada
suasana yang disukai oleh seseorang, hal ini dikarenakan pada keadaan yang kurang
menyenangkan seseorang akan tidak bisa menggunakan pemikirannya dengan baik
dikarenakan pikiran orang itu akan menjadi kosong. (Nuryana & Purwanto, 2010)
berpendapat bahwa konsentrasi ialah sebuah kemampuan dalam memberikan pemusatan
dalam pikrian atau sebuah kemampauan mental pada pengertian dalam memberikan
informasi yang diperukan dan memberikan pusat dalam perhatian hanya untuk hal-hal yang
dibutuhkan. (Aviana & Hidayah, 2015) juga berpendapat bahwa konsentrasi ialah suatu
pemusatan dalam perhatian dalam perubahan sifat yang diartikan dalam suatu kegiatan
menguasai pengunaan, dan penilaian pada suatu sikap dan nilai, pengetahuan dan suatu
kecakapan yang mendasar bisa dilihat dari berbagi bidang studi pengetahuan, secara teoritis
jika konsentrasi siswa 6
itu rendah maka akan menyebabkan kegiatan yang dilaukan berkualitas rendah serta
menyebabkan sesuatu yang kurang sesuai dalam pelajaran.
Konsentrasi diartikan sebagai suatu kegiatan dalam mengendalikan suatu pemikiran dan
kegiatan tubuh karena dengan hal yang terjadi itulah seseorang bisa lebih fokus atau
memberikan perhatian khusus dalam hal terentu kepada sesuatu yang bermanfaat baik secara
fisik dan mental. (Ihsan, 2018) berpendapat bahwa konsentrasi ialah pemusatan pada
pemikiran kepada suatu hal dengan cara menyampingkan hal-hal lain yang tidak ada
hubunganya sama sekali. Dari pendapat tersebut bisa diartikan bahwa konsetrasi ialah suatu
kegiatan yang memiliki fokus kepada suatu objek tertentu dan menyingkirakan dahulu hal-hal
yang tidak berguna artinya seseorang jika ingin berkonsetrasi tentu harus mengacu pada hal-
hal yang ingin difokuskannya bukan hal lain yang ingin dia lihat.
Media merupakan suatu alat komunikasi yang bisa juga dikenal dengan alat untuk
memberikan suatu kegiatan dalam menyampaikan suatu pesan supaya lebih mudah
memberikan pemahaman pada kegiatan komunikasi dan sebagai alat dalam memberikan
suatu kegiatan konsentrasi dalam pembelajaran yang dilaksanakan sehingga bisa sampai pada
kegiatan pemahaman lainnya. Penggunaan media pada lembaga pendidikan atau organisasi
bisa dibedakan dalam beberapa hal sesuai dengan hal apa yang dibutuhkan. Pada berbagai
media dan penggunaan nya begitu penting agar bisa memberikan bantuan pada proses belajar
mengajar terutama untuk memberikan suatu kegiatan konsentrasi dalam belajar. Jika
penggunaan 8
media itu tepat maka akan menciptakan suatu kegiatan belajar mengajar yang memiliki artian
yang baik dalam strategi konsetrasi siswa namun jika media yang digunakan itu tidak sesuai
dengan apa yang guru gunakan maka akan memberikan suatu pengaruh yang buruk pada
kegiatan konsetrasi belajar siswa bahkan bisa memberikan suatu permasalahan pada kegiatan
belajar siswa di kemudian harinya.
2. Game Online
Game online ialah permainan yang dimainkan dengan online menggunakan jaringan internet.
Game online via internet yang memberikan suatu penawaran pada fasilitas yang lebih karena
para pemain bisa melakukan sebuah kontak seperti komunikasi dengan para pemain lainnya
dari berbagai macam belah dunia melalui optional chat. Game online sendiri menjadi suatu
pengaruh yang amat besar karena memiliki daya tarik mereka sendiri dari pencinta game hal
ini di sebabkan karena adanya sebuah gambar yang menarik pada monitor seperti gambar 3D
yang membuat permainan itu semakin menarik untuk dilakukan (Adiningtiyas, 2017).
