TABLET
Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Teori Umum
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2000).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan
juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat,
mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan
yang lain (Ditjen POM, 1979).
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan
pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada
pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu (Tjay dan Rahardja, 2007).
Dalam pembuatan tablet ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Langkah dari
granulasi basah adalah penimbangan, pencampuaran, granulasi, pengayakan
basah, pengeringan, pengayakan kering, pelincir, dan pengempaan peralatan
tergantung dari uraian atau kualitas atas kandungan atau zat aktif, pengisi, dan
penghancur (Gennaro, 1985).
Pemberian obat yang paling sering digunakan adalah pemberian
melalui mulut (per-oral), dikarenakan cara ini sangat praktis, mudah, dan
aman (Ansel, 1989). Sebelum obat yang diberikan pada pasien tiba pada
tujuannya dalam tubuh, yaitu tempat kerjanya atau targetsite, obat harus
mengalami banyak proses (Tjay dan Rahardja, 2007). Waktu hancur sediaan
tablet sangat berpengaruh dalam biofarmasi dari obat. Supaya komponen obat
sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran cerna, maka tablet harus
hancur dan melepaskannya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Waktu
hancur dipengaruhi oleh penghancur (jenis dan jumlahnya) dan banyaknya
pengikat.Selain itu, tablet juga harus memiliki kekerasan yang cukup serta
keregasan yang sesuai dengan persyaratan yang ada, karena semakin kecil
persentase kehilangan bobot dari suatu tablet maka semakin baik efek terapi
yang di berikan oleh sediaan obat tersebut terhadap tubuh. Dengan kata lain
kekerasan, keregasan, dan waktu hancur dapat mempengaruhi kecepatan
absorpsi obat dalam tubuh (Ansel, 1989).
III. Preformulasi
Acidum Acetylsalicylicum
Struktur Molekul :
Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut
dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam
eter mutlak.
Data Kelarutan : Larut pada 1 dalam 300 bagian air; 1 dalam 7 bagian
etanol; 1 dalam 17 bagian kloroform; dan 1 dalam 20
bagian eter.
IV. Formulasi
Tablet Aspirin dibuat dengan menggunakan metode cetak langsung,
karena mudah terhidrolisis dalam keadaan lembab, tidak tahan terhadap
pemanasan dan memiliki fluiditas serta kopresibilitas yang baik.
Pada pembuatan tablet Aspirin digunakan Spray Dried Lactose dan
Avicel PH 102 sebagai filler-binders. Untuk formula pertama hanya
menggunakan Spray Dried Lactose sebagai filler-binders, formula kedua
menggunakan Avicel PH 102 dan untuk formula ketiga digunakan kombinasi
dari keduanya.
Untuk metode cetak langsung, kadar Spray Dried Lactose yang
digunakan adalah 20% (Lachman dkk, 1994). Begitu pula dengan Avicel PH
102, kadar yang digunakan adalah 20% (Rowe dkk, 2003).
Untuk bahan pelincir digunakan kombinasi antara talk dan magnesium
stearat. Magnesium stearat merupakan lubrikan yang baik karena dapat
mengurangi fraksi antara permukaan dinding atau tepi tablet dengan dinding
die selama kompresi dan ejeksi. Sedangkan talk merupakan glidan yang baik,
karena dapat meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga
massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam (Sulaiman,
2007). Kombinasi keduanya memberikan hasil yang baik pada saat
pentabletan. Kedua bahan tersebut juga dapat berperan sebagai antiadherent,
yaitu bahan yang dapat mencegah melekatnya (sticking) permukaan tablet
pada punch atas dan punch bawah (Sulaiman, 2007).
V. Metode
Alat dan Bahan
Wadah plastik, sendok sungu, corong alir (Pusfit UAD), timbangan
analitik (Shymadzu AY 220 g), aspirator (Miyako), Abrasive tester (Pusfit
UAD), Stokes Monsanto Hardness Tester (Pusfit UAD), Disintegration Tester
(Pusfit UAD), mesin pencetak tablet Single punch (Korch Jerman). Aspirin,
Spray Dried Lactose, Avicel PH 102, Talk dan Magnesium stearat.
