Anda di halaman 1dari 3

Biografi Prof. Dr. Gerrit A.

Siwabessy

Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy atau yang dikenal dengan nama lengkap Gerrit
Augustinus Siwabessy adalah Menteri Badan Tenaga Atom Nasional pada 27 Agustus 1964
dan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 1966 hingga 1978 pada masa pemerintahan
Presiden Soekarno hingga Presiden Soeharto. Beliau lahir di Ullath, Saparua, Maluku
Tengah, Maluku pada tanggal 19 Agustus 1914.
Gerrit Augustinus Siwabessy terlahir sebagai bungsu dari empat bersaudara.
Ayahnya, Enoch Siwabessy adalah seorang petani Cengkih yang meninggal dunia ketika
Gerrit baru berusia satu tahun. Sedangkan ibundanya Naatje (Baca: Nace) Manuhutu,
merupakan seorang putri keluarga petani Cengkih di kampung Haria, dimana keluarga
besarnya adalah pemangku jabatan raja di Haria.
Setelah ayahanda dari Gerrit meninggal, ibunya kemudian menikah lagi dengan
seorang dari Ambon yakni Yakub Leuwol, seorang guru sekolah dasar terpandang. Hal ini
memungkinkan Gerrit menjalani pendidikan dasar dan menengah dengan baik.
Pada tahun 1931, Siwabessy berhasil menyelesaikan pendidikannya di MULO (Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Ambon. Kemudian Siwabessy menerima beasiswa
untuk meneruskan pendidikan kedokteran ke NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School)
Surabaya. Siwabessy muda memang sangat menonjol dalam bidang akademik. Tetapi
pendidikan tinggi bagi banyak pemuda pada masa penjajahan tidak mungkin diikuti tanpa
beasiswa.
Di NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) inilah Siwabessy dipanggil dengan
julukan Upuleru, yang dalam bahasa tana (tanah, asli) Maluku Tengah artinya “dewa” atau
”pelindung”. Sebutan ini terus dipakai oleh teman-temannya semasa perjuangan 1945.
Pada akhir 1941 diberlakukan Keadaan Darurat Perang akibat ekspansi Jepang ke
Asia Tenggara dan Pasifik. Pemerintah Hindia Belanda tiba-tiba sangat membutuhkan
tenaga-tenaga dokter. Para mahasiswa NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) yang
telah lulus ujian ”Semi Arts” (setara drs. med. atau sekarang Sarjana Kedokteran) dan telah
menyelesaikan co-schaap (praktik kepaniteraan klinik) sebelum maju untuk ujian ”Arts”
(dokter), dikerahkan memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan sangat tergesa-gesa mereka
diberangkatkan.
Siwabessy mendapat tugas istimewa di pusat pengeboran perusahaan minyak Belanda
BPM (Bataavishe Petroleum Maatshapij), Cepu, Jawa Tengah. Di sana Siwabessy bahkan
dipekerjakan sebagai seorang dokter penuh dengan fasilitas sangat memadai. Dr. Smit, selaku
direktur rumah sakit, memperlakukan Siwabessy sebagai kolega terhormat.
Namun ketika tentara Jepang memasuki Indonesia pada bulan maret tahun 1942
timbullah kekacauan. Semua orang Eropa dan para dokter yang berdinas di BPM Cepu harus
mengungsi ke Surabaya. Di kota itu Siwabessy bertemu dengan Dr. Sutjahyo, kawan lamanya
di NIAS yang memegang kedudukan penting di Bagian Radiologi dan Bagian Paru-paru
Rumah Sakit Simpang, Surabaya. Ia meminta bantuan Siwabessy untuk memimpin bagian
radiologi. Keahlian Siwabessy pada bidang radiologi di kemudian hari juga terasah oleh para
seniornya, Dr. R.M Notokworo dan Dr Abdul Rachman Saleh.
Sementara itu atas informasi Dr Aziz Saleh, Siwabessy mengetahui bahwa di Sekolah
Tinggi Kedokteran Universitas Indonesia di Batavia akan diadakan ujian Arts. Oleh karena
itu, Siwabessy bersama beberapa rekan dari NIAS yang sudah lulus Semi Arts, segera
berangkat ke Batavia. Siwabessy lulus sebagai dokter penuh pada 15 Desember 1942.
Pada 1949 dr Leimena, menteri kesehatan RI saat itu, merekomendasikan agar
Siwabessy melanjutkan pendidikan di bidang radiologi. Sebelumnya dr. Johanes telah
memberikan kepadanya brevet (surat tanda bukti keahlian) sebagai ahli radiologi. Dengan
rekomendasi kedua dokter ini, Siwabessy berhasil mendapatkan beasiswa dari British
Council untuk studi lanjutan di Universitas London. Termasuk study trip ke pusat radiologi
dan pusat kedokteran nuklir berbagai kota di Inggris: Manchester, Leeds, Edinburg dan
Glasgow.
Hal-hal pokok yang dipelajari mencakup radiologi, radioterapi, dan pengetahuan
dasar bidang atom. Lagi-lagi Siwabessy menonjol. Baru tiga bulan mengikuti studi, ia
diangkat menjadi asisten. Ini berarti, Siwabessy dibebaskan dari tugas-tugas rutin perkuliahan
seperti mahasiswa lain pada umumnya. Bahkan diberi kepercayaan memegang sebuah
bangsal di Rumah Sakit Hammersmith, London. Tak hanya itu, seorang sekretaris Inggris
juga ditugaskan untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas administrasi. Suatu prestasi
yang sangat luar biasa bagi seorang Asia pada saat itu.
Pengalaman penting lainnya selama berada di Inggris, ketika Siwabessy mempelajari
sistem kesejahteraan di bidang kesehatan. Ide inilah yang ia kembangkan di Indonesia dengan
nama Asuransi Kesehatan (Askes) saat menjabat Menteri Kesehatan.
Sekembalinya dari London, Siwabessy langsung dipercayai memegang berbagai tugas
penting, antara lain: Guru Besar Luar Biasa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
Konsultan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta; Direktur Rumah Sakit
St. Carolus, Jakarta. Ia juga mendirikan Lembaga Radiologi Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Menteri Badan Tenaga Atom Nasional Tahun 1965
Pada 1954 itu juga Siwabessy membentuk Lembaga Tenaga Atom yang berada di
bawah Sekretariat Negara dan Siwabessy sebagai direkturnya. Selain itu negara juga
memandang perlu agar didirikan fakultas yang mempelajari ilmu dasar di bidang fisika, kimia
dan matematika untuk menghasilkan tanaga ahli. Lagi-lagi Siwabessy ditunjuk pemerintah
untuk mewujudkannya. Sebagai pendiri Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas
Indonesia, Siwabessy ditunjuk sebagai Dekan FIPIA UI pertama (1963-1965).
Tahun 1962 Presiden Sukarno meresmikan berdirinya Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN), berada langsung di bawah( presiden, dan Siwabessy sebagai Direktur Jenderal
BATAN pertama. Pada 1965 ia diangkat sebagai Menteri Badan Tenaga Atom Nasional.
Menteri Kesehatan Tahun 1967-1978
Pada tahun 1966 Siwabessy diangkat Presiden Soekarno menjadi Menteri Kesehatan.
Tugas ini diembannya hingga 29 Maret 1978 semasa pemerintahan Presiden Soeharto.
Selama masa jabatannya itu, Siwabessy merangkap sebagai Ketua Tim Dokter Pribadi
Presiden. Pada masa itu banyak sekali program yang telah Siwabessy lakukan dalam lingkup
kesehatan. Mulai dari program Keluarga Berencana (KB), Puskesmas, Askes, Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), penanggulangan penyakit menular seperti malaria, TBC,
cacingan, kolera, tifus, disentri, sampai dengan upaya penanggulangan penyakit kanker.
Siwabessy sendiri tercatat sebagai salah seorang pendiri Yayasan Kanker Indonesia. Kerja
keras ini tidak terlepas dari keluwesan diplomasi Siwabessy dengan para sahabatnya yang
berada di luar negeri dan juga dengan berbagai organisasi internasional, antara lain badan-
badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti World Health Organization, UNICEF,
United Nations Development Programme(UNDP), maupun lembaga-lembaga lainnya seperti
United States Agency for International Development (USAID) dan Medicare (menyangkut
perawatan kesehatan). Siwabessy juga tercatat sebagai pelopor kerjasama di bidang kesehatan
dengan Amaerika Serikat. Lembaga-lembaga yang banyak memberikan bantuan teknis
maupun keuangan. Untuk jasa-jasanya di bidang kesehatan, Siwabessy dianugerahi Bintang
Mahaputera II pada tahun 1978.
Selepas tugas sebagai anggota kabinet, Siwabessy diminta menjadi anggota Dewan
Pertimbangan Agung yang bertugas sebagai Penasehat Presiden. Kepercayaan ini dijalani
sejak 1978 sampai akhirnya Siwabessy meninggal pada 11 November 1982 di Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai