Anda di halaman 1dari 16

PRAFORMULASI SEDIAAN SOLID

TABLET

Oleh :

Florencia Irena Kuswanto 260110160122


Rusydina Sabila 260110160123

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
I. Teori Umum
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2000).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan
juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat,
mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan
yang lain (Ditjen POM, 1979).
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan
pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada
pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu (Tjay dan Rahardja, 2007).
Dalam pembuatan tablet ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Langkah dari
granulasi basah adalah penimbangan, pencampuaran, granulasi, pengayakan
basah, pengeringan, pengayakan kering, pelincir, dan pengempaan peralatan
tergantung dari uraian atau kualitas atas kandungan atau zat aktif, pengisi, dan
penghancur (Gennaro, 1985).
Pemberian obat yang paling sering digunakan adalah pemberian
melalui mulut (per-oral), dikarenakan cara ini sangat praktis, mudah, dan
aman (Ansel, 1989). Sebelum obat yang diberikan pada pasien tiba pada
tujuannya dalam tubuh, yaitu tempat kerjanya atau targetsite, obat harus
mengalami banyak proses (Tjay dan Rahardja, 2007). Waktu hancur sediaan
tablet sangat berpengaruh dalam biofarmasi dari obat. Supaya komponen obat
sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran cerna, maka tablet harus
hancur dan melepaskannya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Waktu
hancur dipengaruhi oleh penghancur (jenis dan jumlahnya) dan banyaknya
pengikat.Selain itu, tablet juga harus memiliki kekerasan yang cukup serta
keregasan yang sesuai dengan persyaratan yang ada, karena semakin kecil
persentase kehilangan bobot dari suatu tablet maka semakin baik efek terapi
yang di berikan oleh sediaan obat tersebut terhadap tubuh. Dengan kata lain
kekerasan, keregasan, dan waktu hancur dapat mempengaruhi kecepatan
absorpsi obat dalam tubuh (Ansel, 1989).

II. Formulasi Sediaan Dari Master Formula


Formula
Bahan
I II III
Aspirin 500 mg 500 mg 500 mg
Spray Dried Lactose 130 mg - 65 mg
Avicel PH 102 - 130 mg 65 mg
Magnesium Stearat 7 mg 7 mg 7 mg
Talk 13 mg 13 mg 13 mg

(Okprastowo, Agus, dan Suparman. 2011).

III. Preformulasi
 Acidum Acetylsalicylicum

Nama Zat Aktif : Asam Asetilsalisilat

Nama Lain : Asetosal, aspirin

Struktur Molekul :

Rumus Molekul : C9H8O4


Bobot Molekul : 180,16

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,


umumnya seperti seperti jarum atau lempengan tersusun,
tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam

Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut
dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam
eter mutlak.

Data Kelarutan : Larut pada 1 dalam 300 bagian air; 1 dalam 7 bagian
etanol; 1 dalam 17 bagian kloroform; dan 1 dalam 20
bagian eter.

Titik Lebur : 143°C

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan asam bebas, garam Fe, sodium


fenobarbiton, garam kuinin, kalium iodida, natrium
iodida, alkali hidroksida, alkali karbonat, dan alkali
stearat.

Konstanta Disosiasi : pKa = 3.5 (pada T = 25°C)

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Tablet berukuran 81 mg


atau lebih kecil disimpan dalam wadah berkapasitas
tidak lebih dari 36 tablet.

Stabilitas : Stabil di udara kering; di dalam udara lembab secara


bertahap terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam
asetat.

 Avicel (HOPE 5th hal 132-135).


Sinonim : Gel selulosa, kristalin selulosa
Pemerian : Serbuk kristalin; putih; tidak berbau; tidak berasa;
tersusun atas partikel-partikel berpori; higroskopis
Fungsi : Pengisi tablet (konsentrasi 20-90% b/b); penghancur
tablet (konsentrasi 5-15% b/b); adsorben (20-90%).
Dapat digunakan untuk metode kempa langsung
maupun granulasi basah.
Kelarutan : Sukar larut dalam larutan NaOH 5% b/v; praktis tidak
larut dalam air, asam encer dan sebagian besar pelarut
organic
Stabilitas : Avicel stabil, meskipun higroskopis. Harus disimpan
dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat

 Magnesium Stearat (HOPE 5th hal 430).


Pemakaian : Digunakan di dalam formulasi farmasetika sebagai
lubrikan dengan konsentrasi antara 0,25-5%.
Pemerian : Serbuk halus, putih dan voluminus; bau lemah khas;
mudah melekat di kulit; bebas dari butiran.
Kelarutan : Praktis tidak larut etanol, etanol 95%, eter, dan air.
Sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol 95%
hangat.
Stabilitas : Magnesium stearat stabil dan harus disimpan dalam
wadah/container dingin, di tempat kering.
OTT : Asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari pencampuran
dengan bahan oksidator kuat.
Penyimpanan : Stabil dan disimpan di wadah yang kering dan tertutup
rapat.
 Talk (FI III hal 591)
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa, pelarut
organik dan air.
Aplikasi : Sebagai glidan dan lubrikan 1-10%.
Stabilitas : Stabil, dapat disterilisasi dengan pemanasan pada 160oC
selama tidak lebih dari 1 jam.
Inkompabilitas : Dengan senyawa amonium kuartener.
Penggunaan : Zat tambahan (pelincir)

IV. Formulasi
Tablet Aspirin dibuat dengan menggunakan metode cetak langsung,
karena mudah terhidrolisis dalam keadaan lembab, tidak tahan terhadap
pemanasan dan memiliki fluiditas serta kopresibilitas yang baik.
Pada pembuatan tablet Aspirin digunakan Spray Dried Lactose dan
Avicel PH 102 sebagai filler-binders. Untuk formula pertama hanya
menggunakan Spray Dried Lactose sebagai filler-binders, formula kedua
menggunakan Avicel PH 102 dan untuk formula ketiga digunakan kombinasi
dari keduanya.
Untuk metode cetak langsung, kadar Spray Dried Lactose yang
digunakan adalah 20% (Lachman dkk, 1994). Begitu pula dengan Avicel PH
102, kadar yang digunakan adalah 20% (Rowe dkk, 2003).
Untuk bahan pelincir digunakan kombinasi antara talk dan magnesium
stearat. Magnesium stearat merupakan lubrikan yang baik karena dapat
mengurangi fraksi antara permukaan dinding atau tepi tablet dengan dinding
die selama kompresi dan ejeksi. Sedangkan talk merupakan glidan yang baik,
karena dapat meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga
massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam (Sulaiman,
2007). Kombinasi keduanya memberikan hasil yang baik pada saat
pentabletan. Kedua bahan tersebut juga dapat berperan sebagai antiadherent,
yaitu bahan yang dapat mencegah melekatnya (sticking) permukaan tablet
pada punch atas dan punch bawah (Sulaiman, 2007).

V. Metode
 Alat dan Bahan
Wadah plastik, sendok sungu, corong alir (Pusfit UAD), timbangan
analitik (Shymadzu AY 220 g), aspirator (Miyako), Abrasive tester (Pusfit
UAD), Stokes Monsanto Hardness Tester (Pusfit UAD), Disintegration Tester
(Pusfit UAD), mesin pencetak tablet Single punch (Korch Jerman). Aspirin,
Spray Dried Lactose, Avicel PH 102, Talk dan Magnesium stearat.

 Formula tablet Aspirin


Dasar metode Simplex Lattice Design adalah adanya dua variabel
bebas A dan B. Rancangan ini dibuat dengan memilih 3 kombinasi dan
diamati respon yang didapat (Bolton, 1997).
(Okprastowo, Agus, dan Suparman. 2011).
 Pembuatan tablet Aspirin
Tablet Aspirin dibuat dengan metode kempa langsung, yaitu semua
bahan ditimbang terlebih dahulu. Kemudian Aspirin dicampur dengan Avicel
PH 102 dan Spray Dried Lactose. Untuk formula pertama hany menggunakan
filler-binders Spray Dried Lactose dengan konsentrasi 100% tanpa Avicel
102. Formula kedua hanya menggunakan Avicel PH 102 konsentrasi 100%
sebagai filler-binders. Pada formulasi ketiga menggunakan kombinasi antara
kedua filler-binders tersebut, 50% Spray Dried Lactose dan 50% Avicel PH
102. Lalu talk dan magnesium stearat ditambahkan dan dicampur sampai
homogen pada tiap formulasi. Setelah itu massa tablet dicetak (Okprastowo,
Agus, dan Suparman. 2011).
VI. Evaluasi Sediaan
 Uji Sifat Alir Granul

Hasil pada tabel di atas menunjukan bahwa ketiga formula tersebut


memenuhi persyaratan waktu alir yang baik, yaitu kurang dari 10 detik untuk
100 gram granul (Siregar, 1992).
 Uji Keseragaman Bobot

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, menunjukan bahwa bobot


tablet yang dihasilkan pada formula I, formula II, dan formula III kesemuanya
memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet yang baik menurut
Farmakope Indonesia edisi III. Keseragaman bobot tablet dapat ditunjang
dengan kecepatan alir granul sehingga distribusi granul dapat terpenuhi yang
dikontrol pada saat pencetakan (Siregar, 1992). Granul dari ketiga formula
tablet aspirin ini memiliki kecepatan alir yang baik sehingga pada saat proses
pembuatan, pengisian ruang cetakan (die) menjadi seragam yang kemudian
mempengaruhi keseragaman bobot tablet dan keseragaman zat aktif
(Sulaiman, 2007).

 Uji Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet aspirin pada formula I, formula II, dan formula III
memenuhi syarat yaitu memiliki kekerasan antara 4-8 kg. Hal ini menunjukan
bahwa filler-binders pada penelitian ini yaitu Spray Dried Lactose dan Avicel
PH 102 dapat menghasilkan tablet dengan kekerasan yang memadai.
 Uji Kerapuhan Tablet

Formula I dan formula III memenuhi persyaratan yang ditetapkan


yaitu tablet kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman dkk,
1994). Untuk formula II tidak memenuhi persyaratan kerapuhan tablet. Hal ini
dikarenakan pengaruh dari bahan pengikat yang digunakan yaitu fillerbinders
Spray Dried Lactose dan Avicel PH 102. Penggunaan bahan pengikat dapat
memberikan kekompakan dan daya tahan tablet sehingga penyatuan partikel
terjamin (Alifah, 2002 cit Pratiwi, 2008).
Dari data kekerasan tablet, dapat dilihat bahwa Spray Dried Lactose
memberikan hasil kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Avicel
PH 102 sehingga dapat disimpulkan bahwa Spray Dried Lactose memiliki
daya ikat yang lebih baik dari Avicel PH 102. Kerapuhan tablet dapat
dipengaruhi oleh kekuatan bahan pengikat yang akan meningkatkan
pengikatan granul sehingga menjadi kuat. Granul yang kuat akan
menghasilkan tablet yang keras dengan kerapuhan yang kecil (Widya, 2010).
 Uji Waktu Hancur Tablet

Dari data waktu hancur tablet di atas, untuk formula II dan III
memenuhi syarat waktu hancur tablet tidak bersalut, yaitu kurang dari 15
menit. Sedangkan pada formula I tidak memenuhi persyaratan waktu hancur
tablet yang ada pada literature (Depkes RI, 1979). Hal ini disebabkan karena
pada formulasi tablet Aspirin tidak digunakan secara khusus bahan yang
berfungsi sebagai bahan penghancur. Pada formula II dan III, menggunakan
filler-binders Avicel PH 102 yang memiliki sifat dapat
meningkatkan/mempercepat waktu hancur tablet (Sulaiman, 2007), karena
pada saat menghasilkan kohesi gumpalan, zat ini juga bertindak sebagai zat
penghancur (Lachman dkk, 1994).

VII. Indikasi
Indikasi asam asetil salisilat yaitu sebagai profilaksis penyakit serebrovaskuler
atau infark miokard (Pionas, 2015).
VIII. Informasi Obat tentang Interaksi, Inkompatibilitas dan Kemasannya
 Interaksi Obat Asetosal (Asam Asetilsalisilat)
Aspirin dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini :
- Alcohol - Naproxen
- Allopurinol - Nitroglycerine
- Amlodipine - Pantoprazole
- Atorvastatin - Paracetamol
- Cyanocobalamin - Ramipril
- Hydrochlorothiazide - Ranitidine
- Ibuprofen - Rosuvastatin
- Metformin - Salicylate
- Metoprolol - Warfarin

 Inkompatibilitas
Aspirin inkompatibel dengan asam bebas, garam Fe, sodium fenobarbiton,
garam kuinin, kalium iodida, natrium iodida, alkali hidroksida, alkali
karbonat, dan alkali stearat.

 Kemasan
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Cetakan ke-9. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Bolton, S. 1997. Pharmaceutical Statistics: Practical and Clinical Aplication Edisi
III. New York : Marcel Dekker Inc.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gennaro, Alfonso R. 1985. Remington’s Pharmaceutical Saence. Amerika Serikat :
Mack Publishing.
Johnson, R. dan Steer, R. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients Fifth
Edition. UK : Pharmaceutical Press,.
Lachman L., Herbert AL., and Joseph L.K. 1989. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi ke-3. Terjemahan Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press.
Okprastowo, Rizki., Agus Siswanto, dan Suparman. 2011. Optimasi Penggunaan
Spray Dried Lactose dan Avicel pH 102 Sebagai Fillerbinders Tablet Aspirin.
Jurnal Pharmacy. Vol 8 : (3).
Pionas. 2015. Asetosal. Available at http://pionas.pom.go.id/monografi/asetosal
[Diakses pada 4 Mei 2018].
Rowe R.C., Paul J.S. & Paul J.W. 2003. Handbook of Pharmacheutical Excipients 4th
Edition. London : Chicago Pharmaceutical Press.
Siregar, C. 1992. Validasi di Industri Farmasi Sebagai Pendukung Pelaksanaan
CPOB. Bandung : Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta :
Laboratorium Teknologi Farmasi UGM.
Tjay, H.T dan Rahardja, K. 2007. Obat–Obat Penting Edisi VI. Jakarta : PT.
Gramedia.
Widya C. A. 2010. Pengaruh Gelatin, Amilum, dan PVP Sebagai Bahan Pengikat
Terhadap Sifat Fisik Tablet Ekstrak Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza,
Rxob). Skripsi. Purwokerto : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai