Anda di halaman 1dari 88

PENGARUH NEGATIF GADGET TERHADAP

PERKEMBANGAN ANAK DAN MINAT BELAJAR ANAK

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Sonia Yulia Priska M,Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

1. Afifah Amatulloh (2103011053)


2. Rina yefni (2103011088)
3. Seli Aulia Putri (2103011091)
4. Suci Dwiva Azidha (2103011094)
5. Umaiyah (2103011097)
6. Vina Valentika (2103011099)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya. Penulis Buku Ajar yang berjudul Pengaruh Negatif Gadget Terhadap
Perkembangan Anak dan Minat Belajar Anak dapat diselesaikan. Secara khusus, buku ini
hadir dihadapan pembaca karena diniati untuk memenuhi bahan bacaan pada perkuliahan
Perencanaan dan strategi pembelajaran di Universitas Dharmas Indonesia.
Buku ini hadir diniati untuk memenuhi buku ajar mahasiswa dalam rangka mendukung
tercapainya capaian pembelajaran mata kuliah Perencanaan dan strategi pembelajaran. Sebagian
besar naskah buku ini merupakan hasil kajian pustaka dari berbagai literature. Penulisan
menggunakan bahasa yang sederhana sehingga harapannya materi-materi yang disajikan dapat
mudah dipahami oleh mahasiswa.

Dharmasraya, 30 Desember 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
A. Abstrak .....................................................................................................................
B. Pendahuluan .............................................................................................................
C. Pembahasan ..............................................................................................................
D. Simpulan....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
A. ABSTRAK

Gadget, merupakan perangkat elektronik kecil dengan fungsi khusus. Keunikan gadget
adalah kemampuannya untuk selalu menghadirkan teknologi terbaru, membuat hidup manusia
menjadi lebih praktis. Jenis gadget meliputi tablet, smartphone, dan notebook. Gadgets
menawarkan berbagai layanan, fitur, dan aplikasi terkini yang mendukung kehidupan manusia.
Penggunaan gadget pada anak memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif mencakup
bantuan pada perkembangan fungsi adaptif, peningkatan pengetahuan, perluasan jaringan
persahabatan, kemudahan komunikasi, dan pengembangan kreativitas. Penulisan buku ini
bertujuan untuk menyampaikan pengaruh terhadap perkembangan anak, dampak negatif,
pengaruh terhadap minat belajar, dan upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi dampak
negative dari penggunaan gadget terhadap anak Beberapa upaya mencakup pemilihan gadget
sesuai usia, pembatasan waktu penggunaan, pencegahan kecanduan, dan adaptasi anak dengan
perkembangan zaman. Orang tua dapat memberikan pengawasan dan memberikan reward serta
punishment sebagai kontrol penggunaan gadget anak.

Kata kunci: gadget, perkembangan anak, dampak negatif, minat belajar, upaya.
B. PENDAHULUAN

Gadget merupakan alat elektronik yang digunakan sebagai media informasi, media
belajar, dan sebagai hiburan. Manfaat gadget lainnya yaitu dapat tersambung dengan internet
dan siswa sudah mengenal fungsi internet. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang
menyalahgunakan penggunaan internet untuk hal negatif, sehingga siswa harus selalu dalam
pengawasan orang tua.
Kemajuan zaman di bidang ilmu teknologi semakin berkembang (Azizul et al., 2020;
Lestari, 2018). Teknologi yang sangat populer di era globalisasi ini adalah gadget (Dewi,
2019; Patricia, 2020). Gadget dahulu hanya digunakan oleh kalangan menengah ke atas.
Namun, sekarang gadget tidak hanya digunakan oleh orang-orang penting, tetapi juga
digunakan anak-anak usia sekolah (Pankaj S. Parsania, 2015; Suhana, 2018). Penggunaan
gadget dalam dunia pendidikan merupakan sebuah permasalahan yang perlu dikaji secara
mendalam karena dalam pikiran sepertinya gadget hanya berguna untuk menyampaikan Short
Message service (SMS), mendengarkan musik, menonton tayangan audiovisual, dan game
(Angga et al.,2020).
Kini gadget bukan lagi sekadar alat berkomunikasi, tetapi gadget juga merupakan alat
untuk menghibur dengan suara, tulisan, gambar dan video. Gadget merupakan suatu istilah
yang digunakan dalam menyebut beberapa macam jenis alat teknologi yang sifatnya semakin
berkembang pesat dan memiliki fungsi khusus (Arwansyah & Wahyuni, 2020; Hudaya,
2018). Contoh dari gadget yaitu smartphone, I phone, computer, laptop, dan tab
C. PEMBAHASAN

1. Pengertian Gadget
Istilah “gadget” berasal dari bahasa Inggris yang berarti suatu alat elektronik
berukuran kecil yang mempunyai fungsi tertentu. Satu hal yang membedakan gadget
dengan perangkat elektronik lainnya adalah adanya unsur “kebaruan”. Artinya, gadget
terus bermunculan dari hari ke hari, menghadirkan teknologi terkini yang membuat hidup
manusia semakin nyaman.
Gadget merupakan perangkat yang berkaitan dengan perkembangan teknologi
saat ini. Contoh gadget antara lain tablet, smartphone, notebook, dan lain sebagainya.
Gadget adalah perangkat elektronik berukuran kecil dengan fungsi tertentu. Diantaranya
adalah ponsel pintar seperti iPhone dan BlackBerry, serta notebook, kombinasi komputer
jinjing seperti notebook dan internet (Widiawati, 2014: 106). Berbagai jenis gadget mudah
didapatkan saat ini. Karena harga berbagai jenis teknologi berbeda-beda, ada yang murah
dan ada pula yang mahal, tergantung kebutuhan ekonomi penggunanya. Dan setiap orang
selalu ingin memiliki teknologi yang semakin maju. Barang-barang berteknologi tidak
jarang ditemukan. Hampir seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan, sosial
budaya, olah raga, ekonomi, dan politik selalu memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk
mencari informasi dan membantu dalam menjalankan aktivitasnya dalam memecahkan
suatu permasalahan.
Dari pendapat tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa gadget adalah
perangkat elektronik yang memiliki berbagai fitur layanan dan aplikasi yang
menghadirkan teknologi terkini, membantu kehidupan manusia menjadi lebih nyaman dan
memiliki fungsi tertentu

2. Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak


Pengaruh penggunaan gadget terhadap perkembangan anak memiliki dampak
positif dan dampak negatif. Adapun dampak positifnya antara lain, membantu
perkembangan fungsi adaptif seorang anak, menambah pengetahuan anak, memperluas
jaringan persahabatan, mempermudah komunikasi, dan membangun kreatifitas anak.
Sedangkan dampak negatifnya antara lain, anak menjadi ketergantungan terhadap gadget,
sehingga dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya anak tidak bisa terlepas dari
gadget, anak menjadi sulit berkonsentrasi pada dunia nyata, anak menjadi lebih suka
bermain dengan gadgetnya dari pada bermain dengan temannya, dan anak menjadi malas
bergerak dan beraktivitas. Selain itu, dampak positif penggunaan gadget antara lain,
yang pertama adalah gadget akan membantu perkembangan fungsi adaptif seorang anak
artinya kemampuan seseorang untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan
sekitar dan perkembangan zaman. Jika perkembangan zaman sekarang muncul gadget,
makaanak pun harus tahu cara menggunakannya karena salah satu fungsi adaptif manusia
zaman sekarang adalah harus mampu mengikuti perkembangan teknologi. Sebaliknya,
anak yang tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi bisa dikatakan fungsi adaptifnya
tidak berkembang secara normal. Nilai positif lain adalah gadget memberi kesempatan
anak untuk leluasa mencari informasi. Apalagi anak-anak sekolah sekarang dituntut untuk
mengerjakan tugas melalui internet.
Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak akan berdampak negatif karena
dapat menurunkan daya konsentrasi dan meningkatkan ketergantungan anak untuk dapat
mengerjakan berbagai hal yang semestinya dapat mereka lakukan sendiri. Dampak
lainnya adalah semakin terbukanya akses internet dalam gadget yang menampilkan
segala hal yang semestinya belum waktunya dilihat oleh anak-anak. Banyak anak
yang mulai kecanduan gadget dan lupa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
yang berdampak psikologis terutama krisis percaya diri, juga pada perkembangan fisik
anak.

3. Dampak Negatif Dari Penggunaan Gadget terhadap anak


Ada beberapa dampak yang ditimbulkan akibat bermain game gadget. Menurut
Rokhani diantaranya: penglihatan anak terganggu, sosialisasi anak kurang, sikap dan
prilaku anak berubah, berpengaruh pada kinerja otak, prestasi belajar menurun, bahaya
radiasi dari gadget, menjadi sosok yang individualis.19 Selanjutnya di jelaskan sebagai
berikut:
1. Penglihatan anak terganggu
Setiap kali anak bermain game melalui gadget, maka interaksi antara mata
dengan gadget pun semakin sering. Biasanya, jarak antara mata anak dan layar gadget
pun sangat dekat. Hal inilah yang memberikan dampak negatif bagi penglihatan anak.
Jika proses ini berlangsung lama maka dapat menimbulkan gangguan pada mata,
misalnya kerusakan.
2. Sosialisasi anak kurang
Anak yang sudah merasa nyaman bermain game melalui gadget akan merasa
malas untuk bermain di luar. Mereka akan memilih di dalam rumah dan
menghabiskan waktu bersama gadget mereka. Akibatnya, mereka akan tumbuh
menjadi anak yang tidak nyaman ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka lebih
memilih berinteraksi dengan benda mati (gadget) daripada teman-teman sebayanya.
Anak-anak yang kecanduan game akan menjadi kurang cakap dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar.
3. Sikap dan perilaku anak berubah
Dampak selanjutnya dari bermain game pada anak adalah kondisi psikologis
anak tersebut. Hal-hal yang terjadi dalam game akan berpengaruh terhadap kebiasaan
anak. Misalnya, dalam game tersebut mengandung konten kekerasan yang dilakukan
secara berulang, sehingga membuat anak mulai terbiasa melihat kekerasan, maka
dalam dunia nyata bukan tidak mungkin mereka akan melakukan hal yang sama.
Anak juga dapat menjadi lebih agresif dan mau menang sendiri.

4. Berpengaruh pada kinerja otak anak


Berdasarkan penelitian, masalah kinerja otak yang sering dijumpai pada anak
pecandu game adalah masalah konsentrasi. Anak akan selalu merasa senang ketika
bermain game, dan hal ini berakibat adanya perubahan struktur dendrit sel-sel di otak.
Permasalahan sel ini pada akhirnya berpengaruh pada kemampuan anak dalam
mengontrol perilaku dan kemampuan konsentrasinya dalam jangka panjang. Saat
konsentrasi anak menurun, maka ia juga akan mudah lupa dan gagal fokus.
5. Prestasi belajar menurun
Pada poin sebelumnya telah dijelaskan bahwa bermain game dapat berakibat si
anak menjadi kurang bisa konsentrasi, mudah lupa, dan gagal fokus. Bayangkan jika
gangguan ini berlangsung selama proses pembelajaran di sekolah.

4. Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Minat Belajar anak

Menurut Hurlock, minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.4 Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya. Crow and Crow
mengatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang
untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.5 Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap
pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan
minat seseorang akan melakukan

Pada saat ini ini minat belajar pada anak-anak semakin menurun terlebih karena
adanya pengaruh teknologi informasi yang sangat berkembang pesat termasuk gadget.
Gadget berpengaruh pada anak-anak dalam proses berinteraksi pada ruang lingkup
sekolahnya maupun di rumah, terutama pada masa pandemi ini. Semua proses belajar
mengajar dilakukan secara online/durring yang menuntut setiap guru maupun siswa
melakukan pembelajaran menggunakan gadget atau komputer. Gadget dapat memudahkan
anak-anak dalam proses belajarnya, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa gadget juga
dapat menghambat anak-anak untuk belajar. Para orang tua agar selalu mendampingi anak-
anak dalam menggunakan gadget. Jika tanpa didampingi oleh orang tua, anak-anak akan
lebih senang bermain game atau media social dibandingkan belajar atau mengerjaka tugas
sekolah.

Penggunaan gadget berpengaruh terhadap minat belajar. Dengan adanya


penggunaan gadget, anak-anak diharapkan mampu mempergunakan sesuai batasan waktu
yang sesuai dengan durasi penggunaan gadget, yaitu penggunaan tinggi yaitu pada
intensitas penggunaan lebih dari 3 jam dalam sehari, penggunaan sedang yaitu pada
intensitas penggunaan sekitar 3 jam dalam sehari, penggunaan rendah yaitu pada intensitas
penggunaan kurang dari 3 jam dalam sehari. Jika anak-anak mampu mempergunakannya
dengan baik maka tidak adan mengganggu kosentrasi belajar mereka saat berada di
sekolah.

5. Upaya untuk mengatasi dampak negative dari penggunaan gadget terhadap anak
Sosok yang paling berpengaruh dalam mencegah maupun mengatasi dampak
negatif dari gadget adalah orang tua. Maka orang tua memiliki peran besar dalam
membimbing dan mencegah agar teknologi gadget tidak berdampak negatif bagi anak.
a. Batasi waktu
Anak-anak, boleh-boleh saja diberi gadget. Tapi harus diperhatikan durasi
pemakaiannya. Misalnya, boleh bermain tapi hanya setengah jam dan hanya pada saat
senggang. Contohnya, kenalkan gadgetseminggu sekali, misalnya hari Sabtu atau
Minggu. Lewat dari itu, ia harus tetap berinteraksi dengan orang lain. Aplikasi yang
boleh dibuka pun sebaiknya aplikasi yang lebih ke fitur pengenalan warna, bentuk, dan
suara.
Sejalan pertambahan usia, ketika anak masuk usia pra remaja, orangtua bisa
memberi kebebasan yang lebih, karena anak usia ini juga perlu gadget untuk fungsi
jaringan sosial mereka.
b. Hindarkan kecanduan
Kasus kecanduan atau penyalahgunaan gadget biasanya terjadi karena orangtua
tidak mengontrol penggunaannya saat anak masih kecil.. Akan susah mengubah karena
kebiasaan ini sudah terbentuk. Ini sebabnya, orang tua harus ketat menerapkan aturan
ke anak, tanpa harus bersikap otoriter. Ciri-ciri anak yang sudah kecanduan antara lain
Anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan gadget. Anak
mengabaikan/mengesampingkan kebutuhan lain hanya untuk bermain gadget. Misalnya
lupa makan, lupa mandi., lupa tidur. Anak mengabaikan teguran-teguran dari orang
sekitar.
c. Beradaptasi dengan zaman
Salah satu dampak positif gadget adalah akan membantu perkembangan fungsi
adaptif seorang anak. Artinya kemampuan seseorang untuk bisa menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan sekitar dan perkembangan zaman. Jika perkembangan
zaman sekarang muncul gadget, maka anak pun harus tahu cara menggunakannya.
D. KESIMPULAN
Gadget adalah perangkat elektronik kecil dengan fungsi khusus dan terus
berkembang dengan menyajikan teknologi terbaru. Gadget mencakup berbagai
perangkat seperti tablet, smartphone, dan notebook.
Pengaruh Gadget terhadap Perkembangan Anak memiliki dampak positif dan
negatif. Dampak positif termasuk membantu perkembangan fungsi adaptif, memperluas
pengetahuan, dan membangun kreativitas anak. Namun, dampak negatifnya melibatkan
ketergantungan, kesulitan berkonsentrasi, dan pengaruh terhadap perilaku dan kesehatan
anak.
Dampak Negatif dari Penggunaan Gadget melibatkan risiko terhadap kesehatan,
penggangguan perkembangan anak, rawan terhadap tindak kejahatan, dan pengaruh
terhadap perilaku anak. Radiasi elektromagnetik dari gadget dan akses mudah ke konten
yang tidak sesuai dengan usia anak adalah masalah yang perlu diatasi.
Penggunaan Gadget juga dapat mempengaruhi minat belajar anak. Meskipun gadget
dapat memudahkan pembelajaran, penggunaan yang berlebihan dapat menghambat
minat belajar dan konsentrasi anak.
Upaya untuk mengatasi dampak negatif melibatkan peran penting orang tua. Orang
tua perlu memilih gadget sesuai dengan usia anak, membatasi waktu penggunaan,
menghindari kecanduan, dan memastikan anak beradaptasi dengan zaman tanpa
mengorbankan interaksi sosial dan aktivitas fisik.
Dengan demikian, penggunaan gadget memiliki aspek positif dan negatif yang perlu
diperhatikan dan dielola dengan bijak, terutama dalam konteks perkembangan anak
DAFTAR RUJUKAN

Nikmawati, Henri Suryo Bintoro, Santoso. 2021. Dampak penggunaan gadget terhadap hasil
belajar dan minat belajar siswa sekolah dasar. Universitas Pendidikan Ganesha.