Game online ini sendiri menjadi suatu pengaruh yang buruk bagi para siswa dalam
melakukan kegiatan belajar dan memberikan pengaruh yang buruk bagi siswa dalam
melakukan kegiatan belajar karena bisa memberikan suatu pengaruh yang buruk bagi siswa
dalam melakukan kegiatan belajar dan memberikan suatu ketidak konsentrasian bagi siswa
dalam belajar. Game online ini menyebabkan siswa bisa melakukan atau memainkan game
online ini di mana saja dan kapan saja sehingga hal itu lah yang memberikan pengaruh buruk
bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar nya sehingga menyebabkan mereka sering
memainan game online ini dalam waktu belajar, di sekolah dan diluar sekolah sehingga
membuat siswa merasa terangsang karena memikirkan game online dan membuat konsentrasi
siswa tergangu dalam belajarnya.
3. Sulitnya pelajaran yang diterima
Salah satu hal yang menyebabkan siswa kurang dalam konsentrasi dalam belajar ialah karena
sulitnya pelajaran yang di terima oleh siswa sehingga menyebabkan siswa merasa tergangu
dalam konstrasi belajarnya. Diantara banyaknya pelajaran yang dianggap mereka sulit dan
cenderung dihindari oleh siswa salah satunya adanya mata pelajaran tertentu seperti
matematika. Matematika ialah salah satu mata pelajaran yang menurut siswa sulit sehingga
memberikan penyebab konsentrasi belajar siswa menjadi tergangu karena otak menjadi lelah
dan tegang. Kelelahan dan ketengan pada otak menyebabkan siswa merasa stres dan akhirnya
menyebabkan siswa sulit dalam melakukan konsentrasi dalam belajar 9
(Annisa et al., 2019).
4. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan
Kurangnya ketepatan guru dalam milih model pembelajaran dikelas juga merupakan suatu
pengaruh yang besar pada kegiatan atau proses belajar mengajar dikelas hal ini menimbulkan
suatu hal yang buruk pada proses pembelajaran terutama jika pembelajaran yang dilakukan
seperti clasikal contohnya seperti mdel pembelajaran yang hanya ceramah dan hanya
menggunakan model pembelajaran itu-itu saja. Pemilihan model pengajaran yang kurang
tepat akan menyebabkan siswa kurang bisa untuk memberikan suatu rangsangan pada setiap
kegiatan belajar yang dilakukan siswa sehingga kurangnya keikutsertaan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar hal tersebut bisa dilihat jika ada siswa yang hanya bersandar di
meja tanpa memperhatikan guru maka hal tersebut menjadi acuan bahwa model pembelajaran
yang digunakan kurang baik dan kurang sesuai maka guru disini harus mampu memberikan
suatu model pembelajaran yang baik dan bagus agar siswa saat belajar bisa berkonsentrasi
dalam pembelajaran yang dilakukan (Aviana & Hidayah, 2015).
Konsentrasi belajar ialah satu dari beberapa bagian yang penting dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar yang memiliki kepercayaan bisa memberikan kemudahan bagi para siswa
untuk mencapai proses belajar peserta didik. Selain itu konsentrasi belajar ialah suatu bagian
yang penting yang seharusnya dimiliki oleh semua siswa hal ini dikarenakan konsentrasi
siswa bisa memberikan suatu fokus dan memberikan pemahaman belajar yang diberikan oleh
guru dalam menyampaikan kegiatan belajar. Namun demikian tidak semua siswa bisa
melakukan konsentrasi pada saat kegiatan belajar, konsentrasi belajar siswa yang kurang bisa
dikatakan siswa yang memiliki suatu konsentrasi belajar yang rendah.
Konsentrasi siswa pada jenjang sekolah dasar itu sendiri masih sangat pendek siswa sendiri
mudah sekali pecah dalam berkonsentrasi jika mereka melihat suatu hal yang menarik atau
justru kegiatan belajar nya yang kurang menarik menurut siswa maka konsentrasi mereka pun
akan ikut pecah (Kurniawan et al., 2020). Contohnya seperti saat guru menjelaskan suatu
kegiatan dalam pembelajaran mungkin setelah lima belas menit belajar, maka siswa sendiri
sangat tidak sering dalam memperhatikan pembelajaran dan siswa lebih senang untuk
bermain dan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan kegiatan belajar. Selain itu, guru
juga sering meminta kepada siswa untuk memperhatikan guru dalam menjelasakan namun
siswa sendiri malah dengan 10
asyik sendirinya mengobrol dan bermain dengan temannya hal inilah yang membuat suasana
pembelajaran kurang efektif dan hasil belajar siswa pun menurun.
