Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Oleh:
Teguh Hadi Wibowo, S.Hum., M.Pd

A. Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Arab yang ideal adalah pembelajaran yang


memungkinkan peserta didik menguasai empat keterampilan berbahasa
(maharat al-istima, al-kalam, al-qira’ah dan al-kitabah) secara proporsional.
Hal ini disebabkan bahasa Arab bukan hanya sekadar berfungsi pasif, yaitu
sebagai media untuk memahami (al fahm) apa yang dapat didengar, berita,
teks, bacaan dan wacana, melainkan juga berfungsi aktif, yaitu memahamkan
(al ifham) orang lain melalui komunikasi lisan dan tulisan.
Bila kita mengharapkan pembelajaran bahasa arab berjalan sesuai
idealisme di atas, maka ada beberapa hal yang perlu disinggung, yaitu
pendekatan, strategi dan metode pembelajaran. Setiap pembelajaran bahasa,
tidak akan terlepas dari pendekatan, metode, maupun strategi (teknik) yang
digunakan dalam proses pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran bahasa
tersebut dapat tercapai secara efektif, dan efisien.
Agar kita dapat melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar dengan
baik, seharusnya kita menguasai pengertian-pengertian di atas dengan baik.
Dalam makalah ini akan menguraikan tiga istilah yang sering dikacaukan
istilahnya, yaitu pendekatan, metode, dan strategi. Apalagi pembelajaran yang
dilaksanakan adalah pembelajaran bahasa Arab. Pendekatan, metode, dan
strategi seperti apa yang sesuai dengan pembelajaran bahasa Arab.

Selain membahas pengertian, pada kesempatan ini, pemakalah akan


mengupas lebih detail lagi terkait pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran
bahasa arab.
B. Pengertian Pendekatan, Metode dan Srategi dalam Pembelajaran Bahasa
Arab
1. Pengertian Pendekatan

Secara etimologis, pendekatan berasal dari bahasa Inggris; approach,


sepadan dengan ‫ المدخل‬dalam istilah bahasa arab. Pendekatan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah 1) proses perbuatan, cara mendekati, 2) Usaha
dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang
yang diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
penelitian.1
Adapun secara terminologi sebagaimana yang dikemukakan Vernon
van Dayke, pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran untuk memilih
masalah-masalah dan data-data yang berkaitan antara satu sama lain.2 Suatu
pendekatan dalam menelaah sesuatu data dilakukan berdasarkan sudut
pandang ataupun tinjauan dari berbagai karakteristik maupun cabang ilmu,
seperti; antropologi, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, dst.
Pendekatan (approach) adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu.3 Pendekatan juga berarti suatu sikap ilmiah
(persepsi) dari seseorang untuk menemukan kebenaran ilmiah. Atau juga
mengandung pengertian suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian
sebuah studi atau penelitian.4 Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati
disiplin ilmu karena tujuan utama pendekatan adalah untuk mengetahui sebuah
kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau
penelitian itu sendiri.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada
seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan
titik tolak dalam memandang sesuatu. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis.5
Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori-teori yang digunakan tidak
dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu
rancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pengajaran

1
http://kbbi.web.id/dekat diakses pada tanggal 4 April 2017
2
Zulfi Mubarook, Sosiologi Agama, (Malang : UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 33
3
Husein Heriyanto, Nalar Saintifik Peradaban Islam, (Bandung : Mizan, 2011), hlm. 355
4
Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam , (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hlm. 64
5
J.S. Badudu, Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 17

2
suatu bidang studi atau mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada
metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan.
Terdapat beberapa istilah yang mempunyai arti hampir sama dan
menunjukkan tujuan yang sama dengan pendekatan, yakni theoretical
framework, conceptual framework, approach, perspective, point of view dan
paradigm. Semua istilah ini dapat diartikan sebagai cara memandang dan cara
menjelaskan sesuatu gejala atau peristiwa. Pengertian pendekatan memiliki
dua orientasi, pertama, dan masih terbagi dua, berarti “dipandang” atau
“dihampiri dengan”, dan “cara menghampiri” atau “memandang fenomena
(budaya dan sosial).” Kalau “dipandang dengan” pendekatan menjadi
paradigma sedangkan kalau “cara memandang” atau “menghampiri”,
pendekatan menjadi “perspektif” atau “sudut pandang”. Kedua, pendekatan
berarti “disiplin ilmu”.6
Pendapat lain mengatakan, Pendekatan adalah seperangkat asumsi
mengenai hakekat belajar mengajar bahasa. Sifatnya aksiomatik (filosofis).
Wina Sanjaya memaknai pendekatan (approach) sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. pendekatan perujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang masih sangat umum. Dengan
kata lain, approach merupakan suatu keyakinan atau pandangan filosofis
tentang fitrah bahasa, maka pada hakekatnya merupakan praduga (asumsi)
yang secara teoritis dianggap kebenaran “umum yang tidak perlu dibuktikan
lagi meskipun kemungkinan timbul pembicaraan dalam hal meninjau
efektifitas dari suatu metode yang lahir sesuai approach.7
2. Pengertian Metode
Metode8 merupakan bentuk aplikasi dari sebuah pendekatan,
sedangkan pendekatan merupakan bentuk aplikasi dari sebuah strategi
pembelajaran.9