Vivi Yumarni. 2022. pengaruh gadget terhadap anak usia dini. STAI Ma’rif Jambi

Al- Nizar, Siti Hajaroh. 2019. Pengaruh intensitas penggunaan game gadget terhadap minat
belajar anak. Universitas Negeri Mataram.
PERILAKU MENCONTEK : PERAN GURU MATA PELAJARAN DAN GURU BK
DALAM MENGURANGI PERILAKU SISWA MENCONTEK DISEKOLAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2


Delsa Hartati ( 2103011061)
Desri Erita (2103011062)
Dina Andila ( 2103011063)
Rahmi Septiara (2103011085)
Wiguna Rosianti ( 2103011102)

Dosen pengampu : Sonia Yulia Friska,M.pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
DESEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-nya.Penulis Buku Ajar Perencanaan dan Strategi pembelajaran dapat diselesaikan,
karena tanpa rahmat dan ridhonya kami tidak dapat menyelesaikan buku ajar ini dengan baik
dan tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan kepada ibu Sonia Yulia Friska,M.pd selaku dosen
mata kuliah Perencanaan dan stategi pembelajaran yang membantu kami dapat
menyelesaikan buku ajar ini
Dalam buku ajar ini kami menjelaskan tentang cara mengatasi anak yang sering
menyontek Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ajar ini, untuk itu
kritik dan saran terhadap buku ajar ini sangat diharapkan. Semoga dengan adanya buku ajar
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan pendengar .
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................................................
BAB I Perilaku mencontek : Peran Guru mata pelajaran dan guru BK
dalam mengurangi perilaku siswa mencontek
A. Abstrak .....................................................................................................................
B. Pendahuluan ............................................................................................................
E. Pembahasan ............................................................................................................
F. Kesimpulan..............................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I

PERAN GURU BK DALAM MENGURANGI PERILAKU SISWA MENCONTEK

A. Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi berdasarkan kondisi realitas yang diperoleh melalui
pengamatan dan laporan dari beberapa guru mata pelajaran dan pengawas yang terhimpun
dalam catatan kasus siswa yang mencontek pada saat ulangan , bila kondisi ini berkelanjutan
dapat berakibat fatal karena bisa menyebabkab peserta didik meragukan dan tidak percaya
dengan kemampuannya sendiri dan dapat membentuk sifat pembohong.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru BK dalam mengurangi perilaku
siswa menyontek dan cara dalam mengurangi perilaku siswa menyontek dikelas V Subjek
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, Guru pembimbing dan siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu meneliti bagaimana peran guru
BK dalam mengurangi perilaku siswa menyontek dikelas. Guru pembimbing melakukan
perannya dengan cara memberikan layanan informasiserta memberi bimbingan kelompok
kepada siswa ,dengan memberikan materi informasi yang berkaitan dengan mengurangi
perilaku siswa menyontek dan layanan bimbingan kelompok dapat melatih mengurangi
kebiasaan menyontek mereka.

Kata kunci : Perilaku mencontek, penyebab perilaku mencontek, Peran guru mata
pelajaran dan guru BK

B. Pendahuluan

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa
dimasa depan, melalui pendidikan manusia sebagai subjek pembangunan dapat dididik,
dibina dan dapat dikembangkan potensinya. Pendidikan diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode – metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman ,
dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan juga berarti tahapan
kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah)yang dipergunkan untuk
mnyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap,
dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping
secara formal seperti disekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya, pendidikan juga
dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri ( self-instruction) ( Muhibbinsyah
2009:10-11). Terkait dengan dunia pendidikan, untuk menciptakan manusia menjadi pribadi
yang berkualitas dan berprestasi tinggi maka siswa harus memiliki prestas belajar yang juga
baik. Prestasi belajar merupakan tolak ukur maksimal yang dicapai siswa setelah melakukan
perubahan belajar selama waktu yang telak ditentukan bersama seorang siswa dikatakan telah
mencapai perkembangan secara optimal apabila siswa dapat memperoleh pendidikan dan
prestasi belajar yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya.

Pendidikan juga tidak terlepas dari istilah membimbing/ memberikan bimbingan dan
konseling. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak – anak, remaja maupun dewasa.
Agar orang yang dibimbing mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandir,dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku. Dengan demikian , peran guru BK dalam bimbingan dan
konseling sangatlah penting baik dalam berlangsung kegiatan belajar mengajar maupun
sebagai tenaga pembina sekaligus membantu dalam menangani bebagai masalah yang
dialami oleh siswa . Dengan adanya guru BK dalam lembaga sekolah, maka memungkinkan
teratasinya suatu masalah termasuk masalah rendahnya prestasi belajar siswa. Selain itu,
kehadiran dan bimbingan konseling sangat relevan sekali dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensi
berupa minat belajar, bakat dan kopmpetensi( Prayitno, 2004:29).

Menurut pendapat Wilkinson (Barzeger dan Khezin, 2011) menyontek adalah


menyalin dar siswa lain selama ujian, salah satu dari perbuatan yang tidak baik yang menjadi
salah satu dari masalah yang serius dalam institusi penddikan,mulai dari siswa sekolah dasar
hingga mahasiswa.menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering
bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari.

C. Pembahasan

Pada masa sekarang ini hampir seluruh lembaga pendidikan sudah memiliki guru
bimbingan dan konseling disekolahnya. Usaha ini dilakukan karena guru pembimbing
dipandang sebagai salah satu unsur yang dapat membantu proses pendidikan. Disamping itu
telah banyak contoh yang menunjukan bahwa keberadaan guru pembimbing dapat lebih
intensif untuk menangani siswa-siswa yang bermasalah. Karena program membimbing dan
konseling merupakan salah satu unsur terpadu dalam keseluruhan program pendidikan
dilingkugan sekolah.
a. Perilaku mencontek

Menyontek merupakan sebuah strategi yang digunakansiswa untuk memperoleh


prestasi yang tinggi dengan cara yang tidak adil, Menurut Indarto & Masrun (2004)
menyontek juga didefinisikan sebagai perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal dalam
mendapatkan jawaban pada saat tes.

Mencontek sangat beragam dan dapat ditemukan dalam berbagai literature(pendapat).


Menyontek,secara sederhana dapat dimaknai sebagai penipuan atau melakukan perbuatan
tidak jujur. Perilaku siswa menyontek ini mengacu pada kebiasaan siswa yang sudah
membudaya sehingga rasa dan tingkat belajar menurun membuat siswa sering mengharap
jawaban dari temannya.

Hetberington dan Feldman,mengemukakan 4 bentuk mencontek


1. Individualistic-Opportunistic
Dimaknai sebagai perilaku dimana siswa mengganti satu jawaban ketika ujian atau
latihan yang sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketik guru diluar kelas.
2. Independent-Planned
Didefinisikan sebgaia menggunakan catatan disaat ujian atau mengerjakan tugas
latihan/membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya terlebh
dahulu menulisnya.
3. Social-Active
Perilaku mencontek dimana siswa mencopy,melihat,atau memuinta jawaban dengan
orang lain
4. Social-Passive
Mengizinkan siswa melihat atau mengcopy jawabannya.setiap indvidu pasti
mengingginkan dirinya nilai yang baik, dapat menjawab soal ujian atau latihan, tanpa melihat
jawaban dari orang lain, tetapi terkendala apa yang dimaksud tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan dari kenyataannya. Sering kali individu mengalami kendala dalam melakukan
pekerjaan itu,agar dapat menjawab soal dengan mandiri maka harus mampu untuk tidak
mencontek.
Dari pendapat yang dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mencontek
merupakan kegiatan yang dapat melanggar peraturan dalam ujian dan bisa merugikan bagi
orang yang dicontek dan bagi dirinya sendiri dan juga mencontek adalah jalan pintas yang
diangap pantas untuk mendadpatkan nilai yang tinggi oleh beberapa orang yang padahal
perbuatan tersebut adalah perbuatan yang menipu dirinya sendiri.

b. Penyebab perilaku mencotek

Lambert(dalam Hartanto,2012) mengemukakan penyebab individu mencontek adalah :

1. Adanya tekanan untuk mendapatkan nilai yang tinggi.


Pada dasarnya setiap pesert didik emiliki keinginan yang sama yaitu mendapatkan
nilai yang baik(tinggi). Keinginan tersebut terkadang membuat peserta didik menghalalkan
segala cara, termasuk dengan cara mencontek.

2. Keinginan untuk menghindari kegagalan


Ketakutan peserta didik mendapat kegagala disekolah merupakan hal yang sering
dialami oleh peserta didik. Kegagalan yang dimaksud antara lain dalam bentuk(takut tidak
naik kelas, dan takut mengikuti ulangan susulan) tersebut memicu terjadinya perilaku
mencontek.

3. Adanya persepsi bahwa sekolah melakukan hal yang tidak adil


Sekolah diangap hanya memberikan akses bagi siswa-siswi yang cerdas dan
berprestasi sehinga siswa-siswi yang memiliki kemampuan menengah merasa tidak
diperhatikan dan tidak dilayani dengan baik.
4. Keinginan akan niali tinggi
Siswa juga didorong oleh keinginan mendapatkan niali tinggi yang merupakan gejala
yang juga dapat menyebabkan perilaku menyontek( Pradana,Lestari, & Psi,2016). Siswa yang
berfikir bahwa nilai adalah segalanya akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
nilai baik, siswa yang berfikir bahwa degan mendapatkan nilai yang baik maka mereka akan
mendapatkan masa depan yang lebih baik.
Dampak yang timbul dari praktek mencontek yang secara terus-menerus dilakukan
akan mengakibatkan ketidak jujuran, jika tidak niscaya akan menanam kebiasaan berbuat
tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor.
c. Peran Guru BK
Untuk menanggulangi perilaku menyontek, Guru BK dapat menggunakan konseling
kognitif perilaku (KKP) dan konseling REBT berbasis kelompok.
1. Konseling Kognitif Perilaku (KKP)
Konseling kognitif perilaku digunakan untuk menangani masalah kecemasan pada
siswa. Salah satunya kecemasan yang akhirnya menyebabkan siswa menyontek ( Fatmawati
& Setiawati 2018).Konseling kognitif perilaku ini berkaitan dengan kognitif ( pemikiraan )
dan perilaku seseorang dalam kehidupan. Filosopi yang digunakan dalam konseling kognitif
perilaku adalah perasaan dan perilaku manusia ditentukan oleh bagaimana ia memberi
arti(makna) pada setiap kejadian, masalah dan situasi yang dihadapi ( Dody
Hartanto,2012:49).
Tujuan dari konseling kognitif perilaku ini adalah mengoreksi Self-belief yang salah
atau menyimpang yang mengakibatkan cara berpikir yang tidak rasional yang selanjutnya
akan menimbulkan gangguan psikologis, menurut perdfektif keyakinan diri, konseling
kognitif perilaku bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri ( self-efficacy) individu
(Kalodher,1995;Ilfiandra,2008;dalam Dody Hartanto,2012:51).
2. Konseling REBT berbasis kelompok
REBT ( Rasional Emotive Behavior Therapy) dulu dikenal sebagai RET (Rational
Emotive Therapy). Pendektan RET lebih ditekankan pada kognisi, perilaku dan aksi yang
lebih mengutamakan berpikir, menilai, menentukan, menganalisi dan melakukan sesuatu.
George & Crintiani ( 1990:dalam Hartanto dan Boy Soerdarmadji, 2013:131)menyatakan
bahwa pendekatan RET ini menekankan pada proses berfikir konseling yang dihubungkan
dengan perilaku serta kesulitan psikologis dan emosional
Berkenaan dengan tekhnik REBT menurut Gladding (2004) dalam Dody
Hartanto,2012:60) dapat menggunakan berbagai macam tekhnik dua yang utama adalah
Mengajari( teaching) dan menantang ( disputing).mengajari menyangkut memberikan
pemahaman tentang ide dasar REBT dan memahami bahwa pikiran bertautan dengan emosi
dan perilaku.sedangkan teknik menantang terbagi menjadi tiga yaitu menantang oikiran atau
keyakinan , tantang imajiner, dan tantang perilaku.
REBT tidak hanya bertujuan menghilangkan simtom tetapi juga membantu orang
memeriksa dan merubah beberapa nilai dasar mereka terutma yang menimbulkan gangguan
( Dody Hartanto,2012:67). Hal ini berkaitan dengan menghilangkan penilaian yang salah oleh
siswa terhadap perilaku mencontek.

d. Peran Wali Kelas


sebgai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling wali kelas
berperan :
1. Membantu guru membimbing/konselor melaksanakan tugas-tugasnya, khususnya
dikelas yang menjadi tanggung jawabnya
2. Membantu guru mata pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan
bimbingan dan konseling, khusunya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Mengalihtangankan siswa yang memperlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing / konselor (Prayitno dkk,2004:29)yang berpandangan
bahwa mereka selain meyepelekan dalam hal belajar dan mengandalkan menyontek,
mereka juga takut akan mendapatkan nilai yang kurang. Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa menyontek masih banyak yang mersa kurang
mampu menjawab ujian yang diberikan guru kepadanya sehingga siswa menyontek.

e. Peran guru mata pelajaran


Disekolah, tugas dan tanggung jawab guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat
diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan bimbingan dan konseling
disekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu gurupun dapat bertindak sebagai konselor bai
siswanya
Wina Sanjaya menyebutkan salah satu peran yang dijalanan oleh guru yaitu sebagai
pembmbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik, guru harus memiliki pemahaman
tentang anak yang dibimbingnya. Sementara itu berkenaan dengan guru mata pelajaran ,
bimbingan dan konseling. Sofyan S. Wilis mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran
dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi- religius, bersahabat ramah,
mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.

F. Upaya penanggulan perilaku menyontek


1. Diri sendiri
Bangkitka rasa percaya diri ( Self-efficacy) dengan membangkitkan rasa percaya
diri,seseorang siswa akan mampu untuk mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Xixwa
yang mencontek akan terbiasa untuk bergantung pada orang lain. Oleh karena itu untuk
mengurangi kebiasaan mencontek,seseorang siswa harus dapat meningkatkan rasa percaya
dirinya

2. Orang Tua
Menurut Hurlock(1999:132;dalam Uni Setyani,2007:76) pandangan orang tua tentang
kemampuan dan prestasi anak akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya.orang
tua yang terlalu mengharapkan anaknya mendapatkan prestasi yang baik akan mempengaruhi
anak untuk memperoleh nilai yang baik bagaimanapun caranya, termasuk mencontek.
3. Guru
Guru hendaknya meningkatkan pengawasan dan memberikan hukuman tegas pada
siswa yang mencontek sehingga siswa tidak berani mengulangi perbuatannya. Guru juga
hendaknya tidak menganggap bahwa menyontek sebagai perbuatan yang wajar, akan tetapi
harus menyikapinya dengan serius.
4. Sekolah
Berkaitan dengan pelaksanaan ujian, sekolah dharapkan membuat sistem ujian dan
menggunakan bentuk soal yang meminimalisir intensi mencontek, minsalnya dengan
mengatur jarak antar siswa, dan membuat soal siswa berbeda-beda antar kelas. Sejak siswa
mulai masuk sekolah diharapkan menanamkan pemahaman pada siswa bahwa mencontek
merupakan sesuatu bentuk ketidak jujuran yang dapat berdapak pada aspek kehidupan lain.
Kesimpulan

Mencontek adalah perbuatan yang tidak jujur dan akan menjadi negatif jika hal
tersebut terus-menerus dilakukan. Maka dari itu dibutuhkan kepedulian dari semua orang,
bukan hanya pelajar tersebut saja, namun orang tua, guru dan dosenpun harus tegas dalam
masalah contek-mnecontek ini, agar peserta didik tidak menjadi orang yang pemalas,
sehingga tiadak menjadi kebiasaan mencontek.
Mencontek merupakan sebuah kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dalam
mengerjakan tugas dan ujian, baik itu disekolah, diperguruan tinggi, maupun ditempat yang
lainnya dan juga merupakan suatu penipuan atau melakukan perbuatan tidak jujur.
Mencontek mempunyai gejala-gejala dan bentuk yang bermacam-macam yaitu
prokrastinasi, self-efficac yang rendah, kecemasan yang berlebihan, motivasi belajar, dan
prestasi yang rendah, keterikatan pada kelompok, keinginan akan nilai tinggi. Pikiran negatif
dan cari perhatian. Sedangkan Bentuk-bentuk mencontek diantaranya yaitu individual-
opportunistic, independent-planned, social-active, social-passive, melihat jawaban teman
pada saat tes berlangsung, meminta jawaban kepada teman, mengizinkan teman menyalin
jawaban mengunakan bahan yang tidak sah pada setiap kegiatan akademik, plagiat,
membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku mencontek. Membuat catatan sendiri, dan
membuka buku pada saat ujian
Faktor penyebab perilaku mencontek terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan
faktor eksternal , upaya penanggulangan perilaku mencontek dapat dilakukan dalam berbagai
segi, baik itu dari diri sendiri, orang tua, guru, sekolah, guru BK atau konselor adapun cara
penanggulangan perilaku mencontek oleh konselor dapat digunakan melalui konseling
kognitif perilaku (KKP) dan konseling REBT berbasis kelompok.
Seorang siswa hendakya mampu meningkatkan ras percaya diri dan keyakinan diri
bahwa dia mampu untuk menjawab soal ujian maupun mengerjakan tugas tanpa mencontek
dari teman maupun mencontek dari yang lainnya. Orang tua hendaknya juga tidak menuntut
secara berlebihan kepada anak untuk mendapatkan nilai yang baik. Karena itu akan mrmbuat
anak menghalalkan segala cara untuk mrnyenangkan orang tua, seperti dengan cara
mencontek. Orang tua juga tidak seharusnya memakai pola asuh yang otoriter kepada anak,
hak ini akan mengakibatkan anak menarik diri dari pergaulan dan tidak mempunyai rasa tidak
percaya diri.
Sebagai guru, sebaiknya juga harus melarang siswa untuk tidak mencontek dan tidak
seharusnya guru mrmbiarkan siswa mencontek ketika ujian maupun dalam membuat tugas.
Jika ada siswa yang mencontek hendaknya diberikan hukuman yang membuat siswa untuk
tidak mencontek dan mrmbuat siswa jera dan tidak mrnyontek lagi. Hal ini juga perlu adanya
ketegasan dari sekolah untuk menangani siswa yang mencontek.
Guru BK dan konselor juga harus mampu untuk mencegah siswa agar tidak
terjerumus untuk mencintek, Guru BK atau konselor agar mampu membantu siswa agar
siswa mempunyai konsep diri yang positif dan percaya diri ang tinggi dan juga membantu
agar siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA

Winda, A. A (2017) Peran Guru BK dalam Mengurangi Perilaku Siswa Mencontek di MTS
Swasta Proyek Kandepag Mmedan TA 2016/2017.(Thesis, sumatera Utara:
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).
Hartanto, D. (2012). Bimbingan & Konseling Mencontek Mengungkap Akar Masalah dan
Solusinya. Jakarta Barat: Indeks
Marwan, D. (2013). Hubungan percaya Diri Siswa dengal Hasil Belajar Geografi Kelas XI
IPS di SMA N ! Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal Pendidikan Geografi,
1(1).
Haryati, A., Wibowo, M. E., & Mulawarman, M.(2017). Model Bimbingan Kelompok
Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Empati siswa. Jurnal Bimbingan Konseling,
6(1), 28-33.
Maulida, F., Dahliana., & Said, N. (2017) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menyontek Pada siswa SMA Negeri dalam wilayah kota Takengon. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. 2(1):23
Mukti, P. G. (2015) Hubungan antar Self-Efficacy Dengan Perilaku Menyontek pada siswa
kelas XI Di SMA Negeri 1 Plleret Bantul Yogyakarta, Jurnal Fakultas Psikologi. 3(1):
8-15.
Gladding (2004) dalam Dody Hartanto,2012:60)
Hurlock(1999:132;dalam Uni Setyani,2007:76)
George & Crintiani ( 1990:dalam Hartanto dan Boy Soerdarmadji, 2013:131)
BUKU AJAR

STRATEGI GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK

Dosen Pengampu:

Sonia Yulia Friska,M.Pd

Disusun oleh kelompok 3:

1. Ega Dwi Apriliani NIM : 2103011064


2. Fatma Anisa Fathra NIM : 2103011066
3. Fika Aminah Tuzuhriyah NIM : 2103011068
4. Peni Shuwardani NIM : 2103011083
5. Umi Priyaida NIM : 2103011098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
Sehingga kami dapat menyelesaikan Buku Ajar yang bertema Strategi Guru dalam
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik ini tepat pada waktunya. Terimakasih juga kami
ucapkan kepada Ibu Sonia Yulia Friska, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perencanaan dan Strategi Pembelajaran dan kepada teman-teman atas bantuan dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran dalam terselesaikannya Buku Ajar ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad
saw. yang selalu kita harapkan syafa’atnya dihari kiamat nanti.