Selain itu terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi seseorang (Supriatna et al.,
2019) berpendapat bahwa konsentrasi belajar siswa itu bisa di pengaruhi dari dua bagian
yaitu adanya faktor internal seperti adanya sebuah faktor yang ada didalam diri seseornag itu
sendiri. Faktor internal ialah faktor yang paling menentukan yang mana apakah seseorang itu
bisa melakukan sebuah konsentrasi pada kegiatan belajarnya dengan baik atau tidak.
Selanjutnya ada faktor eksternal seperti faktor lingkungan dekat siswa belajar, suhu udara
yang segar dan jauh dari yang namanya polusi, cahaya yang cukup kuat, suhu yang sejuk
pada sebuah lingkungan sekitar dan support dari orang-orang sekitar.
Melalui konsentrasi belajar yang rendah tersebut maka peranan guru dalam meningkatakan
konstrasi belajar siswa bisa dilakukan dengan intervensi manajemen kelas seperti,
mempunyai suatu tahapan yang memiliki keseluruhan dari semua komponen yang ada pada
lingkungan belajar baik pada bagian pengelolaan fisik kelas dan pada pengelolaan pada
bagian metode belajar guru, yang mana hal ini bisa menyebabkan hal tersebut bisa di bagi
menjadi 3 bagian seperti preventif, active learning dan korektif (Annisa et al., 2019). Bagian
activite learning meliputi concept analysis model, the experiential learning dan the group
inquir, pada dasarnya untuk bisaa memberikan pertolongan pada peningkatan pada
konsentrasi belajar siswa bida dengan cara melibatkan siswa dengan aktif pada semua proses
belajar supaya siswa bisa aktif dan produktif pada kegiatan proses belajar dan mendapatkan
informasi pengetahuan siswa sehingga siswa pun lebih bisa dalam melakukan konsentrasi
pada setiap pembelajaran.
Selain pada kemampuan dalam manajemen tadi strategi guru dalam kegiatan belajar juga
merupakan suatu yang amat penting jika ingin mencapai suatu konsentrasi dalam belajar
karena semua permasalahan tentu harus mempunyai suatu strategi yang bisa memecahkan
suatu permasalah dalam pembelajaran, strategi itu bisa dilakukan dengan cara strategi khusus
dan strategi yang umum agar bisa memecahkan permasalahan dalam belajar. seperti yang
dijelasakan oleh (Kurniawan et al., 2020) didalam jurnalnya bahwa stategi belajar ialah suatu
kegiatan belajar yang harus bisa dilaksanakan oleh guru dan peserta didik supaya tujuan
belajar bisa dicapai secara benar dan terstruktur. Maka dari itu melalui strategi pembelajaran
itu guru dan siswa harus bisa bekerjasama dengan baik agar terciptanya suatu konsentrasi
pada setiap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh peserta didik. 11
KESIMPULAN
Salah satu faktor yang bisa memberikan pengaruh yang amat rendah pada daya pemahaman
dan hasil belajar siswa ialah sebuah konsentrasi. Konsentrasi ialah suatu pemusatan pada
sebuah perhatian pada kegiatan proses merupah tingkah laku yang diiringi dengan bentuk
penguasaan, pemakaian, dan penilaian pada sikap dan nilai-nilai, dalam segi pengetahuan
serta kecapakapan dasar yang didapat di dalam berbagai bidang studi. Jika suatu kegiatan
belajar yang dilaksanakan memiliki kualitas konsentrasi yang rendah, maka akan
menciptakan suatu kegiatan belajar yang rendah pula hal ini juga bisa menciptakan ketidak
seriusan pada kegiatan belajar dan pemahaman siswa kepada suatu hal yang di ajarkan oleh
guru seperti materi ajar. Konsentrasi merupakan suatu modal utama bagi seorang siswa dalam
menerima suatu pelajaran serta sebuah landasan bagi siswa untuk mencapai jalan yang sukses
pula.
