Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

HIPOTERMIA PASCA OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM


DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUP PERSAHABATAN

Karsito1

Karsito: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, Kampus


FIK UMJ, Jl. Cempaka Putih Tengah 1 no. 1-Jakarta Pusat-10510

ABSTRAK

Hipotermia sering terjadi di ruang pulih sadar sebagai akibat sekunder dari suhu yang
rendah di ruang operasi, infus dengan cairan yang dingin, inhalasi dengan gas dingin,
cavitas atau luka yang terbuka, aktivitas otot yang menurun akibat obat-obatan yang
digunakan dan geriatri. Dampak negatif akibat hipotermia antara lain resiko tinggi
perdarahan meningkat, peningkatan nyeri, iskemia miokardium, pemulihan pasca
anestesi yang lebih lama, gangguan penyembuhan luka serta meningkatnya kejadian
angka infeksi dan meningkatkan ketidaknyamanan. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan faktor-faktor dengan kejadian hipotermia pasca operasi
dengan anestesi umum di ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan sempel dilakukan dengan tehnik purposive sampling. Sempel yang
diambil sebanyak 91 orang responden pasca operasi bedah mayor dengan anestesi
umum di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan. Data penelitian ini
diambil dengan menggunakan lembar observasi. Selanjutnya hubungan faktor-faktor
dengan dengan kejadian hipotermia pasca operasi dianalisa dengan menggunakan uji
statistik chi-square dengan bantuan SPSS Versi 22.0. Hasil penelitian ini didapatkan
ada hubungan antara suhu kamar operasi, usia dan indeks massa tubuh dengan p
value < α (0,05), tetapi tidak ada hubungan antara jumlah cairan infus dengan dengan
kejadian hipotermia pasca operasi dengan anestesi umum dengan p value > α (0,05).
Perlu adanya modifikasi terkait penanganan perioperatif khususnya yang terkait
dengan suhu kamar operasi, usia dan indeks massa tubuh dalam upaya mengurangi
kejadian hipotermia pasca operasi.

Kata kunci : Hipotermia, Pasca Operasi, Anestesi umum

PENDAHULUAN menimbulkan komplikasi-komplikasi


Pembedahan baik elektif maupun pasca operasi. Idealnya bangun dari
kedaruratan adalah peristiwa anestesi secara bertahap, tanpa
kompleks yang menegangkan. keluhan dan mulus. Kenyataannya
Individu dengan masalah perawatan sering di jumpai hal-hal yang tidak
kesehatan yang memerlukan intervensi menyenangkan akibat pembedahan
pembedahan biasanya menjalani dan anestesi yang berupa gangguan
prosedur pembedahan yang mencakup nafas, gangguan kardiovaskuler,
pemberian anestesi lokal, regional atau gelisah, kesakitan, mual muntah dan
umum (Smeltzer& Bare, 2002). menggigil akibat hipotermia (Latief,
Anestesi umum merupakan salah satu et.al., 2002).
bentuk dari tindakan anestesi yang
paling sering dilakukan dan banyak
Hipotermia adalah keadaan risiko cukup tinggi untuk pasien
dimana suhu inti tubuh di bawah dan biasanya pembedahan ini luas
batas normal fisiologis dan dilakukan dalam anestesi
(Smeltzer& Bare, 2002). Kondisi umum (Baradero, et al., 2009).
ini sering terjadi di ruang pulih Berdasarkan data kegiatan
sadar sebagai akibat sekunder dari Instalasi Bedah Sentral RSUP
suhu yang rendah di ruang Persahabatan jumlah pasien
operasi, infus dengan cairan yang operasi yang dilakukan tindakan
dingin, inhalasi dengan gas pembedahan dengan anestesi
dingin, cavitas atau luka yang umum dan regional
terbuka, aktivitas otot yang dari bulan Januari-Oktober 2015
menurun, geriatri dan agent obat- yaitu sebanyak 5204 orang, yang
obatan yang digunakan terdiri dari tindakan anestesi
(Smeltzer& Bare, 2002). Manusia umum sebanyak 3206 orang
mampu mempertahankan (61,61%) dan anestesi regional
homeotermik di bawah suhu sebanyak orang 1998 orang
lingkungan, misalnya dalam (38,39%). Pada bulan Oktober
keadaan normal, suhu tubuh pasien yang menjalani
biasanya dipertahankan antara pembedahan elektif di ruang
36,5⁰C-37,5⁰C menurut Cooper Instalasi Bedah Sentral RSUP
(dalam McClelland. D, 2013). Persahabatan sebanyak 392 orang.
Kombinasi antara gangguan Dari jumlah tersebut pasien yang
termoregulasi yang diakibatkan termasuk bedah mayor dan
oleh tindakan anestesi dan dilakukan pembedahan dengan
paparan suhu lingkungan yang anestesi umum sebanyak 117
rendah, akan mengakibatkan orang( 29,85%).
hipotermia pada pasien yang
menjalani pembedahan. Dalam 1 Masalah Penelitian
jam pertama anestesi dapat terjadi Angka kejadian hipotermia pasca
penurunan suhu tubuh sebesar operasi dengan anestesi umum
0,50C sampai 1,50C. Secara garis cukup tinggi, studi yang telah
besar mekanisme penurunan suhu dilakukan untuk mengidentifikasi
selama anestesi; (1) Melalui faktor terjadinya hipotermia
kehilangan panas pada kulit oleh masih sedikit. Penelitian untuk
karena proses radiasi , konveksi, meneliti faktor risiko terjadinya
konduksi dan juga evaporasi, hipotermia pasca operasi sangat
yang lebih lanjut menyebabkan penting agar dapat diketahui
redistribusi panas dari inti tubuh penyebab hipotermia dan dapat di
ke perifer. (2) Produksi panas antisipasi untuk dilakukan
tubuh yang menurun oleh karena pencegahan. Dengan demikian,
penurunan laju masalah penelitian ini adalah
metabolisme.(Sessler, 1997). faktor apa saja yang menjadi
RSUP Persahabatan merupakan faktor risiko terjadinya hipotermia
salah satu rumah sakit pemerintah pasca bedah dengan anestesi
yang terletak di Jakarta Timur. umum di ruang Instalasi Bedah
Rumah sakit ini menerima Sentral RSUP Persahabatan tahun
berbagai jenis tindakan bedah 2016.
baik bedah minor maupun bedah
mayor . Bedah mayor adalah
pembedahan yang mengandung
Pertanyaan Penelitian anestesi umum di ruang
Pertanyaan penelitian ini adalah Instalasi Bedah Sentral
“faktor-faktor apa saja yang RSUP Persahabatan tahun
berhubungan dengan kejadian 2016.
hipotermia pasca operasi dengan e) Diketahuinya hubungan
anestesi umum di ruang Instalasi indeks massa tubuh dengan
Bedah Sentral RSUP kejadian hipotermia pada
Persahabatan tahun 2016”. klien pasca operasi dengan
anestesi umum di ruang
Tujuan Penelitian Instalasi Bedah Sentral
1. Tujuan Umum RSUP Persahabatantahun
Tujuan umum penelitian ini 2016.
adalah diketahuinya faktor-
faktor yang berhubungan Manfaat Penelitian
dengan kejadian hipotermia 1. Bagi Perkembangan Ilmu
pada klien pasca operasi Keperawatan
dengan anestesi umum di Hasil penelitian ini dapat
ruang Instalasi Bedah Sentral sebagai masukan untuk
RSUP Persahabatan tahun pengembangan ilmu
2016. pengetahuan tentang
2. Tujuan Khusus hipotermia pasca operasi
a) Diketahuinya distribusi dengan anestesi umum dalam
frekuensi, karakteristik mata ajar Keperawatan
umum klien yang Medical Bedah.
menjalani operasi dengan 2. Bagi Pelayanan Kesehatan
anestesi umum di ruang Dapat memberikan kontribusi
Instalasi Bedah Sentral terhadap pengembangan
RSUP Persahabatan tahun pelayanan asuhan keperawatan
2016. perioperatif yang lebih baik
b) Diketahuinya hubungan khususnya tentang hipotermia
suhu kamar operasi dengan pada pasien pasca operasi
kejadian hipotermia pada dengan anestesi umum.
klien pasca operasi dengan 3. Bagi Bidang Penelitian
anestesi umum di ruang Diharapkan peneliti
Instalasi Bedah Sentral selanjutnya untuk dapat
RSUP Persahabatan tahun mengembangkan penelitian ini
2016. dengan meneliti lebih lanjut
c) Diketahuinya hubungan mengenai faktor-faktor lain
jumlah cairan infus yang yang berhubungan dengan
diberikan dengan kejadian hipotermia pada klien pasca
hipotermia pada klien operasi dengan anestesi umum
pasca operasi dengan dengan sampel yang lebih
anestesi umum di ruang banyak atau variabel yang lain.
Instalasi Bedah Sentral
RSUP Persahabatan tahun METODE PENELITIAN
2016. Desain Penelitian
d) Diketahuinya hubungan Jenis penelitian yang digunakan dalam
usia dengan kejadian penelitian adalah deskriptif korelasi,
hipotermia pada klien yaitu penelitian yang diarahkan untuk
pasca operasi dengan mendeskripsikan atau menguraikan
suatu keadaan di dalam suatu dengan jenis operasi bedah
komunitas atau masyarakat mayor. Dari data pelayanan kamar
(Notoatmojo, 2007) dan untuk operasi tahun 2015 didapatkan
mengidentifikasi hubungan antara bahwa pasien yang dilakukan
faktor-faktor yang berhubungan pembedahan dengan anestesi
dengan kejadian hipotermia pasca umum pada bulan Oktober 117
operasi dengan anestesi umum di orang. Dari besarnya populasi
ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP pasien tersebut, dapat diukur
Persahabatan tahun 2016. besarnya sempel yang diambil
dengan menggunakan rumus
Tempat dan Waktu Penelitian Nursalam
Penelitian tentang faktor-faktor yang N
berhubungan dengan kejadian n =
hipotermia pasca operasi dengan
anestesi umum dilakukan di ruang 1+ N(d)2
Instalasi Bedah Sentral RSUP Keterangan:
Persahabatan pada bulan Januari n = Jumlah Sampel
sampai bulan Februari 2016. N = Jumlah Populasi
d = Tingkat kesalahan yang di pilih
Populasi dan Sampel (d=0,05)
1. Populasi Jumlah populasi adalah 117, dan
Populasi adalah keseluruhan tingkat kesalahan yang
subyek penelitian yang dikehendaki adalah 5%, maka
mempunyai kualitas dan sempel yang digunakan adalah :
karakteristik tertentu sesuai n = 117 / 1+ 117 (0,05)2 = 90,52
dengan yang ditetapkan peneliti Jadi sampel yang akan diambil
untuk dipelajari dan ditarik sebanyak 91 orang.
kesimpulannya (Sugiyono, 2011).
Populasi merupakan subjek Tehnik Pengambilan Sampel
(misalnya : manusia,klien) yang Pada penelitian ini cara yang
memenuhi kriteria yang telah digunakan dalam pengambilan sampel
ditetapkan (Nursalam, 2014). adalah dengan tehnik Purposive
Populasi pada penelitian ini sampling yang disebut juga Judgement
adalah semua klien yang sampilng yaitu suatu tehnik
dilakukan pembedahan mayor pengambilan sampel diantara populasi
dengan anestesi umum yang yang sesuai dengan yang dikehendaki
laksanakan di ruang Instalasi peneliti (tujuan/masalah dalam
Bedah Sentral RSUP penelitian), sehingga sampel dapat
Persahabatan pada bulan Januari mewakili karakteristik populasi yang
dan Februari 2016. dikenal sebelumnya.
2. Sampel 1. Kriteria inklusi :
Sempel adalah bagian dari a) Klien pasca operasi dengan
populasi yang diambil melalui anestesi umum di ruang Instalasi
cara-cara tertentu yang juga Bedah sentral RSUP Persahabatan
memiliki karakteristik tertentu, .
jelas dan lengkap yang dianggap b) Klien bersedia menjadi responden
bisa mewakili populasi (Hasan, dan menandatangani inform
2002). Sampel dalam penelitian consent saat di ruang persiapan.
ini adalah pasien yang menjalani c) Usia klien diatas 18 tahun.
operasi dengan anestesi umum
d) Jenis operasi bedah mayor Mengubah data dalam bentuk huruf
abdominal dan non abdominal. menjadi berbentuk angka untuk
2. Kriteria eksklusi : mempermudah pada saat analisa
a) Klien mengalami komplikasi saat data dan mempercepat proses
pembedahan. pemasukan data.
b) Sampel yang tidak bersedia 3. Procesing
menjadi responden. Data yang sudah terisi secara
c) Klien mengalami demam atau lengkap dan telah melewati
hipotermia sebelum pembedahan. pengkodean sudah dapat untuk
diproses. Proses data dimulai dari
memasukkan data dari sejumlah
Pengolahan Data lembaran observasi yang terkumpul
Pengolahan data akan dilakukan ke dalam paket penghitungan
dengan komputerisasai melalui komputer.
beberapa tahapan. Tahapan-tahapan 4. Cleaning
pengolahan data menurut Kegiatan pengecekan kembali
Notoatmodjo (2010) adalah sebagai terhadap data yang telah
berikut: dimasukkan untuk melihat ada
1. Editing tidaknya kesalahan pada saat
Kegiatan ini dilakukan untuk pemasukan data. Jika terdapat data
memeriksa setiap lembaran yang salah dimasukan, data segera
observasi, berkaitan dengan ada diperbaiki sesuai hasil
tidaknya kesalahan dalam pengisian pengumpulan data.
lembaran observasi dan
kelengkapan pengisian lembaran
observasi tersebut agar semua data HASIL PENELITIAN
valid untuk diolah. lembaran Analisa Univariat
observasi yang tidak lengkap Analisa univariat yang dilakukan pada
dimasukkan dalam lembaran penelitian ini bertujuan untuk
observasi drop out. Lembaran menggambarkan karakteristik masing-
observasi yang drop out adalah masing variabel pada data demografi
lembaran observasi yang tidak responden yaitu berdasarkan jenis
lengkap, tidak jelas dan jawaban kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
yang diberikan tidak relevan. Selain itu, analisa univariat juga
2. Coding mendeskripsikan variabel penelitian
Memberikan kode pada setiap yaitu suhu kamar operasi, jumlah
informasi yang telah dikumpulkan cairan infus, usia dan indeks massa
pada setiap pertanyaan dalam tubuh. Hasil analisa disajikan dalam
lembaran observasi, sehingga bentuk distribusi frekuensi sebagai
memudahkan pengolahan data. berikut :
1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Data
Demografi
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi Pasien
di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan Tahun 2016. (n
= 91)

Frekuensi
Karakteristik Kategorik
∑ %

Jenis Kelamin Laki-laki 25 27,5


Perempuan 66 72,5

Pendidikan SD 11 12,1
SMP 11 12,1
SMA 55 60,4
Perguruan Tinggi 14 15,4

Pekerjaan Swasta 38 41,8


PNS 7 7,7
Pensiun 1 1,1
Tidak bekerja 45 49,5

a. Jenis Kelamin Perguruan Tinggi sebanyak


Berdasarkan tabel diatas 14 orang (15,4%). Sehingga
diperoleh hasil bahwa dapat dsimpulkan bahwa
responden dengan jenis responden terbanyak adalah
kalamin laki-laki sebanyak yang memiliki pendidikan
25 orang (27,5%) dan SMA yaitu sebanyak 55
dengan jenis kelamin orang (60,4%).
perempuan sebanyak 66 c. Pekerjaan
orang (72,5%). Sehingga Berdasarkan tabel distribusi
dapat disimpulkan bahwa frekuensi diperoleh hasil
responden terbanyak adalah bahwa responden yang
yang memiliki jenis kelamin bekerja sebagai pegawai
perempuan yaitu sebanyak swasta sebanyak 38 orang
66 orang (72,5%). (41,8%), yang bekerja
b. Pendidikan sebagai PNS sebanyak 7
Berdasarkan tabel diatas orang (7,7%), yang
diperoleh hasil bahwa merupakan pensiunan
responden dengan sebanyak 1 orang (1,1%)
pendidikan SD sebanyak 11 dan yang tidak bekerja
orang (12,1%), yang sebanyak 45 orang (49,5%).
memiliki pendidikan SMP Dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 11 orang (12,1%), responden terbanyak adalah
yang memiliki pendidikan yang tidak bekerja yaitu
SMA sebanyak 55 orang sebanyak 45 orang (49,5%).
(60,4%) dan yang memiliki
pendidikan akhir di
2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian pada
Kejadian Hipotermia Pasca Operasi dengan Anestesi Umum di Ruang
Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan Tahun 2016 (n = 91)

Frekuensi
Variabel Kategorik
∑ %

Suhu Kamar Operasi Normal 76 83,5


Rendah 15 16,5

Jumlah Cairan Infus < 1000 ml 12 13,2


≥ 1000 ml 79 86,8

Usia < 65 tahun 86 94,5


≥ 65 tahun 5 5,5

Indeks Masa tubuh Normal 84 92,3


Under weight 7 7,7

a. Suhu kamar operasi Berdasarkan tabel diatas


Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa
diperoleh hasil bahwa responden dengan usia < 65
responden dengan suhu tahun sebanyak 86 orang
kamar operasi normal (suhu ≥ (94,5%) dan dengan usia ≥ 65
200C) sebanyak 76 orang tahun sebanyak 5 orang
(83,5%) dan dengan suhu (5,5%). Sehingga dapat
kamar operasi rendah (suhu < disimpulkan bahwa
200C) sebanyak 15 orang responden terbanyak adalah
(16,5%). Sehingga dapat responden dengan usia < 65
disimpulkan bahwa tahun yaitu sebanyak 86
responden terbanyak adalah orang (94,5%).
responden dengan suhu d. Indeks massa tubuh
kamar operasi normal (suhu ≥ Berdasarkan tabel diatas
200C) yaitu sebanyak 66 diperoleh hasil bahwa
orang (72,5%). responden dengan indeks
b. Jumlah cairan infus massa tubuh normal (≥ 18,5)
Berdasarkan tabel diatas sebanyak 84 orang (92,3%)
diperoleh hasil bahwa dan dengan indeks massa
responden dengan jumlah tubuh < 18,5 sebanyak 7
cairan infus < 1000 ml orang (7,7 %). Sehingga
sebanyak 12 orang (13,2%) dapat disimpulkan bahwa
dan dengan jumlah cairan responden terbanyak adalah
infus ≥ 1000 ml sebanyak 79 responden dengan indeks
orang (86,8%). Sehingga massa tubuh normal (≥18,5)
dapat disimpulkan bahwa yaitu sebanyak 84 orang
responden terbanyak adalah (92,3%).
responden dengan jumlah
cairan infus berlebih ≥1000 Analisa Bivariat
ml yaitu sebanyak 79 orang Analisa bivariat dalam penelitian ini
(86,8%). akan mendeskripsikan hubungan
c. Usia antara dua variabel yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang Bedah Sentral RSUP Persahabatan
berhubungan dengan kejadian tahun 2016. Hasil penelitian ini akan
hipotermia pasca operasi dengan disajikan dalam bentuk tabel silang
anestesi umum di ruang Instalasi sebagai berikut:

Tabel 5.3
Hubungan Faktor Suhu Kamar Operasi, Jumlah Cairan Infus, Usia
dan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Hipotermia Pasca Operasi
engan Anestesi Umum di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP
Persahabatan Tahun 2016 (n = 91)

PEMBAHASAN sehingga akurasi hasil penelitian


Bab ini akan membahas dan dirasa kurang akurat.
menganalisa serta membandingkan 3. Dalam penelitian ini penulis
hasil penelitian dengan literature dan mengalami kesulitan dalam
juga hasil-hasil penelitian terkait melakukan pengukuran suhu
tentang faktor-faktor yang cairan infus dikarenakan untuk
berhubungan dengan kejadian menjaga sterilitas cairan infus,
hipotermia pasca operasi dengan sehingga penelitian tidak dapat
anestesi umum di ruang Instalasi mamasukan suhu cairan sebagai
Bedah Sentral RSUP Persahabatan variabel penelitian.
tahun 2016.
Keterbatasan Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini masih Hubungan suhu kamar operasi
menemukan beberapa keterbatasan dengan kejadian hipotermia pasca
penelitian. Beberapa keterbatasan operasi dengan anestesi umum di
yang ada sebagai berikut : ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP
1. Responden dengan tindakan Persahabatan tahun 2016.
operasi yang homogen sehingga Dari hasil penelitian didapatkan data
tidak mendapatkan perbandingan bahwa responden dengan suhu kamar
antara jenis operasi dengan operasi normal (suhu ≥ 200C)
kejadian hipotermia. mengalami suhu normotermia
2. Dalam pengambilan data sebanyak 58 orang (76,3%), dan
menggunakan lembar observasi responden dengan suhu kamar operasi
tidak semua bisa dilakukan oleh normal (suhu ≥ 200C) yang mengalami
peneliti sendiri dan harus dibantu hipotermia sebanyak 18 orang
oleh perawat kamar operasi, yang (23,7%). Responden dengan suhu
sebelumnya diberikan penjelasan kamar operasi rendah (suhu < 200C)
cara mengisi lembar observasi yang mengalami normotermia
sebanyak 7 orang (46,7%) dan dengan
suhu kamar operasi rendah (suhu < responden dengan cairan infus ≥ 1000
200C) yang mengalami hipotermia ml yang mengalami hipotermia
sebanyak 8 orang (53,3%). sebanyak 24 orang (30,4%).
Diketahui Odds Ratio sebesar 3,683 Diketahui Odds Ratio sebesar 2,182
maka responden dengan suhu kamar maka responden dengan jumlah cairan
operasi rendah (suhu < 200C) akan infus ≥ 1000 ml akan cenderung
cenderung mengalami 3,683 kali lebih mengalami 2,182 kali lebih tinggi
tinggi terjadi hipotermia dibandingkan mengalami normotermia dibandingkan
dengan responden dengan suhu kamar dengan responden jumlah cairan infus
operasi normal (suhu ≥200C). < 1000 ml. Sedangkan hasil P value
Sedangkan hasil P value 0,025 yang 0,497 yang berarti bernilai lebih besar
berarti bernilai lebih kecil dari α (0,05) dari α (0,05) maka dapat disimpulkan
maka dapat disimpulkan bahwa Ho bahwa Ho diterima yang berarti tidak
ditolak yang berarti ada hubungan ada hubungan yang signifikan antara
yang signifikan antara suhu kamar jumlah cairan infus dengan kejadian
operasi dengan kejadian hipotermia hipotermia pasca operasi dengan
pada pasien pasca operasi di ruang anestesi umum di ruang Instalasi
Instalasi Bedah Sentral RSUP Bedah Sentral RSUP Persahabatan.
Persahabatan. Hasil penelitian ini tidak sesuai
Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan teori yang dikemukakan oleh
pendapat Hart (2011) bahwa (AORN, 2007) bahwa satu liter cairan
lingkungan suhu menentukan tingkat kristaloid apabila diberikan pada suhu
di mana panas metabolisme hilang rendah akan menurunkan sekitar
melalui radiasi, konveksi dari kulit dan 0,25oC. Hal ini terjadi karena ada
oleh evaporasi kulit dan persiapan faktor lain yang menyebabkan
kulit (dalam McClelland. D, 2013). hipotermia seperti jenis dan lama
Kehilangan panas karena radiasi yaitu operasi dalam pemberian cairan infus.
pemindahan energi panas dari suatu Terapi cairan parenteral diperlukan
benda yang lebih panas ke benda yang untuk mengganti defisit cairan saat
lebih dingin dalam bentuk gelombang puasa sebelum dan sesudah
elektromagnetik (gelombang panas), pembedahan, mengganti kebutuhan
yang merambat melalui ruang, rutin saat pembedahan, mengganti
konveksi adalah pemindahan energi perdarahan yang terjadi dan mengganti
panas melalui arus udara. cairan yang pindah ke ruang ketiga
(rongga peritonium, ke luar tubuh).
Hubungan jumlah cairan infus
dengan kejadian hipotermia pasca Hubungan usia dengan kejadian
operasi dengan anestesi umum di hipotermia pasca operasi dengan
ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP anestesi umum di ruang Instalasi
Persahabatan tahun 2016. Bedah Sentral RSUP Persahabatan
Dari hasil penelitian didapatkan data tahun 2016.
bahwa responden dengan jumlah
cairan infus < 1000 ml mengalami Dari hasil penelitian didapatkan data
suhu normotermia sebanyak 10 orang bahwa responden dengan usia < 65
(83,3%), dan responden dengan tahun mengalami normotermia
jumlah cairan infus < 1000 ml yang sebanyak 64 orang (74,4%), dan
mengalami hipotermia sebanyak 2 responden dengan usia < 65 tahun