Adapun tujuan dari Buku Ajar ini adalah untuk menambah wawasan kita tentang
Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik. Karena keterbatasan pengeta
huan ataupun pengalaman yang kami miliki, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
Buku Ajar ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih, semoga
Buku Ajar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Dharmasraya, 02 Januari 2024


Kelompok 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii
A. Abstrak .....................................................................................................................1
B. Pendahuluan ............................................................................................................1
C. Pembahasan ............................................................................................................2
D. Simpulan..................................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................6
A. ABSTRAK

Dalam konteks interaksi proses pembelajaran, peserta didik cenderung kurang


termotivasi dalam belajar. Namun, sebuah penelitian menunjukkan bahwa terdapat
berbagai strategi yang dapat diterapkan oleh guru melalui pembelajaran di kelas sehingga
peserta didik berminat untuk belajar. Strategi-strategi tersebut antara lain: Menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi, Memberikan motivasi kepada peserta didik,
Mengelola kelas dengan baik, Merancang media pembelajaran yang efektif dan efisien,
Memberikan reward atau hadiah kepada siswa, Membuatkan kelompok belajar siswa.
Namun demikian, guru dituntut memiliki kreativitas dan inovasi dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif dan efektif.

Kata kunci: Guru, Strategi, Minat, Belajar

B. PENDAHULUAN
Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk
mencapai tujuan seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung
memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut. Untuk
mencapai prestasi yang baik disamping kecerdasam juga minat, sebab tanpa adanya minat
segala kegiatan akan di lakukan kurang efektif dan efeisien. Hamdu, dkk, menyatakan
bahwa minat adalah sebagian sebab yaitu kekuatan pendorongan yang memaksakan
seseorang menurut perhatian pada orang situasi atau aktivitas tertentu dan bukan pada
yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang disitimular oleh
hadirnya seseorang atau suatu objek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktivitas.

Guru dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi agar saat menjalankan tugasnya
seorang profesional. Kecakapan guru dalam mengelola kelas menjadi suatu tuntutan dan
kebutuhan dalam mendorong peserta didik berpartisipasi dalam pembelajaran dikelas.
Guru merupakan faktor dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar
mengajar. Seorang guru bukan hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator, akan
tetapi juga dituntut untuj dapat berperan sebagai sebagai motivator yang dapat
membangkitkan semangat dan dorongan peserta didik dalam belajr dengan mengunakan
berbagai keterampilan mengajar guru yang sesuai serta menunjang pembentukan
kompetensi dasar peserta didik yang lebih baik dari segi pengetahuan, keterampila,
maupun sikapnya. Peserta didik dapat meningkatkan minat belajarnya jika siap untuk
belajar. Kesiapan belajar peserta didik tersebut tampak pada fokusnya mengikuti
pembelajaran, dapat berpartisipasi, rajin bertanya, menyimak penjelasan guru, dab
seterusnya.

C. PEMBAHASAN

Minat belajar atau dorongaan untuk belajar didapat dari suasana pembelajaran
yang akan memberikan motivasi dan kebebasan dalam mengeksplorasi atau menganalisis
pengalaman belajar. Strategi guru untuk meningkatkan minat dan motifasi belajar peserta
didik didalam kelas, adalah:

1. Berikan peserta didik untuk mengambil keputusan serta kontrol


Saat sebuah instruksi dari guru menjadi suatu yang penting dalam menjaga
motivasi dan belajar peserta didik, memberikan kesempatan untuk memilih
beberapa pilihan dan kontrol terhadap apa yang terjadi di kelas.
2. Berikan sebuah instruksi
Peserta didik akan teramat sangat frustasi jika diberikan sebuah tugas yang
tidak ada kejelasan akan tugas yang di berikannya tersebut mereka ankan semakin
surut motivasi dalam belajarnnya yang di karnakan tidak fahaman terhadap tugas
yang di berikan
3. Ciptakan lingkungan kelas bebas ancaman
Terkadang ada guru yang sangat menekankan sebuah konsekuensi apabila
ada peserta didik yang melanggar, guru tersebut terus saja mengingat dan
mengulang-ulang pembahasan ini setiap pertemuan.
4. Ubah suasana
Kelas merupakan tempat yang sangat bagus untuk belajar, namun jika jika
dilakukan terlalu sering akan menimbulkan perasaan bosan dari diri peserta didik.
5. Tawarkan model dan metode pembelajaran yang beranekaragam
Peserta didik terkadang bosan jika metode atau model pembelajaran yang
diterapkan guru itu-itu saja
6. Ciptakan kompetisi yang positif
Persaingan didalam kelas tidak selalu hal yang buruk, bahkan bisa menhjadi
suatu yang positif jika diterapkan untuk suatu yang positif
7. Tawarkan hadiah
Siapapun pasti juga senang dengan yang namanya hadiah begitu pun peserta didik.
8. Berikan tanggungjawab kepada peserta didik
Menugaskan peserta didik sebuah pekerjaan kelas adalah cara bagus untuk
membangun komunitasdan memberikan motivasi.
9. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara berkelompok
Banyak peserta didik akan merasa senang untuk mencoba memecahkan
masalah, melakukan percobaan dan perkerjaa pada proyek.
10. Dorong mereka untuk merefleksikan diri
Kebanyakan anak-anak ingin sukses merka hanya perlu dibantu untuk
mencari tahu apa yang harus mereka lakukan.
11. Bersemangat
Salah satu cara terbaik agar peserta didik termotivasi dengan
memperlihatkan Anda saat mengajar.
12. Mengenal peserta didik
Anda tidak hanya mengenal namanya saja
13. Mengetahui minat peserta didik
Mengetahui peserta didik juga memiliki keuntungan lain bagi para guru
yaitu Anda selaku guru bisa mengaitkan materi pembelajaran.
14. Bantu peserta didik untuk menemukan motivasi dalam dirinya
Hal ini merupakan cara yang sangat baik untuk meningkatkan motivasi
peserta didik dalam belajar
15. Kelola kecemasan peserta didik
Beberapa peserta didik tidak ikut berperan aktif di dalam kelas bisa
disebabkan karena kecemasan.
16. Buatlah tujuan yang tinggi tetapi masih bisa dicapai
Jika Anda sebagai seorang guru tidak bisa memaksa peserta didik untuk
menggapai apa yang bisa dicapai paling tidak usahakan mereka untuk memaksa diri
mereka.
17. Berikan feedback dan bantu menemukan solusi
Peserta didik yang sudah berjuang dalam mengerjakan tugas, dan tetap
mengalami kesulitan, terkadang menjadikan mereka merasa frustasi dan tentunya
ini akan menurunkan motivasi.
18. Menjadikan kelas yang menyenangkan
Peserta didik yang melihat kelas sebagai tempat dimana mereka bisa
bersenang-senang akan lebih termotivasi untuk memperhatikan dan melakukan
pekerjaan dalam kegiatan pembelajaran daripada mereka yang menganggapnya
sebagai sebuah tugas.
19. Berikan kesempatan untuk melakukan
Peserta didik, bahan yang terbaik sekalipun, bisa menjadi sangat frustasi
dan kehilangan motivasi ketika diri mereka tidak mendapatkan pengakuan dari
peserta didik lain terlebih dari gurunya.
D. Simpulan

Minat merupakan salah satu aspek psikis manusia yang dapat mendorong untuk
mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung
memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar terhadap objek tersebut.
Setiap usaha yang dilakukan tidak terlepas dari faktor penghambat dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Guru merupakan faktor dominan dalam menentukan keberhasilan
proses belajar. Seorang guru bukan hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator, akan
tetapi juga dituntut untuk dapat berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan
semangat dan dorongan peserta didik dalam belajar dengan menggunakan berbagai
keterampilan, mengajar guru yang sesuai serta menjunjung pembentukan kompetensi
dasar peserta didik yang lebih baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun
sikapnya.

Berikan sebuah instruksi yang jelas, ciptakan lingkungan kelas bebas ancam, ubah
suasanan belajar, tawarkan metode dan model pembelajaran yang beraneka ragam,
ciptakan kompetensi yang positif, tawarkan hadiah, berikan tanggung jawab kepada
peserta didik, berikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara berkelompok,
mengenal peserta didik untuk menemukan motivasi dari dalam dirinya, berikan feedback,
dan bantuan menemukan solusi, menjadikan kelas yang menyenangkan, dan berikan
kesempatan untuk melakukan.
DAFTAR RUJUKAN

Trismayanti, S. 2019. Strategi Guru dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik di
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 17. No. 2. Hal 142-158
BUKU AJAR

DAMPAK BURUK YANG TERJADI TERHADAP ANAK YANG TERKENA


BULLIYING

Dosen Pengampu:

Sonia Yulia Friska,M.Pd

Disusun oleh kelompok 4:

6. Sri widya Anjani NIM : 2103011093


7. Tiara agustin NIM : 2103011096
8. Riza Aprianti NIM : 2103011090
9. Ana wardana NIM : 2103011055
10. Liza permatasari NIM : 2103011074
11. Nova Asvani NIM : 2103011081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2023


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar. Tak lupa juga mengucapkan salawat
serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena
berkat beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang lebih terang.

Kami ucapkan juga rasa terima kasih kami kepada pihak-pihak yang mendukung
lancarnya buku ajar ini. Adapun, buku ajar kami yang berjudul DAMPAK BURUK
YANG TERJADI TERHADAP ANAK YANGTERKENA BULLIYING ini telah selesai
kami buat secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat bagi pembaca
yang membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai dampak buruk yang terjadi
terhadap anak yang terkena bulliying.

Kami sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari
sempurna tentang buku ini. Oleh sebab itu, kami mohon agar pembaca memberi kritik
dan juga saran terhadap karya buku ajar ini agar kami dapat terus meningkatkan kualitas
buku.

Dharmasraya, 04 Januari 2024

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii
A. Abstrak .....................................................................................................................1
B. Pendahuluan ............................................................................................................1
C. Pembahasan ............................................................................................................2
D. Simpulan..................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
A. ABSTRAK
Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau
sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa
tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Remaja yang menjadi korban bullying
lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying,
antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah
tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, keluhan kesehatan fisik, seperti sakit
kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada di lingkungan
sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Dalam kasus yang
cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan.

Dan Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara
menyakiti dalam bentuk fisik, verbal atau emosional/psikologi oleh seseorang atau
kelompok yang merasa lebih lemah fisik ataupun mental secara berulang-ulang tanpa ada
perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita

Kata kunci: Bullying, Korban, Bully, Dampak Perilaku Bullying, Kesehatan


Mental Anak.

B. PENDAHULUAN

Saat ini, bullying merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia. Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang
atau sekelompok orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban
merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya (Sejiwa, 2008). Pelaku bullying sering disebut
dengan istilah bully. Seorang bully tidak mengenal gender maupun usia. Bahkan, bullying
sudah sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh para remaja.
Dampak yang diakibatkan oleh tindakan ini pun sangat luas cakupannya. Remaja
yang menjadi korban bullying lebihberisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik
secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak
yang menjadi korban bullying antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti
depresi, kegelisahan dan masalah tidur yang mungkin akan terbawa hingga dewasa,
keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak
aman saat berada di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi
akademis.
Perilaku bullying sepatutnya mendapatkan perhatian khusus oleh para praktisi
pendidikan. Sebab, dampak yang ditimbulkan oleh bullying jika dibiarkan akan menjadi
fatal. Bahkan anak bisa bunuh diri karena bullying. Sebagian dari mereka merasa tertekan
karena sering dibully. Korban bullying biasanya cenderung diam dan tidak mau bercerita
tentang tindakan bullying yang dialami.

C. PEMBAHASAN
a. Pengertian Bulliying.
Bullying adalah perilaku agresif dan berulang yang ditujukan kepada seseorang
yang cenderung lebih lemah atau kurang mampu membela diri. Perilaku ini bisa
berupa pelecehan verbal, fisik, atau sosial, dan sering kali terjadi dalam konteks yang
tidak seimbang kekuasaan.
Anak yang menjadi korban bullying dapat mengalami dampak buruk secara
psikologis, emosional, dan bahkan fisik. Beberapa dampak termasuk rendah diri,
kecemasan, depresi, isolasi sosial, penurunan prestasi akademis, dan dalam kasus
ekstrem, bahkan mungkin menyebabkan pemikiran atau tindakan bunuh diri. Penting
untuk mengatasi bullying dengan serius untuk melindungi kesejahteraan mental dan
emosional anak-anak.

b. Penyebab terjadinya Bulliying


Bullying sering dialami oleh siswa-siswa sekolah diseluruh Indonesia bisa
disebabkan karena salah paham. Bahkan tindakan ini dianggap sesuatu yang wajar,
tanpa ada yang menyadari dampak jangka panjang yang ditimbulkan baik pada
korban juga pelaku bullying. Terkadang tindakan ini sampai menimbulkan korban
jiwa dan trauma berkepanjangan yang tentunya menghambat proses belajar dan
proses perkembangan jiwa seorang anak. Mereka yang menjadi pelaku bullying di
sekolah berasal dari keluarga yang tidak utuh dan harmonis serta kurang mendapat
perhatian orang tua. Sementara, mereka yang menjadi korban bullying termasuk anak
yang sangat mendapatkan perhatian dari orang tuanya, banyak menghabiskan waktu
bersama keluarga, dan tetap menjaga komunikasi antara orang tua dan anak
(Hermalinda, 2017)
Dan juga penyebab bullying dapat bervariasi dan kompleks, melibatkan faktor-
faktor sosial, psikologis, dan lingkungan. Beberapa penyebab umum termasuk
ketidaksetaraan kekuasaan, ketidakmampuan mengatasi konflik dengan cara yang
sehat, ketidaksetaraan sosial, serta pengaruh dari lingkungan keluarga dan teman
sebaya. Faktor-faktor ini bisa berinteraksi dan menciptakan kondisi di mana perilaku
bullying dapat berkembang. Pencegahan bullying melibatkan pendekatan holistik
untuk memahami dan mengatasi penyebab yang mendasarinya.

c. Factor terjadinya Bulliying


Beberapa faktor terjadinya bullying melibatkan dinamika kompleks antara individu,
lingkungan, dan faktor sosial. Faktor-faktor tersebut mencakup:

1. Ketidaksetaraan Kekuasaan: Adanya ketidaksetaraan kekuasaan antara pelaku dan


korban dapat memicu bullying, di mana pelaku menggunakan kekuasaan untuk
mendominasi korban.
2. Ketidakmampuan Mengatasi Konflik: Individu yang tidak mampu mengatasi
konflik dengan cara yang sehat mungkin cenderung menggunakan perilaku
bullying sebagai bentuk penyelesaian.
3. Lingkungan Keluarga: Pengalaman atau penelantaran dalam lingkungan keluarga
dapat memengaruhi perilaku seseorang, baik sebagai pelaku atau korban bullying.
4. Pengaruh Teman Sebaya: Lingkungan sosial yang mendukung atau memperkuat
perilaku bullying dapat memainkan peran penting, karena adanya tekanan dari
teman sebaya.
5. Ketidaksetaraan Sosial: Diskriminasi atau ketidaksetaraan sosial dapat
menciptakan lingkungan di mana bullying lebih mungkin terjadi, terutama
terhadap individu atau kelompok yang dianggap berbeda.
6. Kurangnya Pengawasan: Lingkungan yang kurang diawasi oleh orang dewasa
dapat menciptakan peluang bagi perilaku bullying untuk berkembang tanpa
penanggulangan yang tepat.
d. Macam-macam Bulliying
Ada beberapa jenis bullying yang dapat terjadi, mencakup berbagai bentuk
perilaku agresif. Beberapa di antaranya melibatkan:

1. Bullying Verbal: Melibatkan penggunaan kata-kata yang merendahkan,


menghina, atau melecehkan seseorang. Ini bisa termasuk penghinaan, ejekan,
atau pencemaran nama baik.
2. Bullying Fisik: Melibatkan tindakan kekerasan atau agresi fisik terhadap
korban, seperti pukulan, tendangan, atau penganiayaan.
3. Bullying Sosial: Terjadi ketika individu atau kelompok sengaja mengucilkan
atau menjauhkan seseorang dari lingkungan sosial. Ini dapat mencakup
penyebaran gosip, penolakan, atau isolasi.
4. Bullying Elektronik (Cyberbullying): Terjadi melalui media digital seperti
pesan teks, media sosial, atau email. Ini mencakup penghinaan, ancaman, atau
penyebaran informasi palsu secara online.
5. Bullying Rasial dan Etnis: Melibatkan perilaku agresif berdasarkan perbedaan
ras atau latar belakang etnis seseorang. Ini dapat mencakup ejekan,
pengucilan, atau perlakuan diskriminatif.
6. Bullying Seksual: Termasuk perilaku tidak diinginkan atau merendahkan
secara seksual, seperti pelecehan, pencabulan, atau pelecehan seksual verbal.
7. Bullying dalam Dunia Kerja (Workplace Bullying): Terjadi di lingkungan
kerja dan melibatkan perilaku agresif atau penghinaan antar-rekan kerja.
8. Bullying Akademis: Terjadi di lingkungan pendidikan dan melibatkan perilaku
yang merugikan prestasi akademis seseorang, seperti menyontek, membully
secara verbal, atau meremehkan kemampuan belajar

e. Dampak dari terjadinya Bulliying


Terjadinya bullying dapat memiliki dampak serius dan beragam, termasuk:
1. Dampak Psikologis: Korban bullying dapat mengalami penurunan tingkat
kepercayaan diri, stres, kecemasan, dan depresi. Beberapa bahkan dapat
mengalami trauma psikologis yang berkepanjangan.
2. Isolasi Sosial: Korban sering merasa diasingkan dan kesulitan membentuk
hubungan sosial yang sehat. Ini dapat memengaruhi perkembangan sosial
mereka.
3. Penurunan Prestasi Akademis: Bullying dapat mengganggu konsentrasi dan
motivasi belajar korban, menyebabkan penurunan prestasi akademis.
4. Kesehatan Fisik: Stres kronis akibat bullying dapat berkontribusi pada
masalah kesehatan fisik seperti gangguan tidur, sakit kepala, dan gangguan
pencernaan.
5. Perilaku Merusak Diri: Beberapa korban bullying dapat mengembangkan
perilaku merusak diri sebagai cara untuk mengatasi stres dan rasa tidak
berdaya.
6. Pelecehan Narkoba dan Alkohol: Beberapa korban bullying mungkin mencoba
mengatasi dampak emosional dengan menggunakan narkoba atau alkohol.
7. Pemikiran Bunuh Diri: Bullying dapat meningkatkan risiko pemikiran atau
tindakan bunuh diri pada korban yang merasa putus asa dan terisolasi.
8. Dampak Jangka Panjang: Dampak psikologis dan sosial bullying dapat
berlanjut hingga dewasa, memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan
mental di masa depan.
Penting untuk diingat bahwa dampak bullying dapat bervariasi tergantung pada
faktor individu dan situasional. Pencegahan dan intervensi yang cepat menjadi
kunci untuk mengurangi dampak negatifnya.

Dan dampak dari bulliying tidak hanya berlaku untuk korban saja tetapi pelaku
juga mendapatkan dampak dari apay ag dia lakukan diantaranya:
1. Dampak Hukuman: Jika terbukti bersalah, pelaku bullying dapat menghadapi
konsekuensi hukuman atau sanksi, baik di sekolah, tempat kerja, atau dalam
hukum pidana.
2. Masalah Perilaku dan Emosional: Beberapa pelaku bullying mungkin
mengalami masalah perilaku dan emosional, seperti agresivitas yang tidak
terkendali, kesulitan membentuk hubungan sosial yang sehat, atau rendahnya
empati terhadap orang lain.
3. Pengaruh Keluarga: Faktor lingkungan keluarga juga dapat berperan dalam
perilaku bullying. Pelaku mungkin mengalami ketidakstabilan atau model
perilaku agresif dalam keluarganya.
4. Resiko Hukum: Beberapa tindakan bullying dapat melanggar undang-undang
dan dapat menyebabkan pelaku menghadapi tuntutan hukum atau tanggung
jawab perdata.
5. Penyesalan dan Stigma Sosial: Setelah menyadari dampak dan konsekuensi
tindakan mereka, pelaku bullying mungkin merasa penyesalan dan
menghadapi stigma sosial di masyarakat.
6. Isolasi Sosial: Pelaku bullying dapat mengalami isolasi sosial karena perilaku
mereka dapat membuat orang lain menjauhi mereka.
7. Intervensi Pendidikan: Dalam konteks pendidikan, pelaku bullying mungkin
menghadapi tindakan disipliner atau intervensi pendidikan untuk mengubah
perilaku mereka.
8. Gangguan Masa Depan: Perilaku bullying di masa muda dapat berdampak
pada perkembangan pelaku di masa depan, termasuk sulitnya membangun
hubungan interpersonal dan menghadapi konsekuensi dalam
kehidupan profesional.
f. Upaya mengatasi perilaku Bullying
Beragam upaya dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying, diantaranya
mengoptimalkan layanan bimbingan konseling. Menurut Prayitno, tugas guru
BK/konselor dalam pelayanan konseling antara lain membantu mengatasi masalah
melalui berbagai jenis layanan. Prayitno mengemukakan konseling perorangan
merupakan layanan konseling yang diselenggrakan oleh konselor terhadap seorang
klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien. Jadi, layanan ini dapat
membantu siswa perindividu dalam mengentaskan masalah tentang bullying yang
dibantuoleh guru BK/konselor

D. Kesimpulan
Bullying adalah suatu tindakan negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dimana
tindakan tersebut sengaja dilakukan dengan tujuan untuk melukai dan membuat
seseorang merasa tidak nyaman.
anak yang terkena bullying menyoroti bahwa pengalaman tersebut dapat memiliki
konsekuensi serius secara psikologis, emosional, dan sosial. Korban bullying rentan
mengalami penurunan tingkat kepercayaan diri, stres, depresi, isolasi sosial, penurunan
prestasi akademis, dan bahkan risiko pemikiran atau tindakan bunuh diri. Upaya
pencegahan dan penanganan yang holistik menjadi penting untuk melindungi
kesejahteraan anak-anak dan menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung bagi mereka.
DAFTAR RUJUKAN

Astuti, Ponny Retno. Meredam Bullying 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan


Pada Anak. Jakarta: PT Grasindo. 2008.

Priyatna, A. (2010). Let's End Bullying. Memahami, Mencegah & Mengatasi Bullying. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
BUKU AJAR
Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
“Strategi Guru Dalam Mengatasi Siswa yang Melakukan
Pelanggaran Tata Tertib Sekolah”

Dosen Pengampu:
Sonia Yulia Friska, M.Pd
NIDN. 1005059303

Disusun Oleh Kelompok 5:


Aldi Irawan Nim. 2103011054
Pirmansah Nim. 2103011084
Ignasius Y.k Nim. 2103011069
Mita Nim. 2103011077
M. Zidane Nim. 2103011078
Rika Yunadi Nim. 2103011087
Sindy Novri Septia Nim. 2103011092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA 2023
Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi sekolah dalam menangani kasus
pelanggaran tata tertib yang terjadi disekolah SDN/153 VI Rantau Panjang X, Jenis penelitian
ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dengan wawancara,dan dokumen. Teknis
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriftip kuantitatip menggunakan
prosentase.
Adapun hasil dari temuan ini bahwa strategi sekolah menangani kasus pelanggaran tata
tertib pada siswa SDN/153 VI Rantau Panjang X yaitu :
1. Penanganan guru,meliputi :
a. menasehati.
b. memberikan hukuman bagi pelanggar tata tertib.
2. Penanganan sekolah
a. Memberikan scors.
b. Kerja sama sekolah dan orang tua.
Serta dapat pula disimpulkan bahwa guru sudah memberikan contoh yang baik
kepada siswa, untuk menangani siswa yang melanggar tata tertib sekolah, hasil dari
penilitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan serta
dalam membina akhlak siswa disekolah tersebut dan menanggulani kasus
pelanggaran tata tertib yang ada disekolah SDN/153 VI Rantau panjang X.
Pendahuluan
Beberapa siswa sering melanggar peraturan dan ketentuan seperti: Misalnya membolos
sekolah, tidak datang ke sekolah tepat waktu, terlibat tawuran, bahkan melakukan tindakan
pornografi. Situasi ini sangat memprihatinkan sehingga sekolah secara umum memiliki petugas
kebijakan sekolah yang bertugas di bidang kesiswaan, bimbingan dan konseling guna
memperbaiki situasi tersebut. Namun seringkali tidak efektif dan menemui kendala serta
hambatan di lapangan. Angka ini disebabkan karena keterbatasan guru dan kurangnya perhatian
terhadap siswa

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Lingkungan Sekolah mempunyai peraturan


sekolah yang bertujuan untuk menciptakan suasana ketertiban. Dirancang khusus untuk
memberikan kedisiplinan dan kenyamanan kepada siswa.Sekolah merupakan tempat dimana
seseorang dapat memimpin, mendidik, membimbing dan membentuk perilaku individu yang
baik.Sekolah ini menjadi tempat berkumpulnya siswa dari berbagai latar belakang. Oleh karena
itu, sekolah menciptakan peluang untuk mengatur dan membatasi perilaku siswa, yang berujung
pada pendisiplinan terhadap norma-norma yang berlaku di sekolah dan merupakan hukuman
sebagai alat kontrol (punishment).Setiap sekolah menerapkan hukuman berupa peraturan dan
ketentuan sekolah. Adanya aturan menjamin ketertiban dan kedisiplinan di kalangan siswa.
Banyak orang yang terlibat dalam kehidupan sekolah, tergantung pada perannya sebagai siswa,
guru, staf sekolah, dan interaksinya dengan masyarakat sekitar.Sekolah sebagai pusat kegiatan
akademik perlu dilindungi dan dipelihara sebagai tempat yang nyaman dan tenang. Oleh karena
itu, kehidupan sekolah memerlukan aturan dan peraturan yang bertujuan melindungi kepentingan
semua pihak.

a) melaksanakan kegiatan akademik dengan baik; (b) menjamin tindakan/pelanggaran yang


merugikan kepentingan umum (termasuk kenyamanan dan kesehatan) di sekolah dapat dicegah
dan pelanggarnya dikenakan sanksi; (c) Mendorong siswa untuk mengembangkan karakter yang
baik sesuai dengan peraturan yang berlaku. dengan kualitas yang dicapai. Pelanggaran tata tertib
kehidupan sekolah yang terjadi di lingkungan sekolah tentunya tidak hanya berdampak buruk
terhadap proses belajar mengajar, namun secara tidak langsung juga berdampak pada
keberhasilan belajar mengajar.
Strategi suatu sekolah dalam menangani pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan
siswa tidak terlepas dari peran guru di sekolah.
Pelanggaran yang dilakukan siswa akan dihukum oleh guru terlebih dahulu jika guru tidak
mampu menangani siswa tersebut Jika peraturan dilanggar, guru melapor langsung ke BP dan
kepala sekolah di
sekolah tersebut, dan BP akan mengambil tindakan. Oleh karena itu, guru dan sekolah berperan
penting dalam meningkatkan ketertiban siswa dan menangani pelanggaran peraturan perundang-
undangan . Strategi yang diterapkan sekolah SDN 153 VI Rantau Panjang X dalam menghadapi
pelanggaran aturan adalah sebagai berikut: Sanksi atau hukuman. SDN 153 VI Berdasarkan hasil
observasi awal di Rantau Panjang X, terdapat siswa yang diduga melakukan pelanggaran
peraturan sekolah. Terdapat beberapa pelanggaran yang umum dilakukan siswa, seperti terlambat,
tidak mengenakan seragam, dan membuang sampah sembarangan. Pelanggaran-pelanggaran ini
sering dilakukan oleh siswa sehingga Guru tidak mencatatnya dalam daftar pelanggaran.
Pelanggaran lain yang dilakukan siswa juga dilakukan seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
SDN 153 VI Data siswa yang melanggar tata tertib di Rantau Panjang. Satu siswa (0,317%)
menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan membolos. Terdapat 2 siswa (0,634%), 2 siswa yang
memberontak terhadap guru (0,634%), 2 siswa yang berkencan (0,634%), 4 siswa yang berkelahi
(1,269%), 3 siswa (0,952%) merokok, kopro siswa meminum pil, 1 siswa (0,317%) menggunakan
handphone (pornografi), 2 siswa (0,634%), siswa melakukan perbuatan asusila, 1 siswa (0,317%).
Penelitian ini tentang strategi sekolah dalam menangani pelanggaran tata tertib sekolah di
kalangan siswa SDN 153 VI Rantau Panjang X. membahas cara dan teknik mengatasi
pelanggaran peraturan siswa . Pelanggaran peraturan merupakan penyimpangan perilaku siswa
yang tidak mengikuti peraturan sekolah . Peran guru dan sekolah sangat penting dalam
menyelesaikan masalah ini. Siswa yang melanggar peraturan akan ditindak oleh guru. terlebih
dahulu, maka guru akan bekerjasama dengan BK dalam menangani pelanggaran tata tertib siswa,
dan juga tidak lepas dari pengawasan kepala sekolah. Kepala sekolah berwenang mengambil
keputusan mengenai pelanggaran peraturan dan perundang-undangan. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas, banyak terjadi pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa SDN 153 Rantau
Panjang X di Kediri. Penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang “Strategi Sekolah Mengatasi
Pelanggaran Peraturan Sekolah Di Kalangan Siswa SDN 153 Rantau Panjang x”.
Fokus permasalahan dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana strategi sekolah dalam
menangani pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SDN VI 153 Rantau panjang x ?. Tujuan
dari penelitian ini adalah: mendeskripsikan strategi sekolah dalam menangani pelanggaran tata
tertib sekolah pada siswa SDN 153 VI Rantau panjang. Penelitian ini membahas cara sekolah
menangani pelanggaran tata tertib sekolah pada siswa SDN 153 VI Rantau panjang x . Menurut
Meichati (1980 :151) dalam buku pengantar ilmu pendidikan yang menyatakan bahwa “tata
tertib adalah peraturan-peraturan yang mengikat seseorang atau kelompok, guna menciptakan
keamanan, ketentraman, orang tersebut atau kelompok orang Tersebut.
Sebagaimana dinyatakan oleh Hurlock (1978: 85), peraturan dan ketentuan sekolah
mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu anak menjadi terbiasa
mengendalikan dan menghambat perilaku yang diinginkan. Artinya, pertama, aturan mempunyai
nilai pendidikan, dan kedua, aturan berkontribusi pada penindasan perilaku yang tidak
diinginkan.Pelanggaran disiplin merupakan suatu bentuk kecurangan yang dilakukan oleh
seorang siswa, yang dilakukan menurut keinginannya sendiri, tanpa menghiraukan aturan yang
telah ditetapkan.Kegagalan untuk menegakkan Aturan dengan benar dan konsisten
mengakibatkan pelanggaran. dalam menghadapi suatu masalah pada umumnya juga memerlukan
strategi tertentu, dan kata “strategi” mengandung arti rencana tindakan yang matang untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik operasional maupun
non operasional, harus disertai dengan rencana yang mempunyai strategi yang tepat dan konsisten
dengan tujuan.
Strategi untuk mengatasi pelanggaran terhadap perintah ini sangat dibutuhkan. Oleh karena
itu, harus menggunakan strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya. Dalam menangani
pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan siswa, maka tanggung jawab sekolah adalah
melimpahkan kewenangan tersebut kepada BK (bimbingan dan nasehat). Sebab, pihak BK yang
lebih berwenang atas pelanggaran tersebut mendapat persetujuan pihak sekolah. Maksudku, dia
kepala sekolah. Menurut Walgito (2004: 34), fungsi bimbingan dan nasehat dalam proses
pendidikan dan bimbingan adalah untuk menunjang “pendidikan dan bimbingan”. Oleh karena
itu, segala prosedur pengajaran dan bimbingan harus sesuai dengan , dan langkah-langkah yang
diambil harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Peran sekolah tidak lepas dari peran guru sebagai
agen korektif perilaku siswa. Menurut Mulyasa (2011: 37), peran guru adalah: a) guru sebagai
pendidik, b). Guru sebagai pembimbing, c). guru sebagai Penasihat. (D).Panutan, guru sebagai
panutan.(E).Guru sebagai evaluator dan evaluator. Peran guru dalam menangani siswa yang
melakukan perilaku menyimpang sangatlah penting. Menurut Fajjar (Mujtahid, 2011: 33), ``Guru
adalah orang yang melaksanakan tugas mengajar, mendidik, dan membimbing.'' Menurut
Djumhur (1975: 14), seorang guru dikatakan unggul apabila ia berhasil menjalankan peran guru
dengan sebaik-baiknya. H. Dapat menunjukkan pola perilaku yang sesuai dengan jabatannya dan
dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakat. Sebagai konselor, guru mengambil inisiatif untuk
membantu siswanya memecahkan masalahnya. Guru yang paling sering berhubungan dengan
siswa. Tugas seorang guru tidak hanya mengajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan
kepada siswa, tetapi juga membantu dan mengawasi siswa. Menurut Mujtahid (2011: 34),
kehadiran guru sebagai salah satu dari komponen sistem pendidikan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil proses belajar mengajar di sekolah. Kehadirannya mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan para siswa. Namun hubungan antara guru dan siswa merupakan
hubungan yang membutuhkan kesadaran individu untuk dapat mempelajari . Guru dapat
mengeluarkan individualitasnya secara maksimal, meningkatkan otoritasnya. Sikap yang stabil
disebabkan oleh keterampilan profesional yang dimilikinya, oleh karena itu hubungan otoritas
adalah kata-kata yang dengannya siswa dapat mencapai kepribadian manusia yang utuh atau
dewasa. Disiplin pendidikan digunakan untuk mengatasi pelanggaran aturan oleh siswa, guru, dan
sekolah. Hukuman merupakan salah satu alat pengasuhan yang bersifat represif yang bertujuan
mengembalikan anak kepada apa yang benar dan tertib, disebut juga dengan alat pengasuhan
korektif. Tindakan represif di bidang pendidikan mencakup tindakan yang dinilai melanggar
aturan. Menurut Suwarno (1981: 115), ``Hukuman adalah tindakan sengaja menimbulkan
penderitaan pada anak yang kita asuh dengan maksud agar penderitaan itu benar-benar dirasakan
agar membawa pada perbaikan. '' Suatu bentuk umum dari hukuman pendidikan yang digunakan
oleh guru adalah teguran. Teguran yang sebenarnya juga merupakan hukuman, namun jika
diberikan dengan lembut dan lemah lembut, siswa tidak akan menganggapnya sebagai hukuman.
Dibandingkan dengan cara meledek, cara ini lebih efektif dalam mengoreksi kesalahan siswa.
Selain teguran, hukuman pendidikan juga dapat berupa tantangan.Tugas yang diberikan oleh guru
hendaknya terjangkau oleh siswa dan tidak terlalu sulit atau menyulitkan. Hal ini dikarenakan
tugas yang terlalu sulit atau tidak sesuai dengan kemampuan siswa hanya akan menurunkan
motivasi belajar siswa. Dalam pemberian tugas pendidikan , guru harus pandai memvariasikan
tugas agar siswa tidak bosan dengan tugas yang diberikan. Selain itu, saat memberikan tugas,
Anda tidak boleh melakukannya terlalu sering atau terlalu jarang. Tugas yang membosankan bagi
siswa menimbulkan keinginan untuk menghindari tugas tersebut. Sebaliknya tugas yang terlalu
jarang diberikan dapat menimbulkan kemalasan dalam penyelesaian masalah. Karena jarangnya
pemberian tugas, siswa menjadi terbiasa mencari jawaban atas permasalahan yang diberikan guru,
sehingga menjadi pasif dan jelas-jelas tidak diinginkan oleh guru
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan buku ajar tentang strategi guru
dalam mengatasi siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Adapun tujuan dari
penulisan buku ajar ini adalah untuk membantu memahami para pembaca khususnya guru dalam
mempelajari cara mengatasi siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Tentu dalam
proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak serta
kerjasama. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya yang turut
serta membatu menyelesaikan buku ajar ini.
Meski demikian, Selaku manusia biasa dalam menulis buku ajar ini kami menyadari
masih banyak kekurangan, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari guna menyempurnakan
pembuatan buku ajar selanjutnya. Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga buku ajar ini
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat untuk para pembaca.

