Operasi Usus Buntu Saat Hamil
Operasi Usus Buntu Saat Hamil
di tengah-tengah masa kehamilannya. Namun nyatanya, operasi usus buntu saat hamil
adalah hal yang bisa saja terjadi. Setidaknya ada satu dari setiap 1500 ibu yang
harus menghadapi operasi usus buntu saat hamil.
Artinya, operasi usus buntu saat hamil bukan konsep yang benar-benar asing atau
bahkan tidak masuk akal. Mungkin secara awam, operasi saat perut tengah membuncit �
dengan janin hidup di dalamnya � adalah hal yang mustahil. Nyatanya, hal ini bisa
saja dilakukan.
Kasus usus buntu bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja,
lansia, hingga ibu hamil. Pada ibu hamil, akan sangat baik jika usus buntu ini
terdeteksi di trimester awal kehamilan.
Apabila usus buntu baru diketahui pada trimester akhir kehamilan atau sengaja tidak
diambil tindakan, besar kemungkinan terjadinya komplikasi. Bahkan, risiko kematian
janin meningkat hingga 36 persen.
Gejala yang dirasakan ibu hamil biasanya adalah rasa nyeri di bagian kanan bawah
perut. Meski demikian, 70% ibu hamil tidak merasakan gejala signifikan seperti
demam. Itu sebabnya, terkadang gejala usus buntu tidak diketahui hingga trimester
akhir kehamilan.
Dokter kandungan biasanya akan meminta USG ketika rasa nyeri terus menerus muncul
di bagian yang sama. Lagi-lagi, USG sedini mungkin lebih baik ketimbang menundanya
hingga akhir kehamilan.
Apabila tindakan operasi usus buntu saat hamil muda akan diambil, maka metodenya
adalah laparoskopi atau operasi lubang kunci. Seperti namanya, prosedur medis ini
hanya membuat sayatan kecil dan tipis sepanjang kurang dari 2 cm di dinding perut.
Nantinya, akan ada instrumen halus yang dimasukkan ke dalam sayatan untuk menemukan
kelainan seperti usus buntu. Setelah dokter menemukan jaringan usus buntu yang
mengalami peradangan, umbai cacing itu akan diikat dan dibuang.
Pascaoperasi ini memerlukan perawatan inap yang lebih singkat dari operasi
konvensional. Luka sayatan yang hanya sekitar 2 cm pun bisa sembuh dengan lebih
cepat.
Tapi perlu diingat bahwa kondisi seseorang yang tengah hamil berbeda dengan mereka
yang dalam kondisi normal. Proses pemulihan pascaoperasi bisa berlangsung lebih
lama.
Dokter kandungan akan menyarankan untuk menginap setidaknya satu malam agar bisa
beristirahat maksimal. Selain itu, perawatan inap juga bertujuan untuk memantau
reaksi janin dan ibu usai operasi.
Namun apabila operasi usus buntu saat hamil dilakukan saat trimester ketiga,
sayatan atau insisi haruslah lebih besar karena laparoskopi lebih sukar dilakukan.
Terlebih, ukuran uterus yang sudah membesar juga menghambat pergerakan jika
mengoperasi dengan metode laparoskopi.
Selain itu, operasi usus buntu saat hamil sudah di atas 24 minggu harus benar-benar
memerhatikan kondisi bayi. Jangan sampai terjadi komplikasi karena operasi usus
buntu saat hamil besar juga semakin berisiko.
Selain itu, risiko melahirkan mendadak saat operasi dilakukan di trimester pertama
dialami sekitar 33% ibu hamil. Sementara pada trimester kedua, operasi yang diikuti
dengan kelahiran prematur pun hanya sekitar 14 persen.
Angka ini tergolong tidak signifikan dibandingkan dengan kemungkinan yang lebih
buruk apabila usus buntu dibiarkan tanpa dioperasi. Semakin lama dibiarkan, ada
kemungkinan dinding otot usus jadi semakin tipis dan akhirnya pecah.
Ketika hal ini terjadi, bisa terjadi peradangan dan perlengketan pada membran
rongga perut hingga menyebabkan kematian.
Pasca menjalani operasi usus buntu saat hamil bukan berarti tidak bisa melakukan
aktivitas lainnya. Terlebih, seorang perempuan biasanya masih aktif dengan
rutinitas ketika kehamilan masih berusia beberapa minggu. Contohnya wanita pekerja
yang bahkan baru mengambil cuti ketika kehamilan memasuki usia 36 minggu.
Artinya, ketika operasi usus buntu rampung dilakukan, saatnya kembali beraktivitas.
Istirahat untuk memastikan tubuh pulih sempurna memang penting. Meski demikian,
kembali aktif juga tidak kalah penting.
Semakin cepat kembali beraktivitas, semakin cepat proses pemulihan. Hal ini
sekaligus menekan risiko komplikasi yang mungkin terjadi.
Namun, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, hindari membawa barang
terlalu berat. Kedua, pastikan asupan nutrisi tetap mencukupi bagi ibu dan janin.
Ketiga, konsultasikan kondisi tubuh kepada dokter kandungan agar kemungkinan
komplikasi sekecil apapun dapat dideteksi sejak dini.
Tapi ingat, kondisi tubuh setiap orang berbeda-beda. Sebelum mengambil keputusan
untuk menjalani tindakan operasi usus buntu saat hamil, konsultasikan kepada dokter
kandungan yang tahu betul riwayat kesehatan Anda.