berikut:
desentralisasi dimana terdapat penyerahan dari sebagian hak dari pemilik hak
kepada penerima sebagian hak, dengan obyek tertentu. Pemilik hak pemerintahan
tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dilakukan
abad lalu, tetapi administrasi sebagai suatu seni atau administrasi dalam praktek.
Sedangkan administrasi dalam suatu praktek atau seni pada zaman sekarang ini
merupakan proses kegiatan yang perlu dikembangkan secara terus menerus, agar
pekerjaan tata usaha, padahal pengertian administrasi jauh lebih luas dari
pengertian tersebut. Pengertian ini seakan-akan sudah menjadi stempel yang sulit
kita tinjau definisi administrasi dari segi bahasa. Menurut Silalahi (2005: 2),
secara harfiah penggunaan istilah dan arti administrasi banyak dipengaruhi bahasa
verkrijgingnen verwerking van gegeven yang di Indonesia disebut tata usaha yang
sebenarnya merupakan administrasi dalam arti sempit, sebab disamping itu masih
terdapat arti lain dari kata administratie yaitu bestuur (manajemen dari kegiatan-
kegiatan organisasi) dan beheer (manajemen dari sumber daya-sumber daya, baik
memiliki arti yang lebih luas dan lebih jelas pula. Menurut Silalahi administrasi
dibagi dalam dua pengertian, yaitu: “Administrasi dalam arti sempit merupakan
penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan maksud
secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain. Jadi administrasi
14
dalam arti sempit lebih tepat disebut tata usaha (clerical work, office work).
dalam arti sempit yaitu proses ketatausahaan yang pada hakikatnya merupakan
diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia
(2009: 18) bahwa :“Administrasi dapat dipahami secara sempit maupun luas.
Sedangkan secara luas adalah proses kerjasama antara dua orang atau lebih untuk
keorganisasian.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas, maka menurut peneliti dapat
dilakukan oleh sekelompok orang dengan adanya pembagian kerja yang jelas dan
terbagi menjadi tiga disiplin ilmu, yakni: administrasi publik/ negara, administrasi
yang secara khas melakukan studi (kajian) terhadap fungsi intern dan ekstern dari
dari sistem dan aparatur negara” Atmosoedirdjo, John M. Pfifner dan Robert V.
dan upaya (organisasi dan manajemen) yang bersifat sistematis, rasional dan
Dari definisi para ahli diatas, maka menurut peneliti dapat terlihat bahwa
2.2.2 Organisasi
merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi
setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan
hierarki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang
yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut
bawahan”.
hubungan kerja yang berdasarkan pembagian kerja dan otoritas yang tersusun
tujuan baik yang sifatnya komplementer yaitu tujuan individu atau anggota
keseluruhan.
2.2.4 Manajemen
bahkan bukan hanya mendengar bahkan mengetahui secara pasti apa itu
kelompok. Setiap aktivitas yang kita lakukan bisa dikatakan makna dari
terstruktur, tetapi sudah tentu apa yang kita lakukan ada tujuan yang ingin dicapai.
dipimpin oleh seorang ketua/ pimpinan. Dalam hal ini pimpinan sebagai manajer
kelompok/organisasi.
oleh individu atau kelompok melalui penggunaan sumber daya yang tersedia
dipunyai oleh sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu”.
20
daya yang ada dalam memperoleh suatu hasil untuk mencapai tujuan dengan atau
mencapai tujuan dengan oleh menilai kegiatan orang lain. Kegiatan tersebut
manajemen ini tidak ada batasan melainkan disesuaikan dengan sudut pandang
dari:
1. Planing (perencanaan)
Yaitu menetapkan apa yang harus dilaksanakan oleh anggota organisasi
untuk menyelesaikan pekerjaan. Pada fase ini perlu ditetapkan oleh
manajer bila dan bagaimana pekerjaan harus dilaksanakan.
2. Organizing (pengorganisasian)
Yaitu mendistribusikan atau mengalokasikan tugas-tugas kepada
anggota kelompok atau bawahan, mendelegasikan kekuasaan dan
menetapkan hubungan kerja antara anggota kelompok atau bawahan.
3. Actuating (penggerakan)
Yaitu menggerakan kelompok secara efisien dan efektif kearah
pencapain tujuan. Dalam menggerakan berbagai sarana kegiatan
manajer yang menyebabkan organisasi bergerak.