Dharmasraya

26 desember 2023
DAFTAR ISI
ABSTRACT.......................................................................................................................

PENDAHULUAN..............................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

PEMBAHASAN.................................................................................................................

1. Bentuk pelanggaran yang terjadi di SDN 153 VI Rantau Panjang…………...

a. Pelanggaran keterlambat....................................................................................
b. Pelanggaran seragam sekolah............................................................................
c. Pelanggaran tidak masuk tanpa penjelasan.....................................................
d. Pelanggaran di kantin saat jam pelajaran........................................................
2. Factor factor penyebab pelanggaran peraturan sekolah yang dilakukan
oleh siswa SDN 153 VI rantau Panjang X..............................................................
a. Sumber berasal dari siswa..................................................................................
b. Factor external siswa...........................................................................................
c. Factor yang berasal dari sekolah.......................................................................
3. Upaya sekolah dalam mengatasi pelanggaran tata tertib SDN 153
rantau Panjang X………………………………………………………………….

a. Mengevaluasi pelanggaran oleh guru………………………………………....


b. Memberikan sangsi yang jelas dan mendidik………………………………...
c. Melakukan Razia……………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
PEMBAHASAN

1. Bentuk pelanggaran yang terjadi di SDN 153 VI Rantau Panjang x

Penggunaan istilah “pelanggaran” mengacu pada tindakan sengaja melanggar aturan


yang ditetapkan oleh orang tua, guru, atau figur otoritas lainnya. Pelanggaran apa pun yang
terjadi di lingkungan sekolah dapat menyebabkan terganggunya aktivitas sekolah dan proses
pembelajaran. di kelas. Untuk mencegah perilaku tersebut, Peraturan Sekolah ditetapkan
untuk memastikan bahwa siswa berperilaku baik dan tertib di kelas dan lingkungan sekolah.
Penelitian yang dilakukan pada siswa SDN 153 VI Rantau Panjang X ini didasarkan pada
data yang dikumpulkan melalui pilot study dan survei. Didukung oleh observasi dan
wawancara, penelitian ini mencakup pelanggaran peraturan sekolah yang sering terjadi di
antara siswa.

a. Pelanggaran Keterlambatan

Keterlambatan adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan sengaja karena


suatu hal, terlambat ke sekolah merupakan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah SDN
153 VI Rantau Panjang X. Artinya, jika ada siswa yang datang ke sekolah, siswa yang
sudah datang pada pukul 08.00 WIB akan mendapat keringanan 15 menit. bagi siswa
yang datang lebih lambat dari waktu yang ditetapkan sekolah, maka siswa dikenakan
sanksi dan sanksi sebagai berikut: diberikan nasehat, membersihkan taman kelas,
mengambil sampah di lapangan, dan hormat bendera . Di SDN 153 VI Rantau panjang
X siswa Sekolah pernah mengalami pelanggaran keterlambatan, ngikut teman,
kurangnya tindakan pengamanan oleh pihak sekolah, dan kurang lebih siswa masih harus
membeli makanan dan minuman di kantin, hal ini dikarenakan guru sering terlambat
masuk kelas .

b. Pelanggaran Seragam Sekolah

Mengenakan seragam berarti memakai pakaian yang ditentukan dan disepakati


bersama. Pelanggaran seragam yang dilakukan siswa SDN 153 VI Rantau Panjang X
antara lain mengenakan pakaian yang tidak pantas pada hari itu. tidak memasukan baju
kedalam celana atribut sekolah tidak lengkap dan tidak memakai kaos kaki. Kaus
kakinya berbeda dengan yang dikenakan. Perlu diketahui bahwa siswa disediakan
seragam dan tidak harus mengenakan jaket pada saat proses pembelajaran , tidak sengaja
mewarnai rambut atau pirang, mempunyai gaya rambut berantakan, atau memakai sandal
jepit ke sekolah. SDN 153 VI Pelanggaran seragam yang dilakukan siswa Rantau
Panjang , gaya rambut berantakan, kesewenang-wenangan dan kurang tegasnya pihak
sekolah.

c. Pelanggaran Tidak Masuk Tanpa Penjelasan


Permasalahan pelanggaran yang terjadi di SDN 153 VI Rantau Panjang adalah
siswa SDN 153 VI Rantau Panjang X sering tidak hadir di sekolah tanpa penjelasan, dan
pelanggaran kelalaian siswa ini juga terjadi karena kurangnya ketegasan pihak sekolah
terhadap siswa yang sering tidak hadir tanpa penjelasan.
d. Di kantin pada saat jam pelajaran
Pada saat jam pelajaran banyak siswa SDB 153 VI Rantau Panjang X yang masih
berada di kantin. Sewaktu Guru Piket melihat ke dalam kantin dan melihat bahwa mereka
masih berada di kantin, siswa tersebut tidak takut sama guru piket tersebut yang ada
siswa itu cuek dan mengacuhkan panggilan guru yang sedang piket itu. Sudah menjadi
kebiasaan siswa untuk bersantai di kantin, sehingga sebagian siswa masih duduk disini
untuk makan dan minum. Pada saat proses pembelajaran, ada sebagian siswa yang pergi
ke kantin dengan dalih pergi ke toilet namun kenyataannya mereka membeli makanan dan
minuman dan duduk dikantin hingga jam pelajaran habis.

2. Faktor-faktor penyebab pelanggaran peraturan sekolah yang dilakukan oleh siswa


SDN 153 VI Rantau panjang X.

Jika dilihat dari tata tertib sekolah, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah oleh siswa SDN 153 VI Rantau panjang X.

a. Sumber berasal dari siswa

Sumber yang berasal dari siswa adalah faktor penyebab terjadinya pelanggaran
tata tertib sekolah, ketidaksiapan siswa dalam belajar, dan rendahnya tingkat
intelektualitas. Berdasarkan yang dilihat terhadap siswa yang mempunyai permasalahan
pelanggaran tata tertib sekolah, faktor atau penyebab pelanggaran tata tertib sekolah oleh
siswa SDN 153 VI Rantau panjang x yaitu siswa malas, bosan, mengantuk, atau tidak
semangat dalam mengikuti pelajaran.
b. Faktor Eksternal Siswa
Salah satu faktor penyebab siswa melanggar peraturan sekolah yaitu faktor yang
berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari luar diri siswa misalnya di
lingkungan rumah, lingkungan tempat tinggal, lingkungan bermain, ataupun teman
bermain. Berdasarkan yang dilihat, siswa SDN 153 VI Ranatu panjang X diduga menjadi
faktor atau penyebab terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah adalah siswa yang tinggal
dalam sebuah rumah dimana ia harus membantu keluarganya dalam pekerjaan, akhirnya
merasa capek dan berujung tidak mau sekolah juga ada siswa asik bermain sama
temannya hingga menjadi terpengaruh untuk bermain terus bersama temannya, tidak ada
kepikiran untuk pergi sekolahnya hanya berpikir bermain saja.

c. Faktor yang berasal dari sekolah


Faktor yang berasal dari sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya pelanggaran tata tertib sekolah. Bekerja sama dengan guru juga
sangat penting untuk menciptakan sekolah yang ramah dan bersahabat. Berdasarkan
yang kami lihat menunjukkan bahwa faktor utama penyebab siswa melanggar tata tertib
sekolah adalah lingkungan yang kurang solid, nyaman, dan aman, serta memudahkan
siswa untuk keluar masuk sekolah. Karena status penggabungan dengan sekolah lain dan
tidak adanya guru BK di sekolah ini, maka kurangnya informasi mengenai tata tertib
yang diberikan serta proses pembelajaran di SDN 153 VI Rantau panjang x dimulai
semejak pukul 11.00-12.00, semangat belajar siswa sangat rendah.

3. Upaya sekolah dalam mengatasi pelanggaran tata tertib SDN 153 VI Rantau panjang
X
Berdasarkan hasil yang di lihat dari Siswa SDN 153 VI Rantau Panjang X yang
melanggar tata tertib sekolah seringkali mendapat teguran dan nasehat dari guru dan kepala
sekolah. upaya yang dapat dilakukan oleh guru dan kepala sekolah dalam mengatasi
pelanggaran tata tertib sekolah yaitu:

a. Mengevaluasi pelanggaran oleh guru

Salah satu hal yang jarang dilakukan kepala sekolah dan guru bagaimana
mengevaluasi pelanggaran, apakah itu pelanggaran kecil, sedang atau berat. Dari hasil
evaluasi, barulah kepala sekolah maupun guru SDN 153 VI Rantau panjang X
memberi nasihat, teguran dan memperingati pada siswa yang melanggar agar siswa
tersebut tidak lagi melanggar tata tertib yang ada di sekolah.
b. Memberikan sanksi yang jelas dan mendidik
Jika sanksi yang diberikan oleh guru di SDN 153 VI Rantau panjang x kepada
siswa yang melanggar tata tertib berupa dinasehati, ditegur dan diperingati beberapa
kali tetapi masih melakukan pelanggaran maka guru beri hukuman kecil kepada siswa
yang melannggar. Hukuman kecil bisa berupa memungut sampah, membersihkan
lingkungan sekolah, lati lapangan atauun membersihkan wc dengan tujuan agar siswa
tersebut tidak lagi melakukan ataupun mengulangi kesalahan yang sama.

Jika siswadi SDN 153 VI Rantau Panjang X melakukan pelanggaran yang


fatal atau berat berulang kali dan hukuman yang berlaku tidak membuat siswa
tersebut jera, guru bisa memanggil orang tua siswa untuk datang ke sekolah.

c. Melakukan Razia

Dilakukannya raziadi SDN 153 VI Rantau panjang X itu penting, razia bisa
dilakukan seminggu sekali ataupun disaat situasi sekolah yang terdapat kasus diluar
dari batas normal seperti adanya siswa yang merokok di perkarangan
sekolah, membaawa hp diam-diam, berkelahi menggunakan senjata tajam dan
lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu (2009). Psikologi sosial. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

David. (1985). Psikologis Sosial. Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Hadari Nawawi. (2012). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Rohinah M. Noor. (2012). The Hidden Curriculum. Yogyakarta: Insan Madani.

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab

2 Pasal 3.
STRATEGI GURU DALAM MENGATASI SULITNYA SISWA KONSERTRASI
DALAM BELAJAR

Disusun oleh Kelompok 6:

Darazatul Azimi NIM: 2103011059


Ima Matuzzahira NIM: 2103011070
Mira Desmawati NIM: 2103011076
Nia Rahmadani NIM: 2103011079
Zakia Salsabillah NIM: 2103011105

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Sonia Yulia Friska, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2023/2024
ABSTRAK
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi warnga negara Indonesia
bahkan bagi seluruh manusia yang ada didunia ini. Salah satu hal yang mempengaruhi
kegiatan belajar yakni sulitnya siswa dalam konsetrasi dalam kegiatan belajar, kesulitan
belajar bisa terjadi pada diri siswa saat melakukan kegiatan belajar. Hilangnya konsetrasi
belajar siswa ini disebabkan karena turunya daya ingat dan pemahaman materi yang telah
diberikan. Pada lingkungan diluar sekolah hal yang menyebabkan kurangnya siswa dalam
belajar dan konsetrasi disebabkan karena kurangnya dukungan dari orang tua juga termasuk.
Beberapa hal yang membuat konsentrasi belajar siswa tergangu terdapat dalam beberapa hal
seperti Media, Game Online, Sulitnya pelajaran yang diterima, Kurang tepatnya model
pembelajaran yang digunakan. Melalui konsentrasi belajar yang rendah tersebut maka
peranan guru dalam meningkatakan konstrasi belajar siswa bisa dilakukan dengan intervensi
manajemen kelas seperti, selain pada kemampuan dalam manajemen tadi strategi guru dalam
kegiatan belajar juga merupakan suatu yang amat penting jika ingin mencapai suatu
konsentrasi dalam belajar karena semua permasalahan tentu harus mempunyai suatu strategi
yang bisa memecahkan suatu permasalah dalam pembelajaran
Kata Kunci: Pendidikan, Konsentrasi Belajar, Strategi guru. 2
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan bagi warnga negara Indonesia
bahkan bagi seluruh manusia yang ada didunia ini. Melalui pendidikan bisa memberikan
suatu pengetahuan bagi seseorang untuk memberikan suatu pemahaman terhadap suatu objek
tertentu dan suatu hal yang dibutuhkan bagi seseorang untuk mengetahui suatu hal yang dia
temukan. Selain itu, pendidikan juga sebuah pilar yang paling utama bagi suatu kemanjuan
dari sebuah negara. Pendidikan menjadi suatu hal yang dibutuhkan dan paling mendasar
dalam meningkatakan sumber daya manusia. Sumber daya manusia muncul dengan semakin
berkembangnya seseorang serta memiliki kesesuain dalam meningkatnya kemampuan
menalar dan pola pikran seseorang dari suatu kegiatan belajar yang individu itu lakukan.
Hal ini pula sesuai dengan isi pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang dimuat
dalam pasal 1 Tahun 2003 yang berbunyi bahwa pendidikan ialah sebuah usaha yang
memiliki kesadaran bagi seseorang dan suatu hal yang dapat di rencanakan untuk
menciptakan susasan belajar dan proses belajar agar siswa bisa secara aktif dalam
memberikan suatu perkembanagan dalam potensi dirinya untuk mempunyai akan
kemampuan seperti spritual agama, mampu mengendalikan diri, kepribadian yang baik,
cerdas dan akhlaq yang mulai dan semua itu merupakan suatu yang di butuhkan seseorang
untuk dapat menciptakan negara yang maju dan menciptakan masyarakat yang baik.
Pada lembaga pendidikan sendiri tentu memiliki suatu peranan tersendiri dalam menciptkan
suatu kegiatan belajar, salah satu garda terdepan dalam menciptakan suatu kegiatan belajar
yang memiliki konsentrasi dan pengendali dalam konsetrasi ini ialah seorang guru. Seperti
sama-sama diketahui bahwa guru ialah seseorang yang memiliki suatu pemiliki pegangan
peran pada suatu kegiatan belajar mengajar, guru menjadi leader dalam memberikan
kepemimpinan dan memberikan arahan pada suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
siswa dan siswi. Pengaruh guru kepada siswa sendiri tentu sangat besar. Karena peran guru
sendiri merupakan suatu peran yang penting dalam kegiatan belajar mengajar yang menjadi
suatu penentu dalam keberhasilan belajar siswa (Zuhdi et al., 2021).
Selain sebagai pendidikan dan pengajar, guru juga memiliki suatu kegiatan lainnya seperti
sebagai suatu pembimbing. Perkembangan siswa sendiri tentu tidak selalu lancar dan mulus
pasti akan ada yang namanya terlambat dan bahwa bisa menyebabkan suatu hal yang
menyebabkan terhenti. Dalam keadaan ini siswa tentu membutuhkan suatu bantuan 3
dalam sebuah bimbingan. Hal ini agar bisa menciptakan suatu keadaan seperti seorang
pendidik atau guru memerlukan suatu keadaan dalam mendekati siswa dan memberikan suatu
bimbingan dalam hubungan terhadap siswa agar menciptakan suatu keadaan yang baik
terutama dalam meningkatan kegiatan konsetrasi siswa dalam kegiatan belajar
Salah satu hal yang mempengaruhi kegiatan belajar yakni sulitnya siswa dalam konsetrasi
dalam kegiatan belajar, kesulitan belajar bisa terjadi pada diri siswa saat melakukan kegiatan
belajar. kesulitan belajar bisa dimaknai dengan tidak mampunya seseorang dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan dalam belajar atau kegiatan lainnya yang di berikan oleh
pendidik atau atasanya. Salah satu faktor kesulitan belajar itu diakibatkan oleh kurangnya
konsentrasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga siswa menjadi sulit dalam
mencapai sesuatu dalam belajar hambatan siswa dalam melakukan kegiatan belajar ini terkait
pada tugas-tugas yang ada sehingga menyebabkan siswa sulit dalam belajar hal ini
dikarenakan oleh beberapa ganguan yang ada seperti neurologis, proses psikologis maupun
disebabkan karena kurangnya konsetrasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga
siswa tersebut akhirnya bisa mengalami kesulitan saat belajar sehingga memberikan suatu
kebutuhan pada perhatian khusus untuk memberikan peningkatan dalam belajarnya.
Dari pembahasan diatas bisa diartikan bahwa hilangnya konsetrasi belajar siswa ini
disebabkan karena turunya daya ingat dan pemahaman materi yang telah diberikan. Pada
lingkungan diluar sekolah hal yang menyebabkan kurangnya siswa dalam belajar dan
konsetrasi disebabkan karena kurangnya dukungan dari orang tua juga termasuk. Pada proses
belajar itu sendiri baik dilingkungan sekolah semua guru tentu mengharapkan siswanya
berhasil dalam belajar secara maksimal. Sayangnya, begitu sering di temui siswa yang sulit
dalam melakukan kegiatan belajar secara maksimal sesuai dengan apa yang diharakan. Selain
itu, siswa pun masih banyak mendapat nilai mereka dibawah rata-rata meskipun guru sudah
melakukan kegiatan belajar secara maksimal, dengan kata lain bisa di simpulkan bahwa siswa
tersebut mengalami keulitan dalam belajar. kesulitan belajar disini memiliki ketergantungan
dan banyak aspek yang membuat siswa sulit dalam belajar salah satu hal yang membuat
siswa sulit ialah sulitnya siswa dalam konsentrasi dalam belajar. 4
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi
Strategi ialah suatu hal yang ingin di utamakan atau sebuah hal yang ingin dituju dan
cangkupan yang luas yang dilakukan oleh suatu lembaga. Dari hal tersebut bahwasanya
strategi ini ialah suatu hal yang diutamakan dan suatu cara yang harus di capai suatu lembaga
dalam menuju suatu tujuan dari sebuah organisasi, hal yang bisa digunakan dalam menuju
suatu misi dan mencapaisuatu visi pada organisasi. Pada saat ingin melakukan sebuah strategi
tentuk memerlukan suatu keikutan sertaan semua kalangan atau lembaga dalam suatu hal
sehingga akan menciptakan suatu kebersamaan dan keteguhan bagi semua kalangan yang ada
untuk mengerakan strategi yang sudah di tentukan (Fadhli, 2021). Pada dasarnya strategi
adalah cara yang di lakukan untuk membantu dan mempermudah dalam memecahkan
masalah, selain itu strategi merupakan langkah-langkah konkrit yang dapat menyelesaikan
masalah
Sebelum melakuakan penetapan pada sebuah strategi tentu sebuah lembaga kelompok atau
perorangan harus memiliki sebuah tujuan pada suatu keinginan yang ingin mereka capai, hal
ini akan menjadikan suatu landasan awal pada saat melaksanakan sebuah strategi yang paling
benar dan selaras dengan suatu tujuan pada lembaga yang ada. Strategi belajar ialah suatu
kegiatan belajar yang harus bisa dilakukan oleh guru dan untuk memberi suatu kegiatan
belajar kepadas siwa supaya efektif dan efisien. (Purba et al., 2020) menjelasakan bahwa
strategi ialah suatu kegiatan yang sudah dipilih untuk diberikan kepada siswa sebagai
pasifilitas dan bantuan kepada siswa agar siswa bisa memperolah kegiatan belajar yang akan
di tuju dengan baik. Selain itu strategi juga merupakan suatu hal yang dirancang dan bisa
dimanfaatkan sebagai suatu sumber kekuatan dalam melakukan kegiatan belajar. maka
melalui penjelasan diatas bahwasanya strategi merupakan suatu hal yang penting dalam
setiap proses pembelajaran karena strategi sendiri merupakan suatu hal yang harus digunakan
terutama dalam kegiatan belajar mengajar.