6
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta; Academia dan Tazzafa, 2012), hlm.
182
7
Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm.13.
8
Metode adalah cara mengajar yang digunakan oleh pengajar dalam sebuah proses pembelajaran
bahasa agar tercipta tujuan yang ingin dicapai. Ketetapan seorang pengajar dalam sebuah metode akan
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran tersebut. Lihat Saiful Mustofa, hlm. 13.
9
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif, (Malang: Uin-Maliki Press,
2011) hlm. 13.

3
Metode bisa diberi pengertian sebagai sistematika umum bagi
pemilihan, penyusunan, dan penyajian materi kebahasaan. Serta yang harus
diperhatikan dalam menentukan metode, hendaknya tidak terjadi benturan
antara metode dengan pendekatan yang menjadi dasarnya.
Metode dalam proses pembelajaran adalah cara mengajar yang
digunakan oleh pengajar dalam sebuah proses pembelajaran bahasa agar
tercipta tujuan yang ingin dicapai. Sehingga ketepatan seorang pengajar dalam
memilih sebuah metode akan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran
tersebut.10
3. Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang berarti
ilmu perang atau panglima perang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus.11 Pengertian inilah yang tampaknya dapat dikaitkan dengan
pengertian strategi dalam pengajaran bahasa Arab.
Mintzberg dan Waters (1983) mengemukakan bahwa strategi adalah
pola umum tentang keputusan atau tindakan ( strategies are realized as
patterns in stream of decisions or actions). Hardy, Langley, dan Rose
mengemukakan strategy is perceived as a plan or set of explisit intention
preceeding and controling actions (strategi dipahami sebagai rencana atau
kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).12
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan bahwa strategi
adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa
yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana
penunjang kegiatan.13
Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh
pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses
pembelajaran, pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan

10
Ibid.
11
Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2008),
hlm. 1340
12
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3
13
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011), hlm. 186

4
kondisi siswa, sumber belajar, kebutuhan siswa, dan karakter siswa dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.14
Strategi pembelajaran juga dapat disebut teknik pengajaran atau
operasionalisasi dari metode, karena itu teknik pengajaran berupa rencana,
aturan-aturan, langkah-langkah serta sarana yang pada praktiknya akan
diperankan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas untuk mencapai
tujuan pembelajaran.15

C. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Arab


Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman
umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yang akan
digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya,
metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Di
samping itu, tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama
pendekatannya. Sebagai contoh dalam pengajaran bahasa. Pendekatan
langsung melahirkan metode langsung. Pendekatan komunikatif melahirkar
metode komuniatif.
Bila prinsip lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan,
pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan pula.
Misalnya, pendekatan pengajaran bahasa lahir dari asumsi-asumsi yang
muncul terhadap bahasa sebagai bahan ajar, asumsi terhadap apa yang
dimaksud dengan belajar, dan asumsi terhadap apa yang dimaksud dengan
mengajar. Berdasarkan asumsi-asumsi itulah kemudian muncul pendekatan
pengajaran yang dianggap cocok bagi asumsi-asumsi tersebut. Asumsi
terhadap bahasa sebagai alat komunikasi dan bahwa belajar bahasa yang
utama adalah melalui komunikasi, lahirlah pendekatan komunikatif.

14
Ibid, hlm. 9
15
Syaiful Mustofa, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab…, hlm. 8

5
D. Macam Macam pendekatan dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Harus disadari bahwa bahasa Arab memang memiliki karakteristik dan


tingkat kesulitan yang berbeda dengan bahasa yang lain. Kenyataan ini menuntut
adanya guru yang memiliki kualifikasi dengan tingkat keuletan, ketelatenan dan
kesabaran yang tinggi. Melihat karakter tersebut, guru hendaknya menggunakan
pendekatan yang lebih kontekstual, dan dapat menjadi acuan dalam menentukan
langkah pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi maupun kondisi peserta
didik. Sesulit apapun, sebenarnya materi dapat disampaikan dengan baik jika
16
ditopang oleh pendekatan dan strategi yang tepat. Terkait dengan hal itu,
terdapat beberapa pendekatan dalam pembelajaran bahasa Arab yang dapat
meningkatkan efektivitas guru dalam melakukan transformasi, di antaranya
pendekatan tematik, pendekatan humanistik, pendekatan Teknik, pendekatan
mendengar-mengucapkan (aural oral approach), pendekatan analisis dan
nonanalisis (analitycal and unanalitycal approach) dan pendekatan komunikatif
(communicative approach).
1. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan
pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif
dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah
pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta
didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak
proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan
struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi
Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah
bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).

16
Subur, Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (jurnal Insania, Vol. 11, No. 2,
Jan-Apr 2006, 164-175), hal. 2

6
2. Pendekatan Humanistik(Al-Madkhal Al-Insani)
Adalah sesuai dengan namanya sebuah pendekatan yang memberikan
perhatian kepada pembelajar sebagai manusia, tidak menganggap sebagai
benda yang merekam seperangkat pengetahuan. Pemebelajaran bahasa
menurut pendekatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antar manusia
dengan berbagai ragam budaya dan pengalaman. Maka langkah pertama untuk
merealisasikan tujuan hal itu adalah dengan memberikan kesempatan kepada
pembelajar yang berbeda budaya dan pengalamannya itu untuk berdialog
mengenai diri mereka.
Mengungkapkan perasaan mereka serta bergantian mengungkapkan
berbagai hal mengenai diri mereka. Proses ini bisa memenuhi kebutuhan
pembelajar untuk aktualisasi diri. Pendekatan ini tidak lebih didalamnya berisi
seperangkat pesan-pesan yang mendorong agar proses pembelajaran lebih
memberi perhatian pada siswa dan diberlakukan manusia (manusiakan siswa).
Pengikut pendekatan ini berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan ini
merupakan hal penting terkait tuntutan pikir mereka. Sebagai langkah-langkan
operasional pendekatan ini bisa dijelaskan sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan serta drill kepada siswa untuk berlatih


menggunakan bahasa dalam berbagai situasi
b. Bermain peran (role playing) dengan siswa untuk memberi respon
dalam berbagai respon dalam berbagai situasi.
c. Guru memberi contoh kepada siswa yang memungkinkan untuk diikuti

3. Pendekatan Teknik (Al-Madkhal Al-Taqanni)

Adalah pendekatan yang berdasar pada pemanfaatan media


pembelajaran dan teknik-teknik pendidikan. Pendekatan ini berpendapat
bahwa media dan teknik pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan
pengalaman belajar serta bisa merubah pengalaman belajar menjadi
pengalaman nyata (terindra). Penggunaan media dalam pendekatan ini
meluas serta meliputi media pembelajaran yang bermacam-macam.
Ada beberapa kendala dalam pendekatan ini, diantaranya adalah
kurangnya materi pembelajaran yang baik serta cukup bagi guru dalam segala
situasi dan kondisi kebahasaan, tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk
7
menyiapkan media yang memenuhi standar yang diinginkan sesuai dengan
jumlah pengguna.

4. Pendekatan Aural-Oral (Al-Madkhal Al-Sam’I Al-Syafahi)


Pendekatan ini memiliki asumsi bahwa bahasa adalah apa yang didengar
dan apa yang diucapkan, sedangkan tulisan hanyalah representasi dari ujaran.
Berangkat dari asumsi ini, maka bahasa yang pertama adalah ujaran. Untuk itu
pengajaran bahasa harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi bunyi
bahasa dalam bentuk kata atau kalimat secara klasikal kemudian meminta
murid menirukannya untuk kemudian dihafalkan, sebelum pengajaran
membaca dan menulis diajarkan. Berkembangnya komunikasi yang
mendekatkan jarak antara satu individu dengan individu yang lain serta
kebutuhan pada bahasa untuk dipergunakannya dalam berkomunikasi lisan
merupakan motivasi lahirnya pendekatan ini. Asumsi ini diperkuat dengan
adanya factor kebiasaan, karena suatu perilaku akan menjadi kebiasaan apabila
diulang berkali kali, begitupula dengan pengajaran bahasa, harus dilakukan
dengan teknik pengulangan atau repetisi.17
5. Pendekatan Analisis Dan Non Analisis (Al-Madkhal Al-Tahlili Wa Al-
Madkhal Ghoiro Al-Tahlili)
a. Pendekatan analisis
Ciri-ciri dari pendekatan ini:
1) Berdasarkan pada kebahasaan
2) Didasarkan pada kajian-kajian ilmu sosial kebahasaan, proses
bicara, discourse analysis, dan notions and funtions
3) Menuntut adanya needs analysis kebahasan, metodologi
kebahasaan modern
4) Mengharuskan penyiapan materi pelajaran baru serta strategi
pembelajaran baru
5) Sebagian besar pengikut pendekatan ini menetapkan bahasa
yang disampaikan bersama siswa
6) Tidak berangkat dari prinsip-prinsip psikologi atau pendidikan

17
Abd. Wahab Rosyidi, Mamlu’atul Ni’mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa
Arab, (Malang: Uin-Maliki Press, 2012), hlm. 36-37

8
7) Berharap adanya tambahan motivasi siswa ketika guru
mencapai tuntutan kebahasaan siswa dan berusaha untuk
memenuhi
b. Pendekatan non analisis
Sedangkan pendekatan non analisis memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Didasarkan pada konsep psychologuistics dan pendidikan
bukan pada konsep-konsep kebahasaan
2) Pendekatan ini juga disebut dengan pendekatan global dan
integrated naturalistic
3) Pengajaran bahasa berlangsung dalam situasi kehidupan alami.
Dan di fokuskan pada tema-tema yang berhubungan dengan
kehidupan siswa dan aspek-aspek kehidupan manusia
umumnya
4) Menuntut adanya persiapan materi pengajaran baru
5) Sulit menentukan bahasa yang disampaikan kepada siswa,
sehingga pengajaran bahasa itu merupakan latihan sungguhan
bukan yang dibuat-buat
6) Didasarkan pada asumsi-asumsi khusus terhadap siswa dan
difokuskan pada pemenuhan kesempatan pemerolehan bahasa
bukan pembelajarannya
7) Motivasi siswa akan muncul di sela-sela komunikasi dengan
penutur dan bergabung dalam situasi komunikasi sungguhan

6. Pendekatan Komunikatif (Al-Madkhal Al-Ittishali)


Pada dasarnya pandangan tentang pengajaran bahasa secara
komunikatif, artinya pengajaran yang dilandasi oleh teori komunikatif atau
fungsi bahasa. Menurut pendekatan ini tujuan pengajaran bahasa adalah untuk
mengembangkan kemampuan komunikatif serta prosedur pengajaran keempat
keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, serta menulis) yang
mengakui adanya keterkaitan antara bahasa dengan komunikasi.
Teori tentang hakikat bahasa yang melandasi pendekatan komunikatif
ini adalah teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk menyatakan

9
fungsional atau komunikatif. Tujuan pengajaran bahasa ialah untuk menolong
pembelajaran mencapai kemampuan komunikatif.
Ciri-ciri penggunaan pendekatan ini adalah sebagi berikut:
 Bahasa adalah suatu sistem bagi ekspresi makna
 Fungsi utama bahasa adalah untuk interaksi dan komunikasi
 Struktur bahasa mencerminkan penggunaan fungsional dan
komunikatif
 Unit-unit dasar bahasa tidak hanya merupakan ciri-ciri gramatikal
strukturnya, tetapi katagori-katagori makna fungsional dan
komunikatif seperti dalam wacana

E. Kesimpulan
Pendekatan adalah sekumpulan asumsi tentang proses belajar mengajar
yang dalam bentuk pemikiran aksiomatis yang tak perlu diperdebatkan.
Dengan kata lain, pendekatan merupakan pendirian filosofis yang selanjutnya
menjadi acuan dalam kegiatan belajar mengajar bahasa. Contohnya, ada
pendirian bahwa bahasa lahir dari segala sesuatu yang didengar dan
diucapkan, sedangkan menulis merupakan kemampuan yang muncul
setelahnya. Dari pendirian ini, lahirlah asumsi asumsi yang menyatakan bahwa
tahap awal yang harus dilakukan dalam belajar mengajar bahasa adalah
menanamkan kemampuan mendengar dan berbicara, setelah itu belajar
mengajar untuk menanamkan kemampuan membaca dan menulis.
Seorang pengajar bahasa yang menganut pendekatan tertentu, ia
mempunyai kebebasan untuk menciptakan beragam metode sesuai dengan
situasi dan kondisi terjadinya proses belajar mengajar bahasa. Sedangkan
bagaimana cara cara guru daam menggunakan metode ini dinamakan strategi
atau teknik. Dari segi pelaksanaan, strategi terlihat lebih khusus dibandingkan
dengan metode, sebab strategi merupakan penjabaran praktis atas metode yang
digunakan. Yang penting dicatat adalah bahwa strategi dan metode yang
dilahirkan dan digunakan tidak bertentangan dengan pendekatan yang dianut.

10

Anda mungkin juga menyukai