Melalui konsentrasi belajar yang rendah tersebut maka peranan guru dalam meningkatakan
konstrasi belajar siswa bisa dilakukan dengan intervensi manajemen kelas seperti, Selain
pada kemampuan dalam manajemen tadi strategi guru dalam kegiatan belajar juga merupakan
suatu yang amat penting jika ingin mencapai suatu konsentrasi dalam belajar karena semua
permasalahan tentu harus mempunyai suatu strategi yang bisa memecahkan suatu permasalah
dalam pembelajaran, strategi itu bisa dilakukan dengan cara strategi khusus dan strategi yang
umum agar bisa memecahkan permasalahan dalam belajar 12
DAFTAR PUSTAKA
Adiningtiyas, S. W. (2017). PERAN GURU DALAM MENGATASI KECANDUAN GAME
ONLINE. Jurnal KOPASTA, 4(1), 28–40.
Anggraini, D. L., Yulianti, M., Faizah, S. N., Belawati, A. P., Guru, P., & Ibtidaiyah, M.
(2022). Peran guru dalam mengembangan kurikulum merdeka. Jurnal Ilmu
Pendidikan Dan Sosial (JIPSI), 1(3). https://doi.org/10.58540/jipsi.v1i3.53
Annisa, R. R., Pratisti, W. D., & Uyun, Z. (2019). EFEKTIVITAS MANAJEMEN KELAS
UNTUK MENURUNKAN GANGGUAN KONSENTRASI BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA SD. Jurnal Psikologi Sains Dan Profesi, 3(2), 123–
130.
Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar.
Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279
Fadhli, M. N. (2021). Strategi komunikasi organisasi di mis azzaky medan. Journal Ability:
Journal of Education and Social Analysis, 2(2), 8–21.
Irsyad, W., Putra, V. S., Yusri, F., & Yarni, L. (2023). Analisis Kesulitan Belajar Siswa dan
Upaya Mengatasinya (Studi Kasus Di MTs. Nurul Ilmi Salimpat). Jurnal Bimbingan
Dan Konseling Ar-Rahman, 9, 97–105. https://doi.org/10.31602/jbkr.v9i1.11074
Nuryana, A., & Purwanto, S. (2010). Efektivitas brain gym dalam meningkatkan konsentrasi
belajar pada anak. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 12(1), 88–98.
Purba, D., Handayani, P., Erviana, L., & Aristya, F. (2020). ANALISIS PENYEBAB DAN
STRATEGI GURU KELAS MENGATASI KESULITAN MEMBACA PEMULAAN
SISWA KELAS II SD NEGERI KENDAL. Journal Repository, 1–5.
Putri, M., Kuntarto, E., & Alirmansyah. (2021). ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN DARING DI ERA PANDEMI ( STUDI KASUS PADA
SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR ). Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 8(1), 91–
108.
Yulia, P., & Navia, Y. (2017). HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN KONSENTRASI
BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA. Journal
PYTHAGORAS, 6(2), 100–105.
Zuhdi, A., Nurhalis, & Mulyarti. (2021). Strategi Guru Bimbingan Konseling Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa SMP Negeri 46 Kerinci. Qawwam: The Leader’s Writing, 2,
1–12.
BUKU AJAR
ABSTRAK
Membolos merupakan perilaku tidak baik yang dilakukan oleh siswa seperti tidak
masuk sekolah tanpa izin, tidak masuk jam pelajaran tertentu, pulang pada saat jam sekolah
belum selesai. bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan siswa melakukan
perilaku membolos dan akibat dari perilaku membolos siswa. Seperti yang sudah diketahui
bahwa dampak dari perbuatan perilaku membolos adalah mengalami kegagalan dalam
pembelajaran. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif. Dari penelitian yang dilakukan memperoleh hasil bahwa perilaku
membolos dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti motivasi dan minat belajar
yang kurang, kenakalan remaja, dipengaruhi oleh teman yang suka bolos, tidak suka pada
pelajaran dan guru tertentu. Akibat dari perilaku membolos yaitu sering mendapat panggilan
dari guru BK, dan ketinggalan pelajaran sehingga mengakibatkan nilai turun, atau yang
paling fatal yaitu dikeluarkan dari sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
usaha sekolah dalam mengatasi siswa yang membolos di sekolah
Kata kunci: Perilaku Membolos, Faktor Internal, Faktor Eksternal
A. PENDAHULUAN
Sekolah merupakan sebuah lembaga yang di peruntukan sebagai tempat pengajaran siswa
atau murid di bawah bimbingan seorang guru.Sekolah memiliki pengaruh yang signifikan
bagi remaja dan anak-anak.Berangkat ke sekolah teruntuk remaja merupakan suatu hak dan
kewajiban sebagai sarana mengenyam pendidikan untuk meningkatkan kehidupan yang layak
dan lebih baik.Namun yang patut di sayangkan adalah banyak remaja yang melakukannya
tanpa ada alasan yang rasional. Banyak yang akhirnya melakukan membolos di jam
pelajaran.Hal ini jelas jelas mencoreng nama besar dari lembaga pendidikan itu sendiri,
namun tidak hanya di kota-kota besar saja yang melakukan tindakan membolos tapi juga
sekolah-sekolah di daerah pun mengalami hal yang sama . Bahkan ada sebagian siswa yang
mempunyai anggapan bahwa bolos adalah kegiatan yang fun dan mereka membolos bukan
tanpa tujuan mereka bermain di tempat rental PS (playstation) dan mereka juga bermain
game online di warnet sampe berjam-jam dan mengorbankan pelajaran dan tak sedikit juga
yang membolos karena terbawa oleh teman-temanya yang mempunyai kecenderungan
membolos dan juga ada anggapan bahwa mereka tidak bisa mata pelajaran tertentu misalnya
Matematika, Nahwu Shorof, Bahasa Arab dan sebagainya tergntung dari mata pelajaran yang
tidak disenangu.
Konselor bisa melakukan layanan konseling individu untuk mendengar alasan dia
melakukan kegiatan membolos itu sendiri dan mengajak konseli untuk menyamakan persepsi
mengenai kegiatan membolos itu sendiri, dengan hal semacam ini konseli akan merasa
nyaman sehingga dari konselor dan konseli bisa menyelasaikan masalah secara bersama-
sama. Kebiasaan membolos ini merupakan suatu permasalahan yang perlu ditangani dan
memerlukan bimbingan guru dan konselor, seperti dikemukakan oleh Gunarsabahwa tingkah
laku di sekolah yang bertahan dengan kurang pembentukan kesanggupan disiplin diri,
pengendalian tingkah laku dan memerlukan bimbingan guru adalah antara lain keterlambatan,
membolos, menentang guru, perkelahian, nyontek dan sebagainy.
Menurut Gunarsa membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat
pada jam pelajaran dan tidak ijin terlebih dahulu kepada pihak sekolah Perilaku membolos
yang dimaksud dalam penelitian disini adalah tidak masuk sekolah tanpa alasan tertentu baik
pada saat pelajaran sedang berlangsung, pada waktunya masuk kelas, dan ketika sekolah
berlangsung.Membolos merupakan suatu perilaku yang melanggar norma-norma sosial,
karena siswa yang membolos akan cenderung melakukan hal-hal atau perbuatan yang negatif
sehingga akan merugikan masyarakat sekitarnya. Selain Kartono berpendapat bahwa
membolos merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari
proses pengondisian lingkungan yang buruk (Damayanti, 2013).
angka membolos di sekolah. Namun disisi lain ternyata masih banyak guru BK yang
belum paham akan penanganan kasus semacam ini, sehingga malah memperparah keadaan
siswa itu sendiri. Oleh karena itu penulis ingin lebih dalam membahas judul tersebut agar
dapat bermanfaat bagi semua orang termasuk, diri saya pribadi guru, sekolah dan siswa.
Semoga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dan guruBK nantinya dapat
digunakan sebagai bahan antisispasi dalam memberikan bantuan kepada siwa khususnya
dalam masalah mengurangi keinginan berperilaku membolos pada siswa. Karena hal ini dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain serta berpengaruh terhadap nilai akademik disekolah.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri. Peserta
didik dituntut memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Terciptanya Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional membuktikan bahwa Indonesia benar-benar mengatur secara detail dan menyeluruh
mengenai pendidikan yang berlangsung. Tujuan dari sistem pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar mampu menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Kedua faktor eksternal meliputi kurangnya rasa cinta dari orang tua dan lingkungan,
pendidikan yang kurang mampu menanamkan tingkah laku sesuai dengan alam sekitar yang
diharapkan orang tua dan sekolah serta masyarakat, menurunnya wibawa orang tua dan guru
serta pemimpin masyarakat, pengawasan yang kurang efektif dari lingkungan sekitar,
kurangnya pemahaman terhadap remaja dan lingkungannya, kurangnya sarana penyaluran
waktu senggang, dan ketidaktahuan keluarga dalam menangani masalah remaja baik dalam
segi sosiologik dan psikologik maupun pedagogik. Salah satu bentuk kenakalan yang sering
dijumpai di sekolah adalah siswa membolos. Membolos merupakan salah satu bentuk
kenakalan siswa yang menyimpang dari norma yaitu ketidakdisplinan dan ketidakjujuran
serta kebiasaan buruk yang harus dihilangkan. Pada dasarnya siswa berangkat dari rumah
dengan menggunakan seragam akan tetapi tidak sampai di sekolah. Ketidakhadiran siswa di
sekolah tanpa keterangan (alpa) dapat juga disebut dengan membolos. Siswa yang membolos
akan lebih memilih pergi ke tempat tongkrongan ataupun rental playstation bahkan ketempat
warung internet penyedia game online dibandingkan pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu.
Membolos merupakan perilaku yang melanggar norma dan tata tertib sekolah. Siswa yang
membolos cenderung akan melakukan perbuatan negatif yang merugikan diri sendiri dan
sekitarnya.
Permasalahan siswa membolos yang terjadi di sekolah tidak hanya menjadi
tanggungjawab guru bimbingan konseling. Semua pihak yang ada di sekolah wajib ikut serta
dalam menanggulangi permasalahan ini. Kepala sekolah, guru mapel, serta pihak yang ada di
sekolah lainnya berkewajiban ikut serta dalam menanggulangi permasalahan siswa
membolos. Kemudian yang menjadi rumusan masalah dalam kajian ilmiah ini adalah:
1. Apa saja faktor-faktor penyebab siswa membolos di sekolah?
2. Bagaimana usaha sekolah dalam menangani siswa yang membolos di sekolah?
PEMBAHASAN
A. Membolos Bagi Siswa
Membolos sekolah merupakan siswa yang tidak masuk kedalam kelas untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran baik satu mapel ataupun seharian penuh. Definisi lebih
mengarah kepada kondisi dimana pelajar dengan sengaja tidak masuk kedalam kelas dan
tidak mengikuti pelajaran pada waktu itu. Kata “bolos” sangat terkenal di segmen pelajar baik
di sekolah dasar sampai menengah. Dari beberapa survei yang dilakukan jumlah peserta didik
yang melakukan perilaku membolos lebih sedikit dari pada siswa yang tidak membolos,
terlepas dari besar kecilnya jumlah peserta didik yang membolos tetap harus menjadi
perhatian dari sekolah, karena apabila pihak sekolah skeptis, besar kemungkinan jumlah yang
membolos akan terus bertambah dan seolah-olah menjadi sebuah bola salju liar yang selalu
menggelinding. Kegiatan membolos bukanlah hal yang baru terlebih bagi para pelajar.
Apalagi bagi mereka yang sebelumnya pernah mengenyam pendidikan, hal ini di karenakan
perilaku membolos ini sudah ada sejak dulu dan seolah-olah menjadi perilaku warisan,
tindakan semacam ini dianggap sebagai sebuah jawaban akan kejenuhan yang seringkali
dialami oleh peserta didik terhadap sistem yang ada didalam sekolah, kejadian semacam ini
seakan mencoreng isntitusi sekolah itu sendiri.
Bolos sekolah pada dasarnya adalah kegiatan tidak konsekuen terhadap tujuan pendidikan
di sekolah. Tugas Pokok seorang pelajar tidak dilakukan, ada kecenderungan dalam diri siswa
yang muncul adalah merasa aman karena perilaku semacam ini dilakukan oleh banyak orang,
ketika dilakukan oleh banyak orang seolah-olah perilaku semacam ini adalah sebuahhal yang
lumrah dan dapat di maklumi, padahal kekeliruan ataupun kebenaran yangada pada setiap diri
individu, tidak bergantung dilakukan banyak orang atau sedikit orang. Membolos juga
merupakan tindakan negative yang sering dilakukan siswa didalam kegiatan pendidikan dan
terdapat pada semua jenjang. Perilaku juga merupakan salah satu faktor penentu efektif dan
tidaknya sikap serta tindakan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini sebagai dampak dari kodrat manusia sebagai mahluk social yang selalu
berinteraksi dengan orang lain (masyarkat) dan lingkungan. Mencermati hal diatas maka
perilaku adalah faktor determian menjadi penggerak arah tindakan serta perbuatan dari
seseorang. Perilaku manusia juga merupakan informasi dan fungsi antara pesan dari individu
dengan lingkungannya. Nawawi berpendapat bahwa sifat-sifat watak, khas, kecerdasan, khas,
minat dan kecenderungan, serta perhatian sebagai individu.Sedangkan Riyadi berpendapat
dalam rangka mengobati perilaku memboloss, siswa, orang tua maupun guru sebaiknya terus
melakukan evaluasi, mengajak peserta didik untuk berdiskusi merupakan faktor yang sangat
krusial yang harus mulai dibangun oleh orang tua yang bertujuan untuk memfilter pengaruh
negatif yang dapat menyeret setiap anak.(Suparno, 2015: 51)
Perilaku membolos sudah merupakan hal yang sangat umum yang dilakukan oleh siswa
jaman sekarang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan siswa tidak memahami status sebagai
seorang siswaserta kurang memahami akan tujuan hidupnya. Membolos sekolah pada
dasarnya bukan hanya karena kenakalan peserta didik, namun juga dapat dikarenakan mereka
belum mengerti terhadap tugasnya sebagai seorang siswa dan dampak yang akan diperoleh
dari perilaku yang sering dibuatnya jika dia terus membolos.
Guru bimbingan dan konseling yang selama ini diasumsikan sebagai seorang yang dapat
membantu mengatasi masalah pribadi yang dialami peserta didik, guru BK sangat berperan
dalam memberi berbagai solusi yang tepat kepada peserta didik.Masalah yang biasanya
dihadapi oleh guru BK berkisar pada problem pendidikan terlebih lagi masalah seperti
kedisiplinan siswa yang kerap kali menjadi masalah utama yang harus segera ditangani oleh
guru BK. Kesalahan yang masif dilakukan oleh siswa biasanya adalah melanggar tata tertib
sekolah dan kebijakan sekolah. Misal pelanggaran tentang atribut sekolah, terlambat ketika
masuk sekolah.Menurut Gunawan hal semacam ini biasanya dilimpahkan kepada guru BK.
Karena kedisiplinan di sekolah merupakan modal utama bagi siswa di luar sekolah.
Sebagai siswa disiplin merupakan hal utama yang harus dimiliki dalam proses belajar
mengajar. Dengan berdisiplin siswa akan dengan mudah menggapai aspek-aspek di sekolah.
Maka peran guru Bimbingan Konseling sangatlah diperlukan.Dari uraian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa, antara peran guru bimbingan konseling sebagai tokoh utama
dalam kedisiplinan siswa memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan.
Membolos adalah kegiatan pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat pada
jam pelajaran dan tidak ijin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Dalam hal ini guru BK
sangat berperan dalam memberi berbagai solusi yang tepat kepada peserta didik. Masalah
yang biasanya dihadapi oleh Guru BK berkisar pada problem pendidikan terlebih lagi
masalah seperti kedisiplinan siswa yang kerap kali menjadi masalah utama yang harus segera
ditangani oleh guru BK. Kesalahan yang masif dilakukan oleh siswa biasanya adalah
melanggar tata tertib sekolah dan kebijakan sekolah. Misal pelanggaran tentang membolos,
atribut sekolah, terlambat ketika masuk sekolah. Terdapat beberapa ciri cirri siswa yang
sering kali membolos seperti berhari-hari tidak masuk kelas, tidak masuk kelas tanpa ijin,
sering keluar pada pelajar tertentu, tidak masuk kelas setelah jam istirahat, tidak tepat waktu
masuk kelas (terlambat), keluar masuk kelas tanpa izin, berpura-pura sakit.
Membolos juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor internal
dan eksternal.Faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti perilaku dan
kebiasaan siswa yang memang tidak suka belajar, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal
karena kalau di rumah nanti disuruh kerja dan tidak dapat jajan di sekolah. Faktor lain dari
diri sendiri yaitu, motivasi belajar atau minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran
atau karena kenakalalan remaja, konsumsi alkohol atau minuman keras. Siswa tidak memiliki
motivasi belajar. Siswa sepertinya tidak ada dorongan untuk maju entah bercita-cita menjadi
apa, sehingga ia tidak merasa perlu untuk sekolah secara baik. Faktor eksternal berasal dari
luar, biasanya dipengaruhi oleh teman yang suka bolos. Hal ini bisa terjadi misalnya karena ia
punya temen yang suka bolos dan bermain seperti di taman, internet dan lain-lain.
Selain itu merasa tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah, siswa merasa tidak
mampu menguasai pelajaran-pelajaran tertentu sehingga dapat menyebabkan dia malas
belajar dan melakukan perilaku bolos. Tidak mengerjakan PR yang diberikan juga
mempengaruhi siswa untuk membolos, artinya bahwa siswa tersebut merasa masih
mempunyai tanggung jawab yang belum dia selesaikan sehingga dia takut untuk masuk ke
dalam kelas karena dia mempunyai asumsi akan dimarahi oleh guru. Usaha yang dilakukan
oleh guru BK dalam menangani perilaku membolos, biasanya dengan melalui cara
pendekatan konseling individu agar siswa yang melakukan perilaku membolos mau
menerima arahan dari guru BK dengan suka rela. sedangkan jika seorang siswa masih
bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka guru
BK akan menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya.
Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, guru BK langsung
mengambil tindakan preventif dan kuratif. Perilaku membolos dapat memunculkan dampak
dampak buruk antara lain Minat berkurang terhadap pelajaran-pelajaran, gagal ketika
ujian,Hasil belajar yang dia dapat tidak selaras dengan potensi yang dia milki, tidak dapat
naik kelas, penguasaan terhadap materi dari mata pelajaran akan sangat tertinggal dari teman-
teman lainnya,dan yang paling parah adalah dikeluarkan oleh sekolah.
DAFTAR RUJUKAN
Damayanti, F. A. (2013). Studi tentang perilaku Membolos pada Siswa SMA Swasta di
Surabaya. Jurnal BK UNESA, 3 (1).
Gunarsa, S. (2002). Psikologi Untuk Membimbing. BPK Gunung Mulia. Suparno, P. (2015).
Pendidikan budi pekerti di Sekolah: Suatu Tinjauan Umum. Dee Publishing.
Waluya, B. (2007). Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat untuk SMA/MA
kelas X. Setia Purna Inves.
Alboukordi, Sajad., Nazari, Ali Muhammad., Nouri Robabeh. 2012. Predictive Factors for
Juvenile Delinquency: The Role of Family Structure, Parental Monitoring and Delinquent
Peers.
International Journal of Criminology and Sociological Thepry. Vol. 5 No 1. Halamab 770-
777.
Aryati, Fathah Nur. (2015). Identifikasi Faktor Penyebab Perilaku Membolos dan Alternatif
Pemecahannya pada Siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Purbalingga Kidul. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015. Yogyakarta: UNY.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bungin, Burhan. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Darajat, Sakiyah. (1973). Membina Moral Remaja di Indonesia cetakan kedua. Jakarta: Bulan
Bintang.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunarsa, Singgih. (1990). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunawan, Ary H. (2000). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai
Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.