4. Controling (pengawasan)
22
kepada yang lainnya, dan akhirnya tujuan organisasi tidak akan tercapai.
situasional dan terminologis dalam sudut pandang yang berbeda, namun pada
tujuan organisasi, dimana manusia ini sebagai alat penggerak jalannya suatu
organisasi telah menempatkan status dan harkat kemanusiaan setara dengan alat
organisasi yang lain, seperti uang, material, metode, mesin , market dll dan
23
dengan ini perspektif manusia sebagai asset menempatkan pegawai lebih berharga
pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan
MSDM merupakan cara memenej manusia dalam bekerja agar sesuai dengan
analisis konflik, deskripsi fenomena konflik yang terjadi serta strategi untuk
merupakan salah satu alat pencapaian tujuan daripada proses administrasi negara
alat atau sumber daya yang salah satunya adalah manusia. Manusia merupakan
motor penggerak organisasi, organisasi tidak akan mampu hidup tanpa adanya
setiap manusia yang ada dalam organisasi tersebut. Perbedaan kebutuhan pada
setiap individu merupakan salah satu pemicu timbulnya konflik, hal ini sesuai
dengan pendapat Soetopo (2010: 267) bahwa: “Konflik adalah suatu pertentangan
Untuk itu manajemen konflik yang baik sangat diperlukan untuk menyelesaikan
25
adanya manjemen konflik yang baik maka akan menciptakan kenyamanan kerja
terjadi konflik didalam organisasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soetopo (2010: 274) jenis- jenis konflik dlihat dari segi kebutuhan indiviualisme
yaitu:
menimbulkan konflik.
dikecewakan”.
mencakup ketidakpastian soal alokasi sumber daya yang langka atau perselisihan
pengertian diantaranya:
konflik itu meruapakan suatu keadaan di mana apa yang terjadi tidak sesuai
analisis konflik, deskripsi fenomena konflik yang terjadi serta strategi untuk
organisasi merupakan :
Manajemen konflik adalah suatu situasi di mana dua atau banyak orang
saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut
kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan
satu dengan yang lainnya.
konflik sebagi hal yang wajar dan alami. Bahkan perlu diwujudkan agar dapat
dikelola dengan baik. Untuk itulah perlu adanya strategi manajemen konflik
bagaimanapun juga konflik pasti terjadi baik yang berskala besar maupun berskala
28
kecil. Oleh karena itu, konflik-konflik tersebut perlu dikelola denga manjemen
organisasi.
Tahapan proses terjadinya konflik Smith ( Soetopo 2010: 275) antara lain :
1. Tahap antisipasi, yaitu merassakan munculnya gejala perubahan yang
mencurigakan.
2. Tahap menyadari, yaitu perbedaan mulai diekspresikan dalam bentuk
suasana yang tidak mengenakan.
3. Tahap pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai muncul.
4. Tahap perdebatan terbuka, yaitu pendapat-pendapat terbuka mulai
dipertajam dalam lebih terumuskan dengan baik dan kentara.
5. Tahap konflik terbuka, yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan
pendirian kepada pihak lain.
.
Prinsip pelaksanaan Manajemen konflik Soetopo (2010: 282) yaitu:
1. Perlakukanlah secara wajar dan alamiah
Konflik yang timbul dalam suatu organisasi adalah sesuatu yang wajar dan
alamiah , konflik kini menjadi sesutu yang tak terpisahkan dari organisasi,
tidak perlu dihindari tetapi justru harus dihadapi seorang pimpinan melalui
29
yaitu:
organisasi akan dapat berkembang secara dinamis ketika Sumber Daya Manusia
mampu bekerja dengan perasaan nyaman serta dapat menimati pekerjaan sesuai
tugas pokok dan fungsi yang telah di tetapkan sebelumnya sehingga dengan
Pada dasarnya hasil yang dicapai dalam mewujudkan volume dan beban
rendah jika pelaksanaan volume dan beban kerja ternyata tidak mendukung dan
bekerja.
lebih berdimensi manusiawi ini mengacu pada arti filosofi, sebagaiman yang
organisasi lebih banyak bersangkut paut dengan aspek manusia dalam organiasi
itu sendiri. Hal ini dikarenakan manusia sebagai pelaku utama penentu tinggi
rendahnya produktivits kerja yang dicapai dalam suatu organisasi. Untuk itu
yang tinggi sehingga produktivitas kerja dapat meningkat yang berujung pada
peningkatan kualitas dan kuantitas hasil yang dicapai dalam tujuan organisasi.
33
melalui proses tertentu. Agar bekerja secara produktif, proses yang terjadi harus
efektif dan produktif. Dengan kata lain produktivitas merupakan hasil perkalian
prodiktivitas itu sebenarnya menyangkut aspek yang luas, yaitu modal (termasuk
lahan), biaya, tenaga kerja, energi, alat dan teknologi secara umum sebagai
pegawai dalam bekerja dan bekerjasama serta motivasi diri dari para pegawai
1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work),
dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim.
2. Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan manjemen
dan supervise serta keterampilan dalam teknik industri.
3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi, yang tercermin dalam
usaha bersama antra pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality
control circles) dan panitia melalui kerja unggul.
34
1. Latar belakang hidup para pelaksana termasuk usia, jenis kelamin, status
menikah atau tidak, jumlah tanggungan dan masa kerja.
2. Kemampuan baik dalam arti fisik maupun mental intelektual.
3. Tipe kepribadian yang bersangkutan.
4. Persepsi tentang kehidupan organisasional.
5. Sistem dan peringkat nilai yang dianut.
6. Motivasi berkarya.
7. Penugasan oleh organisasi yang tepat dalam arti sesuai dengan kemampuan,
keterampilan, bakat, minat dan pengalaman tenaga yang bersangkutan.
Selanjutnya faktor-faktor penentu produktivitas kerja pegawai menurut
a. Pengetahuan
b. Keterampilan
c. Kompetensi
d. Sikap
2.5.2 Dimensi Produktivitas Kerja Pegawai
Sedarmayanti (2001: 58) mengemukakan beberapa dimensi mengenai
produktivitas diantaranya :
seberapa jauh target akan dicapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi
35
terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat. Oleh karena itu,
besar penghematannya maka tingkat efisiensi semakin tinggi, tetapi semakin kecil
anggaran dll.
harapan. Konsep ini hanya dapat berorientasi kepada masukan, keluaran atau
keduanya. Disamping itu kualitas juga berkaitan dengan proses produksi yang
Tabel 2.1
Kajian Terdahulu
HASIL
NO JUDUL
PENELITIAN
1. Pengaruh penempatan pegawai terhadap Frekuensi:
produktivitas kerja pegawai pada Badan -Penempatan
Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat pegawai 48,53 %
dan Penanggulangan Bencana kabupaten -Produktivitas kerja
Sumedang. 47,67 %
Disusun : Dedi Supriadi -Korelasi 0,47
E.0835221293 Pengaruh 22,09 %
Skripsi tahun 2012
yang penting (Sugiyono, 2006: 65). Berkaitan dengan judul yang diungkapkan,
peneliti mengambil beberapa teori yang relevan agar setiap variabel penelitian
analisis konflik, deskripsi fenomena konflik yang terjadi serta strategi untuk
organisasi merupakan:
Manajemen konflik adalah suatu situasi dimana dua tau banyak orang
saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut
kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan
satu dengan yang lainnya.
organisasi akan dapat berkembang secara dinamis ketika Sumber Daya Manusia
mampu bekerja dengan perasaan nyaman serta dapat menimati pekerjaan sesuai
tugas pokok dan fungsi yang telah di tetapkan sebelumnya sehingga dengan
lebih berdimensi manusiawi ini mengacu pada arti filosofi, sebagaiman yang
organisasi lebih banyak bersangkut paut dengan aspek manusia dalam organiasi
itu sendiri. Hal ini dikarenakan manusia sebagai pelaku utama penentu tinggi
rendahnya produktivits kerja yang dicapai dalam suatu organisasi. Untuk itu
yang tinggi sehingga produktivitas kerja dapat meningkat yang berujung pada
peningkatan kualitas dan kuantitas hasil yang dicapai dalam tujuan organisasi.
melalui proses tertentu. Agar bekerja secara produktif, proses yang terjadi harus
40
efektif dan produktif. Dengan kata lain produktivitas merupakan hasil perkalian
prodiktivitas itu sebenarnya menyangkut aspek yang luas, yaitu modal (termasuk
lahan), biaya, tenaga kerja, energi, alat dan teknologi secara umum sebagai
konflik terhadap produktivitas kerja pegawai, bahwa: “Pada level konflik rendah
produktivitas kerja juga rendah, pada level konflik sedang produktivitas kerja
mencapai titik optimun yang tinggi sementara pada level konflik tinggi
prodtivitas kerja pegawai akan memuncak apabila level konflik dalam organisasi
41
berada pada tingkat sedang dengan syarat konflik itu dapat dikelola dengan baik.
Oleh sebab itu, konflik harus dapat dikendalikan dan mengarahkan konflik pada
rendah akan bersifat stagnansi dan tidak ada peningkatan sebaliknya apabila
konflik terlalu tinggi organisasi akan susah untu dikendalikan, untuk itu
diperlukan level konflik yang sedang serta manajemen konflik yang baik untuk
pemikiran untuk memudahkan pembahasan sesuai dengan tabel 2.2 yaitu sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Kerangka Pemikiran
MANAJEMEN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI (Y)
KONFLIK (X)
1. Hipotesis I
H0 : ≥ 75%
Kabupaten Sumedang baik, lebih dari atau sama dengan 75% dari kriteria
ideal.
Ha : < 75%
Kabupaten Sumedang kurang baik, kurang dari 75% dari kriteria ideal.
43
2. Hipotesis II
H0 : ρ ≥ 75%
Desa Kabupaten Sumedang baik lebih dari atau sama dengan 65% dari
kriteria ideal.
Ha : ρ < 75%
Desa Kabupaten Sumedang masih rendah, kurang dari 65% dari kriteria
ideal.
3. Hipotesis III
H0 : ρ = 0
Ha : ρ ≠ 0
Kabupaten Sumedang
4. Hipotesis IV
H0: ρ = 0
Ha: ρ ≠ 0
Kabupaten Sumedang.