Disusun Oleh:
Artha Prima Bagaskara 1600001262
Haula Al Hasna 1700001173
Hesti Retnaningsih 1700001175
Hanif Yuli Prasetya 1700001184
Andi Wijayanto 1700001202
A. Latar Belakang
Dalam setiap lembaga pendidikan, yang umumnya kita sebut sebagai
sekolah, keberadaan bimbingan dan konseling sebagai organisasi tersendiri yang
memiliki tugas memberikan bantuan kepada siswa tentu sangat diperlukan. Setiap
guru perlu menyelanggarakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka
membantu murid mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Pelayanan bimbingan
dan konseling itu akan berjalan dengan baik apabila pelaksanaannya didasari
program yang terencana dan terarah.
Pengorganisasian dalam pengertian umum berarti suatu bentuk kegiatan
yang mengatur kerja, prosedur kerja, dan pola kerja atau mekanisme kerja
kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan dan konseling tidak akan
dapat di laksanakan dengan berdaya guna dan berhasil guna kalau tidak di
imbangi dengan organisasi yang baik. Tanpa organisasi yang baik itu berarti tidak
adanya suatu koordinasi, perencanaan, sasaran, control, serta kepemimpinan yang
berwibawa, tegas dan bijaksana.
Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan
pendidikan tidak mesti sama. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan yang bersangkutan. Kondisi sekolah yang tidak memiliki guru
pembimbing otomatis berbeda struktur dengan sekolah yang memiliki guru
pembimbing, sekolah yang hanya memiliki satu guru pembimbing otomatis
berbeda dengan sekolah yang memiliki struktur organisasi profesional. Di sinilah
perlu di tuntut kreatifitas dan inovasi guru pembimbing untuk mendayagunakan
Sumber daya yang sedikit untuk mencapai keberhasilan program.
Administrasi merupakan kedudukan sentral dalam pembinaan dan
pengembangan sama sekelompok manusia. Kegiatan usaha yang dimaksudkan
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Administrasi sebagai ilmu yang membahas
tentang usaha – usaha manusia dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
di dalam suatu kelompok. Sedangkan lembaga pendidikan formal adalah
merupakan salah satu bentuk pengelompokan manusia, karena itu pendidikan
tidak dapat terlepas dari kegiatan administrasi.
Administrasi pendidikan yang merupakan usaha dalam mencapai dari
tujuan, tidak terlepas dari bimbingan. Artinya administrasi pendidikan tidak akan
berjalan tanpa adanya hal – hal yang dijadikan satu acuan atau ukuran. Bimbingan
disini artinya, dalam administrasi diperlukan adanya satu cara atau pedoman
dalam menjalankan administrasi itu sendiri. Artinya administrasi juga
memerlukan adanya bimbingan konseling.
kepemimpinan harus memilki keahlian manajerial dan memahami hal-hal yang
sifatnya taknis agar memudahkan ia mengarahkan dan membina. Ia harus memiliki
keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, memiliki kepiawaian berintraksi,
membangun relasi, dan bersosialisasi, sehingga kepemimpinannya berjalan efektif. Ia
juga harus memiliki human relation skill. Keterampilan berhubungan dengan orang lain,
yaitu pandai membuat relasi baru dan berinteraksi dengan seluruh anak buahnya dan
dengan lingkungan sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
1. bagaimana mekanisme kerja administrasi bimbingan dan konseling di
sekolah ?
2. seperti apa struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah ?
3. bagaimana kepemimpinan bimbingan dan konseling di sekolah ?
C. Tujuan
1. Memahami mekanisme kerja administrasi bimbingan dan konseling di
sekolah
2. Mengetahui struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah
3. Mengetahui kemampuan/kompetensi kepempimpin di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
c. Dari hasil laporan observasi yang telah disampaikan oleh wali kelas dan
kemudian dimasukkan dalam Buku Pribadi Siswa oleh petugas
administrasi bimbingan, dan seterusnya dipelajari oleh konselor
(koordinator bimbingan) Materi-materi yang dipelajari oleh konselor
sering disebut studi kasus (case Study)Bila dipandang masalah itu
cukup serius dan menonjol serta mendesak untuk ditanggulangi, maka
siswa (kasus) bersangkutan dipanggil oleh konselor untuk diadakan
konseling. Dari proses konseling yang telah diselenggarakan oleh
konselor dianggap belum cukup memadai untuk memecahkan masalah
siswa bersangkutan, maka perlu diselenggarakan konferensi kasus (case
conference); Penyelenggaraan konferensi kasus harus diketahui serta
diikuti oleh kepala sekolah.
i. Data-data, dan informasi yang berasal dari berbagai sumber dan telah
dihimpun dalam Buku Pribadimap pribadi atau kumulatif record siswa
hendaknya diperiksa oleh Kepala Sekolah, sehingga terwujud suatu
bentuk kerja sama antara kepala sekolah koordinator, Wali Kelas/ guru
pembimbing dan guru bidang studi dalam mempelajari Buku Pribadi
Siswa serta menemukan dan memecahkan berbagai kasus yang dihadapi
oleh para siswa.
Terwujudnya mekanisme, pola kerja, atau prosedur kerja yang rapi, teratur,
dan baik serta dilandasi oleh bantuk-bentuk kerjasama dengan seluruh staf sekolah
dalam administrasi pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah maka dapatlah
dihindari kecenderungan terjadinya penyimpangan dalam program pelaksanaan
bimbingan di sekolah. Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
untuk terlaksananya layanan bimbingan yang baik dan mantap di sekolah mutlak
diperlukan administrasi pelaksanaan layanan bimbingan yang baik teratur, rapi,
dan mantap
B. Pengorganisasian (organizing)
b. Setiap personil mengetahui dengan tegas dan jelas tugas, wewenang dan
tanggugjawab masing-masing.
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas tentang Manajerial Kompetensi Konselor
Administrasi, Organisasi dan Kepemimpinan, menyimpulkan bahwa Mekanisme
kerja administrasi bimbingan dan Konseling di sekolah adalah Pada permulaan
memasuki sekolah dilakukan pencatatan data pribadi siswa dengan menyebarkan
angket baik yang diisi oleh siswa itu sendiri maupun diisi oleh orang tua. Bagi
siswa yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMTP atau
SMTA) data pribadi yang telah diisi perlu dilengkapi dengan data nilai prestasi
belajar sebelumnya, misalnya buku raport, ijazah/STTB baik waktu di SD maupun
di SMTP, serta nilai testing masuk dikumpulkan sedemikian rupa. Apabila data
yang telah masuk dari masing-masing siswa sudah dianggap cukup memadai atau
lengkap, ada pun Pengorganisasian (organizing) yaitu penentuan sumber daya-
sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja
yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan; penugasan tanggung
jawab tertentu dan pendelegasiaan wewenang yang diperlukan kepada individu-
individu untuk melaksanakan tugas tugasnya. Kemudian dengan adanya
kepemimpinan dan pengarahan konselor dalam memanajerial proses konseling
kelompok diantaranya adalah kemampuan untuk mengintervensi. Konselor dapat
melakukan intervensi pada anggota kelompok berkenaan dengan kondisi dan
situasi krisis yang dihadapi oleh anggota kelompok, utamanya perasaan takut
yang dapat mengganggu jalannya proses konseling kelompok (Sigit, 2010).
Keterampilan manajerial konselor lainnya adalah bagaimana konselor mampu
untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan anggota kelompok. Konselor harus
mampu mencapai keseimbangan untuk menegaskan kepemimpinan dan
menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi anggota kelompok,
pemimpin kelompok yang efektif adalah seorang komunikator handal dan lemah
lembut yang memiliki keterampilan mendengarkan serta menafsirkan kebutuhan
dan perasaan anggota kelompok.
Daftar Pustaka
Tohirin. 2014. Bimbingan dan Kosneling di Sekolah dan Madrasah Edisi Revisi.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
1
[2] Prof. Dr. M.H. Matondang, SE, MA, Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan
Manajemen Stratejik, hal. 19