orang (16,7%). Responden dengan yang mengalami hipotermia sebanyak
cairan infus ≥ 1000 ml yang 22 orang (25,6%). Responden dengan
mengalami suhu normotermia usia ≥ 65 tahun yang mengalami
sebanyak 55 orang (69,6%), dan
normotermia sebanyak 1 orang (20%), ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP
dan responden dengan usia ≥ 65 tahun Persahabatan tahun 2016.
yang mengalami hipotermia sebanyak
4 orang (80%). Dari hasil penelitian didapatkan data
Diketahui Odds Ratio sebesar 11,64 bahwa responden dengan indeks
maka responden dengan usia lebih dari massa tubuh normal yang mengalami
65 tahun akan cenderung mengalami suhu normotermia sebanyak 63 orang
11,64 kali lebih tinggi terjadi (75,%), dan responden dengan indeks
hipotermia di bandingkan dengan massa tubuh normal yang mengalami
responden dengan usia dibawah 65 hipotermia sebanyak 21 orang (25%).
tahun. Sedangkan hasil P value 0,022 Responden dengan indeks massa
yang berarti bernilai kurang dari α tubuh kurang yang mengalami
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa normotermia sebanyak 2 orang
Ho ditolak yang berarti ada hubungan (28,6%), dan responden dengan
yang signifikan antara usia dengan indeks massa tubuh kurang yang
kejadian hipotermia pasca operasi mengalami hipotermia sebanyak 5
dengan anestesi umum di ruang orang (71,4%).
Instalasi Bedah Sentral RSUP Diketahui Odds Ratio sebesar 7,5
Persahabatan. maka responden dengan indeks massa
Hasil penelitian ini sesuai dengan tubuh kurang akan cenderung
pendapat yang dikemukakan oleh mengalami 7,5 kali lebih tinggi terjadi
AORN (2007) yang menyatakan hipotermia dibandingkan dengan
bahwa pada pasien geriatri lebih responden dengan indeks massa tubuh
rentan terhadap hipotermia hal ini yang cukup. Sedangkan hasil P value
terjadi karena kegagalan termoregulasi 0,019 yang berarti bernilai lebih kecil
relatif dibandingkan dengan pasien dari α 0,05 maka dapat disimpulkan
lebih muda. Hal ini diperkuat dengan bahwa Ho ditolak yang berarti ada
penelitian yang dilakukan oleh hubungan yang signifikan antara
Anggita (2012) bahwa terdapat indeks massa tubuh dengan kejadian
hubungan bermakna kejadian hipotermia pada pasien pasca operasi
hipotermia dengan pasien geriatri di Ruang Instalasi Bedah Sentral
yang telah menjalani operasi elektif di RSUP Persahabatan.
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Hasil penelitian ini sesuai dengan
Bandung. Pada pasien geriatri telah pendapat yang dikemukakan oleh
terjadi kegagalan memelihara suhu AORN (2007) yang menyatakan
tubuh, baik dengan atau tanpa bahwa berat badan rendah telah
anestesi, kemungkinan hal ini terjadi diidentifikasi sebagai faktor resiko
karena penurunan vasokonstriksi untuk hipotermia perioperative pada
termoregulasi yang terkait dengan pasien yang kurus memiliki rasio
usia. Peningkatan usia menjadi salah terbatas permukaan tubuh untuk
satu faktor terjadinya hipotermia pada mencegah kehilangan panas.
pasien yang dilakukan anestesi umum
maupun regional disebakan karena PENUTUP
penurunan masa lemak atau otot dan Kesimpulan
perubahan tonus pembuluh darah Penelitian ini dilakukan untuk
yang menghambat vasokonstriksi dan mengetahui faktor-faktor yang
menurunkan produksi panas. berhubungan dengan kejadian
hipotermia pasca operasi dengan
Hubungan indeks massa tubuh anestesi umum di ruang Instalasi
dengan kejadian hipotermia pasca Bedah Sentral RSUP Persahabatan
operasi dengan anestesi umum di tahun 2016. Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan terhadap 91 responden 2. Institusi Pendidikan
dapat diambil kesimpulan bahwa : Hasil penelitian ini dapat dijadikan
1. Didapatkan gambaran data dasar institusi pendidikan
demografi: frekuensi responden mengembangkan materi
terbanyak dengan jenis kelamin pembelajaran pada mata kuliah
perempuan, frekuensi responden Keperawatan Medikal Bedah
terbanyak dengan pendidikan SMA sehingga dapat menambah
dan frekuensi responden terbanyak pengetahuan dan sebagai dasar
pekerjaan tidak bekerja. pengembangan ilmu keperawatan
2. Didapatkan data berdasarkan dengan mengintegrasikan materi
variabel suhu kamar operasi faktor-faktor yang mempengaruhi
terbanyak dengan suhu kamar terjadinya hipotermia.
operasi normal (≥ 200), 3. Bagi Bidang Penelitian
berdasarkan jumlah cairan infus Diharapkan peneliti selanjutnya
terbanyak jumlah cairan infus untuk dapat mengembangkan
berlebih, berdasarkan usia penelitian ini dengan meneliti lebih
terbanyak dengan usia kurang dari lanjut mengenai faktor-faktor lain
65 tahun, berdasarkan indeks massa yang berhubungan dengan
tubuh terbanyak dengan indeks hipotermia pada klien pasca operasi
massa tubuh normal. dengan anestesi umum khususnya
3. Ada hubungan antara suhu kamar suhu cairan infus yang akan
operasi, usia dan indeks massa digunakan.
tubuh, tetapi tidak ada hubungan
antara jumlah cairan infus dengan DAFTAR PUSTAKA
kejadian hipotermia pasca operasi Azwar, S. (2007). Konsep dan
dengan anestesi umum di ruang penerapan metodologi
instalasi Bedah Sentral RSUP penelitian. Jakarta: Rineka
Persahabatan dengan P value 0,497 Cipta2008).
lebih besar dari 0,05. Baradero, M. et.al. (2009).
Keperawatan Perioperatif .
Saran Jakarta: EGC.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka Black, J. M. et.al. (2014).
peneliti dapat memberikan beberapa Keperawatan Medikal Bedah
saran sebagai berikut : Manajemen Klinis Untuk Hasil
1. Instansi Pelayanan Kesehatan Yang Diharapkan edisi 8.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Jakarta: Salemba Medika.
masukan untuk bahan Dahlan, M.S. (2014). Langkah-
pertimbangan rumah sakit yang langkah Membuat Proposal
digunakan untuk merancang Penelitian Bidang Kedokteran
kebijakan pelayanan keperawatan dan Kesehattan. Jakarta: Sagung
dalam menentukan standar Seto.
operasional penanganan Guyton, A.C. et.al. (2007). Buku Ajar
perioperatif khususnya yang terkait Fisiologi kedokteran. Edisi
dengan suhu kamar operasi, cairan Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC.
infus, usia dan indeks massa tubuh Hastono, S.P. (2007). Basic Data
yang sesuai dalam upaya Analysis for Health Reseaech
mengurangi kejadian hipotermia Training (Analisa Data
pasca operasi dengan anestesi Kesehatan). Jakarta: Salemba
umum. Medika.
Hidayat, A.A. (2008). Ketrampilan
Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan, Edisi 2. Jakarta: Factors in Patients Undergoing
Salemba Medika. General Anesthesia in Beijing: A
Latief, S.A. et.al. (2002). Petunjuk Prospective Regional
Praktis Anestesiologi, Edisi 2. Surveybedah; PLOS ONE.
Jakarta: Bagian Anestesiologi DOI:10.1371.
dan Terapi intensif FKUI. Good, Kelly. K.et.al. (2006). Post
Majid, A. et al. (2011). Keperawatan Operative Hypothermia the
Perioperatif. Edisi 1. Cilling Consequences;
Yogyakarta: Goysen Publishing. Association of Operating Room
Notoatmodjo, P.S. (2012). Metodologi Nurses. AORN Journal; May
Penelitian Kesehatan, Edisi 2. 2006; Volume 83, Number 5.
Jakarta: Rineka Cipta. Journeaux, M (2013). Peri-Operative
Nursalam. (2014). Metodelogi Hypothermia: Implications For
Penelitian Ilmu Keperawatan. Practice. Art & sciene Literature
Edisi 3. Jakarta: Salemba review. Volume 27 no.45.
Medika. Lewellyn, L. (2013), Effect of Pre-
Potter, P.A. (2009). Fundamental warming on Reducing the
Keperawatan, Edisi 7 (Adrina Incidence of Inadvertent Peri-
Ferderika, Penerjemah). Jakarta: operative Hypothermia for
Salemba Medika. Patients Undergoing General
Reberio.et.al. (2015). Keperawatan Anaesthesia: A Mini-review.
dasar Manual Ketrampilan British Journal of Anesthetic &
Klinis, Edisi Indonesia. Recovery Nursing. Volume 14,
Singapore : Elseiver. Number 1-2.
Sabiston, D.C. (1995). Buku Ajar McClelland, D. (2013).Unintentional
Bedah, Edisi 1. Jakarta : EGC. Hypothermia and Patient
Warming. The Dissector
Sjamsulhidayat, R. et.al. (2005). Buku Volume 41, Number 2.
Ajar ilmu bedah, edisi revisi, McLafferty, E. et.al. (2008). Nusing
Jakarta: EGC. management of the patient with
Smeltzer, Suzane.C.et.al. (2002). Buku hypothermia; ProQuest Nursing
Ajar Keperawatan Medikal & Allied Health Source. Nursing
Bedah Brunner &Suddarth. edisi Standard Volume 2, Number 17.
8. Jakarta: EGC. Oktaliansah, E.et.al. (2012). Angka
Soenarjo. et.al. (2013). Anestesiologi Kejadian hipotermia dan Lama
Edisi 2. Semarang: PERDATIN Jawa perawatan di Ruang Pemulihan
tengah. pada Pasien Geriatri
Arndt, K. (1999). Inadeferent Pascaoperasi Elektif Bulan
Hypothermia in the OR. Oktober 2011- Maret 2012 di
Association of Operating Room. Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
AORN Journal;Aug 1999; 70,2. Bandung. Jurnal Anestesi
Buggy DJ, Crossley AW. Perioperatif;JAP. Volume 2,
Thermoregulation, mild Nomor 1.
perioperative hypothermia and Ponco, S. et.al. (2014). Pengaruh
post anaesthetic shivering. Br Pemberian Cairan Infus dengan
(diakses tanggal 18 November Nacl Hangat Terhadap Kejadian
2015) Menggigil Pada Pasien Operasi
Geng, W. et al. (2015). Incidence of Sectio Caesaria di Kamar
Inadvertent Intraoperative operasi Rumah Sakit aisyiyah
Hypothermia and Its Risk
Bojonegoro Surya. Volume 04, New England Journal of
Nomor XX. Medicine. Volume 336, Number
Roberson,M.C.et.al. (2013). A Review 24.
of the Evidence for Active Toker, K. et.al. (2014). Survey on
Preoperative Warming of Postoperative Hypothermia
Adults Undergoing General Incidence In Operating Theatres
Anesthesia. AANA Journal, of kocaeli University. Turk J
October 2013, Volume 81, Anesth Reanim 2014, volume
Number 5. 42; 66-70.
Sessler, M.D. (1997). Mild
Perioperative Hypothermia. The

Anda mungkin juga menyukai