B. Pengertian Guru
Guru ialah seorang pengajar yang memiliki simbolik yaitu di gugu dan ditiru oleh kalangan
siswa dan lingkungan sekitanya. Maka dari kata di gugu dan ditiru itulah maka peserta didik
sendiri meyakini bahwa apa yang berikan oleh gurunya adalah suatu yang benar adanya.
Kemudian kata ditiru disini bahwa seorang guru itu ialah sebagai suritauladan bagi siswa
untuk mengikuti hal-hal yang baik bagi siswa seperti adab, ahlaq dan sopan satun. Pada dunia
kerja atau lembaga pendidikan tentunya tugas soorang guru bukan hanya untuk memberikan
pembelajaran saja namun pada 5
umumnya seorang guru juga harus bisa mempunyai suatu pribadi yang memiliki kewibawaan
dan gaya tarik tersendiri agar siswa-siswi juga senang dalam melakukan kegiatan belajar
bersama guru tersebut sehingga siswa pun dapat mengangap guru terebut sama halnya dengan
orang tua mereka sendiri (Anggraini et al., 2022).
Pada dasarnya sesuai dengan keadaan sekarang dan tuntunan dari kurikulum guru ini
memiliki berbagai fungsi baik sebagai pendidik, pembimbing untuk siswa dan terutama
pengajar. Guru dalam melakukan pendidikan tentu harus menciptakan pembelajaran yang
bagus dak sesuai dengan karakteristik siswanya dan tentu harus menyenanngkan. Selain itu
guru sebagai pembimbing bagi siswa bisa membantu siswa dalam memahami akan diri siswa
itu sendiri dan mencari solusi pada suatu permasaahan yang ada pada diri siswa. selanjutnya
guru sebagai pendidik diharapkan bisa memberikan fasilitas kepada siswa dalam proses
mengenal dan mendewasakan diri siswa dalam kegiatan belajar yang mereka lakukan (Daga,
2021).
Melalui pendapat dari beberapa ahli tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa guru memiliki
peranan yang begitu penting pada semua hal dalam kegiatan belajar mengajar hal ini
dikarenakan guru harus bisa memberikan bimbingan kepada siswanya saat belajar dan harus
memberikan suatu kegiatan belajar secara maksimal. Jadi peran guru dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu ujung tombak bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar dan guru menjadi peranan yang amat penting dalam kegiatan belajar.
C. Pengertian Konsetrasi
Konsetrasi ialah suatu keadaan pada sebuah pemikiran atau suatu kondisi yang dilakukan
oleh keadaan yang terdapat didalam tubuh manusia. Untuk memberikan suatu kegiatan
terhadap sensai didalam tubuh seseorang perlu memiliki suatu kadaan yang tenang pada
suasana yang disukai oleh seseorang, hal ini dikarenakan pada keadaan yang kurang
menyenangkan seseorang akan tidak bisa menggunakan pemikirannya dengan baik
dikarenakan pikiran orang itu akan menjadi kosong. (Nuryana & Purwanto, 2010)
berpendapat bahwa konsentrasi ialah sebuah kemampuan dalam memberikan pemusatan
dalam pikrian atau sebuah kemampauan mental pada pengertian dalam memberikan
informasi yang diperukan dan memberikan pusat dalam perhatian hanya untuk hal-hal yang
dibutuhkan. (Aviana & Hidayah, 2015) juga berpendapat bahwa konsentrasi ialah suatu
pemusatan dalam perhatian dalam perubahan sifat yang diartikan dalam suatu kegiatan
menguasai pengunaan, dan penilaian pada suatu sikap dan nilai, pengetahuan dan suatu
kecakapan yang mendasar bisa dilihat dari berbagi bidang studi pengetahuan, secara teoritis
jika konsentrasi siswa 6
itu rendah maka akan menyebabkan kegiatan yang dilaukan berkualitas rendah serta
menyebabkan sesuatu yang kurang sesuai dalam pelajaran.
Konsentrasi diartikan sebagai suatu kegiatan dalam mengendalikan suatu pemikiran dan
kegiatan tubuh karena dengan hal yang terjadi itulah seseorang bisa lebih fokus atau
memberikan perhatian khusus dalam hal terentu kepada sesuatu yang bermanfaat baik secara
fisik dan mental. (Ihsan, 2018) berpendapat bahwa konsentrasi ialah pemusatan pada
pemikiran kepada suatu hal dengan cara menyampingkan hal-hal lain yang tidak ada
hubunganya sama sekali. Dari pendapat tersebut bisa diartikan bahwa konsetrasi ialah suatu
kegiatan yang memiliki fokus kepada suatu objek tertentu dan menyingkirakan dahulu hal-hal
yang tidak berguna artinya seseorang jika ingin berkonsetrasi tentu harus mengacu pada hal-
hal yang ingin difokuskannya bukan hal lain yang ingin dia lihat.

D. Peran Guru dalam mengatasi konsetrasi siswa dalam belajar


Belajar ialah suatu kegiatan dalam melakukan sebuah proses dan menjadi sebuah hal yang
bermanfaat pada semua kegiatan belajar pada semua jenjang pendidikan. Belajar sendiri
menjadi suatu tolak ukur berhasil atau belumnnya tercapai atau tidaknya tujuan dalam
pendidikan yang digantung dalam suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik,
baik pada lingkungan persekolahan dan diluar lingkungan sekolah. Dewasa ini, begitu banyak
ditemukan siswa-siswi yang mengalami dalam kesulitan saat belajar. Kesulitan belajar disini
ialah suatu keadaan yang mana siswa tidak bisa melakukan kegiatan belajar dengan cara
biasa saja, hal ini di karenakan adanya sebuah ancaman, hambatan, ganguan dalam belajar
serta kurangnya konsetrasi yang menyebabkan sulitnya siswa dalam melakukan kegiatan
belajar (Irsyad et al., 2023).
Konsentrasi merupakan suatu faktor yang bisa memberikan suatu kepercayaan dan menjadi
suatu keberhasilan bagi suatu individu dalam menuju suatu keberhasilan siswa dalam belajar.
konsentrasi ini ialah sebuuah hal yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar. Dengan
adanya sebuah konsentrasi maka semua hal bisa dilaksanakan dengan baik terutama pada
kegiatan belajar mengajar dan akan akan menjadi suatu hal yang bisa disimpan di dalam
pikiran bila suatu saat dibutuhkan. Konsetrasi pada pembelajaran begitu penting dan begitu
diperlukan untuk memberikan suatu kemudahan bagi pelajar saat mereka belajar guna untuk
mendapatkan materi yang diberikan oleh guru.
(Putri et al., 2021) memberikan penjelasan bahwa konsetrasi siswa akan tergangu jika banyak
hal yang mempengaruhinya. Terkadang peserta didik pun akan merasa letih 7
dan bosan jika kegiatan belajar atau model belajar yang dilakukan hanya itu-itu saja dan akan
menyebabkan pembelajaran seperti monoton. Selain itu dengan diberikan tugas yang banyak
juga akan menyebabkan kegiatan belajar akan jenuh karena akan memberatkan pemikiran
siswa. (Yulia & Navia, 2017) berpendapat bahwa konsentrasi belajar ialah suatu aspek
psikologis yang semua itu sulit untuk diketahui bahkan sulit untuk diketahui oleh orang lain,
melainkan hal itu hanya bisa diketahui oleh diri sendiri. Konsentrasi belajar pun merupakan
suatu sifat dalam memusatkan sesuatu pada pemikiran kepada suatu hal dengan menyimpan
dulu hal-hal lainya yang tidak ada kepentinganya, konsentrasi belajar ini ialah suatu hal yang
sulit untu diatasi oleh siswa, karena begitu banyak hal yang membuat konsentrasi belajar
siswa merasa sulit.
Selain itu bentuk atau wujud dari kurangnya konsentrasi saat belajar siswa akan diperlihakan
dari lambatnya siswa dalam menyelesaiakn tugasnya, siswa pun terkadang lebih berfokus
pada kegiatan bermain yang mereka pikirkan sehingga menyebabkan siswa akan kehilangan
konsentrasi nya dalam melakukan kegiatan belajar. ketika sedang melakukan proses belajar
mengajar siswa tentu tidak akan mudah untuk memperhatikan suatu pelajaran dengan
sepenuhnya pada saat guru menjelaskan pelajar, siswa tentu ada yang sibuk dalam
kegiatannya sendiri-sendiri, ada yang berbisik-bisik dengan teman sejawatnya dan ada juga
yang memang konsetrasi dalam melakukan pelajaran tetapi tidak semua pemikiranya
memang berkonsetrasi tentu pemikiranya ada memikirkan hal lain. Maka pada permasalahan
itulah bisa disimpulkan bahwa konsetrasi siswa pada kegiatan belajar sulit untuk di ketahui
dan tentunya tidak lah mudah bagi guru untuk memberikan atau membuat siswa memang
konsetrasi pada kegiatan belajarnya hal itu tentu di pengaruhi dari beberapa hal yang ada
pada kegiatan belajar, beberapa hal yang membuat konsentrasi belajar siswa tergangu
terdapat dalam beberapa hal yang penulis bisa paparakan sebagai berikut:
1. Media

Media merupakan suatu alat komunikasi yang bisa juga dikenal dengan alat untuk
memberikan suatu kegiatan dalam menyampaikan suatu pesan supaya lebih mudah
memberikan pemahaman pada kegiatan komunikasi dan sebagai alat dalam memberikan
suatu kegiatan konsentrasi dalam pembelajaran yang dilaksanakan sehingga bisa sampai pada
kegiatan pemahaman lainnya. Penggunaan media pada lembaga pendidikan atau organisasi
bisa dibedakan dalam beberapa hal sesuai dengan hal apa yang dibutuhkan. Pada berbagai
media dan penggunaan nya begitu penting agar bisa memberikan bantuan pada proses belajar
mengajar terutama untuk memberikan suatu kegiatan konsentrasi dalam belajar. Jika
penggunaan 8
media itu tepat maka akan menciptakan suatu kegiatan belajar mengajar yang memiliki artian
yang baik dalam strategi konsetrasi siswa namun jika media yang digunakan itu tidak sesuai
dengan apa yang guru gunakan maka akan memberikan suatu pengaruh yang buruk pada
kegiatan konsetrasi belajar siswa bahkan bisa memberikan suatu permasalahan pada kegiatan
belajar siswa di kemudian harinya.
2. Game Online

Game online ialah permainan yang dimainkan dengan online menggunakan jaringan internet.
Game online via internet yang memberikan suatu penawaran pada fasilitas yang lebih karena
para pemain bisa melakukan sebuah kontak seperti komunikasi dengan para pemain lainnya
dari berbagai macam belah dunia melalui optional chat. Game online sendiri menjadi suatu
pengaruh yang amat besar karena memiliki daya tarik mereka sendiri dari pencinta game hal
ini di sebabkan karena adanya sebuah gambar yang menarik pada monitor seperti gambar 3D
yang membuat permainan itu semakin menarik untuk dilakukan (Adiningtiyas, 2017).
Game online ini sendiri menjadi suatu pengaruh yang buruk bagi para siswa dalam
melakukan kegiatan belajar dan memberikan pengaruh yang buruk bagi siswa dalam
melakukan kegiatan belajar karena bisa memberikan suatu pengaruh yang buruk bagi siswa
dalam melakukan kegiatan belajar dan memberikan suatu ketidak konsentrasian bagi siswa
dalam belajar. Game online ini menyebabkan siswa bisa melakukan atau memainkan game
online ini di mana saja dan kapan saja sehingga hal itu lah yang memberikan pengaruh buruk
bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar nya sehingga menyebabkan mereka sering
memainan game online ini dalam waktu belajar, di sekolah dan diluar sekolah sehingga
membuat siswa merasa terangsang karena memikirkan game online dan membuat konsentrasi
siswa tergangu dalam belajarnya.
3. Sulitnya pelajaran yang diterima

Salah satu hal yang menyebabkan siswa kurang dalam konsentrasi dalam belajar ialah karena
sulitnya pelajaran yang di terima oleh siswa sehingga menyebabkan siswa merasa tergangu
dalam konstrasi belajarnya. Diantara banyaknya pelajaran yang dianggap mereka sulit dan
cenderung dihindari oleh siswa salah satunya adanya mata pelajaran tertentu seperti
matematika. Matematika ialah salah satu mata pelajaran yang menurut siswa sulit sehingga
memberikan penyebab konsentrasi belajar siswa menjadi tergangu karena otak menjadi lelah
dan tegang. Kelelahan dan ketengan pada otak menyebabkan siswa merasa stres dan akhirnya
menyebabkan siswa sulit dalam melakukan konsentrasi dalam belajar 9
(Annisa et al., 2019).
4. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan

Kurangnya ketepatan guru dalam milih model pembelajaran dikelas juga merupakan suatu
pengaruh yang besar pada kegiatan atau proses belajar mengajar dikelas hal ini menimbulkan
suatu hal yang buruk pada proses pembelajaran terutama jika pembelajaran yang dilakukan
seperti clasikal contohnya seperti mdel pembelajaran yang hanya ceramah dan hanya
menggunakan model pembelajaran itu-itu saja. Pemilihan model pengajaran yang kurang
tepat akan menyebabkan siswa kurang bisa untuk memberikan suatu rangsangan pada setiap
kegiatan belajar yang dilakukan siswa sehingga kurangnya keikutsertaan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar hal tersebut bisa dilihat jika ada siswa yang hanya bersandar di
meja tanpa memperhatikan guru maka hal tersebut menjadi acuan bahwa model pembelajaran
yang digunakan kurang baik dan kurang sesuai maka guru disini harus mampu memberikan
suatu model pembelajaran yang baik dan bagus agar siswa saat belajar bisa berkonsentrasi
dalam pembelajaran yang dilakukan (Aviana & Hidayah, 2015).
Konsentrasi belajar ialah satu dari beberapa bagian yang penting dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar yang memiliki kepercayaan bisa memberikan kemudahan bagi para siswa
untuk mencapai proses belajar peserta didik. Selain itu konsentrasi belajar ialah suatu bagian
yang penting yang seharusnya dimiliki oleh semua siswa hal ini dikarenakan konsentrasi
siswa bisa memberikan suatu fokus dan memberikan pemahaman belajar yang diberikan oleh
guru dalam menyampaikan kegiatan belajar. Namun demikian tidak semua siswa bisa
melakukan konsentrasi pada saat kegiatan belajar, konsentrasi belajar siswa yang kurang bisa
dikatakan siswa yang memiliki suatu konsentrasi belajar yang rendah.
Konsentrasi siswa pada jenjang sekolah dasar itu sendiri masih sangat pendek siswa sendiri
mudah sekali pecah dalam berkonsentrasi jika mereka melihat suatu hal yang menarik atau
justru kegiatan belajar nya yang kurang menarik menurut siswa maka konsentrasi mereka pun
akan ikut pecah (Kurniawan et al., 2020). Contohnya seperti saat guru menjelaskan suatu
kegiatan dalam pembelajaran mungkin setelah lima belas menit belajar, maka siswa sendiri
sangat tidak sering dalam memperhatikan pembelajaran dan siswa lebih senang untuk
bermain dan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan kegiatan belajar. Selain itu, guru
juga sering meminta kepada siswa untuk memperhatikan guru dalam menjelasakan namun
siswa sendiri malah dengan 10
asyik sendirinya mengobrol dan bermain dengan temannya hal inilah yang membuat suasana
pembelajaran kurang efektif dan hasil belajar siswa pun menurun.
Selain itu terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi seseorang (Supriatna et al.,
2019) berpendapat bahwa konsentrasi belajar siswa itu bisa di pengaruhi dari dua bagian
yaitu adanya faktor internal seperti adanya sebuah faktor yang ada didalam diri seseornag itu
sendiri. Faktor internal ialah faktor yang paling menentukan yang mana apakah seseorang itu
bisa melakukan sebuah konsentrasi pada kegiatan belajarnya dengan baik atau tidak.
Selanjutnya ada faktor eksternal seperti faktor lingkungan dekat siswa belajar, suhu udara
yang segar dan jauh dari yang namanya polusi, cahaya yang cukup kuat, suhu yang sejuk
pada sebuah lingkungan sekitar dan support dari orang-orang sekitar.
Melalui konsentrasi belajar yang rendah tersebut maka peranan guru dalam meningkatakan
konstrasi belajar siswa bisa dilakukan dengan intervensi manajemen kelas seperti,
mempunyai suatu tahapan yang memiliki keseluruhan dari semua komponen yang ada pada
lingkungan belajar baik pada bagian pengelolaan fisik kelas dan pada pengelolaan pada
bagian metode belajar guru, yang mana hal ini bisa menyebabkan hal tersebut bisa di bagi
menjadi 3 bagian seperti preventif, active learning dan korektif (Annisa et al., 2019). Bagian
activite learning meliputi concept analysis model, the experiential learning dan the group
inquir, pada dasarnya untuk bisaa memberikan pertolongan pada peningkatan pada
konsentrasi belajar siswa bida dengan cara melibatkan siswa dengan aktif pada semua proses
belajar supaya siswa bisa aktif dan produktif pada kegiatan proses belajar dan mendapatkan
informasi pengetahuan siswa sehingga siswa pun lebih bisa dalam melakukan konsentrasi
pada setiap pembelajaran.
Selain pada kemampuan dalam manajemen tadi strategi guru dalam kegiatan belajar juga
merupakan suatu yang amat penting jika ingin mencapai suatu konsentrasi dalam belajar
karena semua permasalahan tentu harus mempunyai suatu strategi yang bisa memecahkan
suatu permasalah dalam pembelajaran, strategi itu bisa dilakukan dengan cara strategi khusus
dan strategi yang umum agar bisa memecahkan permasalahan dalam belajar. seperti yang
dijelasakan oleh (Kurniawan et al., 2020) didalam jurnalnya bahwa stategi belajar ialah suatu
kegiatan belajar yang harus bisa dilaksanakan oleh guru dan peserta didik supaya tujuan
belajar bisa dicapai secara benar dan terstruktur. Maka dari itu melalui strategi pembelajaran
itu guru dan siswa harus bisa bekerjasama dengan baik agar terciptanya suatu konsentrasi
pada setiap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh peserta didik. 11
KESIMPULAN
Salah satu faktor yang bisa memberikan pengaruh yang amat rendah pada daya pemahaman
dan hasil belajar siswa ialah sebuah konsentrasi. Konsentrasi ialah suatu pemusatan pada
sebuah perhatian pada kegiatan proses merupah tingkah laku yang diiringi dengan bentuk
penguasaan, pemakaian, dan penilaian pada sikap dan nilai-nilai, dalam segi pengetahuan
serta kecapakapan dasar yang didapat di dalam berbagai bidang studi. Jika suatu kegiatan
belajar yang dilaksanakan memiliki kualitas konsentrasi yang rendah, maka akan
menciptakan suatu kegiatan belajar yang rendah pula hal ini juga bisa menciptakan ketidak
seriusan pada kegiatan belajar dan pemahaman siswa kepada suatu hal yang di ajarkan oleh
guru seperti materi ajar. Konsentrasi merupakan suatu modal utama bagi seorang siswa dalam
menerima suatu pelajaran serta sebuah landasan bagi siswa untuk mencapai jalan yang sukses
pula.
Melalui konsentrasi belajar yang rendah tersebut maka peranan guru dalam meningkatakan
konstrasi belajar siswa bisa dilakukan dengan intervensi manajemen kelas seperti, Selain
pada kemampuan dalam manajemen tadi strategi guru dalam kegiatan belajar juga merupakan
suatu yang amat penting jika ingin mencapai suatu konsentrasi dalam belajar karena semua
permasalahan tentu harus mempunyai suatu strategi yang bisa memecahkan suatu permasalah
dalam pembelajaran, strategi itu bisa dilakukan dengan cara strategi khusus dan strategi yang
umum agar bisa memecahkan permasalahan dalam belajar 12
DAFTAR PUSTAKA
Adiningtiyas, S. W. (2017). PERAN GURU DALAM MENGATASI KECANDUAN GAME
ONLINE. Jurnal KOPASTA, 4(1), 28–40.

Anggraini, D. L., Yulianti, M., Faizah, S. N., Belawati, A. P., Guru, P., & Ibtidaiyah, M.
(2022). Peran guru dalam mengembangan kurikulum merdeka. Jurnal Ilmu
Pendidikan Dan Sosial (JIPSI), 1(3). https://doi.org/10.58540/jipsi.v1i3.53

Annisa, R. R., Pratisti, W. D., & Uyun, Z. (2019). EFEKTIVITAS MANAJEMEN KELAS
UNTUK MENURUNKAN GANGGUAN KONSENTRASI BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA SD. Jurnal Psikologi Sains Dan Profesi, 3(2), 123–
130.

Aviana, R., & Hidayah, F. F. (2015). PENGARUH TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR


SISWA TERHADAP DAYA PEMAHAMAN MATERI PADA PEMBELAJARAN
KIMIA DI SMA NEGERI 2 BATANG. Jurnal Pendidikan Sains, 03, 1–4.

Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar.
Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279

Fadhli, M. N. (2021). Strategi komunikasi organisasi di mis azzaky medan. Journal Ability:
Journal of Education and Social Analysis, 2(2), 8–21.

Ihsan, N. (2018). Sumbangan Konsentrasi terhadap Kecepatan Tendangan Pencak Silat.


Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia, 8(1), 1–6.

Irsyad, W., Putra, V. S., Yusri, F., & Yarni, L. (2023). Analisis Kesulitan Belajar Siswa dan
Upaya Mengatasinya (Studi Kasus Di MTs. Nurul Ilmi Salimpat). Jurnal Bimbingan
Dan Konseling Ar-Rahman, 9, 97–105. https://doi.org/10.31602/jbkr.v9i1.11074

Kurniawan, M. S., Wijayanti, O., & Hawanti, S. (2020). PROBLEMATIKA DAN


STRATEGI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS
RENDAH SEKOLAH DASAR. Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 1(1), 65–73.

Nuryana, A., & Purwanto, S. (2010). Efektivitas brain gym dalam meningkatkan konsentrasi
belajar pada anak. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 12(1), 88–98.

Purba, D., Handayani, P., Erviana, L., & Aristya, F. (2020). ANALISIS PENYEBAB DAN
STRATEGI GURU KELAS MENGATASI KESULITAN MEMBACA PEMULAAN
SISWA KELAS II SD NEGERI KENDAL. Journal Repository, 1–5.

Putri, M., Kuntarto, E., & Alirmansyah. (2021). ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN DARING DI ERA PANDEMI ( STUDI KASUS PADA
SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR ). Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 8(1), 91–
108.

Supriatna, A., Nasem, & Quthbi, A. A. (2019). PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN


COOPERATIVE SCRIPT DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR
PEMBAGIAN WILAYAH WAKTU DI INDONESIA. Jurnal Tahsinia, 158–172.

Yulia, P., & Navia, Y. (2017). HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN KONSENTRASI
BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA. Journal
PYTHAGORAS, 6(2), 100–105.

Zuhdi, A., Nurhalis, & Mulyarti. (2021). Strategi Guru Bimbingan Konseling Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa SMP Negeri 46 Kerinci. Qawwam: The Leader’s Writing, 2,
1–12.
BUKU AJAR

Strategi mengatasi anak yang suka bolos sekolah

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :


Sonia Yulia Priska M,Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :


1. Fentia Afrida (2103011067)
2. Patmaneli (2103011082)
3. Wera Supita (2103011101)
4. Wila Delan Sari (2103011103)

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2023
STRATEGI MENGATASI ANAK YANG SUKA BOLOS

ABSTRAK
Membolos merupakan perilaku tidak baik yang dilakukan oleh siswa seperti tidak
masuk sekolah tanpa izin, tidak masuk jam pelajaran tertentu, pulang pada saat jam sekolah
belum selesai. bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan siswa melakukan
perilaku membolos dan akibat dari perilaku membolos siswa. Seperti yang sudah diketahui
bahwa dampak dari perbuatan perilaku membolos adalah mengalami kegagalan dalam
pembelajaran. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif kualitatif. Dari penelitian yang dilakukan memperoleh hasil bahwa perilaku
membolos dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti motivasi dan minat belajar
yang kurang, kenakalan remaja, dipengaruhi oleh teman yang suka bolos, tidak suka pada
pelajaran dan guru tertentu. Akibat dari perilaku membolos yaitu sering mendapat panggilan
dari guru BK, dan ketinggalan pelajaran sehingga mengakibatkan nilai turun, atau yang
paling fatal yaitu dikeluarkan dari sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
usaha sekolah dalam mengatasi siswa yang membolos di sekolah
Kata kunci: Perilaku Membolos, Faktor Internal, Faktor Eksternal

A. PENDAHULUAN
Sekolah merupakan sebuah lembaga yang di peruntukan sebagai tempat pengajaran siswa
atau murid di bawah bimbingan seorang guru.Sekolah memiliki pengaruh yang signifikan
bagi remaja dan anak-anak.Berangkat ke sekolah teruntuk remaja merupakan suatu hak dan
kewajiban sebagai sarana mengenyam pendidikan untuk meningkatkan kehidupan yang layak
dan lebih baik.Namun yang patut di sayangkan adalah banyak remaja yang melakukannya
tanpa ada alasan yang rasional. Banyak yang akhirnya melakukan membolos di jam
pelajaran.Hal ini jelas jelas mencoreng nama besar dari lembaga pendidikan itu sendiri,
namun tidak hanya di kota-kota besar saja yang melakukan tindakan membolos tapi juga
sekolah-sekolah di daerah pun mengalami hal yang sama . Bahkan ada sebagian siswa yang
mempunyai anggapan bahwa bolos adalah kegiatan yang fun dan mereka membolos bukan
tanpa tujuan mereka bermain di tempat rental PS (playstation) dan mereka juga bermain
game online di warnet sampe berjam-jam dan mengorbankan pelajaran dan tak sedikit juga
yang membolos karena terbawa oleh teman-temanya yang mempunyai kecenderungan
membolos dan juga ada anggapan bahwa mereka tidak bisa mata pelajaran tertentu misalnya
Matematika, Nahwu Shorof, Bahasa Arab dan sebagainya tergntung dari mata pelajaran yang
tidak disenangu.
Konselor bisa melakukan layanan konseling individu untuk mendengar alasan dia
melakukan kegiatan membolos itu sendiri dan mengajak konseli untuk menyamakan persepsi
mengenai kegiatan membolos itu sendiri, dengan hal semacam ini konseli akan merasa
nyaman sehingga dari konselor dan konseli bisa menyelasaikan masalah secara bersama-
sama. Kebiasaan membolos ini merupakan suatu permasalahan yang perlu ditangani dan
memerlukan bimbingan guru dan konselor, seperti dikemukakan oleh Gunarsabahwa tingkah
laku di sekolah yang bertahan dengan kurang pembentukan kesanggupan disiplin diri,
pengendalian tingkah laku dan memerlukan bimbingan guru adalah antara lain keterlambatan,
membolos, menentang guru, perkelahian, nyontek dan sebagainy.
Menurut Gunarsa membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat
pada jam pelajaran dan tidak ijin terlebih dahulu kepada pihak sekolah Perilaku membolos
yang dimaksud dalam penelitian disini adalah tidak masuk sekolah tanpa alasan tertentu baik
pada saat pelajaran sedang berlangsung, pada waktunya masuk kelas, dan ketika sekolah
berlangsung.Membolos merupakan suatu perilaku yang melanggar norma-norma sosial,
karena siswa yang membolos akan cenderung melakukan hal-hal atau perbuatan yang negatif
sehingga akan merugikan masyarakat sekitarnya. Selain Kartono berpendapat bahwa
membolos merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial sebagai akibat dari
proses pengondisian lingkungan yang buruk (Damayanti, 2013).
angka membolos di sekolah. Namun disisi lain ternyata masih banyak guru BK yang
belum paham akan penanganan kasus semacam ini, sehingga malah memperparah keadaan
siswa itu sendiri. Oleh karena itu penulis ingin lebih dalam membahas judul tersebut agar
dapat bermanfaat bagi semua orang termasuk, diri saya pribadi guru, sekolah dan siswa.
Semoga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dan guruBK nantinya dapat
digunakan sebagai bahan antisispasi dalam memberikan bantuan kepada siwa khususnya
dalam masalah mengurangi keinginan berperilaku membolos pada siswa. Karena hal ini dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain serta berpengaruh terhadap nilai akademik disekolah.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri. Peserta
didik dituntut memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Terciptanya Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional membuktikan bahwa Indonesia benar-benar mengatur secara detail dan menyeluruh
mengenai pendidikan yang berlangsung. Tujuan dari sistem pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar mampu menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Kedua faktor eksternal meliputi kurangnya rasa cinta dari orang tua dan lingkungan,
pendidikan yang kurang mampu menanamkan tingkah laku sesuai dengan alam sekitar yang
diharapkan orang tua dan sekolah serta masyarakat, menurunnya wibawa orang tua dan guru
serta pemimpin masyarakat, pengawasan yang kurang efektif dari lingkungan sekitar,
kurangnya pemahaman terhadap remaja dan lingkungannya, kurangnya sarana penyaluran
waktu senggang, dan ketidaktahuan keluarga dalam menangani masalah remaja baik dalam
segi sosiologik dan psikologik maupun pedagogik. Salah satu bentuk kenakalan yang sering
dijumpai di sekolah adalah siswa membolos. Membolos merupakan salah satu bentuk
kenakalan siswa yang menyimpang dari norma yaitu ketidakdisplinan dan ketidakjujuran
serta kebiasaan buruk yang harus dihilangkan. Pada dasarnya siswa berangkat dari rumah
dengan menggunakan seragam akan tetapi tidak sampai di sekolah. Ketidakhadiran siswa di
sekolah tanpa keterangan (alpa) dapat juga disebut dengan membolos. Siswa yang membolos
akan lebih memilih pergi ke tempat tongkrongan ataupun rental playstation bahkan ketempat
warung internet penyedia game online dibandingkan pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu.
Membolos merupakan perilaku yang melanggar norma dan tata tertib sekolah. Siswa yang
membolos cenderung akan melakukan perbuatan negatif yang merugikan diri sendiri dan
sekitarnya.
Permasalahan siswa membolos yang terjadi di sekolah tidak hanya menjadi
tanggungjawab guru bimbingan konseling. Semua pihak yang ada di sekolah wajib ikut serta
dalam menanggulangi permasalahan ini. Kepala sekolah, guru mapel, serta pihak yang ada di
sekolah lainnya berkewajiban ikut serta dalam menanggulangi permasalahan siswa
membolos. Kemudian yang menjadi rumusan masalah dalam kajian ilmiah ini adalah:
1. Apa saja faktor-faktor penyebab siswa membolos di sekolah?
2. Bagaimana usaha sekolah dalam menangani siswa yang membolos di sekolah?
PEMBAHASAN
A. Membolos Bagi Siswa
Membolos sekolah merupakan siswa yang tidak masuk kedalam kelas untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran baik satu mapel ataupun seharian penuh. Definisi lebih
mengarah kepada kondisi dimana pelajar dengan sengaja tidak masuk kedalam kelas dan
tidak mengikuti pelajaran pada waktu itu. Kata “bolos” sangat terkenal di segmen pelajar baik
di sekolah dasar sampai menengah. Dari beberapa survei yang dilakukan jumlah peserta didik
yang melakukan perilaku membolos lebih sedikit dari pada siswa yang tidak membolos,
terlepas dari besar kecilnya jumlah peserta didik yang membolos tetap harus menjadi
perhatian dari sekolah, karena apabila pihak sekolah skeptis, besar kemungkinan jumlah yang
membolos akan terus bertambah dan seolah-olah menjadi sebuah bola salju liar yang selalu
menggelinding. Kegiatan membolos bukanlah hal yang baru terlebih bagi para pelajar.
Apalagi bagi mereka yang sebelumnya pernah mengenyam pendidikan, hal ini di karenakan
perilaku membolos ini sudah ada sejak dulu dan seolah-olah menjadi perilaku warisan,
tindakan semacam ini dianggap sebagai sebuah jawaban akan kejenuhan yang seringkali
dialami oleh peserta didik terhadap sistem yang ada didalam sekolah, kejadian semacam ini
seakan mencoreng isntitusi sekolah itu sendiri.
Bolos sekolah pada dasarnya adalah kegiatan tidak konsekuen terhadap tujuan pendidikan
di sekolah. Tugas Pokok seorang pelajar tidak dilakukan, ada kecenderungan dalam diri siswa
yang muncul adalah merasa aman karena perilaku semacam ini dilakukan oleh banyak orang,
ketika dilakukan oleh banyak orang seolah-olah perilaku semacam ini adalah sebuahhal yang
lumrah dan dapat di maklumi, padahal kekeliruan ataupun kebenaran yangada pada setiap diri
individu, tidak bergantung dilakukan banyak orang atau sedikit orang. Membolos juga
merupakan tindakan negative yang sering dilakukan siswa didalam kegiatan pendidikan dan
terdapat pada semua jenjang. Perilaku juga merupakan salah satu faktor penentu efektif dan
tidaknya sikap serta tindakan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini sebagai dampak dari kodrat manusia sebagai mahluk social yang selalu
berinteraksi dengan orang lain (masyarkat) dan lingkungan. Mencermati hal diatas maka
perilaku adalah faktor determian menjadi penggerak arah tindakan serta perbuatan dari
seseorang. Perilaku manusia juga merupakan informasi dan fungsi antara pesan dari individu
dengan lingkungannya. Nawawi berpendapat bahwa sifat-sifat watak, khas, kecerdasan, khas,
minat dan kecenderungan, serta perhatian sebagai individu.Sedangkan Riyadi berpendapat
dalam rangka mengobati perilaku memboloss, siswa, orang tua maupun guru sebaiknya terus
melakukan evaluasi, mengajak peserta didik untuk berdiskusi merupakan faktor yang sangat
krusial yang harus mulai dibangun oleh orang tua yang bertujuan untuk memfilter pengaruh
negatif yang dapat menyeret setiap anak.(Suparno, 2015: 51)
Perilaku membolos sudah merupakan hal yang sangat umum yang dilakukan oleh siswa
jaman sekarang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan siswa tidak memahami status sebagai
seorang siswaserta kurang memahami akan tujuan hidupnya. Membolos sekolah pada
dasarnya bukan hanya karena kenakalan peserta didik, namun juga dapat dikarenakan mereka
belum mengerti terhadap tugasnya sebagai seorang siswa dan dampak yang akan diperoleh
dari perilaku yang sering dibuatnya jika dia terus membolos.
Guru bimbingan dan konseling yang selama ini diasumsikan sebagai seorang yang dapat
membantu mengatasi masalah pribadi yang dialami peserta didik, guru BK sangat berperan
dalam memberi berbagai solusi yang tepat kepada peserta didik.Masalah yang biasanya
dihadapi oleh guru BK berkisar pada problem pendidikan terlebih lagi masalah seperti
kedisiplinan siswa yang kerap kali menjadi masalah utama yang harus segera ditangani oleh
guru BK. Kesalahan yang masif dilakukan oleh siswa biasanya adalah melanggar tata tertib
sekolah dan kebijakan sekolah. Misal pelanggaran tentang atribut sekolah, terlambat ketika
masuk sekolah.Menurut Gunawan hal semacam ini biasanya dilimpahkan kepada guru BK.
Karena kedisiplinan di sekolah merupakan modal utama bagi siswa di luar sekolah.
Sebagai siswa disiplin merupakan hal utama yang harus dimiliki dalam proses belajar
mengajar. Dengan berdisiplin siswa akan dengan mudah menggapai aspek-aspek di sekolah.
Maka peran guru Bimbingan Konseling sangatlah diperlukan.Dari uraian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa, antara peran guru bimbingan konseling sebagai tokoh utama
dalam kedisiplinan siswa memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan.

B. Ciri-ciri Perilaku Bolos


Seseorang yang melakukan penyimpangan umumnya disebut tindakan yang
melanggar aturan. Tindakan menyimpang ini tergolong untuk mendapatkan sesuatu. Banyak
orang yang percaya bahwa melakukan penyimpangan (atau orang yang pertama kali
melakukan penyimpangan), dengan sengaja dan penuh kesadaran atau kurang sadar karena
ada motifmotif tertentu. Akan tetapi, di masyarakat ada pula yang melakukan penyimpangan
secara tidak sengaja, bukan berarti tidak mentaati norma yang berlaku, melainkan dapat
disebabkan keterpaksaan, ketelodoran atau ketidaktahuan.(Waluya, 2007: 88)
Dengan ciri-ciri perilaku ini jelas bahwa perilaku yang negatif itu dapat dilihat pada perilaku
membolos siswa, kalau di kaji banyak rinciannya diantaranya antara lain:
1. Berhari-hari tidak masuk kelas, Siswa seringkali tidak masuk kelas dikarenakan
tugas-tugas sekolah yang belum mereka kerjakan dan lebih suka menghabiskan
waktu di luar sekolah.
2. Tidak masuk kelas tanpa ijin, siswa selalu keluar masuk tanpa ijin di kelas
dikarenakan siswa bosan dengan mata pelajaran yang mereka ikuti terlhat jelas
bahwa siswa lebih senang menghabiskan waktunya di luar kelas pada saat mata
pelajaran berlangsung.
3. Sering keluar pada pelajar tertentu, siswa merasa bosan di kelas pada mata pelajaran
tertentu itu dikarenakan siswa merasa mata pelajaran tersebut kurang menantang
baginya atau siswa merasa sulit memahami mata pelajaran tersebut sehingga lebih
memilih sering keluar kelas.
4. Tidak masuk kelas setelah jam istirahat, siswa lebih memilih untuk tetap di luar kelas
karena siswa ingin merasa bebas dan malas untuk mengikuti mata pelajaran
berikutnya di akibatkan bosan dengan aktifitas belajar yang begitu-begitu terus.
5. Tidak tepat waktu masuk kelas (terlambat), Siswa seringkali terlambat di akibatkan
mencari perhatian agar dapat diperhatikan.
6. Keluar masuk kelas tanpa izin, siswa melakukan hal itu karena siswa merasa guru
kurang memerhatikannya.
7. Berpura-pura sakit, Siswa seringkali berpura-pura sakit agar angka absennya tidak
menonjol sehingga guru dapat mempercayainya

C. Faktor yang mempengaruhi siswa membolos


Setelah mengetahui ciri-ciri perilaku siswa bolos, jelas bahwa perilaku
tersebut termaksud para perilaku negatif yang harus dihilangkan agar perilaku
tersebut termaksud pada perilaku negative yang harus dihilangkan agar
perilaku tersebut tidak terulang-ulang, karena perilaku tersebut timbul karena
ada faktor-faktor pendukung sehingga siswa tersebut membolos.
1. Faktor internal,
faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti perilaku dan kebiasaan siswa yang
memang tidak suka belajar, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal karena kalau di
rumah nanti disuruh kerja dan tidak dapat jajan di sekolah. Faktor lain dari diri sendiri
yaitu, motivasi belajar atau minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran atau
karena kenakalalan remaja, konsumsi alkohol atau minuman keras.Siswa tidak
memiliki motivasi belajar. Siswa sepertinya tidak ada dorongan untuk maju entah
bercita-cita menjadi apa, sehingga ia tidak merasa perlu untuk sekolah secara baik.
a. siswa tidak menyukai kegiatan belajar di kelas. Ketidaksukaan siswa pada
mata pelajaran tertentu, rupanya menjadi alasan untuk membolos.
b. siswa tidak memiliki motivasi untuk sekolah. Lemahnya motivasi untuk
bersekolah, menjadi salah satu faktor internal yang menyebabkan siswa
memilih untuk membolos.
c. siswa yang tidak memiliki motivasi untuk kehidupan di masa depan. Tidak
memiliki motivasi untuk merencanakan kehidupan di masa depan, rupanya
membuat siswa merasa bahwa sekolah tidak penting. Hal itulah yang
menyeabkan siswa akhirnya membolos.
2. Faktor eksternal
berasal dari luar, biasanya dipengaruhi oleh teman yang suka bolos. Hal ini bisa
terjadi misalnya karena ia punya temen yang suka bolos dan bermain seperti di taman,
internet dan lain-lain. Selain itu merasa tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah,
siswa merasa tidak mampu menguasai pelajaran-pelajaran tertentu sehingga dapat
menyebabkan dia malas belajar dan melakukan perilaku bolos. Tidak mengerjakan PR
yang diberikan juga mempengaruhi siswa untuk membolos, artinya bahwa siswa
tersebut merasa masih mempunyai tanggung jawab yang belum dia selesaikan
sehingga dia takut untuk masuk ke dalam kelas karena dia mempunyai asumsi akan
dimarahi oleh guru.
Peraturan sekolah yang longgar akan membuat siswa seenaknya dalam
melakukan tindakan membolos karena merasa tidak ada tindak lanjut dari sekolahan
ketika melakukan kegiatan tersebut. Selain itu suasana belajar tidak menarik membuat
siswa kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru.Kadangkala ada
guru yang tak mampu menahan emosi karena pelanggaran yang berulang-ulang
dilakukan oleh siswa sehingga hukuman yang diberikan melebihi apa yang
seharusnya.
3. Faktor sekolah
sangat beresiko dalam meningkatkan perilaku membolos pada siswa diantaranya
adalah ; minimnya interkasi pihak sekolah dengan orang tua siswa, peraturan
mengenai membolos kurang tegas, tidak ada dukungan dari guru dan lain sebagainya
4. Faktor keluarga, meliputi pola asuh orang tua, kurangnya partisipasi orang tua dalam
pendidikan anak. Dini Hidayati mengatakan penyebab siswa membolos, dapat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal: faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa berupa karakter siswa yang
memang suka membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari rutinitas-rutinitas
yang membosankan di rumah. Sementara faktor eksternal: faktor yang dipengaruhi dari luar
siswa, misalnya kebijakan sekolah yang tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang
tidak profesional, fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak
memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses
belajar di sekolah
Usaha sekolah dalam mengatasi siswa yang bolos Sekolah sebagai lembaga pelaksana
pendidikan memiliki tanggungjawab terhadap siswa selama berada di sekolah. Hal ini
termasuk mengatasi masalah siswa yang membolos. dalam mengatasi masalah siswa yang
membolos.
1. Membangun kerja sama yang baik antara guru, wali murid, dan masyarakat. Kerja
sama ini bertujuan untuk mengantisipasi adanya siswa yang membolos. Pihak sekolah
mensosialisasikan gerakan untuk memperhatikan anak sekolah. Guru yang melihat
ada anak usia sekolah yang berada di luar sekolah pada saat KBM berlangsung, dapat
menegur siswa tersebut Pihak Sekolah Memberikan Arahan Pada Siswa agar Mentaati
Peraturan yang Berlaku, Salah Satunya Tidak Membolos saat Pelajaran
2. Menghubungi orang tua siswa. Saat mengetahui ada siswa yang membolos sebaiknya
segera menghubungi orang tua siswa tersebut. Pemberian informasi bahwa anaknya
membolos akan memudahkan orang tua siswa terlibat secara langsung dalam proses
pembinaan siswa di rumah.
3. Menegakkan peraturan sekolah. Hal ini memerlukan kerjasama semua komponen
sekolah, baik pendidik maupun tenaga non pendidik. Peraturan sekolah harus dipatuhi
oleh semua komponen ini. Hal ini karena siswa juga membutuhkan teladan dalam
kedisiplinan.
4. Pengembangan kompetensi tenaga pendidik. Hal ini ditujukan agar guru memiliki
kompetensi dan kreativitas dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa lebih
nyaman dan senang mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Gunarsa (2002:31), membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa
sepengetahuan pihak sekolah. Menurut Kartono (1991:55) membolos adalah salah satu
bentuk dari kenakalan siswa, apabila tidak segera diselesaikan akan dapat menimbulkan
dampak yang lebih parah. Membolos merupakan salah satu bentuk kenakalan siswa yang
menyimpang dari norma yaitu ketidakdisplinan dan ketidakjujuran serta kebiasaan buruk
yang harus dihilangkan. Pada dasarnya siswa berangkat dari rumah dengan menggunakan
seragam akan tetapi tidak sampai di sekolah. Ketidakhadiran siswa di sekolah tanpa
keterangan (alpa) dapat juga disebut dengan membolos.
Bentuk kenakalan yang melawan status antara lain datang terlambat ke sekolah,
membolos, tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap, berpakaian tidak sesuai dengan
aturan sekolah, berperilaku tidak sopan dengan orang tua dan guru, hingga mencontek.
Layaknya sebuah kenalakan, tentu saja aktivitas membolos harus dicarikan penanganannya.
Di satu sisi faktor penyebab membolos yang dilakukan siswa sekolah dipengaruhi oleh
hal internal dan eksternal. Secara umum temuan tersebut sejalan dengan teori yang
diungkapkan Simadjuntak (1981:289-290), yang menyebabkan bahwa kenakalan remaja
dapat dibagi menjadi dua faktor.
1. faktor internal meliputi cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis, pembawaan
negatif yang mengarah pada perbuatan nakal, ketidakseimbangan pemenuhan
kebutuhan pokok dengan keinginan yang dapat menimbulkan frustasi dan
ketegangan, dan lain sebagainya.
2. faktor eksternal meliputi kurangnya rasa cinta dari orang tua dan lingkungan,
pendidikan yang kurang mampu menanamkan tingkah laku sesuai dengan alam
sekitar yang diharapkan orang tua dan sekolah serta masyarakat, menurunnya
wibawa orang tua dan guru serta pemimpin masyarakat, dan lain sebagainya
Hasil penelitian Aryati (2015) memiliki persamaan terkait faktor penyebab
membolos, yakni melibatkan faktor internal dan eksternal. Perbedaannya adalah subjek
penelitian yang dituju dan usaha sekolah yang dilakukan dalam menangani siswa yang
membolos tersebut. Dengan mengetahui faktor yang menjadi penyebab, pihak sekolah
berusaha untuk mengatasi masalah membolos sebagai bentuk kenakalan siswa. Langkah yang
dilakukan sudah cukup baik yakni
1. membangun kerja sama yang baik antara guru, wali murid, dan masyarakat;
2. menghubungi orang tua siswa;
3. menegakkan peraturan sekolah;
4. mengembangkan kompetensi tenaga pendidik.
Dengan melaksanakan langkah-langkah tersebut, diharapkan aktivitas membolos pada tahun
Pelajaran berikutnya bisa diminimalisir
KESIMPULAN

Membolos adalah kegiatan pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat pada
jam pelajaran dan tidak ijin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Dalam hal ini guru BK
sangat berperan dalam memberi berbagai solusi yang tepat kepada peserta didik. Masalah
yang biasanya dihadapi oleh Guru BK berkisar pada problem pendidikan terlebih lagi
masalah seperti kedisiplinan siswa yang kerap kali menjadi masalah utama yang harus segera
ditangani oleh guru BK. Kesalahan yang masif dilakukan oleh siswa biasanya adalah
melanggar tata tertib sekolah dan kebijakan sekolah. Misal pelanggaran tentang membolos,
atribut sekolah, terlambat ketika masuk sekolah. Terdapat beberapa ciri cirri siswa yang
sering kali membolos seperti berhari-hari tidak masuk kelas, tidak masuk kelas tanpa ijin,
sering keluar pada pelajar tertentu, tidak masuk kelas setelah jam istirahat, tidak tepat waktu
masuk kelas (terlambat), keluar masuk kelas tanpa izin, berpura-pura sakit.
Membolos juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor internal
dan eksternal.Faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti perilaku dan
kebiasaan siswa yang memang tidak suka belajar, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal
karena kalau di rumah nanti disuruh kerja dan tidak dapat jajan di sekolah. Faktor lain dari
diri sendiri yaitu, motivasi belajar atau minat akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran
atau karena kenakalalan remaja, konsumsi alkohol atau minuman keras. Siswa tidak memiliki
motivasi belajar. Siswa sepertinya tidak ada dorongan untuk maju entah bercita-cita menjadi
apa, sehingga ia tidak merasa perlu untuk sekolah secara baik. Faktor eksternal berasal dari
luar, biasanya dipengaruhi oleh teman yang suka bolos. Hal ini bisa terjadi misalnya karena ia
punya temen yang suka bolos dan bermain seperti di taman, internet dan lain-lain.
Selain itu merasa tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah, siswa merasa tidak
mampu menguasai pelajaran-pelajaran tertentu sehingga dapat menyebabkan dia malas
belajar dan melakukan perilaku bolos. Tidak mengerjakan PR yang diberikan juga
mempengaruhi siswa untuk membolos, artinya bahwa siswa tersebut merasa masih
mempunyai tanggung jawab yang belum dia selesaikan sehingga dia takut untuk masuk ke
dalam kelas karena dia mempunyai asumsi akan dimarahi oleh guru. Usaha yang dilakukan
oleh guru BK dalam menangani perilaku membolos, biasanya dengan melalui cara
pendekatan konseling individu agar siswa yang melakukan perilaku membolos mau
menerima arahan dari guru BK dengan suka rela. sedangkan jika seorang siswa masih
bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka guru
BK akan menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya.
Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, guru BK langsung
mengambil tindakan preventif dan kuratif. Perilaku membolos dapat memunculkan dampak
dampak buruk antara lain Minat berkurang terhadap pelajaran-pelajaran, gagal ketika
ujian,Hasil belajar yang dia dapat tidak selaras dengan potensi yang dia milki, tidak dapat
naik kelas, penguasaan terhadap materi dari mata pelajaran akan sangat tertinggal dari teman-
teman lainnya,dan yang paling parah adalah dikeluarkan oleh sekolah.
DAFTAR RUJUKAN

Damayanti, F. A. (2013). Studi tentang perilaku Membolos pada Siswa SMA Swasta di
Surabaya. Jurnal BK UNESA, 3 (1).
Gunarsa, S. (2002). Psikologi Untuk Membimbing. BPK Gunung Mulia. Suparno, P. (2015).
Pendidikan budi pekerti di Sekolah: Suatu Tinjauan Umum. Dee Publishing.
Waluya, B. (2007). Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial Di Masyarakat untuk SMA/MA
kelas X. Setia Purna Inves.
Alboukordi, Sajad., Nazari, Ali Muhammad., Nouri Robabeh. 2012. Predictive Factors for
Juvenile Delinquency: The Role of Family Structure, Parental Monitoring and Delinquent
Peers.
International Journal of Criminology and Sociological Thepry. Vol. 5 No 1. Halamab 770-
777.
Aryati, Fathah Nur. (2015). Identifikasi Faktor Penyebab Perilaku Membolos dan Alternatif
Pemecahannya pada Siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Purbalingga Kidul. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Edisi 15 Tahun ke IV Agustus 2015. Yogyakarta: UNY.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bungin, Burhan. (2008). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Darajat, Sakiyah. (1973). Membina Moral Remaja di Indonesia cetakan kedua. Jakarta: Bulan
Bintang.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunarsa, Singgih. (1990). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunawan, Ary H. (2000). Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai
Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai