Makalah Impetigo Bulosa
Makalah Impetigo Bulosa
Blok DMS
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, tiada Tuhan selain Allah SWT dan
tiada sekutu bagi-Nya. Begitu banyak dan berlimpah nikmat yang telah Ia berikan
terutama nikmat Iman, Islam, dan Ihsan. Salawat dan serta salam selalu tercurahkan
kepada junjungan kita, suri tauladan kita Rasulullah SAW, beserta keluarganya,
sahabatnya, dan pengikutnya.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi tim penyusun sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Amin
Lembar pengesahan makalah
(dr. Fajri)
KASUS
Dermato System
Page 1
Seorang anak Clara berusia 2 tahun diantar oleh ibunya datang ke Rumah
Sakit dengan keluhan gelembung berisi cairan pada jari-jari tangan kanan sejak 3
hari yang lalu.
Keluhan nyeri dirasakan namun tidak hebat, tetapi demam dan lemah.
Page 2
Saat mulai timbulnya gelembung ini baru membaik dari radang tenggorokan
sejak 1 minggu yang lalu. Sering bermain mandi hujan dan ditempat becek. Orang
tua pasien memberikan bedak herocyn.
Tidak riwayat sakit ini sebelumnya, kakak pasien mempunyai riwayat gejala
yang sama, riwayat dermatitis atopi disangkal.
Pemeriksaan Fisik :
Status Generalis :
Kepala : Normocephali
Status dermatologis :
Lokasi:
Falang proksimal superior jari II dekstra dan falang distal superior jari IV dekstra:
Tampak bula soliter berukuran 2x2 cm berdinding tipis, kendor berisi cairan tampak
purulen diatas kulit eritema
Page 3
Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap
Hb : 15 g/dl
Ht : 37 %
Trombosit : 150.000/ul
Leukosit : 17.550/ul
Basofil :0 (0-0,75(%)
Eosinofil :3 (1-3(%)
Batang :4 (3-5(%)
Segmen : 59 (54-62(%)
Limfosit : 28 (25-33(%)
Monosit :6 (3-7(%)
Page 4
Pemeriksaan penunjang
EPILOGUE
Medikamentosa:
Problem
An. Clara, 2 tahun, perempuan
KU : gelembung berisi cairan pada jari-jari tangan kanan sejak 3 hari yang
lalu
KT : - kemerahan dan bentol → gelembung berair/melepuh, sebesar biji
jagung dan berwarna jernih dan gatal → membesar hingga 2x2, berisi
cairan seperti nanah.
- Keluhan: nyeri tidak hebat, demam dan lemah.
RPS : muncul gelembung ketika baru membaik dari radang tenggorokan ( 1
minggu lalu)
RPerilaku : sering main hujan dan becek
RPO : Beri bedak herocyn
RPD : - Tidak ada riwayat penyakit
- Kakak pasien riwayat (+)
- Tidak ada riwata DKA
Px. Fisik : - status generalis : dbn
- status dermatologikus : falang proximal superior jari II dex. Falang
distal superior jari IV dex.:
Bula soliter ukuran 2x2 berdinding tipis,
kendor, berisi cairan tampak purulen diatas
kulit eritema.
Kuku, adnexa, KGB: dbn
2. Pemeriksaan Fisik
- Status generalis
- Status dermatologis
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pewarnaan Gram
IDK
1. Taksonomi Staphylococcus aureus
2. Daftar bakteri Gram (+) (-)
3. Pyoderma
a. Impetigo
b. Folikulitis
c. Furunkel
d. Ektima
e. Pionika
f. Erisipelas
g. Selulitis
h. Flegmon
i. Ulkus piogenik
j. Abses multiple kelenjar keringat
k. Hidraadenitis
l. SSSS
4. Farmakologi
a. Antibiotik
b. Antipiretik
5. Interpretasi
Learning Issue
1. Definisi
2. Etiologi
3. Epidemiologi
4. Gejala Klinis
5. Patogenesis
6. DD
7. Pengobatan
8. Prognosis
PEMBAHASAN
STAPHYLOCOCCUS AUREUS
1. Taksonomi
Kingdom: Procaryotae
Divisio: Cyanobacteria
Ordo: Eubacteriales
Famili: Micrococcaceae
Genus: Staphylococcus
Spesies: S. aureus
Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman antara 0,8-1,0 mikron.
Susunan gerombolan yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang
dibuat dari perbenihan padat, sedangkan dari perbenihan kaldu biasanya ditemukan
tersendiri atau tersusun seperti rantai pendek. Kuman ini tidak bergerak, tidak
berspora dan positif Gram.
Jenis-jenis stafilokokus tumbuh dengan baik dalam kaldu biasa pada suhu 37 OC.
Batas-batas suhu untuk pertumbuhannya ialah 15 OC dan 40OC, sedangkan
pertumbuhan optimum ialah 35OC. Pertumbuhan terbaik ialah pada suasana aerobik.
pH optimum untuk pertumbuhan ialah 7,4. Pada lempeng agar, koloninya berbentuk
bulat, diameter 1-2 mm, cembung, buram, mengkilat dan konsistensinya lunak.
Warna khas ialah kuning keemasan.
5. Struktur Antigen
6. Metabolit Kuman
Non Toksin
- Antigen permukaan: mencegah serangan oleh faga, mencegah rekasi
koagulasa dan mencegah fagositosis.
- Koagulasa: menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat karena faktor
koagulasa-reaktif di dalam serum. Faktor ini bereaksi dengan koagulasa dan
menghasilkan esterase yang dapat membangkitkan aktivitas penggumpalan,
sehingga terjadi deposit pada permukaan sel kuman yang dapat
menghambat fagositosis.
- Hialuronidasa: penyebaran kuman dipermudah dengan adanya enzim ini.
- Fibrinolisin: melisiskan bekuan darah dalam pembuluh darah yang
meradang.
- Gelatinasa dan proteasa: gelatinasa adalah suatu enzim yang dapat
mencairkan gelatin. Proteasa dapat melunakan serum yang telah
diinspisasikan (diuapkan airnya) dan menyebabkan nekrosis jaringan
termasuk jaringan tulang.
- Lipasa dan tributirinasa: tributirinasa merupakan suatu lipase like enzym
yang menyebabkan fatty droplets dalam suatu perbenihan kaldu yang
mengandung glukosa dan kuning telur.
- Fosfatase, lisosim, dan penilinasa
- Katalasa
Eksotoksin
- Alfa hemolisin bersifat:
a. Melisiskan sel darah merah kelinci, kambing, domba dan sapi
b. Tidak melisiskan sel darah merah manusia
c. Menyebabkan nekrotik pada kulit manusia
d. Dalam dosis yang cukup besar dapat membunuh manusia dan hewan
e. Menghancurkan sel darah putih kelinci
f. Tidak menghancurkan sel darah putih manusia
g. Menghancurkan trombosit kelinci
h. Bersifat sitotoksik terhadap biakan jaringan mamalia
Semua sifat tersebut di atas dapat dinetralkan oleh IgG, tetapi tidak oleh IgA
atau IgM. Semua efek tersebut di atas terjadi karena pelepasan anion
dengan fosfolipid yang terdapat dalam membran sel kuman.
- Beta hemolisin: dapat menyebabkan terjadinya hot-cold lysis pada sel darah
merah domba dan sapi.
- Delta hemolisin: dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci.
- Leukosidin: dapat merusak sel darah putih beberapa macam binatang dan
ada tiga tipe yang berbeda:
a. Alfa hemolisin
b. Yang identik dengan delta hemolisin, bersifat termostabil dan
menyebabkan perubahan morfologik sel darah putih dari semua tipe
kecuali dari domba.
c. Yang terdapat pada 40-50% jenis stafilokokus dan hanya merusak sel
darah putih manusia dan kelinci tanpa aktivitas hemolitik.
- Sitotoksin: mempengaruhi arah gerak sel darah putih dan bersifat
termostabil.
- Toksin eksfoliatif: dihasilkan oleh Stafilokokus grup II dan merupakan suatu
protein ekstraseluler yang tahan panas tetapi tidak tahan asam. Toksin ini
dianggap sebagai penyebab Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(SSSS), yang antara lain meliputi dermatitis eksfoliativa pada neonatus
(Ritter’s disease), impetigo bulosa, Staphylococcal scarlatiniform rash dan
toksin epidermal nekrolisis pada orang dewasa.
Bakteriosin
Enterotoksin
- Nonhemolitik
- Nondermonekrotik
- Nonparalitik
- Termostabil, dalam air mendidih tahan selama 30 menit
- Tahan terhadap pepsin dan tripsin
Staphylococcus aureus merupakan sebagian dari flora normal pada kulit manusia,
saluaran pernapasan dan saluran pencernaan. Patogenitasnya merupakan efek
gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya. Kuman yang patogen
bersifat invasif, penyebab hemolisis, membentuk koagulasa, mencairkan gelatin,
membentuk pigmen kuning emas dan meragi manitol. Yang tidak patogen tidak
bersifat invasif, nonhemolitik, berwarna putih, tidak membentuk koagulasa dan tidak
meragi manitol.
8. Patologi
Furunkel atau abses setempat lainnya merupakan suatu contoh lesi oleh
stafilokokus. Kuman berkembang biak dalam folikel rambut dan menyebabkan
terjadinya nekrosis jaringan setempat. Kemudian terjadi koagulasi fibrin di sekitar
lesi dan pembuluh darah, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses
nekrosis. Selanjutnya disusul dengan serbukan sel radang, di pusat lesi akan terjadi
pencairan jaringan nekrotik, cairan abses ini akan mencari jalan keluar di tempat
yang paling kurang tahanannya. Pengeluaran cairan abses diikuti dengan
pembentukan jaringan granulasi.
9. Gambaran Klinik
PIODERMA
Faktor predisposisi
Klasifikasi
1. Pioderma primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Penyebabnya biasanya satu macam
mikroorganisme.
2. Pioderma sekunder
Pada kulit yang telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinis nya tak
khas dan mengikuti peyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai
pioderma sekunder disebut impetigenisata. Tanda impetigenisata adalah
terdapat pus, pustule, bula purule, krusta berwarna kuning kehijauan,
pembesaran KGB regional, leukositosis dan dapat pula disertai dengan
demam.
Pengobatan Umum
Sistemik
Topikal
Impetigo
I. IMPETIGO BULOSA
a. Definisi
Suatu bentuk impetigo dengan gejala utama berupa lepuh-lepuh berisi cairan
kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.
Umur
Anak-anak dan dewasa.
Jenis kelamin
c. Faktor predisposisi
Daerah
Iklim
Higiene
Higiene kurang.
Gizi
Lebih sering dan lebih berat pada keadaan kurang gizi dan anemia.
Lingkungan
Yang kotor dan berdebu akan lebih sering dan lebih hebat.
d. Gejala klinis
e. Gambaran histopatologi
Pada epidermis tampak vesikel subkornea berisi sel-sel radang yaitu leukosit.
Pada dermis tampak serbukan sel-sel radang ringan dan pelebaran ujung-ujung
pembuluh darah.
f. Pemeriksaan pembantu
g. Diagnosis banding
Pemfigus: biasanya bula berdinding tebal, dikelilingi oleh daerah eritematosa
dan keadaan umum buruk.
Impetigenisasi: menunjukkan pula gejala-gejala penyakit primer dengan gejala
konstitusi berupa demam dan malaise.
Tinea sirsinata: jika lepuh pecah, bagian tepi masih menunjukkan adanya lepuh
tetapi bagian tengah menyembuh.
h. Penatalaksanaan
i. Prognosis
Umumnya baik.
j. Patogenesis
Proliferasi
Koloni meningkat
KGB Darah
Sampai di kulit
a. Sinonim
b. Etiologi
c. Faktor Predisposisi
d. Gejala Klinis
e. Patogenesis
f. Diagnosis Banding
Jika krusta sedikit maka dilepaskan dan diberi salap antibiotic. Kalau banyak
diberi pula antibiotic sistemik.
EKTIMA
A. Definisi
Adalah pioderma yang menyerang epidermis dan dermis, membentuk
ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis.
B. Epidemiologi
Lebih sering terjadi pada anak-anak daripada dewasa, inseidensinya
sama antara pria dan wanita.
D. Etiologi
Disebabkan oleh bakteri Streptococcus B hemolyticus, Staphylococcus
atau keduanya.
E. Patogenesis
Bakteri
Streptococcus grup Bakteri ini resisten menghasilkan toksin
A,B,C, D dan G memiliki terhadap fagositosis yang menyebabkan
protein M yang dilakukan oleh kerusakan local &
tubuh hospes sistemik
Bekerja dengan
berikatan pada HLA-
DR dan APC Kerusakan tersebut
dimediasi oleh
Sitokin ini superantigens (SA)
menyebabkan demam, Aktivasi non-spesifik
ruam eritematosa, dari sel T
hipotensi & cedera menyebabkan
jaringan pelepasan TNF-α
F. Gejala Klinis
- Terdapat keluhan gatal.
- Lesi awal berupa vesikel/vesikopustulosa diatas kulit yang eritematosa,
kemudian membesar dan pecah membentuk krusta tebal berwarna kuning
dan kering yang sukar dilepas dari dasarnya. Jika krusta terlepas maka
akan terbentuk ulkus dangkal.
- Predileksi di ekstremitas bawah, wajah dan ketiak.
G. Diagnosa Banding
- Impetigo Krustosa: krusta sama-sama berwarna kuning
- Folikulitis: papula miliar sampai lentikular
H. Pengobatan
- Umum: memperbaiki hygiene dan kebersihan serta nutrisi pasien
- Khusus: salep kloramfenikol 2%. Antibiotic sistemik dengan penisilin
600.000-1.500.000 IU intramuscular selama 5-10 hari. Terapi topical
dengan kompres terbuka untuk melunakkan krusta agar dapat diangkat.
I. Prognosis
Baik.
A. Definisi
= bisulan =
Abses akut pd folikel rambut yg disebabkan oleh infeksi S.aureus
Furunculosis: lebih dari 1 folikel
Carbuncle : grup furunkel/ kumpulan karbunkel
B. Faktor Predisposisi
Chronic Staphylococcus carrier pd orificium eksterna hidung, axilla
atau anus
Diabetes, obesitas dan kebersihan rendah
C. Gambaran Klinik
Nodul merah dan sakit
Ukuran > 1-2 cm + central necrotic plug
Nodule à lembek + pembentukan abses
central pustula
Pecah atau drainage pustula à membuang/ melepaskan jaringan
nekrotik
Multipel & penggabungan furunkel (Big Nodule) à carbuncle à multiple
follicular orifices (saluran keluar) à keluarkan pus
D. Manajemen
Saat mandi gunakan sabun anti bakterial
Minyak mupirocin
Lakukan kompres panas à drainage spontan awal
Insisi dan drainage abses
follicular orifices (saluran keluar) à keluarkan pus
Erysipelas
A. Definisi :
Peradangan akut pada kulit yang disebabkan streptokok dengan gejala utama
kemerahan kulit
B. Penyebab :
Streptococcus B-hemolyticus
C. Epidemiologi :
Banyak pada anak-anak dan dewasa, frekuensinya sama pada pria dan
wanita
Seluruh bangsa, lebih sering pada daerah tropis dan subtropics, orang-orang
dengan kebersihan dan hygiene yang kurang lebih mudah terkena, diabetes
mellitus infeksi saluran nafas atas, gizi kurang lebuh mudah diserang.
E. Lokalisasi :
F. Efloresensi :
Macula eritematosa nummular hingga plakat, terbatas tegas, edematosa,
panas pada perabaan dan nyeri tekan. Pada bagian tengan ditemukan vesikel
miliaratau bula lentrikular.
G. Histopatologi :
H. Diagnosis :
I. Diagnosis banding :
J. Penatalaksanaan :
Sistemik:
K. Prognosis :
Baik
Flegmon
A. Definisi
Selulitis yang mengalami supurasi. (supurasi = ditandai oleh terbentuknya
secret eksudat purulen/nanah)
B. Terapi
Sama dengan selulitis hanya ditambah dengan insisi. (untuk mengeluarkan
pusnya)
Ulkus Piogenik
A. Definisi
Infeksi kulit yang menimbulkan ulkus tidak khas, disebabkan oleh streptokok
atau stafilokokus
B. Etiologi
Streptokok dan Stafilokok
C. Epidemiologi
Sering pada anak-anak
Frekuensi pria sama dengan wanita
D. Predisposisi
Daerah tropis
Panas dan lembab
Higien buruk
Sanitasi lingkungan kurang baik
E. Gejala singkat penyakit
Timbul koreng/ulkus dengan tanda-tanda radang di sekitarnya, secara lambat
mengalami nekrosis dan menyebar secara serpiginosa.
F. Predileksi
Ekstremitas
G. Efloresensi
Ulkus berukuran kecil, pinggir tidak meninggi, teratur, dinding tidak
menggaung, sekitar ulkus ada tanda radang, secret serosa kekuningan.
H. Histopatologi
Tampak reaksi sel di jaringan dengan sel plasma, dan sel limfoid
I. Pemeriksaan
Kultur secret ulkus dan tes resistensi.
J. Diagnosis Banding
Ullkus tropikum
K. Penatalaksanaan
Bersihkan ulkus
Penisilin (sistemik)
Salep salisil (topical)
L. Prognosis
Baik
Abses Multipel Kelenjar Keringat
A. Definisi
Infeksi oleh S.aureus pada kelenjar keringat, berupa abses multiple tidak
nyeri berbentuk kubah.
B. Etiologi
S.aureus
C. Predisposisi
Banyak keringat
Imunologi menurun
Biasa pada anak-anak
D. Gejala Klinis
Nodus eritomatosa, multiple, tidak nyeri, bentuk kubah, lama pecahnya.
E. Predileksi
Tempat yang banyak keringat
F. Diagnosis Banding
Furunkulosis
Bedanya pada furunkulosis terasa nyeri, bentuk seperti kerucut terdapat
pustule di tengahnya, lebih cepat pecah
G. Pengobatan
Antibiotik sistemik dan topical
Hidraadenitis
A. Definisi
Infeksi kelenjar apokrin
B. Etiologi
S.aureus
C. Gejala klinis
Biasa pada usia sesudah akil balik sampai dewasa muda
Didahului oleh trauma/mikrotrauma (banyak keringat, pemakaian
deodorant, rambut ketiak digunting).
Disertai gejala konstitusi (demam, malaise)
Ruam berupa nodus dan terdapat lima tanda radang
Dapat melunak menjadi abses dan memecah membentuk fistel disebut
hidraadenitis supurativa
Leukositosis
Yang menahun dapat berbentuk abses, fistel, dan sinus multiple.
D. Predileksi
Ketiak, perineum
Tempat yang banyak mengandung kelenjar apokrin
E. Diagnosis Banding
Skrofulodema
Persamaannya terdapat nodus, abses, fistel. Perbedaannya tidak terdapat
tanda radang akut dan leukositosis.
F. Pengobatan
Antibiotik sistemik
Diinsisi (bila terbentuk abses)
Kompresi terbuka (jika belum lunak)
Kelenjar aprokin di eksisi (pada kasus kronik residif)
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)
A. Definisi
Infeksi kulit oleh S.aureus tipe tertentu dengan cirri yang khas yaitu
epidermolisis.(Epidermolisis adalah terlepasnya epidermis dari dasarnya
dengan gambaran klimik berupa luka bakar)
B. Epidemiologi
Anak di bawah 5 tahun
Frekuensi pria lebih sering terkena daripada wanita
C. Etiologi
S.aureus grup II faga 52, 55, dan/atau faga 71.
D. Patogenesis
Sumber Infeksi
(Mata, Hidung, Tenggorok, Telinga)
Sampai ke epidermis
Epidermolisis
Pada bayi dan anak-anak fungsi ginjal belum sempurna sehingga tidak
dapat mengekskresi eksfoliatin.
Pada orang dewasa biasanya terjadi karena adanya gangguan ginjal dan
gangguan imunologik
E. Gejala Klinis
Demam tinggi dan infeksi saluran napas bagian atas
Eritem pada muka, leher, ketiak, lipat paha. Ketika 24 jam reitemnya akan
menyeluruh
24-48 jam. Timbul bula-bula besar berdinding kendur.
Kulit yang tampak normal ditekan dan digeser, akan terkelupas, sehingga
member tanda Nikolskly positif.
2-3 hari terjadi penyempitan disertai pengelupasan kulit, sehingga tampak
daerah erosive
Gambaran mirip kombustio. Daerah tersebut akan mongering dan terjadi
deskuamasi
F. Komplikasi
Selulitis
Pneumonia
Septikema
G. Pemeriksaan Bakteriologi
Dika terdapat infeksi di tempat lain, misalnya saluran napas dapat
dilakukan pemeriksaan bakteriologik
Pada kulit tidak ditemukan kuman penyebabnya.
H. Histopatologi
Terdapat gambaran yang khas yaitu lepuh intraepidermal, celah terdapat di
stratum basale.
I. Diagnosis Banding
N.E.T. (Nekrosis Epidermal Toksik)
Celah N.E.T. terletak di sub epidermal
J. Pengobatan
Antibiotik (sistemik) dan topikal
SALAP ANTIBIOTIK
Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak yang pada suhu kamar
berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasarnya vaselin, tetapi dapat pula lanolin
atau minyak.
1. Bacitracin
Bacitracin tersedia dalam bentuk salap kulit dan mata (untuk mencegah oftalmia
neonatorum karena gonorrhea), setiap gramnya mengandung 500 unit bahan aktif.
Selain itu bacitracin sering dikombinasikan dengan antibiotik lain, seperti neomycin
dan polymixin B.
2. Gentamicin
Efek samping dari antibiotik golongan Aminoglikosida antara lain efek ototoksik
(menyerang N. VIII), nefrotoksik, dan neurotoksik (neuritis perifer).
Dengan sediaan salap kadar 0.1 dan 0.3%, penggunaan yang disarankan sekitar 3-4
kali sehari.
3. Mupirocin
4. Neomycin
Neomycin (neomisin) adalah antibiotik dari golongan Aminoglikosida, oleh karena itu
spektrum dan mekanisme kerjanya sama seperti Gentamicin. Sediaan salap
Neomycin untuk kulit mengandung 5mg/g, digunakan 2-3 kali sehari.
5. Chloramphenicol
6. Clindamycin
Leukosit Radang
Koloni meningkat
Leukosit migrasi
kemudian dan leukositosis Suhu tubuh ↑
mengendap
(hipopion)
Vesikel menjadi
besar → bula
Terdapat daerah
erosive yang
mengeluarkan sekret
Anamnesis
KU : KT : RPO:
Impetigo Bulosa
Penatalaksanaan
Non-Farmako : Farmako :
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah penyakit yang diderita pasien ringan,
berat atau sangat berat, dengan melihat ekspresi dan keadaan pasien secara umum.
Vital Sign
Status Dermatologikus
- Lokasi : pada palang proksimal superior jari II dekstra dan palang distal superior jari
IV dekstra
Untuk melihat predileksi yang berkaitan dengan hipotesis.
- Efloresensi : tampak bula soliter ukuran 2x2 cm berdinding tipis, kendor berisi
cairan tampak purulen di atas kulit eritema.
Diperiksa untuk mengetahui lesi yang terjadi, sehingga dapat memperkirakan diagnose
yang akan dipilih sesuai dengan gejala-gejala yang ditimbulkan.
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
- Diff Count
Penatalaksanaan
1. Non-Farmako
- Memperbaiki hygiene dengan membersihkan tubuh dengan sabun, memotong
kuku, dan mengganti pakian.
- Perawatan luka, tidak saling tukar-menukar peralatan pribadi
2. Farmako
- Antibiotik topical
Untuk antibiotic local sehingga menurunkan terjadinya infeksi sekunder.
- Antipiretik
DAFTAR PUSTAKA