Anda di halaman 1dari 1

Tindakan anestesi dan pembedahan adalah salah satu penyebab kejadian hipotermi.

Hipotermi
adalah komplikasi pasca anestesi yang sering ditemukan di ruang pulih sadar (recovery room), baik
pasca anestesi regional maupun anestesi general. Beberapa penelitian telah mebuktikan, dampak
negative hipotermi terhadap pasien, antara lain ialah: risiko perdarahan meningkat, iskemia
miokardium, pemulihan pasca anestesi yang lebih lama, gangguan penyembuhan luka, serta
meningkatnya risiko infeksi. Hipotermi dapat diobati dengan berbagai cara, diantaranya meminimalkan
kehinlangan panas selama operasi dengan berbagai intervensi mekanik, salah satunya yaitu dengan
memberikan selimut penghangat, yang disebut blanket warmer. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pebandingan keefektifan blanket warmer dalam mengatasi hipotermi pada pasien
dengan anestesi umum dan dengan SAB.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan metode observasional dengan rancangan 20 orang
dengan 10 pasien dengan pasca anestesi umum dan 10 orang dengan pasca anestesi SAB yang masuk ke
ruang pulih sadar rsud lawing. Dengan mengukur suhu pasien sebelum dipasang blanket warmer dan
sesudah dipasang blanket warmer pada obyek penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 s.d. 16 Maret 2020. Angka kejadian hipotermia pasca
anestesi di ruang pulih sadar yakni sebanyak 20-30% pada pasien post operasi dengan anestesi umum
dan anestesi SAB.

Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan blanket warmer untuk mengatasi
hipotermi lebih efektif pada pasien post operasi dengan SAB. Dengan rata-rata kenaikan 0,97 untuk
spinal dan 0,46 untuk anestesi umum.

Anda mungkin juga menyukai