Kekerasan tablet aspirin pada formula I, formula II, dan formula III
memenuhi syarat yaitu memiliki kekerasan antara 4-8 kg. Hal ini menunjukan
bahwa filler-binders pada penelitian ini yaitu Spray Dried Lactose dan Avicel
PH 102 dapat menghasilkan tablet dengan kekerasan yang memadai.
Uji Kerapuhan Tablet
Dari data waktu hancur tablet di atas, untuk formula II dan III
memenuhi syarat waktu hancur tablet tidak bersalut, yaitu kurang dari 15
menit. Sedangkan pada formula I tidak memenuhi persyaratan waktu hancur
tablet yang ada pada literature (Depkes RI, 1979). Hal ini disebabkan karena
pada formulasi tablet Aspirin tidak digunakan secara khusus bahan yang
berfungsi sebagai bahan penghancur. Pada formula II dan III, menggunakan
filler-binders Avicel PH 102 yang memiliki sifat dapat
meningkatkan/mempercepat waktu hancur tablet (Sulaiman, 2007), karena
pada saat menghasilkan kohesi gumpalan, zat ini juga bertindak sebagai zat
penghancur (Lachman dkk, 1994).
VII. Indikasi
Indikasi asam asetil salisilat yaitu sebagai profilaksis penyakit serebrovaskuler
atau infark miokard (Pionas, 2015).
VIII. Informasi Obat tentang Interaksi, Inkompatibilitas dan Kemasannya
Interaksi Obat Asetosal (Asam Asetilsalisilat)
Aspirin dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini :
- Alcohol - Naproxen
- Allopurinol - Nitroglycerine
- Amlodipine - Pantoprazole
- Atorvastatin - Paracetamol
- Cyanocobalamin - Ramipril
- Hydrochlorothiazide - Ranitidine
- Ibuprofen - Rosuvastatin
- Metformin - Salicylate
- Metoprolol - Warfarin
Inkompatibilitas
Aspirin inkompatibel dengan asam bebas, garam Fe, sodium fenobarbiton,
garam kuinin, kalium iodida, natrium iodida, alkali hidroksida, alkali
karbonat, dan alkali stearat.
Kemasan
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Cetakan ke-9. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Bolton, S. 1997. Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Aplication Edisi
III. New York : Marcel Dekker Inc.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gennaro, Alfonso R. 1985. Remington’s Pharmaceutical Saence. Amerika Serikat :
Mack Publishing.
Johnson, R. dan Steer, R. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients Fifth
Edition. UK : Pharmaceutical Press,.
Lachman L., Herbert AL., and Joseph L.K. 1989. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi ke-3. Terjemahan Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press.
Okprastowo, Rizki., Agus Siswanto, dan Suparman. 2011. Optimasi Penggunaan
Spray Dried Lactose dan Avicel pH 102 Sebagai Fillerbinders Tablet Aspirin.
Jurnal Pharmacy. Vol 8 : (3).
Pionas. 2015. Asetosal. Available at http://pionas.pom.go.id/monografi/asetosal
[Diakses pada 4 Mei 2018].
Rowe R.C., Paul J.S. & Paul J.W. 2003. Handbook of Pharmacheutical Excipients 4th
Edition. London : Chicago Pharmaceutical Press.
Siregar, C. 1992. Validasi di Industri Farmasi Sebagai Pendukung Pelaksanaan
CPOB. Bandung : Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta :
Laboratorium Teknologi Farmasi UGM.
Tjay, H.T dan Rahardja, K. 2007. Obat–Obat Penting Edisi VI. Jakarta : PT.
Gramedia.
Widya C. A. 2010. Pengaruh Gelatin, Amilum, dan PVP Sebagai Bahan Pengikat
Terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza,
Rxob). Skripsi. Purwokerto : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.